DOSEN :
DI SUSUN OLEH :
Devy Ekaputri
P07125118034
2019/2020
Daftar Isi
1|Page
Cover 1
Daftar Isi 2
Kata Pengantar 3
Bab I Pendahuluan 4
Bab II Pembahasan 6
2.5 Sanitasi 8
3.1 Kesimpulan 9
Daftar Pustaka 10
KATA PENGANTAR
2|Page
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Mata kuliah Penatalaksanaan
Pengendalian Infeksi Silang.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
3|Page
PENDAHULUAN
4|Page
kebersihan tangan, disinfeksi dan sterilisasi peralatan serta bahan yang digunakan. Teknik
pembersihan, 3 disinfeksi dan sterilisasi harus sesuai dengan perkembangan keilmuan dan secara
rutin dilakukan monitoring (Kemenkes RI,2012). Setiap dental unit memiliki potensi sebagai
perantara dalam proses infeksi silang sehingga dokter gigi/perawat gigi maupun pasien memiliki
risiko tinggi terhadap paparan infeksi silang (Guida et al., 2012 cit TH.Novia,2016). Pusat
kesehatan masyarakat merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat
penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-
usaha kesehatan pokok dan langsung berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari
dinas kabupaten (Entjang,2000 cit Steven 2014.)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengendalian infeksi silang?
2. Apa saja persiapan Instrument dalam pengendalian infeksi silang?
3. Bagaimana operator mempersiapkan operator sesuai aturan dalam pengendalian
infeksi silang?
4. Bagaimana persiapan klinik dalam pengendalian infeksi silang?
5. Bagaimana sanitasi klinik dalam pengendalian infeksi silang?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian pengendalian infeksi silang.
2. Menjelaskan persiapan instrument dalam pengendalian infeksi silang.
3. Menjelaskan persiapan operator sesuai aturan dalam pengendalian infeksi silang.
4. Menjelaskan persiapan klinik dalam pengendalian infeksi silang.
5. Menjelaskan sanitasi klinik dalam pengendalian infeksi silang.
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Definisi Pengedalian Infeksi Silang Pengedalian infeksi adalah melindungi pasien dari
penularan penyakit dan dari kondisi yang disebabkan penularan mikroorganisme. Penularan
dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah.
Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang
umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril. (Anonim,2012) Pengedalian
infeksi silang dalam kesehatan dokter dan perawat untuk mengurangi kemungkinan atau resiko
infeksi silang sehingga menghasilkan lingkungan yang aman bagi pasien dan dokter atau perawat
pada saat berkerja penerapan pelindung diri dan kesterilian alat dan kebersihan lingkungan agar
tidak adanya penularan pengedalian infeksi langsung dan tidak langsung. (Darmandi 2018)
Pengedalian infeksi silang adalah salah satu upaya kegiatan untuk mencegah, meminimalkan
kejadian infeksi pada pasien, petugas, lingkungann yang meliputi pelaksanan, perencanna dan
evaluasi yang ad puskesmas (Broker 2009)
6|Page
2.3 Pengendalian infeksi silang pada Instrument
Sterilisasi alat Dental merupakan hal yang wajib dilakukan. Proses sterilisasinya dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode salah satunya dengan panas radiasi. Untuk
lebih jelasnya, mari kita simak ulasan singkat tentang contoh prosedur sterilisasi alat kedokteran
gigi dengan metode panas kering.
Instrument Dental atau alat kedokteran gigi merupakan salah satu diantara berbagai
macam alat kesehatan di rumah sakit dan klinik yang harus selalu terjaga kebersihannya. Bukan
hanya sekedar bersih dari kotoran dan debu, namun juga harus bersih dan steril dari
mikroorganisme athogen yang menempel pada alat tersebut. Oleh karena itu, peralatan dental
atau alat – alat kedokteran gigi harus dan wajib disterilkan setelah digunakan hingga siap untuk
digunakan kembali. Alat kedokteran gigi (dental instrumnent) kebanyakan terbuat dari bahan
logam yaitu stainless steel khusus medis. Hal ini agar peralatan tersebut tidak mudah berkarat
karena teroksidasi udara bebas. Selain itu, juga agar mudah untuk disterilisasi.
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Alat-alat direndam dalam larutan klorin 5-10 menit, ambil dengan korentang, dicuci
dengan sabun dan disikat sampai bersih, bilas di bawah air mengalir,
3. Keringkan dengan handuk bersih dan simpan dalam bak bersih
4. Alat dibungkus dengan alumunium foil, beri nama dan tanggal pada alat tersebut.
5. Letakkan dan atur alat dalam oven, kemudian panaskan dengan ketentuan
o Suhu Waktu Steril
o 160°C 2 jam
o 180°C 1 jam
7|Page
o 125°C 4 jam
6. Setelah selesai matikan oven, kemudian alat diambil dengan korentang steril dan simpan
di bak instrumen steril diberi tablet formalin yang dibungkus dengan kain kasa
A. Mencuci Tangan
Dalam menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan merupakan hal
yang sangat penting. Dalam aktivitas sehari-hari tangan sering kali terkontaminasi
Universitas Sumatera Utara dengan mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara
masuknya mikroba ke dalam tubuh. Salah satu cara yang paling sederhana dan paling
umum dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir. Jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan
terkena serbuk/powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung
dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk
peralatan, gigi palsu, cetakan gips. Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan
tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan
handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metode dan tata cara mencuci
tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat
keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya anti mikroba yang digunakan
pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah,
mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent
8|Page
antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang
mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternative pengganti
bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor.10,12
Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang dispossible atau diisi
ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang
cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.
B. Menggunakan Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat
melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta
percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat
dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti
masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan
ke pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan
masker jika tindakan telah selesai. 12
C. Sarung Tangan
9|Page
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan ketika
melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar
setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika
sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung
tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendesinfeksi atau mensterilkan ulang sarung
tangan yang telah digunakan.
E. Baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang
digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari
kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun
pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi
dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai
(dispossable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah selesai.
10 | P a g e
melindung kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh
secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal jepit atau sepatu yang terbuat
dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit
tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan
bebas kontaminasi darah atau Universitas Sumatera Utara tumpahan cairan tubuh lain.
Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda
tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa
penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena
memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai
diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.
F. Imunisasi
Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi
mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps,
rubela dan varisela. Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari
penyakit-penyakit tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi
atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, ditieri,
poliomielitis, tifoid, meningokokus, hepatitis A, hepatitis B, rubela, tuberkulosis,
measles, batuk rejan, mumps. Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan untuk
melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat atau mendokumentasikan imunisasi yang
telah dilakukan. Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkan
melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan
dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.12,21 Bagi
karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif, petugas
kebersihan dan lain-lain) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada
risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang
tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani
surat pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui oleh pimpinan.
2.5 Sanitasi
11 | P a g e
Definisi dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik
beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian
lingkungan.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis
dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari
tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air
seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian.
Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya
perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki
septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
B. Asepsis Klinik
1. Menyapu lantai lalu dipel dengal lap bersih diberi bahan desinfektan
2. Lemari dibersihkan dengan lap bersih
3. Meja dibersihkan dengan lap bersih
4. Wastafel dibersihkan/disikat dicuci dengan sabun lalu dibilas dengan air
5. Dinding/tembok dibersihkan
6. Jendela+pintu dibersihkan
C. Pengelolaan
Pengelolaan sampah medis dan non medis
1. Memasukan sampah medis kedalam kantong plastik berwarna kuning, dan memasukan
sampah non medik kedalam kantong plastik berwarna hitam
2. Membuang kedalam bak sampah
12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan gigi tidak lepas dari kemungkinan untuk
berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut
(termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan yang berulang kali terhadap
mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi
pada praktik kedokteran gigi. Apabila tidak dilakukan pengendalian Infeksi yang efektif dapat
mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan
pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2012). Menurut
Kementrian Kesehatan tahun 2012, infeksi silang dapat terjadi di tempat pelayanan kesehatan
gigi melalui 4 cara, diantaranya pasien ke tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan
kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas
masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan gigi.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/download/23311/23009
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58343/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
14 | P a g e