Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PENGAMBILAN GIGI MOLAR KETIGA

BAWAH KIRI IMPAKSI SEBAGIAN DENGAN ANGULASI


VERTIKAL, KELAS II, LEVEL A

Kelompok BMM 3C:

Dina Zakiyatul 201611101102


Lisa Wahyu Z F 201611101103
Rinda Puspa 201611101104
Savira Aulia 201611101105
Kristin Rizki 201611101106

Instruktur :
drg. Zainul Cholid, Sp.BM

BAGIAN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
I. Identitas Penderita
Nama penderita : Nn. Dini Nur Safika P
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa Politeknik Jember
Alamat : Jalan Mastrip 7 no 9A, Jember

II. Anamnesa
Pasien datang ke RSGM Universitas Jember ingin mencabutkan gigi
belakang bawah kiri yang tumbuh sebagian. Pasien mengeluhkan giginya terasa
tidak nyaman saat digunakan untuk makan dan pernah terasa sakit sekitar 7 bulan
yang lalu. Pasien tidak mengobati keluhan tersebut. Tidak ada riwayat
pembengkakan. Kondisi saat ini tidak sakit.

III. Kajian Rontgenologis


Gambar:

Gambar 1. Foto Rontgen gigi 38 impaksi vertikal kelas II level A (Sumber: Dokumentasi pribadi).
Klasifikasi:
a. Relasi gigi terhadap ramus mandibula ke permukaan distal M2 bawah
Kelas II : ukuran mesio distal gigi M3 lebih besar dibandingkan ruang diantara distal
gigi M2 dengan ramus mandibular.
b. Kedalaman relatif di dalam tulang rahang
Level A : bagian tertinggi dari M3 setinggi atau di atas dataran oklusal gigi M2
c. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi M2 adalah

2
posisi vertikal.
d. Jumlah / bentuk akar gigi impaksi adalah 2 akar dengan bentuk akar
konvergen dan terbentuk sempurna.
e. Tingkat Kesulitan

Nilai
Posisi terhadap sumbu gigi: vertikal 3
Kedalaman ruang: Level A 1
Relasi ramus terhadap distal M2: Kelas II 2
Tingkat kesulitan 6 (sedang)

IV. Diagnosa
Impaksi sebagian pada gigi 38 dengan angulasi vertikal, kedalaman pada
level A dan relasi ramus terhadap distal molar dua Kelas II.

V. Metode Pengambilan Gigi Impaksi


Metode yang digunakan adalah odontektomi yaitu pengambilan gigi impaksi
yang didahului dengan pengambilan jaringan penghambat (jaringan lunak: gingiva,
jaringan keras: tulang alveolar) di sekitar gigi tersebut secukupnya, kemudian
dikeluarkan secara utuh. Metode alternatif apabila odontektomi tidak berhasil
adalah dengan metode odontotomi, yaitu pengambilan gigi impaksi dengan
pemotongan atau pemecahan gigi terlebih dahulu kemudian dikeluarkan satu
persatu. Metode ketiga yaitu kombinasi antara penghilangan jaringan yang
menghambat kemudian pemotongan gigi yang impaksi.

VI. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
1. Alat dasar: kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset kedokteran gigi.
2. Alat anastesi: dispossible syringe 2,5 ml.
3. Alat untuk membuat flap: handle dan scalpel, rasparatorium, pinset
chirugis.
4. Alat untuk membuang jaringan keras penghambat: contra high speed, bur

3
tulang, mata bur long shank, chisel dan hammer.
5. Alat pengungkit: bein bengkok, bein lurus (besar dan kecil) dan cryer
6. Alat pencabutan: tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar rahang
bawah dan tang trismus.
7. Alat untuk menjahit: needle holder, cutting edge, gunting dan pinset
chirurgis.
8. Alat lain: neirbecken, petridish, deppen glass, tempat tampon, lap dada, kain
penutup wajah, tempat alkohol, cotton roll, water syringe, saliva ejector, duck
clamp, cheek retractor, knable tang, bone file, arteri clamp, dan alat kuret.

Bahan yang digunakan:


Betadine antiseptik, Pehacain, alkohol 70%, larutan PZ, aquadest steril, benang
non absorbable, cotton pellet, tampon, adrenalin, dan vaselin.

VII. Tahap Pelaksanaan


A. Persiapan penderita meliputi:
1. Informed consent, persetujuan pasien terhadap tindakan operasi setelah diberi
penjelasan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi setelah operasi,
seperti:
a. Terjadinya keterbatasan membuka mulut sementara oleh karena kelelahan
otot pembuka-penutup mulut.
b. Terjadinya bengkak ekstra oral sementara.
c. Terjadinya parastesi.
d. Terjadinya fraktur mandibula.
2. Pemeriksaan tanda vital pre-operasi, meliputi pemeriksaan tekanan darah,
nadi, dan respirasi.
3. Persiapan fisik (istirahat dan makan yang cukup), persiapan psikis (cemas)
dan mental, memotivasi pasien.
4. Mengukur lebar buka mulut pre operasi.
B. Persiapan alat dan bahan.
C. Persiapan operator dan asisten operasi.
1. Operator:

4
 Memahami teknik pelaksanaan odontektomi.
 Menjalankan operasi sesuai prosedur tetap.
 Mempersiapkan fisik dan mental.
2. Ass. Op 1:
 Mempersiapkan informed consent.
 Mempersiapkan kondisi fisik pasien: memeriksa vital sign dan lebar buka
mulut pasien.
 Mengantarkan pasien ke ruang operasi.
 Membantu operator saat operasi berlangsung.
 Memegang suction dan cheek retractor.
 Memeriksa vital sign dan lebar buka mulut pasien.

3. Ass. Op 2:
 Mempersiapkan alat-alat operasi.
 Membantu mengambilkan alat pada saat operasi berlangsung.
 Membereskan dan mencuci alat operasi.

4. Ass. Op 3:
 Membantu operator, ass. Op 1, dan ass. Op 2 apabila diperlukan.
 Mendudukkan pasien ke ruang operasi dan membuat pasien relaks.
 Menghidupkan lampu dan memasang foto rontgen.
 Melaporkan semua tahapan dan kegiatan operasi kepada instruktur.
 Mencatat tindakan apa saja yang dilakukan saat operasi dan waktu
tahapan-tahapan operasi.
 Membantu fiksasi pasien.
 Membawa pasien keluar ruang operasi sampai ke dental chair.
 Menuliskan resep.
D. Asepsis daerah kerja dengan betadine antiseptik.
E. Anastesi lokal dengan pehacain:
1) Blok N. Alveolaris inferior 1 cc
2) Blok N. Lingualis 0,5 cc

5
3) Infiltrasi N. Buccalis longus 0,5 cc
F. Intraoral : pasien diinstruksikan berkumur dengan larutan betadine.
Ekstraoral : mengulasi dengan betadine pada daerah bibir dari bagian tengah
dengan gerakan memutar kearah luar (sudut mulut) searah jarum jam (tidak
searah boleh asalkan konsisten) kemudian ulasi dengan vaselin (agar bibir tidak
kering dan terluka) kemudian menutup penderita dengan kain penutup steril dan
dijepit dengan duck clamp.
G. Pembuatan mukoperiosteal flap.
a) Tipe : Mucoperiosteal full thickness flap
b) Bentuk : Triangular
c) Syarat insisi :
- Harus di jaringan sehat.
- Harus berlandaskan tulang supaya gerakan insisi terkontrol dan saat
penjahitan flap tidak mudah putus.
- Gerakan satu arah hingga menggores tulang.
- Basis flap harus lebar untuk supply vaskularisasi.
- Aksesbilitas (lapang pandang yang lebar).

d) Cara :
Insisi dimulai dari arah vertikal sebelah bukal dari linea oblique eksterna dari
ramus ascenden yaitu sepanjang 0,5 cm sebelah distal gigi impaksi pada fossa
retromolar, diarahkan pada pertengahan distal gigi tersebut. Kemudian
menyusuri tepi gingival sebelah bukal mengelilingi gigi impaksi tersebut dan
berhenti pada sepertiga mesiodistal gigi molar kedua, kemudian membentuk
diagonal distomesial dan insisi berakhir pada batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak, kemudian dipisahkan dengan rasparatorium hingga tulang
alveolar tampak. Insisi dilakukan tanpa mengenai pembuluh darah dan saraf
yang vital.
Gambar:

6
A B

Gambar 2. (A) Pandangan bukal mukoperiosteal full thickness flap bentuk triangular pada distal
gigi 38 hingga 1/3 mesio-distal gigi 37; (B) Penyingkapan flap menggunakan resparatorium pada
gingiva bukal 38 (Sumber: Ilustrasi pribadi).

H. Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong tulang


alveolar menggunakan bur tulang (longshank) kecepatan sedang dan semprotan
air dari arah buko-mesial ke distal gigi 38 hingga kelengkungan terbesar gigi
terbebaskan (bur tegak lurus, pergerakan bur tidak menekan secara terus
menerus). Hal ini bertujuan membuat ruangan antara gigi dan fulkrum yang dapat
dimasuki ujung elevator, menghilangkan jaringan penghambat, memberikan
lapang pandang, dan sebagai tempat tumpuan.

Gambar 3. menghilangkan jaringan penghambat menggunakan bur tulang (longshank)


kecepatan sedang dan semprotan air dari arah buko-mesial ke distal gigi 38
(Sumber: Ilustrasi pribadi).

7
Gambar 4. Gigi impaksi diungkit secara utuh menggunakan elevator (Sumber: Ilustrasi pribadi).

I. Apabila seluruh mahkota terbuka, maka gigi impaksi diungkit secara utuh dengan
elevator, kemudian dengan menggunakan tang.
J. Apabila gigi Impaksi tidak keluar, maka dilakukan alternatif lain, yaitu dengan
memotong gigi menjadi 2 bagian yakni sisi mesial dan distal dengan
menggunakan long shank bur, kemudian dikeluarkan satu persatu menggunakan
bein lurus atau bengkok
K. Menghaluskan tulang yang tajam dengan bone file.
L. Debridement yaitu dengan:
 Kuretase, yaitu membersihkan serpihan tulang atau gigi dari soket dengan alat
kuret
 irigasi dengan aquadest steril dan larutan PZ untuk menghilangkan serbuk
gigi dan tulang sisa pengeburan.
M. Kontrol perdarahan
 Perdarahan normal, langsung dilakukan penjahitan.

 Perdarahan tidak normal, druk dengan tampon dan adrenalin, pemberian


vitamin K, bila terjadi perdarahan cukup besar, dilakukan cauterisasi
pembuluh darah ikat.
N. Menutup luka operasi
Dengan melakukan penjahitan 3 simpul yaitu:
 2 simpul di oklusal gigi impaksi.
 1 simpul di daerah bukal.
Gambar:

8
Gambar 5. Penjahitan 3 Simpul simple interrupted suture (Sumber: Ilustrasi pribadi)

VIII. Instruksi Pasca Odontektomi:

a. Penderita dianjurkan menggigit tampon selama 30-60 menit.

b. Penderita diberitahu kadang-kadang setelah tampon dilepas darah masih


merembes, maka sebaiknya dikompres.
c. Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan dihisap-hisap.

d. Tidak boleh kumur keras-keras setelah operasi.


e. Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum yang panas.
f. Jika ada pembengkakan setelah 24 jam disarankan kumur-kumur air garam
hangat.
g. Disarankan untuk banyak istirahat.

h. Disarankan untuk meningkatkan kebersihan mulut.

i. Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan.

IX. Pemberian Resep

R/ Amoxicillin tab. 500 mg No. XII


 3 dd 1 p.c.

R/ Asam mefenamat tab. 500 mg No. XII


 p.r.n 1 p.c

X. Kontrol

9
a. Kontrol ke I (1 hari post odontektomi)
Tujuannya adalah untuk kontrol kebersihan daerah operasi, kondisi jahitan dan
besar kecilnya peradangan yang timbul setelah operasi, Apabila peradangan yang
timbul besar dan pasien mengalami keluhan seperti bengkak, dan sakit, maka
pasien bisa diberikan obat tambahan antiinflamasi.
- Medikasi
R/ Natrium Diklofenak tab 50 mg No. XII
∫ 3 dd 1 p.c

b. Kontrol ke II (4 hari post odontektomi)


Tujuannya adalah untuk mengetahui proses radang reda atau belum, kontrol
kebersihan daerah operasi.

c. Kontrol ke III (7 hari post odontektomi)


Tujuannya adalah untuk mengetahui penyembuhan tulang dan membuka jahitan.

XI. Komplikasi
A. Saat insisi
Pembuluh darah dapat terpotong dan menyebabkan cedera pada saraf lingual,
jika tidak hati-hati.
B. Saat menghilangkan tulang
 Merusak gigi molar kedua yang ada di sebelahnya
 Bur dapat terselip dan merusak jaringan lunak
 Bur rusak atau patah sehingga dapat masuk tertanam pada tulang
 Fraktur mandibula apabila menggunakan chisel dan mallet
C. Saat pengambilan gigi
 Ikut terkoyaknya gigi tetangga/di atasnya
 Fraktur tuberositas
 Fraktur mandibula
 Cedera jaringan lunak
 Kerusakan ujung elevator

10
 Dislokasi sendi temporomandibular (TMJ).
D. Post operative
 Perdarahan
Perdarahan terjadi kadangkadang 24 jam setelah tindakan bedah. Hal ini
disebabkan dari jaringan granulasi atau dari adanya pecahan tulang
alveolar atau lepasnya bekuan darah. Adanya oedema pada jaringan
juga dapat memutuskan pembuluh darah kecil di daerah operasi. Bila
pasien mengabarkan lewat telepon, pasien disarankan menggigit
tampon sebelum ke dokter gigi. Setelah itu daerah perdarahan harus
dicari, bila telah ditemukan dapat digunakan pemberian anastetikum
untuk mengontrol perdarahan sebelum titik perdarahan ditemukan. Bila
perdarahan berasal dari tulang, dilakukan penghalusan tulang dan
dibersihkan dari sia- sisa fragmen – fragmen tulang dan dapat ditambah
dengan penjahitan. Bahan hemostatik seperti spongostan dapat
diletakkan ke dalam soket dan di atasnya diberi tampon kasa. Setelah
bebrapa menit tampon diambil dan dilakukan penjahitan kembali.
 Pembengkakan
Edema post odontektomi terjadi akibat respon jaringan terhadap
manipulasi dan trauma selama operasi. Onset pembengkakan bertahap
dan pembengkakan maksimum diperkirakan terji pada hari keempat dan
penyembuhan terjadi pada hari ke tujuh. Aplikasi ice packs pada wajah
membuat pasien merasa lebih nyaman tapi tidak mempunyai efek pada
edema. Medikasi dilakukan dengan pemberian 32 mg
methylprenidsolone dan 400 mg ibuprofen 12 jam sebelum dan 12 jam
sesudah operasi. Edema post operasi edema dapat dikontrol dengan
pemberian dexamethasone 4 mg secara submukosa 1 jam sebelum
operasi. Selain itu, terapi juga dapat dilakukan dengan pemberian 8 mg
dexamethosone ditambahkan 2 gr amoxicillin/clavulanic acid 2 kali
sehari.

11
 Trismus
Pasien yang mengalami trismus diberikan terapi steroid. Pasien dengan
edema yang diberikan terapi steroid juga cenderung lebih sedikit
mengalami trismus. Obat yang diberikan adalah dexamethasone.
 Rasa Sakit dan nyeri
Rasa sakit post operasi umumnya terjadi 6 sampai 12 jam post operasi.
Manajemen post surgical pain meliputi kombinasi analgesik
(metamizol), parasetamol dan NSAID.
 Infeksi
Infeksi pasca odontektomi biasanya merupakan tipe infeksi abses
subperiosteal. Hal ini biasanya diakibatkan oleh debris yang tertinggal
di bawah flap mukoperiosteal dan dirawat dengan debridement ataupun
drainase.
 Alveolar Osteitis
Alveolar osteitis atau dry socket merupakan gangguan pada proses
penyembuhan yang terjadi setelah pembentukan blood clot sebelum
tergantikan dengan jaringan granulasi. Untuk menjaga stabilitas blood
clot dapat digunakan gelatin sponge, polylactic acid dn methylselullosa.
Selain itu, soket juga diirigasi, debridement dan diaplikasikan dressing
yang mengandung eugenol. Dressing diganti setiap hari selama 7 hari.
Rasa sakit biasanya sembuh dalam waktu 3 sampai 5 hari,
Metronidazole juga dapat ditambahkan untuk mempercepat
penyembuhan dry socket.

12
No Tindakan Waktu
Mulai Selesai
1 Anastesi lokal
2 Membuat flap
3 Menghilangkan jaringan penghambat
4 Mengeluarkan/ mengungkit gigi
5 Menghaluskan tulang yang tajam,
debridement dan irigasi
6 Suturing/ penjahitan

13

Anda mungkin juga menyukai