Anda di halaman 1dari 14

Penatalaksanaan Pengendalian Infeksi Silang

DOSEN :

Aryani Widayati, S.Si.T., MPH

Sutrisno, S.Si.T., M.Kes

Siti Rachmawati, S.Si.T

DI SUSUN OLEH :

Devy Ekaputri

P07125118034

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

2019/2020

Daftar Isi
1|Page
Cover 1

Daftar Isi 2

Kata Pengantar 3

Bab I Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5

Bab II Pembahasan 6

2.1 Pengertian pengendalian infeksi silang 6

2.2 Tujuan pengendalian infeksi silang 6

2.3 pengendalian infeksi silang pada instument 7

2.4 Persiapan operator dalam pengendalian infeksi silang 7

2.5 Sanitasi 8

Bab III Penutup 9

3.1 Kesimpulan 9

Daftar Pustaka 10

KATA PENGANTAR

2|Page
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Mata kuliah Penatalaksanaan
Pengendalian Infeksi Silang.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Yogyakarta, 15 Juni 2020

Penulis

BAB I

3|Page
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi silang dalam Kedokteran gigi adalah penyebaran penyebab penyakit diantara
pasien, dokter gigi, perawat gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan
gigi (Mulyanti,2012). Dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan gigi tidak lepas dari
kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme
dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan yang berulang
kali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit infeksi
lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Apabila tidak dilakukan pengendalian Infeksi yang
efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2012).
Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2012, infeksi silang dapat terjadi di tempat pelayanan
kesehatan gigi melalui 4 cara, diantaranya pasien ke tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga
pelayanan kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke
komunitas masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan gigi. 1 2
Hasil penelitian dari Center of Disease Control and Prevention (CDC) dari 360 orang tenaga
kesehatan kejadian terluka di tempat praktek yaitu 36% dokter gigi, 34% ahli bedah mulut, 22%
perawat gigi, dan 4% mahasiswa kedokteran gigi (Munawaroh,2016). Goodman dan Solomon
mengkaji 13 laporan tentang penularan penyakit menular yang terjadi dalam praktik perawatan
gigi antara tahun 1961 dan tahun 1990 diantaranya yaitu laporan kasus yang pernah terjadi di
praktik perawatan gigi yaitu satu laporan yang menginformasikan bahwa tuberkulosis paru
ditularkan oleh seorang dokter gigi yang terinfeksi TB paru infeksius, sembilan laporan dokter
gigi terinfeksi virus hepatitis B dan menularkannya kepada pasien, serta satu laporan yang
menginvestigasi dugaan seorang dokter gigi tertular HIV/AIDS (Aries,2010 cit Ramadhani
dkk,2015). Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia mempunyai kewajiban
untuk selalu bekerja sesuai dengan standar pelayanan kedokteran gigi di Indonesia, yaitu
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Prosedur pelaksanaan tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tersebut harus dilaksanakan pada semua praktik pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di seluruh Indonesia. Perawat gigi harus dapat memastikan seluruh
tenaga pelayanan yang bekerja di dalam lingkungannya mempunyai pengetahuan dan
mendapatkan pelatihan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Hal tersebut termasuk

4|Page
kebersihan tangan, disinfeksi dan sterilisasi peralatan serta bahan yang digunakan. Teknik
pembersihan, 3 disinfeksi dan sterilisasi harus sesuai dengan perkembangan keilmuan dan secara
rutin dilakukan monitoring (Kemenkes RI,2012). Setiap dental unit memiliki potensi sebagai
perantara dalam proses infeksi silang sehingga dokter gigi/perawat gigi maupun pasien memiliki
risiko tinggi terhadap paparan infeksi silang (Guida et al., 2012 cit TH.Novia,2016). Pusat
kesehatan masyarakat merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat
penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-
usaha kesehatan pokok dan langsung berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari
dinas kabupaten (Entjang,2000 cit Steven 2014.)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengendalian infeksi silang?
2. Apa saja persiapan Instrument dalam pengendalian infeksi silang?
3. Bagaimana operator mempersiapkan operator sesuai aturan dalam pengendalian
infeksi silang?
4. Bagaimana persiapan klinik dalam pengendalian infeksi silang?
5. Bagaimana sanitasi klinik dalam pengendalian infeksi silang?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian pengendalian infeksi silang.
2. Menjelaskan persiapan instrument dalam pengendalian infeksi silang.
3. Menjelaskan persiapan operator sesuai aturan dalam pengendalian infeksi silang.
4. Menjelaskan persiapan klinik dalam pengendalian infeksi silang.
5. Menjelaskan sanitasi klinik dalam pengendalian infeksi silang.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Definisi Pengedalian Infeksi Silang Pengedalian infeksi adalah melindungi pasien dari
penularan penyakit dan dari kondisi yang disebabkan penularan mikroorganisme. Penularan
dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah.
Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang
umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril. (Anonim,2012) Pengedalian
infeksi silang dalam kesehatan dokter dan perawat untuk mengurangi kemungkinan atau resiko
infeksi silang sehingga menghasilkan lingkungan yang aman bagi pasien dan dokter atau perawat
pada saat berkerja penerapan pelindung diri dan kesterilian alat dan kebersihan lingkungan agar
tidak adanya penularan pengedalian infeksi langsung dan tidak langsung. (Darmandi 2018)
Pengedalian infeksi silang adalah salah satu upaya kegiatan untuk mencegah, meminimalkan
kejadian infeksi pada pasien, petugas, lingkungann yang meliputi pelaksanan, perencanna dan
evaluasi yang ad puskesmas (Broker 2009)

