Anda di halaman 1dari 5

ABSES PARAFARING

DEFINISI
Abses Parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring (khairani,
2012)
ETIOLOGI
Ruang parafaring dapat mengalami infeksi (Soepardi,2012) :
1. Langsung yaitu Akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan
analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman
menembus lapisan otot tipis (M. konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang
parafaring dari fosa tonsilaris.
2. Proses sukarasi kelenjar kimfa leher bagian dalam gigi, tonsil, laring, hidug, sinus
paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk
terjadinya abses ruang parafaring.
3. Penjalaran infeksi ruang peritonsil, retrofiring atau submandibula.
Kuman penyebab biasanya campuran aerob dan anaerob (Mansjoer,1999).

PATOFISIOLOGI
Abses parafaring dapat terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi, parotis, atau
kelenjar limfatik. Pada banyak kasus abses parafaring merupakan perluasan dari abses leher
dalam yang berdekatan seperti; abses peritonsil, abses submandibula, abses retrofaring maupun
mastikator.
Infeksi terjaid secara langsung : proses supurasi yang menjadi sumber infeksi atau
penjelaran infeksi dari ruang teritonsil retrofiring atau sub mandibular (Mansjoer, 1999)
Patofisioogi dimulai pada daerah prastiloid sebagai suatu selulitis, jika tidak diobati akan
berkembang menjadi suatu thrombosis dari vena jugularis interna. Infeksi dapat menyebar dari
anterior ke bagian posterior, dengan peluasan ke bawah sepanjang sarung pembuluh-pembuluh
darah besar, disertai oleh thrombosis v. jugularis atau suatu mediastinitis
Sekali terjadi infeksi dimulai pada jaringan lunak leher, jika tidak segera terdeteksi, akan
meluas ke salah satu ruang fasia leher yang paling lemah. Dari sana dapat mengalir ke atas, ke
bawah atau ke lateral, mengikuti ruang-ruang fasia.
Infeksi leher dalam merupakan selulitis fregmentosa dengan tanda-tanda setempat yang
sangat mencolok atau menjadi tidak jelas karena tertutup jaringan yang melapisinya. Seringkali
dimulai pada daerah prastiloid sebagai suatu selulitis, jika tidak diobati akan berkembang
menjadi suatu trombosis dari vena jugalaris interna. Abses dapat mengikuti m.stiloglosus ke
dasar mulut dimana terbentuk abses.
Infeksi dapat menyebar dari anterior ke bagian posterior, dengan perluasan ke bawah
sepanjang sarung-sarung pembuluh darah besar, disertai oleh trombosis v.jugularis atau suatu

mediastinitis. Infeksi dari bagian posterior akan meluas ke atas sepanjang pembuluh-pembuluh
darah dan mengakibatkan infeksi intrakranial atau erosi a.karotis interna. (khairani, 2012)

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Diabetes mellitus
2. Lupus eritematosus (Mansjoer, 1999),
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda yang utama ialah (Soepardi,2012) :
1.
2.
3.
4.

Trismus
Indurasi atau pembengkakan disekitar angulus mandibular
Demam tinggi
Pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol kearah medial
Pada infeksi dalam ruang parafaring terdapat pembengkakan dengan nyeri tekan di

daerah submandibula terutama pada angulus mandibula, leukositosis dengan pergeseran ke kiri
dan adanya demam. Terlihat edem uvula, pilar tonsil, palatum dan pergeseran ke medial dinding
lateral faring. Sebagai perbandingan pada abses peritonsil, hanya tonsl yang terdorong ke medial.
Trismus yang dapat disebabkan oleh meregangnya m.pterigoid internus merupakan gejala
yang menonjol, tetapi mungkin tidak terlihat jika infeksi jauh di dalam sampai prosesus stiloid
dan struktur yang melekat padanya sehingga tidak mengenai m.pterigoid internus (Fadillah,2013)

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik. Bila
meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringan lunak AP atau CT-Scan
(Soepardi,2012) Foto jaringan lunak AP menunjukkan penebalan jaringan lunak parafaring dan
pendorongan trakea kesamping depan. Dengan tomografi computer terlihat jelas abses dan
penjalarannya. (Mansjoer, 1999)
KOMPLIKASI
Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, linfogen atau langsung
(perkontinuitatum) kedaerah sekitarnya. Pejalaran keatas dapat mengakibatkan peradangan intra
cranial, kebawah menyelusuri selubung carotis mencapai media stenum. Abses juga dapat
menyebabkan perusakan dinding pembuluh darh. Bila pembuluh jarotis mengalami carotis, dapat
terjadi rupture, sehingga terjadi perdarahan hebat. Bila terjaid perifleditis atau endofleditis, dapat
timbul trombofleditis dan septicemia. (Soepardi,2012)
DIAGNOSA BANDING
1. Parotitis
2. Abses submandibular
3. Tumor (khairani, 2012)
TERAPI
Untuk terapi diberikan antibiotic dosis tinggi secara parenteal terhadap kuman aerob dan
anaerob. Evakuasi abses harus harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan antibiotic
dalam 24-48 jam dengan cara eksplorasi dalam narcosis. Caranya melalui insisi dari luar dan
intra oral.

Insisi dari luar dilakukan 2 jari di bawah dan sejjar mandibular. Secara tumpul eksplorasi di
lanjutkan dari batas anterior m. sternokledomastoideus kea rah atas belakang menyususri bagian
medial mandibular dan m. pterigoid interna mencapai ruang parafaring dengan terabanya
prosesus stiloid. Bila nanah terdapat di dalam selubung karotis, insisi horizontal ke bawah di
depan m.sternokledomastoideus . Insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring. Dengan
memakai klem arteri eksplorasi dilakukan dengan menembus m. konstriktor faring superior ke
dalam parafaring anterior. Insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan
terhadap insisi eksterna. Pasien di rawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda. (Soepardi,
2012)

DAFTAR PUSTAKA
o Mansjoer, 1999. Kapta Solekta Kedokteran. FKUI Jakarta Indonesia edisi 3 jilid 1
o Soepardi, 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Ternggorok Kepala & Leher.
FKUI Jakarta.
o Khairani, 2012. Referat Abses Parafaring. Dalam Rangka mengikuti kepamitraan klinik
madya di bagian ilmu penyakit THT. FKU Mataram RSUP NTB .
o

Anda mungkin juga menyukai