Anda di halaman 1dari 75

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2A. Kajian Pustaka


2.A.1 Judul
“Desain Interior Dental Center di Karawang dengan Pendekatan
Konsep Jungle”

2.A.2 Definisi Judul


a. Desain adalah suatu sistem yang berlaku untuk segala macam
jenis perancangan dimana titik beratnya adalah melihat sesuatu
persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri melainkan sebagai
suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait
mengait. (Eka, 2014, https://www.academia.edu//5337431/PEN
GERTIAN_DESAIN_kk_yeti, diakses pada 27/02/2016)
b. Interior adalah bagian dalam suatu ruangan atau tatanan perabot
di dalam ruang gedung dan sebagainya. (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Dilengkapi Dengan Ejaan Yang Disempurnakan :
Ahmad A.K. Muda, 2006 : 271)
c. Dental adalah yang berhubungan dengan gigi. (Kamus Lengkap
Inggris-Indonesia : Stefanie Paramitha, 2013 : 79)
d. Center adalah pusat atau bagian tengah. (Kamus Lengkap Inggris-
Indonesia : Stefanie Paramitha, 2013 : 53)
e. Karawang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang
di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten
Cianjur di selatan. Karawang memiliki luas wilayah 1.737,53 km2
dengan jumlah penduduk 2.125.234 jiwa yang berarti
berkepadatan 1.223 jiwa per km2. (Ramdan, 2016,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karawang, diakses pada
27/02/2016)

9
10

f. Jungle adalah hutan rimba atau wilayah atau daerah yang


ditumbuhi oleh berbagai pohon secara alami serta didiami oleh
berbagai jenis binatang. (Kamus Lengkap Inggris-Indonesia :
Stefanie Paramitha, 2013 : 154)

2.A.3 Tinjauan Umum Dental Center


Dalam upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, terdapat
beberapa sarana yang memberikan pelayanan pengobatan dan
pemulihan pada kasus penyakit gigi dan mulut seperti Rumah Sakit
Gigi dan Mulut (RSGM), Pusat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
atau Dental Center, maupun perseorangan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1173 tahun 2004
tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) adalah sarana
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan
pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat
jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis. Selain itu, RSGM
juga merupakan sarana pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan
gigi jenjang diploma, pendidikan dokter gigi, dokter gigi spesialis,
pendidikan magister dan doktoral. (Politeknik UB, 2016,
http://poliklinik.ub.ac.id/id/layanan/jenis-pelayanan/poli-gigi/, diakses
pada 27/02/ 2016)
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 028/Menkes/Per/I/2011, pengertian klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis (Menkes RI, 2001). Sedangkan
berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/Menkes/Per/XIII/1986, Dental Center merupakan tempat
pelayanan yang bertugas melakukan penanganan dan perawatan
11

kesehatan gigi serta seleksi terhadap pasien. Pengunjung dilayani oleh


Dokter Gigi yang bertugas melakukan anamnesa dan diagnosa awal
terhadap pasien. Pada Dental Center, terdapat fasilitas-fasilitas dan
peralatan yang lengkap sehingga tidak perlu adanya rujukan ke tempat
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. (Politeknik UB, 2016,
http://poliklinik.ub.ac.id/id/layanan/jenis-pelayanan/poli-gigi/, diakses
pada 27/02/2016)

2.A.4 Jenis-Jenis Klinik Gigi Spesialis


Di rumah sakit atau poliklinik gigi, ruang perawatan gigi dibagi
atas beberapa jenis sesuai jenis perawatan yang ditangani oleh dokter
yang berada di klinik tersebut, diantaranya:

a. Klinik Gigi Orthodonti


Klinik gigi yang menangani pasien dengan masalah
pertumbuhan, perkembangan, variasi wajah, rahang, gigi, dan
abnormalitas dari hubungan gigi dan wajah serta perawatan
perbaikannya. Secara garis besar ada dua macam alat orthodonti
seperti bracket atau behel yaitu alat orthodonti lepasan dan
cekat. Selain berbeda cara pemakaiannya, kedua alat ini juga
memiliki fungsi yang berbeda. Pada umumnya alat orthodonti
lepasan digunakan pada anak-anak dengan kasus mudah,
sedangkan alat orthodonti cekat digunakan untuk pasien dewasa
atau anak-anak dengan kasus yang lebih sulit atau kompleks.
12

Gambar 2. 1. Bracket atau Behel Lepasan dan Cekat


(Sumber : http://www.google.com/behel/, 27/02/2016)

b. Klinik Gigi Pedodonti


Klinik gigi yang menangani masalah pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan mulut pasien anak. Hal tersebut
dibedakan dengan pasien dewasa karena pasien anak memiliki
jenis gigi yang berbeda dengan gigi orang dewasa, dimana
pasien anak masih memiliki gigi susu sedangkan pasien dewasa
memiliki gigi tetap.

Gambar 2. 2. Gigi Susu Pada Anak


(Sumber : http://www.google.com/gigianak/, 27/02/2016)

c. Klinik Gigi Prosthodonti


Klinik gigi yang menangani penggantian satu atau
beberapa gigi asli dan jaringannya yang hilang dengan gigi
tiruan. Secara umum gigi tiruan dibagi menjadi dua bagian,
yaitu gigi tiruan lepas dan gigi tiruan cekat.
13

Gambar 2. 3. Gigi Tiruan Lepas dan Cekat


(Sumber : http://www.google.com/gigitiruan/, 27/02/2016)

d. Klinik Gigi Bedah Mulut


Klinik gigi yang menangani pasien yang membutuhkan
tindakan bedah, termasuk tindakan cabut gigi sehingga didalam
bagian klinik ini ada yang disebut bagian eksodonti, tindakan
yang dilakukan mulai dari cabut gigi sampai operasi gigi dan
mulut.

Gambar 2. 4. Cabut Gigi Bungsu


(Sumber : http://www.google.com/cabutgigibungsu/, 27/02/2016)

e. Klinik Gigi Konservasi


Klinik gigi yang menangani perawatan restorasi gigi
(misalnya tambalan gigi dan pembuatan mahkota buatan) tiap-
tiap gigi. Pada klinik ini terdapat bagian endodontik yaitu
perawatan saluran akar gigi atau segala upaya yang ditujukan
untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut.
14

Gambar 2. 5. Penambalan Gigi dan Pembuatan Mahkota Buatan


(Sumber : http://www.google.com/penambalangigi/, 27/02/2016)

f. Klinik Gigi Periodonti


Klinik gigi yang menangani pasien dengan perawatan
jaringan penyangga gigi, termasuk diantaranya gusi yang terlihat
gelap dan mudah berdarah, tulang rahang, pembersihan karang
gigi, operasi flap, dan kuret dilakukan di klinik gigi ini. (I’M
Dental Specialist, 2015, http://orthodontic.co.id/jenis-klinik-
gigi.html, diakses pada 27/02/2016)

Gambar 2. 6. Pembersihan Karang Gigi


(Sumber : http://www.google.com/karanggigi/, 27/02/2016)

2.A.5 Syarat-Syarat Pembangunan Dental Center


Berikut adalah beberapa syarat yang diajukan untuk mendirikan
sebuah klinik di Indonesia menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 028/MENKES/PER/I/2011:
15

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis.
b. Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau
dokter gigi spesialis.
c. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
d. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II
JENIS
Pasal 4
a. Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care, rawat inap
dan/atau home care.
c. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua
puluh empat) jam harus menyediakan dokter serta tenaga
kesehatan lain sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di
tempat.
16

Pasal 5
a. Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat
jalan dapat secara perorangan atau berbentuk badan usaha.
b. Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat inap
dan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha.

BAB III
PERSYARATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan
ruangan, prasarana, peralatan, dan ketenagaan.
Bagian Kedua
Pasal 7
a. Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah
masing-masing.
b. Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran klinik
yang diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan
memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah
penduduk.
c. Ketentuan mengenai lokasi dan persebaran klinik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak berlaku untuk klinik
perusahaan atau klinik instansi pemerintah tertentu yang hanya
melayani karyawan perusahaan atau pegawai instansi
pemerintah.
Bagian Ketiga
Bangunan dan Ruangan
Pasal 8
a. Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak
bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
17

b. Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
Pasal 9
a. Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
1. Ruang pendaftaran/ruang tunggu
2. Ruang konsultasi dokter
3. Ruang administrasi
4. Ruang tindakan
5. Ruang farmasi
6. Kamar mandi/WC
7. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan
Bagian Keempat
Prasarana
Pasal 10
a. Prasarana klinik meliputi:
1. Instalasi air
2. Instalasi listrik
3. Instalasi sirkulasi udara
4. Sarana pengelolaan limbah
5. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
6. Ambulance untuk klinik yang menyelenggarakan rawat
inap
7. Sarana lainnya sesuai kebutuhan
b. Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam
keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
18

Bagian Kelima
Peralatan
Pasal 1 1
a. Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis
yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
b. Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.
c. Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (21)
peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengarnanan Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
Pasal 13
Peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus
mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan
diagnosis, terapi dan rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.
Bagian Keenam
Ketenagaan
Pasal 15
a. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
b. Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis
kliniknya.
c. Pimpinan klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) merupakan penanggung jawab klinik dan merangkap sebagai
pelaksana pelayanan.
19

