Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPIK : Manipulasi Material Tumpatan Resin Komposit


GRUP : 7 Tanggal Praktikum : 29 Agustus 2019
No. Nama Nomor Mahasiswa
1. Alexandre Lawrie C. 17/412346/KG/11000
2. Alfi Saidatul Ulya 17/412347/KG/11001
3. Alyanisa Mahira 17/412349/KG/11003
PEMBIMBING : drg. Dyah Anindya Widyasrini

1. HASIL PRAKTIKUM

No. Faktor Hasil


1. Sisa Serbuk Ada
2. Permukaan Halus pada bagian atas yang tertutup pita
seluloid
3. Kekerasan Keras pada dua permukaan
4. Setting Time 20detik dengan penyinaran sinar tampak

2. PEMBAHASAN
Reaksi Resin Komposit
Resin komposit merupakan material restorasi berbentuk pasta yang terdiri dari
resin, filler, dan kamporoquinon. Resin komposit memiliki reaksi polimerisasi berkat
adanya bahan kamporokuinon. Bahan ini memiliki ikatan yang dapat diputuskan bila
terpapar sinar dengan panjang gelombang sekitar 470 nm. Hasil dari pemutusan ikatan
kamporokuinon adalah terbentuknya aktivasi struktur diketone. Struktur diketone akan
bereaksi dengan tersier amin dalam resin komposit dan membentuk radikal bebas
(Istikharoh, 2018; Sakaguchi dkk., 2019
Radikal bebas adalah kumpulan atom, molekul, maupun senyawa yang tidak
memiliki pasangan elektron. Radikal bebas yang aktif kemudian berikatan dengan
monomer dan membentuk monomer radikal utama. Selanjutnya terjadi penambahan pada
monomer radikal utama yang aktif dan membentuk rantai polimer resin komposit.
Seluruh proses ini disebut reaksi fotolitik sebab memerlukan energi cahaya untuk
menghasilkan inisiator reaksi kimia dimana pada resin komposit adalah radikal bebas
dengan memecahkan struktur atomnya (Istikharoh, 2018; Sakaguchi dkk., 2019).
Pada reaksi polimerisasi terdapat dua tahap yaitu fase pre-glation dan fase post-
glation atau vitrification stage. Pada fase pe-glation merupakan fase yang terjadi pada 8-
10 detik pertama penyinaran dimana monomer di dalamnya masih dapat bergerak.
Sedangkan pada fase post-gelation, resin komposit telah mengeras namun tetap dapat
berkontraksi dan terdapat pada 2 detik terakhir penyinaran (Istikharoh, 2018).
Efek samping penggunaan penyinaran adalah terjadinya penyusutan dari volume
yang disebabkan oleh oleh penurunan volume van der Waals yang berasal dari atom dan
panjang ikatannya serta volume atom bebas yang merupakan volume yang diakibatkan
karena adanya gerakan rotasi dan termal yang acak. Penurunan volume van der Waals
diakibatkan oleh penyusutan panjang ikatan yang ikatan rangkap dua menjadi ikatan
rangkap satu. Sedangkan violume atom bebas karena perubahan monomer menjadi
polimer yang mengakibatkan terbatasnya pergerakan rotasinya (Sakaguchi dkk., 2019).

Setting Time dan Working Time Resin Komposit


Setting time adalah waktu yang dibutuhkan dimulai dari pencampuran hingga
campuran mengeras. Setting times dari resin komposit adalah 3-5 menit. Kemudian,
working time adalah waktu yang dibutuhkan dari pencampuran hingga peletakan
campuran ke dalam kavitas atau cetakan. Working times dari resin komposit maksimal
60-90 detik sebab resin komposit merupakan material yang sensitif terhadap energi
cahaya (Sakaguchi dkk., 2019).

Sifat Fisik Permukaan Resin Komposit

Faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan mencakup pengkerutan selama


polimerisasi, modulus elastis, daya alir resin komposit, dan faktor konfigurasi kavitas (C-
factor). Beberapa prosedur dilakukan untuk mengurangi tekanan kontraksi yang terjadi
karena polimerisasi seperti perubahan dalam komposisi bahan dan teknik restorasi, serta
intensitas cahaya yang berbeda selama aktivasi sinar.
Polimerisasi yang tidak memadai akan menyebabkan sifat fisik dan mekanik yang
dihasilkan resin komposit tersebut tidak akan maksimal. Termasuk tingkat kekerasan
permukaan, dimana polimerisasi yang tidak merata akan menurunkan kekerasan
permukaan yang mengakibatkan keausan pada resin komposit. Polimerisasi yang tidak
optimal selain mempengaruhi tingkat kekerasan permukaan juga mengalami perubahan
pada kekerasan mikro dan kekasaran pemukaan.

