Anda di halaman 1dari 21

INFEKSI

(ABSES SUBMANDIBULA)
Navyta Putri Dharma Erdinaningrum
20200720056
INFEKSI ODONTOGENIK
Infeksi odontogenik merupakan Infeksi yang berasal dari pulpa
gigi, periodonsium dan tulang rahang atau di jaringan yang
mengelilinginya. Infeksi odontogenik disebabkan oleh flora
bakteri normal yang meliputi bakteri aerobic dan anaerobic gram-
positive cocci serta anaerobic gram-negative rods.
ETIOLOGI INFEKSI
ODONTOGEN
(HUPP, 2019)
 Nekrosis pulpa
• Karies
• Fraktur gigi
 Perikoronitis : periapical dan periodontal
• Gigi impaksi
 Periodontal poket dalam
Bakteri masuk ke jaringan lunak yang lebih dalam, lalu
berpenetrasi pada spasium yang berpotensi sebagai
tempat penyebaran

Menghasilkan enzim hyaluronidase yang memecah

PATOGENESIS asam hyaluronat dan memungkinkan penyebaran infeksi


melalui jaringan

INFEKSI
ODONTOGEN Saat infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam,
metabolisme bakteri menciptakan lingkungan asam
sehingga memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob.
(periodontal)
(Hupp, 2019) Timbul kerusakan jaringan lebih lanjut dan terjadi
kerusakan sel darah putih

Menghasilkan microabses yang dapat menyatu dan


akhirnya menjadi abses
PRINSIP PERAWATAN INFEKSI ODONTOGEN
(HUPP, 2019)

Penatalaksanaan infeksi • Manajemen perawatan infeksi


odontogenik melibatkan tiga
odontogenik (bisa bedah atau obat
faktor:
premedikasi , tergantung berat ringan
• Mengendalikan sumber infeksi
kasus) utama bersifat bedah untuk
• Membangun drainase
menghilangkan etiologi dengan insisi
• Memobilisasi sistem
pertahanan Host. dan drainase
• Environtment di kontrol • Antibiotik tidak boleh dijadikan
sebagai pengobatan utama atau satu-
satunya pengobatan untuk infeksi.
1. Menentukan Keparahan Infeksi
Dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan penunjang (radiografi dan laboratorium)

Anamnesis: Pemeriksaan klinis


2. Evaluasi Keadaan Pasien (pertahanan Host)
 Komorbiditas medis
Dua kategori utama komorbiditas medis yang berdampak buruk pada sistem
pertahanan host adalah penyakit metabolik yang tidak terkontrol dan kondisi
yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

3. Menentukan Apakah Pasien Harus Diobati oleh Dokter Gigi Umum atau
spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial
• Lokasi dan keparahan: infeksi odontogenik yang
parah dan melibatkan lokasi yg luas memerlukan
penanganan Sp. BM dan dilakukan rawat inap
• Akses pembedahan: harus memadai untuk
memungkinkan drainase dan pengendalian
infeksi yang tepat
• Status pertahan host: Pasien dengan komorbid
harus ditangani oleh Sp. BM
4. Penanganan infeksi secara bedah

Insisi dan drainase memfasilitasi penyembuhan melalui dua mekanisme utama:


• Menurunkan jumlah bakteri. (antibiotic yg akurat)
Jumlah bakteri menurun dengan mengeliminasi sumber dan drainase infeksi
sehingga sistem pertahanan host dapat menghilangkan sisa infeksi.
• Menurunkan tekanan jaringan yang terinfeksi. (insisi dan drainase)
Ketika tekanan hidrostatik dari jaringan yang terinfeksi terdekompresi dengan
drainase, suplai darah akan meningkat, sehingga pertahanan host dan
penggunaan antibiotik tambahan dapat mencapai area yang terinfeksi
dengan lebih baik. Untuk infeksi odontogenik, akses drainase dapat berupa
melalui gigi yang dilakukan perawatan endodontik atau insisi drainase
melalui mukosa atau kutan.
5. Mensupport pasien secara medis

