Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

OSTEOSARCOMA

Oleh:
dr. Mia Marella Rachman
Pembimbing :
dr. Pradopo Sp.B
Pendamping :
dr. Masrifah
dr. M. Wildan Khusnindar

RSUD PACITAN
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER
PACITAN

2014

HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Internship

OSTEOSARCOMA

Disusun oleh :
dr. Mia Marella Rachman

Telah dipresentasikan dan disetujui oleh pembimbing


Di RSUD Pacitan
Pada tanggal Januari 2014 2011

Mengetahui
Dokter Pembimbing

dr. Pradopo, Sp.B

RSUD PACITAN
2014

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. R

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 24 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Tulakan

No. RM

: 205020

Tanggal Kunjungan

: 17 Desember 2013

KELUHAN UTAMA
Nyeri pada lutut kiri.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Pacitan dengan keluhan nyeri pada lutut kiri
kambuh-kambuhan sejak 4 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat sejak
1 bulan yang lalu, disertai dengan benjolan yang tiba-tiba membesar di bagian
belakang lutut kiri. Pasien mengeluhkan lutut kiri terasa nyeri, linu, lemah dan terasa
panas. Pasien merasakan paha kirinya mulai mengecil dan mulai kesulitan untuk
berjalan dengan normal. Pasien sudah berobat ke dokter namun belum membaik.

Pasien juga sudah dirontgen lututnya pada bulan November namun dinyatakan tidak
ada kelainan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Penderita belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya.

Riwayat trauma (jatuh) disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti ini sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis, GCS 456

Vital Sign

TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37 0C
HR: 80x/mnt
RR 22x/mnt
STATUS GENERALIS
Kepala

: Simetris, mesochepal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil


isokor, refleks cahaya (+/+)

Hidung

: Discharge (-/-)

Mulut

: Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies gigi (-)

Telinga

: Tidak ada kelainan bentuk

Leher

: Kelenjar thyroid tidak membesar, kelenjar limfe


tidak membesar, JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid
tidak membesar.

Thorax
-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi

: Batas kiri atas ICS II LPS sinistra


Batas kanan atas ICS II LPS dekstra
Batas kiri bawah ICS V LMC sinistra
Batas kanan bawah ICS IV LPS dekstra

Auskultasi
-

: S1 > S2 reguler, bising jantung (-)

Paru
Inspeksi

: Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Palpasi

: Vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: Sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler kanan kiri, suara tambahan (-)

Abdomen

Inspeksi

: distensi(-), massa(-), sikatrik(-).

Auskultasi

: peristaltik usus normal.

Palpasi

: supel(+), hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan(-).

Perkusi

: timpani

Ekstremitas

: Superior

: Edema (-/-)

Inferior

: Edema (-/-)

STATUS LOKALIS REGIO GENUE SINISTRA


Inspeksi : tampak benjolan di bagian belakang, edema di bagian depan, kulit tampak
berwarna kemerahan, deformitas (-), sikatrik (-).
Palpasi : pada bagian belakang genue teraba massa lunak, padat, batas tidak tegas,
pada bagian depan genue teraba rasa panas, nyeri tekan (+), krepitasi (-).
Pergerakan : gerakan aktif (+) minimal, gerakan pasif (+) minimal dikarenakan
adanya rasa nyeri. Gerakan flexi terbatas, gerakan ekstensi (+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ro Genu Sinistra AP/Lateral :
-

Tampak destructive litic lesion moth eaten permeative type di daerah epifisis
metafisis diafisis os tibialis et fibula sinistra yang kesannya disertai
periosteal reaction dan soft tissue bulging.

Trabekulasi tulang di luar lesi tampak baik.

Celah dan permukaan sendi tampak baik.

Kesimpulan : Primary Bone Tumor (Suggest Osteosarcoma)


Saran : MSCT Scan Ekstremitas dengan kontras + FNAB
DIAGNOSIS KLINIS
Suspek Osteosarcoma
DD:

- Osteomyelitis

Osteoblastoma

Ewing Sarcoma

TERAPI
Rujuk
Novalgin 3 x 1 tab
Nonflamin 2x1 tab
PROGNOSIS
Dubia

TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Osteosarkoma merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel primitif pada
bagian metafise dari tulang panjang pada orang muda. Pembentukannya berasal dari
seri osteoblas dari sel mesenkim primitif. Osteosarkoma merupakan tumor ganas
primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang buruk.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering
kedua setelah multiple myeloma dengan prognosis yang buruk. Osteosarkoma banyak
menyerang remaja dan dewasa muda, dengan usia berkisar antara 10-25 tahun.
Jumlah kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh adanya
degenerasi maligna, terutama pada penyakit Paget. Bagian tulang yang sering terkena
adalah bagian yang paling aktif pertumbuhan epifisenya, yaitu bagian distal femur,
bagian proksimal tibia atau fibula, bagian proksimal humerus, dan bagian pelvis.
Tetapi tidak menutup kemungkinan menyerang tulang-tulang lain seperti tulangtulang pada tangan, kaki, dan tulang wajah. Pada penderita yang lebih tua,
osteosarkoma dapat berkembang sebagai komplikasi dari penyakit paget yang
berprognosis buruk.
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering
dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan
mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
B. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Menurut badan kesehatan dunia (WHO) setiap tahun jumlah penderita kanker
6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara
100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun.

Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15
25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui.
Tumor Frequency
Telangiectatic
Parosteal
Periosteal
Gnathic
Small cell
Intraosseous, low grade
Surface, high grade
Secondary

%
3.5-11
3-4
1-2
6-9
1
<1
<1
5-7

Di Amerika Serikat insiden pada usia kurang dari 20 tahun adalah 4.8 kasus
per satu juta populasi. Insiden dari osteosarkoma konvensional paling tinggi pada usia
10-20 tahun, Setidaknya 75% dari kasus osteosarkoma adalah osteosarkoma
konvensional. Observasi ini berhubungan dengan periode maksimal dari pertumbuhan
skeletal. Namun terdapat juga insiden osteosarkoma sekunder yang rendah pada usia
60 tahun, yang biasanya berhubungan dengan penyakit paget.

C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai


macam faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
injury. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan osteosarcoma.
2

Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya

osteosarcoma

ini. Salah satu contoh

adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang
aneurismal,

fibrous

displasia,

setelah

3-40 tahun dapat mengakibatkan

osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada

dugaan

bahwa

penggunaan

thorium

untuk

penderita

tuberculosis

mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.


4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembangan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )
Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit pada osteosarkoma belum dapat diketahui dengan


jelas dan pasti, dari beberapa penelitian mengungkapkan adanya pembelahan sel-sel
tumor disebabkan karena tubuh kehilangan gen suppressor tumor, sehingga sel-sel
tulang dapat membelah tanpa terkendali.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel
tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Adanya tumor tulang
Jaringan lunak di invasi oleh tumor
Reaksi tulang normal
Osteolitik (destruksi tulang)
Osteoblastik (pembentukan tulang)
Destruksi tulang local
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
Pertumbuhan tulang yang abortif

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya, maka
osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi atau variasi yaitu:
1

Osteosarkoma klasik

Osteosarkoma klasik merupakan tipe yang paling sering dijumpai.


Tipe ini disebut juga: osteosarkoma intrameduler derajat tinggi (High-Grade
Intramedullary Osteosarcoma). Tipe ini sering terdapat di daerah lutut pada
anak-anak dan dewasa muda, terbanyak pada distal dari femur. Sangat jarang
ditemukan pada tulang kecil di kaki maupun di tangan, begitu juga pada
kolumna vertebralis. Apabila terdapat pada kaki biasanya mengenai tulang
besar pada kaki bagian belakang (hind foot) yaitu pada tulang talus dan
calcaneus, dengan prognosis yang lebih jelek.
2

Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis


Telangiectasis osteosarkoma pada plain radiografi kelihatan gambaran
lesi yang radiolusen dengan sedikit kalsifikasi atau pembentukan tulang.
Dengan gambaran seperti ini sering dikelirukan dengan lesi benigna pada
tulang seperti aneurysmal bone cyst. Terjadi pada umur yang sama dengan
klasik osteosarkoma. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang sangat
tinggi dan sangat agresif. Diagnosis dengan biopsi sangat sulit oleh karena
tumor sedikit jaringan yang padat, dan sangat vaskuler. Pengobatannya sama
dengan osteosarkoma klasik, dan sangat resposif terhadap adjuvant
chemotherapy.

