Anda di halaman 1dari 10

TOPIK 8

EKSTRAKSI GIGI (EKSODONSI) POSTERIOR


RAHANG ATAS PERMANEN

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan pencabutan gigi posterior rahang
atas permanen pada phantom
Tujuan Khusus
● Mahasiswa mampu melakukan anestesi local pada phantom untuk
pencabutan sederhana pada gigi permanen posterior rahang atas
● Mahasiswa mampu menentukan posisi kerja pencabutan gigi sederhana gigi
permanen posterior rahang atas
● Mahasiswa mampu melakukan Tindakan pencabutan gigi sederhana pada
phantom
● Mahasiswa mampu melakukan instruksi pasca pencabutan gigi permanen
posterior rahang atas

II. Ketentuan Skills Lab


● Mahasiswa hadir tepat waktu, toleransi keterlambatan 15 menit
● Mahasiswa menggunakan alat sendiri sesuai yang telah ditunjukan demi
kelancaran praktikum, kecuali alat dan bahan tertentu yang digunakan
perkelompok dan disediakan oleh pihak fakultas
● Masing- masing mahasiswa akan mendapat bahan yang disediakan oleh
pihak fakultas apabila terjadi kegagalan maka mahasiswa diharapkan
menyediakan kembali sendiri dengan bahan yang sudah disediakan oleh
pihak kampus (petugas skills lab melayani dan menyediakan pembelian
bahan bagi mahsiswa guna kelancaran skills lab)
● Mahasiswa menggunakan jas lab
● Mahasiswa sudah membaca dan memahami setiap tahapan pekerjaan yang
akan dikerjakan sesuai buku pedoman skill lab modul
● Mahasiswa memberitahukan atau lapor kepada trainer setiap mulai kerja
serta menunjukkan setiap hasil kerja praktikum sesuai tahapan pekerjaan
yang tercantum
Alat dan Bahan
Alat
1. Satu set alat diagnostik
2. Forceps atau Tang ekstraksi permanen
3. Elevator atau Bein

Bahan
4. Disposable Syringe dan ampul
5. Larutan antiseptic (povidone iodine 10%)
6. Tampon Kasa steril
7. Tempat tampon berisi tampon dan kapas
8. Masker dan handscoon

Langkah anestesi dan ekstraksi:

1. Pastikan pasien sudah di cek vital sign dan pasien tidak alergi anestesi.
2. Pasien sudah dijelaskan proses dan resiko bahwa akan terasa sakit, menimbulkan darah, dan
pasien sudah dilakukan informed consent
3. Persiapan operator
Menyiapkan alat dan bahan, cuci tangan dengan antiseptic, menggunakan APD :
masker dan handscoon. Untuk ekstraksi rahang atas posterior posisi operator berada
di sebelah kanan (posisi jam 7-9) pasien. Untuk operator yang kidal bisa berada di
posisi sebelah kanan atau belakang pasien ( posisi jam 9-12)
4. Persiapan pasien
1. Sebelum tindakan anestesi lokal, pastikan bahwa pasien sudah makan atau tidak
sedang lapar.

2. Pasien dipersilakan duduk di DU, atur posisi kepala, leher, dan tubuh untuk
memberikan rasa nyaman
3. Sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusi geligi rahang bawah
membentuk sudut 45-60 derajat terhadap lantai.
4. Tinggi kursi yaitu siku operator setinggi rahang atau bahu pasien.
TEKNIK ANESTESI LOKAL POSTERIOR RAHANG ATAS
A. Field Block (paraperiosteal injection)
1. Saraf yang teranestesi: cabang saraf terminal dari suatu saraf sensorik
2. Daerah yang teranestesi: pulpa gigi rahang atas yang bersangkutan, ligamen periodontal,
tulang alveolaris dan periosteum, dan mukosa gingiva sisi labial atau bukal dari gigi
tersebut
3. Pedoman anatomis: letak mahkota gigi dan perkiraan posisi dan panjang akarnya, tulang
alveolaris, mucolabial fold atau mucobuccal fold gigi yang bersangkutan
4. Indikasi:
a. untuk menganestesi jaringan pulpa sebuah gigi di rahang atas misalnya: sebelum
tindakan preparasi kavitas gigi, preparasi mahkota gigi, atau ekstirpasi jaringan pulpa
b. untuk pencabutan sebuah gigi di rahang atas, dalam hal ini perlu ditambahkan anestesi
pada mukosa palatal
5. Gejala subyektif: terasa kebas pada daerah yang dianestesi
6. Teknik anestesi:

1. Keringkan daerah yang akan menjadi tempat tusukan jarum dengan kasa steril lalu ulasi
daerah tersebut dengan cairan antiseptik pov iodine 10% secukupnya secara sirkuler.
2. Jarum ditusukkan pada cekungan terdalam pada mucolabial atau mucobuccal fold gigi
yang bersangkutan
3. Jarum diinsersikan sampai ujung jarum terasa menyentuh tulang setinggi apeks gigi yang
bersangkutan
4. Jarum ditarik sedikit kemudian dilakukan aspirasi, bila tidak ada darah yang masuk ke dalam
barrel cairan anestesi lokal diinjeksikan sebanyak kira-kira 1 ml dengan perlahan-lahan
5. Khusus untuk gigi M1 RA tusukan jarum dan injeksi cairan anestesi dilakukan 2x yakni pada
mucobuccal fold apeks gigi P2 dan apeks mesiobukal gigi M2 rahang atas
6. Khusus untuk menganestesi gigi M3 RA, pasien diminta untuk sedikit menutup mulutnya
dan pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum dapat dilakukan semaksimal mungkin ke arah
medial pada mucobuccal fold apeks gigi M2 RA.
7. Setelah injeksi cairan anestesi lokal selesai tariklah jarum dari daerah kerja secara perlahan-
lahan untuk mencegah timbulnya perdarahan di tempat tusukan jarum, cek efek anestesi
dengan sonde, mulai terasa pada umumnya sudah tercapai dalam waktu 5 menit.
Gambar 23 Field block untuk menganestesi gigi molar pertama rahang atas kanan;
injeksi dilakukan dua kali yaitu pada mucobuccal fold apeks gigi premolar kedua rahang
atas kanan (kiri) dan mucobuccal fold apeks gigi molar kedua rahang atas kanan (kanan);

Gambar 24 Field block untuk menganestesi gigi molar ketiga rahang atas kanan; pasien diminta
untuk sedikit menutup mulutnya dan pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum dapat dilakukan
semaksimal mungkin ke arah medial pada mucobuccal fold apeks gigi molar kedua rahang atas
(kanan)
B. Anterior Palatine Nerve Block
1. Saraf yang teranestesi: nervus palatina anterior atau nervus palatinus majus yang
keluar dari foramen palatinus majus
2. Daerah yang teranestesi: mukoperiosteum dan mukosa palatal duapertiga posterior
palatum durum, mulai dari pertengahan kaninus atas sampai dengan batas posterior
palatum durum
3. Pedoman anatomis: gigi molar kedua dan ketiga rahang atas, gingival marginalis
bagian palatal dari molar kedua dan ketiga, garis median palatum durum
4. Indikasi: untuk menganestesi mukosa duapertiga posterior palatum durum misalnya:
pada pencabutan gigi-gigi posterior rahang atas
5. Gejala subyektif: terasa kebas pada mukosa palatum bagian posterior apabila dirasakan
dengan lidah
6. Teknik anestesi:
1. Keringkan daerah yang akan menjadi tempat tusukan jarum dengan kasa steril lalu ulasi daerah
tersebut dengan cairan antiseptik pov iodine 10% secukupnya secara sirkuler
2. Jarum ditusukkan pada mukosa di atas foramen palatinus majus yang secara klinis terletak
di antara gigi M2&3 RA sejauh kira-kira 10 mm dari gingival marginal bagian palatal
gigi tersebut, kemudian injeksikan cairan anestesi sebanyak 0,25 sampai 0,5 ml dengan
perlahan-lahan
3. Setelah injeksi selesai, tariklah jarum dari daerah kerja secara perlahan-lahan untuk mencegah
timbulnya perdarahan di tempat tusukan jarum, cek efek anestesi dengan sonde, mulai terasa
pada umumnya sudah tercapai dalam waktu 5 menit.

