Anda di halaman 1dari 13

ABSES SUBMANDIBULA COLLI DEXTRA ET CAUSA NEKROSIS GIGI 47

Pauline Lydiana1, Franky Oscar2


1 Program Profesi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen Maranatha,
Bandung, 40164, Indonesia
2 Staf PengajarBedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen

Maranatha, Bandung, 40164, Indonesia

ABSTRAK

Infeksi jaringan leher dalam adalah infeksi yang terjadi pada ruang potensial dan
bidang fasial leher, baik dalam bentuk abses atau selulitis. Infeksi jaringan leher
adalah infeksi bakteri yang berasal dari traktus aerodigestif dan melibatkan ruang
leher dalam, salah satunya adalah ruang submandibula. Infeksi jaringan leher
seringkali terjadi setelah infeksi seperti karies gigi, tonsillitis, faringitis, dan
trauma pada kepala leher. Infeksi yang berasal dari gigi atau jaringan
pendukungnya, atau disebut juga dengan infeksi odontogenik. Pada laporan kasus
ini, akan dibahas mengenai pasien laki-laki yang berusia 20 tahun yang datang ke
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, dengan keluhan gigi belakang kanan
bawah berlubang besar sejak 6 bulan yang lalu dan disertai dengan pembengkakan
pada leher kanan, dan dilakukan tindakan ekstraksi pada gigi molar dua kanan
rahang bawah.

Kata Kunci: Infeksi jaringan leher dalam, abses submandibula, ekstraksi gigi.

ABSTRACT
Deep neck tissue/space infection is an infection that occurs in the potential space
and fascial area of neck, either in the form of an abscess or cellulitis. Deep neck
space infection are bacterial infections originating from the upper aerodigestive
tract and involving the deep neck spaces such as submandibular space.Deep neck
tissue infections often occur after infections such as dental caries, tonsillitis,
pharyngitis, and trauma to the head of the neck. Neck tissue infections often occur
after infections such as dental caries, tonsillitis, pharyngitis, and trauma to the
head of the neck. In this case report, a 20 year-old male patient, came to Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, with chief complaints of a large decayed right
lower posterior tooth since 6 months ago accompanied by swelling in the right
neck, followed treatment of second lower right molar tooth extraction.
Keywords: deep neck space infection, submandibular abscess, tooth extraction.

1
2

PENDAHULUAN

Infeksi jaringan leher dalam merupakan salah satu kelainan yang kompleks dalam

hal diagnosis, lokalisasi, akses, dan penanganannya. Infeksi jaringan leher dalam

adalah infeksi yang terjadi pada ruang potensial dan bidang fasial leher, baik

dalam bentuk abses atau selulitis. Setidaknya 11 ruang dalam pada leher

merupakan bagian dari struktur kompleks yang dibentuk oleh bidang fasial, yang

meliputi beberapa daerah yang memungkinkan terjadi infeksi dan berdasarkan

hubungannya dengan tulang hyoid, dapat diklasifikasikan sebagai: ruang yang

terlokalisasi diatas hyoid (peritonsillar, submandibula, parapharyngeal, bukal,

parotid, mastikatori/temporal); ruangan yang meliputi keseluruhan lengkung leher

(retropharyngeal, danger space, prevertebral, dan carotid) dan ruang anterior atau

pretracheal visceral, dibawah tulang hyoid.1,2

Infeksi jaringan leher adalah infeksi bakteri yang berasal dari traktus

aerodigestif dan melibatkan ruang leher dalam. Penyebab utama infeksi ini yang

paling sering adalah geligi, tonsil, kelenjar saliva, benda asing, dan keganasan.