2.2 Tujuan Infeksi Silang


Tujuan pengedalian infeksi silang untuk menjadi acuan tenaga kesehatan di lingkungan
pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan pengedalian infeksi yang 5 6 benar mekipun keadan
sumber daya dan danan yang terbatas. Adapun salah satu contoh pengedalian infeksi seperti
perlindungan diri yang biasa di gunakan petugas pelayanan kesehatan yakni masker, kacamata
pelindung dan lain lain. Yang bertujuan untuk tidak adanya penularan pengedalian infeksi silang.
(Darmadi 2008) Tujuan pengedalian infeksi silang untuk mencegah atau paling tidak untuk
mengurangi penyebaran penyakit dari pasien ketenaga tenaga kesehatan, tenaga kesehatan ke
pasien, pasien satu ke pasien lainya. Ruang perawatan ke komunitas lingkungannya termasuk
keluarga tenaga kesehatan dan komunitas ke pasien (Mulyati, 2012) Tujuan pengedalian infeksi
silang pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan infeksi baik kepada pekerja
pelayanan kesehatan maupun pada pasien ketika sedang dilakukan perawatan kesehatan dan
mulut sarana pelayanan kesehatan wajib meberikan jaminan keamanan kesehatan baik tenaga
kesehatan maupun masyarakan yang melayani. (Arissandy 2013)

6|Page
2.3 Pengendalian infeksi silang pada Instrument

Sterilisasi alat Dental merupakan hal yang wajib dilakukan. Proses sterilisasinya dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode salah satunya dengan panas radiasi. Untuk
lebih jelasnya, mari kita simak ulasan singkat tentang contoh prosedur sterilisasi alat kedokteran
gigi dengan metode panas kering.

Instrument Dental atau alat kedokteran gigi merupakan salah satu diantara berbagai
macam alat kesehatan di rumah sakit dan klinik yang harus selalu terjaga kebersihannya. Bukan
hanya sekedar bersih dari kotoran dan debu, namun juga harus bersih dan steril dari
mikroorganisme athogen yang menempel pada alat tersebut. Oleh karena itu, peralatan dental
atau alat – alat kedokteran gigi harus dan wajib disterilkan setelah digunakan hingga siap untuk
digunakan kembali. Alat kedokteran gigi (dental instrumnent) kebanyakan terbuat dari bahan
logam yaitu stainless steel khusus medis. Hal ini agar peralatan tersebut tidak mudah berkarat
karena teroksidasi udara bebas. Selain itu, juga agar mudah untuk disterilisasi.

Tujuan Sterilisasi adalah :

 Menjaga kebersihan, merawat alat kedokteran untuk siap pakai.


 Mencegah suatu peralatan cepat rusak(alat laboratorium, alat masak, alat kedokteran).
 Mencegah adanya infeksi terhadap bakteri berbahaya.
 Menjamin kebersihan alat suastu alat.
 Sebagai jaminan suatu produk sudah steril dan aman digunakan oelh suatu konsumen.

Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Alat-alat direndam dalam larutan klorin 5-10 menit, ambil dengan korentang, dicuci
dengan sabun dan disikat sampai bersih, bilas di bawah air mengalir,
3. Keringkan dengan handuk bersih dan simpan dalam bak bersih
4. Alat dibungkus dengan alumunium foil, beri nama dan tanggal pada alat tersebut.
5. Letakkan dan atur alat dalam oven, kemudian panaskan dengan ketentuan
o Suhu Waktu Steril
o 160°C 2 jam
o 180°C 1 jam
7|Page
o 125°C 4 jam
6. Setelah selesai matikan oven, kemudian alat diambil dengan korentang steril dan simpan
di bak instrumen steril diberi tablet formalin yang dibungkus dengan kain kasa

2.4 Persiapan Operator dalam pengendalian infeksi silang


Pekerjaan dokter gigi tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang tidak
diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena itu
dokter gigi harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Proteksi diri dokter gigi meliputi
pemakaian baju praktek, masker, penutup rambut, sarung tangan, pelindung mata sehingga
seluruh tubuh dokter gigi dapat terlindungi dari terpapar cairan penderita. Prosedur pemakaian
proteksi diri harus ditetapkan oleh badan yang berwenang yang meliputi antara lain cara
pemakaian maupun lama pemakaian. Sehingga dengan adanya prosedur yang lengkap maka
rantai infeksi akan terputus, karena kesalahan sekecil apapun pada prosedur proteksi diri dapat
menyebabkan perpindahan penyakit dari penderita ke penderita baru.

