Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas
yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang
panjang pada anak-anak. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal
dari seri osteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma
primer dari tulang yang tersering setelah multipel myeloma. Osteosarkoma biasanya
terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal
growth plate) yang sangat aktif yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula,
proksimal humerus dan pelvis. Pada orang tua umur di atas lima puluh tahun,
osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas dari pagets disease dengan
prognosis sangat jelek. Osteosarkoma adalah tumor tulang dengan angka kematian
80% setelah lima tahun didiagnosis. Osteosarkoma klasik didefinisikan dengan
sarkoma sel spindel dengan derajat malignansi tinggi dan sangat khas memproduksi
matriks osteoid. Osteosarkoma didapatkan kira-kira tiga orang per 10.000 di Amerika.
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya hubungan kekeluargaan
menjadi suatu predisposisi, begitu pula adanya retinoblastoma herediter dan sindrom
Li-Fraumeni. Dikatakan beberapa virus dapat menimbulkan osteosarkoma pada
hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung
osteosarkoma, begitu pula alkyleting agent yang digunakan pada kemoterapi. 1
Akhir-akhir ini dikatakan ada dua tumor suppressor gene yang berperan
secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein p53
(kromosom 17) dan Rb (kromosom 13). 1,2
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada
jaringan lunak sekitar tulang. Epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
1

pertumbuhan tumor ke dalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara


hematogen, paling sering ke paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar
15%-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan. Metastase
secara limpogen hampir tidak terjadi.1

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2

DEFINISI
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas
yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang
panjang pada anak-anak. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal
dari seri osteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma
primer dari tulang yang tersering setelah multipel myeloma. Osteosarkoma biasanya
terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal
growth plate) yang sangat aktif yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula,
proksimal humerus dan pelvis. Pada orang tua umur di atas lima puluh tahun,
osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas dari pagets disease dengan
prognosis sangat jelek. Osteosarkoma adalah tumor tulang dengan angka kematian
80% setelah lima tahun didiagnosis. 1
INSINDES & EPIDEMIOLOGI
Osteosarkoma merupakan tumor ganas tulang
yang paling sering ditemukan (48,8%) di luar
myeloma multipel. Tumor ini merupakan tumor yang
sangat ganas, menyebar secara cepat pada periosteum
dan jaringan ikat di luarnya. Osteogenik sarkoma
terutama ditemukan pada umur 10-20 tahun dan lebih
sering pada pria dari pada wanita.3

Setiap tahunnya terdapat sembilan ratus kasus osteosarkoma di Amerika


Serikat. Penderitanya merupakan kelompok usia anak-anak dan remaja hingga usia
3

dua puluh tahun. Kebanyakan osteosarcoma menyerang anak-anak dan dewasa muda
dengan batasan umur sepuluh hingga tiga puluh tahun. Remaja merupakan kelompok
usia yang sering ditemui, tetapi osteosarkoma dapat menyerang usia berapapun.
Sekitar 10% osetosarkoma terjadi pada orang-orang pada kelompok usia di atas enam
puluh tahun. 4
ETIOLOGI
Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui. Namun, beberapa hal berikut
menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya osteosarkoma :
1. Kecepatan Pertumbuhan Tulang
Kecepatan pertumbuhan tulang nampaknya menjadi predisposisi seseorang terkena
osteosarkoma, berdasarkan insidens yang terjadi pada masa remaja dan lokasi tipikal
pada daerah metafiseal yang berbatasan dengan fisis pada tulang panjang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap osteosarkoma adalah pengaruh
radiasi.
3. Predisposisi Genetik
Mutasi genetik merupakan dasar berkembangnya osteosarkoma. Pasien dengan
retinoblastoma (Rb) herediter memiliki resiko ratusan kali lipat terhadap terjadinya
osteosarkoma, hal ini berhuubungan dengan mutasi gen Rb. Mutasi pada gen Rb
tidak biasa ditemukan pada osteosarkoma sporadik. Mutasi pada gen p53 sering
nampak. Namun gen retinoblastoma telah melokalisir pada lengan kromosom 13
(13q14). Gen Rb diakui sebagai prototipe tumor suppressor gene dan menyangkut
jumlah patogenesis neoplasma pada manusia. Tumor suppressor gene berfungsi
4

mengendalikan pertumbuhan sel tumor, jadi hilangnya fungsi atau inaktivasi dari
tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya pertumbuhan tumor.
4. Displasia Tulang
Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa, enkondromatosis, dan
eksotose multipel herediter dan retinoblastoma yang merupakan faktor resiko.
Sindrom Li-Fraumeni (mutasi germline p53) dan sindrom Rothmund-Thomson
(berkumpulnya autosomal yang terpendam pada defek tulang kongenital, dysplasia
pada kulit dan rambut, hipogonadisme, dan katarak) juga menjelaskan kemungkinan
berkembangnya osteosarkoma.4
LOKASI
Tumor ini paling sering ditemui di distal femur atau proximal tibia (48%), pelvis dan
proximal femur (14%), bahu dan proximal humerus (10%) dan dapat pula ditemukan
di radius distal dan humerus proximal.3,5

Gambar 3. Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang. 1,7

Gambar 4. Daerah metaphysis growth plate ditunjukkan pada no.2, merupakan daerah yang lebih sering diserang
osteosarkoma. 8,12

PATOFISIOLOGI
Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja. Namun lebih sering pada
tulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan metaphyseal growth plate. Bagian
yang paling sering adalah femur (42% dengan kejadian 75% tumor pada distal
femur), tibia (19% dengan kejadian 80% pada proksimal tibia), dan humerus (10%
dengan kejadian 90% tumor pada proksimal humerus). Lokasi lainnya adalah
tengkorak dan rahang (8%) serta pelvis (8%).4
Osteogonik sarkoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan
tulang atau osteoid serta gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan
menghasilkan tulang rawan, jaringan lunak, atau jaringan miksoid. Dan juga mungkin
ada daerah jaringan tumor dengan sel-sel spindle yang ganas dengan pembentukan
osteoid. Pembentukan jaringan tulang harus dibedakan dari pembentukan reaksi
tulang. Pemeriksaan histokimia dapat menunjukkan adanya aktivitas alkali
fosfatase.1,3
Pada telangiektasis osteosarkoma pada lesinya didapatkan kantong darah yang
dikelilingi oleh sedikit elemen seluler yang mana elemen selulernya sangat ganas.1

Gambar 5. Osteosarkoma pada proksimal tibia.9

DIAGNOSIS
a. Manifestasi Klinis
Osteosarkoma bermanifestasi sebagai massa yang terus membesar, sering
nyeri, dan mungkin menimbulkan perhatian karena fraktur pada tulang yang terkena.
Meskipun kombinasi gambaran klinis dan radiografik mungkin memberi dukungan
kuat mengenai diagnosis, diperlukan konfirmasi histologis untuk semua kasus.
Osteosarkoma konversional adalah lesi agresif yang bermetastasis melalui aliran
darah pada awal perjalanan penyakitnya. Paru sering menjadi tempat metastasis.
Sekitar 20% pasien telah mengalami penyebaran ke paru saat didiagnosis lebih
banyak lagi yang mengalami metastasis tersamar yang baru terlihat belakangan.
Namun kemajuan dalam teknik pembedahan dikombinasikan dengan terapi radiasi
dan kemoterapi untuk metastasis telah sangat memperbaiki prognosis pasien dengan
tumor ini.9
Osteosarkoma sekunder timbul pada kelompok usia yang lebih tua daripada
osteosarkoma primer konvensioanl. Tumor ini paling sering terbentuk dalam
kaitannya dengan paget disease, riwayat terpajan radiasi, displasia fibrosa walaupun
jarang, infark tulang atau osteomielitis kronis. Osteosarkoma sekunder adalah
neoplasma yang sangat agresif, kurang berespons terhadap terapi yang ada saat ini
dibandingkan osteosarkoma konvensional.9
Bentuk lain osteosarkoma adalah varian parosteal (jukstakorteks), periosteal,
telangiektatik, intraoseus derajat ringan, dan sel kecil.9

