Anda di halaman 1dari 9

Khairunnisa R.

Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan (2019);3(1):62-70

Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…


DOI
DOI

Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

ARTIKEL PENELITIAN

MANAJEMEN KEDARURATAN DENTAL PADA ABSES SUBMANDIBULA


DEXTRA ET CAUSA NEKROSIS PULPA GIGI 44
(DENTAL EMERGENCY MANAGEMENT OF SUBMANDIBULAR DEXTRA
ABSCESS ET CAUSA NECROSIS PULP 44)

Rahmadaniah Khairunnisa 1, Triana Nindya 2


1
Departemen Oral Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani
2
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Email korespondensi : rara.rahmadaniah@gmail.com

ABSTRAK
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam
jaringan yang disebabkan oleh suatu infeksi oleh bakteri, parasit, atau benda asing lainnya.
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah
submandibula. Pada umumnya sumber infeksi pada spasia submandibula berasal dari proses
infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula. Pada laporan kasus ini
dijelaskan manajemen dental abses submandibular dextra et causa nekrosis pulpa gigi 44
dengan tindakan buka kavum pada gigi 44. Penanganan kedaruratan dental abses
submandibular dextra et causa nekrosis pulpa gigi 44 dilakukan dengan tindakan buka kavum
yang disertai dengan pemberian antibiotik dan analgesik. Pemberian antibiotik gabungan
berupa amoxicillin dan metronidazole memberikan efek antibakterial yang lebih efektif pada
kasus abses. Hasil pemeriksaan pada minggu ketiga menunjukkan sudah tidak tampak adanya
pembengkakan pada pasien sehingga diindikasikan untuk dilakukan perawatan saluran akar.
Kata kunci : Abses, abses submandibular, infeksi gigi

ABSTRACT
An abscess is a collection of pus located in a sac formed in the tissue caused by bacteria,
parasites, or other foreign bodies. Submandibular abscess is an inflammation accompanied

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 62


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

by pus formation in the submandibular region. In general, the source of infection in


submandibular space comes from the process of teeth infection, floor of the moth, pharynx,
submandibular lymph nodes. This case report described dental management of
submandibular abscess dextra et causa necrosis of dental pulp 44 with open cavities.
Keywords: Abscess, infection teeth, submandibular abscess

PENDAHULUAN
Abses adalah kumpulan pus yang bagian dalam (deep neck infection). Pada
terletak dalam satu kantung yang terbentuk umumnya sumber infeksi pada spasia
dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu submandibula berasal dari proses infeksi
infeksi oleh bakteri, parasit, atau benda gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
asing lainnya. Abses merupakan reaksi submandibula.1 Angka kejadian abses
pertahanan yang bertujuan mencegah agen- submandibula menduduki urutan tertinggi
agen infeksi menyebar ke bagian tubuh dari seluruh abses leher dalam. 20-85%
lainnya. Pus merupakan suatu kumpulan dari kasus disebabkan oleh infeksi gigi,
sel-sel jaringan lokal yang mati, sel-sel selebihnya karena sialadenitis,
darah putih, mikroorganisme penyebab limfadenitis, dan lain sebagainya.3 Pada
infeksi atau benda-benda asing dan racun kasus infeksi leher dalam sebanyak 78%
yang dihasilkan oleh organisme dan sel-sel penderitanya adalah laki-laki dan 22%
darah.1,2,3 Infeksi menurut Topazian lainnya adalah perempuan.5 Abses
merupakan proses masuknya submandibula (15,7%) merupakan kasus
mikroorganisme kedalam tubuh, terbanyak ke dua setelah abses faring
mikroorganisme tersebut penetrasi dan (38,4%), diikuti oleh Ludwig’s Angina
menghancurkan inang secara perlahan- (12,4%), parotis (7%), dan retrofaring
lahan sehingga berkembang biak. (5,9%).6 Di Indonesia abses submandibula
Penyebaran infeksi dapat terjadi karena menempati urutan pertama abses leher
ruangan (spasia) di daerah kepala dan leher yang paling sering dijumpai (42,3%)
satu sama lainnya hanya dipisahan oleh dengan prevalensi penyebab odontogenik
jaringan ikat longgar.4 sebesar 34,21%.7
Abses submandibula adalah suatu Infeksi odontogenik yang berasal dari
peradangan yang disertai pembentukan pus periapikal sebagai akibat dari nekrosis
pada daerah submandibula. Keadaan ini pulpa merupakan paling banyak dijumpai.
merupakan salah satu infeksi pada leher Nekrosis pulpa gigi sebagai akibat dari

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 63


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

karies yang dalam menjadi alur masuk dan pereda rasa sakit namun masih
bakteri berpenetrasi menuju jaringan terdapat pembengkakan dan masih terasa
periapikal, terjadi pembentukan infeksi sakit. Gigi yang berlubang juga belum
yang akan menyebar ke segala arah, pernah dilakukan perawatan sebelumnya.
namun lebih banyak pada daerah dengan Pada pemeriksaan fisik didapatkan
daya tahan paling rendah. Infeksi akan seluruh pemeriksaan tanda vital dalam
menyebar melalui tulang kanselus sampai batas normal. Pada pemeriksaan ekstra oral
memasuki tulang kortikal. Bila tulang didapatkan pembengkakan rahang bawah
kortikal tipis, infeksi akan menembus dextra, fulktuasi (-), indurasi (+); dan
tulang dan memasuki jaringan lunak pemeriksaan intra oral terdapat karies
sekitarnya.7,8 Perluasan infeksi ke jaringan profunda gigi 44. Kemudian pasien di
sekitarnya tergantung pada gigi penyebab. instruksikan untuk foto panoramik, dan
Infeksi pada gigi molar mandibula akan hasil evaluasi panoramik terlihat gambaran
keluar ke arah bukal menuju spasia radiolusen difus pada apikal gigi 44.
submandibula. Bila terjadi abses Sehingga diagnosis adalah abses
odontogenik, maka harus dilakukan submandibula dextra e.c nekrosis pulpa
tindakan drainase dan mengeleminasi gigi 44. Perawatan pada kasus ini adalah
etiologi infeksi.9 drainage dengan buka kavum pada gigi 44.

LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN


KUNJUNGAN 1 1. persiapan alat, bahan, pasien, dan
Pasien laki-laki, 42 tahun datang ke operator.
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan 2. Pasien diinstruksikan untuk
(RSGMP) Unjani dengan keluhan bengkak berkumur dengan menggunakan
pada kanan rahang bawah sejak kurang chlorhexidine 0,2%
lebih 3 hari yang lalu. Bengkak sebesar 3. Buka kavum dengan membuka
bola kelereng mengakibatkan pasien susah seluruh kamar pulpa dengan
membuka mulut. Pasien juga mengeluhkan menggunakan bur endo access.
gigi kanan bawah belakang berlubang dan Setelah itu melakukan palpasi pada
terasa sakit terutama saat digunakan ekstra oral, dan biarkan pus
menggigit, dan berdenyut hingga pasien drainage melalui kavitas.
susah untuk tidur dan beraktivitas. Saat ini 4. Irigasi dengan menggunakan
pasien sedang mengkonsumsi antibiotik NaOCl 2,5%.

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 64


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

5. Kavitas ditutup dengan 7. Pasien diinstruksikan untuk


menggunakan cotton pelet. melanjutkan antibiotik yang masih
6. Menginstruksikan pasien untuk dikonsumsi dan kontrol setelah satu
mengganti cotton pelet dirumah. minggu.

Gambar 1. Gambaran Ekstraoral dan Intraoral

Gambar 2. Buka Kavum dan Drainage Pus Gigi 44

KUNJUNGAN 2
Hasil pemeriksaan ekstra oral masih metronidazole caps 500 mg, 3x/hari
ditemukan pembengkakan dan pasien selama 4 hari; dan pereda rasa sakit
sudah dapat membuka mulut 3 jari. Setelah asam.mefenamat caps 500 mg, 3x/hari
itu dilakukan irigasi kembali pada kavitas selama 4 hari. Pasien diinstruksikan untuk
dan meresepkan obat amoxicillin caps 500 kontrol setelah 7 hari.
mg, 3x/hari selama 4 hari dan
MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 65
Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

Gambar 3. Kontrol minggu ke-1

KUNJUNGAN 3
Hasil pemeriksaan ekstra oral sudah tidak 44 dengan NaOCl 2,5% dan terlihat
tampak adanya pembengkakan dan pasien adanya indikasi untuk dilakukan perawatan
sudah dapat membuka mulut lebih lebar saluran akar.
lagi. Irigasi dilakukan (kembali) pada gigi

Gambar 4. Kontrol minggu ke-2

PEMBAHASAN infeksi hanya pada satu organ, dan infeksi


Penyakit infeksi berkembang sejalan dapat menyebar kebagian lainnya. Infeksi
dengan perkembangan zaman, perubahan merupakan proses masuknya
pola dan lingkungan hidup. Penyakit mikrooganisme ke dalam tubuh, kemudian
infeksi manusia terdiri dari tingkatan berpenetrasi dan menghancurkan host
ringan sampai dengan berat. Awalnya secara perlahan-lahan hingga akhirnya