• Peran dokter setelah drainase


infeksi adalah mengoptimalkan
kemampuan pasien untuk
menghilangkan sisa infeksi dengan
tindakan suportif.
• Tindakan suportif ini meliputi:
 Hidrasi
 Perbaikan nutrisi
 Kontrol nyeri
 Terapi antibiotik tambahan
 Kontrol glukosa darah
KLASIFIKASI ABSES Tergantung dari rentannya
jaringan
Abses Bukal
• Ruang bukal dibatasi secara superfisial oleh kulit di
atasnya, jaringan subkutan serta otot buccinator.
• Molar rahang atas paling sering dikaitkan dengan
infeksi buccal space karena infeksi yang timbul dari
apeks akar bukal menembus tulang alveolar tepat di
atas perlekatan otot buccinator pada prosesus
alveolar.

Abses Intraalveolar
• Merupakan infeksi purulen akut yang
berkembang di daerah apikal gigi di tulang
cancellous yang disebabkan oleh bakteri yang
berasal dari gigi yang terinfeksi pada daerah
maxilla atau mandibula
Abses Subperiosteal
• Abses subperiosteal melibatkan akumulasi
pus yang semi-berfluktuasi. Menyebar di
antara tulang dan periosteum, di daerah
bukal, palatal, atau lingual

Abses Submukosal
• Abses ini terletak tepat di bawah mukosa
vestibular bagian bukal atau labial dari
maksila atau mandibula (serta daerah
palatal atau lingual) pada daerah gigi yang
menyebabkan infeksi.
Abses Subkutan
• Abses ini terlokalisasi di berbagai area
wajah. Menyebar melalui jaringan ikat di
bawah kulit, dengan karakteristik
pembengkakan yang biasanya berfluktuasi
• Abses ini terbentuk dari hasil penyebaran
infeksi yang tidak segera diobati.

Abses Submandibula
• Abses submandibular terletak di antara otot
mylohyoid dan lapisan anterior deep cervical
fascia, tepat di dalam otot platysma, dan
mencakup permukaan lingual dan inferior
mandibula di bawah perlekatan otot
mylohyoid
Abses Submentale
• Sering disebabkan oleh infeksi yang berasal dari
gigi insisivus rahang bawah.
• Ruang submental di mana abses ini berkembang
dibatasi oleh otot mylohyoid (superior) , anterior
belly of digastric muscle (lateral dikedua sisi), tulang
hyoid (inferior), otot platysma serta kulit di atasnya.

Abses Sublingual
• Ruang sublingual dibatasi oleh mukosa dasar mulut
(superior), otot mylohyoid (inferior), permukaan
bagian dalam mandibula (lateral), septum lingual
(media), dan tulang hyoid (posterior)
• Pada abses sublingual tidak ada pembengkakan
ekstraoral yang terlihat karena infeksi terbatas pada
lokasi yang dekat dengan otot mylohyoid. Temuan
klinis dari keterlibatan sublingual space yaitu elevasi
lidah dan dasar mulut, dengan kesulitan berbicara
atau menelan
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
• Pasien perempuan usia 16 tahun dengan berat badan 47 kg dan tinggi badan 150 cm
datang ke IGD RSGM Universitas Hasanuddin Makassar dengan keluhan bengkak,
nyeri pada pipi kanan bawah dan susah membuka mulut. Dari anamnesis diketahui
bahwa pembengkakan dirasakan pasien sejak kurang lebih 5 hari sebelumnya. Awal
pembengkakan muncul kecil namun semakin lama semakin besar dan terasa nyeri.
• Pasien juga sulit membuka mulut dan demam timbul kira-kira 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya gigi geraham kanan berlubang dan sakit, pasien sudah
mengkonsumsi antibiotik dan antinyeri 1minggu lalu,namun bengkak dan nyeri tidak
kunjung sembuh.
SOAP
S : Pasien perempuan dengan keluhan bengkak, nyeri pada pipi kanan bawah dan susah membuka mulut.
pembengkakan dirasakan pasien sejak kurang lebih 5 hari sebelumnya. Awal pembengkakan muncul kecil
namun semakin lama semakin besar dan terasa nyeri. Pasien sulit membuka mulut dan demam timbul kira-
kira 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya gigi geraham kanan berlubang dan sakit, pasien sudah
mengkonsumsi antibiotik dan antinyeri 1minggu lalu,namun bengkak dan nyeri tidak kunjung sembuh.

