Instruktur :
drg. Zainul Cholid, Sp.BM
1
I. Identitas Penderita
Nama penderita : Nn. Dini Nur Safika P
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa Politeknik Jember
Alamat : Jalan Mastrip 7 no 9A, Jember
II. Anamnesa
Pasien datang ke RSGM Universitas Jember ingin mencabutkan gigi
belakang bawah kiri yang tumbuh sebagian. Pasien mengeluhkan giginya terasa
tidak nyaman saat digunakan untuk makan dan pernah terasa sakit sekitar 7 bulan
yang lalu. Pasien tidak mengobati keluhan tersebut. Tidak ada riwayat
pembengkakan. Kondisi saat ini tidak sakit.
Gambar 1. Foto Rontgen gigi 38 impaksi vertikal kelas II level A (Sumber: Dokumentasi pribadi).
Klasifikasi:
a. Relasi gigi terhadap ramus mandibula ke permukaan distal M2 bawah
Kelas II : ukuran mesio distal gigi M3 lebih besar dibandingkan ruang diantara distal
gigi M2 dengan ramus mandibular.
b. Kedalaman relatif di dalam tulang rahang
Level A : bagian tertinggi dari M3 setinggi atau di atas dataran oklusal gigi M2
c. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi M2 adalah
2
posisi vertikal.
d. Jumlah / bentuk akar gigi impaksi adalah 2 akar dengan bentuk akar
konvergen dan terbentuk sempurna.
e. Tingkat Kesulitan
Nilai
Posisi terhadap sumbu gigi: vertikal 3
Kedalaman ruang: Level A 1
Relasi ramus terhadap distal M2: Kelas II 2
Tingkat kesulitan 6 (sedang)
IV. Diagnosa
Impaksi sebagian pada gigi 38 dengan angulasi vertikal, kedalaman pada
level A dan relasi ramus terhadap distal molar dua Kelas II.
3
tulang, mata bur long shank, chisel dan hammer.
5. Alat pengungkit: bein bengkok, bein lurus (besar dan kecil) dan cryer
6. Alat pencabutan: tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar rahang
bawah dan tang trismus.
7. Alat untuk menjahit: needle holder, cutting edge, gunting dan pinset
chirurgis.
8. Alat lain: neirbecken, petridish, deppen glass, tempat tampon, lap dada, kain
penutup wajah, tempat alkohol, cotton roll, water syringe, saliva ejector, duck
clamp, cheek retractor, knable tang, bone file, arteri clamp, dan alat kuret.
4
Memahami teknik pelaksanaan odontektomi.
Menjalankan operasi sesuai prosedur tetap.
Mempersiapkan fisik dan mental.
2. Ass. Op 1:
Mempersiapkan informed consent.
Mempersiapkan kondisi fisik pasien: memeriksa vital sign dan lebar buka
mulut pasien.
Mengantarkan pasien ke ruang operasi.
Membantu operator saat operasi berlangsung.
Memegang suction dan cheek retractor.
Memeriksa vital sign dan lebar buka mulut pasien.
3. Ass. Op 2:
Mempersiapkan alat-alat operasi.
Membantu mengambilkan alat pada saat operasi berlangsung.
Membereskan dan mencuci alat operasi.
4. Ass. Op 3:
Membantu operator, ass. Op 1, dan ass. Op 2 apabila diperlukan.
Mendudukkan pasien ke ruang operasi dan membuat pasien relaks.
Menghidupkan lampu dan memasang foto rontgen.
Melaporkan semua tahapan dan kegiatan operasi kepada instruktur.
Mencatat tindakan apa saja yang dilakukan saat operasi dan waktu
tahapan-tahapan operasi.
Membantu fiksasi pasien.
Membawa pasien keluar ruang operasi sampai ke dental chair.
Menuliskan resep.