Parosteal osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada
permukaan tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari fibroblas
dan membentuk woven bone atau lamellar bone. Biasanya terjadi pada umur
lebih tua dari osteosarkoma klasik, yaitu pada umur 20 sampai 40 tahun.
Bagian posterior dari distal femurmerupakan daerah predileksi yang paling
sering, selain bisa juga mengenai tulang-tulang panjang lainnya. Tumor
dimulai dari daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar, yang makin lama
lesi ini bisa invasi kedalam korteks dan masuk ke endosteal. Pengobatannya
adalah dengan cara operasi, melakukan eksisi dari tumor dan survival ratenya
bisa mencapai 80 - 90%.

Periosteal osteosarkoma
Periosteal osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang
(moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat
kondroblastik, dan sering terdapat pada daerah proksimal tibia.Sering juga
terdapat pada diafise tulang panjang seperti pada femur dan bahkan bisa pada
tulang pipih seperti mandibula. Terjadi pada umur yang sama dengan pada
klasik osteosarkoma. Derajat metastasenya lebih rendah dari osteosarkoma
klasik yaitu 20%- 35% terutama ke paru-paru.
Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (widemargin surgical resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan
dilanjutkan sampai post-operasi.

Osteosarkoma sekunder
Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang
mengalami mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua,
misalnya bisa berasal dari pagets disease, osteoblastoma, fibous dysplasia,
benign giant cell tumor. Contoh klasik dari osteosarkoma sekuder adalah yang
berasal dari paget disease yang disebut pagetic osteosarcomas. Di Eropa
merupakan 3% dari seluruh osteosarkoma dan terjadi pada umur tua. Lokasi
yang tersering adalah di humerus, kemudian di daerah pelvis dan femur.
Perjalanan penyakit sampai mengalami degenerasi ganas memakan waktu
cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan mengeluh nyeri pada daerah
inflamasi dari pagets disease. Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul
oleh terjadinya destruksi tulang. Prognosis dari pagetic osteosarcoma sangat
jelek dengan five years survival rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi
pada orang tua, maka pengobatan dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan
karena toleransinya rendah.

Osteosarkoma intrameduler derajat rendah


Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat
rendah yang terletak intrameduler. Secara mikroskopik gambarannya mirip

parosteal osteosarkoma. Lokasinya pada daerah metafise tulang dan terbanyak


pada daerah lutut. Penderita biasanya mempunyai umur yang lebih tua yaitu
antara 15- 65 tahun, mengenai laki-laki dan wanita hampir sama.
Pada pemeriksaan radiografi, tampak gambaran sklerotik pada daerah
intrameduler metafise tulang panjang. Seperti pada parosteal osteosarkoma,
osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis yang baik dengan hanya
melakukan lokal eksisi saja.
7

Osteosarkoma akibat radiasi


Osteosarkoma bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi melebihi dari
30Gy.Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara 3- 35 tahun, dan derajat
keganasannya

sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan angka

metastasenya tinggi.
8

Multisentrik osteosarkoma
Disebut juga Multifocal Osteosarcoma. Variasi ini sangat jarang yaitu
terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal
ini sangat sulit membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada
lebih dari satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastase.
Ada dua tipe yaitu: tipe Synchronous dimana terdapatnya lesi secara
bersamaan pada lebih dari satu tulang. Tipe ini sering terdapat pada anak-anak
dan remaja dengan tingkat keganasannya sangat tinggi. Tipe lainnya adalah
tipe Metachronous yang terdapat pada orang dewasa, yaitu terdapat tumor
pada tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah pengobatan tumor
pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.

Stadium
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak
tepat untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk
bermetastase ke kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem
stadium berdasarkan derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya

metastase. Sistem ini dapat digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor
tulang dan jaringan lunak). Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan derajat
histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen
dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.

Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara


periosteum. Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika
osteosarkoma telah menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB.
Untuk kepentingan secara praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien
tanpa metastase (localized osteosarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic
osteosarkoma).
E. GAMBARAN KLINIS dan PEMERIKSAAN FISIK
1

Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena.


Penderita biasanya datang karena nyeri atau adanya benjolan. Pada hal
keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan sering kali dihubungkan
dengan trauma. Nyeri semakin bertambah, dirasakan bahkan saat istirahat atau
pada malam hari dan tidak berhubungan dengan aktivitas.Terdapat benjolan
pada daerah dekat sendi yang sering kali sangat besar, nyeri tekan dan tampak
pelebaran pembuluh darah pada kulit di permukaannya. Tidak jarang

menimbulkan efusi pada sendi yang berdekatan. Sering juga ditemukan


2
3

adanya patah tulang patologis.


Fraktur patologik.
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas.
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya

pelebaran vena
Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien

didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat
aktifitas dan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma,
meskipun peran trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat
jarang terjadi, terkecuali pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi
fraktur patologis.
Nyeri pada

ekstremitas

dapat

menyebabkan

kekakuan.

Riwayat

pembengkakan dapat ada atau tidak, tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala
sistemik, seperti demam atau keringat malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada
paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala respiratorik dan biasanya menandakan
keterlibatan paru yang luas.

Gambar: Pasien dengan osteosarkoma di femur distal

Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor.
Massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada
palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi
dapat terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit. Penurunan range of motion pada
sendi yang sakit dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik. Lymphadenopathy
merupakan hal yang sangat jarang terjadi.
Bukti radiologis dari deposit metastase pada paru dan tempat lainnya
ditemukan pada 10% sampai 20% pasien pada saat diagnosis, dengan 85% sampai
90% metastase berada pada paru-paru. Tempat metastase lainnya yang paling sering
adalah pada tulang, metastase pada tulang lainnya dapat soliter atau multipel.
Sindrom dari osteosarkoma multipel ditujukan pada adanya multipel tumor pada
berbagai tulang, dengan keterlibatan metafisis yang simetris.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1

Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan

penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum


pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi.
Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH)
dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat
diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai metastase pada
paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang
dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH
normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk:

LDH
ALP (kepentingan prognostik)
Hitung darah lengkap

Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase

(ALT), bilirubin, dan albumin.


Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium,

phosphorus.
Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine
2

Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk

investigasi. Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang penting dalam


usaha menegakan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti dapat juga ditegakan
dengan pemeriksaan radiologis. Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI
digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitif apabila dibandingkan dengan MRI
untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk mendeteksi metastase
pada tulang atau tumor synchoronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan
bone scan.
Beberapa hal yang perlu diingat kembali dalam rangka menganalisis tumor
tulang pada foto rontgen adalah :
-

Pada anak-anak tulang panjang dibagi dalam epifisis, metafisis, dan diafisis.
Antara metafisis dan epifisis terdapat lempeng epifisis. Banyak neonatus
epifisis tulang belum mengalami osifikasi sehingga belum dapat dilihat pada
foto rontgen.

Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periost. Korteks
dan spongiosa dapat dilihat pada foto rontgen, tetapi periost tidak. Bila karena
suatu proses dalam tulang, misalnya radang atau neoplasma, periost
mengalami iritasi atau terangkat, maka periost akan membentuk tulang
dibawahnya yang dikenal sebagai periosteal.

Gambaran reaksi periosteal bermacam-macan

Berupa garis-garis yang sejajar dengan korteks disebut lamelar.

Berupa garis-garis yang tegal lurus pada korteks disebut sunray


appearance.

Berupa seperti renda, dan sebagainya.

Pada osteosarkoma terdapat 3 gambaran radiologi, yaitu :


1. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama. Tumor
tumbuh dari ujung metaphisis kearah diaphisis dan sedikit reaksi periosteal dan
terjadi destruksi korteks. Bentuk ini mempunyai batas tak tegas dengan gambaran
spikula dan segitiga codmann (codmann triangle). Pada codmanns triangle ini
biasanya terjadi kalsifikasi dan pembengkakan.
2. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor tulang.
Gambaran tumor tampak lebih putih dengan batas irreguler. Pada bentuk ini terjadi
kalsifikasi jaringan lunak sehingga densitas meningkat, terdapat pula reaksi periosteal
berupa sunray atau sun burst. Sunray terjadi sebelum metastase tumor, berupa garisgaris tipis (seperti sinar) yang tegak lurus dengan aksis tulang. Kortek menuju ke
jaringan lunak dan menyebabkan jaringan lunak bengkak. Sunburst merupakan
gambaran seprti ledakan matahari.
3. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor
tulang
X-Ray
Tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada medula dan terlihat
sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium yang
masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat lamelar atau seperti
garis-garis tegak lurus pada tulang (sunray appearance). Dengan membesarnya
tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang meluas
keluar tulang. Dari reaksi periosteal itu hanya sisanya yaitu pada tepi yang masih
dapat dilihat, berbentuk segitiga dan dikenal sebagai segitiga Codman. Pada
kebanyakan tumor ini terjadi penulangan ( ossifikasi ) dalam jaringan tumor sehingga

gambaran radiologiknya variable bergantung pada banyak sedikitnya penulangan


yang terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomielitis.
Pemeriksaan X-ray didapat bermacam-macam gambaran, yaitu daerah
berawan osteolitik yang disertai dengan daerah osteoblastik. Batas endosteal kurang
jelas. Terkadang korteks terbuka dan tumor melebar ke jaringan sekitarnya, saat itulah
terbentuk suatu garis tulang baru, melebar keluar dari korteks yang disebut efek
sunrays. Ketika tumor keluar dari korteksnya terjadi reaktivasi pembentukan tulang
baru yang menyebabkan peningkatan periosteum (segitiga Codman). Kedua
gambaran itu merupakan tanda khas untuk osteosarcoma.

Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan
difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.

Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) dan masa


jaringan lunak yang luas (black arrow).

Reaksi periosteal ketika tumor telah menembus kortek, sunburst appearance.

Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:


Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, ataupada organorgan tertentu.
Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
Jenis tulang yang terkena.
Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi pada
periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan,
terutama pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di
mandibula dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang
berhubungan dengan osteosarkoma sekunder). Gambaran cross-sectional memberikan
gambaran yang lebih jelas dari destruksi tulang dan penyebaran pada jaringan lunak
sekitarnya daripada foto polos. CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam
jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT terutama sangat
membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan.

CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang, namun merupakan
modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru. CT sangat
berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma
telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras
dapat membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras
diberikan maka akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang kistik.
MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor
karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak.
MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari
osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat.
Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen
pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak
yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor
intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus
adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah diketahui sering terjadi
daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto polos.
Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama
dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari
lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang
secara anatomis terpisah dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang
sama. Deposit sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular skip
metastase. Pasien dengan skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan
adanya metastase jauh dan interval survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari
penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan
hubungan tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting
untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang

terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat menyebar
menuju tulang subartikular dan kartilago.

Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari
lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous
biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan
modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal,
karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal.
Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan
lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari
lesi.
Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene
diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit
multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip
lesion paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan
peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak
spesifik. Untuk osteosarcoma low-grade gambaran rontgen menunjukkan gambaran
radioopak pada masa tulang di permukaan atau mengelilingi tulang, korteks tidak

rusak dan biasanya ada jarak antara korteks dan tumor. Pada CT scan dan MRI akan
menunjukkan perbatasan antara tumor dengan jaringan lunak sekitarnya. Untuk tumor
dengan keganasan tinggi pada pemeriksaan rontgen akan menunjukkan defek
superficial dari korteks tetapi pada CT scan dan MRI dapat melihat sebagai suatu
masa jaringan lunak yang lebih besar.
Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan angiografi
dapat ditentukan diagnose jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada High-grade
osteosarcoma akan ditemukan adanya neovaskularisasi yang sangat ekstensif. Selain
itu angiografi dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperative
chemotheraphy, yang mana apabila terjadi mengurang atau hilangnya vaskularisasi
tumor menandakan respon terapi kemoterapi preoperative berhasil.
Biopsi
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma. Biopsi
yang dikerjakan tidak benar sering kali menyebabkan kesalahan diagnosis
(misdiagnosis) yang lebih lanjut akan berakibat fatal terhadap penentuan tindakan.
Akhir-akhir ini banyak dianjurkan dengan biopsi jarum perkutan (percutaneous
needle biopsy) dengan berbagai keuntungan seperti: invasi yang sangat minimal,
tidak memerlukan waktu penyembuhan luka operasi, risiko infeksi rendah dan bahkan
tidak ada, dan terjadinya patah tulang post biopsy dapat dicegah.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
Biopsi tertutup
dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA) dengan menggunakan
sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukan diagnosis pada tumor.
Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi terbuka
dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk

pemeriksaan histologis dan pemeriksaan ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan


jaringan, dan mengurangi kecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas
(seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi
berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .
Pada gambaran histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high-grade
sarcomatous dengan sel osteoblast yang ganas, yang akan membentuk jaringan
osteoid dan tulang. Pada bagian sentral akan terjadi mineralisasi yang banyak,
sedangkan bagian perifer mineralisasinya sedikit. Sel-sel tumor biasanya anaplastik,
dengan nukleus yang pleomorphik dan banyak mitosis. Kadang-kadang pada
beberapa tempat dari tumor akan terjadi diferensiasi kondroblastik atau fibroblastik
diantara jaringan tumor yang membentuk osteoid.

Gambar Patologi : Gambaran histologinya bervariasi.


Kriteria untuk diagnosis adalah didapatnya stroma sarkoma dengan
pembentukan osteoid neoplastik dari tulang disertai gambaran anaplasia yang
menyolok. Sel-sel ganas menembus rongga antara kumpulan osteoid.
G. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa kelainan yang menimbulkan bentukan massa pada tulang sering
sulit dibedakan dengan osteosarkoma, baik secara klinis maupun dengan
pemeriksaan pencitraan. Adapun kelainan-kelainan tersebut adalah:
1. Ewings sarcoma
2. Osteomyelitis
3. Osteoblastoma

4. Giant cell tumor


5. Aneurysmal bone cyst
6. Fibrous dysplasia

H. PENATALAKSANAAN
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb sparing dan diikuti dengan
postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen. Osteosarkoma merupakan
tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai peranan penting
dalam manajemen rutin.
a

Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi osteosarkoma ditangani secara primer hanya
dengan pembedahan (amputasi). Meskipun dapat mengontrol tumor secara lokal
dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang biasanya
berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa saat
diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant terapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam
mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat diredeksi.
Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah
pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat
memberikan parameter faktor prognosa. Obat yang efektif adalah Dexorubicin,
Ifosfamide, Cisplatin, dan Methrotexate tinggi dosis tinggi dengan Leucovorin.

b Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus
sampai batas bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani
pembedahan jika memungkinan reseksi dari tumor primer. Tipe dari pembedahan
yang diperlukan tergantung dari beberapa faktor yang harus di evaluasi dari

pasien secara individual. Batas radikal didefinisikan sebagai pengangkatan


seluruh kompartemen yang terlihat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan.
Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika
dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5
year survival rate sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan sengan
hanya radikal amputasi.
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam
operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan
melakukan rekonstrusinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan
dari ektremitas merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi.
Dengan

memberikan

kemoterapi

preoperatif

(induction

neoadjuvant

chemotherpy) melakukan operasi mempertahankan ekstremitas (limb-sparing


resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman dan mudah,
sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari penderita
osteosarkoma.
Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan survival rate antara
operasi amputasi dengan limb-sparing resection. Amputasi terpaksa dikerjakan
apabila prosedur limb-salvage tidak dapat atau tidak memungkinkan lagi
dikerjakan.
Fraktur patologis dengan kontaminasi semua kompartemen dapat
mengekslusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat
dilakukan pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb
salvage dapat dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan
pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada
ekstremitas dapat ditangani dengan pembedahan limb salvage dan tidak
membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan maka dapat dilakukan rekonstruksi
limb salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual sebagai
berikut :

Autologus bone graft : hal ini dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan
tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien
yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan
yang terbatas untuk fiksasi tulang yang syabil (osteosynthesis).

Allograft : penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan


terutama selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.

Prothesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan protesis dapat soliter


atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar.
Durabilitas merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant
untuk pasien remaja.

Rotationplasty : teknik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor


yang berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran
tumor yang besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi. Selama
reseksi tumor pembukuh darah diperbaiki dengan cara end to end
anastomosis untuk mempertahankan patensi dari pembuluh darah.
Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180 derajat dan disatukan
dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi
ankle menjadi sendi knee yang fungsional.

Resection of pulmonary nodul : nodul metastase pada paru-paru dapat


disembuhkan secara total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau
pneumonectomy biasanya siperlukan untuk mendapatkan batas bebas
tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan pembedahan
tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat di reseksi melalui
media sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika
menggunakan lateral thoracotomy. Oleh karena itu direkomendasikan
untuk melakukan bilateral thoracotomy untuk metastase yang bilateral
(masing masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu).

Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi kehilangan cukup banyak dari tulang
dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi
kembali dari ekstremitas tersebut. Biasanya untuk rekonstruksi digunakan endoprostesis dari methal. Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga
penderita dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat, memberikan
stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan memuaskan.
Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi postoperasinya
dibanding dengan menggunakan bone graft.

Follow-up Post-operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada
sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan
pengawasan terhadap kekambuhan tumor secara lokal maupun adanya metastase, dan
komplikasi terhadap proses rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi
terhadap rekonstruksinya adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik.
Pemeriksaan fisik secara rutin pada tempat operasinya maupun secara sistemik
terhadap terjadinya kekambuhan maupun adanya metastase. Pembuatan plain-foto
dan CT scan dari lokal ekstremitasnya maupun pada paru-paru merupakan hal yang
harus dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama
post opersinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya.
c

Penanganan jangka panjang

Rawat inap
Siklus kemoterapi : hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk
rumah sakit untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk
Dexorubicin, Ifosfamide, Cisplatin, dan Methrotexate. Pasien yang

ditangani dengan agen alkylating dosis tinggi mempunyai resiko tinggi


untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus
selalu dilakukan secara periodik.
Demam dan neutropenia : dipelukan antibiotik intravena
Kontrol lokal : penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal
dari tumor (pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dan
metastase juga dilakukan pada saat ini.

Rawat jalan
Hitung jenis darah : pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua
kali seminggu terhadap granulocyte coloy simulating factor (G-CSF)
pasien, pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung neutrophil
mencapai nilai 1000 atau 5000/L.
Kimia darah : sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati
pada pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas terutama
jika penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
Monitoring rekurensi : monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab
darah dan radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu.
Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama,
kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.
Follow up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi
selama lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors
jangka panjang. Individu ini harus berkunjung untuk monitoring dengan
pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada
termasuk evaluasi hormonal, psychososial, kardiologi dan neurologi.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi dari ostesarcoma adalah penyebaran (metastasis) ke organ lain seperti


tulang, paru dan otak.
J. PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari tumor, adanya
metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang dinilai setelah kemoterapi.
a

Lokasi tumor
Lokasi tumor mempunyai faktor prognostik yang signifikan pada tumor yang
terlokalisasi. Diantara tumor yang berada pada ekstremitas, lokasi yang lebih
distal mempunyai nilai prognosa yang lebih baik daripada tumor yang
berlokasi lebih proksimal. Tumor yang berada pada tulang belakang
mempunyai resiko yang paling besar untuk progresifitas dan kematian.
Osteosarkoma yang berada pada pelvis sekitar 7-9% dari semua osteosarkoma
dengan tingkat survival sebasar 20-50%.

Ukuran tumor
Tumor yang berukuran besar menunjukan prognosa yang lebih buruk
dibandingkan tumor yang lebih kecil. Ukuran tumor dihitung berdasarkan
ukuran paling panjang yang dapat terukur.