A. Mencuci Tangan
Dalam menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan merupakan hal
yang sangat penting. Dalam aktivitas sehari-hari tangan sering kali terkontaminasi
Universitas Sumatera Utara dengan mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara
masuknya mikroba ke dalam tubuh. Salah satu cara yang paling sederhana dan paling
umum dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir. Jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan
terkena serbuk/powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung
dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk
peralatan, gigi palsu, cetakan gips. Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan
tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan
handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metode dan tata cara mencuci
tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat
keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya anti mikroba yang digunakan
pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah,
mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent

8|Page
antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang
mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternative pengganti
bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor.10,12
Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang dispossible atau diisi
ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang
cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.

Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:


a. Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di
pergelangan tangan harus dilepas.
b. Kuku harus tetap pendek dan bersih
c. Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi
tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku.
d. Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan
salah satu pilihan sebagai berikut:
- Ember berkeran yang tertutup.
- Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara
yang lainnya mencuci tangan.
e. Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau
membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan.

B. Menggunakan Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat
melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta
percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat
dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti
masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan
ke pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan
masker jika tindakan telah selesai. 12

C. Sarung Tangan

9|Page
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan ketika
melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar
setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika
sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung
tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendesinfeksi atau mensterilkan ulang sarung
tangan yang telah digunakan.

D. Kaca Mata Pelindung


Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk
menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan
darah. Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didesinfeksi
setiap kali berganti pasien. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju
pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci
tangan.

E. Baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang
digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari
kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun
pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi
dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai
(dispossable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah selesai.

F. Penutup Kepala dan Pelindung Sepatu


Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk
menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada
pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau
cairan tubuh yang terpecik dan menyemprot. Sedangkan pelindung kaki digunakan untuk

10 | P a g e
melindung kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh
secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal jepit atau sepatu yang terbuat
dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit
tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan
bebas kontaminasi darah atau Universitas Sumatera Utara tumpahan cairan tubuh lain.
Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda
tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa
penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena
memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai
diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.

F. Imunisasi
Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi
mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps,
rubela dan varisela. Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari
penyakit-penyakit tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi
atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, ditieri,
poliomielitis, tifoid, meningokokus, hepatitis A, hepatitis B, rubela, tuberkulosis,
measles, batuk rejan, mumps. Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan untuk
melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat atau mendokumentasikan imunisasi yang
telah dilakukan. Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkan
melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan
dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.12,21 Bagi
karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif, petugas
kebersihan dan lain-lain) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada
risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang
tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani
surat pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui oleh pimpinan.

2.5 Sanitasi

11 | P a g e
Definisi dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik
beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian
lingkungan.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis
dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari
tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air
seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian.
Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya
perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki
septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).

B. Asepsis Klinik
1. Menyapu lantai lalu dipel dengal lap bersih diberi bahan desinfektan
2. Lemari dibersihkan dengan lap bersih
3. Meja dibersihkan dengan lap bersih
4. Wastafel dibersihkan/disikat dicuci dengan sabun lalu dibilas dengan air
5. Dinding/tembok dibersihkan
6. Jendela+pintu dibersihkan

C. Pengelolaan
Pengelolaan sampah medis dan non medis
1. Memasukan sampah medis kedalam kantong plastik berwarna kuning, dan memasukan
sampah non medik kedalam kantong plastik berwarna hitam
2. Membuang kedalam bak sampah

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan gigi tidak lepas dari kemungkinan untuk
berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut
(termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan yang berulang kali terhadap
mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi
pada praktik kedokteran gigi. Apabila tidak dilakukan pengendalian Infeksi yang efektif dapat
mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan
pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2012). Menurut
Kementrian Kesehatan tahun 2012, infeksi silang dapat terjadi di tempat pelayanan kesehatan
gigi melalui 4 cara, diantaranya pasien ke tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan
kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas
masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan gigi.

Prosedur pelaksanaan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tersebut harus


dilaksanakan pada semua praktik pelayanan kesehatan gigi dan mulut di seluruh Indonesia.
Perawat gigi harus dapat memastikan seluruh tenaga pelayanan yang bekerja di dalam
lingkungannya mempunyai pengetahuan dan mendapatkan pelatihan tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. Hal tersebut termasuk kebersihan tangan, disinfeksi dan sterilisasi
peralatan serta bahan yang digunakan. Teknik pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi harus sesuai
dengan perkembangan keilmuan dan secara rutin dilakukan monitoring

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/download/23311/23009
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58343/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai