Anda di halaman 1dari 70

Case Report Session

ABSES SUBMANDIBULA
Oleh:
Aldeno Wahyu Anandi 0810312090
Putri Rizka Alawiyah T 0810311022
Resti Winda Yulia R 0810312091
Siti Masyitah Putri Utami 0810312071

BAB I
PENDAHULUAN
ABSES SUBMANDIBULA

Abses submandibula
Infeksi pada leher bagian dalam (deep neck
infection), disertai dengan pembentukan pus
pada daerah submandibula.
Sumber infeksi pada ruang tersebut berasal
dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut,
faring, kelenjar limfe submandibula. Mungkin
juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam
lain

Ditandai dengan : demam, nyeri


leher, pembengkakan di bawah
mandibula dan atau di bawah
lidah yang mungkin
berfluktuasi, serta adanya
trismus (terbatasnya gerakan
membuka mulut).
Kuman penyebab biasanya
campuran kuman aerob dan
anaerob. Terbanyak adalah
golongan Streptococcus,
Staphylococcus, kuman
anaerob Bacteroides atau

Huang pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan kasus infeksi


leherdalamsebanyak185kasus
Absesparafaring(38,4)
Absessubmandibula(15,7%)
Ludwigsangina(12,4%)
Parotis(7%)
Retrofaring(5,9%)
Faktorfaktor yang berhubungan dengan timbulnya
komplikasi:
Usiayanglebihdari65tahun
Penderitadiabetesmellitus
Adanya komorbiditas lainnya, infeksi submandibular
sekunder, pembengkakan submandibular bilateral,
keterlibatanruangmultipel,danketerlibatanruangviseral
anterior

Epidemiologi
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil
Padang selama periode Oktober 2009 sampai
September 2010 didapatkan abses leher dalam
sebanyak 33 orang. Abses submandibula (26%)
merupakan kasus kedua terbanyak setelah abses
peritonsil (32%), diikuti abses parafaring (18%),
abses retrofaring (12%), abses mastikator (9%),
dan abses pretrakeal (3%).

Anatomi Leher
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang
potesial yang dibatasi oleh fasia servikalis. Fasia
servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous
yang membungkus organ, otot, saraf dan pembuluh
darah serta membagi leher menjadi beberapa
ruang potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi
dua bagian yaitu fasia servikalis superfisialis dan
fasia servikalis profunda.
Fasia servikalis superfisialis terletak tepat
dibawah kulit leher berjalan dari perlekatannya di
prosesus zigomatikus pada bagian superior dan
berjalan ke bawah ke arah toraks dan aksila yang
terdiri dari jaringan lemak subkutan.

Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan


yaitu :
1. Lapisan superfisial
Lapisan ini membungkus leher secara lengkap,
dimulai dari dasar tengkorak sampai daerah toraks
dan aksila
2. Lapisan media
Lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi
muskular dan viscera.
Divisi muskular terletak dibawah lapisan superfisial
fasia
servikalis
profunda
dan
membungkus
musculus
sternohioid,
musculus
sternotiroid,
musculus tirohioid dan musculus omohioid. . Divisi
viscera membungkus organ-organ anterior leher
yaitu kelenjar tiroid, trakea dan esofagus.

3. Lapisan profunda
Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi
alar dan prevertebra. Divisi alar terletak diantara
lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi
prevertebra. Divisi prevertebra berada pada
bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral
meluas ke prosesus tranversus serta menutupi
otot-otot didaerah tersebut.

Diseksi dari platysma yang berlokasi di jaringan ikat


subkutaneus

Potongan obliq leher

Gambar 2. Potongan sagital


leher

Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan


daerah sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid
1. Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:
ruang retrofaring
ruang bahaya (danger space)
ruang prevertebra
2. Ruang suprahioid terdiri dari:
ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikor
ruang peritonsil
ruang temporalis
3. Ruang infrahioid
ruang pretrakeal.

Potongan cross-section leher setinggi level isthmus thyroid


1. fasia superfisialis, 2. ruang pretrakeal, 3. ruang
retrofaring, 4. ruang bahaya, 5. ruang prevertebral.

RuangSubmandibula
Ruang submandibula dibatasi oleh mukosa oral dasar
mulut pada bagian superior dan dibatasi oleh lapisan
superfisialfasiaservikaldalamdibagianinferioryang
meluasdarimandibulakeoshyoid.
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan
ruang submaksila yang keduanya dipisahkan oleh otot
milohioid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi
atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral)
olehototdigastrikusanterior.
Otot mylohyoid membagi ruang submandibular
menjadi ruang sublingual (superior) yang berisi
kelenjar sublingual, sebagian kecil kelenjar
submandibula, duktus Wharton, dan ruang
submaksilari(inferior)yangberisinoduslimfe.

Ruang mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh garis


inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anterior
musculus digastricus, posterior oleh ligament stylohyoid dan
perut posterior dari musculus digastricus, superior oleh
musculusmylohyoiddanhyoglossus,daninferiorolehlapisan
superficial dari deep servikal fascia. Ruang ini mengandung
glandula saliva sub mandibular dan sub mandibular
lymphanodes.
Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang
submandibula dan membagi ruang submandibula atas ruang
submental dan ruang submaksila saja. Abses dapat terbentuk
di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutaninfeksidaridaerahkepalaleher.
Ruang submandibula berhubungan dengan beberapa struktur
didekatnya (gambar 3), oleh karena itu abses submandibula
dapatmenyebarkestrukturdidekatnya.

Pembagian ruang mandibula menjadi supramylohyoid dan inframylohyoid oleh m.mylohyoid

Etiologi
Infeksi dapat bersumber dari gigi,
dasar mulut, faring, kelenjar limfe
submandibula
Kelanjutan infeksi dari ruang leher
dalam lain. Sebanyak 61% kasus
abses submandibula disebabkan oleh
infeksi gigi.

Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang, periode April


2010 sampai dengan Oktober 2010 terdapat sebanyak 22 pasien abses leher
dalam dan dilakukan kultur kuman penyebab, didapatkan 73% spesimen
tumbuh kuman aerob, 27% tidak tumbuh kuman aerob dan 9% tumbuh jamur
yaitu Candida sp. Kuman aerob yang tumbuh pada pemeriksaan tersebut
dapat dilihat pada tabel 1.

Jenis Kuman

Jumlah

Streptocccus haemoliticus

37

Klebsiella sp

25

Enterobacter sp

19

Staphylococcus aureus

12,5

Staphilococcus epidermidis

E. Coli

Proteus vulgaris

Patogenesis
limfatik, melalui celah antara ruang leher dalam
dantraumatembus
Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal
foramenapikalgigikedaerahsekitarnya
Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang
mastikorkemudiankeparafaring.
Perluasaninfeksikeparafaringjugadapatlangsung
dari ruang submandibula daerah potensial
lainnya.

Linea
mylohyoidea,
tempat
perlekatan
m.
mylohyoideus.
Infeksi
premolar
dan
molar
menyebabkan perforasi, kemudian menyebar
keruang-ruang yang dibatasi oleh m.mylohyoideus.

Ruang submandibular terletak antara m. mylohyoid, fasia


dan kulit. Ruang submandibular terinfeksi langsung oleh
molar kedua dan ketiga. Ruang sublingual, terletak
antara mukosa mulut dan m. mylohyoid. Ruang ini dapat
terinfeksi yang berasal dari premolar dan molar pertama.

Penyebaran pembengkakan akibat abses di ruang


sublingual dan submandibular.

