Anda di halaman 1dari 22

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PERAWAT DALAM PELAKSANAAN HAND HYGIENE SEBELUM

MELAKSANAKAN TINDAKAN NONASEPTIK DI RS ISKAK

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Tugas Metodologi Riset

Oleh :

RISTI AGUSTINA

NIM. 201701093

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai

pengaruh besar terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan

terjadinya infeksi nosokomial (Elies Ernawati, 2014;89-94). Tujuan dilakukan

hand hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme (Zulpahiyana,

2013). Hand hygiene harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan walaupun menggunakan sarung tangan atau

alat pelindung diri guna menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme

yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi. Teknik

mencuci tangan yang dianjurkan oleh WHO adalah teknik mencuci tangan

dengan menggunakan 6 langkah mencuci tangan. Sejak abad 19 mulai dikenal

cara membersihkan tangan dengan bahan antiseptik (Tietjen et al, 2004).

Dalam aktifitas kita sehari-hari tangan seringkali terkontaminasi dengan

mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba ke

dalam tubuh kita. Mencuci tangan dikatakan sebagai satu-satunya cara yang

efektif dalam mengontrol penyebaran mikroorganisme (Girou, 2002). Oleh

karena itu dengan menjaga kebersihan tangan yang baik dan benar diharapkan

dapat menurunkan kejadian infeksi nososkomial. Dalam kamus besar bahasa

indonesia dalam (Afriati 2010), kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan,

ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaan dalam

melakukan hand hygiene sesuai dengan indikasi dan tata cara yang benar.

Menurut Smet (2009) dan Afrianti (2010), kepatuhan adalah tingkat seseorang
melaksanakan sesuatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang

disarankan atau dibebankan kepadanya. Rumah sakit merupakan bagian dari

sistem pelayanan kesehatan yang menyediaakan pelayanan secara

komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta

pelayanan perawatan kesehatan pasien dirawat jalan, rawat inap maupun

perawatan dirumah yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

pasien (Undang-undang No.44, 2009). Pada rumah sakit, pasien yang sedang

menjalani masa perawatan dapat beresiko untuk terkena virus. Penyakit

infeksi yang dapat ditemukan pada pelayanan kesehatan yang disebut dengan

Health-care Associated Infejtions (HAIs). HAIs merupakan salah satu masalah

kesehatan yang akan menimbulkan dampak secara langsung bagi kesehatan

dan perekonomian diberbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini

telah dibahas pada forum Asian Pasific Econimic Comitte (APEC). Jenis

HAIs yang paling sering ditemukan di fasilitas kesehatan terutama dirumah

saikit yaitu Ventilator Associated Pneumonia (VAP), infeksi aliran darah

(IAD), infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi daerah operasi (IDO)

(Peraturan Menteri Kesehatan No. 27, 2017). Tanda dan gejala pasien yang

terkena infeksi timbul setelah 3x24 jam setelah pasien menjalani perawatan

dirumah sakit seperti adanya reaksi radang dan pemeriksaan laboraturium

yang mendukung.
1.2 Rumusan Masalah

Dengan melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah melakukan tindakan

non aseptik di RS Iskak maka dapat menggurangi terjadinya infeksi silang

karna pada tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba kedalam tubuh

kita dan dapat menularkan berbagai bakteri maupun virus dari tangan ke

tangan yang bersentuhan antara perawat dan pasien di RS Iskak?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat

dalam pelaksanaan hand hygiene sebelum melaksanakan tindakan non

aseptik di RS Iskak.

1.3.2 Khusus

1. Mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam

pelaksaan hand hygiene sebelum melaksanakan tindakan non aseptik di RS

Iskak.

2. Mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat

dalam melaksanakan hand hygiene sesudah melaksanakan tindakan non

aseptik di RS Iskak.

3. Menganalisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam

pelaksanaan hand hygiene sebelum dan sesudah melakukan tindakan non

aseptik di RS Iskak.
1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

khususnya :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberi informasi tentang faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan perawat dalam hand hygiene sebelum melakukan tindakan non

aseptik.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan pemikiran yang bermanfaat

bagi institusi dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene

sebelum melakukan tindakan non aseptik.

2. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan referensi bagi peneliti dalam memperkuat penelitian

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene

sebelum melakukan suatu tindakan serta sebagai pengalaman penerapan

ilmu kesehatan.

3. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene

sebelum melakukan tindakan.


