Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

RENCANA PERAWATAN ODONTEKTOMI GIGI MOLAR KETIGA


BAWAH KANAN IMPAKSI SEBAGIAN DENGAN
ANGULASI VERTIKAL KELAS II LEVEL A

Operator :

Alda Utami Hidayana


201611101048

Instruktur :
drg. Winny Adriatmoko, M.Kes

BAGIAN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Identitas Penderita
Nama : Dwi Mukti

Jenis kelamin : Perempuann


Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi Kedokteran Gigi Universitas
Jember
Alamat : Jalan Matrip Raya, Jember

II. Anamnesa
Pasien mengeluhkan gigi geraham belakang bawah kiri yang tumbuh
sebagian. Gigi tersebut mulai tumbuh ± 1,5 tahun yang lalu. Gigi terkadang
terasa sakit dan tidak nyaman saat digunakan makan karena makanan sering
terselip pada gusi. Pasien tidak pernah mengobati keluhan tersebut. Kondisi

saat ini tidak sakit.

III. Kajian Rontgenologis


Gambar :

2
Klasifikasi:
a) Relasi gigi terhadap ramus mandibula ke permukaan distal M2 bawah
Kelas II : ruang antara anterior ramus dan permukaan distal M2
bawah lebih kecil dari diameter mesio-distal mahkota gigi M3.
b) Kedalaman relatif di dalam tulang rahang
Level A : bagian tertinggi dari gigi M3 setinggi atau di atas dataran
oklusal gigi M2
c) Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi M2
adalah posisi vertikal.
d) Jumlah akar gigi impaksi adalah 2 dan berbentuk konvergen
e) Tingkat Kesulitan
Keterang Nilai
an
Posisi terhadap sumbu gigi : vertikal 3
Kedalaman ruang : Level A 1
Relasi ramus terhadap distal M2 : Kelas II 2
Tingkat kesulitan 6 (sedang)

IV. Diagnosa
Impaksi sebagian pada gigi 48 dengan angulasi vertikal, kedalaman level
A dan relasi ramus terhadap distal gigi M2 kelas II.

V. Metode Pengambilan Gigi Impaksi


Metode yang digunakan adalah odontektomi yaitu pengambilan gigi
impaksi yang didahului dengan pengambilan jaringan penghambat (jaringan
lunak: gingiva, jaringan keras: tulang alveolar) di sekitar gigi tersebut
secukupnya, kemudian dikeluarkan secara utuh. Metode alternatif apabila
odontektomi tidak berhasil adalah dengan metode odontotomi, yaitu
pengambilan gigi impaksi dengan pemotongan atau pemecahan gigi terlebih
dahulu kemudian dikeluarkan satu persatu.
VI. Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan:
1. Alat dasar : kaca mulut, sonde, pinset kedokteran gigi, dan ekskavator
2. Alat anastesi: dispossible syringe 2,5 ml
3. Alat untuk membuat flap: handle dan scalpel, rasparatorium, pinset chirurgis
4. Alat untuk membuang jaringan keras penghambat: contra high speed, bur
tulang, mata bur long shank, chisel dan hammer.
5. Alat pengungkit : bein bengkok, bein lurus (besar dan kecil) dan cryer
6. Alat pencabutan : tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar
rahang bawah dan tang trismus.
7. Alat untuk menjahit : needle holder, cutting edge, gunting dan pinset chirurgis.
8. Alat lain : neirbecken, petridish, deppen glass, tempat tampon, lap dada, kain
penutup wajah, tempat alkohol, cotton roll, water syringe, saliva ejector, duck
clamp, cheek retractor, knable tang, bone file, arteri clamp, dan alat kuret.
 Bahan yang digunakan:
Betadine antiseptik, pehacain, vaselin, alkohol 70%, larutan PZ, aquades
steril, adrenalin, benang non absorbable, cotton pellet, dan tampon.