D. Asepsis daerah kerja dengan betadine antiseptik.
E. Anastesi lokal dengan pehacain:
1) Blok N. Alveolaris inferior 1 cc
2) Blok N. Lingualis 0,5 cc
5
3) Infiltrasi N. Buccalis longus 0,5 cc
F. Intraoral : pasien diinstruksikan berkumur dengan larutan betadine.
Ekstraoral : mengulasi dengan betadine pada daerah bibir dari bagian tengah
dengan gerakan memutar kearah luar (sudut mulut) searah jarum jam (tidak
searah boleh asalkan konsisten) kemudian ulasi dengan vaselin (agar bibir tidak
kering dan terluka) kemudian menutup penderita dengan kain penutup steril dan
dijepit dengan duck clamp.
G. Pembuatan mukoperiosteal flap.
a) Tipe : Mucoperiosteal full thickness flap
b) Bentuk : Triangular
c) Syarat insisi :
- Harus di jaringan sehat.
- Harus berlandaskan tulang supaya gerakan insisi terkontrol dan saat
penjahitan flap tidak mudah putus.
- Gerakan satu arah hingga menggores tulang.
- Basis flap harus lebar untuk supply vaskularisasi.
- Aksesbilitas (lapang pandang yang lebar).
d) Cara :
Insisi dimulai dari arah vertikal sebelah bukal dari linea oblique eksterna dari
ramus ascenden yaitu sepanjang 0,5 cm sebelah distal gigi impaksi pada fossa
retromolar, diarahkan pada pertengahan distal gigi tersebut. Kemudian
menyusuri tepi gingival sebelah bukal mengelilingi gigi impaksi tersebut dan
berhenti pada sepertiga mesiodistal gigi molar kedua, kemudian membentuk
diagonal distomesial dan insisi berakhir pada batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak, kemudian dipisahkan dengan rasparatorium hingga tulang
alveolar tampak. Insisi dilakukan tanpa mengenai pembuluh darah dan saraf
yang vital.
Gambar:
6
A B
Gambar 2. (A) Pandangan bukal mukoperiosteal full thickness flap bentuk triangular pada distal
gigi 38 hingga 1/3 mesio-distal gigi 37; (B) Penyingkapan flap menggunakan resparatorium pada
gingiva bukal 38 (Sumber: Ilustrasi pribadi).
7
Gambar 4. Gigi impaksi diungkit secara utuh menggunakan elevator (Sumber: Ilustrasi pribadi).
I. Apabila seluruh mahkota terbuka, maka gigi impaksi diungkit secara utuh dengan
elevator, kemudian dengan menggunakan tang.
J. Apabila gigi Impaksi tidak keluar, maka dilakukan alternatif lain, yaitu dengan
memotong gigi menjadi 2 bagian yakni sisi mesial dan distal dengan
menggunakan long shank bur, kemudian dikeluarkan satu persatu menggunakan
bein lurus atau bengkok
K. Menghaluskan tulang yang tajam dengan bone file.
L. Debridement yaitu dengan:
Kuretase, yaitu membersihkan serpihan tulang atau gigi dari soket dengan alat
kuret
irigasi dengan aquadest steril dan larutan PZ untuk menghilangkan serbuk
gigi dan tulang sisa pengeburan.
M. Kontrol perdarahan
Perdarahan normal, langsung dilakukan penjahitan.
8
Gambar 5. Penjahitan 3 Simpul simple interrupted suture (Sumber: Ilustrasi pribadi)
i. Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan.
X. Kontrol
9
a. Kontrol ke I (1 hari post odontektomi)
Tujuannya adalah untuk kontrol kebersihan daerah operasi, kondisi jahitan dan
besar kecilnya peradangan yang timbul setelah operasi, Apabila peradangan yang
timbul besar dan pasien mengalami keluhan seperti bengkak, dan sakit, maka
pasien bisa diberikan obat tambahan antiinflamasi.
- Medikasi
R/ Natrium Diklofenak tab 50 mg No. XII
∫ 3 dd 1 p.c
XI. Komplikasi
A. Saat insisi
Pembuluh darah dapat terpotong dan menyebabkan cedera pada saraf lingual,
jika tidak hati-hati.
B. Saat menghilangkan tulang
Merusak gigi molar kedua yang ada di sebelahnya
Bur dapat terselip dan merusak jaringan lunak
Bur rusak atau patah sehingga dapat masuk tertanam pada tulang
Fraktur mandibula apabila menggunakan chisel dan mallet
C. Saat pengambilan gigi
Ikut terkoyaknya gigi tetangga/di atasnya
Fraktur tuberositas
Fraktur mandibula
Cedera jaringan lunak
Kerusakan ujung elevator
10
Dislokasi sendi temporomandibular (TMJ).
D. Post operative
Perdarahan
Perdarahan terjadi kadangkadang 24 jam setelah tindakan bedah. Hal ini
disebabkan dari jaringan granulasi atau dari adanya pecahan tulang
alveolar atau lepasnya bekuan darah. Adanya oedema pada jaringan
juga dapat memutuskan pembuluh darah kecil di daerah operasi. Bila
pasien mengabarkan lewat telepon, pasien disarankan menggigit
tampon sebelum ke dokter gigi. Setelah itu daerah perdarahan harus
dicari, bila telah ditemukan dapat digunakan pemberian anastetikum
untuk mengontrol perdarahan sebelum titik perdarahan ditemukan. Bila
perdarahan berasal dari tulang, dilakukan penghalusan tulang dan
dibersihkan dari sia- sisa fragmen – fragmen tulang dan dapat ditambah
dengan penjahitan. Bahan hemostatik seperti spongostan dapat
diletakkan ke dalam soket dan di atasnya diberi tampon kasa. Setelah
bebrapa menit tampon diambil dan dilakukan penjahitan kembali.
Pembengkakan
Edema post odontektomi terjadi akibat respon jaringan terhadap
manipulasi dan trauma selama operasi. Onset pembengkakan bertahap
dan pembengkakan maksimum diperkirakan terji pada hari keempat dan
penyembuhan terjadi pada hari ke tujuh. Aplikasi ice packs pada wajah
membuat pasien merasa lebih nyaman tapi tidak mempunyai efek pada
edema. Medikasi dilakukan dengan pemberian 32 mg
methylprenidsolone dan 400 mg ibuprofen 12 jam sebelum dan 12 jam
sesudah operasi. Edema post operasi edema dapat dikontrol dengan
pemberian dexamethasone 4 mg secara submukosa 1 jam sebelum
operasi. Selain itu, terapi juga dapat dilakukan dengan pemberian 8 mg
dexamethosone ditambahkan 2 gr amoxicillin/clavulanic acid 2 kali
sehari.
11
Trismus
Pasien yang mengalami trismus diberikan terapi steroid. Pasien dengan
edema yang diberikan terapi steroid juga cenderung lebih sedikit
mengalami trismus. Obat yang diberikan adalah dexamethasone.
Rasa Sakit dan nyeri
Rasa sakit post operasi umumnya terjadi 6 sampai 12 jam post operasi.
Manajemen post surgical pain meliputi kombinasi analgesik
(metamizol), parasetamol dan NSAID.
Infeksi
Infeksi pasca odontektomi biasanya merupakan tipe infeksi abses
subperiosteal. Hal ini biasanya diakibatkan oleh debris yang tertinggal
di bawah flap mukoperiosteal dan dirawat dengan debridement ataupun
drainase.
Alveolar Osteitis
Alveolar osteitis atau dry socket merupakan gangguan pada proses
penyembuhan yang terjadi setelah pembentukan blood clot sebelum
tergantikan dengan jaringan granulasi. Untuk menjaga stabilitas blood
clot dapat digunakan gelatin sponge, polylactic acid dn methylselullosa.
Selain itu, soket juga diirigasi, debridement dan diaplikasikan dressing
yang mengandung eugenol. Dressing diganti setiap hari selama 7 hari.
Rasa sakit biasanya sembuh dalam waktu 3 sampai 5 hari,
Metronidazole juga dapat ditambahkan untuk mempercepat
penyembuhan dry socket.
12
No Tindakan Waktu
Mulai Selesai
1 Anastesi lokal
2 Membuat flap
3 Menghilangkan jaringan penghambat
4 Mengeluarkan/ mengungkit gigi
5 Menghaluskan tulang yang tajam,
debridement dan irigasi
6 Suturing/ penjahitan
13