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 66


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

berkembang biak. Timbulnya infeksi Beratnya infeksi tergantung pada virulensi


disebabkan karena adanya interaksi dari bakteri, daya tahan tubuh dan lokasi
tiga faktor yaitu adanya inang (host), anatomi. Infeki gigi dapat mengenai pulpa
lingkungan, dan mikroorganisme. Apabila dan periodontal. Penyebaran infeksi
terjadi ketidakseimbangan maka timbul melalui foramen apikal berawal dari
infeksi. Terjadinya patogen dipengaruhi kerusakan gigi atau karies, kemudian
oleh virulensi dan kuantitas mikroba. terjadi proses inflamasi di sekitar
Virulensi adalah kualitas atau kemampuan periapikal di daerah membran periodontal
mikroba merusak host termasuk sifat berupa periodontitis apikalis hingga
invasif dan keluarnya produk yang dapat menyebabkan abses periapikal. Karena
merusak host, sedangkan jumlah jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi
mikrooganisme yang menginfeksi host yang terjadi akan menyebar ke tulang
semakin banyak jumlah mikrooganisme spongiosa sampai tulang kortikal. Jika
makan virulensi akan meningkat. Ketika tulang ini tipis, maka infeksi akan
host defense menurun dan kuantitas menembus dan masuk ke jaringan lunak.
mikroba meningkat akan mengakibatkan Penyebaran infeksi ini tergantung dari
potensi patogen sehingga terjadi infeksi. daya tahan jaringan dan tubuh. Infeksi
Produk mikroogranisme merangsang odontogenik dapat menyebar melalui
sitokin dari sistem inflamatori dan jaringan ikat (perikonntinuitatum),
koagulasi (aktivasi koaguasi, hambatan pembuluh darah (hematogenous), dan
fibrinolisis, dan aktivasi platelet). Produk pembuluh limfe (limfogenous).
mikroorganisme terdiri dari bakteri gram Reaksi infeksi biasanya didapatkan
negatif produknya endotoksin dan bakteri dari reaksi inflamasi lokal ditandai dengan
gram positif produknya peptidoglycan.9,10 peningkatan aliran darah awal ke lokasi
Klasifikasi odontogenik berdasarkan cedera, meningkatkan permeabilitas
organisme infeksi terdiri dari bakteri, pembuluh darah, dan akumulasi selektif sel
virus, parasit, dan mikotik. Berdasarkan efektor yang berbeda dari darah perifer ke
jaringan terdiri atas odontogenik dan daerah luka. Cedera sel dapat terjadi
odontogenik. Berdasarkan tinjauan klinis karena trauma, kerusakan genetik, agen
terdiri dari akut dan kronis. Dan fisik dan kimia, nekrosis jaringan, agen
berdasarkan spasia yang terkena terdiri tubuh asing, reaksi imun, dan infeksi.
dari spasia primer maksila, mandibula, dan Sehingga inflamasi dapat cepat diperluas
sekunder wajah. dari periodontium kepala dan leher tertentu