Metastase
Pasien dengan tumor yang terlokalisasi mempunyai prognosa yang lebih baik
daripada yang mempunyai metastase. Sekitar 20% pasien akan mempunyai
metastase pada saat didiagnose, dengan paru-paru merupakan tempat tersering
lokasi metastase. Prognosa pasien dengan metastase bergantung pada lokasi
metastase, jumlah metastase, dan respectability dari metastase. Pasien yang
menjalani pengangkatan lengkap dari tumor primer dan metastase setelah
kemoterapi mungkin dapat bertahan dalam jangka panjang, meskipun secara

keseluruhan prediksi bebas tumor hanya sebesar 20% sampai 30% untuk
pasien dengan metastase saat diagnosis.
Prognosis juga terlihat lebih baik pada pasien degan nodul pulmoner yang
sedikit dan unilateral, bila dibandingkan dengan nodul yang bilateral, namun
bagaimanapun juga adanya nodul yang terdeteksi bukan berarti metastase.
Derajat nekrosis dari tumor setelah kemoterapi tetap merupakan factor
prognostic. Pasien dengan skip metastase dan osteosarkoma multifocal terlihat
mempunyai prognosa yang lebih buruk.
d

Reseksi tumor
Kemampuan untuk direseksi dari tumor mempunyai factor prognosa karena
osteosarkoma relative resisten terhadap radioterapi. Reseksi yang lengkap dari
tumor sampai batas bebas tumor penting untuk kesembuhan.

Nekrosis tumor setelah induksi kemoterapi


Kebanyakan protocol untuk osteosarkoma merupakan penggunaan dari
kemoterapi sebelum dilakukan reseksi tumor primer, atau reseksi metastase
pada pasien dengan metastase. Derajat nekrosis yang lebih besar atau sama
dengan 90% dari tumor primer setelah induksi dari kemoterapi mempunyai
prognosa yang lebih baik daripada derajat nekrosis yang kurang dari 90%,
dimana pasien ini mempunyai derajat rekurensi 2 tahun yang lebih tinggi.
Tingkat kesembuhan pasien dengan nekrosis yang sedikit atau sama sekali
tidak ada, lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kesembuhan pasien
tanpa kemoterapi.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum

terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5


tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika
tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara

penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan


radikal diikuti kemotherapy.
Pada permulaannya prognosis Osteosarkoma adalah buruk. 5 years Survival
Rate-nya hanya berkisar antara 10-20%. Belakangan ini dengan terapi adjuvan berupa
sitostatik yang agresif dan intensif yang diberikan prabedah dan pasca bedah maka
Survival Rate menjadi lebih baik dapat mencapai 60-70%. Berkat terapi adjuvan juga
terapi amputasi belakangan ini sudah berkurang, sekarang pada pusat-pusat
pengobatan kanker yang lengkap, maka terapi non amputasi atau Limb Salvage lebih
sering dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Gebhardt, Mark C, Hornicek, Francis J. Osteosarcoma. Orthopaedic knowledge
update musculoskeletal tumors. American Academy of Orthopaedic
Surgeons. 2002.p.175-82. 1st ed. McGraw-Hill: New York

Hide

Geoff.

2010. Osteosarcoma,

Variants.

article/394057-overview, .
Kawiyana S. 2009.
Osteosarcoma,

http://emedicine.medscape.com/

Diagnosis

dan

Penanganannya.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dr%20siki_9.pdf, .
Mehlman T. Charles. 2010. Osteosarcoma. http://emedicine.medscape.com/
article/1256857-overview, .
National Cancer Institute. 2010. Osteosarkoma and Malignant Fibrous Histiocytoma
of Bone Treatment. http://www.cancer.gov, .
Patel SR, Benjamin RS. 2008. Soft Tissue and Bone Sarcomas and Bone Metastases.
dalam: Kasper DL et al. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed.
USA: McGRAW-HILL.
Paul and Juhls. Essetials of Radiologic Imaging Fifth Edition. Philadelphia: J.B.
Lippincott Company. 1987; 164 7.
Rasad, Sjahriar : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2006. Hal 81.
Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan kuliah ilmu bedah. 2008. Edisi 2. Hal.522-533.
Binarupa Aksara : Tangerang.
Salter Robert. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System
Third Edition. William & Wilkins. 1999; 379 403.
Skinner, Harry B. Current diagnosis & treatment in orthopaedics. Lange Medical
Book. 3rd ed. 2003.p.312-8. McGraw-Hill : NewYork
Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging Fifth Edition. London: Churchill
Livingstone. 1992. Vol 1; 136 46.

Anda mungkin juga menyukai