BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencucian tangan merupakan salah satu cara pengontrolan infeksi yang sangat
mudah dilakukan. Pencucian tangan ini wajib dilakukan sebelum dan setelah
perawat melakukan tindakan perawatan namun, bila kita telaah lebih dalam
tindakan nyata di lingkungan klinis masih banyak perawat kita yang belum
mempunyai tingkat kesadaran tinggi untuk memperhatikan pentingnya cuci
tangan bagi kesehatan pasien dan dirinya sendiri. Manfaat ini juga penting
dalam mengurangi penyebaran mikroorganisme dan mencegah terjadinya
penyakit (Novitasari, 2011).
1
STIKes Faletehan
2
Perilaku cuci tangan perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai
pengaruh besar terhadap kesehatan perawat dalam pencegahan terjadinya
infeksi nosokomial. Perawat memiliki andil yang sangat besar terhadap
terjadinya infeksi nosokomial karena perawat berinteraksi secara langsung
dengan pasien selama 24 jam (Prayitno, 2012).
Mencuci tangan dengan benar di negara maju lebih banyak di jumpai karena
mereka sadar akan sanitasi diri. negara maju merupakan Negara yang kaya
akan teknologi dan fasilitas tersedia. Di negara berkembang, kegagalan yang
dimaksud sering dipicu oleh keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas
cuci tangan. Namun ketika sudah ada dana, kendala berikutnya yang
sebenarnya paling memprihatinkan adalah kurangnya kepatuhan untuk
menaati prosedur (Prayitno, 2012).
Rumah sakit merupakan salah satu tempat merawat pasien dengan berbagai
kondisi. Keadaan ini memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial. Salah
Satu usaha pencegahan infeksi nosokomial adalah dengan cara cuci tangan.
Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
STIKes Faletehan
3
keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung diri lain.
Tindakan ini penting untuk mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja terjaga dari
infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).
STIKes Faletehan
4
umum yang ada di wilayah Kabupaten Lebak. Hasil data dan informasi
diketahui bahwa jumlah personil perawat yang bekerja di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012 sebanyak 31 orang.
B. Rumusan Masalah
STIKes Faletehan
5
Dari data tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-
faktor apa saja yang berhubungan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum dan
sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan cuci tangan
sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD
Malingping Kabupaten Lebak tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping Kabupaten
Lebak tahun 2012
b. Diketahuinya gambaran umur perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012
c. Diketahuinya gambaran jenis kelamin perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012
d. Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan perawat di RSUD
Malingping Kabupaten Lebak tahun 2012
e. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012
STIKes Faletehan
6
D. Manfaat Penelitian
STIKes Faletehan
7
3. Bagi Peneliti
Diharapkan memperoleh pengetahuan dan wawasan dalam bidang
penelitian/riset keperawatan di rumah sakit khususnya faktor-faktor yang
berhubungan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan pada perawat.
E. Ruang Lingkup
STIKes Faletehan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Nosokomial
1. Definisi
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya
penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat
untuk merawat/rumah sakit. Jadi, infeksi nosokomial dapat diartikan
sebagai infeksi yang terjadi di rumah sakit (Creasoft, 2012).
Infeksi nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau
pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit.
2. Kriteria
STIKes Faletehan
9
3. Cara Penularan
STIKes Faletehan
10
a. Staphylococcus aureus
b. Streptococcus
c. Pneumocoocus
d. Listeria monocytogenes
STIKes Faletehan
11
f. Neisseria gonorrhoeae
STIKes Faletehan
12
hila diketahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini,
amnionitis, bayi baru lahir yang berbau busuk atau bayi yang
menderita abses di kepala sebagai akibat pengambilan darah intra
uterin untuk menganalisa gas darah, setal hematom yang terinfeksi,
perforasi usus dan setiap penyakit infeksi yang tidak sembuh-sembuh
dengan pengobatan. Kuman anaerob lainnya yang sangat berbahaya
adalah Clostridium tetani. Kuman ini berbentuk spora bila diluar tubuh
manusia dan didalam tubuh akan mengeluarkan tetanospasmin suatu
toksin neurotropik yang menyebabkan kejang otot yang merupakan
manifestasi klinik untuk diagnosis tetanus neonatorum. Tempat
masuknya kuman ini biasanya dari tali pusat oleh karena alat
pemotong tali pusat yang tidak steril atau cara merawat tali pusat yang
tidak mengindahkan tindakan aseptic dan antiseptik. Misalnya tali
pusat dibungkus dengan bubuk atau daun-daun tertentu atau dibiarkan
saja terbuka sehingga kontaminasi dengan Clostridum mudah terjadi.
h. Infeksi jamur
Infeksi jamur yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir
adalah yang disebabkan oleh Candida albicans. Infeksi ini dapat
terjadi :
1) Intra uterin sebagai akibat naiknya mikro organisme ini dari vagina
ke uterus, dan dapat menimbulkan pneumonia kongenital dan
septikemia.
2) Koloni Candida albicans yang dibawa bayi ketika melalui jalan
lahir atau didapat di tempat perawatan, misalnya ditularkan melalui
dot, tangan para petugas yang mengandung Candida albicans.
Candidiasis yang paling sering di temukan ialah “oral thrush”
(Candidiasis mulut). Penyakit ini merupakan endemis ditempat
perawatan bayi baru lahir. Keadaan ini memudahkan terjadinya
Candidiasis usus dengan tanpa diare, candidiasis perianal,
candidiasisparu dan candidiasis sistemik. Candidiasis sistemik
dapat pula terjadi pada pemberian cairan melalui pembuluh darah
balik dan dapat menyebabkana abses hati. Pemakaian obat
STIKes Faletehan
13
i. Infeksi virus
STIKes Faletehan
14
Semua unsur diatas, besar atau kecil dapat memberi kontribusi terjadinya
infeksi nosokomial. Pencegahan melalui pengendalian infeksi nosokomial
di rumah sakit saat ini mutlak harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran
manajemen rumah sakit. Dimulai dari direktur,, wakil direktur pelayanan
medis, wakil direktur umum, kepala UPF, para dokter, bidan/perawat, dan
lain-lain.
STIKes Faletehan
15
STIKes Faletehan
16
g. Pembersihan
Lingkungan Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan
perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
h. Instrumen Tajam
1) Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
2) Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
3) Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum
bekas dengan tangan
4) Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus
tusukan
i. Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain
untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke
mulut
j. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang
pribadi / isolasi
STIKes Faletehan
17
B. Kewaspadaan Universal
1. Definisi
STIKes Faletehan
18
2. Tujuan
STIKes Faletehan
19
STIKes Faletehan
20
a) Cuci tangan
b) Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk
membuka paket sarung tangan. Perhatikan tempat menaruhnya
(steril atau minimal DTT)
c) Buka pembungkus sarung tangan, minta bantuan petugas lain
untuk membuka pembungkus sarung tangan. Letakan sarung
tangan dengan bagian telapak tangan menghadap keatas
d) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi
sebelah dalam lipatannya, yaitu bagian yang akan bersentuhan
dengan kulit tangan saat dipakai
e) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke
lantai, sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka.
Masukan tangan (jaga sarung tangan supaya tidak menyentuh
permukaan)
f) Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari
tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian
lipatannya, yaitu bagian yang tidak akan bersentuhan dengan
kulit tangan saat dipakai
g) Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara memasukan jari-
jari tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian
luruskan lipatan, dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa
pas dan enak ditangan
2) Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian
bawah, rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah
cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masik
kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif
dalam mencegah dengan baik.
STIKes Faletehan
21
STIKes Faletehan
22
1) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan
kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan
selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi
pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti misalnya tumpahan
darah atau cairan tubuh, Juga sebagai langakah pertama
pengelolaan limbah yang tidak dimusnahan dengan cara insinerasi
atau pembakaran.