VII. Tahap Pelaksanaan


A. Persiapan alat dan bahan
B. Persiapan penderita meliputi :
1. Persiapan fisik (tidur dan makan yang cukup) serta persiapan psikis (cemas)
2. Informed consent, persetujuan pasien terhadap tindakan operasi setelah
diberi penjelasan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi setelah
operasi, yaitu :
a) Terjadinya keterbatasan membuka mulut sementara oleh karena
kelelahan otot pembuka-penutup mulut
b) Terjadinya bengkak ekstra oral sementara
c) Terjadinya parastesi
d) Terjadinya fraktur mandibula
3. Pemeriksaan tanda vital pre operasi (tekanan darah, respirasi, nadi, dan
suhu tubuh)
4. Mengukur lebar buka mulut pre operasi
C. Persiapan operator dan asisten operasi
1. Persiapan Operator
a) Memahami teknik pelaksanaan odontektomi
b) Menjalankan operasi sesuai prosedur tetap
c) Mempersiapkan fisik dan mental
2. Asisten Operator 1 :
a) Mempersiapkan informed consent
b) Mempersiapkan kondisi fisik pasien : memeriksa tanda vital dan lebar
buka mulut pasien
c) Mengantarkan pasien ke ruang operasi
d) Membantu operator saat operasi berlangsung
e) Memegang suction dan cheek retractor
f) Memeriksa vital sign dan lebar buka mulut pasien
3. Asisten Operator 2 :
a) Mempersiapkan alat-alat operasi
b) Membantu mengambilkan alat pada saat operasi berlangsung
c) Membereskan dan mencuci alat operasi
4. Asisten Operator 3 :
a) Membantu operator, ass. Op 1, dan ass. Op 2 apabila diperlukan.
b) Mendudukkan pasien ke ruang operasi dan membuat pasien relaks
c) Menghidupkan lampu dan memasang foto rontgen
d) Melaporkan semua tahapan dan kegiatan operasi kepada instruktur
e) Mencatat tindakan apa saja yang dilakukan saat operasi dan waktu
tahapan-tahapan operasi
f) Membantu fiksasi pasien
g) Membawa pasien keluar ruang operasi sampai ke dental chair
h) Menuliskan resep
D. Asepsis daerah kerja dengan betadine antiseptik
1. Intraoral : berkumur dengan larutan betadine
2. Ekstraoral : Mengulaskan betadine pada daerah bibir dari bagian
tengah dengan gerakan memutar kearah luar (sudut mulut) searah jarum
jam.
E. Anastesi lokal dengan pehacain
1. Blok N. Alveolaris inferior 1 cc
2. Blok N. Lingualis 0,5 cc
3. Infiltrasi N. Buccalis longus 0,5 cc
F. Mengulas bibir dan sudut mulut penderita dengan vaselin (agar bibir tidak
kering dan terluka) kemudian menutup muka penderita dengan kain penutup
steril dan dijepit dengan duck clamp.
G. Pembuatan mukoperiosteal flap
1. Tipe : Mucoperiosteal full thickness
2. Bentuk : Triangular
3. Syarat insisi :
a) Pada jaringan sehat.
b) Harus berlandaskan tulang supaya gerakan insisi terkontrol dan saat
penjahitan flap tidak mudah putus.
c) Gerakan satu arah hingga menggores tulang
d) Basis flap harus lebar untuk suplai vaskularisasi
e) Aksesbilitas (lapang pandang yang lebar)
4. Teknik :
Insisi dimulai dari arah vertikal sebelah lingual dari linea oblique
eksterna dari ramus ascenden yaitu sepanjang 0,5 cm sebelah distal gigi
impaksi pada fossa retromolar, diarahkan pada pertengahan distal gigi
tersebut. Kemudian menyusuri tepi gingival sebelah bukal mengelilingi
gigi impaksi tersebut dan berhenti pada sepertiga mesiodistal gigi molar
kedua, kemudian membentuk diagonal distomesial dan insisi berakhir
pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kemudian dipisahkan
dengan rasparatorium hingga tulang alveolar tampak. Insisi dilakukan
tanpa mengenai pembuluh darah dan saraf yang vital.
Gambar:
Type equation here .

H. Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong tulang


alveolar menggunakan bur tulang pada sisi distal, oklusal dan bukal molar
ketiga impaksi hingga kelengkungan terbesar gigi terbebaskan. Hal ini
bertujuan menghilagkan jaringan penghambat, memberikan lapang pandang,
sebagai tempat tumpuan.

I. Apabila seluruh mahkota terbuka, maka gigi impaksi diungkit secara utuh
dengan elevator pada bagian bukal, mesial, hingga gigi tersebut goyang yang
menandakan bahwa soket sudah longgar. Kemudian dilanjutkan
menggunakan tang dengan gerakan luksasi bukal-lingual untuk mencabut
gigi.
J. Menghaluskan tulang-tulang yang tajam dengan bone file.
K. Debridement, dapat dilakukan dengan :
1. Membersihkan serpihan tulang atau gigi dari soket dengan alat kuret
2. Irigasi dengan larutan PZ untuk menghilangkan serbuk gigi dan tulang
sisa pengeburan.
L. Kontrol perdarahan
1. Perdarahan normal : Durk dengan tampon, langsung dilakukan
penjahitan.

2. Perdarahan abnormal : Durk dengan tampon adrenalin dan pemberian


vitamin K dan bila terjadi perdarahan cukup
besar, dilakukan kauterisasi pembuluh darah.
M. Menutup luka operasi :
Melakukan penjahitan 3 simpul yaitu 2 simpul di daerah oklusal gigi impaksi
dan 1 simpul di daerah bukal.
Gambar :

I. Instruksi pasca odontektomi


A. Penderita dianjurkan menggigit tampon selama 30-60 menit.
B. Penderita diberi tahu kadang-kadang setelah tampon dilepas darah masih
merembes, maka sebaiknya dikompres.
C. Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan dihisap-hisap.
D. Tidak boleh kumur keras-keras setelah operasi.
E. Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum yang panas.
F. Jika ada pembengkakan setelah 24 jam disarankan kumur-kumur air garam
hangat.
G. Disarankan untuk banyak istirahat.
H. Disarankan untuk meningkatkan kebersihan mulut.
I. Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan.
J. Intruksi pasien untuk melakukan kontrol.

II. Pemberian Resep


R/ Amoxicillin tab 500 mg No. XV
∫ 3dd 1 p.c
‫׀׀‬
R/ Asam Mefenamat tab 500 mg No. X
∫ p.r.n 1 p.c
‫׀׀‬

III. Kontrol
1. 24 jam post odontektomi bertujuan untuk kontrol perdarahan,
keradangan, kebersihan daerah operasi dan kontrol jahitan.
2. 3 hari post odontektomi bertujuan untuk mengetahui efektivitas
pemberian antibiotic yang telah diberikan, dan untuk mengetahui proses
radang reda atau belum, kontrol kebersihan daerah operasi.
3. 7 hari post odontektomi bertujuan untuk mengetahui penyembuhan dan
membuka jahitan.
Waktu
No Tindakan
Mulai Selesai
1 Anastesi lokal
2 Membuat flap
3 Menghilangkan jaringan penghambat
4 Mengeluarkan/mengungkit gigi
5 Menghaluskan tulang yang tajam, debridement,
dan irigasi
6 Suturing/penjahitan

Nama : Najuwa Hana


NIM : 201611101026
BMM integrasi 3 kelas J

Anda mungkin juga menyukai