Gambar 25 Jarum ditusukkan pada mukosa di atas foramen palatinus majus terletak di
antara gigi molar kedua dan ketiga rahang atas sejauh kira-kira 10 mm dari gingival marginal
bagian palatal gigi tersebut, kemudian injeksikan cairan anestesi sebanyak 0,25 sampai 05 ml
dengan perlahan-lahan
Teknik pencabutan :
 Cara memegang Forceps
a. Forceps dipegang pada pertengahan pegangan, hindarkan memegang terlalu
dekat dengan paruh
b. Hindarkan meletakkan jari diantara kedua pegangan
 Cara menggunakan Forceps
a. Poros beak (paruh) sejajar dengan poros gigi
b. Beak menjepit permukaan akar gigi (batas CEJ), hindarkan
meletakkan pada mahkota gigi
c. Beak dikatupkan semaksimal mungkin
d. Gigi digerakkan dengan kekuatan dan arah yang terkontrol untuk
menghindari trauma pada gigi tetangga

 Posisi jari untuk fiksasi :


 Pinch grasp = terdiri dari memegang prossesus alveolaris di antara ibu jari dan
telunjuk dengan tangan yang bebas
 Untuk posterior rahang atas kiri: Digiti I diletakkan pada bagian palatal gigi
sedangkan jari digiti II pada bukal
 Untuk geligi posterior rahang atas kanan: Digiti I diletakkan pada bagian bukal
gigi sedangkan jari digiti II pada palatal

Teknik pencabutan :

 Lepas perlekatan gigi dan gingiva dengan desmotom/periotom hingga tulang alveolar
melonggar dan ligament periodontal terputus
 Ungkit dengan bein/elevator di sela2 gigi, ungkit kanan kiri kanan kiri sampai masuk,
sampai ada celah dan goyang
 Setelah ada pergerakan, masukkan tang dengan posisi takik berada di bukal gigi,
cengkeram sampai CEJ sampai bifurkasi, luksasi bukal palatal, rotasi, Tarik sampai
terlepas

Prosedur pasca ekstraksi :


1. Cek dan ambil apabila ada lesi yang tertinggal di soket menggunakan periapikal kuret
2. Apakah ada tulang tajam pada soket, jika ada dapat dihaluskan menggunakan bone
file
3. Bersihkan soket dengan salin
4. Instruksikan pasien untuk menggigit tampon pada soket

Medikasi:
Analgesi peroral selama 3 hari/Ketika nyeri dengan asam mefenamat atau natrium
diklofenak, untuk pasien DM/hipertensi perlu analgesic seperlunya dan antibiotic spektrum
luas (ex. Amoxillin) dihabiskan.

Instruksi pasca ekstraksi :


1. Menggigit tampon (kasa steril) selama 1 jam pasca pencabutan
2. Setelah tampon dibuang boleh makan dan minum, mengunyah makanan lunak di sisi
yang berlawanan selama sehari
3. Menghindari berkumur keras, makan dan minum panas, menghisap luka, merokok
selam 24 jam pertama
4. Setelah efek anestesi hilang akan terasa sakit, oleh karena itu obat analgesik langsung
diminum sesuai aturan yang telah ditentukan
5. Apabila terjadi pendarahan atau rasa nyeri hebat segera hubungi dokter atau pusat
layanan kesehatan terdekat

Anda mungkin juga menyukai