Pasal 16
Ketenagaan klinik terdiri atas tenaga medis, tenaga kesehatan
lain dan tenaga non kesehatan.
Pasal 17
a. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua)
orang dokter dan/atau dokter gigi.
b. Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu)
orang dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai
jenis pelayanan yang diberikan.
c. Klinik Utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi
sebagai tenaga pelaksana pelayanan medis.
d. Dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memiliki
kompetensi setelah mengikuti pendidikan atau pelatihan sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan oieh klinik.
e. Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga
non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
pelayanan yang diberikan oleh klinik.
Pasal 18
a. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi dan Surat lzin Praktik (SIP) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus
mempunyai Surat Izin sebagai tanda registrasi/Surat Tanda
Registrasi dan Surat lzin Kerja atau Surat Izin Praktik Apoteker
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien.
Pasal 20
Klinik dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan warga asing.
20

BAB V
PENYELENGGARAAN
Pasal 22
Bagi klinik yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, maka
terdapat beberapa persyaratan diantaranya:
a. Ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan
1. Tempat tidur pasien minimal 5 (lima) dan maksimal 10
(sepuluh).
2. Tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan
kualifikasinya.
3. Tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian,
dan tenaga kesehatan dan/atau tenaga non kesehatan lain
sesuai kebutuhan.
4. Dapur gizi.
5. Pelayanan laboratorium Klinik Pratama.
b. Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan maksimal selama 5
hari. (“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik”, 2010,
http://www.bksikmikpikkfki.net/?p=download&action=go&pid
=56, diakses pada 27/02/2016)

Sementara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 920/Menkes/Per/XII/86 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Swasta, terdapat pula persyaratan pendirian klinik
kedokteran gigi yaitu sebagai berikut:
Pasal 11
a. Klinik Kedokteran Gigi merupakan tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kedokteran gigi yang
dilaksanakan oleh lebih dari satu orang dokter gigi, dengan
persyaratan sebagai berikut:
21

1. Dipimpin oleh seorang dokter gigi atau dokter gigi


spesialis yang mempunyai Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik sebagai penanggung jawab pelayanan.
2. Masing-masing dokter gigi atau dokter gigi spesialis
mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktek
(SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Bangunan atau ruangan sebagai berikut:
a. Mempunyai bangunan fisik yang permanen dan
tidak bergabung dengan tempat tinggal.
b. Mempunyai ruang pendaftaran/ruang tunggu, ruang
konsultasi kedokteran gigi minimal 3x4 meter
dengan fasilitas tempat cuci tangan dengan air yang
mengalir, ruang administrasi, ruang emergency,
kamar mandi/WC dan ruang lainnya yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
c. Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi.
d. Ventilasi yang menjamin peredaran udara yang baik
dilengkapi dengan mekanis (AC, kipas angin,
exhaust fan) dan penerangan yang cukup.
e. Mempunyai sarana pembuangan limbah dan limbah
harus dikelola sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Memiliki Peraturan Internal, Standar Prosedur Operasional
dan Peraturan Disiplin yang tidak bertentangan dengan
Standar Kompetensi, Standar Profesi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Memiliki izin fasilitas pelayanan kesehatan, izin
penyelenggaraan dan izin peralatan kedokteran sesuai
dengan ketentuan peratuan perundang-undangan yang
berlaku.
22

6. Memasang papan nama fasilitas pelayanan kesehatan dan


daftar nama dokter yang berpraktik di klinik tersebut.

b. Dalam memberikan pelayanan klinik kedokteran gigi


berkewajiban:
1. Melaksanakan praktik dan memberikan pelayanan yang
aman, bermutu dengan mengutamakan kepentingan
terbaik pasien sesuai dengan standar kompetensi dan
standar profesi.
2. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
3. Melaksanakan fungsi sosial.
4. Menyelenggarakan rekam medis.
5. Melaksanakan sistem rujukan.
c. Klinik kedokteran gigi dapat menyimpan dan menyerahkan obat
melalui suatu unit farmasi yang dikelola oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk itu.
d. Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) minimal
dibantu oleh 2 (dua) orang perawat gigi yang memiliki Surat
Izin Perawat dan Surat Izin Kerja, dapat berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain dan atau dibantu tenaga lainnya.
(“Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/Menkes/Per/XII/86 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Swasta”, 2009, http://bppt.jabarprov.go.id, diakses pada
27/02/2016)

2.A.6 Peralatan-Peralatan pada Dental Unit


Dental unit adalah suatu alat yang dipakai oleh dokter gigi untuk
membantu pemeriksaan dan kemudian menentukan terapi apa yang
dapat diberikan kepada pasien, secara umum untuk membantu
perawatan gigi dan mulut (pengeboran, penambalan, pembersihan, dan
pemeriksaan).
23

Pada dental unit terdapat 3 sumber tenaga, diantaranya:


a. Sumber tenaga listrik untuk memberikan satu daya pada
semua sistem elektrik seperti lampu operasi, switch valve
electric, sistem hidrolik, mikromotor, dan sistem pada dental
chair (menaikkan, menurunkan, menyandar, dan posisi duduk).
b. Sumber tenaga udara atau angin untuk memberikan pada
semua sistem yang bekerja berdasarkan tekanan udara. Udara
bertekanan ini berasal dari compressor sekitar 2,5 atm sampai 4
atm. Selain itu untuk sistem atau bagian yang bekerja
berdasarkan tekanan seperti turbine jet, switch valve, spray git,
scaller, dan sistem hidrolik pada dental chair.
c. Sumber tenaga air digunakan pada sistem pendinginan turbine
jet, spray git, dan pembuangan kotoran. Tekanan yang
dibutuhkan yaitu 1 atm, walaupun tekanan air yang dihasilkan
juga berasal dari tekanan yang dihasilkan dari compressor.

Berikut merupakan bagian-bagian dari dental unit, diantaranya:

a. Dental Chair

Gambar 2. 7. Dental Chair


(Sumber : http://www.google.com/dentalchair/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Tempat duduk pasien saat dilakukan
pemeriksaan dan perawatan. Kursi ini dapat diatur
sedemikian rupa untuk kenyamanan pasien maupun dokter
gigi dalam melakukan pemeriksaan maupun perawatan.
24

2. Terbuat dari busa yang dilapisi oleh bahan kulit.


3. Tempat duduknya dapat diatur sesuai kebutuhan.

b. Three Way Syringe

Gambar 2. 8. Three Way Syringe


(Sumber : http://www.google.com/threewaysyringe/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Handle sampai ujungnya terbuat dari stainless stell.
2. Alat disambungkan dengan pipa kecil sebagai media
penghantar yang sesuai dengan kegunaan.
3. Kegunaan : Memberikan udara, air atau kombinasi
semprotan udara dan air. Udara, air, dan kombinasi
semprotan membantu menjaga rongga mulut bersih dan
kering serta melindungi gigi dari panas yang dihasilkan
oleh drill handpiece.
4. Pemeliharaan : Desinfeksi dengan alkohol 90%.

c. Saliva Ejector

Gambar 2. 9. Saliva Ejector


(Sumber : http://www.google.com/salivaejector/, 27/02/2016)
25

Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Menghisap saliva atau air liur pada kavitas
sehingga membuat daerah kerja menjadi kering.
2. Tangkainya terbuat dari logam/non-logam.
3. Bentuknya bulat memanjang dengan karet di ujungnya.
4. Pemeliharaan : Cuci ujungnya dengan air lalu desinfeksi
dengan alkohol 90%.

d. Suction Filter

Gambar 2. 10. Suction Filter


(Sumber : http://www.google.com/suctionfilter/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Bagian dari dental unit yang berfungsi
menyaring saliva untuk mempermudah operator atau
dokter gigi dalam bekerja.

e. Dental Light

Gambar 2. 11. Dental Light


(Sumber : http://www.google.com/dentallight/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Sumber penerangan atau penyinaran yang
digunakan dokter gigi dalam memeriksa rongga mulut
26

pasien. Dental light bisa digantikan dengan head lamp jika


tidak ada.
2. Bentuknya seperti lampu yang tangkainya bisa digerakkan
serta bisa ditongakkan atau ditundukkan sesuai
kenyamanan operator saat pemeriksaan atau perawatan.
3. Pemeliharaan : Desinfeksi lampu serta tangkainya dengan
alkohol 90%.

f. Dental Stool

Gambar 2. 12. Dental Stool


(Sumber : http://www.google.com/dentalstool/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Tempat duduk bagi operator dalam melakukan
pemeriksaan dan perawatan.
2. Dudukannya terbuat dari busa yang dilapisi bahan dari
kulit dan dapat berputar 360o.
3. Kursi bisa dinaik-turunkan sesuai kenyamanan operator.

g. Multifunction Foot Controller

Gambar 2. 13. Multifunction Foot Controller


(Sumber : http://www.google.com/multifunctionfootcontroller,
27/02/2016)
27

Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Mengatur kecepatan sumber penggerak pada
dental unit menggunakan kaki operator.
2. Terbuat dari logam atau non-logam.
3. Mempunyai tombol yang mempunyai fungsinya masing-
masing digerakkan dengan kaki operator.