STIKes Faletehan
23
2) Pencucian alat
Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan
langkah penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang
memadai maka pada umumnya proses disenfeksi atau selanjutnya
menjadi tidak efektif. Kotoran yang tertinggal dapat mempengaruhi
fungsinya atau menyebabkan reaksi pirogen bila masuk ke dalam
tubuh pasien. Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan
darah, misalnya kursi roda, alat pengukur tekanan darah, infus
STIKes Faletehan
24
STIKes Faletehan
25
STIKes Faletehan
26
c) Resiko rendah
Alat yang masuk dalam kategori resiko rendah adalah yang
digunakan pada kulit yang utuh dan bukan untuk lapisan
mukosa. Kulit utuh adalah pertahanan yang efektif terhadap
infeksi semua jenis mikroorganisme, oleh karena itu sterilisasi
tidak begitu diperlukan. Contoh alat yang masuk kategori
resiko rendah adalah pispot, tensimeter, linen, tempat tidur,
peralatan makan, perabotan, lantai. Walaupun peralatan
tersebut mempunyai resiko rendah untuk menyebabkan infeksi,
namun dapat menjadi perantara sekunder dengan jalan
mengkontaminasi tangan petugas kesehatan atau peralatan yang
seharusnya steril oleh karena itu alat tersebut tetap perlu
didesinfeksi dengan disinfeksi tingkat rendah.
STIKes Faletehan
27
STIKes Faletehan
28
e. Pengelolaan Limbah
STIKes Faletehan
29
infeksius hitam untuk non medis atau wadah yang diberi label yang
mudah dibaca.
2) Penampungan Sementara
Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah dibuang.
Syarat yang harus dipenuhi adalah : a) Di tempatkan pada daerah
yang mudah dijangkau petugas, pasien, dan pengunjung. b) Harus
tertutup dan kedap air. c) Hanya bersifat sementara dan tidak boleh
lebih dari satu hari.
3) Pembuangan Benda Tajam
a) Wadah benda tajam merupakan linbah medis yang harus
dimasukkan kedalam kantong sebelum insinerasi.
b) Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi tetapi bila tidak
mungkin dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain
c) Apapun metode yang dilakukan haruslah tidak memberikan
perlukaan
1. Definisi
STIKes Faletehan
30
Menurut Nursalam dan Ninuk (2007), ada tiga car cuci tangan yang
dilaksanakan sesuai kebutuhan. Yaitu:
STIKes Faletehan
31
a. Cuci tangan higienik atau rutin yaitu mengurangi kotoran dan flora
yang ada ditangan dengan menggunakan sabun atau detergen.
b. cuci tangan aseptik yaitu cuci tangan sebelum tindakan aseptik pada
pasien dengan menggunakan antiseptik.
c. Cuci tangan bedah yaitu sebelum melakukan tindakan bedah, cara
aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
Disamping cara diatas ada alternatif cuci tangan yaitu cuci tangan berbasis
alkohol, menurut Depkes cuci tangan alternatif hanya menggantikan cuci
tangan higienis/rutin, tidak dapat menggantikan cuci tangan bedah.
a. Cuci tangan rutin
Menurut Depkes (2008), cuci tangan rutin atau membersihkan tagan
dengan sabun dan air harus dilakukan seperti dibawah:
1) Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
2) Tuangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair.
3) Ratakan dengan kedua telapak tangan.
4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
5) Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saing mengunci.
7) Gosok ibu jari kiri putar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
8) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
10) Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel
sampai benar-benar kering.
11) Gunakan handuk sekali pakai atau towel tissue untuk menutup
kran.
STIKes Faletehan
32
STIKes Faletehan
33
STIKes Faletehan
34
D. Perilaku
1. Definisi
STIKes Faletehan
35
2. Determinan-Determinan Perilaku
- Pengetahuan
- Persepsi
- Pengalaman - Sikap
- Keyakinan - Keinginan Perilaku
- Fasilitas - Kehendak
- Sosio-budaya - Motivasi
- Niat
STIKes Faletehan
36
Secara jelas, kerangka perilaku dari Green (1980) dapat dilihat dalam
bagan berikut.
Predisposing factors :
Pengetahuan, karakteristik, sikap,
tradisi, kepercayaan, nilai
Enabling factors :
Ketersediaan sumber-sumber Perilaku
fasilitas kesehatan
Reinforcing factors :
Sikap dan perilaku petugas
STIKes Faletehan
37
1. Umur
Umur atau satuan usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau zat makhluk yang hidup maupun yang mati,
semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga seseorang dapat
meningkatkan kematangan mental dan intelektual serta dapat membuat
keputusan yang bijaksana dalam bertindak (Sarwono, 2005).
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat
utama, umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya
resiko serta sikap resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah
kesehatan/ penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur
individu tersebut (Noor, 2008).
Umur merupakan salah satu dari faktor sosial yang juga mempengaruhi
status kesehatan kesehatan seseorang dan berdasarkan golongan umur,
maka dapat dilihat perbedaan pola penyakit (Kresno, 2000).
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
STIKes Faletehan
38
4. Pengetahuan
STIKes Faletehan
39
STIKes Faletehan
40
Menurut teori perilaku dari Green dalam Notoatmodjo (2007), Sarana cuci
tangan merupakan faktor pendukung yang dapat mempengaruhi perilaku
atau tindakan mencuci tangan pada perawat.
Dengan adanya pengawasan yagn baik dari atasan, maka akan memberikan
kontribusi terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan kebiasaan cuci
tangan yang dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan terhadap pasien.
F. Kerangka Teori
STIKes Faletehan
41
Faktor Predisposisi :
Umur Faktor Pendukung : Faktor Penguat :
Pendidikan
Pengetahuan
STIKes Faletehan
42
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pengetahuan
Faktor Penguat :
6. Pengawasan
42
STIKes Faletehan
43
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Cara dan Alat
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Kebiasaan Tindakan perawat Observasi 0. Tidak Ordinal
Cuci Tangan dalam melakukan cuci Lembar checklis 1. Ya
Sebelum Dan tangan menggunakan
Sesudah sabun sebelum dan
Melaksanakan sesudah melakukan
Tindakan tindakan terhadap
pasien
2 Umur Lama hidup perawat Kuesioner 0. < mean Ordinal
dihitung dari lahir 1. > mean
sampai penelitian
dilakukan
3 Jenis kelamin Tanda-tanda fisik yang Kuesioner 0. Laki-laki Nominal
dibawa sejak lahir dan 1. Perempuan
membedakan antara
peawat laki-laki dan
perempuan
4 Pendidikan Jenjang sekolah formal Kuesioner 0. DIII Ordinal
yang ditamatkan oleh Keperawatan
perawat dan 1. S1
memperoleh ijazah Keperawatan
5 Pengetahuan Tingkat pemahaman Kuesioner 0. Kurang, jika Ordinal
perawat tentang Diukur dari 15 < 56%
berbagai hal yang pertanyaan dan 1. Cukup, jika
berkaitan dengan 3 pilihan 56-75%
perilaku cuci tangan jawaban. 2. Baik, jika
> 75%
6 Sarana Ada tidaknya sarana Kuesioner 0. Kurang, jika Ordinal
prasarana cuci tangan Diukur dari 5 skor jawaban
yang disediakan oleh pertanyaan dan < 2,5
pihak rumah sakit 2 pilihan 1. Baik, jika
beserta kondisinya jawaban, skor jawaban
dengan skor 0 > 2,5
dan 1. Total
skor jawaban 0-
5. median 2,5
7 Pengawasan Tanggapan perawat Kuesioner 0. Kurang, jika Ordinal
mengenai ada tidaknya Diukur dari 5 skor jawaban
supervisi dari atasan pertanyaan dan < 2,5
dalam hal perilaku cuci 2 pilihan 1. Baik, jika
tangan pada perawat jawaban, skor jawaban
dengan skor 0 > 2,5
dan 1. Total
skor jawaban 0-
5. median 2,5
STIKes Faletehan
44
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kebiasaan cuci tangan sebelum dan
sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebiasaan cuci tangan sebelum
dan sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
3. Ada hubungan antara pendidikan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum
dan sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum
dan sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
5. Ada hubungan antara sarana dengan kebiasaan cuci tangan sebelum dan
sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
6. Ada hubungan antara pengawasan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum
dan sesudah melaksanakan tindakan pada perawat di RSUD Malingping
Kabupaten Lebak tahun 2012.
STIKes Faletehan
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
C. Populasi
D. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam
penelitian ini dengan mengambil seluruh populasi yang ada, yaitu seluruh
perawat yang bertugas di RSUD Malingping Kabupaten Lebak, yaitu
sebanyak 31 orang
45 STIKes Faletehan
46
E. Pengumpulan Data
1. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
1) Mengajukan judul
2) Melakukan studi pendahuluan dan penjajakan awal untuk
menentukan masalah
3) Studi kepustakaan
4) Menyusun proposal penelitian
5) Menyusun instrumen penelitian
6) Bimbingan pembuatan proposal dan seminar proposal serta
perbaikan proposal dan instrumen
b. Tahap Pelaksanaan
1) Mengurus ijin penelitian
2) Menyebarkan kuesioner terhadap responden yang menjadi sampel
dalam penelitian, dibantu oleh oranglain/sesama petugas yang
sebelumnya telah diberikan penjelasan tentang tatacara pengisian
kuesioner
3) Melakukan pengolahan data dan analisis hasil penelitian
c. Tahap Akhir
1) Penyusunan laporan penelitian
2) Sidang atau pertanggungjawaban hasil penelitian
3) Revisi dan penggandaan hasil penelitian
STIKes Faletehan
47
1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Uji coba kuesioner
dilakukan dengan uji “Cronbach Alpha” (Hastono, 2007).
Keputusan uji :
a. Bila r hitung lebih besar dari r tabel berarti Ho ditolak atau variabel
yang diujicoba dinyatakan valid
b. Bila r hitung lebih kecil dari r tabel, berarti Ho gagal ditolak atau
variabel yang diujicoba dinyatakan tidak valid.
STIKes Faletehan
48
pada tingkat kemaknaan 5%. pertanyaan dinilai valid jika nilai r hasil >
dari nilai r tabel.
Uji Coba kuesioner dilakukan oleh penulis terhadap perawat yang ada di
RSUD Serang, dan berjumlah 15 orang.. Untuk mengetahui validitas
kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r
hitung. Nilai r tabel dengan menggunakan df = n – 2. pada tingkat
kemaknaan 5% pertanyaan dinilai valid jika nilai r hasil > dari nilai r tabel.
2. Uji Reliabilitas
G. Pengolahan Data
STIKes Faletehan
49
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
STIKes Faletehan
50
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan berupa tabulasi silang antar dua variabel,
yaitu variabel dependen dengan independen. Analisis bivariat bertujuan
melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen seperti yang tampak dalam kerangka konsep. Dalam penelitian
ini dilakukan dengan memakai uji kai-kuadrat karena syarat uji tersebut
yaitu data yang didistribusikan normal dan jenis data yang dihubungkan
adalah kategorik. Sedangkan penyajian data dalam bentuk tabel.
Adapun rumus dari uji Chi Square ini adalah : (Hastono, 2007)
X2 =
∑ (O−E)2 ¿E¿ ∑ ¿
Df = (b – 1) (k – 1)
X2 = Kai Kuadrat
O (Observed) = Nilai observasi
E (Expected) = Nilai harapan
Df = Degree of Freedom / derajat kebebasan
b = Jumlah baris
k = Jumlah kolom.
Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji Hi
ditolak atau Hi diterima (gagal ditolak). Dan untuk menguji kemaknaan
hubungan, digunakan tingkat kepercayaan 95 % dimana nilai p pada
tingkat kepercayaan 95 % sebagai berikut :
Variabel yang akan dilakukan analisis bivariat dalam penelitian ini, antara
lain :
a. Hubungan umur dengan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan pada perawat.
STIKes Faletehan
51
STIKes Faletehan
52
DAFTAR PUSTAKA
Novitasari, 2011. pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan bagi perawat
http://novitasari1234.blogspot.com. Akses Tanggal 16 November 2012
Nursalam dan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatn Pada Pasien Terinfeksi. Jakarta.
Salemba Medika
STIKes Faletehan
53
STIKes Faletehan