O:
Vital Sign = Keadaan umum pasien sedang ; kesadaran kompos mentis ; tekanan darah 100/60 mmHg; suhu
36oC, pernafasan 20x/menit , nadi 80x/menit dan tidak ada sesak napas.

PEO = inspeksi:
palpasi: angulus mandibula tidak teraba
Dari pemeriksaan telinga dan hidung tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan regio mandibula terdapat
pembengkakan pada daerah submandibula dextra warna kemerahan, trismus 1,5 cm, dan angulus
submandibula tidak teraba.

PIO = inspeksi & perkusi: gangren radiks molar pertama dan gangrene pulpa molar kedua kanan rahang
bawah.
SOAP
• Radiografi : gigi molar kedua kanan bawah telah mengalami karies profunda yang
perforasi ke atap pulpa,dan ada gambaran radiolusen yang difus pada daerah apikal
gigi.
• A :gigi 47 periodontitis apikalis akut ok gangrene radix dengan Abses submandibular
dextra
• P : insisi dan drainase dalam anastesi umum
TATALAKSANA
• Pasien setuju untuk rawat inap dan dilakukan pemeriksaan darah rutin. Dipasang
IVFD RL, inj ceftriaxone 1 g/12 jam, metronidazole drip 500mg/8 jam, parasetamol
infus 500 mg/8 jam. Pemeriksaan darah rutin menunjukkan beberapa nilai hasil
diluar batas normal, yaitu Hb 10,1 (N: 10,4-16,0), leukosit 16,48 (N: 6,00-18,00),
neutrofil: 80,7 (N: 46-73), limfosit: 8,4 (N: 18-44).
• Pasien direncanakan insisi dan drainase dalam anastesi umum setelah pasien
diberikan penjelasan dan informed consent perihal rencana tindakan yang akan
dilakukan. Pemeriksaan foto ronsen toraks hasil normal
• Satu jam sebelum insisi dan drainase pasien diberikan antibiotik profilaksis
ceftriaxone 1 g.
TATALAKSANA
• Setelah insisi dan drainase,keadaan umum pasien sedang, bengkak dibawah dagu
berkurang, rasa nyeri menelan berkurang,dan bukaan mulut masih terbatas. Dari
pemeriksaan fisik, luka bekas insisi baik, pus merembes minimal.Pasien diterapi
buka tutup mulut dengan menggunakan stik. Perban diganti 2x sehari.
• Hari kedua setelah operasi insisi dan drainase, keadaan umum sedang,
pembengkakan dibawah dagu minimal, nyeri menelan tidak ada dan pasien sudah
bisa makan dan minum biasa. Luka bekas operasi baik dan pus minimal.
• Edema di regio submandibula sinistra berkurang dan trismus menghilang pada hari
ke-3 pasca insisi dan drainase. Hari ke-4 pasca insisi dan drainase nyeri berkurang
dan pus mulai berkurang. Pasien dipulangkan untuk rawat jalan dengan pemberian
obat oral cefadroksil 2x500 mg, metronidazole 3x500 mg dan paracetamol 3x500
mg.
TATALAKSANA
• Pasien kontrol pada hari ke-5 dan 7 pasca insisi dan drainase.Keadaan umum baik,bengkak di bawah dagu
minimal,nyeri menelan tidak ada,bukaan mulut normal.Pus pada drain sudah tidak ditemukan,pasien
dilakukan affdrain.
KESIMPULAN
Kasus dengan diagnosis abses submandibular dextra,komplikasi paling sering terjadi
adalah perjalanan infeksi dan abses ke ruang leher dalam lainnya. Pemberian
penanganan tindakan insisi dan drainase serta terapi medikamentosa yang tepat
menunjukkan perbaikan yang signifikan pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai