Anda di halaman 1dari 6

Rizdhila Azzahra

4211211098

1. Spasia wajah
Spasia fasialis adalah suatu area yang tersusun atas lapisan-lapisan fasia didaerah kepala dan
leher berupa jaringan ikat yang membungkus otot-otot dan berpotensiuntuk terserang infeksi
serta dapat ditembus oleh eksudat purulent. Spasia diklasikfikasikan menjadi spasia primer
dan spasia sekunder. Spasia primer diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan
spasia primermandibula. Spasia primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan
ruanginfratemporal. Sedangkan spasia primer mandibula terdapat pada submental, buccal,
ruangsubmandibular dan sublingual. Infeksi juga dapat terjadi di tempat-tempat lain
yangdisebut sebagai spasia sekunder, yaitu pada Masseteric, pterygomandibular,
superficialdan deep temporal, dan spasium servikal terbagi atas lateral
pharyngeal,retropharyngeal, dan prevertebral.

- Spasia kanina
Spasia kanina merupakan ruang tipis di antara levator angulioris dan M.labii superioris.
Ketika spasia ini terinfeksi, gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian depan dan
swelling pada permukaan anterior menyebabkan lipatannasolabial menghilang.
Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces dapatmenyerang daerah infraorbital dan
sinus kavernosus.
- Spasia bukal
Spasia bukalis terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral danM.buccinators
dan berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Gejala infeksi yaitu edema pipi dan trismus
ringan. Keterlibatan spasia bukal dapat menyebabkan pembengkakan di bawah lengkung
zygomatic dandaerah di atas batas inferior dari mandibula.
- Spasia infratemporal
Salah satu gejala penting dari abses ini adalah rasa sakit pada palpasiantara ramus dan
tuber diatas lipatan mukosa, rasa sakit yang menusuk ditelinga.
- Spasia mastikasi
Spasia masseter berada di antara aspek lateralmandibula dan batas median m. masseter.
Ketika spasia masseter terlibat, area di atas sudutrahang dan ramus menjadi bengkak.
Inflamasi m. masseter ini dapatmenyebabkan trismus
Spasia pterygomandibular berada ke arah mediandari mandibula dan ke arah lateral
menuju m. pterygoid median. Infeksi pada area ini biasanyamerupakan penyebaran dari
infeksi spasia sublingual dan submandibula. Infeksi pada area ini juga sering
menyebabkan trismus pada pasien, tanpadisertai pembengkakan.
Spasia temporal berada pada posterior dan superiordari spasia master dan
pterygomandibular. Dibagi menjadia dua bagian oleh m.temporalis. Bagian pertama yaitu
bagian superficial yang meluas menuju m.temporalis, sedangakn bagian kedua
merupakan deep portion yang berhubungandengan spasia infratemporal. Ketika infeksi
sudahmelibatkan spasia temporalis, itu artinya pembengkakan sudah terjadi disepanjang
area temporal ke arah superior menuju arcus zygoamticus dan ke posterior menuju
sekeliling mata.
- Spasia submandibula dan sublingual
Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma.Infeksi berasal dari
gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m.mylohyoid dan dari pericoronitis.
Gejala infeksi berupa pembengkakan padadaerah segitiga submandibula leher disekitar
sudut mandibula, perabaan terasalunak dan adanya trismus ringan.

Spasia sublingual berada di antara mucosa oral dasar mulut dan m.mylohyoid. Batas
posteriornya terbuka hingga berhubungan langsung dengan pasia submandibular dan
spasia sekunder mandibula hingga aspek posterior.Secara klinis, pada infeksi spasia
sublingual sering terlihat pembengkakanintraoral, terlihat pada bagian yang terinfeksi
pada dasar mulut. Infeksi biasanyamenjadi bilateral dan lidah menjadi terangkat
(meninggi).
Spasia submandibula berada di antara m. mylohyoid dan lapisan kulit diatasnya serta
fascia superficial. Batas posterior spasia submandibula berhubungan dengan spasia
sekunder dari bagian posterior rahang. Infeksi padasubmandibular menyebabkan
pembengakakan yang dimulai dari batas inferiormandibula hingga meluas secara median
menuju m. digastricus dan meluas kearah posterior menuju tulang hyoid.
- Spasia submental
Spasia submental berada di antara anterior bellies dari m. digastricus dandi antara m.
mylohyoid dengan kulit di atasnya. Gejala infeksi berupa bengkak pada garis midline
yang jelas di bawahdagu. Infeksi juga dapat terjadi pada batas inferior mandibula hingga
ke m.submentalis.
- Spasia Laterofaringeal
Batas anatomi Spasia ini perluasan dari dasar tengkorak di tulangsphenoid menuju tulang
hyoid di inferior dan terletak antara otot pterygoidmedial di aspek lateral dan superior
faringeal konstriktor aspek medial. Di bagian depan dibatasi oleh pterygomandibular
raphe dan meluas ke bagian posteriomedia fascia prevertebral. Gejala dan tanda klinis
infeksi Tanda klinis yang terlihat ialah trismusyang cukup berat yang merupakan
keterlibatan otot pterygoid media; pembengkakan leher lateral, terutama sudut inferior
mendibula; dan pembengkakan dinding faringeal lateral.ke arah midline. Pasien dengan
kasus ini biasanya sulit menelan dan demam.
- Spasia Retrofaringeal
Batas anatomi
Spasia ini terletak di belakangan jaringan lunak aspek posterior faring. Di bagian depan
dibatasi oleh konstriktor faringeal superior; bagian muka dan posterior oleh alar layer
fascia prevetebral. Gejala dan tanda klinis infeksi :
1. Obstruksi jalan nafas atas yang serius sebagai hasil dari displacementanterior dari
dinding faringeal posterior ke arah faring.
2. Rupturnya abses spasia retrofaringeal dengan masuknya pus ke paru- paru.
Farmakologi
Abses odontogenik adalah infeksi yang melibatkan banyak bakteri meliputi berbagai
bakteri fakultatif anaerob seperti Streptococcus viridans dan Streptococcus anginosus,
serta bakteri obligat anaerob seperti spesies Prevotella dan Fusobacterium.8,10 Secara
umum, organisme yang ditemukan pada abses alveolar, abses periodontal dan pulpa
nekrotik adalah bakteri Gram positif aerob dan bakteri anaerob. Penisilin merupakan
antibiotik yang sensitif terhadap golongan kuman tersebut. Antibiotik lain yang sering
digunakan untuk mengobati abses odontogenik akut diantaranya amoksisilin,
metronidazol, klindamisin dan eritromisin. Akibat tingginya angka resistensi terhadap
antibiotik, penggunaan kombinasi Amoksisilin-klavulanat lebih disukai karena spektrum
kerja yang luas dan memiliki profil farmakokinetik yang baik.

