2. Apakah ada cara untuk mencegah kebocoran dalam penggunaan resin komposit? 3. Jelaskan proses polimerisasi! Polimerisasi adalah reaksi kimia yang mengubah molekul-molekul kecil menjadi polimer besar (Pires-de-Souza, et al., 2009). Proses polimerisasi dimulai oleh activator (kimia atau sinar) yang menyebabkan molekul inisiator membentuk radikal bebas. Proses polimerisasi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, propagasi dan terminasi (Powers & Sakaguchi, 2006). Tahap inisiasi merupakan pembentukan radikal bebas dari suatu molekul yang diperlukan untuk tahap propagasi. Radikal dapat dihasilkan dari inisiator radikal. Tahap propagasi merupakan tahap reak si yang cepat karena radikal yang terbentuk menyerang molekul lain dan menghasilkan radikal baru. Monomer yang telah bereaksi dengan radikal bebas bereaksi dengan molekul lain sehingga terjadi perpanjangan rantai. Pada tahap terminasi ini terjadi proses pemutusan rantai. Terminasi terjadi karena reaksi penggabungan reaktan radikal yang membentuk molekul tunggal (Handayani, 2010). Reaksi polimerisasi resin komposit self- cured diinisiasi secara kimia oleh inisiator peroxida dan akselerator amine sedangkan polimerisasi lightcured di inisiasi oleh sinar biru. Polimerisasi yang terjadi pada resin komposit adalah polimerisasi crossed linked yang terjadi karena adanya ikatan karbon ganda. Perbedaan polimerisasi pada resin komposit light-cured dipengaruhi oleh jarak penyinaran dan durasi penyinaran (Powers & Sakaguchi, 2006). Menurut Price et al., (2000), jarak sumber penyinaran yang paling ideal adalah 1-2 mm dengan ketebalan material resin komposit 1,5-2 mm. Jika jarak sumber mencapai 5-6 mm, maka sinar yang diterima oleh resin komposit tidak dapat mempolimerisasi resin komposit dengan baik. Polimerisasi yang tidak sempurna akan menurunkan sifat fisik dan mekanis resin komposit. 4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit? Adapun indikasi dan kontraindikasi dalam penggunaan komposit yaitu sebagai sealant pada restorasi resin preventif untuk mencegah terjadinya karies pada daerah cekungan yang dalam dan sempit. Kontraindikasi penggunaan resin komposit yaitu tekanan pengunyahan yang besar, pasien dengan insidensi karies tinggi,dan pasien yang sensitivitas terhadap material komposit. 5. Bagaimana sifat resin komposit? Menurut Anusavice (2003b), resin komposit memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sekaligus merugikan. Berbeda dengan amalgam, resin komposit memiliki sifat yang lebih estetis. Namun, amalgam memiliki sifat manipulasi yang mudah, sifat mekanik yang baik, tahan terhadap keausan, serta resiko kebocoran tepi yang rendah. Meskipun demikian, resin komposit digunakan secara luas karena sifat estetisnya, penghantar panas yang rendah, relatif mudah dimanipulasi, tahan lama untuk gigi anterior dan tidak larut dalam cairan mulut (Mukuan et al. 2013). Sifat merugikan yang dimiliki oleh resin komposit adalah mudah terjadinya penyusutan/shrinkage. Penyusutan ini disebabkan karena adanya matriks resin dengan berat molekul yang rendah. Salah satu matriks resin yang memiliki berat molekuler rendah adalah TEDGMA. Matriks resin tersebut memiliki berat molekuler 286,3 g/mol (Barszczewska-rybarek & Jurczyk, 2015). Ada dua tehnik yang dapat digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya polimerisasi shrinkage pada resin komposit, yaitu dengan pengaplikasian layer by layer atau dapat dilakukan restorasi indirect (inlay) (Craig et al., 2004). 6. Apa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dalam scenario?