Diagnosis

Anamnesa
Demam
Air liur yang banyak
Trismus akibat keterlibatan musculus
pterygoid
Disfagia dan sesak nafas
Pembengkakan di leher
Gejala Klinis
Pembengkakan di daerah submandibula,
fluktuatif, dan nyeri tekan
Pada insisi didapatkan material yang
bernanah atau purulent (merupakan tanda
khas)
Angulus mandibula dapat diraba. Lidah

Abses submandibula

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah rutin
: leukositosis
Aspirasi material : Kultur dan uji sensitivitas
Radiologis
Rontgen jaringan lunak kepala AP
Rontgen panoramik
Dilakukan apabila penyebab abses submandibula berasal dari gigi.
Rontgen thoraks
Perlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum, empisema subkutis,
pendorongan saluran nafas, dan pneumonia akibat aspirasi abses
Tomografi komputer (CT-scan)
CT-scan dengan kontras : gold standard
Gambaran abses yang tampak adalah lesi dengan hipodens (intensitas
rendah), batas yang lebih jelas, dan kadang ada air fluid level

Penatalaksanaan

Mengamankanjalan
nafas
Antibiotikdosistinggi
terhadapkumanaerob
dananaerobsecara
parenteral
Drainaseabses
Menghilangkansumber
infeksi

Komplikasi
Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen,
limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah
sekitarnya
Paling sering meluas ke ruang parafaring
Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan
intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis
mencapai mediastinum menyebabkan medistinitis
Kerusakan dinding pembuluh darah
Tromboflebitis dan septikemia

Prognosis
Pada umumnya prognosis abses submandibula baik
apabila dapat didiagnosis secara dini dengan
penangananyangtepatdankomplikasitidakterjadi
Pada fase awal dimana abses masih kecil maka
tindakaninsisidanpemberianantibiotikayangtepat
dan adekuat menghasilkan penyembuhan yang
sempurna

Apabilatelahterjadimediastinitis,angkamortalitas
mencapai 4050% walaupun dengan pemberian
antibiotik
Ruptur arteri karotis mempunyai angka mortalitas
2040% sedangkan trombosis vena jugularis
mempunyaiangkamortalitas60%

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. R
MR
: 35 07 33
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan
: Buruh
Suku Bangsa : Dharmasraya

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berumur
39 tahun dirawat di bangsal THT
RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
pada tanggal 17 Juli 2013 dengan :
Keluhan Utama :
Bengkak di bawah rahang bawah
sebelah kanan sejak 6 hari
sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :


Bengkak dibawah rahang bawah kanan
sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit,
awalnya
bengkak
dirasakan
sebesar
kelereng, makin lama makin bertambah
besar dan terasa nyeri
Sukar membuka mulut dan memutar leher
sejak + 6 hari sebelum masuk RS, pasien
hanya bisa membuka mulut sekitar + 1,5cm
Suara bergumam ada
Nyeri menelan ada, saat ini pasien hanya
bisa makan makanan lunak

Gigi geraham kanan belakang pasien


berlobang sejak 1 tahun yang lalu dan
sering dirasakan nyeri berulang, nyeri
berkurang setelah setelah makan obat
penghilang rasa sakit yang dibeli di
warung. Gigi geraham belakang kiri pasien
juga berlobang, tetapi tidak terasa nyeri
Demam ada, tidak tinggi, tidak menggigil,
tidak berkeringat
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak
+ 20 tahun yang lalu, menghabiskan + 1
bungkus rokok perhari

Pasien menggosok gigi 2 kali sehari


Sesak nafas tidak ada
Riwayat sakit kepala tidak ada
Riwayat keluhan pada hidung dan
telinga tidak ada
Keluhan sering lapar, sering haus dan
sering buang air kecil tidak ada
Pasien telah dirawat selama 4 hari di
puskesma
Dharmasraya,
pasien
dipasang infus dan diberi 2 jenis obat
tablet ( nama dan warna obat lupa)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti ini.
Nenek pasien menderita Diabetes Melitus dan
sudah meninggal 2 tahun yang lalu
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan
Kebiasaan:
Pasien tamatan SLTA bekerja sebagai buruh

