Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

BIDANG ILMU PERIODONSIA


KURETASE

Disusun Oleh:
Riska Nurprilaely
G4B017028

Dosen Pembimbing :
drg. Rinawati Satrio, M.Si

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jaringan periodontal adalah jaringan di sekitar perlekatan gigi yang mempunyai

fungsi menyangga gigi. Jaringan ini terdiri dari gingiva, sementum, ligamen

periodontal dan tulang alveolar. Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada

jaringan periodontal. Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor utama terjadinya periodontitis adalah terdapatnya akumulasi

plak pada gigi dan gingiva. Namun ada beberapa faktor yang ikut berkontribusi dalam

peningkatan resiko terjadinya penyakit yaitu keadaan sistemik, faktor kebiasaan dan

lingkungan, dan faktor genetik. Adapun tanda klinis dari periodontitis adanya

inflamasi gingiva dan perdarahan, poket, resesi gingiva, mobilitas gigi, migrasi gigi,

nyeri dan kerusakan tulang alveolar (Newman dkk, 2012).


Poket adalah perluasan kedalaman sulkus gingiva yang diakibatkan oleh adanya

kondisi patologis. Sulkus gingiva pada kondisi sehat memiliki kedalaman 1-3 mm

dengan dasar berupa epitel cekat yang berlekatan pada cemento enamel junction

(CEJ). Pada kondisi patologis kedalaman sulkus akan mengalami perubahan berupa

peningkatan kedalaman karena proliferasi jaringan ikat/ epitel kearah koronal dan

tidak disertai oleh kehilangan perlekatan epitel cekat; atau peningkatan kedalaman

yang disertai kehilangan perlekatan akibat migrasi epitel cekat ke arah apikal. Poket

periodontal yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut seperti

resorbsi tulang alveolar, nekrosis sementum, resorbsi akar gigi, perubahan patologis

pulpa karena infeksi yang berasal dari poket periodontal, dan karies akar akibat

adanya penetrasi bakteri ke tubulus dentin (Suryono, 2014).


Kuretase merupakan salah satu prosedur perawatan bedah periodontal untuk

membersihkan jaringan lunak pada bagian dalam dinding poket dari jaringan

granulasi/ nekrotik dengan tujuan mengganti jaringan granulasi pada dinding poket

dengan luka yang segar yang dapat merangsang aktivitas pagositosis, meresorbsi

toksin, dan jaringan nekrotik sehingga dapat menyembuhkan jaringan (Suryono,

2014).

B. Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah
1. Mengetahui indikasi, kontraindikasi, dan tahapan perawatan poket periodontal

dengan kuretase.
2. Memaparkan kasus pada pasien dengan pilihan perawatan kuretase.
C. Manfaat
Manfaat dari laporan ini adalah memberikan pengetahuan tentang perawatan

poket periodontal dengan kuretase.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Poket Periodontal
Poket adalah perluasan kedalaman sulkus gingiva karena proliferasi jaringan

ikat/ epitel kearah koronal atau karena kerusakan jaringan periodontal diikuti dengan

migrasi epitel cekat ke arah apikal gigi. Sulkus gingiva normal atau dalam keadaan

sehat memiliki kedalaman 1-3 mm dengan dasar sulkus berupa epitel cekat yang

berlekatan pada cemento enamel junction (CEJ) (Suryono, 2014). Poket dapat

dibedakan menjadi 2 antara lain:


1. Poket gingiva
Poket gingiva atau pseudo pocket merupakan poket yang terjadi karena

pembesaran atau enlargement gingiva tanpa disertai oleh kerusakan periodontal.

Penambahan kedalaman sulkus terjadi karena adanya pergeseran margin gingiva

ke arah insisal. Poket gingiva tidak terjadi perubahan pada dasar sulkus atau tidak

ada migrasi epitel cekat ke arah apikal. Poket gingiva dapat terjadi karena adanya

kondisi edema akibat inflamasi atau iritasi kronis, dan kondisi sistemik pada

pemakai nifedipine, cyclosporine, dilantin (Suryono, 2014).


2. Poket periodontal
Poket periodontal atau true pocket merupakan pendalaman sulkus gingiva

karena kerusakan jaringan periodontal yang ditandai dengan kehilangan perlekatan

epitel cekat terhadap CEJ ke arah apikal gigi dan proses selanjutnya terjadi

kerusakan jaringan periodontal. Poket periodontal dapat disebabkan oleh banyak

hal antara lain penyakit periodontal kronis, resorbsi tulang alveolar, iritasi mekanis

dari klamer, tepi restorasi mahkota jaket dan lain-lain (Newman dkk, 2012). Poket

periodontal berdasarkan letak dasar poket terhadap puncak tulang alveolar


dibedakan menjadi poket supraboni dan infraboni. Poket supraboni merupakan

poket periodontal dengan dasar poket pada koronal tulang alveolar, dan pada

gambaran radiografi terlihat pola kerusakan tulang horizontal (Suryono, 2014).

Gambar 2.1 Klasifikasi poket

B. Kuretase
Kuretase merupakan prosedur bedah yang dilakukan dengan menggunakan

anestesi lokal dan bertujuan untuk mengurangi poket, menghilangkan, membentuk

perlekatan kembali (reattachment) atau membentuk perlekatan baru. Istilah kuretase

dalam bidang periodonsia berarti mengerok dinding dan dasar dari poket periodontal

untuk mengambil jaringan lunak yang patologis (Suryono, 2014). Prosedur ini

berfungsi untuk menstimulasi perlekatan jaringan yang baru ke gigi dengan cara

membuang jaringan granulasi yang biasanya terdiri dari jaringan yang mengalami

inflamasi kronis, koloni bakteri, dan kalkulus pada poket. Jaringan granulasi ini

dibatasi oleh epitelium yang menyebabkan jaringan baru tidak dapat melekat pada

gigi. Kuretase diharapkan dapat membentuk epitel junctional yang baru (Bathla,

2017).
Gambar 2.2 Kuretase
Kuretase dapat dilakukan dengan metode tertutup (closed curettage) dan

terbuka (open curettage). Metode kuretase tertutup dilakukan dengan menggunakan

alat kuret yang berfungsi mengangkat material (epitelium) dari dinding kavitas atau

permukaan dindingjaringan terinfeksi pada poket periodontal. Metode ini disebut

tertutup karena operator tidak bisa melihat langsung area bedah. Sedangkan metode

kuretase terbuka dilakukan dengan pembuatan flap yang bertujuan untuk melihat

langsung area bedah, dengan metode ini pengambilan jaringan nekrosis dan

sementum yang rusak dengan kuret mudah dilakukan (Suryono, 2014).

C. Indikasi dan Kontraindikasi Kuretase


Menurut Suryono (2014) indikasi dari kuretase antara lain:
1. Jaringan yang edema dan terinflamasi
2. Pasien yang memiliki poket supraboni dengan kedalaman moderate
3. Bagian dari langkah awal sebelum prosedur open flap
4. Adanya kehilangan perlekatan atau tulang yang progresif
5. Sebagai langkah maintenance pada pasien yang mengalami inflamasi rekuren.

Menurut Suryono (2014) kontraindikasi dari kuretasi antara lain:


1. Adanya jaringan fibrotik
2. Poket yang dalam atau infraboni dan poket kompleks
3. Adanya keterlibatan furkasi gigi
4. Perawatan kerusakan pada dasar tulang
5. Adanya acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG)
6. Adanya keterlibatan mukogingiva, tidak adanya gingiva cekat.

D. Prosedur Kuretase
Kuretase dapat dilakukan dengan berbagai teknik atau metode seperti kuretase
teknik dasar menggunakan kuret Gracey atau kuret universal, metode ENAP

(excisional new attachment procedure), kuretase dengan bahan kausatik (natrium

sulfida, antiformin, fenol, dan sodium hipoklorida), ultrasonik kuret, dan laser kuret

(Dinyati dan Adam, 2016). Idealnya kuretase dilakukan pasca tindakan initial phase

therapy yaitu edukasi dan scaling root planing, namun beberapa ahli berpendapat

kuretase dapat dilakukan bersamaan dengan tindakan skaling pada fase awal terapi

(Suryono, 2014).
Prosedur kuretase gingival diawali anestesi lokal. Teknik dasar kuretase

menggunakan kuret universal atau kuret Gracey yang disesuaikan dengan funginya

berdasarkan nomor seperti #13-14 untuk permukaan mesial, Gracey #11-12 untuk

permukaan distal. Kuret dimasukkan dengan bagian tajam menghadap ke lapisan

dalam dinding poket, kemudian dilakukan pengerokan sepanjang jaringan lunak,

dengan gerakan stroke horizontal. Dinding poket harus didukung oleh tekanan jari

lembut pada permukaan eksternal. Irigasi dilakukan untuk menghilangkan kotoran

dan tekan lembut jaringan yang memungkinkan perdarahan dan adaptasi jaringan

lunak pada permukaan akar. Beberapa kasus perlu dilakukan suturing dan pemakaian

periodontal pack dapat diindikasikan jika daerah bekuan telah terganggu dan papila

telah dipisahkan (Dinyati dan Adam, 2016).

Gambar 2.3 Prosedur kuretase


E. Fase Penyembuhan Pasca Kuretase
Pasca kuretase akan segera terbentuk bekuan darah yang mengisi poket, terjadi

dilatasi kapiler dan ekstravasasi leukosit polimorfonuklear (PMN) segera sesudah

terbentuk jendalan darah dan luka diikuti dengan proliferasi yang cepat dari jaringan

granulasi (Suryono, 2014). Perbaikan dan epitelisasi dari sulkus umumnya dimulai

sekitar 2-3 hari setelah kuretase dan selesai antara 7-10 hari setelah pengobatan.

Perubahan klinis dari jaringan setelah kuretase margin gingiva tampak merah dan

darah koagulum akan nampak pada margin gingiva, setelah 2 hari gingiva tampak

merah kebiruan. Setelah 4 hari gingiva tampak merah edema dengan intensitas

berkurang. Setelah 6 hari jaringan gingiva akan tampak merah dan edema berkurang.

Setelah 7 hari jaringan gingiva akan menjadi merah muda dengan penyempitan dari

resesi, dan setelah 9 hari gingiva tampak merah muda pucat dengan keritinisasi pada

permukaan (Dinyati dan Adam, 2016). Serabut kolagen yang belum dewasa tampak

dalam 21 hari dan serat gingiva akan mulai terbentuk pada tahap ini. Hasil

penyembuhan kuretase akan membentuk epitel junctional yang panjang dan tipis

tanpa perlekatan jaringan ikat yang baru atau disebut dengan long epitel junctional

(Mardiyantoro, dkk., 2018).


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas
1. Nama : Nn. X
2. Usia : 22 tahun
3. Alamat : Berkoh
4. Jenis kelamin : Perempuan
B. Pemeriksaan subyektif
1. CC : Pasien datang ke RSGMP UNSOED mengeluhkan gusi bagian depan

atas bengkak, kemerahan, dan mudah berdarah saat sikat gigi.


2. PI : Gusi berdarah ketika sikat gigi
3. PDH : Pernah dilakukan perawatan scaling 1 bulan yang lalu di RSGM
4. PMD : Tidak ada kelainan
5. FH : Tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
6. SH : Pasien seorang mahasiswa
C. Pemeriksaan obyektif
1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : compos mentis

b. Tekanan darah : 120/80 mmHg

c. Tinggi badan : 160 cm

d. Berat Badan : 52 kg
e. Denyut nadi : 72x /menit
f. Pernafasan : 20x /menit
g. Suhu tubuh : 36 oC
2. Pemeriksaan ekstraoral : Tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan intraoral
Terdapat gingiva pada area gigi 15-25 tampak kemerahan dan bengkak,

probing depth 1-4 mm, BOP (+), OHI-S = 1,5 (cukup), tidak ada resesi, dan tidak

ada stippling.
Gambar 3.1 Kondisi intraoral pasien
D. Diagnosa
Periodontitis kronis
E. Rencana Perawatan
1. Kuretase gingiva gigi 21-25
2. Dental health education
3. Kontrol 1 minggu pasca kuretase

F. Tahapan Perawatan
1. Persiapan alat dan bahan
a. Alat
1) Diagnostik set
2) Probe
3) Kuret universal
b. Bahan
1) Cotton pellet
2) Cotton roll
3) Povidon iodine
4) Slaber
5) Gelas kumur
6) Spuit
7) Pehacaine
8) Saline
9) APD
2. Lakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif serta pengukuran pocket depth

menggunakan probe
3. Asepsis gingiva area yang akan dikuretase dengan povidon iodine
4. Anestesi lokal pada gingiva area yang akan dikuretase
5. Isolasi area kerja menggunakan cotton roll
6. Prosedur kuretase dilakukan menggunakan kuret universal dengan cara

dimasukkan ke dalam sulkus dan cutting edge menghadap ke jaringan lunak,


sudut kemiringan instrument 45o-90o.
7. Irigasi area kerja menggunakan larutan saline, kemudian aplikasi povidon

iodine diarea kerja menggunakan cotton pellet


8. Instruksi pasien setelah perawatan
a. Konsumsi makanan lunak dan menyikat gigi secara hati-hati dan gunakan

sikat berbulu halus


b. Menjaga oral hygiene dengan baik
c. Menggunakan obat kumur povidone iodine 1% untuk mempercepat

penyembuhan
9. Kontrol perawatan 1 minggu setelah perawatan untuk melihat penutupan luka

dan penyembuhan jaringan.


DAFTAR PUSTAKA

Bathla, 2017, Textbook of Periodontics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New


Delhi.
Dinyati, M., Adam, A.M., 2016, Kuretase Gingiva sebagai Perawatan Poket
Periodontal, Makasar Dent J, 5(2): 58-64.
Mardiyantoro, F., Munika, K., Sutanti, V., Cahyati, M., Pratiwi, A., 2018,
Penyembuhan luka Rongga Mulut, UB Press, Malang.
Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2012, Carranza’s Clinical
Periodontology 11th Ed, Elsevier Saunders, Philadelphia.
Suryono, 2014, Bedah Dasar Periodonsia, Deepublish, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai