BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan hidup bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Derajat kesehatan yang optimal bisa berpengaruh terhadap sumber daya
bidang kesehatan gigi dan mulut bukan saja meliputi upaya kuratif, tetapi juga
penyakit di antara pasien, dokter gigi, dan petugan kesehatan dalam lingkungan
bidang kedokteran gigi mempunyai risiko tinggi dalam penularan infeksi, salah
satunya adalah tindakan ekstraksi gigi. Infeksi sangat bahaya dalam lingkungan
gigi, seperti infeksi virus, bakteri, jamur dan sebagainya (Suleh dkk, 2015).
saliva (air liur) dan darah (Ramadani dkk, 2015). Menjalankan profesinya, dokter
gigi maupun mahasiswa co-ass tidak terlepas dari kemungkinan berkontak secara
langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam saliva dan darah
1
2
tiga juta petugas kesehatan tiap tahunnya terpapar oleh virus yang berdasarkan
dari darah, dua juta petugas kesehatan terpapar virus hepatitis B, sembilan ratus
ribu petugas kesehatan terpapar virus hepatitis C dan tiga ratus ribu petugas
kesehatan terpapar oleh virus HIV. Center of Disease Control and Prevention
(CDC) melaporkan hasil penelitian dari 360 orang tenaga kesehatan kejadian
terluka di tempat praktek yaitu 36% dokter gigi, 34% ahli bedah mulut, 22%
Standar operasional merupakan teknis atau suatu yang baku termasuk tata
cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait
lingkungan hidup ( PP 102 tahun 2000 sit Utami.W, 2017 pelayanan kesehatan
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Suleh dkk, 2015) di RSGM PSPDG
infeksi silang pra tindakan ekstraksi gigi dilakukan 47,75% yaitu, memakai
sebelum insersi jarum suntik, jarum suntik ditutup setelah tindakan anestesi,
instrument dan jarum yang tajam, tangang operator tidak menyentuh lingkungan
kerja/peralatan yang tidak steril. Paska tindakan ekstraksi gigi dilakukan sebesar
dengan air, sikat dan deterjen, sterilisasi instrument bekas pakai, menempatkan
sampah infesksius pada kontainer yang tepat yaitu tahan bocor dan warna kuning,
menempatkan sampah non infeksius pada kontainer warna hitam. Secara umum
RSGM PSPDG FK Unsrat hanya dilakukan sebesar 48%, dari penelitian tersebut
kurang. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dkk, 2015
Padang”.
4
Baiturrahmah Padang?”.
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Institusi
proses pendidikan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencegahan
professional, dan mahasiswa yang sedang praktik (Nagliate et al., 2013 Lantu
perlindungan terhadap mata, kepala dan injeksi yang aman (Harding et al., 2011
sit Lantu dkk ). Tujuan ditetapkan pencegahan ini adalah untuk mencegah
2.2 Pengendalian
dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk lebih membantu proses
penyembuhan pasien dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah
rumah sakit adalah kegiatan desinfeksi dan sterilisasi (Sofiana L dan Wahyuni D,
2015).
5
6
Standar operasional merupakan teknis atau suatu yang baku termasuk tata
cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait
lingkungan hidup ( PP 102 tahun 2000 sit Astuti T, 2017) . Dokter gigi maupun
kontrol infeksi demi menjaga keselamatan kerja untuk mencegah transmisi infeksi
antara pasien, dokter gigi, mahasiswa co-ass, para staf dan lingkungan (Lugito,
2013).
penyakit di antara pasien, dokter gigi, dan petugan kesehatan dalam lingkungan
merupakan bahaya yang sangat nyata pada lingkungan kedokteran gigi. Bidang
kerja kedokteran gigi yang tidak lepas dari kemungkinan untuk berkontak
langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut pasien,
1. Hepatitis B
terinfeksi virus hepatitis B dan sekitar 360 juta terinfeksi kronis sehingga
7
hati, dan kadang-kadang kerusakan hati yang nyata. Penderita sering sama
oleh virus hepatitis B, karena keluhan yang khas yaitu keluhan seperti flu
bahkan bisa tidak muncul gejala sama sekali (Lukman, 2008 sit Muntaqo,
2016 ).
VHB melalui darah dan saliva. Penularan VHB secara parenteral, yang
dapat terjadi anatara pasien dengan dokter gigi secara timbal balik, atau
AR, 1998).
2. Hepatitis C
dkk, 2015). Virus hepatitis C atau HCV adalah bom waktu bagi kesehatan
kematian, jika berkembang menjadi sirosis atau kanker hati (Sievert dkk.
2002).
8
diperlukan pemeriksaan yang cepat, aman dan teliti (Arifah Budi dkk.
3. Hepatitis D
hanya bisa diperoleh atau hanya bisa terjadi pada mereka yang telah
(Widoyono, 2008).
cairan tubuh terinfeksi virus, dapat melalui parenteral (transfuse darah atau
5. AIDS
9
a) Kontak Langsung
Bayi dan anak yang tertular dari ibunya saat kehamilan, persalinan
1. Penularan Langsung
orang, adalah perpindahan patogen atau agen secara langsung dan segera
dapat terjadi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung orang per
10
menyentuh langsung jaringan lunak atau lesi infeksi, darah atau saliva
berpenetrasi ke dalam tubuh melalui luka kecil pada kulit atau sekitar jari-
2012)
3. Percikan
yang terdapat pada kulit atau mukosa, mata, dan mulut dari tim dental atau
dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan
yang berulang kali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut,
insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi dalam praktek kedokteran gigi
jalan masuk mikroba melalui kulit yang tidak utuh, misalnya adanya
aerosol dari mulut pasien bisa menjadi droplet infection melalui kulit
yang tidak utuh, mukosa mata, hidung dan mulut atau terinhalasi.
Kontak tidak langsung terjadi transfer mikroorganisme dari sumber
(instrumen gigi manual, jarum suntik, bor, alat penghalus tulang, pisau
1. Kewaspadaan standar
a. Kebersihan tangan.
d. Manajemen lingkungan.
i. Etika batuk.
a. Transmisi airborne/udara.
b. Transmisi droplet/percikan
c. Transmisi kontak
dengan saliva, dan berbagai infeksi dapat ditularkan melalui tindakan selama
1. Tindakan Pencegahan
dari sumber infeksi yang diketahui dan tidak diketahui seperti darah,
APD (Alat Pelindung Diri) untuk melindungi diri dari benda asing,
kali pakai seperti harus dibuang setelah 1 kali pakai dan jangan
dan materi yang digunakan pada pasien dan bahan yang dpaat
c. Sterilisasi Alat
pasien yang beresiko, baik yang telah diketahui atau suspect terinfeksi atau
4 tipe yaitu:
prosedur klinis.
16
(kelainan otak).
Jenis Hepatitis B
Penyakit
Hepatitis C
Infeksi
Hepatitis D
HIV
AIDS
17
Pencegahan
Infeksi Silang
Transmission Based
Precaution
Sumber: (Lukman, 2008 sit Muntaqo, 2016), (Severt dkk. 2002), (Widoyono,2008), (Agustriadi A
dan Sutha BI. 2008), (Suhaimi dkk. 2009), (Permatasari, 2015), (Suleh dkk.2012), (Lugito, 2013)
Pakaian pelindung
Masker
Sarung tangan
Kacamata
18
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian cross-sectional.
atas objek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
populasi yang digunakan untuk penelitian (Wiratna, 2015). Dalam penelitian ini
yang menjadi sampel diperoleh metode Random Sampling, dengan rumus sebagai
berikut :
n = N
1 + N (d) 2
n = 302
1 + 302 (0,05)2
n = 302
1 + 302x 0,0025
n = 302
1 + 0,75
n = 173
19
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
adalah 25 sampel.
infeksi silang.
2. Variabel terikat (dependent): mahasiswa co-ass baiturrahmah
(Arikunto, 2006
sit Pratiwi, 2016)
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2017 s/d April 2018 di
2. Alat tulis
Pengumpulan data
Analisa data
Hasil
kesimpulan
22
yang diteliti. Data diolah menggunakan SPSS statistik 16.0 dengan uji univariat.
diteliti.
23
BAB IV
Baiturrahmah adalah pada bagian Konservasi sebesar (41.81%), pada bagian Oral
Medicine sebesar (38.18%), pada bagian Oral Surgery sebesar (54.93%), pada
(44.72%). 24
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian tentang gambaran tindakan dan
pengendalian infeksi silang semua responden berada pada kategori baik 0 (0%) ,
kategori sedang yaitu 25 orang (100% ), dan kategori kurang 0 (0%). Adapun
25
uraian dari masing-masing tindakan dan pengendalian infeksi silang pada bagian
pengendalian infeksi silang pada bagian konservasi paling banyak pada kategori
baik 0 (0%), sedang yaitu 23 orang (92% ), dan kurang 2 (8%). Adapun uraian
berikut :
tinggi sudah sempurna yaitu (41.81%) dalam melakukan semua tindakan dan
pengendalian infeksi silang. Tindakan yang sudah sempurna dilakukan antara lain
(100%) responden sudah sempurna dalam sterilisasi alat, cuci tangan sebelum
memakai sarung tangan, memakai sarung tangan dan strelisasi instrumen bekas
pakai (Autoclave/Alkohol). Akan tetapi masih ada tidak sempurna yaitu (100%)
garmen), tangan operator tidak menyentuh lingkungan kerja yang tidak steril,
(80%) responden melakukan tapi tidak sempurna dalam hal pemindahan baki
responden juga melakukan tapi tidak sempurna dalam mencuci tangan setelah
1 Baik 0 0
2 Sedang 21 84
3 Kurang 4 16
Total 25 100
pengendalian infeksi silang pada bagian oral medicine paling banyak berada pada
kategori baik yaitu 0 (0%), sedang yaitu 21 orang (84%), dan kurang yaitu 4
banyak juga sudah sempurna melakukan tindakan dan pengendalian infeksi silang
yaitu (56,36%). Seperti (100%) responden sudah sempurna dalam hal sterilisasi
melakukan vaksinasi hepatitis B dan (60%) responden tidak cuci tangan sebelum
lingkungan kerja yang tidak steril, pembersihan instrumen bekas pakai dengan
sempurna dalam pemindahan baki instrument serta (60%) mencuci tangan setelah
pengendalian infeksi silang pada bagian oral surgery semuanya berada pada
kategori baik yaitu 0 (0%), sedang yaitu 25 orang (100%), dan kurang yaitu 0
29
12 Pemindahan baki 0 0 8 32 17 68
instrument
13 Pemberihan instrumen 1 4 13 52 11 44
bekas pakai dengan
detergen
30
Rerata 20.2
5.06 6.2 24.8 13.73 54.93
6
dalam hal melakukan tindakan dan pengendalian infeksi silang yaitu (54,93%).
Hal tersebut terlihat dari (100%) respondne sudah sterilisasi Alat bekas pakai
jarum suntik, jarum suntik ditutup setelah tindakan anestesi dan sterilisasi Alat
memakai sarung tangan dan (96%) responden tidak melakukan penutupan jarum
suntik dengan teknik satu tangan. Hasil penelitian juga diperoleh responden sudah
melakukan tindakan dan pengendalian infeksi silang akan tetapi tidak sempurna
seperti sebanyak (100%) responden belum sempurna dalam sterilisasi Alat bekas
tidak steril, (52%) belum sempurna dalam pemberihan instrumen bekas pakai
dengan detergen dan (88%) responden belum sempurna dalam hal Mencuci
pengendalian infeksi silang pada bagian orthodonti paling banyak kategori baik
yaitu 0 (0%), sedang yaitu 20 orang (80%), dan kurang yaitu 5 orang (20%).
pelindung (Safety garmen), (72%) responden tidak Cuci tangan sebelum memkai
tindakan teetapi belum sempurna seperti (100%) tangan operator tidak menyentuh
lingkungan kerja yang tidak steril, (68%) responden sudah melakukan tetapi
pengendalian infeksi silang pada bagian oral medicine paling banyak berada pada
kategori baik yaitu 0 (0%), sedang yaitu 24 orang (96%), dan kurang 1 orang
tetapi masih ada responden tidak melakukan tindakan dan pengendalian infeksi
silang seperti (100%) responden tidak melakukan vaksinasi hepatitis B dan (60%)
respondne tidak cuci tangan sebelum memkai sarung tangan. Hasil penelitian juga
garmen), tangan operator tidak menyentuh lingkungan kerja yang tidak steril,
(80%) responden belum sempurna dalam pemindahan baki instrumen serta (76%)
pengendalian infeksi silang pada bagian periodonsia paling banyak berada pada
kategori baik 0 (0%), sedang yaitu 7 orang (28%), dan kurang yaitu 18 orang
pengendalian infeksi silang sudah dilakuakn tetapi tidak sempurna yaitu (38.66%)
dirawat, tangan operator tidak menyentuh lingkungan kerja yang tidak steril,
detergen dan (72%) responden belum sempurna mencuci tangan setelah sarung
memakai sarung tangan dan strelisasi alat bekas pakai (Autoclave/ Alkohol). Akan
tetapi hasil penelitian juga menemukan responden tidak melakukan tindakan dan
tindakan invasif, tidak menggunakan suction sekali pakai dan (52%) tidak
pengendalian infeksi silang pada bagian prostodonsi paling banyak berada pada
37
kategori baik 0 (0%), sedang yaitu 22 orang (88%), dan 3 orang (12%). Adapun
sebagai berikut :
infeksi pengendalian silang sudah dilakukan yaitu (44,72%) seperti (100%) sudah
detergen. Akan tetapi masih ada respondne tidak melakukan tindakan dan infeksi
B, (84%) responden tidak cuci tangan sebelum memkai sarung tangan. Hasil
yang tidak steri, (68%) responden belum sempurna melakukan pemindahan baki
dan (52%) pasien belum sempurna mencuci tangan setelah sarung tangan dibuka.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian maka diperoleh bahwa semua
bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di
RSGM PSPDG FK Unsrat dilakukan sebesar 48.23%. Hasil penelitian ini juga
Prosedur) umum sebesar 80,5% telah mematuhi SOP dan sebesar 19,5% tidak
mematuhi SOP, begitupun dengan penelitian Siampa di kota Makassar tahun 2012
tentang penerapan proteksi dokter gigi sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi
silang dokter gigi di kota Makassar, pencapaian penerapan prinsip proteksi dokter
infeksi silang, hal ini harus menjadi perhatian bagi pihak RSGM Fakultas
sebagai salah satu tenaga pelayanan kesehatan gigi, tidak terlepas dari resiko
saliva dan darah pasien (Wibowo,dkk., 2009). Penyebaran infeksi dapat terjadi
mikroorganisme dari serum dan berbagai substansi lain yang telah terinfeksi
(Sunoto, 2011).
Kontaminasi dari rongga mulut dan luka terbuka dapat disebarkan oleh
udara, air, debu, aerosol, percikan atau droplet, sekresi saluran pernafasan, plak,
kalkulus, bahan tumpatan gigi dan debris (Nisengrad RJ dan Newman MG: 1994).
Flora mulut yang patogen dari pasien dapat ditransmisikan pada jaringan atau
organ (autogenous infection) seperti katup jantung, sendi artificial dan jaringan
secara menyeluruh baik oleh penyedia pelayanan kesehatan maupun oleh tenaga
pelayanan kesehatan gigi. Kedua pihak ini harus sama kuat untuk melakukan
tenaga pelayanan kesehatan gigi maka infeksi tidak dapat dicegah serta
BAB V
5.1 Kesimpulan
(84%).
3. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada bagian oral
(96%).
6. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada bagian
(72%).
7. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada bagian
(88%).
5.2 Saran 41
ass yang merupakan calon dokter gigi dapat melakukan pencegahan dan
besar sehingga dapat diperoleh hasil yang akurat dan bisa dimanfaatkan.