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit


sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 130/80

Frekuensi Nadi : 85x/menit

Frekuensi nafas : 22x/menit

Suhu
: 37,80C

Pemeriksaan sistemik
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Wajah : tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
Paru: dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : distensi tidak ditemukan
Extremitas : teraba hangat, refilling
kapiler
baik

STATUS LOKALIS
THT

Kelainan

Dekstra

Sinistra

Kel. Kongenital

Tidak ada

Tidak ada

Trauma

Tidak ada

Tidak ada

Radang

Tidak ada

Tidak ada

Kel. Metabolik

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tarik

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Cukup lapang

Cukup lapang

Sempit

Tidak ada

Tidak ada

Hiperemi

Tidak ada

Tidak ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Massa

Tidak ada

Tidak ada

Bau

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Tidak ada

Tidak ada

Jumlah

Tidak ada

Tidak ada

Jenis

Tidak ada

Tidak ada

Pemeriksaan

Daun Telinga

Cukup lapang (N)


Dinding liang telinga
Dinding Liang Telinga

Sekret /
Serumen

MEMBRAN
TIMPANI
Warna

Putih mengkilat

Putih mengkilat

+ arah jam 5

+ arah jam 7

Bulging

Tidak ada

Tidak ada

Retraksi

Tidak ada

Tidak ada

Atrofi

Tidak ada

Tidak ada

Jumlah perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Jenis

Tidak ada

Tidak ada

Kwadran

Tidak ada

Tidak ada

Pinggir

Tidak ada

Tidak ada

Refleks cahaya
Utuh

Perforasi

Mastoid

Tanda radang

Tidak ada

Tidak ada

Fistel

Tidak ada

Tidak ada

Sikatrik

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri ketok

Tidak ada

Tidak ada

(+)

(+)

Sama dengan
pemeriksa

Sama dengan
pemeriksa

Rinne
Schwabach
Tes Garpu tala
Weber
Kesimpulan
Audiometri

Tidak ada lateralisasi


normal
Tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung
Kelainan

Dextra

Sinistra

Deformitas

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan Kongenital

Tidak ada

Tidak ada

Trauma

Tidak ada

Tidak ada

Radang

Tidak ada

Tidak ada

Massa

Tidak ada

Tidak ada

Pemeriksaan

Hidung luar

Sinus Paranasal
Dextra

Sinistra

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri ketok

Tidak ada

Tidak ada

Pemeriksaan

Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Kavum nasi

Sekret

Konka inferior
Konka inferior

Vibrise

Ada

Ada

Radang

Tidak ada

Tidak ada

Cukup lapang

Cukup lapang

Sempit

Tidak ada

Tidak ada

Lapang

Tidak ada

Tidak ada

Lokasi

Tidak ada

Tidak ada

Jenis

Tidak ada

Tidak ada

Jumlah

Tidak ada

Tidak ada

Bau

Tidak ada

Tidak ada

Ukuran

Eutrofi

Eutrofi

Warna

Merah muda

Merah muda

Licin

Licin

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Ukuran

Eutrofi

Eutrofi

Warna

Merah muda

Merah muda

Licin

Licin

Tidak ada

Tidak ada

Cukup lapang (N)

Permukaan
Konka media

Permukaan
Edema
Septum

Tidak ada deviasi

Cukup lurus/deviasi
Permukaan
Warna

Licin

Licin

Merah muda

Merah muda

Septum

Massa

Spina

Tidak ada

Tidak ada

Krista

Tidak ada

Tidak ada

Abses

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Lokasi

Tidak ada

Tidak ada

Bentuk

Tidak ada

Tidak ada

Ukuran

Tidak ada

Tidak ada

Permukaan

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Tidak ada

Tidak ada

Konsistensi

Tidak ada

Tidak ada

Mudah digoyang

Tidak ada

Tidak ada

Pengaruh vasokonstriktor

Tidak ada

Tidak ada

Rinoskopi Posterior : sukar


dilakukan
Orofaring dan mulit : sukar
dilakukan
Laringoskopi indirek : sukar dilakukan
Pemeriksaan Kelenjar Getah
Bening Leher
Inspeksi dan palpasi
KGB Submandibula :sulit dilakukan
KGB Supraklavikula : tidak terlihat dan
teraba pembesaran