1.5 Relevansi

Hospital Assciated Infection (HAIs) adalah infeksi yang didapatkan pasien


selama menjalani perawatan dirumah sakit. Angka kejadian HAIs diberbagai
negara masih belum bisa diketahui dengan pasti, terutama dinegara miskin dan
negara berkembang. Namun dari beberapa penelitian terbaru menunjukkan
rata-rata angka terjadinya HAIs di negara maju adalah 7,6% dan di negara
berkembang 10,1%. Melihat banyaknya kerugian yang disebabkan oleh HAIs,
maka diperlukan upaya untuk menekan angka kejadian tersebut, salah satunya
pencengahan melakukan hand hygiene bagi tenaga medis sebelum melakukan
tindan di rumah sakit. Pelaksanaan Hand Hygiene dapat menggunakan sabun
antiseptik dengan mencuci tangan pada airyang mengalir, dan juga dapat
menggunakan dengan handrub (tanpa air dengan menggunakan jel antiseptik).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hand Hygiene

2.1.1 Definisi Hand Hygiene

Hand hygiene adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk

mencuci tangan pada situasi meliputi sebelum menyentuh pasien, sebelum

melakukan prosedur bersih/aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh

pasien, setelah menyentuh pasien, dan setelah menyentuh peralatan di

sekitar pasien sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah

infeksi nosokomial (Nurjanah, 2015).

Sedangkan menurut Perdalin (2010), dalam Saragih 5 Rumapea, 2011’5)

menjelaskan bahwa hand hygiene merupakan suatu prosedur tindakan

membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air

mengalir atau dengan menggunakan handrub yang bertujuan untuk

menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah

mikroorganisme sementara.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hand

hygiene adalah serangakaian pembersihan tangan dengan menggukan

bahan aseptik maupun dengan menggunakan sabun dan air mengalir yang

tujuannya sama yaitu membersihkan tangan dari bakteri, mikroorganisme

maupun kotoran lainnya agar terhindar dari berbagai penyakit dan infeksi

nosokomial dari penyebaran kuman maupun kotoran dari tangan ke tangan.


2.1.2 Macam-macam Mencuci Tangan

kegiatan mencuci tangan dapat dibagi menjadi tiga cara, yaitu : cuci tangan

bersih, cuci tagan steril, dan cuci tangan aseptik (Potter, 2005).

2.1.2.1 Cuci Tangan Bersih

Mencuci tangan bersih adalah membersihkan tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir (Potter, 2005). WHO sendiri telah

mengeluarkan regulasi mengenai peraturan mencuci tangan yang baik dan

benar untuk kalangan medis maupun kalangan perseorangan / masyarakat.

2.1.2.2 Cuci Tangan Aseptik

Mencuci tangan aseptik adalah mencuci tangan yang dilakukan sebelum

tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan larutan aseptik.

Mencuci tangan dengan larutan aseptik, khususnya bagi petugas yang

berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau

sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dan sikat steril. Prosedur

mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci

tangan bersih, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan

antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh badan yang

tidak steril (Kozier, et al, 2009).

2.1.2.3 Cuci Tangan Steril

Teknik mencuci tangan tangan steril adalah mencuci tangan secara steril

(suci hama), khususnya bila akan melakukan tindakan pembedahan atau

operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangantangan steril

adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol

lutut, sabun antimikrobial (tidak iritatif, spektrum luas, kerja cepat), sikat
scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas topi atau

penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung

mata, penutup sepatu (Kozier, et al 2009).

2.1.3 Cara Mencuci Tangan

Berikut ini merupakan cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan

menggunakan cairan antiseptik / handrub menurut WHO seperti terlihat pada

gambar dibawah ini,

2.1.3.1 Antiseptik

Antiseptik adalah zat yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan

dan membunuh mikroorganisme yang hidup pada permukaan tubuh


manusia. Antiseptik ini bekerja dengan cara merusak lemak yang berada

pada membran sel bakteri atau dapat juganmelalui cara menghambat kerja

enzim yang berada pada bakteri. Enzim ini berfungsi dalam biosintesis

asam lemak pada bakteri (Isadiartuti & Retno 2005).

Berbagai jenis larutan antiseptik menunjukkan efek anti bakteri. Namun,

selain itu larutan antiseptik yang memiliki sifat toksik terhadap sel host

tetapi secara klinis tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara

signifikan jika dibandingkan dengan kontrol (Khan, 2005). Berikut ini

merupakan beberapa golongan antiseptik yang sering digunakan antara

lain :

a. Alkohol

Mayoritas antiseptik yang ada dan beredar pada masyarakat

merupakan antiseptik yang berbasis alkohol dan mengandung

isopropanol dan chanol (Webber et al 2007). Alkohol sendiri juga

merupakan zat yang dapat diandalkan dan paling efektif untuk

digunakan dalam sterilisasi dan desinfeksi (Syairif et al, 2012). Kadar

antiseptik alkohol yang paling baik yaitu antara 70% - 90%.

b. Klorheksidin

Klorheksidin adalah senyawa biguanid kationik dengan kelarutan

dalam air yang sangat rendah. Agen ini aktif terhadap bakteri gram

positif namun kurang efektif terhadap jamur serta virus (WHO<

2009). Klorheksidin ini bekerja dengan cara melekat pada membran

bakteri sehingga menyebabkan kebocoran molekul kecil dan

prespitasi protein sitoplasmik (Katzung, 2010).


c. Halogen

Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan iodium, baik yang

terdiri dari bahan organik maupun anorganik (Syarif et al,2012).

