Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Penyebab Ketidakpatuhan Mahasiswa Dalam Mencuci


Tangan Sebelum Tindakan Di Klinik Gigi Pada Tingkat II
Kesehatan Gigi Poltekkes Tanjung Karang

Oleh :
ULIK DWI LESTARI
2012402050

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KESEHATAN GIGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN GIGI
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kesehatan gigi merupakan jenis pekerjaan yang dalam menjalankan


pekerjaannya rentan terpapar karena sebagian besar perawatan gigi adalah berupa
tindakan melalui kontak baik secara langsung maupun tidak langsung dengan darah,
jaringan tubuh, dan saliva pasien. Bakteri patogen yang berasal dari saliva atau darah
dapat dengan mudah berpindah ke pasien yang lain atau ke tenaga kesehatan gigi lain.
Kontrol infeksi dalam tindakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut menjadi sangat
penting untuk dilakukan. Salah satu upaya kontrol infeksi yang paling mudah
dilakukan adalah menjaga kebersihan tangan (hand hygiene)(Siregar & Meliala,
2020)

Target WHO 2020 salah satunya adalah meningkatkan jumlah pelayanan


kesehatan yang kompeten untuk mengenali dan mengurangi risiko dari transmisi
penyakit menular di lingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut(Riyadi &
Kurnianti, 2018). Di dunia, kepatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci tangan secara
umum sekitar 40%(Octaviani & Fauzi, 2020) sedangkan menurut WHO, kepatuhan
cuci tangan sebagai salah satu bentuk pencegahan terhadap terjadinya infeksi harus
lebih dari 50%(Fauzia et al., 2014).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan salah satunya dengan
mencuci tangan agar dapat mencegah terjadinya penyebaran kontaminasi penyebab
penyakit karena kebersihan tangan merupakan salah satu pemutus mata rantai
penularan penyakit. Penerapan cuci tangan merupakan prosedur yang harus
dilaksanakan oleh setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, karena hal
tersebut sudah menjadi ketetapan secara internasional maupun nasional, namun hal
tersebut nampaknya masih menjadi polemik karena ditemukan persentase petugas
yang tidak patuh dalam mencuci tangan(Ilmiah et al., 2022)
Sebuah penelitian di tiga Rumah Sakit provinsi Lodz Polandia, menyebutkan
bahwa presentase kepatuhan melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien
adalah 26.4%, sedangkan sebelum kontak dengan pasien hanya sebesar 5.2%,
penelitian serupa jga dilakukan di Indonesia yaitu di IGD RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tanggal 16 januari 2017, ditemukan bahwa kepatuhan
mahasiswa melakukan cuci tangan hanya sebesar 43%.. Kepatuhan terendah adalah
sebelum kontak dengan pasien sebesar 17%(Endiyono, E., & Prasetyo, 2017),
sedangkan prasurvey yg dilakukan peneliti tanggal 7 Januari 2019 di RSUD Dr. A.
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung, diketahui bahwa 70% tenaga kesehatan
tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan kepada pasien. Karena
fasilitas yang kurang memadai membuat tenaga kesehatan malas untuk mencuci
tangan dan mengeringkan tangan dengan handuk(Zainaro & Laila, 2020)

Hasil penelitian di rumah sakit swasta di Yogyakarya menunjukan bahwa


63% tenaga kesehatan tidak hand hygiene sebelum melakukan tindakaan dan 33%
tenaga kesehatan tidak hand hygiene setelah tindakan. Alasan tenaga kesehatan tidak
hand hygiene adalah karena banyak pekerjaan, kebiasaan, dan lupa melakukan hand
hygiene(Rahayu, 2016). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di puskesmas
surabaya didapatkan 75 % dari 32 responden sering mencuci tangan sebelum
memeriksa pasien dan 87.5 % mencuci tangan setelah memeriksa pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien
merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh mahasiswa kedokteran gigi yang
ada di puskesmas Surabaya (Wibowo & Parisihni, 2009)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSGM UGM Prof. Soedomo


Kepatuhan mencuci tangan peserta didik yaitu 14,29%. Peserta didik di RSGM
UGM Prof. Soedomo sebagian besar memiliki pengetahuan dan persepsi mencuci
tangan yang sudah baik. Penyebab utama rendahnya kepatuhan cuci tangan pada awal
pengamatan adalah kurangnya fasilitas cuci tangan dan beban cuci tangan yang tinggi
pada peserta didik(Siregar & Meliala, 2020). Sedangkan Dari penelitian yg dilakukan
di Poltekkes Kemenkes Jambi hasil pre-test menunjukkan bahwa kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi silang terhadap penerapan cuci tangan
disinfeksi di Lab. Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut masih sangat rendah.
Mahasiswa yang menjadi responden pada penelitian ini adalah mahasiswa semester
VI dimana telah melewati pembelajaran tentang mata kuliah disinfeksi silang baik
teori maupun ptaktiknya, tetapi belum melaksanakan metode cuci tangan sesuai
standar yang ditetapkan. Mahasiswa sudah tahu tentang cuci tangan disinfeksi
sebelum bekerja di klinik, akan tetapi banyak yang tidak melaksanakan karena
mengganggap waktunya lama untuk melaksanakan cuci tangan disinfeksi karena
harus mengejar kasus-kasus target yang sudah ditentukan dan hanya melakukan cuci
tangan biasa. (Riyadi & Kurnianti, 2018)

Hasil presurvey yg dilakukan di tingkat II kesehatan gigi poltekkes tanjung


karang dari 10 yg di survey 6 diantaranya belum menerapkan cuci tangan sebelum
dan sesudah mekakukan tindakan di klinik gigi dan mulut dimana mereka telah
melewati pembelajaran infeksi silang baik praktek maupun teori. Penyebab utama
ketidakpatuhan mahasiswa dalam mencuci tangan pada presurvey ini adalah tidak ada
peran teman dan hukuman akibat ketidakpatuhan mencuci tangan.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut , maka peneliti tertarik untuk


mengetahui “Penyebab Ketidakpatuhan Mahasiswa Dalam Mencuci Tangan
Sebelum Tindakan Di Klinik Gigi Pada Tingkat II Kesehatan Gigi Poltekkes Tanjung
Karang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah yang akan
dibahas dalam karya tulis ilmiah ini, yaitu apa penyebab ketidakpatuhan mahasiswa
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kepatuhan mahasiswa daam mencuci tangan
sebelum tindakan di kinik gigi dan mulut.

2) Tujuan khusus
Untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan mahasiswa dalam mencuci
tangan sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiwa
Sebagain penerapan ilmu pengetahuan saat perkuliahan dan untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan penelitian

2. Bagi Responen
Dapat menambah kesadaran responden untuk mematuhi aturan mencuci tangan
sebelum melakukan tindakan di klinik gigi dan mulut.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Agar calon tenaga kesehatan dapat mematuhi dan menerapkan untuk mencuci tangan
sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut

E. Ruang Lingkup
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan adalah penelitian survey deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan mahasiswa
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi. Penelitian ini akan dilakukan
di tingkat II kesehatan gigi poltekkes tanjung karang tahun 2023 dengan cara
memberikan kuisoner kepada responden dan melakukan observasi secara langsung
pada saat penelitian berlangsung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kepatuhan
a. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti disiplin dan taat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kepatuhan adalah prilaku
sesuai aturan dan berdisiplin. Sedangkan menurut Rahmawati (2015)
kepatuhan merupakan sikap disiplin atau prilaku taat terhadap suatu perintah
maupun aturan yang ditetapkan dengan kesadaran.sedangkan menurut Baron
(2014 ) kepatuhan merupakan pemenuhan harapan, permintaan, atau perintah
yang tegas.
Hasibuan (2009) menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran
atau kesediaan menaati suatu peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendapat lain mengatakan
bahwa kepatuhan adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian prilaku yang menunjukan nilai-nilai kepatuhan, kesetiaan,
keteratuan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi
atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan
membebani bilamana tidak dilakukan (widhiastutiningsih, ediati dan almuji,
2015 dalam marzuki saputra,dian all 2019)
Kepatuhan adalah salah satu prilaku pemeliharaan kesehatan yaitu
usaha seseorang untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Ketidakpatuhan merupakan
suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau
melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor
yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran (Notoadmodjo 2003 dalam
(saputra marzuki, 2019)
Kepatuhan dalam melakukan praktik cuci tangan sangat penting dilakukan
karena ketidakpatuhan dapat menimbulkan dampak antara lain:
a) penambahan diagnosa penyakit
b) dapat menularkan kepada orang lain
c) akan menjadi barier (pembawa kuman) yang menularkan kepada pasien
lain dan diri sendiri bagi perawat gigi
d) menurunkan mutu pelayanan klinik gigi hingga pencabutan ijin
operasional klinik gigi(Komala Dewi, 2019)
Pengukuran kepatuhan dikategorikan menjadi :
a) Patuh Bila perilaku tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh profesional kesehatan.
b) Tidak patuh Bila tenaga kesehatan menunjukkan ketidaktaatan terhadap
intruksi yang diberikan.
Cara mengukur kepatuhan mencuci tangan
Kepatuhan mencuci tangan 6 langkah pakai air dan sabunSkoring pada komponen ini adalah
jawaban benar mendapat point 1 dan jawaban salah mendapat ponit 0. Skoring ditentukan
dengan rumus berikut P = F x 100 % N Keterangan : P = Presentase F = Jumlah jawaban yang
diperoleh N = Jumlah skor maksimal F P = x 100% N 59 Kategori Kepatuhan 1) Patuh : 100 %
2) Tidak Patuh : < 100 % (skripsi definisi operasional)

b. Faktor-Faktor Penyebab yang Mempengaruhi kepatuhan


Menurut Lowren Green dalam Notoadmodjo, 2010, kepatuhan
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu faktor-faktor predesposisi
(predisposing factor), yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan
sebagainya;faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya ketersediaan fasilitas -
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya ketersediaan fasilitas untuk
mencuci tangan ; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain)
(saputra marzuki, 2019)
a) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang meliputi pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai-nilai, persepsi, tradisi dan sebagainya.. Dalam pengertian
umum dapat disimpulkan faktor predisposisi sebagai pilihan pribadi yang
memicu seseorang individu atau kelompok ke pengalaman pendidikan.
1) Pengetahuan
Menurut notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu(), pengetahuan adalah informasi,
pemahaman, dan keterampilan yang anda peroleh dari pendidikan dan
pengalaman ( oxpord,2020), pengetahuan yang tinggi akan lebih cenderung
berprilaku baik terntang kesehatan. Sedangkan tingkat pengetahuan paling
rendah yaitu hanya dapat menyebutkan,, menguraikan, mendefinisikan dan
menyatakan tanpa dapat memahami, mengaplikasikan, menganalisis serta
mengevalusi kemampuan yang sudah dimiliki (teori green dikutip dari
notoadmodjo, 2003,2007).dengan demikian pengetahuan itu sangatlah
penting, dengan adanya pengetahuan maka dapat memberikan wawasan
yang luas pada setiap individu, dan dapat mengaplikasikannya dalam
situasi tertentu (setya rini, 2021)
Mengukur pengetahuan :

Skoring untuk komponen pengetahuan adalah dengan menilai jawaban responden, untuk
pertanyaan positif dan pertanyaan negatif jika responden menjawab benar akan
mendapatkan point 1, sedangkan responden yang menjawab salah mendapatkan point 0.
Skoring ditentukan dengan rumus berikut : P = F x 100 % N Keterangan : P = Presentase F =
Jumlah jawaban yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal Kategori pengetahuan (Budiman
& Riyanto, 2013) 1) > 75 % : Baik 2) ≤ 75 % : Kurang Baik(skripsi definisi operasional)

2). Praktik atau Tindakan


Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respons. Sikap
dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana
dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud
dalam tindakan nyata(notoadmodjo,2012 dalam (nurmalita sari, 2020)
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu
perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap
stimilus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003). Suatu
rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu
bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku.
kalau tindakan merupakan suatu kegiatan kita untuk menyelesaikan
masalah secepat mungkin. kalau perilaku merupakan tingkah laku atau
perbuatan kita sehari hari. contohnya: tindakan kita dalam menyelesaikan
masalah kesehatan gigi dan mulut. contoh perilaku: tingkah laku kita sehari
hari dalam menjaga kebersihan apakah baik atau buruk.
Praktik dan Tindakan (Practice) Setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan,
atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab
itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal – hal tersebut diatas,
yakni (adventus,all 2019):

a. Tindakan (praktik)sehubungan dengan penyakit Tindakan atau


perilaku ini mencakup :
a) pencegahan penyakit misalnya mengimunisasikan anaknya,
melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali untuk
pencegahan penyakit DBD, menggunakan masker saat bekerja di
ditempat kerja yang berdebu,mencuci tangan dan sebagainya;
dan
b) penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk
dokter, melakukan anjuran – anjuran dokter, berobat ke fasilitas
kesehatan, melakukan terapi pengobatan sesuai jadwal yang
sudah ditentukan secara teratur, melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin setelah pengobatan .

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


Tindakan atau perilaku untuk meningkatkan status kesehatan dan
memelihara kesehatan seperti: mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan
sebagainya.

c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan


Perilaku ini antara lain mencakup membuang air besar di jamban
(WC), membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air
bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya

b) Faktor Pendukung (Enabling Factor)


Faktor Pendukung Kepatuhan Perilaku Cuci Tangan Selain faktor
predisposisi yang mendasari terbentuknya perilaku cuci tangan tenaga
kesehatan, faktor pendukung (enabling factor) seperti fasilitas cuci tangan
di rumah sakit atau di klinik juga mempengaruhi. Fasilitas yang memadai
akan menimbulkan motivasi dan semangat dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu tindakan. Pada perilaku cuci tangan tenaga kesehatan,
penyediaan alat cuci tangan yang memadai seperti wastafel, sabun, air yang
mengalir lancar, handuk tu tisu sekali pakai,larutan antiseptic,poster
mencuci tangan dan letaknya yang mudah dijangkau, akan membuat tenaga
kesehatan semakin semangat dan termotivasi dalam melakukan cuci tangan
tangan. (Wahyuni & Kurniawidjaja, 2022)
Pengukuran fasilitas mencuci tangan :
Untuk pertanyaan dimana jika jawaban responden “Ada” maka akan diberi skor “1” dan jika
jawaban responden “Tidak Ada” maka akan diberi skor “0”. Jika responden menjawab
pertanyaan ketersediaan fasilitas semuanya ada dikategorikan mendukung.
Kategori ketersediaan fasilitas
1) mendukung : 100 % 2) tidak mendukung : < 100 % (skripsi definisi operasional 3)(kuisoner
di skripsi definisi operasional 1)

c) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)


Merupakan faktor yang dapat membuat pekerja mempertahankan dan
mengulangi perilaku yang diharapkan, diantaranya adalah pengawasan atau
supervisi dari atasan atau supervisor(pimpinan atau dosen) atau dukungan
dari rekan kerja (teman sejawat) serta dukungan keluarga yang dapat
menjadi pendorong dan penguat bagi seseorang untuk terus berperilaku
sehat (Kurniawidjaja, 2020 dalam) Faktor penguat merupakan faktor yang
datang sesudah perilaku dalam memberikan ganjaran atau hukuman atas
perilaku dan berperan dalam menetapkan atau lenyapnya perilaku tersebut.
(Wahyuni & Kurniawidjaja, 2022)
Pengukuran supervisi :
opsi jawaban disusun dalam kategori biner, “ya” dan “tidak.” Jika responden menjawab
seluruh pertanyaan “ya” dikategorikan supervisi dilakukan dengan baik(elsa oktaviani)
kategori supervisi :
1) baik : 100 % 2) kurang : < 100 %

2. Prilaku
a. Pengertian Prilaku
Konsep Perilaku Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, (2003)
menyatakan perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/ reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2010).
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a. Perilaku tertutup (Convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

3. Mencuci Tangan
Gambar 1. Mencuci tangan

a. Pengertian Mencuci Tangan


mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyakit infeksi .
mencuci tangan yaitu membasahi kedua tangan pada air mengalir yang
bertujuan untuk menghilangkan kuman yang menempel di tangan dan
menghindari penyakit. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba
ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada
kuku, tangan dan lengan (Idris, 2022). Mencuci tangan adalah proses yang
secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun dan air. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat
perlingungan diri lain (tiedjen, 2004).WHO menjelaskan bahwa mencuci
tangan merupakan tindakan atau prosedur memebersihkan tangan
menggunakan sabun dan air mengalir atau dengan hand rub menggunakan
hand sanitier berbasil alkohol yang bertujuan untuk mengurangi dan
mencegah berkembangnya mikroorganisme di tangan (Idris, 2022)

b. Tujuan Mencuci Tangan


tujuan mencuci tangan secara umum(Idris, 2022),yaitu:
1) Menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan
2) mencegah infeksi silang
3) menjaga kondisi steril
4) melindungi diri dari pasien dan infeksi
5) memberikan perasaan segar dan bersih
adapun tujuan mencuci tangan menurut dapartemen kesehatan RI (2008),
yaitu
1) meminimalkan atau menghlangkan mikroorganisme yang ada di tangan.
2) Mencegah perpindahan mikroorganisme dari lingkungan ke pasien dan dari
pasien ke petugas.

c. Indikasi Mencuci Tangan


Indikasi saat melakukan hand hygiene adalah (d.schaffer, 2000);
1) sebelum dan setelah kontak dengan pasien atau melakukan prosedur,
seperti mengganti balutan, melakukan injeksi, penggantian infus, drainase
atau darah,melakukan penambalan gigi,pencabutan gigi,scalling dan
sebagainya
2) Sebelum dan sesudah memegang pelatanan yang digunakan pasien.
3) Sebelum dan setelah melepas sarung tangan
4) Setelah kontak dengan cairan tubuh dan sebelum prosedur aseptic
5) Setelah menggunakan ruang istirahat dan setelah membersihkan atau
mengelap hidung.
6) Sebelum dan setelah makan
7) Sebelum dan sesudah mengambil spesimen
8) Bila tangan kotor
9) Bila akan bertugas dan bila selesai bertugas.

d. Sarana Mencuci Tangan


Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan ketersediaan
fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja (Idris, 2022)
1) Air mengalir
Sarana utama utama hand hygiene adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air
mengalir tesebut maka mekroorganisme yang terlepas karena gesekan
mekanis atau kimiawi saat hand hygiene akan terhalau dan tidak
menempel lagi dipermukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa
kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara menguyur
dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinyaa
pencermaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas
cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus
PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki 48
berkran di ruang pelayanan/perawatan kesehatan agar mudah dijangkau
oleh para petugas kesehatan.

2) Sabun dan deterjen


Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tertapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan
permukaan sehingga mikroogarnisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang
dengan meningkat frekuensi hand hygiene, namun di lain pihak dengan
seringnya menggunakan sabun dan deterjen maka lapisan lemak kulit
akan hilang dan membuat kulit terjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya
lapisan lemak akan memberikan peluang untuk tumbuhnya kembali
mikrooganisme.

3) Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topical, dipakai pada
kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau
membunuh mikrooganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia
yang memungkinkan untuk mengunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam efektivitas, aktivitas, akibat dan
rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik
tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak
dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah
mikrooganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.

Menurut permenkes no.27 tahun 2017 Kreteria memilih antiseptik adalah


sbb :
1) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak
mikrooganisme secara luas (gram positif dan gram negatif, virus
lipofilik, basilus dan tuberkulisis, fungsi, endospora)
2) Efektif dalam mengurangi dan mencegah mikroorganisme
3) tidak membuat iritasi
4) tidak menyebabkan elergi.

Macam-macam Hand Hygiene Hand hygiene medis dibedakan menjadi 3


jenis yaitu (tiedjen, 2004):
1) Handcrub: menggunakan gel dengan alkohol selama 20-30 detik
(dilakukan 4 gerak setiap langkah hand hygiene secara berulang)
dilakukan pada saat tangan tidak kotor.
2) Handwash; menggunakan air mengalir dengan sabun selama 40-60
detik (dilakukan 6 gerakan setiap langkah hand hygiene berulang).
3) cuci tangan bedah; suatu upaya membersihkan tangan dari benda
asing dan mikrooganisme dengan menggunkan metode yang paling
maksimal sebelum melakukan prosedur bedah. Upaya mengurangi
mikrooganisme potoge pada area tangan, hand hygiene metode
bedah dilakukan dengan sangat hati-hati dan dalam waktu relatif
lama. Pelaksanaan tangan dengan hand hygiene efektif
membutuhkan waktu sekitar 2-4 menit.
e. Metode Mencuci Tangan(tiedjen, 2004)
1) menggunakan sabun dan air
Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir . Tuangkan sabun
kurang lebih 5 cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan.
b) Mulai teknik enam langkah meeenurut WHO :
i. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak tangan
ii. Gosok telapak tangan kanan diatas punggun tangan kiri dengan
jarijari saling menjalin dan sebaliknya.
iii. Gosok kedua telapak tangan dan jari-jari saling menjalin
iv. Gosok punggung jari-jari pada telapak tangan yang berlawanan
dengan jari-jari saling mengunci.
v. Gosok memutar ibu jari kiri dengan tangan kanan mengunci pada
ibu jari tangan kiri dan sebaliknya.
vi. Gosok kuku jari-jari kiri memutar pada telapak tangan kanan dan
sebaliknya.
c). Bilas tangan dengan air mengalir
d). Keringkan tangan sekering mungkin dengan tisu.
e). Gunakan tisu untuk mematikan kran.

2) Cuci tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol (handrub)


Teknik menggunakan handcrub Pelaksanaan membersihkan tangan
dengan menggunakan alkohol based handcrub efektif membutuhkan
waktu sekitar 20-30 detik melalui 6 langkah kebersihan tangan. Prosedur
ini dimulai dengan menuangkan 3-5 ml handrub kedalam telapa tangan :
a) gunakan antiseptik secukupnya untuk melumuri seluruh permukaan
tangan dan jari jemari
b) gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah
tangan, kkhususnya diantara jari jemari dan di bawah kuku hingga
kering

3) cuci tangan bedah.


Cuci tangan bedah adalah suatu upaya membersihkan tangan dari benda
asing dan mikroorganisme dengan menggunakaan metode yang paling
maksimal sebelum melakukan prosedur bedah. Dengan tujuan tertinggi
dalam upaya mengurangi mikoorganisme patogen pada area tangan, hand
hygiene metode bedah melakukan dengan sangat hati-hati dalam waktu
yang relatif lebih lama. Pelaksanaan membersihkan dengan hand hygiene
efektif membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit melalui 3 tahap dengan
langkah-langkah :

a) Lepaskan cincin, jam tangan, dan gelang


b) Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga siku dengan
sabun dan air bersih.
c) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku.
d) Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air.
e) Gunakanlah bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan sampai
bawah siku dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat selama
sekurang –kurangnya 2 menit
f) Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah
seluruhnya dengan air bersih.
g) Tegakkan kedua tangan keatas dan jaukan dari badan. Jangan sentuh
permukaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan itu dengan
lap bersih dan kering atau keringkan degan diangin-anginkan.
h) Pakailah sarung tangan bedah yang steril pada kedua tangan
Gambar 2. Enam langkah mncuci tangan menurut WHO

5 momen mencuci tangan menurut who, yaitu(Ananingsih, 2016):


a) melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien.
b) sebelum melakukan prosedur bersih dan steril
c) setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
d) setelah bersentuhan dengan pasien
e) setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien

f. Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Mencuci Tangan Menurut Word


Health Organization (2009) Antara Lain :
1) Rawat atur menggunakan tangan secara teratur menggunakan krim tangan
pelindung atau lotion, minimal satu kali per hari
2) Jangan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air segera sebelum atau
setelah menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol
3) Jangan gunakan air panas untuk membilas tangan.
4) Setelah mencuci tangan menggunakan antiseptik dan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air, biarkan tangan benar-benar kering.
5) Sebelum memakai sarung tangan
6) Jangan memakai kuku buatan atau ekstender ketika kontak langsung
dengan pasien.
7) Sebaiknya menjaga kuku tetap pendek

4. Klinik Gigi
Klinik Gigi dan Mulut merupakan tempat bagi pasien untuk
mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan,
personil yang terlibat adalah dokter gigi , perawat gigi , pasien, dan pekerja
lainnya. Pada klinik gigi dan mulut terdapat beberapa dental unit yang
digunakan untuk keperluan perawatan gigi dan mulut pasien. Dental unit terdiri
dari kursi operator, kursi pasien dan pegangannya, lampu, tempat kumur, meja
instrumen, saliva ejector (suction), high speed handpiece, low speed handpiece,
air-water syringe, dan ultrasonic scaler (Szymańska, 2007). Setiap dental unit
memiliki potensi sebagai perantara dalam proses infeksi silang sehingga
operator maupun pasien memiliki risiko tinggi terhadap paparan infeksi silang
(Gu`ida et al., 2012)

B. Kerangka Teori

kepatuhan

Faktor penyebab yang


mempengaruhi kepatuhan :

1. Faktor predisposisi :
- pengetahuan
-praktik atu tindakan

2. Faktor pendukung :
-ketersediaan faasilitas cuci tangan

3. Faktor pendorong :
-peran dosen dan teman sejawat
Mencuci tangan 6 langkah dalam 5 momen
menurut who

Klinik gigi

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep atau
variable yang akan diamati ( diukur ) melalui penelitian yang akan dilakukan
( Notoatmojo, 2010 ). Kerangka konsep dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Variabel bebas ( independent ) yang sifatnya mempengaruhi, dalam penelitian


ini adalah faktor penyebab.
2. Variabel terikat ( dependent ) yang sifatnya terpengaruhi dalam penelitian
adalah kepatuhan mahasiswa

Faktor penyebab
Kepatuhan mahasiswa mencuci
- Pengetahuan
tangan sebelum dan sesudah
- Ketersediaan fasilitas
- Peran dosen dan teman sejawat tindakan

A. Variabel Dan Data Operasional Penelitian


N variabel Definisi indikator Alat skala skor
o operasional ukur
1 Variabel Jawaban benar dari Pedoman kuisone ordina Kategori
Independent responden terhadap WHO r l Baik : >75
1. Tingkat pertanyaan tentang tentang % Kurang
Pengetahuan mencuci tangan kebersihan Baik : ≤ 75
tangan : %
1. Pengertian (Budiman
mencuci & Riyanto,
tangan 2013)
2.
Pengertian
five
moments
cuci tangan
3. Tujuan
melakukan
five
moements
cuci tangan
4. Dampak
tidak
melaksanaka
n five
2.ketersediaa Segala sesuatu yang moments
n fasilitas dibutuhkanrespond hand
en untuk melakukan hygiene
cuci tangan pakai
sabun. Tersedianya
Washtafel
dengan air
mengalir
bersih dan
jernih,
sabun
antiseptic,
handuk atau
tisu sekali
pakai,
larutan
antiseptic
dan poster
cuci tangan.
3.supervisi Peran dosen dan
(dosen dan teman sejawat
teman yaitu adanya
sejawat) kegiatan
mengawasi,
memeriksa,
meneliti yang
dipandang sebagai
proses yang
dinamis dengan
memberikan
dorongan dan yang
tidak melakukan
akan diberi sanksi
atau hukuman
dalam melakukan
tindakan mencuci
tangan.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian
yang digunakan adalah penelitian survey deskriftif dengan pendekatan cross-
sectional. Metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang terjadi didalam
masyarakat (Notoatmodjo, 2010) .

B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data atau wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan akan dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(sugiyono,2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
tingkat II jurusan kesehatan gigi poltekkes tanjung karang.
2. Sampel
Sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (sugiyono,2016) atau perwakilan dari populasi yang akan
diteliti. Teknik sampling pada penelitian ini adalah total sampling dimana
semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiono, 2022:127).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah mahasiswa tingkat II
jurusan kesehatan gigi yaitu sebanyak 76 orang (total sampling)
a.. Kriteria inklusi
1). Mahasiswa terdaftar aktif sebagai mahasiswa jurusan kesehatan gigi
Poltekkes Kemenkes tanjung karang.
2). Sedang dan atau sudah mengikuti pembelajaran luring penatalaksanaan
infeksi silang
3). Sedang mengikuti pembelajaran praktik di klinik jurusan kesehatan gigi
poltekkes tanjung karang
b. Kriteria eklusi
a. Tidak pernah mengikuti pembelajaran luring penatalaksanaan infeksi silang
b. tidak lagi mengikuti kegiatan praktik di klinik jurusan kesehatan gigi
poltekkes tanjung karang.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di jurusan kesehatan gigi poltekkes tanjung karang,
kegiatan ini akan dilakukan bulan mei-juni 2023

D. Jenis Pengumpulan Data


1. Jenis Data

a. Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data


kepada pengumpul data. Data primer pada penelitian ini menggunakan lembar
kuisoner yang telah dibagikan pada setiap responden.

b. Data skunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data


pada pengumpul data, misal nya lewat orang lain atau lewat dokumen.
(Sugiyono, 2022:194). Peneliti memperoleh data tersebut dari bagian
akademik jurusan kesehatan gigi poltekkes tanjung karang.

E. Prosedur Pengumpulan Data


Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa
tahap yaitu:
1. Meminta surat izin penelitian kepada bagian Akademik Program Studi
kesehatan gigi dan mengajukan surat permohonan izin kepada pihak jurusan
kesehatan gigi poltekkes tanjung karang sebagai tempat penelitian untuk
mengadakan penelitian.
2. meminta data mahasiswa kesehatan gigi yang telah mengikuti pembelajaran
penatalaksanaan infeksi silang dan masi mengikuti kegiatan praktik di klinik
gigi sebagai calon responden kepada pihak jurusan kesehatan gigi poltekkes
tanjung karang.
3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk di tandatangani
oleh calon responden, jika calon respoden setuju menjadi subjek penelitian.
4. Mengobservasi tingkat kepatuhan mahasiswa kesehatan gigi dalam
penerapan cuci tangan yang benar di klinik gigi menggunakan lembar
ceklist.
5. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 3 orang rekan sejawat.
6. Membagikan lembar kuisoner dengan penjelasan dari peneliti dan pengisian
oleh responden.
7. peneliti melakukan pengecekan ulang jika terdapat pernyataan yang belum
terjawab segera meminta responden untuk melengkapi.
8. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel
penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu
menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner ada 3 yaitu kuesioner
pengetahuan,ketersediaan fasilitas, dan peran dosen dan teman sejawat terhadap
cuci tangan. Metode observasi dengan check list untuk melihat praktik cuci
tangan yang dilakukan oleh responden.

G. Pengolahan Dan Analisis Data


1. PengolahanData
a. Editing
Editing yaitu pengecekan dan perbaikan kembali data sehingga diperoleh
datayang sebenarnya.
b. Coding.
Coding yaitu pemberian kode berupa angka atau bilangan pada aspek
yang diteliti agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengolahannya.
c. Entry
Entry yaitu memasukkan data yang diperolehdan dikelompokkan kedalam
komputer untuk diolah lebih lanjut.
d. Cleaning
Apabila semua data selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk
melihat kemungkinan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan Perbaikan atau
koreksi.

2. Analisa Data
Data yang dikumpulkan, diolah dengan komputer. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis univariat. Analisis univariat yaitu menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel.hasil analisis ini
disajikan dalam bentuk tabel

DAFTAR PUSTAKA
Ananingsih, E. M. R. (2016). Kepatuhan 5 Momen Hand Hygiene Pada Petugas Di
Instalasi Laboratorium Rsui Madinah Sembon. Jurnal Ekonomi Bisnis, 5(1), 16–
24. https://doi.org/10.18196/jmmr.5102.Kepatuhan
d.schaffer, susan. (2000). PENCEGAHAN INFEKSI DAN PRAKTIK YANG AMAN
(Y. ASIH (ed.)). PERPUSTAKAAN NASIONAL.
Endiyono, E., & Prasetyo, F. D. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand
Wash di IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The 6th
University Research Colloquium, 445–450.
https://journal.unimma.ac.id/index.php/urecol/article/view/1106
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur
Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 95–98.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.028.01.31
Idris, H. (2022). HAND HYGIENE panduan bagi petugas kesehatan. KENCANA.
Ilmiah, J., Batanghari, U., Aini, K., Idris, H., & Zulkarnain, M. (2022). Kepatuhan
Cuci Tangan Petugas Non Kesehatan: Literatur Review. 22(3), 1985–1990.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i3.2860
Komala Dewi, R. R. (2019). Faktor Determinan Kepatuhan Perawat Dalam
Melakukan Praktik Cuci Tangan Di Rsud Ade Muhammad Djoen Sintang.
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, 4(4), 232.
https://doi.org/10.29406/jkmk.v4i3.865
nurmalita sari, marlynda happy dkk. (2020). DASAR-DASAR KOMUNIKASI
KESEHATAN ( janner simarmata (ed.)). yayasan kita menulis.
Octaviani, E., & Fauzi, R. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Mencuci Tangan pada Tenaga Kesehatan di RS Hermina Galaxy
Bekasi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 16(1), 12–19.
Rahayu. (2016). Pelaksanaan Cuci Tangan Perawat di Ruang Perawatan Anak Rumah
Sakit Swasta di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 401, 21–26.
Riyadi, S., & Kurnianti, R. (2018). Efektivitas penerapan cuci tangan disinfeksi
dalam meningkatkan kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi silang di
laboratorium pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Jurnal Bahan Kesehatan
Masyarakat, 2(2), 139–146.
saputra marzuki, dian dkk. (2019). efektivitas kepatuhan terhadap protokol
kesehatan covid-19 pada pekerja sektor informal di kota makassar. uwais
inspirasi indonesia. https://books.google.co.id/books?
id=7_pMEAAAQBAJ&pg=PA10&dq=Teori+Kepatuhan&hl=id&newbks=1&n
ewbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwi6yoPuyv79
AhX89DgGHe8gBHUQ6wF6BAgLEAU
setya rini, puji dkk. (2021). tingkat pengetahuan perawat tentang penerapan prinsip
enam tepat dalam pemberian obat diruang rawat inap (N. Wahid (ed.)).
wawasan ilmu.
faktor+yang+mempengaruhi+pengetahuan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0
&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjLrqq16f79AhVnRmwGH
RLlDG0Q6wF6BAgNEAU
Siregar, F. R., & Meliala, A. (2020). Penerapan Cuci Tangan Peserta Didik Di Rumah
Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Gadjah Mada Prof. Soedomo. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 23(02), 44–50.
https://journal.ugm.ac.id/v3/JMPK/article/view/4177
tiedjen, linda dkk. (2004). PANDUAN PENCEGAHAN INFEKSI untuk fasilitas
pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas ( abdul bari Saifuddin (ed.)).
YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Wahyuni, W., & Kurniawidjaja, M. (2022). Kepatuhan Perilaku Cuci Tangan Tenaga
Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19: a Systematic Review. PREPOTIF :
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 268–277.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.2907
Wibowo, T., & Parisihni, K. (2009). Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai
infeksi silang. Journal PDGI, 58(2), 6–9.
Zainaro, M. A., & Laila, S. A. (2020). Hubungan Motivasi Dan Sikap Dengan
Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Di Ruang Rawat Inap
Rsud Dr. a. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Malahayati Nursing
Journal, 2(1), 68–82. https://doi.org/10.33024/manuju.v2i1.1679

Anda mungkin juga menyukai