Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BEDAH MULUT

KASUS ODONTEKTOMI PADA GIGI 38

Oleh :

Fatimatus Zahroh
40617049

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


KEDIRI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2020
DATA REKAM MEDIS PASIEN

I. Identitas
Nama Pasien : X
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Kh wahid Hayim Bandar Lor GG 9 D no.24 A Kediri Jawa
Timur
II. Anamnesa (subyektif)
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan sakit dan bengkak pada gigi bawah belakang
kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Gigi kiri bawah belakang tersebut sakit dan bengkak ± sudah 5 bulan.
Pasien mengatakan gigi tersebut juga sering berdarah saat sikat gigi. Pasien
merasa tidak nyaman karena sering sakit dan susah makan. Pasien minum
obat pereda nyeri ketika muncul sakit dan bengkak. Pasien mengaku setelah
meminum obat tersebut sakitnya hilang sesaat, namun beberapa hari lagi
sakitnya muncul lagi. Namun sekarang gigi tersebut tidak bengkak dan
sakit.
Riwayat penyakit sistemik : TAK
Riwayat Penyakit dental : Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumya.
III. Pemeriksaan Klinis (Obyektif ) :
Umum
Keadaan umum : Baik
Nadi : 72x/menit
Tensi : 120/80 mmHg
Suhu : 36 C
Pernapasan : 20x/menit
Lokal

Ekstra Oral

Inspeksi : TAK

Palpasi : TAK

Intra oral

Inspeksi : Gigi 38sebagian tertutup gingiva

kemerahan : (+)

Bengkak : -

Palpasi : Sakit (+)

Konsistensi : keras

Foto rontgen

IV. Diagnosis (Asesment) : Impaksi kelas II B horizontal

Jenis tindakan pembedahan : Odontektomi gigi 38

Jenis anastesi : Tekhnik mandibular blok pada nervus alveolaris inferiorr,


nervus lingualis dan tekhnik infiltrasi pada nervus bukalis.
Persiapan Alat dan Bahan

Bahan :

1. Handscoon steril + masker


2. Povidon iodine 10%
3. Cotton pellet, tampon
4. Pehacain
5. Saline
6. Aquades steril
7. Silk/benang suture

Alat :

1. Alat diagnostik
 Kaca mulut
 Pinset
 Sonde
 Ekskavator
2. Alat bedah
 Blade no 11
 Scapel no 3
 Resparatorium
 Bur tulang dn straight handpiece
 Bein
 Tang / forcep
 Bone file
 Kuret
 Needle suture
 Needle holder
 Gunting medis
3. Alat anastesi : Spuit injeksi
Prosedur tindakan :

1. Asepsis daerah kerja dengan povidone iodine 10%


2. Anastesi lokal pada daerah kerja dengan teknik mandibular blok
pada nervus alveolaris inferior 1 cc, nervus lingualis 0,5 cc dan
teknik infiltrasi pada nervus bukalis 0,5 cc
3. Insisi--desain flap triangular
4. Pisahkan jaringan lunak dengan jaringan keras dengan
rasparatorioum
5. Mengurangi tulang menggunakan bur tulang + straight highspeed
6. Melakukan pemotongan gigi dengan bur dimond + highspeed
7. Bein untuk memisahkan perlekatan gigi terlepas dari soketnya
8. Ekstraksi dengan tang mahkota RB posterior
9. Kontrol perdarahan dengan tampon
10. Kuretase dan haluskan daerah tulang yang terasa tajam
11. Irigasi dengan larutan saline dan aquades steril
12. Suturing menggunakan tekhnik simple interrupted suture
13. Medikasi pada pasien.

Pemberian Resep :

R/ Amoxicillin 500 mg tab No.XV

} 3dd 1 pc

R/Asam mefenamat 500 mg tab No. X

} 3dd pc prn

Instruksi Pasien :

1. Mengigit tampon selama ± 30 menit


2. Tidak boleh makan terlalu panas, keras dan pedas.
3. Tidak boleh menghisap dan memainkan lidah ke daerah operasi
4. Tidak boleh kumur dan menyikat gigi terlalu keras di sekitar daerah
operasi
5. Tidak boleh merokok
6. Tetap membersihkan daerah operasi dengan hati hati
7. Resep obat diminum sesuai anjuran
8. Apabila ada keluhan segera menghubungi operator
9. Kontrol H+7
Tinjauan Pustaka

A. Definisi Odontektomi
odontektomi adalah prosedur pencabutan gigi impaksi. Gigi molar
impaksi merupakan gangguan perkembangan gigi yang disebabkan oleh
obstruksi di jalur erupsi atau posisi gigi itu sendiri dalam rongga mulut. Gigi
yang paling umum mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga maksila dan
mandibula, diikuti oleh gigi taring (canines) maksila dan premolar
mandibula. Molar ketiga paling sering mengalami impaksi oleh karena
merupakan gigi yang terakhir erupsi, sehingga sangat dimungkinkan tidak
tersedianya cukup ruang untuk tumbuh dengan baik.

B. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi odontektomi:
1. Pasien yang sedang atau pernah mengalami infeksi yang
berhubungan dengan gigi molar ketiga impaksi.
2. Pasien dengan kondisi medis dimana resiko apabila gigi
dipertahankan akan lebih mengancam kesehatan dibandingkan
dengan komplikasi yang mungkin terjadi akibat tindakan pencabutan
(misal, pasien yang akan menjalani radioterapi atau operasi jantung).
3. Pasien yang memiliki faktor predisposisi impaksi gigi dengan
pekerjaan yang tidak memberikan tunjangan perawatan gigi.

Kontraindikasi odontektomi:
1. Pasien yang gigi molar ketiganya diperkirakan akan erupsi secara
normal dan dapat berfungsi dengan baik.
2. Pasien dengan riwayat medis yang menyebabkan tindakan
pencabutan terlalu beresiko (unacceptable risk) terhadap kesehatan
umum pasien atau dimana resiko tindakan lebih besar dibanding
manfaatnya.
3. Pasien dengan gigi molar ketiga impaksi yang dalam dengan tidak
adanya riwayat atau bukti adanya penyakit lokal maupun sistemik
terkait.
4. Pasien dimana resiko terjadinya komplikasi tindakan operasi dinilai
terlalu tinggi, atau dimana terdapat kemungkinan terjadinya fraktur
pada kasus atrofi mandibula.
5. Pada ekstraksi bedah gigi molar ketiga yang dilakukan dengan
anestesi lokal, pencabutan secara simultan gigi kontralateralnya
hendaknya tidak dilakukan.
C. Prosedur pembedahan ekstraksi gigi impaksi antara lain :
1. Aseptik dan isolasi
2. Sedasi/anestesi lokal + anestesi lokal/umum
3. Insisi--desain flap
4. Memunculkan flap mucoperiosteal
5. Menghilangkan tulang sekitar
6. Pemotongan (pembelahan) gigi
7. Pengangkatan gigi
8. Ekstraksi gigi
9. Pembersihan dan penghalusan tulang sekitar
10. Kontrol perdarahan
11. Menutup (menjahit) luka
12. Pengobatan—antibiotik, analgesik, dan lain-lain
13. Follow up

D. Prinsip Dasar Desain Flap


1) Dasar dari flap sebaiknya lebih luas dari free margin untuk
mempertahankan suplai darah adekuat
2) Flap harus memiliki ukuran yang cukup besar untuk akses tindakan
pembedahan
3) Flap yang dibuat harus merupakan full-thickness flap
4) Insisi yang dibuat harus berada di atas tulang yang intak sehingga
setelah operasi selesai flap dikembalikan di atas tulang
5) Desain dari flap harus menghindari struktur vital yang ada di daerah
operasi (misalnya lingualis dan mentalis)
6) Papilla interdental tidak diikutsertakan dalam flap (Peterson, 2003).
E. Prinsip Dasar Insisi
1) Scalpel handle dipegang dengan pen-grasp untuk pengendalian yang
maksimal dan sesitivitas yang baik
2) Insisi dilakukan dari posterior ke arah interior dengan insisi yang
optimal melalui papilla interdental

F. Jenis-jenis Desain Flap


1) Envelope Flap

2) Triangular Flap/ Three-corner flap

3) Trapezoidal Flap

4) Semilunar Flap

G. Klasifikasi Impaksi Molar 3 menurut Pell dan Gregory


A. Berdasarkan Hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua
dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.
Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak antara

Distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula

Klas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar


dibandingkan jarak antara

Distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula

Klas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam
ramus mandibula

Distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula

H. Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang

Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis


oklusal.
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis
oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis
servikal molar kedua

Daftar Pustaka

1. Pedersen G. Buku Ajar Bedah Mulut Editor Drg.Lilian Yuwono. ed. I.


Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2002

2. Mozartha M. Impaksi molar tiga [homepage on the internet]. Nodate


[cited 2011 Oct 11]. Available from: http://adulgopar.
files.wordpress.com/2009/12/impaksimolar-tiga.pdf.
3. Lee SK, Kim YS, Oh HS, Yang KH, Kim EC, Chi JG. Prenatal
development of the human mandible. Anat Rec. 2001;263(3):314-25.

Anda mungkin juga menyukai