Larutan Iodium baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat

antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit

sebelum pembedahan.

d. Fenol

Fenol atau asam karbol pertam akali dipergunakan Lister di dalam

ruang bedah sebagai germicide untuk meencegah terjadinya infeksi

yang timbul pasca bedah. Fenol merupakan standar pembanding yang

digunakan untuk menentukan keefektifan dari suatu desinfektan

(Syarif et al, 2012).

2.2 Konsep Hand Hygiene

2.2.1 Definisi Hand Hygiene

Hand Hygiene adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan jari

jemari menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan

untuk menjadi bersih, sebagai ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan

lainnya. Antiseptik merupakan bahan kimia untuk mencegah multiplikasi

mikroorganismen pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh

mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas

metaboliknya (Fajar Ardi Desiyanto. 2013).

2.2.2 Manfaat Hand Hygiene

Ada beberapa manfaat melakukan hand hygiene, diantaranya adalah :


1). Membersihkan tangan dari berbagai kotoran.

2). Dapat melindungi diri dan pasien dari kejadian infeksi.

3). Terhindar dari infeksi silang.

4). Mengurangi penyebab infeksi nosokomial.

5). Kunci utama untuk mencegah penularan penyakit infeksi terkait tenaga

kesehatan.

6). Memberikan perasaan segar dan bersih sehabis mencuci tangan.


BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

3.1.1 Definisi

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti. Kerangka konsep akan akan

membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Kerangka

konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan

ilmu (Nursalam, 2011).

Menguji hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam menghubungkan

hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati atau diukur melalui

konstruk atau variabel (Nursalam, 2011).


3.1.2 Bagan Kerangka Konsep

Kepatuhan perawat
dalam Hand Hygiene

Melaksanakan hand hygiene


sebelum melakukan tindakan
non aseptik

Membersihkan tangan dari


mikroorganisme dan mencegah
infeksi silang maupuninfeksi
nosokomial

Koping adaptif Koping tidak


berhasil berhasil

Terhindar dari Beresiko menularkan


infeksi silang infeksi silang maupun
nosokomial dari tangan ke
tangan antara perawat dan
pasien.

Hand hygiene = tindakan


membersihkan tangan, dengan
menggunakan sabun/aseptik
pada air mengalir
Bagan 3.1 Kerangka Konsep faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan hand hygiene sebelum melaksanakan
tindakan non aseptik di RS Iskak.

Narasi Kerangka Konsep :

Kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene sangat diperlukan


dalam dunia kesehatan. Terutama ketika akan melakukan tindakan aseptik di
rumah sakit. Karna pada pada tangan merupakan tempat untuk penyebaran
infeksi silang, dan penyebaran berbagai penyakit, maka dari itu untuk
pencegahannya adalah dengan melakukan hand hygiene guna untuk
meminimalisir terjadinya penularan berbagai penyakit dari tangan ke tangan
perawat dan pasien.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat edukasi

hand hygiene di Rumah Sakit Iskak.

Edukasi pencegahan dan pengendalian


infeksi yang dilakukan perawat:
- Hand hygiene dan five moments
for hand hygiene Hasil ukur:
- Penggunaan alat pelindung diri: - Ya
sarung tangan, - Tidak
pelindung mata dan dan wajah
- Keamanan injeksi
- Hygiene respiratory/etika batuk

4.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

1.
Edukasi Edukasi pencegahan Kuesioner 0= Tidak
pencegahan dan pengendalian 1= Ya
dan infeksi adalah
pengendalian penambahan
infeksi pengetahuan dan
kemampuan pasien
yang dilakukan
perawat dengan
memberikan
pengajaran/informasi
kepada pasien RS
Iskak tentang
pencegahan dan
pengendalian infeksi
meliputi hand hygiene
dan five moments for
hand hygiene,
penggunaan alat
pelindung diri : sarung
tangan, pelindung mata
dan wajah, kenyaman
injeksi, hygiene
respiratory/etika batuk.

4.3 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk


mengidentifikasi edukasi hand hygiene guna pencegahan dan pengendalian
infeksi yang dilakukan perawat di RS Iskak Tulungagung.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik kesimpulannya (Sugiono,
2011). Dalam penelitian ini mengambil populasi yang dapat mewakili
populasi yang semua perawat di RS Iskak Tulungagung.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RS Iskak Tulungagung. Rumah sakit ini dipilih


sebagai lokasi penelitian karena rumah sakit ini sudah menetapkan standar PPI.
Di rumah sakit ini juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai edukasi
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh perawat. Selain ini,
rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan yang mudah di jangkau oleh
peneliti.

4.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan datadilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek autonomy,


confidentialy, dan beneficience (Polit & Back, 2012). Autonomy yaitu pasien
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti akan menghormatikeputusan dari
responden dengan memberikan informed consent untuk meminta persetujuan
pasien yang terdiri dari penjelasan manfaat penelitian, penjelasan kemungkinan
resiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan, penjelasan manfaat yang
akan didapatkan, persetujuan pasien mengundurkan diri kapan saja dan jaminan
anoimitas dan kerahasian. Confidentiality yaitu peneliti menjelaskan kepada
pasien bahwa identitas tidak akan ditampilkan untuk menjaga anonimitas dan
kerahasian identitas pasien. Peneliti menggunakan koding (nomor responden)
sebagai ganti identitas. Beneficince yaitu penelitian yang dilakukan membawa
manfaat yang besar khususnya bagi institusi yang di teliti. Hasil penelitian ini
sangat bermanfaat bagi managemen rumah sakit, khususnya bagi komite PPI
dalam peningkatan kinerjanya.

4.5. Instrumen Penelitian

Peneliti dalam pengumpulan informasi dari pasien menggunakan alat


pengumpulan data dalam bentuk kuesioner. Karena belum tersedianya instrumen
yang terstandar untuk persepsi pasien tentng edukasi pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dilakukan perawat, maka peneliti menyusun sendiri
instrumen penelitian ini dalam bentuk kuesioner berdasarkan dari tinjauan
pustaka. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu
lembar data demografi dan kuesioner pencegahan dan pengendalian infeksi.

1. Lembar data demografi

Lembar data demografi terdiri dari: nomorpasien, umur, jenis kelamin,


pendidikan terakhir, dan suku.

4.6. Analisis Data

Analisis data dimulai dengan tahap editing untuk memeriksa kelengkapan data,
kemudian memberikan kode untuk memudahkan dalam tabulasi. Selanjutnya data
dimasukkan ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan program
statistik komputer. Analisis dalam penelitian ini menggunakan univariat dengan
tujuan untuk mendapatkan deskriptif dari variabel.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2010).

4.6 Instrumen/ Alat Ukur

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2010).

Pada penyusunan instrumen peneliti tahap awal perlu dituliskan data-data

tentang karakteristik responden ; umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis

kelamin, dan data demografi lainnya (Nursalam, 2013).


Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuisioner yang berisi pertanyaan identitas responden dan pernyataan-

pernyataan untuk mengukur tingkat faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene sebelum melaksanakan

tindakan di rumah sakit.

4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data

4.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013).

4.7.1.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang

diperlukan kepada RS Iskak Tulungagung berikut :

1. Mengurus surat izin di STIKES Karya Husada Kediri.

2. Mengurus perizinan ke RS Iskak Tulungagung.

3. Melakukan studi pendahuluan di RS Tulungagung.

4. Mengumpulkan semua responden dan memberikan penjelasan tentang

tujuan penelitian.

4.7 Etika Penelitian

4.7.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Subjek harus mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitoian yang akan dilaksanakan, jika peneliti sudah memberikan

informasi selanjutnya akan diberikan lembar yang berisikan tentang

prosedur kegiatan penelitian dan kesediaan menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti

(Hidayat, 2009).

4.7.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama. Masalah etika

keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2009).

4.7.3 Kerahasiaan (Confindentiality)

Masalah ini merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpukana dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2009).

4.7.4 Kemanfaatan (Benefience)

Manfaat bagi perawat atau responden dapat mengetahui cara atau upaya

peningkatan nafsu makan melalui pemberian rebusan temulawak sehingga

mutu pelayanan keperawatan pada balita yang mengalami penurunan nafsu


makan dengan intervensi non farmakologi dapat ditingkatkan (Hidayat,

2009).

DAFTAR PUSTAKA

Ajeng, Damayani. 2011. Hubungan kepatuhan perawat dalam melaksakan hand


hygiene. Semarang, Jurnal bina pendidikan kesehatan.
M Fadi, Marselin S & Nurhadi N. 2015. Konsep Hand hygiene. Bandung, Jurnal
perawat dan pendidikan.

Habibun, Mansuri. 2013. Efektivitas kepatuhan perawat dengan pelaksanaan hand


hygiene. Jurnal citra edukasi.

Anda mungkin juga menyukai