Pada dewasa, infeksi jaringan leher seringkali terjadi setelah infeksi seperti karies

gigi, tonsillitis, faringitis, dan trauma pada kepala leher. Infeksi yang berasal dari

gigi atau jaringan pendukungnya, atau disebut juga dengan infeksi odontogenik

merupakan salah satu penyakit yang paling umum dalam regio oral dan

maksilofasial, terutama pada negara berkembang.3,4

Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai pasien laki-laki yang berusia 20

tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, dengan keluhan

gigi belakang kanan bawah berlubang besar sejak 6 bulan yang lalu dan disertai
3

dengan pembengkakan pada leher kanan, dan dilakukan tindakan ekstraksi pada

gigi molar dua kanan rahang bawah.

LAPORAN KASUS

Laki-laki berusia 20 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut maranatha

dengan keluhan gigi belakang kanan bawah berlubang besar sejak 6 bulan yang

lalu, pasien ingin giginya dicabut. Gigi paling belakang kanan tersebut dulu sering

sakit berdenyut yang menyebar ke kepala namun sekarang sudah tidak sakit lagi.

Terdapat bengkak pada leher, sakit saat ditekan dan mengeluarkan cairan sejak 2

minggu yang lalu, pasien sudah pernah ke dokter dan diberi obat antibiotic dan

Panadol. Pasien memiliki riwayat penggunaan obat-obatan yaitu paracetamol dan

asam mefenamat. Hasil pemeriksaan intra oral saat itu terdapat karies profunda

dengan tes vitalitas, perkusi/tekan, mobilitas negatif (Gambar 1 dan 3). Pada

pemeriksaan ekstraoral, didapat bahwa muka simetris, konjungtiva non anemis,

sclera non ikterik, pada leher terdapat pembengkakan dan abses colli dekstra, dan

TMJ terdapat clicking kondilus kanan (Gambar 2). Untuk menegakkan diagnosa,

pasien disarankan untuk melakukan foto roentgen panoramik (Gambar 4). Setelah

dilakukan pemeriksaan intra oral dan peninjauan foto panoramik, pasien

didiagnosis abses submandibula colli dextra e.c nekrosis pulpa gigi 47. Tindakan

yang akan dilakukan adalah pencabutan gigi 47 dengan teknik anestesi blok

mandibula dan infiltrasi bukal gigi 47. Pada kunjungan pertama ini pasien

diresepkan Clindamycin 300mg sebanyak 15 butir yang dikonsumsi 2 kali sehari

hingga habis.
4

X KM KS KM KM X

X KP KM KS KM KM KM

.Gambar 1. Odontogram

Gambar 2. Keadaan Ekstraoral.

Gambar 3. Keadaan Intraoral.


5

Gambar 4. Foto Panoramik.

Sebelum tindakan ekstraksi pasien diberikan penjelasan mengenai diagnosis,

tindakan, tujuan, serta komplikasi dan pasien menandatangani informed consent.

Tindakan ekstraksi diawali dengan anestesi blok mandibula kanan dan infiltrasi

bukal gigi 47, anestesi yang digunakan yaitu pehacain menggunakan spuit.

Setelah dalam keadaan teranestesi, dilakukan pemisahan jaringan menggunakan

bein no. 1, kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi gigi 47 menggunakan tang.

Setelah itu dilakukan penghalusian dinding soket menggunakan bone file dan

dilakukan spooling (Gambar 5). Tindakan ekstraksi selesai, hemostasis telah

dicapai dan instruksi post ekstraksi telah dijelaskan kepada pasien. Pasien

diresepkan medikasi antibiotik Clindamycin 300 mg sebanyak 15 butir dan

analgesic asam mefenamat 500mg sebanyak 10 butir.


6

Gambar 5. Ekstraksi gigi 47.

PEMBAHASAN

Infeksi odontogenik berasal dari karies gigi atau infeksi periodontal yang telah

meluas melewati tulang alveolar untuk melibatkan ruang fascial di sekitar wajah

dan kavitas oral. Infeksi tersebut cenderung menyebar sepanjang bidang struktur

pendukung yang paling lemah dari gigi yang terpengaruh. Di maksila, tulang

alveolar paling lemah di sepanjang sisi bukal. Di mandibula, tulang alveolar

paling lemah pada aspek lingual secara posterior yang mempengaruhi gigi molar,

dan pada sisi bukal lebih ke anterior yang melibatkan gigi insisivus dan gigi

kaninus. Oleh karena itu, lokasi gigi yang terpengaruh dapat memprediksi rute

penyebaran dan ruang orofasial mana yang terpengaruh (Gambar 5).5


7

Gambar 5. Ruang fascial di sekitar mulut dan wajah yang biasanya terpengaruh

pada infeksi odontogenik.5

Gambar 6. Jalur yang berpotensi terjadinya penyebaran infeksi ke ruang fascial

dalam pada kepala dan leher.5


8

Infeksi leher dalam paling umum berasal dari fokus septik pada molar mandibula,

tonsil, eklenjar parotid, nodus limfatikus servikal, sinus paranasal, atau mastoid.

Infeksi tersebut menduduki tiga ruang yang penting yang berada dalam lapisan

yang berbeda dari fascia leher dalam, yaitu ruang submandibular, pharyngeal

lateral (paraphayngeal/pharyngomaxillary), dan ruang retropharyngeal.6

Dua penyebab utama infeksi odontogenik adalah lesi periapikal dengan nekrosis

pulpa dan invasi bakteri ke dalam jaringan periapikal dan lesi periodontal yang

berhubungan dengan poket periodontal. Nekrosis pulpa sebagai hasil dari karies

yang dalam dapat mendukung keborocan bakteri ke jaringan periapikal. Saat

jaringan periapikal diinvasi oleh bakteri, akan terjadi infeksi aktif. Infeksi ini

meluas dalam segala arah, namun memiliki perluasan minimum pada jalur dengan

ketahanan yang paling tinggi. Infeksi menginvasi tulang spongy hingga mencapai

plat kortikal. Jika plat kortikal tipis, infeksi akan dapat melewatinya dan

memasuki jaringan lunak. Infeksi odontogenik ke ruang leher dalam dapat

menyebabkan penyebaran ke arah atas yang dapat menyebabkan abses pada otak,

thrombosis sinus cavernous, dan meningitis, atau kea rah bawah dapat

menyebabkan mediastinitis atau pericarditis.7,8 Pada kasus ini, terdapat karies

profunda pada gigi 47 dengan nekrosis pulpa, disertai dengan penyebaran infeksi

ke submandibular serta leher kanan (colli dextra).

Infeksi leher dalam biasanya bersifat polymicrobial. Organisme yang paling

sering ditemukan adalah Streptococci, Peptostreptococcus sp, Staphylococcus

aureus, dan bakteri anaerob. Manifestasi klinis dari infeksi leher dalam tergantung

dari ruang yang terlibat, dan meliputi nyeri, demam, malaise, lemah,
9

pembengkakan, odynophagia, dysphagia, trismus, dysphonia, otallgia, dan

dyspnoea.9

Kasus penyebaran infeksi ke leher dalam dapat berbahaya, terutama pada

pasien dengan gangguan daya tahan tubuh seperti pasien dengan diabetes mellitus,

kemoterapi, terapi steroid, atau infeksi HIV. Komplikasi yang mematikan dari

infeksi leher dalam telah dilaporkan sebesar 10%-20% pada literatur kasus infeksi

leher dalam. Komplikasi yang paling umum adalah obstruksi jalan napas,

thrombosis vena jugular, descending mediastinitis, pericarditis, pleural

empysema, thrombosis sinus cavernous, sepsis, penekanan jalan napas,

disseminated intravascular coagulation, suppurasi pleuropulmonari, dan

hematogenous dissemination ke organ jauh.5,10

Pencegahan infeksi odontogenik meliputi keseluruhan aspek perawatan gigi

meliputi karies gigi, penyakit periodontal, kondisi patologis, trauma dan bedah

restoratif, serta implant. Penanganan infeksi odontogenik terutama adalah

penghilangan sumber infeksi berupa perawatan saluran akar, ekstraksi gigi, dan

insisi drainase ruang yang terinfeksi disertai dengan medikasi antibiotik.11

Penanganan infeksi leher dalam meliputi perawatan antibiotik, penanganan

jalur napas, dan intervensi bedah. Penanganan infeksi leher dalam berdasasrkan

dari drainase abses yang diikut oleh perawatan antibiotik atau pada kasus selulitis

dengan pendekatan non bedah menggunakan antibiotik dan antiinflamasi.

Diagnosis yang tepat dan penanganan langsung dapat menanggulangi penyakit

secara efektif dan memberikan perbaikan tanpa komplikasi.12 Pada kasus ini,

pasien didiagnosis sebagai abses submandibula colli dextra yang disebabkan oleh
10

nekrosis pulpa gigi 47. Pada kunjungan pertama pasien diberikan medikasi

antibiotik Clindamycin (300mg) terlebih dahulu, yang diikuti dengan perawatan

ekstraksi gigi 47. Setelah dilakukan ekstraksi, tidak terjadi komplikasi, dan

pembengkakan pada leher sudah berkurang.


11

KESIMPULAN

Infeksi odontogenik yang menyebabkan infeksi leher dalam pada kasus ini dapat

ditangani secara efektif dengan penggunaan antibiotik dan penghilangan sumber

infeksi yaitu pencabutan karies profunda pada gigi 47.


12

DAFTAR PUSTAKA

1. Wang LF, Kuo WR, Tsai SM, Huang KJ. Characterizations of life
threatening deep cervical space infections: A review of one hundred ninty
six cases. American J Otolaryngol. 2003;24:111-7.
2. Vieira F, Allen SM, Stocks RSM, Thompson JW. Deep neck infections.
Otolaryngol Clin N Am. 2008;12:459-83.
3. Weed H, Forest L. Deep neck infection. J Otolaryngol Head Neck Surg.
1998;3:2515-24.
4. Rachel H, Matthew J. Neck Abscess. StatPearls. 2018
5. Anthony W. Infections of the oral cavity, neck, and head. Infectious
Disease Advisor. Decision Support in Medicine, LLC. 2017
6. Chow, AW, Mandell, GL, Bennett, JE, Dolin, R. "Infections of the oral
cavity, neck and head". Principles and practice of infectious
diseases. Elsevier Churchill Livingstone. 2010. pp. 855-71
7. Morton H, Richard G. Odontogenic infections and deep facial space
infections of dental origin. In: Topacian RG, Goldberg MH, Hupp JR, eds.
Oral and Maxillofacial Infections. 4th ed. St. Louis: WB Saunders; 2002:
158-186.
8. Flynn TR. Anatomy of oral and maxillofacial infections. In: Topacian RG,
Goldberg MH, Hupp JR, eds. Oral and Maxillofacial Infections. 4th ed. St.
Louis: WB Saunders; 2002: 188-206.
9. Shih WY et al. Deep beck abscess: an analysis of microbial etiology and
the effectiveness of antibiotics. Infect Drug Resist. 2008; 1:1-8
10. Wills PI, Vernon RP. Complications of space infections of the head and
neck. Laryngoscope. 1981;91:1129-36.
11. Morton H, Richard G. Odontogenic infections and deep facial space
infections of dental origin. In: Topacian RG, Goldberg MH, Hupp JR, eds.
Oral and Maxillofacial Infections. 4th ed. St. Louis: WB Saunders; 2002:
158-186.
13

12. Reynolds, SC, Chow, AW. "Severe soft tissue infections of the head and
neck: a primer for critical care physicians". Lung. vol. 187. 2009. pp. 271-
9.

Anda mungkin juga menyukai