Gambar 6. Osteosarkoma pada proksimal humerus. 1

b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Biopsi
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma. Biopsi
yang dikerjakan tidak benar sering kali menyebabkan kesalahan diagnosis
(misdiagnosis) yang lebih lanjut akan berakibat fatal terhadap penentuan tindakan.
Akhir-akhir ini banyak dianjurkan denga biopsi jarum perkutan (percutaneus needle
biopsy) dengan berbagai keuntungan : seperti invasi yang sangat minimal, tidak
memerlukan waktu penyembuhan luka operasi, resiko infeksi rendah dan bahkan
tidak ada dan terjadinya patah tulang post biopsi dapat dicegah. Pada gambaran
histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high grade sarcomatous dengan sel
osteoblast yang ganas, yang akan membentuk jaringan osteoid dan tulang. Pada
bagian sentral akan terjadi mineralisasi yang banyak, sedangkan bagian perifer
mineralisasinya sedikit. Sel-sel tumor biasanya anaplastik, dengan nukleus yang
pleomorfik dan banyak mitosis. Kadang-kadang pada beberapa tempat dari tumor
akan terjadi diferensiasi kondroblastik atau fibroblastik di antara jaringan tumor yang
membentuk osteoid.1

Gambar 7. Fotomikrograf osteosarkoma. Selmesenkim pleomorfik dan bermitosis aktif tampak menghasilkan
osteoid yang berwarna gelap (mengalami kalsifikasi). 9

Gambar 8. Osteosarkoma yang berasal dari regio metafisis. Tumor telah tumbuh menembus korteks dan
mengangkat periosteum.9

2. Pemeriksaan Darah

10

Pada pemeriksaan darah ditemukan peningkatan alkaline phospatase dan


laktat dehidrogenase (LDH). Pemeriksaan ini juga penting dalam mengontrol pasien
yang sedang menjalani kemoterapi.10
c. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang dapat ditemukan tergantung dari kelainan yang
terjadi :
Pada tipe osteolitik proses destruksi lebih menonjol.
Pada tipe osteoblastik pembentukan tulang lebih menonjol.
Pada tipe campuran terdapat proses osteolitik dan osteoblastik yang
seimbang.3
1. Foto Polos
Penampakan kasar dari sarkoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut
dapat berupa osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan
lunak diinvasi oleh tumor, atau osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang
sklerotik yang baru. Pada foto polos ditunjukkan lesi yang agresif pada daerah
metafise tulang panjang. Rusaknya gambaran trabekula tulang dengan batas yang
tidak tegas tanpa reaksi endoosteal. Tampak juga campuran area radiopak dan
radiolusen oleh karena adanya proses destruksi tulang (bone destruction) dan proses
pembentukan tulang (bone formation). Pembentukan tulang baru periosteum yang
menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga, pengangkatan kortek
tulang, dengan pembentukan codmans triangle dan gambaran sunburst dan disertai
dengan gambaran massa jaringan lunak, merupakan gambaran yang sering dijumpai
Foto polos thoraks juga perlu dibuat untuk melihat adanya metastase ke paruparu.1,11

11

Gambar 9. Foto lateral femur yang menunjukkan gambaran Codmans Triangel .12

12

13

14

2. CT scan dan MRI


CT (Computed Tomographic) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging
dikerjakan untuk mengetahui adanya ekstensi dari tumor ke jarinagn di sekitarnya,
termasuk juga pada jaringan neurovaskuler atau invasinya pada jaringan otot. 1
CT pada thoraks sangat baik untuk mencari adanya metastase pada paru-paru.
Sesuai dengan perilaku biologis dari osteosarkoma, yang mana sarkoma tumbuh
secara radial dan membentuk seperti massa bola. Apabila tulang menembus kortek
tulang menuju jaringan otot sekitarnya dan seolah olah membentuk suatu kapsul
(pseudo capsule) yang disebut reactive zone.
Kadang-kadang jaringan dapat invasi ke daerah zona reaktif dan tumbuh
berbentuk nodul yang berada di luar zona reaktif pada satu tulang yang disebut skip
lession. Bentuk ini semua sangat bagus dideteksi dengan MRI.1

Gambar 16. CT scan axial paru-paru yang menunjukkan nodul multipel pada paru yang merupakan metastase
osteosarkoma.23

15

Gambar17 . Coronal short-tau inversion recovery (STIR) magnetic resonance imaging (MRI) pada pasien
telangiaktasis osteosarkoma. Tampak tanda abnormal pada bone marrow metafisis femur,destruksi pada korteks
dan massa jaringan lunak yang menonjol. 9

3. Bone Scan (Bone Scintigraphy)


Pemeriksaan ini bertujuan menentukan tempat terjadinya
metastase, adanya tumor yang poliostotik, dan eksistensi tumor.
Apakah intraoseus dan ekstraoseus. Juga untuk mengetahui
adanya skip lesion, sekali pun masih lebih baik dengan MRI.
Radio aktif yang digunakan adalah thallium T1 201. Thallium
scantigraphy digunakan juga untuk memonitor respons tumor
terhadap pengobatam kemoterapi dan mendeteksi rekurensi
lokal dari tumor tersebut.1
Gambar 18 Contoh Bone Scintigraphy menggunakan Technetium TC dipasangkan
dengan methylen difosfat. Tampak Hot Spots tampak pada fraktur dan tumor di distal femur.

4. Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan angiografi
dapat ditentuka jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada High Grade Osteosarcoma
akan ditemukan adanya neovaskularisasi yang sangat ekstensif. Selain itu angiografi
16

dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperatif kemoterapi yang


mana apabila terjadi mengurang atau hilangnya vaskularisasi tumor menandakan
respon terapi kemoterapi preoperatif berhasil.1
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa kelainan yang menimbulkan bentukan massa pada tulang sering
sulit dibedakan dengan osteosarkoma, baik secara klinis maupun dengan pemeriksaan
pencitraan. Adapun kelainan-kelainan tersebut adalah:
1. Ewings sarcoma
a. Definisi :
Sarkoma Ewing adalah tumor ganas yang berasal dari sum-sum tulang dengan
frekuensi sebanyak lima persen dari seluruh tumor ganas tulang, terutama ditemukan
pada umur sepuluh sampai dua puluh tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada
wanita. Pada anak dapat ditemukan fraktur patologis.3
b. Gejala Klinis :
Gejala utama berupa nyeri dan pembengkakan pada daerah tumor dan terdapat
gejala umum lainnya kaheksia, nyeri tekan pada tumor dan peninggian laju endap
darah.Tumor biasanya sangat ganas, berkembang secara cepat dan penderita
meninggal dalam tiga sampai delapan belas bulan pertama (95% meninggal pada
tahun pertama).3
c. Lokasi :
Tumor ini terutama terdapat pada daerah diafisis dan metafisis tulang panjang
seperti femur, tibia, humerus, dan fibula. Atau pada tulang pipih seperti pada pelvis
dan skapula.3
d. Pemeriksan Radiologis :
17

Terlihat destruksi tulang terutama pada daerah lesi terutama pada diafisis
disertai dengan pembentukan tulang baru sepanjang diafisis tulang panjang berbentuk
fusiform di luar lesi yang merupakan suatu tanda khas yang disebut onion skin
appearance. Tumor dapat meluas sampai ke jaringan lunak dengan garis-garis
ossifkasi yang berjalan radier disertai dengan reaksi periosteal. Tulang yang
memberikan gambaran yang disebut sun ray appearance serta terdapat terdapat
Codmans triangle sehingga tumor dapat disalahin terpretasikan sebagai osteogenik
sarkoma. Pemeriksaan radiologis lain yang dapat dilakukan adalah scanning radio
isotop dimana daerah lesi akan memperlihatkan peninggian aktivitas.3

Gambar19. Ewing Sarcoma. Tampak fraktur patologik. 14

Gambar20. Foto Ewing sarcoma pada os navikular. Gambar ini menunjukkan reaksi periosteal. 16

18

2. Osteomyelitis
a. Definisi :
Osteomielitis adalah infeksi jaringan tulang dan dapat
timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal
yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang
seringkali tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari
infeksi dari tempat-tempat lain seperti infeksi faring
(faringitis), telinga otitis media), dan kulit (impetigo).
Bakterinya

(Staphylococcus

Aureus,

Streptococcus,

Haemiphillus Influenzae), berpindah melalui aliran darah


menuju metafisis tulang di dekat lempeng pertumbuhan
tempat darah mengalir ke dalam sinusoid.11
Gambar 21. Osteomielitis pada penderita diabetes.17

b. Gejala Klinis :
Pada penderita osteomiletis dapat ditemukan infeksi bakterial pada kulit dan
saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah
infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala-gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikimia berupa panas tinggi,
malaise serta nafsu makan yang berkurang.3
c. Pemeriksaan Radiologis :
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan
jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari

19

(dua minggu) berupa rare faksi tulang yang bersifat difus pada daerah
metafisis dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat.
Pemeriksaan radio isotop dengan 99m technetium akan memperlihatkan
penangkapan isotop pada daerah lesi. Dengan menggunakan teknik label
leukosit dilakukan scanning dengan 87m gallium yang mempunyai afinitas
terhadap leukosit. Dimana 111m indium menjadi positif.
Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.3

Gambar 22. Tampak osteopeni yang luas pada bagian atas kaput humerus. 15

3. Osteoblastoma
a. Definisi :
Osteoblastoma merupakan tumor primer yang jarang ditemukan pada tulang
dan dikategorikan sebagai tumor tulang jinak.18
b. Gambaran klinis :
Gejala nyeri yang ditemukan lebih ringan dibanding osteoid osteoma dan
lebih jarang terjadi. Kelainan ini merupakan 2,5% dari seluruh tumor jinak tulang.
20

c. Pemeriksaan Radiologis :
Terlihat adanya osteolotik dengan batas-batas yang jelas serta adanya bintikbintik kalsifikasi. Diameter lesi bervariasi bisa sampai beberapa cm. pada bagian atas
kaput humerus.15

Gambar 23. Osteoblastoma. Tampak lesi radiolusens/ radiopak.18

4. Tumor Sel Raksasa pada Tulang (Giant cell tumor)


a. Definisi :
Tumor sel raksasa pada tulong juga dikenal sebagai osteoklastoma adalah
suatu neoplasma yang mengandung sejumlah besar sel raksasa mirip osteoklas
bercampur dengan sel mononukleus.9
b. Gambaran Klinis :
Tumor sel raksasa biasanya menyebabkan nyeri lokal yang karena letaknya
berdekatan dengan sendi sehingga mungkin dapat dikira artritis.3
c. Pemeriksaan Radiologis :
21

Pada foto radiologi akan terlihat radiolusens, lesi kistik yang eksentrik pada
ujung-ujung tulang yang dibatasi oleh tulang subkondral.Korteks tulang terlihat.3

Gambar 24. Tampak fotol CV L3 lateral yang menunjukkan lesi litik pada vertebra yang dikenal dengan giant cell
tumor.19

PENATALAKSANAAN
Belakangan ini osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik,
disebabkan prosedur penegakan diagnosis dan staging dari tumor yang lebih baik,
begitu juga dengan adanya pengobatan yang lebih canggih. Dalam pengobatannya
sarkoma dapat dibagi atas dua bagian yaitu dengan kemoterapi dan operasi.
a. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma,
terbukti dalam tiga puluh tahun belakangan ini dengan kemoterapi dapat
mempermudah melakukan prosedur operasi penyelamatan ekstremitas (limb salvage
procedure) dan meningkatkan survival rate dari penderita. Kemoterapi juga
mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada, mempermudah ,melakukan
eksisi metastase tersebut. Regimen standar yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkoma adalah kemoterapi preopeartif (preoperative chemotheraphy)yang

22

disebut juga dengan induction chemotherapy dan kemoterapi post operatif


(postoperative chemotherapy) yang disebut juga adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah
melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat
mempertahankan ekstremitasnya. Pemberian kemoterapi postoperatif paling baik
dilakukan secepat mungkin sebelum tiga minggu.
Obat-obat

kemoterapi

yang

mempunyai

hasil

cukup

efektif

untuk

oseteosarkoma adalah : Doxorubicin (Adriamycin) , Cisplatin (Platinol),


Ifosfamide

(Ifex),

Mesna

(Mesnex),

dan

methotrexate

dosis

tinggi

(Rheumatrex). Protokol standar yang digunakan adalah Doxorubicin dan Cisplatin


dengan atau tanpa Methitrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neo
adjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah Ifosfamide. Dengan
menggunakan pengobatan multi agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti
memberikan perbaikan terhadap survival rate sampai 60-80%.1
b. Operasi
Saat ini prosedur limb salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam
operasi osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan
rekonstruksinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ekstremitas
merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan memberikan
kemoterapi preoperatif (induction neo adjuvant chemotheraphy) melakukan operasi
mempertahankan ekstremitas (limb sparing resection) dan sekaligus melakukan
rekonstruksi akan lebih aman dan mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan
pada 90-95% pada penderita osteosarkoma. Dalam penelitian terbukti tidak terdapat
perbedaan survival rate antara operasi amputasi dengan limb sparing resection.1