h. Contra Angele Handpiece

Gambar 2. 14. Contra Angele Handpiece


(Sumber : http://www.google.com/contraangelehandpiece/,
27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Menghapus sebagian besar enamel, karang
gigi dan plak pada lubang gigi.
2. Bekerja dengan menggunakkan bur yang dipasang
dibagian ujungnya.
3. Handpiece kecepatan tinggi dioperasikan oleh tekanan
udara.
4. Pemeliharaan : Desinfeksi handle sampai bagian ujungnya
serta bur setelah digunakan.

i. Slow and Speed Handpiece

Gambar 2. 15. Slow and Speed Handpiece


(Sumber : http://www.google.com/slowandspeedhandpiece/,
27/02/2016)
28

Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Menghilangkan karies gigi dan melakukan
profilaksis pada gigi.
2. Bekerja dengan menggunakkan bur yang dipasang
dibagian ujungnya.
3. Pemeliharaan : Desinfeksi handle sampai bagian ujungnya
serta bur setelah digunakan.

j. Separator

Gambar 2. 16. Separator


(Sumber : http://www.google.com/separator/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Media penggerak 3 sumber gerak.
2. Terbuat dari logam dan biasanya terletak di lantai
belakang atau samping kiri dental chair.

k. Tray Assembly

Gambar 2. 17. Tray Assembly


(Sumber : http://www.google.com/trayassembly/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Terbuat dari plastik yang berbentuk persegi panjang.
2. Kegunaan : Tempat untuk meletakan peralatan yang
dibutuhkan oleh operator selama bekerja.
3. Pemeliharaan : Desinfeksi dengan alkohol 90%.
29

l. Radiograph Viewer

Gambar 2. 18. Radiograph Viewer


(Sumber : http://www.google.com/radiographviewer/,
27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Bentuknya seperti LCD
2. Kegunaan : Melihat hasil foto rontgen gigi.

m. Water Unit

Gambar 2. 19. Water Unit


(Sumber : http://www.google.com/waterunit/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Alat yang digunakan untuk membuang air
bekas kumur pasien selama pemeriksaan dan perawatan.
Alat ini biasanya terletak pada sebelah kiri pasien untuk
memudahkan pasien membuang air kumur.
2. Membentuk seperti mangkuk besar yang berlubang
dibagian dalamnya dan terletak disebelah kiri pasien.
3. Pemeliharaan : Bersihkan bowl dan sekitarnya dengan air
kemudian desinfeksi dengan alkohol 90%.
30

n. Suction System (Suction Filter)

Gambar 2. 20. Sunction System


(Sumber : http://www.google.com/sunctionsystem/, 27/02/2016)
Ciri-ciri :
1. Kegunaan : Penyaring saliva untuk mempermudah
operator dalam bekerja.
(Nabilah Maulina, 2014, Dental
Unit,http://www.scribd.com/mobile/doc/216403388/Dental-
Unit, diakses pada 27/02/2016)

2.A.7 Pertumbuhan Gigi Berdasarkan Tingkat Usia

Gambar 2. 21. Pertumbuhan Gigi Berdasarkan Tingkat Usia


(Sumber : http://pinterest.com/dentaleducation/, 27/02/2016)
31

2.A.8 Daftar Aktivitas Tindakan Pada Dental Center


a. Alur Aktivitas Pasien Rawat Jalan

Pasien datang dan mendaftar di bagian resepsionis

Pasien menunggu panggilan sesuai dengan urutan


pendaftaran

Pasien diperiksa oleh dokter di ruang tindakan

Pengobatan pasien oleh dokter dan dibantu oleh perawat


(Tindakan lain jika diperlukan seperti rontgen, bedah minor,
dan sebagainya)

Penyelesaian administrasi

Penebusan obat di apotek

Pasien pulang

Tabel 2. 1. Alur Aktivitas Pasien Rawat Jalan


(Sumber : Penulis, 2016)
32

b. Alur Aktivitas Pasien Rawat Inap

Pasien datang dan mendaftar di bagian resepsionis

Pasien menunggu panggilan sesuai dengan urutan pendaftaran

Pasien diperiksa oleh dokter di ruang tindakan

Pengobatan pasien oleh dokter dan dibantu oleh perawat

Mengurus administrasi

Tindakan lain jika diperlukan, seperti rontgen, bedah minor,


dan sebagainya

Melakukan rawat inap

Kondisi pasien dikontrol oleh dokter dan perawat

Menyelesaikan administrasi

Pembelian obat di apotik

Pasien pulang

Tabel 2. 2. Alur Aktivitas Pasien Rawat Inap


(Sumber : Penulis, 2016)
33

c. Alur Aktivitas Dokter dan Perawat di Ruang Tindakan

Perawat menyiapkan ruangan dan alat, membersihkan meja,


dental unit, menyiapkan alat-alat gigi, dan bahan-bahan/obat-
obatan yang berfungsi untuk gigi

Perawat menghidupkan kompresor, memeriksa bor, dan


melakukan sterilisasi alat-alat gigi yang akan digunakan

Dokter gigi dan perawat memakai APD (Alat Perlindungan Diri)


seperti masker, sarung tangan, dan jas praktek

Dokter gigi melakukan pemeriksaan pasien, meliputi anamnesa


tentang keluhan utama, keluhan tambahan, dan riwayat penyakit

Dokter menentukan diagnosa dan melakukan persiapan tindakan


dengan membuat rencana tindakan, konseling kepada pasien
tentang rencana tindakan dan hal-hal yang penting diketahui oleh
pasien

Pemeriksaan gigi

Dokter melakukan tindakan sesuai dengan diagnosa dan jenis


tindakan yang diperlukan

Tabel 2. 3. Alur Aktivitas Dokter dan Perawat di Ruang Tindakan


(Sumber : Murda Sulistya, 2015)
34

Menurut Hatmoko, A., U., dkk. (2010), adapun beberapa


persyaratan penting Instalasi Rawat Jalan (IRJA) yang sangat penting
bagi Klinik Gigi, diantaranya:
a. Instalasi Rawat Jalan (IRJA) harus terletak di tempat yang relatif
nyaman, dekat dengan pelayanan vital seperti registrasi, rekam
medik, emergency dan pelayanan sosial.
b. Mudah diakses dari dan ke fasilitas laboratorium, radiologi,
farmasi, dan pelayanan terapi fisik.
c. Didesain aksesibel bagi pengguna.
d. Didesain dengan pemisahan penanganan yang menyebarkan
infeksi dan tidak.
e. Didesain dengan pemisahan antara sirkulasi paramedik dan
sirkulasi pasien.
f. Didesain untuk menemukan jalan dengan mudah (penomoran
ruang, papa nama, signage).
g. Didesain dengan lobby dan ruang tunggu cukup.
h. Didesain dengan meja pendaftaran yang mengakomodasi privasi
dilengkapi dengan fasilitas laboratorium minor pada fasilitas
IRJA jika terlalu jauh.
i. Dilengkapi dengan ruang tunggu kecil selain ruang tunggu
utama dipisahkan untuk anak-anak dan dewasa.
j. Dilengkapi meja pengambilan resep, telepon, toilet, dan
kafetaria.
k. Dilengkapi dengan loket pembayaran dan tagihan IRJA
hendaknya dekat dengan lobby dapat dikunci untuk keamanan
setelah jam pelayanan. (Tanuwidjaja, et al. (2015) Pengaruh
Warna dalam Desain Fasilitas Perawatan Gigi Ramah Anak di
Amerika. Seminar Nasional Teknologi 2015 Institut Teknologi
Nasional Malang. Malang)
35

2.A.9 Kewajiban dan Hak Antara Dokter Gigi dan Pasien


a. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Pasien
1) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur.
2) Operasional serta kebutuhan medis pasien.
3) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan.
4) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
5) Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya.
6) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

b. Kewajiban Pasien dalam Menerima Pelayanan


1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya.
2) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan.
4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

c. Hak Pasien dalam Menerima Pelayanan


1. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
3. Menolak tindakan medis.
4. Mendapatkan isi rekam medis dengan penjelasan secara
lengkap tentang tindakan medis mencakup diagnosis dan
tata cara tindakan medis, prognosis terhadap tindakan
36

yang dilakukan, risiko dan komplikasi yang mungkin


terjadi, alternatif tindakan lain dan risikonya.
5. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
(Murda, 2015, Menjadi Pasien Aktif dan Cerdas Ketika Berobat
ke Dokter, http://kompasiana.com/menjadipasienaktifdancerdas
ketikaberobatkedokter/, diakses pada 27/02/2016)

