Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher. Yang dkk, pada 100 kasus abses leher dalam yang diteliti April 2001 sampai Oktober 2006 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:2. Lokasi abses lebih dari satu ruang potensial 29%. Abses submandibula 35%, parafaring 20%, mastikator 13%, peritonsil 9%, sublingual 7%, parotis 3%, infra hyoid 26%, retrofaring 13%, ruang karotis 11%.
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang selama 1 tahun terakhir (Oktober 2009 sampai September 2010) didapatkan abses leher dalam sebanyak 33 orang, abses peritonsil 11 (32%) kasus, abses submandibula 9 (26%) kasus, abses parafaring 6 (18%) kasus, abses retrofaring 4 (12%) kasus, abses mastikator 3(9%) kasus, abses pretrakeal 1 (3%) kasus. Abses parafaring dapat terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi, parotis, atau kelenjar limfatik. Pada banyak kasus abses parafaring merupakan perluasan dari abses leher dalam yang berdekatan seperti; abses peritonsil, abses submandibula, abses retrofaring maupun mastikator.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Ruang Faringal 1. Ruang Retrofaring (Retropharyngeal Space) Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa fasia faringobasilar dan otot-otot faring. 2. Ruang parafaring disebut juga ruang faringomaksila, perifaring atau ruang faring lateral Ruang parafaring berbentuk seperti corong, dibagi atas dua bagian yang tidak sama besar oleh prosessus stiloideus dan perlekatan otot-otot yaitu bagian anterior (prestiloid) dan bagian posterior (retrostiloid/postiloid).
ABSES PARAFARING Abses parafaring yaitu peradangan yang disertai pembentukan pus pada ruang parafaring. Etiologi Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara: 1. Langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. 2. Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal 3. Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula
Patogenesis Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal dalam tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik secara perluasan langsung maupun melalui laserasi atau perforasi. Berdasarkan kekhasan flora normal yang ada di bagian tubuh tertentu, maka kuman dari abses yang terbentuk dapat diprediksi berdasar lokasinya. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob.
Sumber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan gigi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Apek gigi molar I yang berada di atas mylohyoid menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih dahulu ke daerah sublingual, sedangkan molar II dan III apeknya berada di bawah mylohyoid sehingga infeksi akan lebih cepat ke daerah submaksila.
Gambaran klinis berupa gejala infeksi umum seperti: demam nyeri tenggorok nyeri menelan nyeri dan bengkak pada leher di belakang angulus mandibula trismus pembengkakan dinding lateral faring sehingga terdorong atau menonjol ke arah medial. Mungkin terdapat juga edema pada uvula, pilar tonsil dan palatum lekositosis
Pemeriksaan
Foto leher jaringan lunak Foto Thorax Tomografi komputer CT scan
Diagnosis Banding
Parotitis Abses Submandibula Tumor
Penatalaksanaan
1. Penderita dirawat di rumah sakit dan istirahat di tempat tidur, diberikan infus cairan dan dibservasi ketat terhadap tanda-tanda komplikasi sampai gejala dan tanda infeksinya reda. 2. Antibiotika dosis tinggi secara parenteral. Sebelum ada hasil kultur, diberikan antibiotika untuk kuman aerob dan anaerob: - Penisilin 600.000-1.200.000 unit/hari, atau Ampisilin 3-4 x 1-2g/hari, atau Gentamisin 2 x 40- 80 mg/hari dapat diberikan sebagai alternatif. Bila tidak ada perbaikan dalam 2-3 hari, antibiotik diganti dengan sefalosforin 1-2 x 1- 2 g/hari - Metronidazol 3 x 250-500 mg/hari. 3. Tindakan drainase a. Drainase eksternal b. Drainase intraoral Komplikasi 1. Penjalaran infeksi ke intrakranial, mediastinum dan ruang leher dalam lainnya. 2. Trombosis v.jugularis interna, erosi dinding a.karotis interna yang bisa megalami nekrosis, dapat terjadi ruptur dan mengakibatkan perdarahan hebat dan komplikasi pada n.vagus 3. Edema laring dan pendorongan trakea. 4. Pada keadaan gawat dapat terjadi septikemia sampai syok septik.