Regio mandibula :
-bengkak,batas tidak tegas,nyeri tekan ,
hiperemis, fluktuatif, trismus 1,5 cm
-Angulus mandibula dekstra tidak
teraba,angulus mandibula sinistra teraba
Hasil laboratorium
Hb
: 14,8 gr/dl
Ht
: 42,7 %
Leukosit : 23.190 /mm3
Trombosit : 327.000 /mm3
GDS
: 252,3 mg/dl

Resume
Anamnesis
Bengkak di bawah rahang bawah kanan sejak 6
hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya
bengkak dirasakan sebesar kelereng, makin lama
makin bertambah besar dan terasa nyeri
Sukar membuka mulut dan memutar leher sejak
+ 6 hari sebelum masuk RS, pasien hanya bisa
membuka mulut sekitar + 1,5cm
Suara bergumam ada
Nyeri menelan ada, saat ini pasien hanya bisa
makan makanan lunak

Gigi geraham kanan belakang pasien


berlobang sejak 1 tahun yang lalu dan sering
dirasakan nyeri berulang, nyeri berkurang
setelah setelah makan obant penghilang rasa
sakit yang dibeli di warung. Gigi geraham
belakang kiri pasien juga berlobang, tetapi
tidak terasa nyeri
Demam ada, tidak tinggi, tidak menggigil,
tidak berkeringat
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak +
20 tahun yang lalu, menghabiskan + 1
bungkus rokok perhari
Pasien menggosok gigi 2 kali sehari
Pasien
telah
dirawat
di
puskesmas
Dharmasraya selama 4 hari, dipasang infus

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Suhu 37,8 0C
Regio mandibula :
-bengkak,batas tidak tegas,nyeri tekan , hiperemis,
fluktuatif, trismus 1,5 cm
-Angulus mandibula dekstra tidak teraba,angulus
mandibula sinistra teraba
Hasil Laboratorium
Leukosit
: 23.190 /mm3
GDS
: 252,3 mg/dl

Diagnosis Kerja :
Suspek AbsesMandibula
Diagnosis Tambahan :
Diabetes Melitus Tipe II
Karies Dentis
Diagnosis Banding :
Angina Ludovici
Abses Parafaring

Pemeriksaan Anjuran :

Foto leher anteroposterior dan lateral


Foto Panoramik
FNAB
GD 2 jam PP
Urinalisa

Terapi :
Diet Diabetes ML 1700 kkal
IVFD RL 8 jam/kolf + drip
ketorolac 1 amp
Ceftriaxone 2x2gr (IV)
Metronidazol drip 3x500mg (IV)
Novorapid 3x6unit (SC) 15 menit
sebelum makan

Terapi Anjuran :
Insisi Abses dan eksplorasi abses
Konsul bagian Ilmu Penyakit Dalam
mengenai DM
Prognosis :
Quo ad vitam
Quo ad sanam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

Follow Up
19 Juli 2013
s/ bengkak dan nyeri pada bagian
bawah rahang
bawah
sukar membuka mulut
demam tidak ada
nyeri kepala tidak ada
mual muntah tidak ada
BAK dan BAB biasa

o/ KU : sedang, Kes : CMC, TD: 110/70,


Nadi : 83x/mnt, Nafas : 20x/mnt, suhu :
37,5 0C
Kepala: Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
Paru dan Jantung : dalam batas normal
Abdomen
: dalam batas normal
Ekstremitas
: akral hangat,
perfusi baik