2B. PENDEKATAN DESAIN

2.B.1 Tinjauan Tentang Konsep Jungle


Desain interior bertema Jungle ini dipilih untuk dihadirkan di
Dental Center agar menciptakan efek damai dan menyenangkan bagi
pasien sehingga tidak memberi kesan menakutkan saat memasuki
tempat ini. Efek tersebut dapat ditemukan di alam bebas dengan
nuansa yang penuh warna dan adanya unsur alam seperti flora dan
fauna. Hal tersebut dapat menjadi sarana edukasi dan rekreasi bagi
pasien anak dan dewasa karena alam atau hutan mampu
mempresentasikan konsep alam dengan keragaman flora fauna dan
warna yang ada.
Pada konsep ini, kesan jungle seolah-olah disembunyikan pada
dinding, lantai, plafon, maupun furniture pada ruangan.
Pengaplikasian bentuk flora fauna tidak secara langsung diterapkan
pada ruangan, tetapi ditransformasi ke bentuk yang lebih sederhana
seperti contoh, bentuk binatang yang ditransformasi menjadi bentuk
kursi, warna binatang yang diterapkan pada karpet, dinding yang di
finishing dengan warna-warna alam serta dilukis menyerupai bentuk
pepohonan, dan sebagainya. Ruangan yang dirancang dengan konsep
ini juga diterapkan untuk pasien dewasa tetapi dengan porsinya sendiri
dan tetap memunculkan konsep jungle dalam perancangannya.
Dalam perancangan Dental Center ini, desain interior dan
kebutuhan ruangnya dibuat dengan suasana yang nyaman dan aman
sehingga pasien tidak lagi merasakan hal yang membosankan dan
menakutkan. Hal tersebut akan terlihat dari perancangan yang ada,
37

seperti pemakaian material dinding, lantai, ceiling yang aman serta


pencahayaan dan penghawaan yang diatur sedemikian rupa. Konsep
ini juga secara estetis cukup tepat digunakan karena di dalamnya
menyajikan unsur dan motif binatang maupun tumbuhan dengan
warna yang beragam sehingga menarik minat pasien anak maupun
dewasa untuk lebih menimbulkan rasa ingin tahu.
Di bawah ini terdapat beberapa contoh penerapan konsep jungle
pada Dental Center, diantaranya:
a. Membuat pintu layaknya Jungle Entrance Arch
Agar nuansa jungle langsung terasa saat masuk ke Dental
Center ini, maka pintu dibuat semacam lengkungan atau gapura
kecil agar seolah-olah sedang memasuki gerbang untuk menuju
ke hutan.

Gambar 2. 22. Pintu Berkonsep Jungle


(Sumber : http://google.com/Pintulengkung, 27/02/2016)

b. Menggunakan Warna dengan Unsur Jungle


Untuk memperkuat nuansa jungle dalam ruangan, maka
digunakan warna hijau muda, kuning muda, hijau tua atau lush
green agar memberi kesan layaknya hutan yang hijau dan lebat.
Selain itu, juga digunakan warna cokelat tua yang menyerupai
warna batang pohon atau warna tanah serta unsur warna biru
cerah pada plafon yang mempresentasikan awan dan keberadaan
danau dalam hutan.
38

Gambar 2. 23. Ruangan Berkonsep Jungle


(Sumber : http://google.com/ruangantemajungle, 27/02/2016)

c. Penggunaan Material Kayu Lantai, Ceiling, dan Tiang


Penyangga
Material kayu merupakan material yang dipilih agar
memperkuat kesan jungle pada ruangan. Lantai berbahan kayu
dengan tekstur serat dapat diterapkan pada lantai, aksen motif
pada ceiling serta dijadikan tiang penyangga ruangan atau
elemen estetis pada sisi lain.

Gambar 2. 24. Penggunaan Kayu pada Ruangan


(Sumber : http://google.com/ruangankonsepalam, 27/02/2016)
39

d. Menghadirkan Motif Binatang dalam Ruangan


Motif binatang dihadirkan pada ruangan berkonsep jungle
ini. Motif dapat digunakan untuk selimut, sprai, gorden, sarung
bantal, upholstery, atau karpet bermotif hewan seperti motif
zebra atau harimau. Selain itu, juga bisa mengaplikasikan
bentuk hewan pada furniture yang telah ditransformasi menjadi
lebih sederhana.

Gambar 2. 25. Furniture dengan Corak Binatang


(Sumber : http://google.com/furmiturecorakbinatang, 27/02/2016)

e. Mempresentasikan Tanaman dalam Ruangan


Tanaman dengan daun yang lebat bisa ditempatkan dalam
ruangan bertema jungle ini. Selain tanaman merambat, tanaman
pakis, tanaman palem, bunga anggrek, dan sebagainya.

Gambar 2. 26. Mempresentasikan Tanaman dalam Ruangan


(Sumber : http://google.com/ruangandenganmezanine, 27/02/2016)
40

f. Mempresentasikan Alang-Alang Sebagai Pelengkap Konsep


Jungle pada Ruangan
Karena Indonesia beriklim tropis, maka ditempatkan pula
elemen yang bernuansa tropis pada desain interior Dental
Center ini. Salah satunya yaitu dengan menggunakan alang-
alang yang sudah dikeringkan atau alang-alang sintetis lalu
ditempatkan atap mushola atau sebagainya.

Gambar 2. 27. Mempresentasikan Alang-Alang Sebagai


Pelengkap Konsep Jungle
(Sumber : http://google.com/pintualang-alang, 27/02/2016)

g. Elemen, Furniture, dan Dekorasi Lain yang Menunjang


Konsep Jungle
Untuk melengkapi ruangan Dental Center bertema jungle
ini, ditambahkan beberapa elemen atau dekorasi pendukung lain,
seperti pot tanaman atau vas dari terakota yang dapat digunakan
dalam ruangan, tirai atau kerai bambu pada jendela untuk
menghalau sinar matahari yang berlebih dan juga dapat
digunakan untuk mempertegas dekorasi ala jungle. Selain itu,
pengaplikasian teknik lukis pada dinding atau seni menempel
tiga dimensi juga dapat mendukung terciptanya konsep ruangan.
(“Manjakan Si Buah Hati dengan Kamar Anak Bertema Hutan”,
2014, http://architectaria.com/manjakan-si-buah-hati-dengan-
kamar-anak-bertema-hutan.html, diakses pada 27/02/2016)
41

Gambar 2. 28. Elemen dan Dekorasi Lain yang


Menunjang Konsep Jungle
(Sumber : http://google.com/elemendandekorasibahannatural,
27/02/2016)

2C. TINJAUAN UMUM LOKASI


2.C.1 Tinjauan Tentang Kota Karawang
Karawang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang
berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat,
Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten
Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan. Karawang
memiliki luas wilayah 1.737,53 km2 dengan jumlah penduduk
2.125.234 jiwa yang berarti berkepadatan 1.223 jiwa per km2.

Gambar 2. 29. Kota Karawang


(Sumber : http://www.google.com/karawang, 27/02/2016)
42

a. Geografis
Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak
antara 070-02-1070-40 B dan 50-56-60-34 LS, termasuk daerah
dataran yang relative rendah, mempunyai variasi ketinggian
wilayah antara 0-1279 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan wilayah 0-2%, 2-15%, 15-40%, dan diatas 40%.
Luas wilayah Kabupaten Karawang 1753,27 Km2 atau 175327
Ha, 3,73% dari luas Provinsi Jawa Barat dan memiliki luas
seluas 4 Mil x 73 Km.

b. Potensi
Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa
kawasan industri, antara lain Karawang International Industry
City KIIC, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau
BIC di jalur Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis
milik negara juga memiliki fasilitasnya di deretan kawasan
industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (PERURI) yang mencetak uang kertas, uang
logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor, bea
cukai, materai Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai
lumbung padi Jawa Barat. Selain itu, sekarang ini sedang
dilaksanakan proyek bandara dan stasiun kereta cepat.
(“Kabupaten Karawang”, 2016, http://www.jabarprov.go.id/in
dex.php/pages/id/1055, diakses pada 27/02/2016)
43

c. Kesehatan

Tabel 2. 4. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Karawang


(Sumber : http://www.karawangkab.go.id/dokumen/dinas-
kesehatan-0, 27/02/2016)

Tabel 2. 5. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Karawang


(Sumber : http://www.karawangkab.go.id/dokumen/dinas-
kesehatan-0, 27/02/2016)

Tabel 2. 6. Standarisasi Pelayanan Kesehatan


(Sumber : http://www.karawangkab.go.id/dokumen/dinas-
kesehatan-0, 27/02/2016)
44

Tabel 2. 7. Jumlah Karyawan RSUD menurut Profesi


(Sumber : http://www.karawangkab.go.id/dokumen/rsud, 27/02/2016)

2.C.2 Tinjauan Interior Perancangan Dental Center


a. Lobby
Lobby adalah ruang peralihan atau menghubungkan pintu
masuk gedung bioskop, hotel, atau apartemen, dengan ruang-
ruang di dalamnya. Fungsinya sebagai ruang tunggu atau tempat
lalu lalang. Loby bisa juga merupakan ruangan peralihan yang
terbuka untuk umum dengan menghubungkan tempat-tempat
pertemuan di dalam bangunan tersebut. (“Pengertian Lobi”,
2014, http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-lobi-lobby-
inggris/, diakses pada 27/02/2016)
45

Gambar 2. 30 Meja Resepsionis


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 189)

Gambar 2. 31. Ergonomi Stool di Lobby


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 128)
46

b. Ruang Tunggu

Gambar 2. 32. Tempat Duduk di Ruang Tunggu


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia dan
Ruang Interior. 2003 : 129)

c. Ruang Tindakan
Ruang tindakan adalah ruang untuk melakukan tindakan
medis dan perawat harus mengawasi semua kegiatan yang
berlangsung dalam dental center, termasuk mengawasi pasien
saat akan memasuki ruang pemeriksaan. Untuk itu, ruang
perawat harus ditempatkan satu area dengan ruang pemeriksaan.
Selain itu, ruang pemeriksaan dan ruang konsultasi harus selalu
dalam keadaan tertutup agar menjaga privasi pasien. Ruang
pemeriksaan sangat mempengaruhi keadaan pasien, untuk itu
harus dirancang secara fungsional dengan tujuan untuk membuat
pasien nyaman karena secara tidak langsung dapat
mempengaruhi psikologi pasien. Secara ukuran, terdapat standar
minimal dalam pembuatan ruang pemeriksaan yaitu 8-12 kaki
yang lengkap dengan kasur pemeriksaan, kabinet dengan
wastafel, meja kecil, kursi dokter, kursi pasien, dan unit untuk
peralatan medis. (Finkbeiner BL, 2000: 8)
47

1) Zona Aktivitas Dokter Gigi dan Perawat Gigi


Semua aktivitas perawatan gigi dilakukan di sekitar
pasien, dan tentunya pemilihan peralatan pun perlu
dipertimbangkan. Selain itu, dokter gigi dan perawat gigi
harus memperhatikan hubungan spasial fungsional di
sekitar dental chair. Area kerja pasien dibagi menjadi
empat zona aktivitas, diantaranya yaitu zona operator,
zona asisten, zona transfer, dan zona statis.

Gambar 2. 33. Zona Aktivitas untuk Dokter Gigi yang


Menggunakan Tangan Kanan
(Sumber : Finkbeiner BL. Four-Handed Dentistry: a
Handbook of Clinical Application and Ergonomic
Concepts. 2000: 7)

Gambar 2. 34. Zona Aktivitas untuk Dokter Gigi yang


Menggunakan Tangan Kiri
(Sumber : Finkbeiner BL. Four-Handed Dentistry: a
Handbook of Clinical Application and Ergonomic
Concepts. 2000: 8)
48

Adanya keterlibatan Dokter Gigi dan Perawat Gigi maka


terdapat konsep Four Handed Dentistry yang mendasari
perletakan alat atau pengaturan zona dalam Klinik Gigi atau
disebut juga Clock Concept. Dengan menjadikan kepala pasien
menjadi pusat dan jam 12 pada bagian belakang pasien maka
arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2
sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8
disebut Transfer Zone, terakhir dari arah jam 8 sampai jam 11
disebut
a. Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.
b. Static Zone adalah daerah yang tidak digunakan oleh
dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh
pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrument
bergerak (Mobile Cabinet).
c. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan perawat
gigi, yang dilengkapi oleh dengan semprotan air/angin dan
penghisap ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit
yang lengkap.
d. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan
dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan
perawat gigi.
e. Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi.
(Finkbeiner BL, 2000: 8)
49

Gambar 2. 35. Ruang Tindakan


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia dan
Ruang Interior. 2003 : 240)
50

Gambar 2. 36. Ruang Pemeriksaan


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 241)

Gambar 2. 37. Meja Dokter


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 172)
51

2) Jenis-Jenis Posisi Peletakkan Dental Unit


a. Transhorax Delivery
Dengan penataan ini, posisi kabinet dengan leluasa
dapat dipindah dan tidak mengganggu aktivitas dokter gigi
maupun perawat gigi.

Gambar 2. 38. Transhorax Delivery


(Sumber : Finkbeiner BL. Four-Handed Dentistry: a Handbook
of Clinical Application and Ergonomic Concepts. 2000: 3)

b. Side Delivery
Konsep ini paling banyak digunakan pada klinik
gigi. Kekurangannya adalah dokter gigi mengambil sendiri
peralatan yang akan digunakan pada unit di depannya serta
sedikit mengganggu pasien saat perawat mengambil
peralatan di kabinet yang akan diberikan ke dokter gigi.

Gambar 2. 39. Slide Delivery


(Sumber : Finkbeiner BL. Four-Handed Dentistry: a Handbook
of Clinical Application and Ergonomic Concepts. 2000: 4)
52

c. Rear Delivery
Pada konsep penataan ini, perawat gigi mengambil
peralatan pada kabinet yang berada di bagian belakang
dental chair. Peralatan seperti bor dan selang saliva
ditempelkan secara permanen di belakang dental chair.
Penataan seperti ini akan mensiasati ruangan yang kecil
karena menempatkan dental unit sejajar dengan kabinet
dan menyembunyikan dental unit dari pandangan pasien.

Gambar 2. 40. Rear Delivery


(Sumber : Finkbeiner BL. Four-Handed Dentistry: a Handbook
of Clinical Application and Ergonomic Concepts. 2000: 4)

d. Split Unit/Cabinet
Peralatan seperti bor diletakkan di depan, sementara
peralatan lain seperti selang saliva diletakkan pada
kabinet. Kekurangannya adalah perawat harus berjalan
untuk mengambil bahan yang disimpan di kabinet yang
letaknya berjauhan dengan dental chair.

Gambar 2. 41. Split Unit/Cabinet


(Sumber : Finkbeiner BL. Four-Handed Dentistry: a Handbook
of Clinical Application and Ergonomic Concepts. 2000: 4)
53

Gambar 2. 42. Alternatif Layout Dental Center


(Sumber : Hokwerda, O., Wouters, J., de Ruijter, R, dan Zijlstra
Shaw. Ergonomic Requirements For Dental Equipment. Annual
Meeting of the European Society of Dental Ergonomics. 2006: 37)

3) Standar Ukuran Dental Unit


i. Dental Stool
54

Gambar 2. 43. Standar ukuran Dental Stool


(Sumber : Hokwerda, O., Wouters, J., de Ruijter, R, dan
Zijlstra Shaw. Ergonomic Requirements For Dental
Equipment. Annual Meeting of the European Society of
Dental Ergonomics. 2006: 15)

ii. Standar Ukuran Dental Chair

Gambar 2. 44. Standar Ukuran Kursi Pasien untuk


Dokter Gigi Duduk
(Sumber : Hokwerda, O., Wouters, J., de Ruijter, R, dan
Zijlstra Shaw. Ergonomic Requirements For Dental
Equipment. Annual Meeting of the European Society of
Dental Ergonomics. 2006: 19-30)
55

iii. Peletakkan Layar dan Jarak yang Sesuai

Tabel 2. 8. Ukuran Layar dan Jarak yang Sesuai


Pada Ruang Pemeriksaan
(Sumber : Hokwerda, O., Wouters, J., de Ruijter, R, dan
Zijlstra Shaw. Ergonomic Requirements For Dental
Equipment. Annual Meeting of the European Society of
Dental Ergonomics. 2006: 53)

Gambar 2. 45. Peletakkan Layar Monitor Ruang Tindakan


(Sumber : Hokwerda, O., Wouters, J., de Ruijter, R, dan
Zijlstra Shaw. Ergonomic Requirements For Dental
Equipment. Annual Meeting of the European Society of
Dental Ergonomics. 2006: 451)

d. Ruang Arsip atau Rekam Medis


Ruang arsip atau ruang rekam medis sangat penting dalam
klinik. Ruang ini berfungsi untuk menyimpan data serta riwayat
penyakit pasien. Pada ruang arsip dapat menggunakan kabinet
tanpa pintu atau kabinet tertutup serta menggunakan sistem kode
warna atau aturan menurut alphabet nama pasien pada arsipnya
56

sehingga memudahkan dalam penataan berkas. Untuk ukuran


besarnya kolom pada kabinet, dapat mengacu pada standar
ukuran file biasa yaitu 8x11 inch dan file hasil rontgen 14x17
inch. (Jain Malkin, 2002: 46-48)

Gambar 2. 46. Ruang Arsip atau Rekam Medis


(Sumber : Malkin, Jain. Medical and Dental Space Planning.
3rd Edition, 2002: 46-48)

Gambar 2. 47. Meja Administrasi dengan Lemari Arsip


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 182)
57

Gambar 2. 48. Ergonomi Rak Pada Ruang Arsip


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 184)

Gambar 2. 49. Ergonomi Meja Counter pada Ruang Arsip


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 185)

e. Pintu Masuk Tersembunyi


Pada klinik atau rumah sakit, harus memiliki dua pintu
masuk (satu untuk pasien dan satu untuk dokter), jadi dokter
masuk ke klinik tanpa diketahui oleh pasien yang sedang
menunggu di ruang tunggu. Sementara untuk menghemat
tempat, perawat atau staff lain masuk melalui ruang staff.
58

f. Unit Rawat Inap


Fasilitas perabot standar pada ruang pasien meliputi
tempat tidur, meja makan yang digunakan di atas tempat tidur,
laci samping tempat tidur, meja tinggi, dan kursi geriatrik
dengan sandaran punggung tinggi.

Gambar 2. 50. Tempat Tidur Pasien dengan Tirai


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 245)

g. Area Perawat
Antropometri jarak ruang perawat terhadap ruang pasien
harus diperhatikan karena akan mempengaruhi waktu untuk
berjalan dan kemampuan menengok pasien penting untuk
mengatasi keterbatasan tenaga perawat. Jika jarak perjalanan
pendek dan mudah, maka perawat dapat menggunakan waktu
lebih banyak untuk pasien. Jadi, dapat ditegaskan bahwa jarak
ruang perawat terhadap ruang pasien harus sedekat mungkin
sehingga memudahkan jangkauan.
Menurut Panero dan Zelnik (2003: 244), lebar 91,4 cm
adalah jarak ruang minimal yang memungkinkan antara meja
kerja dengan meja belakang. Ini akan memungkinkan akses ke
meja belakang bagi orang kedua sementara perawat sedang
menggunakan meja kerja. Disamping itu juga membuat arsip-
59

arsip mudah terjangkau oleh perawat yang memutar kursinya ke


belakang. Data lapangan menunjukkan bahwa jarak meja kerja
dengan meja belakang (berupa rak panjang) adalah 175 cm.
Dengan demikian akses orang kedua ke meja belakang dapat
dilakukan dengan leluasa.
Ketinggian meja pelayanan harus nyaman untuk
pengunjung dan tidak menghalangi penglihatan perawat. Untuk
itu, ketinggian meja pelayanan 110 cm dari lantai, lebar alas
kepala meja 35 cm, lebar area meja kerja perawat 65 cm, tinggi
meja kerja 76 dan tinggi alas duduk kursi 45 cm dari lantai.
Dengan demikian maka dari segi bentuk dan ukuran maka
kondisi meja palayanan sebagian telah memenuhi standar.
(Panero, Yulius dan Zelnik, Martin, 2003 : 244)

Gambar 2. 51. Pos Perawat


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003 : 244)
60

h. Ruang Radiologi
Pada ruang radiologi, terdapat tiga jenis rontgen yaitu
rontgen gigi 2D, 3D, dan Panoramic X-Ray. Ruangan ini
mempunyai pengaruh pada organ tubuh tergantung pada jumlah
dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima. Pada tahun 1950
Komisi Internasional untuk perlindungan terhadap penyinaran
menetapkan bahwa pengaruh sinar X adalah kerusakan kulit,
epilasi, kuku rapuh, kerusakan hemopoetik, induksi keganasan,
berkurangnya kemungkinan hidup, mutasi gen, perubahan
kromosom, katarak, dan obesitas.
Sementara dalam perancangannya, terdapat standar agar
pengguna tidak terkena paparan radiasi diantaranya:
1) Ukuran ruangan radiasi adalah panjang 4 meter, lebar 3
meter, tinggi 2,8 meter. Ukuran tersebut tidak termasuk
ruang operator dan kamar ganti pasien.
2) Tebal Dinding suatu ruangan radiasi sinar-X dirancang
sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara
dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm.
Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis
2,35 gr/cc adalah 15 cm. Sementara tebal dinding yang
terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.
3) Pintu serta lubang-lubang yang ada di dinding (misal
lubang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan
radiasi yang setara dengan 2 mm timbal. Di depan pintu
ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala
ketika meja kontrol pesawat dihidupkan.
4) Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari
lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2
meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2
mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika
penyinaran sedang berlangsung.
61

5) Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca


penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal. (Asti
Sanjiwani, 2015)

Gambar 2. 52. Ruang Radiologi (2D)


(Sumber : Malkin, Jain. Medical and Dental Space Planning.
3rd Edition, 2002: 436)

Gambar 2. 53. Ruang Radiologi (3D)


(Sumber : Malkin, Jain. Medical and Dental Space Planning.
3rd Edition, 2002: 472)

Gambar 2. 54. Panoramic X-Ray


(Sumber : Malkin, Jain. Medical and Dental Space Planning.
3rd Edition, 2002: 473)
62

i. Ruang Sterilisasi dan Teknik Gigi

Gambar 2. 55. Tahap Penggunaan Kabinet Sterilisasi


(Sumber : Malkin, Jain. Medical and Dental Space Planning.
3rd Edition, 2002: 464)

Gambar 2. 56. Keterangan Penggunaan Kabinet Sterilisasi


(Sumber : Malkin, Jain. Medical and Dental Space Planning.
3rd Edition, 2002: 463)

Gambar 2. 57. Meja Teknik Gigi


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 237)
63

j. Apotik

Gambar 2. 58. Area Penjualan


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 201-203)
64

k. Ruang Dokter dan Perawat

Gambar 2. 59. Ergonomi Sofa dan Cabinet


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 136-137)

Gambar 2. 60. Ergonomi Ruang Tidur Dokter dan Perawat


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 154)
65

l. Pantry

Gambar 2. 61. Ergonomi Pada Pantry


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 160)

Gambar 2. 62. Ergonomi Pada Meja Makan


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 144)

m. Toilet

Gambar 2. 63. Antropometri Toilet


(Sumber : Panero, Yulius dan Zelnik, Martin. Dimensi Manusia
dan Ruang Interior. 2003: 280)
66

n. Sirkulasi Ruang
1) Sirkulasi Linier

Gambar 2. 64 Sirkulasi Linier


(Sumber : D.K.Ching, Francis, 2000: 265)
Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir
utama deretan ruang. Memotong jalan lain, bercabang-
cabang, atau membentuk putaran.

2) Sirkulasi Radial

Gambar 2. 65 Sirkulasi Radial


(Sumber : D.K.Ching, Francis, 2000: 265)
Konfigurasi Radial memiliki jalan-jalan lurus yang
berkembang dari sebuah pusat bersama.

3) Sirkulasi Spiral (Berputar)

Gambar 2. 66 Sirkulasi Spiral


(Sumber :D.K.Ching, Francis, 2000: 265)
Konfigurasi Spiral memiliki suatu jalan tunggal
menerus yang berasal dari titik pusat, mengelilingi
pusatnya dengan jarak yang berubah.
67

4) Sirkulasi Jaringan

Gambar 2. 67 Sirkulasi Jaringan


(Sumber :D.K.Ching, Francis, 2000: 265)
Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang
menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang.

5) Sirkulasi Grid

Gambar 2. 68 Sirkulasi Grid


(Sumber :D.K.Ching, Francis, 2000: 265)
Konfigurasi Grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar
yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan
menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi
empat.

o. Organisasi Ruang
Menurut Andie Wicaksono dan Endah Tisnawati (2014:
10-11) terdapat lima bentuk organisasi ruang, yaitu:
1) Organisasi Terpusat

Gambar 2. 69 Organisasi Terpusat


(Sumber : Andie dan Endah, 2014: 11)
68

Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat


dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder,
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas
dan dominan. Ruang pusat sebagai ruang pemersatu dari
organisasi terpusat, pada umumnya berbentuk teratur dan
ukurannya cukup besar untuk mengumpulkan sejumlah
ruang sekunder di sekitar bentuknya.

2) Organisasi Linier

Gambar 2. 70 Organisasi Linier


(Sumber : Andie dan Endah, 2014: 11)
Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang
yang berulang mirip dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi.
Dapat juga terdiri dari ruang-ruang linier yang diorganisir
menurut panjangnya sederetan ruang-ruang yang berbeda
ukuran, bentuk dan fungsi. Masing-masing ruangan
berhubungan langsung. Bentuk ini biasanya mengadaptasi
adanya perubahan perubahan topografi. Bentuk dapat
lurus, persegi atau melengkung. Menurut Andie
Wicaksono dan Endah Tisnawati (2014: 10), bentuk linier
terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret
dan berulang.

3) Organisasi Radial

Gambar 2. 71 Organisasi Radial


(Sumber : Andie dan Endah, 2014: 11)
69

Organisasi radial memadukan unsur-unsur


organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri
dari ruang pusat yang dominan dimana sejumlah
organisasi-organisasi linier berkembang seperti bentuk
jari-jarinya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini
dapat meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-
unsur tertentu atau benda-benda lapangan lainnya.
Menurut Andie Wicaksono dan Endah Tisnawati (2014:
10), bentuk radial merupakan komposisi-komposisi dari
bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar dari bentuk
berpusat searah dengan jari-jarinya.

4) Organisasi Cluster/Mengelompok

Gambar 2. 72 Organisasi Cluster/Mengelompok


(Sumber : Andie dan Endah, 2014: 11)
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan
penempatan peletakan sebagai dasar untuk
menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya.
Seringkali penghubungnya berupa sel-sel ruang yang
berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan memiliki
persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi.
Bentuk organisasi bersifat luwes dan dapat menerima
pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa
mempengaruhi karakternya.

5) Organisasi Grid

Gambar 2. 73 Organisasi Grid


(Sumber : Andie dan Endah, 2014: 11)
70

Terdiri dari beberapa ruang yang tersusun secara


grid tiga dimensi atau bidang. Organisasi grid membentuk
hubungan antara ruang dari seluruh fungsi posisi dan
sirkulasi. Bentuk grid terdiri dari dua set jalan yang sejajar
yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan
menciptakan bujursangkar/ kawasan-kawasan segi empat.
Menurut Andie Wicaksono dan Endah Tisnawati (2014:
10), bentuk grid yaitu bentuk-bentuk modular yang
hubungannya satu sama lain diatur oleh grid-grid tiga
dimensi.

p. Komponen Pembentuk Ruang


1) Lantai
Menurut Andie Wicaksono dan Endah Tisnawati
(2014: 11), lantai adalah bidang bawah dari suatu
bangunan yang dapat digunakan penggunaannya untuk
beraktivitas (hidup, bekerja, rekreasi, dan ain-lain). Lantai
biasanya terdiri dari beberapa sub-lantai sebagai
pendukung dan penutup lantai yang memberikan
permukaan untuk kenyamanan sirkulasi pergerakan
penggunaan ruang.
Sedangkan menurut Pamudji Suptandar (1982: 5-6),
lantai merupakan salah satu bagian yang penting dari
ruang. Lantai dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang
terjadi dalam ruang, dapat memberi karakter, dan dapat
memperjelas sifat ruang. Persyaratan lantai diantaranya:
i. Lantai harus kuat dan dapat menahan beban
diatasnya.
ii. Mudah dibersihkan.
iii. Kedap suara.
iv. Tahan terhadap kelembaban.
71

Syarat perencanaan lantai dengan anak dan dewasa


sebagai pengguna yaitu:
i. Seluruh permukaan lantai harus non slip (anti selip
atau anti licin) hal ini berkaitan dengan kenyataan
bahwa sifat licin adalah penting, karena bahaya
secara psikologis dan berlaku untuk keseluruhan
bagian ruangan.
ii. Lantai harus tidak kasar, meskipun non slip lantai
tidak boleh kasar. (Hery Ratnadi, 2004 : 39)

2) Dinding
Dinding adalah struktur vertikal, biasanya berbentuk
padat yang membatasi dan melindungi suatu area.
Umumnya dinding di desain untuk menggambarkan
bentuk sebuah bangunan, mendukung superstruktur,
memisahkan ruang dalam bangunan menjadi beberapa
bagian, serta melindungi atau menggambarkan ruang di
udara terbuka. Ada tiga jenis utama dinding struktural,
yaitu bangunan tembok, dinding batas atau partisi, dan
dinding penahan (bearing wall). (Andie dan Endah, 2014:
12)
Menurut keputusan Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman nomor: HK.00.06.6.44. tentang
persyaratan kesehatan lingkungan, ruang dan bangunan
serta fasilitas sanitasi rumah sakit, persyaratan dinding
dalam rumah sakit yaitu:
i. Permukaan dinding harus rata, berwarna terang,
dicat tembok dan mudah dibersihkan.
ii. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air
harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
(Hery Ratnadi, 2004 : 41)
72

iii. Menggunakan jenis cat yang tidak beracun, mudah


dibersihkan, menghindari penggunaan obat atau
bahan kimia. Sebaiknya menggunakan bahan alami
seperti kayu solid, papan fiber bebas formaldehida,
multipleks, papan press, dan linoleum. (R.r Vicky,
dkk, 2014: 12)

3) Ceiling
Ceiling adalah permukaan bidang atas interior yang
meliputi batas atas sebuah ruangan. Sebuah plafon
umumnya bukan elemen struktural, tetapi hanyalah bidang
untuk menyembunyikan bagian bawah struktur lantai atas
atau atap. Ceiling di klasifikasikan menurut tampilan dan
konstruksinya. Drop ceiling adalah plafon yang
permukaannya diletakkan beberapa meter di bawah
strukur di atasnya. Ceiling rendah ini dibuat untuk tujuan
estetika, misalnya untuk mencapai ketinggian plafon yang
diinginkan atau untuk tujuan fungsional seperti
menyediakan ruang HVAC atau perpipaan. (Andie dan
Endah, 2014: 12)
Dasar pertimbangan dalam perencanaan ceiling
adalah:
i. Fungsi langit-langit : Selain sebagai penutup ruang
juga sebagai pengatur udara dan ventilasi.
ii. Penentuan ketinggian : Penentuan ketinggian
didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi ruang,
kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.
iii. Bentuk penyelesaian : Bentuk dan penyelesaian
dapat dilakukan berdasarkan fungsinya seperti
melengkung, berpola, polos, memperlihatkan
struktur, dan sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 :
72)
73

Menurut Keputusan Direktur Jenderal


Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman nomor: HK.00.06.6.44. tentang
persyaratan kesehatan lingkungan, ruang dan bangunan
serta fasilitas sanitasi rumah sakit, persyaratan langit-
langit dalam rumah sakit atau klinik yaitu:
i. Kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
ii. Tinggi minimal 2,5 m dari lantai.
iii. Kerangka kayu langit-langit dibuat anti rayap dan
perlu diresidu terlebih dahulu agar anti rayap.
iv. Sebelum pemasangan kayu reng dilapisi lembaran
triplek dan alumunium foil supaya tidak bocor.
v. Tidak menjadi perindukan serangga dan tikus. (Hery
Ratnadi, 2004 : 43)

4) Elemen Pengisi Ruang


Kata "furniture" berdasarkan Encyclopedia
Americana adalah sebagai berikut : Furniture, morable
obyects in a room designated are that useful for men'
activities (suatu obyek/benda didalam ruangan yang
didesain dengan tujuan untuk aktivitas manusia).
Terdapat beberapa faktor keamanan furniture pada
anak yang perlu diperhatikan, diantaranya:
i. Furniture dan elemen lain di dalam kamar tidak
mengandung benda tajam.
ii. Memastikan furniture tidak terbalik dan sudut
furniture yang harus dibulatkan.
iii. Menjauhkan furniture yang bisa dinaiki dari jendela.
iv. Menghindari peletakkan kontak dengan arus listrik
yang mudah dijangkau. Tutup bagian depan stop
kontak atau menggantinya dengan model yang
memunyai pengaman. (R.r Vicky, dkk, 2014: 12-13)
74

5) Sifat Perletakan
i. Bulit In : Jenis furniture yang perletakannya
menempel pada dinding, misalnya almari, rak, dan
sebagainya.
ii. Moveable : Jenis furniture yang bergerak bebas dan
dapat dipindahkan.

6) Bentuk Furniture
i. Fungsional : Furniture yang didesain atas dasar
kepentingan aman, pemanfaatan bahan, dan teknik
maksimal.
ii. Tema : Kelompok furniture yang secara visual
memberi suatu tema tertentu.
iii. Khusus : Furniture yang direncanakan secara khusus
guna suatu kepentingan, dalam hal ini furniture
dirancang khusus untuk anak-anak. Pemilihan
furniture yang akan digunakan untuk anak-anak
hendaknya menghindari bentuk yang runcing atau
tajam, berserat kasar, dan memiliki elemen yang
membahayakan.

7) Penyusunan Letak Furniture


Penyusunan letak funiture berdasarkan pada
penentuan daerah aktif dan pasif. Daerah aktif adalah
daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggi
dan bersifat cepat.

8) Warna
Setiap warna memiliki efek berbeda pada setiap
orang. Warna kombinasi yang dipilih secara benar akan
menciptakan harmoni. Sebaliknya, warna yang tidak
dipilih dengan benar akan menghasilkan agresi,
75

ketidaknyamanan, dan kelelahan. Selain itu, warna


membentuk karakter yang dapat membantu mengatasi
kesulitan dengan mengalihkan perhatian dari emosi
negatif.
Dalam dunia interior, pengaplikasian warna baik
dalam ruang ataupun furniture sangatlah penting. Menurut
R.r Vicky, dkk (2014: 23-26), terdapat efek psikologis
yang dapat ditimbulkan dari warna, diantaranya :

i. Merah
Merah merupakan sumber energi dan
kegembiraan, meningkatkan tekanan darah dan
membuat jantung berdetak lebih cepat. Warna cat
merah sempurna dapat diapliaksikan untuk ruang
makan, kamar tidur orang dewasa, ruang bermain
anak-anak, ruang kerja, dan benda didalam ruang
yang membutuhkan aktivitas fisik yang tinggi.
ii. Kuning
Kuning adalah warna kebahagiaan, harapan,
dan membangkitkan kreativitas. Warna kuning ini
dapat diaplikasikan pada kamar mandi utama, meja
makan, ruang baca, ruang belajar, ruang kerja, ruang
pertemuan sosial, dan tempat dimana diperlukan
pembicaraan. Jangan gunakan warna ini pada ruang
istirahat serta pada anak dan orang dewasa yang
hiperaktif, agresif atau memiliki kelaianan perilaku.
iii. Orange
Orange merupakan personifikasi kegembiraan
dan energi yang berpengaruh menyingkirkan
kesepian dan ketakutan, meningkatkan nafsu makan,
memberikan kreativitas, membuka pikiran,
memberikan energi dan kehangatan. Warna ini baik
76

digunakan pada area bermain, ruang latihan, sanggar


tari, dan ruang olahraga, dan jangan digunakan pada
ruang istirahat atau area bersantai lainnya.
iv. Biru Muda
Biru adalah warna yang dapat memperlambat
denyut jantung, menurunkan suhu tubuh,
mengurangi rasa sakit, dan mengurangi stres otot.
Biru membangkitkan perasaan tenang dan dapat
digunakan di kamar tidur, kamar mandi, ruang
istirahat, klinik, ruangan bagi mereka yang
menderita insomnia dan mengalami syok.
v. Biru Tua
Biru tua adalah warna yang merangsang
aktivitas hormonal di seluruh tubuh, proses-proses
yang tidak disadari, imajinasi, pemahaman, naluri,
dan kemampuan psikis. Gunakan warna ini untuk
area meditasi. Jangan gunakan warna ini pada ruang
bermain atau pusat aktivitas fisik.
vi. Hijau
Hijau merupakan warna yang memberi efek
menenangkan, jiwa muda, kedamaian, relaksasi,
warna dingin, dan semangat. Warna ini baik
digunakan pada ruang istirahat, ruang makan, dan
ruang membaca, Jangan gunakan warna ini pada
laboratorium atau ruangan yang memerlukan
pemikiran analitis.
vii. Pink
Pink merupakan warna yang identik dengan
dunia mimpi, rasa nyaman, serta mengurangi pikiran
suram, melankolis, dan stres. Warna ini dapat
melarutkan hal-hal negatif serta menceritakan
tentang cinta dan gairah.
77

viii. Ungu
Ungu adalah warna yang mencerminkan
kemewahan, romantis, merangsang aktivitas otak,
memberikan rasa sejuk, tenang, kreatifitas, estetika,
artistik, dan cita-cita. Di sisi lain, ungu dapat
menyebabkan depresi dan isolasi. Gunakan warna
ini pada ruangan dengan aktivitas artistik, estetik,
dan imajinatif, ruang teater, dan ruang kelas untuk
anak-anak. Jangan gunakan warna ini di dalam
ruangan yang digunakan untuk hiburan atau dimana
kita menginginkan adanya percakapan, atau di
ruangan yang ditinggali oleh mereka yang memiliki
gangguan mental.
ix. Hitam
Hitam adalah warna yang kaya, menarik, dan
dipertanyakan, agresif, sinyal suasana hati yang
pesimis. Warna ini dapat diaplikasikan hanya
ssebagai aksen karena penggunaan yang berlebihan
dapat mengakibatkan depresi.
x. Abu-Abu
Abu-abu merupakan warna yang
membangkitkan perasaan tenang di sebuah ruangan,
warna netral yang elegan, tetapi dapat menyebabkan
depresi bagi sebagian orang.
xi. Putih
Putih adalah warna yang netral dan
mencerminkan semua cahaya dalam spektrum
warna. Putih memberikan efek ruang yang lebih
luas, menenangkan, steril, dan terasa dingin. Warna
ini baik digunakan pada ruang yang berhubungan
dengan profesi kesehatan, seperti ruang praktik
dokter, apotek, laundry, dan ruang kerja.
78

q. Interior Sistem
1) Penghawaan
Penghawaan merupakan faktor penting dalam proses
pergantian udara, udara kotor dapat diganti dengan udara
yang bersih melalui pintu maupun jendela. Tingkat
kepuasan penghawaan dapat dicapai dari proses
mendinginkan udara mencapai temperatur dan
kelembaban distribusi udara dalam ruang dapat
diperhatikan pada tingkat keadaan yang diinginkan.
Berikut merupakan standar dari kebutuhan pergantian
udara bersih dari suatu ruangan, yaitu:

Tabel 2. 9. Pergantian Udara Bersih


(Sumber : Hery Ratnadi, 2004 : 47)
Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya, yaitu:
i. Penghawaan Alami : Penghawaan yang bersumber
dari alam.
ii. Penghawaan Buatan : Penghawaan buatan
diperlukan pada ruang serba guna karena tidak
memungkinkan perlubangan yang dapat
mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta
kondisi akustik yang tidak baik. (Pamudji Suptandar,
1982: 85)

2) Pencahayaan
Pencahayaan adalah suatu penerangan yang
digunakan untuk menerangi bangunan maupun ruangan.
Perencanaan sistem pencahayaan harus disesuaikan
dengan jenis bangunan atau ruangan yang akan dibuat.
79

Menurut R.r Vicky, dkk (2014: 104-118), sistem


pencahayaan dibagi menjadi 2, yaitu :
i. Pencahayaan alami
Proses menempatkan jendela, bukaan, dan
permukaan rekletif lainnya sehingga pada siang hari
ruangan tersebut dapat menyediakan cahaya alami
yang efektif ke dalam ruangan. Perhatian khusus
diberikan pada pencahayaan alami saat merancang
bangunan dengan tujuan untuk memaksimalkan
kenyamanan visual atau untuk mengurangi
penggunaan energi. Penggunaan energi
pencahayaan buatan dapat dikurangi dengan
mengurangi instalasi lampu atau dengann mode
lampu listrik otomatis (daylight harvesting).
Pencahayaan alami siang hari terutama di
daerah tropis dapat dimanfaatkan mulai sekitar
pukul 06.00-18.00. Penggunaan cahaya alami siang
hari ini bermanfaat untuk mengurangi konsumsi
energi listrik dalam ruangan dan memberikan
kenyamanan fisiologis serta psikologis bagi
pengguna.

ii. Pencahayaan Buatan


Sistem pencahayaan yang menggunakan
sumber cahaya buatan, seperti lampu (lampu lantai,
lampu dinding, dan lampu plafon), armature dan
peralatan yang memendarkan cahaya. Pencahayaan
buatan dalam ruangan terbagi menjadi pencahayaan
utama (general lighting), pencahayaan khusus
(accent Lighting), pencahayaan tambahan (task
Lighting), dan pencahayaan yang bersifat dekoratif
(decorative lighting). (Imelda Akmal, 2006 : 22)
80

Pencahayaan buatan dipengaruhi oleh beberapa


faktor, diantaranya:
i. Distribusi intensitas cahaya dari armatur.
ii. Perbandingan antara keluaran cahaya dari lampu di
dalam armatur.
iii. Reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding,dan
lantai.
iv. Pemasangan armatur (menempel atau digantung di
plafon).
v. Dimensi atau ukuran luas ruangan.

Menurut sumbernya, cahaya dapat dibagi menjadi


dua yaitu:
1) Cahaya langsung (direct lighting) yaitu cahaya
yang bias sinarnya langsung mengarah pada objek.
Direct lighting biasanya digunakan agar ruangan
berfungsi dengan baik sehingga sangat bergantung
pada intensitas cahayanya.
2) Cahaya tidak langsung (indirect lighting) yaitu
cahaya yang bias sinarnya tidak langsung mengarah
pada objek. Indirect lighting biasanya digunakan
untuk tujuan estetika dan memfokuskan pada
intensitas cahayanya. (R.r Vicky, dkk, 2014: 104-
111)
81

Berikut merupakan ketentuan besaran cahaya dalam


ruang khususnya Dental Center, yaitu:

Tabel 2. 10. Ketentuan Besaran Cahaya Dalam Ruang


Khususnya Dental Center
(Sumber : Ratnadi, Hery. 2004 : 45)

3) Akustik
Menurut Satwiko (2004: 124), sistem akustik adalah
ilmu yang mempelajari tentang mutu suara dan bunyi yang
dihasilkan. Akustik sendiri berhubungan dengan organ
pendengar, suara, atau ilmu bunyi. Sistem akustik dalam
sebuah ruangan merupakan keadaan sebuah ruang yang
mempengaruhi mutu bunyi yang terjadi di dalamnya.
Tujuan dari akustik yaitu:
i. Mengatur sistem tata suara agar bunyi yang
dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan.
82

ii. Mengurangi dan meniadakan bunyi yang sifatnya


mengganggu.
iii. Menjaga kontinuitas intensitas bunyi dan
perambatan dalam ruang khusus yang menghendaki
sistem akustik yang spesifik.
iv. Tingkat kebisingan disetiap kamar atau ruang.
Selain itu, berdasarkan fungsinya akustik juga harus
memenuhi persyaratan kesehatan, menurut keputusan
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan adalah sebagai berikut:
i. Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi
(maksimum 45 dBA).
ii. Poliklinik atau poli gigi (maksimum 80 dBA).
iii. Laboratorium (maksimum 68 dBA).

4) Sistem Keamanan
i. Sistem Pengamanan Terhadap Kegiatan
Dental Center ini menggunakan Security dan
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat
yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang
melalui monitor yang menampilkan gambar dari
rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut
ruangan yang diinginkan.

ii. Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya


Kebakaran
Dental Center ini menggunakan smoke
detektor yang bekerja bila suhu mencapai 700C, fire
alarm system yang otomatis akan berbunyi jika ada
api atau panas pada suhu 1350C sampai 1600C, fire
estinguisher, sprinkler (Penempatan titik sprinkler
harus disesuaikan dengan standar yang berlaku
dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat
83

melayani luas area 10-20 meter dengan ketinggian


ruang 3 meter. Kepala sprinkler yang dipasang dekat
dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih
dari 2,25 meter dari dinding), dan hidrant kebakaran
sebagai sistem keamanan terhadap bahaya
kebakaran.

iii. Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya Asap


Dental Center ini menggunakan beberapa alat
sebagai sistem keamanan terhadap bahaya asap,
diantaranya:
ia. Fire damper : Alat untuk menutup pipa
ducting yang mengalirkan udara supaya asap
dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini
bekerja secara otomatis, kalau terjadi
kebakaran akan segera menutup pipa-pipa
tersebut.
ib. Smoke & heat ventilating : Alat ini dipasang
pada daerah-daerah yang menghubungkan
udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang
timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga
para petugas pemadam kebakaran akan
terhindar dari asap-asap tersebut.
ic. Vent & exhaust : Alat ini dipasang di depan
tangga kebakaran yang akan berfungsi
menghisap asap yang akan masuk pada tangga
yang akan dibuka pintunya. Dapat pula
dipasang di dalam tangga, secara otomatis
berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam
ruang tangga.

Anda mungkin juga menyukai