Penyinaran

Pada praktikum manipulasi resin komposit digunakan sediaan resin komposit


aktivasi sinar tampak dengan sediaan pasta tunggal. Praktikum dilakukan dengan
mengisikan resin komposit pada cetakan berbentuk tabung, diameter 4mm dan tinggi
2mm. Setelah itu, dilakukan penyinaran sinar tampak selama 20 detik dengan jarak satu
pita seluloid. Pada praktikum ini, penyinaran sinar tampak merupakan hal wajib sesuai
dengan sediaan resin komposit yang digunakan. Namun, secara umum, resin komposit
dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan aktivasinya, yaitu secara kimiawi dan dengan sinar.

Resin komposit yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal.
Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto-inisiator dan aktivator amin, yang
terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak terpapar oleh sinar, komponen
tersebut tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap sinar dengan panjang gelombang
yang tepat yaitu 468 nm. Dapat merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin
untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi tambahan. Foto-inisiator
yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang memiliki penyerapan berkisar 400
dan 500 nm yang berada pada region biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada
dalam pasta sebesar 0,2 % berat atau kurang. Juga ada sejumlah aselelator amin yang
cocok untuk berinteraksi dengan camphoroqunone seperti dimetilaminoetil metakrilat
0,15 % berat, yang ada dalam pasta. Polimerisasi yang adekuat dapat meningkatkan sifat
fisik dan mekanis resin komposit, antara lain meningkatkan modulus elastisitas,
meningkatkan kekerasan, menurunkan kebocoran tepi. (Allorerung, dkk., 2015;
Nugrahenny, dkk., 2016)

3. KESIMPULAN
Polimerasi resin komposit yang sempurna setelah di lakukan penyinaran selama
20 detik dan di dapatkan hasil akhir berupa material yang mengeras. bahan inisiator
polimerisasi pada resin komposit adalah kamporoquinon.

4. DAFTAR PUSTAKA
Allorerung, J., Anindita, P. S., dan Gunawan, P. N., 2015, Uji Kekerasan Resin Komposit
Aktivasi Sinar Dengan Berbagai Jarak Penyinaran, Jurnal e-Gigi, 3(2):444-448.
Istikharoh, F., 2018, Dental Resin Komposit: Teori, Instrumentasi, dan Aplikasi, Malang,
UB Press, hal 55.
Nugrahenny, G., Nugraheni T., Hadriyanto, W., 2016, Pengaruh Teknik Penyinaran
Ramped, Pulse-Delayed, dan Konvensional Terhadap Kekerasan Mikro Resin
Komposit Nanofil, Jurnal Kedokteran Gigi, 7(2):68-72.
Permatasari A. P., Nahzi M. Y. I., Widodo, 2016, Kekasaran Permukaan Resin Modified
Glass Ionomer Cement Setelah Perendaman Dalam Air Sungai, Dentino (Jur. Ked.
Gigi), 1(2) : 164 – 168.
Putri, Y, I, R., Firdausy, M,D., Woroprobosari, N, R, 2018, TINGKAT KEKERASAN
PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT AKIBAT MASA KEDALUWARSA
MATERIAL, ODONTO Dental Journal, 5(1):45-48.
Sakaguchi, R., Ferracane, dan J., Powers, 2019, Craig’s Restorative Dental Materials, 14th
edition, Missouri, Elsevier, hal 144-146, 175.
Supriyanto, Ratih, D,N., Daradjati, S, 2013, PENGARUH APLIKASI RESIN KOMPOSIT
FLOWABLE SEBAGAI INTERMEDIATE LAYER TERHADAP KEBOCORAN
MIKRO RESTORASI RESIN KOMPOSIT PACKABLE DENGAN TEKNIK
PENYINARAN RAMPED DAN KONVENSIONAL, J Ked Gi, 4(2):142-149.

Anda mungkin juga menyukai