1. Tentukan tujuan kuesioner. Data atau informasi apakah yang ingin Anda
kumpulkan dari kuesioner tersebut? Apa tujuan utama penelitian Anda? Apakah
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efektif untuk jenis penelitian Anda?
o Tentukan pertanyaan penelitian.[2] Pertanyaan penelitian adalah satu atau beberapa
pertanyaan yang merupakan fokus utama dalam kuesioner Anda.
o Kembangkan satu atau beberapa hipotesis yang ingin Anda uji. Pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner Anda harus diarahkan sedemikian rupa untuk menguji kebenaran
hipotesis tersebut.
2. Pilih tipe pertanyaan. Ada beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam
kuesioner penelitian; setiap tipe memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing, serta sangat bergantung pada data atau informasi yang ingin Anda
kumpulkan. Beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam kuesioner:[3]
o Pertanyaan dikotomis: pertanyaan dikotomis hanya mampu dijawab dengan “ya” atau
“tidak”; terkadang, ada pula kuesioner yang menyediakan jawaban “setuju” atau
“tidak setuju”. Tipe pertanyaan ini paling mudah untuk dianalisis, namun tidak bisa
dijadikan alat ukur yang akurat dan mendetail.
o Pertanyaan terbuka: pertanyaan terbuka mengizinkan responden untuk menguraikan
jawaban. Secara umum, tipe pertanyaan ini berguna untuk memahami sudut pandang
responden, namun sangat sulit untuk dianalisis. Tipe pertanyaan ini sebaiknya
digunakan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”.[4]
o Pertanyaan berupa pilihan berganda: tipe pertanyaan ini dilengkapi dengan tiga pilihan
jawaban atau lebih yang saling bertentangan; responden kemudian diminta untuk
memilih satu atau beberapa jawaban yang menurutnya paling sesuai.[5]
o Pertanyaan berupa pilihan berganda dapat dianalisis dengan mudah, namun
kemungkinan tidak melibatkan jawaban yang paling diinginkan responden.
o Pertanyaan berupa skala ordinal/skala peringkat: Tipe pertanyaan ini meminta
responden untuk mengurutkan pilihan jawaban yang disediakan. Misanya, responden
mungkin diminta untuk mengurutkan lima buah pilihan jawaban dimulai dari yang
kurang penting sampai paling penting. Tipe pertanyaan ini secara tidak langsung
memaksa responden untuk mendiskriminasi pilihan-pilihan yang ada, namun tidak
mampu menjelaskan alasan di balik pilihan responden.[6]
o Pertanyaan berupa skala bertingkat: tipe pertanyaan ini memungkinkan responden
untuk menilai suatu isu berdasarkan skala ukur yang tersedia. Anda bisa menyediakan
skala ukur berupa angka 1-5; angka 1 mewakili jawaban “sangat tidak setuju”,
sementara angka 5 mewakili jawaban “sangat setuju”. [7] Tipe pertanyaan ini sangat
fleksibel, namun tidak mampu menjawab pertanyaan “mengapa”.[8]
3. Kembangkan pertanyaan kuesioner Anda. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
harus jelas, ringkas, dan lugas.[9] Pertanyaan yang tidak bertele-tele memungkinkan
Anda untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat dari responden.
o Tulis pertanyaan yang ringkas dan sederhana. Hindari membuat pertanyaan yang
terlalu rumit atau sarat istilah teknis; dikhawatirkan, pertanyaan tersebut akan
membingungkan responden dan mencegah mereka memberikan respons yang akurat.
[10]
o Ajukan satu pertanyaan dalam satu kalimat tanya.[11] Ini akan membantu
menghindarkan responden dari kebingungan atau kesalahpahaman.
o Waspadai pertanyaan yang bersifat personal atau sensitif seperti pertanyaan mengenai
usia, berat badan, atau riwayat hubungan seksual responden.[12]
o Jika terpaksa harus menanyakan pertanyaan yang sensitif, setidaknya demografi data
yang Anda kumpulkan harus dibuat anonim atau dienkripsi.
o Tentukan apakah Anda akan menerima jawaban seperti “Aku tidak tahu” atau
“Pertanyaan ini tidak cocok/tidak berlaku untukku”. Meski memberikan kesempatan
kepada responden untuk tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin mereka jawab,
pilihan semacam ini nantinya dapat mengacaukan proses analisis data Anda.