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 67


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

dan dapat menyebar lebih jauh, melintasi pertahanan tubuh penderita; (2) pemberian
membran fasia yang memisahkan. Jika antibiotik yang tepat dengan dosis yang
tidak dilakukan perawatan, mereka memadai, (3) tindakan drainase secara
umumnya menyebar ke fasia yang saling bedah dari infeksi yang ada, (4)
berdekatan misalnya masseter, sublingual, menghilangkan secepat mungkin sumber
submandibula, temporal, bukal, kaninus, infeksi dan (5) evaluasi efek perawatan
dan parapharyngeal dan dapat yang diberikan. 4,7
menyebabkan komplikasi tambahan.10
KESIMPULAN
inflamasi dapat meluas dari kedua
Pada laporan kasus ini, penanganan
submaxillary dan spasia sublingual
kedaruratan dental abses submandibular
(Ludwig Angina) adalah salah satu
dextra et causa nekrosis pulpa gigi 44
komplikasi berbahaya yang dapat
dilakukan dengan tindakan buka kavum
menyebabkan obstruksi saluran napas yang
yang disertai dengan pemberian antibiotik
memerlukan trakeostomi.11
dan analgesik. Pemberian antibiotik
Spasia submandibula terdiri dari
gabungan berupa amoxicillin dan
spasia sublingual dan spasia submaksila
metronidazole memberikan efek
dan submental. Spasia submandibula
antibakterial yang lebih efektif pada kasus
dibatasi pada bagian anteromedial oleh
abses. Hasil pemeriksaan pada minggu
muskulus digastrikus anterior, batas
ketiga menunjukkan sudah tidak tampak
posteromedial oleh muskulus digastrikus
adanya pembengkakan pada pasien
posterior dan muskulus stylohyoid dan
sehingga diindikasikan untuk dilakukan
dasar oleh muskulus mylohyoid dan
perawatan saluran akar.
muskulus hyoglosus. Etiologi dari abses
Pendekatan konservatif pada
submandibula disebabkan oleh adanya
penanganan kasus ini lebih diutamakan
infeksi dari gigi premolar dan molar
dibandingkan dengan tindakan bedah dan
mandibula. Pada kasus yang berasal dari
pencabutan gigi pada kasus serupa. Upaya
infeksi gigi sering ditemukan bakteri
untuk mempertahankan gigi dipilih pada
anarob Bacteriodes melaninogenesis,
penanganan kasus ini guna menghindari
Eubacterium Peptostreptococcus dan
tindakan pencabutan, dengan pertimbangan
Fusobacterium.4,7
usia pasien. Bagaimanapun gigi asli akan
Prinsip dasar perawatan kasus infeksi
lebih baik jika dibandingkan dengan gigi
odontogenik antara lain (1)
tiruan sebagai pengganti gigi yang hilang
mempertahankan dan meningkatkan faktor

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 68


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

karena tindakan pencabutan akibat abses


pada gigi.
DAFTAR PUSTAKA Desember 2018].
1. Fachruddin D. Abses Leher 6. Huang T, chen T, Rong P, Tseng F,
Dalam.Dalam: Soepardi EA, Iskandar Yeah T, Shyang C. Deep neck
N, Bashiruddin Jeds. Buku Ajar Ilmu infection:analysis of 18 cases. Head
Kesehatan Telinga Hidung and neck; 2004. 860.
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi 7. Peterson JL, Ellis E, Hupp JR, Tucker
ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; MR. Contemporary oral and
2007. 226-30. maxillofacial surgery. 4th Ed. St.
2. Ardehali MM, Jafari M, Haqh AB. Louis: Mosby; 2003. 354-371.
Submandibular space abscess: a 8. Pedersen WG. Buku ajar praktis bedah
clinical trial for testing a new mulut. Purwanto, Basoeseno.
technique. Cited 2012 Oct 7. terjemahan. Jakarta: EGC; 1996. 194
Available from: 9. Bagheri SC, Bell RB, Khan HA.
www.ncbi.nml.nih.gov/pubmed/22267 Current therapy in oral and
495# maxillofacial surgery. St. Louis:
3. A Mazita, MBBCh BaO, MYS Hazim, Elsevier Saunders; 2012. 1087.
MS ORL-HNS, MAR Megant Shiraz 10. Rashi B, Sumeet S, Kanwardeep S,
MS ORL-HNS, S H A Primuharsa Nilanchal S,Mohita G. Odontogenic
Putra, MS ORL-HNS.Neck Abscess: infections: Microbiology and
Five Year Retrospective Review of management. Contemporary Clinical
Hospital University Kebangsaan Dentistry, Jul-Sep 2014; 5 (3): p.307-
Malaysia Experience. Med J Malaysia. 11.
2006;61(2). 11. Aleksandra W, Barbara K.H, Jan N,
4. Topazian RG, Goldberg MH, Hupp Maciej G, Marek J.S. Odontogenic
JR. Oral and maxillofacial infection. Inflammatory Processes of Head and
4th Ed. Philadelphia. Elsevier;2002. Neck in Computed Tomography
5. Pulungan MR. Pola Kuman abses Examinations 9. Pol J Radiol, 2014;
leher dalam. Diunduh dari 79: p.431-8.
http://www.scribd.com/doc/48074146/ 12. Karasutisna, Tis dkk. 2001. Buku Ajar
POLA-KUMAN-ABSES-LEHER- Ilmu Bedah Mulut. Infeksi
DALAM-Revisi. [Diakses tanggal 11 Odontogenik. Bandung: FKG

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 69


Rahmadaniah : Manajemen Kedaruratan Dental Pada Abses…

Universitas Padjadjaran.
13. López-Píriz R, Aguilar L, Giménez
MJ. Management of odontogenic
infection of pulpal and periodontal
origin. Med Oral Patol Oral Cir Bucal
2007;12: p.154- 9.

MK | Vol. 3 | No. 1 | OKTOBER 2019 70

Anda mungkin juga menyukai