Drug of choice:
1. Penicillin
2. Aminoglikosid
3. Metronidazole
4. Clindamycin
5. Kloramfenikol
Mikrobiologi
Infeksi odontogenik adalah infeksi multi-mikroba dengan kombinasi spesies fakultatif
dan anaerob. Kelompok Streptococcus viridans fakultatif adalah bakteri Gram positif
komensal dan termasuk S. anginosus, S. intermedius dan S. constellatus. Organisme ini
terdapat banyak di dalam mulut dan paling sering dikaitkan dengan selulitis orofasial dan
abses. Setelah beberapa hari, bakteri anaerob (Prevotella dan Porphyromonas)
mendominasi.
Patogenesis
Penyebaran infeksi odontogenik akan melalui tiga tahap yaitu tahap abses
dentoalveolar, tahap yang menyangkut spasium,dan tahap lebih lanjut yang
merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri dapat masuk ke
jaringan melalui suatu luka ataupun melalui folikel rambut. Pada abses rahang dapat
melalui foramen apikal atau marginal gingival.Penyebaran infeksi melalui foramen
apikal berawal dari kerusakan gigi atau karies, kemudian terjadi proses inflamasi di
sekitar periapikal di daerah membran periodontal berupa suatu periodontitis
apikalis. Rangsangan yang ringan dan kronis menyebabkan membran periodontal di
apikal mengadakan reaksi membentuk dinding untuk mengisolasi penyebaran infeksi.
Respon jaringan periapikal terhadap iritasi tersebut dapat berupa periodontitis apikalis
yang supuratif atau abses dentoalveolar
Pathogenesis abses
Proses terjadinya abses, berawal dari kematian pulpa, menjadi media perkembangbiakan
bakteri yang baik, sebelum akhirnya mereka mampu merambah ke jaringan yang lebih
dalam, yaitu jaringan periapikal. Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan periapikal,
mengundang respon inflamasi untuk datang ke jaringan yang terinfeksi tersebut, namun
karena kondisi host tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi akan
menciptakan kondisi abses. Selain S.mutans yang merusak jaringan yang ada di daerah
periapikal, S.aureus dengan enzim koagulasenya mampu mendeposisi fibrin di sekitar
wilayah kerja S.mutans, untuk membentuk sebuah pseudomembran yang dikenal sebagai
membran abses. Membran ini melindungi dari reaksi inflamasi dan terapi antibiotika.
Kemudian ada pembentukan pus oleh bakteri pembuat pus (pyogenik), salah satunya
adalah S.aureus. pus terdiri dari leukosit yang mati (oleh karena itu pus terlihat putih
kekuningan), jaringan nekrotik, dan bakteri dalam jumlah besar. Secara alamiah,
sebenarnya pus yang terkandung dalam rongga tersebut akan terus berusaha mencari jalan
keluar sendiri, dengan membentuk sebuah fistula. menuju ke lapisan tulang terluar yang
disebut korteks tulang namun pada perjalanannya seringkali menyebabkan timbulnya
gejala-gejala yang cukup mengganggu seperti nyeri, demam, dan malaise. Apabila dalam
rentang 2-3 hari ternyata respon peradangan tidak mampu menghambat aktivitas bakteri
penyebab, maka dapat berlanjut ke kondisi yang disebut abses subperiosteal yang terjadi
di rongga yang sama namun dalam kondisi ini sudah terdapat keterlibatan pus. Jika
periosteum sudah tertembus oleh pus, proses infeksi ini akan menjalar menuju fascial
space terdekat, karena telah mencapai area jaringan lunak. Apabila infeksi telah meluas
mengenai fascial spaces, maka dapat terjadi fascial abscess. Buccal spaces dimana pus ini
akan menekan n.facialis, dan abses nya terdapat di luar otot m.bucinator.
Secara singkat, Karies/infeksi pada gigi 46 → bakteri masuk melalui karies atau jalan
inflamasi tersebut → pulpitis → nekrosis gigi → abses periapical → perluasan ke daerah
sekitarnya sampai spasium terdekat (dalam kasusmeluas ke spasim bukal) →
pembengkakan jaringan lunak / odem → inflamasi kronis/puncak disertasi dengan
kemerahan, semakin membengkak, dll → terjadilah abses spasium bukal
Patogenesis sepsis
Infeksi mediator inflamasi respon imun reaki terhadap infeksi respon neurohumoral
(dipicu oleh respon proinflamasi ( tumor necrosis factor alfa, inteurleukin 1-beta,
interleukin 6) dan antiinflamasi) aktivasi monosit, neutrophil dan makrofag berinteraksi
pada dinding endotel pemb darah mobilitas sel didalah plasma karena aktifitas selular dan
disrupsi endothelial. Plasma in meliputi : sitokin sitokin seperti tumor necrosis factor,
interleukin, caspase, protease, leukotriene, kinin, ROS, NO, asam arachidonat, platelet
activating factors, eicosanoid.
Patofisiologi
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran.
Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut
koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin. Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3
enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan
hyaluronidase. Hyaluronidase adalah enzim yang bersifat merusak jembatan antar sel, yang pada fase
aktifnya nanti, enzim ini berperan layaknya parang yang digunakan petani untuk merambah hutan.
2Bakteri Streptococcus mutans memiliki 3 macam enzim yang sifatnya destruktif, salah satunya
adalah enzim hyaluronidase. enzim ini merusak jembatan antar sel yang terbuat dari jaringan ikat
(hyalin/hyaluronat). Fungsi enzim ini adalah transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur komunikasi antar
sel, juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika jembatan ini rusak dalam jumlah besar,
kelangsungan hidup jaringan yang tersusun atas sel-sel dapat terancam. Proses kematian pulpa, salah
satu yang bertanggung jawab adalah enzim dari S.mutans tadi, akibatnya jaringan pulpa mati, dan
menjadi media perkembangbiakan bakteri yang baik, sebelum akhirnya mereka mampu merambah ke
jaringan yang lebih dalam, yaitu jaringan periapikal. Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan
periapikal, tentunya mengundang respon inflamasi untuk datang ke jaringan yang terinfeksi tersebut,
namun karena kondisi host tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi akan menciptakan
kondisi abses. Selain S.mutans yang merusak jaringan yang ada di daerah periapikal, S.aureus dengan
enzim koagulasenya mampu mendeposisi fibrin di sekitar wilayah kerja S.mutans, untuk membentuk
sebuah pseudomembran yang terbuat dari jaringan ikat, yang dikenal sebagai membran abses.
Membran ini melindungi dari reaksi inflamasi dan terapi antibiotika. Tidak hanya proses destruksi
oleh S.mutans dan produksi membran abses saja yang terjadi pada peristiwa pembentukan abses ini,
tetapi ada pembentukan pus oleh bakteri pembuat pus (pyogenik), salah satunya adalah S.aureus. pus
terdiri dari leukosit yang mati (oleh karena itu pus terlihat putih kekuningan), jaringan nekrotik, dan
bakteri dalam jumlah besar. Secara alamiah, sebenarnya pus yang terkandung dalam rongga tersebut
akan terus berusaha mencari jalan keluar sendiri, namun pada perjalanannya seringkali menyebabkan
timbulnya gejala-gejala yang cukup mengganggu seperti nyeri, demam, dan malaise.

Anda mungkin juga menyukai