[13]
o Letakkan pertanyaan yang paling penting di awal kuesioner. Seiring berjalannya
waktu, perhatian dan fokus responden dapat dengan mudah teralihkan. Agar Anda
tetap memperoleh data yang penting dan dibutuhkan, gunakan metode ini.
4. Batasi panjang kuesioner. Buat kuesioner Anda sesingkat dan selugas mungkin,
terutama karena orang-orang cenderung lebih nyaman mengisi kuesioner yang
singkat. Meski demikian, pastikan kuesioner Anda tetap komprehensif dan membantu
Anda mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan.[14] Jika mampu
membuat kuesioner yang hanya terdiri dari 5 pertanyaan, mengapa tidak?
o Ajukan pertanyaan yang benar-benar relevan dengan pertanyaan penelitian Anda.
[15]
Ingat, kuesioner tidak ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai
responden!
o Hindari pertanyaan yang kurang jelas atau bertele-tele; pastikan Anda tidak
membingungkan responden!
Hal yang membedakan antara cara pengolahan data kuesioner dengan data sekunder adalah uji
validitas. Ketika kita melakukan penelitian dengan kuesioner maka kita perlu melakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Mengapa perlu dilakukan? karena
kuesioner dibuat oleh peneliti sedangkan yang mengisi kuesioner adalah responden. Uji ini
dilakukan untuk meminimalkan gap miss interpretasi dari kuesioner.
Kuesioner yang baik harus difahami dengan baik oleh responden sebagaimana pembuat
kuesioner memahami. Kuesioner yang baik harus memiliki tingkat konsistensi jika diisi pada
waktu yang berbeda.
Pada data sekunder, kita tidak perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas.
2. Entry Data
Setelah kuesioner terkumpul, anda memiliki tugas selanjutnya yaitu melakukan entri data dari
kertas kuesioner ke dalam komputer. Software yang paling umum untuk
Entry data adalah excel. Tentunya excel sudah familiar diantara kita semua. Caranya bagaimana?
Kita susun data dalam bentuk matriks. Baris untuk responden dan kolom untuk semua item. Pada
baris entri lah mulai dari responden satu sampai responden sejumlah sampel anda. Sedangkan
pada kolom, entri lah data berdasarkan item pertanyaan sejumlah pertanyaan dalam kuesioner.
Untuk pertanyaan tertutup yang harus anda entri adalah skor untuk setiap jawaban dari
pertanyaan anda. Misalnya jawaban pertanyaan kuesioner adalah sangat teruji = 5, setuju = 4,
netral = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. Maka yang harus anda entry ke dalam
kuesioner adalah skor tersebut.
Bagaimana jika ada ada pertanyaan negatif dalam kuesioner kita? Jika ada kondisi demikian,
maka anda ubah skor 5 menjadi 1, 4 jadi 2 dan seterusnya.
3. Analisis Deksriptif
Hasil pengolahan data kuesioner sering ditampilkan dalam bentuk deskriptif. Apa saja tampilan
yang cocok untuk data sekunder. Format distribusi frekuensi merupakan format yang ping umum
untuk menampilkan data deskriptif distribusi frekuensi. Dal tampilan tersebut disajikan berapa
jumlah responden yang menjawab setuju, berapa yang menjawab tidak setuju dan seterusnya.
Jika diperlukan kita juga dapat menampilkan ukuran statistik deskriptif lainnya dalam bentuk
mean dan standar deviasi. Namun, perlu dicatat bahwa ketika kita menampilkan data ordinal
dalam mean dan standar deviasi, sesungguhnya kita sedang memperlakukan data tersebut
menjadi data numerik.
4. Pengujian Hipotesis
Apakah pada data kuesioner dapat dilakukan pengujian hipotesis? Jawabannya tentu saja.
Sebetulnya, data kuesioner berskala likert merupakan data ordinal. Memang teknik statistik yang
paling cocok adalah teknik non parametrik. Namun karena keterbatasan alat statistik dalam
analisis non parametrik, ma kadang orang melakukan transformasi terlebih dahulu data tersebut
dari data ordinal ke dalam skala numerik. Atau bahkan ada yang tidak melakukan transformasi
terlebih dahulu, mereka langsing melakukan analisis parametrik seperti regresi, dengan
menganggap data sudah berskala numerik.