23

Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb salvage tidak dapat atau
tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi
kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan
kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas tersebut. Biasanya untuk
rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari methal. Protesis ini memberikan stabilitas
fiksasi yang baik sehingga penderita dapat menginjak (weight bearing) dan mobilisasi
secara cepat, memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang
baik dan memuaskan. Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi
post operasinya dibanding dengan menggunakan bone graft.1
c. Follow Up Post Operasi
Post operasi dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti
pada sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya maka dilakukan pengawasan
terhadap kekambuhan tumor secara lokal maupun adanya metastase, dan komplikasi
terhadap proses rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap
rekonstruksinya adalah longgarnya protesis, infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan
fisik secara rutin pada tempat operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya
kekambuhan maupun adanya metastase. Pembuatan plain photo dan CT scan dari
lokal ekstremitasnya maupun pada paru-paru merupakan hal yang harus dikerjakan.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap tiga bulan dalam dua tahun pertama post operasinya
dan setiap enam bulan pada lima tahun berikutnya.1
PROGNOSIS
Faktor penting yang mempengaruhi prognosis osteosarkoma adalah tingkat
penyakitnya. Kurang lebih 15% pasien osteosarkoma ditemukan dengan metastasis
pada paru-paru pada saat didiagnosis. Selanjutnya pasien ini memiliki prognosis yang
buruk dengan masa survival sebesar 20%. Pasien tanpa metastase paru-paru (contoh :
metastase ke tulang) memiliki prognosis yang lebih buruk. Pasien dengan skip
metastases juga memiliki prognosis yang sama buruknya dengan pasien dengan
24

metastase yang jauh. Pasien yang memiliki hasil histopatologi baik dari kemoterapi
neoadjuvant (>95% sel tumor mati atau nekrosis) memiliki prognosis yang lebih
baik.12

DAFTAR PUSTAKA
1. Kawiyana S. Osteosarkoma dan penanganannya. Dalam : Jurnal orthopedi RSUP
sanglah edisi maret 2010. Denpasar: Bagian / SMF Ortopedi dan traumatologi bagian
bedah FK unud; 2010; 68-74.
2. Sukardja IDG. Biologi tumor. Dalam: Onkologi klinik edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press; 2003; 59.
3. Rasjad C. Tumor tulang dan sejenisnya. Dalam: Pengantar ilmu bedah ortopedi.
Makassar: Bintang Lamumpatue; 2003; 279-99.
4. Isaacs DM. Osteosarcoma. Orthopedic Surgery Rotation; 2003; 1-9.
25

5. Berquest TH. Musculoskeletal Neoplasms. Dalam : Musculoskeletal imaging


companion second edition. Wolters Kluwer; 2007; 1-36.
6. Silveira WR, Lieberman G. Imaging osteosarcoma & surgical outcomes. Harvard
Medical School; 2007; 1-41.
7. De Graaff V. Skeletal system. Dalam : human anatomy sixth edition. The McGrawHill Companies; 2001; 137.
8. Eder. Human skeletal anatomy. Dalam : laboratory atlas of anatomy and
physiology third edition. The McGraw-Hill Companies; 2001; 64.
9. Kumar V, Cotran RZ, Robbins SL. Dalam: Hartanto H (editor). Buku ajar patologi.
Jakarta: EGC; 2004; 856-61.
10. Annonomious. Osteosarcoma. American Cancer Society; 1-2.
11. Price SA, Wilson LM. Tumor sistem muskuloskeletal. Dalam : Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6. Jakarta: EGC; 2005; 1374-9.
12. Isaacs DM. Osteosarcoma. Orthopedic Surgery Rotation; 2003; 1-9.
13. Hide G. Osteosarcoma variants [online] , [cited on 2011, May 5]. Available from :
http://www.emedicine.medscape.com
14. Davies AM. Tumours and tumours like lesions. Dalam: Imaging of the hip &
bony pelvis. United Kingdom: Springer; 2006; 355.
15. Misra RR. Uthappa MC. Datta PK. Radiology for Surgeons. USA: GMM; 2002;
19-194.
16. Strauss LG. Ewing sarcoma imaging [online] , [cited on 2011, May 5]. Available
from : http://www.emedicine.medscape.com

26

17. King RW. Osteomyelitis in emergency medicine [online] , [cited on 2011, May 5].
Availeble from : http://www.emedicine.medscape.com
21
18. Ortmann F. Osteoblastoma [online] , [cited on 2011, May 5]. Available from :
http://www.emedicine.medscape.com
19. Goh LA. Giant cell tumor imaging [online] , [cited on 2011, May 5]. Available
from : http://www.emedicine.medscape.com
22

27

Anda mungkin juga menyukai