Status lokalis THT


Telinga ADS : LT lapang/lapang, serumen :
(+)/(+), MT utuh/utuh, RC : (+)/(+)
Hidung
: CN : cukup lapang/cukup
lapang, sekret : (-)/(-),deviasi septum (-), KI :
eutrofi/eutrofi,KM : eutrofi/eutrofi
Tenggorokan : Sulit dilakukan
Regio Submandibula : bengkak masih ada,
nyeri tekan ada, Hiperemis dan fluktuatif,
trismus 1,5cm
Angulus
mandibula
dekstra
tidak
teraba,angulus sinistra teraba

A/ Abses submandibula
DM tipe II
Th/ Diet Diabetes 1700 kkal
IVFD RL 8 jam/kolf + drip ketorolac 1 amp
Ceftriaxone 2x2gr (IV)
Metronidazol drip 3x500mg (IV)
Novorapid 3x6unit (SC) 15 menit sebelum
makan
Follow Up (Jam 17.00)
Telah dilakukan insisi dan eksplorasi abses
submandibula dalam anestesi lokal ,didapatkan pus
ada dan darah sebanyak 30 cc,sebelumnya pada
tanggal 18 Juli 2013 telah dilakukan aspirasi
maksimal dan didapatkan pus 10 cc

Follow Up
20 Juli 2013 (07.00)
s/ bengkak dan nyeri pada bagian bawah rahang
bawah berkurang
sukar membuka mulut
demam tidak ada
nyeri kepala tidak ada
mual muntah tidak ada
BAK dan BAB biasa
o/ KU : sedang, Kes : CMC, TD: 110/70,
Nadi : 85x/mnt, Nafas : 21x/mnt, suhu : 36,85 0 c

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Paru dan Jantung : dalam batas
normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Status lokalis THT
Telinga ADS : LT lapang/lapang, serumen : (+)/(+),
MT : utuh/utuh, RC : (+)/(+)
Hidung : CN : cukup lapang/cukup lapang, sekret :
(-)/(-), deviasi septum (-), KI : eutrofi/eutrofi, KM :
eutrofi/eutrofi
Tenggorokan : sulit dilakukan
R. Submandibula : bengkak berkurang, nyeri tekan
ada, Hiperemis dan fluktuatif, trismus 2 cm

A/ Abses submandibula
DM tipe II
Th/ Diet Diabetes 1700 kkal
IVFD RL 8 jam/kolf + drip ketorolac
1 amp
Ceftriaxone 2x2gr (IV)
Metronidazol drip 3x500mg (IV)
Nonflamin tablet 3x 1 (po)
Novorapid 3x6unit (SC) 15 menit
sebelum
makan

Follow Up
22 Juli 2013
s/ bengkak dan nyeri pada bagian bawah rahang
bawah berkurang
sukar membuka mulut
demam tidak ada
nyeri kepala tidak ada
mual muntah tidak ada
BAK dan BAB biasa
o/ KU : sedang, Kes : CMC, TD: 110/70,
Nadi : 88x/mnt, Nafas : 20x/mnt, suhu : 36,5 0 c

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Paru dan Jantung : dalam batas
normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Status lokalis THT
Telinga ADS : LT lapang/lapang, serumen : (+)/(+),
MT : utuh/utuh, RC : (+)/(+)
Hidung : CN : cukup lapang/cukup lapang, sekret :
(-)/(-), deviasi septum (-), KI : eutrofi/eutrofi, KM :
eutrofi/eutrofi
Tenggorokan : sulit dilakukan
R. Submandibula : bengkak berkurang, nyeri tekan
ada, Hiperemis dan fluktuatif, trismus 2,5 cm

A/ Abses submandibula
DM tipe II
Th/ Diet Diabetes 1700 kkal
IVFD RL 8 jam/kolf + drip ketorolac 1
amp
Ceftriaxone 2x2gr (IV)
Metronidazol drip 3x500mg (IV)
Nonflamin tablet 3x 1 (po)
Novorapid 3x6unit (SC) 15 menit
sebelum
makan

Follow Up
23 Juli 2013
s/ bengkak dan nyeri pada bagian bawah rahang
bawah berkurang
sukar membuka mulut
demam tidak ada
nyeri kepala tidak ada
mual muntah tidak ada
BAK dan BAB biasa
o/ KU : sedang, Kes : CMC, TD: 110/80,
Nadi : 92 x/mnt, Nafas : 19 x/mnt, suhu : 36,8 0 c

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Paru dan Jantung : dalam batas
normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Status lokalis THT
Telinga ADS : LT lapang/lapang, serumen : (+)/(+),
MT : utuh/utuh, RC : (+)/(+)
Hidung : CN : cukup lapang/cukup lapang, sekret :
(-)/(-), deviasi septum (-), KI : eutrofi/eutrofi, KM :
eutrofi/eutrofi
Tenggorokan : sulit dilakukan
R. Submandibula : bengkak berkurang, nyeri tekan
ada, Hiperemis dan fluktuatif, trismus 2,5 cm

Labor : GDP : 138 mg / dl


GD 2 jam PP:149 mg/dl
A/ Abses submandibula
DM tipe II
Th/ Diet Diabetes 1700 kkal
IVFD RL 8 jam/kolf + drip ketorolac 1
amp
Ceftriaxone 2x2gr (IV)
Metronidazol drip 3x500mg (IV)
Betadin gargle 3 x 1 cap
Novorapid 3x6unit (SC) 15 menit
sebelum makan

DISKUSI
Telah diperiksa pasien laki-laki usia 39 tahun.
Pada kasus di atas, diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis bengkak di bawah rahang bawah , sukar
membuka mulut dan suara bergumam sejak 6 hari
yang lalu. Berdasarkan teori gejala klinik dari abses
submandibular adalah pasien biasanya akan
mengeluhkan demam, air liur yang banyak, trismus
akibat keterlibatan musculus pterygoid, disfagia
dan sesak nafas akibat sumbatan jalan nafas oleh
lidah yang terangkat ke atas dan terdorong ke
belakang. Pembengkakan leher (98,8%) dan
disfagia (35,8%) merupakan gejala yang paling
sering timbul pada pasien.

Dari pemeriksaan fisik pada pasien


didapatkan
bengkak
di
regio
submandibula
Bengkak ada, batas
tidak tegas, nyeri tekan ada, hiperemis
dan fluktuatif dan angulus mandibula
dextra tidak teraba dan sinistra teraba.
Dan dari teori yang telah dijelaskan
sebelumnya pada pemeriksaan fisik
didapatkan pada abses submandibula
adanya pembengkakan di daerah
submandibula fluktuatif, dan nyeri
tekan.

Dan dari pemeriksaan laboratorium telah didapatkan


adanya leukositosis (23.190/mm3) Pada pemeriksaan darah
rutin, didapatkan leukositosis. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan laboratorium maka ditegakkan
diagnosis Abses submandibula. Pada pasien ini kami juga
mendiagnosis dengan karies dentis karena ditemukan
karies pada pemeriksaan fisik pada mulut. Dan diabetes
melitus tipe II dimana hasil gula darah sewaktu adalah 252
mg/dl. Maka pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah foto leher anteroposterior dan lateral, foto rontgen
thorak dan panoramik. Penatalaksanaan pada pasien ini
adalah IVFD RL 8 jam/kolf, Ceftriaxone injeksi 2x1 gram IV,
Metronidazole drip 3x500mg IV, Ketorolac drip dalam RL 8
jam/kolf, Novorapid 3 x 6 unit subkutan, Diet diabetes
1.700 kkal.Dan pada pasien ini juga telah dilakukan
insisindan eksporasi abses submandibula dan didapatkan
nanah 30 cc.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai