OSTEOSARCOMA
Oleh:
dr. Mia Marella Rachman
Pembimbing :
dr. Pradopo Sp.B
Pendamping :
dr. Masrifah
dr. M. Wildan Khusnindar
RSUD PACITAN
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER
PACITAN
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Internship
OSTEOSARCOMA
Disusun oleh :
dr. Mia Marella Rachman
Mengetahui
Dokter Pembimbing
RSUD PACITAN
2014
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 24 tahun
Pekerjaan
Alamat
: Tulakan
No. RM
: 205020
Tanggal Kunjungan
: 17 Desember 2013
KELUHAN UTAMA
Nyeri pada lutut kiri.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Pacitan dengan keluhan nyeri pada lutut kiri
kambuh-kambuhan sejak 4 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat sejak
1 bulan yang lalu, disertai dengan benjolan yang tiba-tiba membesar di bagian
belakang lutut kiri. Pasien mengeluhkan lutut kiri terasa nyeri, linu, lemah dan terasa
panas. Pasien merasakan paha kirinya mulai mengecil dan mulai kesulitan untuk
berjalan dengan normal. Pasien sudah berobat ke dokter namun belum membaik.
Pasien juga sudah dirontgen lututnya pada bulan November namun dinyatakan tidak
ada kelainan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti ini sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37 0C
HR: 80x/mnt
RR 22x/mnt
STATUS GENERALIS
Kepala
: Simetris, mesochepal
Mata
Hidung
: Discharge (-/-)
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
-
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Ekstremitas
: Superior
: Edema (-/-)
Inferior
: Edema (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ro Genu Sinistra AP/Lateral :
-
Tampak destructive litic lesion moth eaten permeative type di daerah epifisis
metafisis diafisis os tibialis et fibula sinistra yang kesannya disertai
periosteal reaction dan soft tissue bulging.
- Osteomyelitis
Osteoblastoma
Ewing Sarcoma
TERAPI
Rujuk
Novalgin 3 x 1 tab
Nonflamin 2x1 tab
PROGNOSIS
Dubia
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Osteosarkoma merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel primitif pada
bagian metafise dari tulang panjang pada orang muda. Pembentukannya berasal dari
seri osteoblas dari sel mesenkim primitif. Osteosarkoma merupakan tumor ganas
primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang buruk.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering
kedua setelah multiple myeloma dengan prognosis yang buruk. Osteosarkoma banyak
menyerang remaja dan dewasa muda, dengan usia berkisar antara 10-25 tahun.
Jumlah kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh adanya
degenerasi maligna, terutama pada penyakit Paget. Bagian tulang yang sering terkena
adalah bagian yang paling aktif pertumbuhan epifisenya, yaitu bagian distal femur,
bagian proksimal tibia atau fibula, bagian proksimal humerus, dan bagian pelvis.
Tetapi tidak menutup kemungkinan menyerang tulang-tulang lain seperti tulangtulang pada tangan, kaki, dan tulang wajah. Pada penderita yang lebih tua,
osteosarkoma dapat berkembang sebagai komplikasi dari penyakit paget yang
berprognosis buruk.
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering
dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan
mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
B. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Menurut badan kesehatan dunia (WHO) setiap tahun jumlah penderita kanker
6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara
100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15
25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui.
Tumor Frequency
Telangiectatic
Parosteal
Periosteal
Gnathic
Small cell
Intraosseous, low grade
Surface, high grade
Secondary
%
3.5-11
3-4
1-2
6-9
1
<1
<1
5-7
Di Amerika Serikat insiden pada usia kurang dari 20 tahun adalah 4.8 kasus
per satu juta populasi. Insiden dari osteosarkoma konvensional paling tinggi pada usia
10-20 tahun, Setidaknya 75% dari kasus osteosarkoma adalah osteosarkoma
konvensional. Observasi ini berhubungan dengan periode maksimal dari pertumbuhan
skeletal. Namun terdapat juga insiden osteosarkoma sekunder yang rendah pada usia
60 tahun, yang biasanya berhubungan dengan penyakit paget.
Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarcoma
adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang
aneurismal,
fibrous
displasia,
setelah
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada
dugaan
bahwa
penggunaan
thorium
untuk
penderita
tuberculosis
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya, maka
osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi atau variasi yaitu:
1
Osteosarkoma klasik
Parosteal osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada
permukaan tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari fibroblas
dan membentuk woven bone atau lamellar bone. Biasanya terjadi pada umur
lebih tua dari osteosarkoma klasik, yaitu pada umur 20 sampai 40 tahun.
Bagian posterior dari distal femurmerupakan daerah predileksi yang paling
sering, selain bisa juga mengenai tulang-tulang panjang lainnya. Tumor
dimulai dari daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar, yang makin lama
lesi ini bisa invasi kedalam korteks dan masuk ke endosteal. Pengobatannya
adalah dengan cara operasi, melakukan eksisi dari tumor dan survival ratenya
bisa mencapai 80 - 90%.
Periosteal osteosarkoma
Periosteal osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang
(moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat
kondroblastik, dan sering terdapat pada daerah proksimal tibia.Sering juga
terdapat pada diafise tulang panjang seperti pada femur dan bahkan bisa pada
tulang pipih seperti mandibula. Terjadi pada umur yang sama dengan pada
klasik osteosarkoma. Derajat metastasenya lebih rendah dari osteosarkoma
klasik yaitu 20%- 35% terutama ke paru-paru.
Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (widemargin surgical resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan
dilanjutkan sampai post-operasi.
Osteosarkoma sekunder
Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang
mengalami mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua,
misalnya bisa berasal dari pagets disease, osteoblastoma, fibous dysplasia,
benign giant cell tumor. Contoh klasik dari osteosarkoma sekuder adalah yang
berasal dari paget disease yang disebut pagetic osteosarcomas. Di Eropa
merupakan 3% dari seluruh osteosarkoma dan terjadi pada umur tua. Lokasi
yang tersering adalah di humerus, kemudian di daerah pelvis dan femur.
Perjalanan penyakit sampai mengalami degenerasi ganas memakan waktu
cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan mengeluh nyeri pada daerah
inflamasi dari pagets disease. Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul
oleh terjadinya destruksi tulang. Prognosis dari pagetic osteosarcoma sangat
jelek dengan five years survival rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi
pada orang tua, maka pengobatan dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan
karena toleransinya rendah.
metastasenya tinggi.
8
Multisentrik osteosarkoma
Disebut juga Multifocal Osteosarcoma. Variasi ini sangat jarang yaitu
terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal
ini sangat sulit membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada
lebih dari satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastase.
Ada dua tipe yaitu: tipe Synchronous dimana terdapatnya lesi secara
bersamaan pada lebih dari satu tulang. Tipe ini sering terdapat pada anak-anak
dan remaja dengan tingkat keganasannya sangat tinggi. Tipe lainnya adalah
tipe Metachronous yang terdapat pada orang dewasa, yaitu terdapat tumor
pada tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah pengobatan tumor
pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.
Stadium
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak
tepat untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk
bermetastase ke kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem
stadium berdasarkan derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya
metastase. Sistem ini dapat digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor
tulang dan jaringan lunak). Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan derajat
histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen
dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
terbatas.
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat
aktifitas dan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma,
meskipun peran trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat
jarang terjadi, terkecuali pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi
fraktur patologis.
Nyeri pada
ekstremitas
dapat
menyebabkan
kekakuan.
Riwayat
pembengkakan dapat ada atau tidak, tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala
sistemik, seperti demam atau keringat malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada
paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala respiratorik dan biasanya menandakan
keterlibatan paru yang luas.
Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor.
Massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada
palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi
dapat terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit. Penurunan range of motion pada
sendi yang sakit dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik. Lymphadenopathy
merupakan hal yang sangat jarang terjadi.
Bukti radiologis dari deposit metastase pada paru dan tempat lainnya
ditemukan pada 10% sampai 20% pasien pada saat diagnosis, dengan 85% sampai
90% metastase berada pada paru-paru. Tempat metastase lainnya yang paling sering
adalah pada tulang, metastase pada tulang lainnya dapat soliter atau multipel.
Sindrom dari osteosarkoma multipel ditujukan pada adanya multipel tumor pada
berbagai tulang, dengan keterlibatan metafisis yang simetris.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1
Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
LDH
ALP (kepentingan prognostik)
Hitung darah lengkap
phosphorus.
Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine
2
Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
Pada anak-anak tulang panjang dibagi dalam epifisis, metafisis, dan diafisis.
Antara metafisis dan epifisis terdapat lempeng epifisis. Banyak neonatus
epifisis tulang belum mengalami osifikasi sehingga belum dapat dilihat pada
foto rontgen.
Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periost. Korteks
dan spongiosa dapat dilihat pada foto rontgen, tetapi periost tidak. Bila karena
suatu proses dalam tulang, misalnya radang atau neoplasma, periost
mengalami iritasi atau terangkat, maka periost akan membentuk tulang
dibawahnya yang dikenal sebagai periosteal.
Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan
difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang, namun merupakan
modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru. CT sangat
berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma
telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras
dapat membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras
diberikan maka akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang kistik.
MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor
karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak.
MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari
osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat.
Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen
pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak
yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor
intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus
adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah diketahui sering terjadi
daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto polos.
Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama
dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari
lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang
secara anatomis terpisah dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang
sama. Deposit sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular skip
metastase. Pasien dengan skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan
adanya metastase jauh dan interval survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari
penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan
hubungan tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting
untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang
terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat menyebar
menuju tulang subartikular dan kartilago.
Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari
lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous
biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan
modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal,
karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal.
Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan
lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari
lesi.
Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene
diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit
multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip
lesion paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan
peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak
spesifik. Untuk osteosarcoma low-grade gambaran rontgen menunjukkan gambaran
radioopak pada masa tulang di permukaan atau mengelilingi tulang, korteks tidak
rusak dan biasanya ada jarak antara korteks dan tumor. Pada CT scan dan MRI akan
menunjukkan perbatasan antara tumor dengan jaringan lunak sekitarnya. Untuk tumor
dengan keganasan tinggi pada pemeriksaan rontgen akan menunjukkan defek
superficial dari korteks tetapi pada CT scan dan MRI dapat melihat sebagai suatu
masa jaringan lunak yang lebih besar.
Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan angiografi
dapat ditentukan diagnose jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada High-grade
osteosarcoma akan ditemukan adanya neovaskularisasi yang sangat ekstensif. Selain
itu angiografi dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperative
chemotheraphy, yang mana apabila terjadi mengurang atau hilangnya vaskularisasi
tumor menandakan respon terapi kemoterapi preoperative berhasil.
Biopsi
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma. Biopsi
yang dikerjakan tidak benar sering kali menyebabkan kesalahan diagnosis
(misdiagnosis) yang lebih lanjut akan berakibat fatal terhadap penentuan tindakan.
Akhir-akhir ini banyak dianjurkan dengan biopsi jarum perkutan (percutaneous
needle biopsy) dengan berbagai keuntungan seperti: invasi yang sangat minimal,
tidak memerlukan waktu penyembuhan luka operasi, risiko infeksi rendah dan bahkan
tidak ada, dan terjadinya patah tulang post biopsy dapat dicegah.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
Biopsi tertutup
dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA) dengan menggunakan
sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukan diagnosis pada tumor.
Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi terbuka
dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk
H. PENATALAKSANAAN
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb sparing dan diikuti dengan
postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen. Osteosarkoma merupakan
tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai peranan penting
dalam manajemen rutin.
a
Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi osteosarkoma ditangani secara primer hanya
dengan pembedahan (amputasi). Meskipun dapat mengontrol tumor secara lokal
dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang biasanya
berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa saat
diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant terapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam
mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat diredeksi.
Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah
pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat
memberikan parameter faktor prognosa. Obat yang efektif adalah Dexorubicin,
Ifosfamide, Cisplatin, dan Methrotexate tinggi dosis tinggi dengan Leucovorin.
b Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus
sampai batas bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani
pembedahan jika memungkinan reseksi dari tumor primer. Tipe dari pembedahan
yang diperlukan tergantung dari beberapa faktor yang harus di evaluasi dari
memberikan
kemoterapi
preoperatif
(induction
neoadjuvant
Autologus bone graft : hal ini dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan
tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien
yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan
yang terbatas untuk fiksasi tulang yang syabil (osteosynthesis).
Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi kehilangan cukup banyak dari tulang
dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi
kembali dari ekstremitas tersebut. Biasanya untuk rekonstruksi digunakan endoprostesis dari methal. Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga
penderita dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat, memberikan
stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan memuaskan.
Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi postoperasinya
dibanding dengan menggunakan bone graft.
Follow-up Post-operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada
sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan
pengawasan terhadap kekambuhan tumor secara lokal maupun adanya metastase, dan
komplikasi terhadap proses rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi
terhadap rekonstruksinya adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik.
Pemeriksaan fisik secara rutin pada tempat operasinya maupun secara sistemik
terhadap terjadinya kekambuhan maupun adanya metastase. Pembuatan plain-foto
dan CT scan dari lokal ekstremitasnya maupun pada paru-paru merupakan hal yang
harus dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama
post opersinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya.
c
Rawat inap
Siklus kemoterapi : hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk
rumah sakit untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk
Dexorubicin, Ifosfamide, Cisplatin, dan Methrotexate. Pasien yang
Rawat jalan
Hitung jenis darah : pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua
kali seminggu terhadap granulocyte coloy simulating factor (G-CSF)
pasien, pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung neutrophil
mencapai nilai 1000 atau 5000/L.
Kimia darah : sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati
pada pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas terutama
jika penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
Monitoring rekurensi : monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab
darah dan radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu.
Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama,
kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.
Follow up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi
selama lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors
jangka panjang. Individu ini harus berkunjung untuk monitoring dengan
pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada
termasuk evaluasi hormonal, psychososial, kardiologi dan neurologi.
I. KOMPLIKASI
Lokasi tumor
Lokasi tumor mempunyai faktor prognostik yang signifikan pada tumor yang
terlokalisasi. Diantara tumor yang berada pada ekstremitas, lokasi yang lebih
distal mempunyai nilai prognosa yang lebih baik daripada tumor yang
berlokasi lebih proksimal. Tumor yang berada pada tulang belakang
mempunyai resiko yang paling besar untuk progresifitas dan kematian.
Osteosarkoma yang berada pada pelvis sekitar 7-9% dari semua osteosarkoma
dengan tingkat survival sebasar 20-50%.
Ukuran tumor
Tumor yang berukuran besar menunjukan prognosa yang lebih buruk
dibandingkan tumor yang lebih kecil. Ukuran tumor dihitung berdasarkan
ukuran paling panjang yang dapat terukur.
Metastase
Pasien dengan tumor yang terlokalisasi mempunyai prognosa yang lebih baik
daripada yang mempunyai metastase. Sekitar 20% pasien akan mempunyai
metastase pada saat didiagnose, dengan paru-paru merupakan tempat tersering
lokasi metastase. Prognosa pasien dengan metastase bergantung pada lokasi
metastase, jumlah metastase, dan respectability dari metastase. Pasien yang
menjalani pengangkatan lengkap dari tumor primer dan metastase setelah
kemoterapi mungkin dapat bertahan dalam jangka panjang, meskipun secara
keseluruhan prediksi bebas tumor hanya sebesar 20% sampai 30% untuk
pasien dengan metastase saat diagnosis.
Prognosis juga terlihat lebih baik pada pasien degan nodul pulmoner yang
sedikit dan unilateral, bila dibandingkan dengan nodul yang bilateral, namun
bagaimanapun juga adanya nodul yang terdeteksi bukan berarti metastase.
Derajat nekrosis dari tumor setelah kemoterapi tetap merupakan factor
prognostic. Pasien dengan skip metastase dan osteosarkoma multifocal terlihat
mempunyai prognosa yang lebih buruk.
d
Reseksi tumor
Kemampuan untuk direseksi dari tumor mempunyai factor prognosa karena
osteosarkoma relative resisten terhadap radioterapi. Reseksi yang lengkap dari
tumor sampai batas bebas tumor penting untuk kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Gebhardt, Mark C, Hornicek, Francis J. Osteosarcoma. Orthopaedic knowledge
update musculoskeletal tumors. American Academy of Orthopaedic
Surgeons. 2002.p.175-82. 1st ed. McGraw-Hill: New York
Hide
Geoff.
2010. Osteosarcoma,
Variants.
article/394057-overview, .
Kawiyana S. 2009.
Osteosarcoma,
http://emedicine.medscape.com/
Diagnosis
dan
Penanganannya.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dr%20siki_9.pdf, .
Mehlman T. Charles. 2010. Osteosarcoma. http://emedicine.medscape.com/
article/1256857-overview, .
National Cancer Institute. 2010. Osteosarkoma and Malignant Fibrous Histiocytoma
of Bone Treatment. http://www.cancer.gov, .
Patel SR, Benjamin RS. 2008. Soft Tissue and Bone Sarcomas and Bone Metastases.
dalam: Kasper DL et al. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed.
USA: McGRAW-HILL.
Paul and Juhls. Essetials of Radiologic Imaging Fifth Edition. Philadelphia: J.B.
Lippincott Company. 1987; 164 7.
Rasad, Sjahriar : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2006. Hal 81.
Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan kuliah ilmu bedah. 2008. Edisi 2. Hal.522-533.
Binarupa Aksara : Tangerang.
Salter Robert. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System
Third Edition. William & Wilkins. 1999; 379 403.
Skinner, Harry B. Current diagnosis & treatment in orthopaedics. Lange Medical
Book. 3rd ed. 2003.p.312-8. McGraw-Hill : NewYork
Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging Fifth Edition. London: Churchill
Livingstone. 1992. Vol 1; 136 46.