Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

NON TRAUMA

SINDROME KORONER AKUT

Disusun oleh:

INTAN WAHYULI

P17221173034

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG

2021
1. DEFINISI SINDROM KORONER AKUT (SKA)

Sindrome koroner akut adalah penurunan suplai darah ke sel-sel jantung terjadi karena adanya
plak arteroklorosis yang rupture. Arteroklorosisi ini terbentuk karena adanya timbunanan
kolesterol terutama LDL dan kalsium. Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat
jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak didada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokardium (B. Mulyadi, 2006)

Sindrom koroner akut adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia miokard akut yang
disebabkan oleh gangguan pada plak arteri koroner dan diinduksi trombosisi, stenosisi atau
oklusi, menyebabkan angina tidak stabil, infrak miokard akut atau henti jantung sampai kematian
(Kimura et al., 2019)

2. PATOFISOLOGI

2.1 ETIOLOGI
a. suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh:
 faktor pembuluh darah yang bermasalah seperti aterosklerosis, spasme, arteritis
 Faktor Sirkulasi : hipotensi, stenosis aorta, insufiensi
 Faktor darah: anemia, hipoksemia, polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat : aktifitas yang berlebihan, emosi, makan terlalu banyak,
hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen meningkat : kerusakan miokard, hypertropi miokard, hipertensi
diastolic
d. Faktor predisposisi:
 Usia > 40 tahun
 Jenis kelamin: Secara umum, lebih banyak pria yang terkena penyakit tersebut. Di
antara pasien di bawah 60 tahun, pria tiga hingga empat kali lebih mungkin
menderita sindrom koroner akut (ACS) dibandingkan wanita. Namun, wanita di
atas usia 75 tahun lebih terpengaruh oleh wanita (Schüler, 2014).

2.2 GEJALA DAN TANDA


a. Nyeri dada
Nyeri dada adalah tanda gejala utama dalam kasus SKA. Nyeri dada ini biasanya ada onset akut
tekanan rtrosternal atau beratnya seperti ada batu di dada dan menjalar ke lengan kiri, leher atau
rahang atau perut bagian atas (Schüler, 2014).
b. Menunjukan gejala atipikal seperti sesak nafas, mual, muntah, palpitasi atau sinkop (Schüler,
2014).
c. Perubahan tanda vital seperti takikardi, takipnea, hipertensi atau hipotensi dan perubahan saturasi
oksigen atau kelianan irama jantung.
Arteriosclerosis
Trombosis koroner
Konstriksi arteri koronaria

Aliran darah
2.3 PATHWAY
O2 & nutrisi

Jar. Miokard iskemik

Infark Miokardium
Infark transmural Infark
Subendokardial
Infark pada bagian Iskemia jaringan,
papilla dan korda hipoksemia, perubahan Metabolisme anaerob
Suplai O2 ke miokard
tendinae, septum kontrol saraf otonom,
ventrikel dan gangguan gangguan metabolisme, Produksi Asam laktat
Sellular hipoksia
perikardium ketidakseimbangan
elektrolit
Integritas membran sel berubah Nyeri
Komplikasi pasca infark Gangguan Kontraktilitas
potensial aksi
Beban jantung
Disfungsi Otot Papilaris, Perubahan Mekanisme kompensasi
Gagal jantung kiri mempertahankan curah
Ventrikel Septum Defek, elektrofisiologi
Rupture Jantung, jantung dan perfusi
Aneurisma Ventrikel, Resiko tinggi perifer
Tromboembolisme, aritmia Forward failure Backware failure
Perikarditis
Bendungan atrium kiri

Vena pulmonalis pressure


Suplai O2 cerebral Pe perfusi perifer
Pe perfusi koroner Denyut jantung daya
Tekanan hidrostatik
Pe kontraksi jantung
kapiler paru
Gangguan perfusi paru
kesadaran Beban akhir
Tekanan onkotik
ventrikel kiri daya
Transudasi cairan dilatasi ventrikel kiri

Perfussi perifer tidak Edema paru Hipertrofi


efektif ventrikel kiri

Gg. pertukaran gas Pengembangan paru


tidak optimal

Resiko pola nafas


tidak efektif
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG
 STEMI : Pada STEMI ditemukannya ST elevasi, yang tergambar adanya hiperakut T,
elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q pathologis, terbentuknya bundle
branch block/ yang dianggap baru. Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm
pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm pada 2
sadapan chest lead.
 NSTEMI : pada N STEMI dittemukanya ST depresi dimana ada penurunan segmen ST
dinamis, dan perubahan gelombang T.
 Rekaman EKG serial digunakan untuk mengevaluasi EKG, dan dilakukan setelah 6 dan
12 jam atau dengan setiap episode nyeri bahu. Hal ini dilakukan karena perubahan EKG
dinamis atau kemungkinan perkembangan NSTEMMI atau angina pectoris yang tidak
stabil menjadi STEMI (Reith et al., 2015).
2. Cardiac Biomarkers
 Creatine kinase (CK) dan CK-MB
Kreatinin kinase (CK) biomarker konvensional dan proporsi CK-MB tetap penting
sebagai penanda diagnostik tambahan. Secara khusus, mereka penting untuk menilai
luasnya nekrosis miokard dan menilai perjalanannya (Reith et al., 2015).
 CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai puncaknya pada 24 jam
pertama, kembali normal setelah 2-3 hari
 Troponin
Peningkatan biomarker jantung, terutama troponin jantung (I atau T) menandakan
cedera miokard yang menyebabkan nekrosis sel miokard. troponin, memiliki
sensitivitas klinis dan spesifikasi jaringan miokard yang tinggi. Kadar troponin harus
diukur pada penilaian pertama, dalam 6 jam setelah onset nyeri, dan dalam jangka
waktu 6-12 jam setelah onset nyeri, karena penundaan peningkatan kadar biomarker
jantung yang bersirkulasi (kekuatan rekomendasi A). Selain itu, penting untuk
dipahami bahwa peningkatan troponin dapat terlihat hingga 2 minggu setelah onset
nekrosis miokard. Jika konsentrasi troponin tidak tersedia, maka CKMB harus diukur.
1 Idealnya, baik troponin dan CKMB harus diperoleh selama evaluasi ACS karena
perbedaan konsentrasi biomarker ini dari waktu ke waktu dan nilai diagnostik
tambahan dari pengujian serial (Smith et al., 2015)
 LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya setelah 3-6 hari,
normal setelah mencapai 8-14 hari.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misalnya hipokalemi,
hiperkalemi.
4. Kolesterol atau Trigliserida
Serum Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA
5. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
6. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan
dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.

4. PENATALAKSANAAN

4.1 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


1. pasien SKA harus benar-benar bedrest, karena kebutuhan oksigen tubuh harus benar-benar dikurangi

2. kaji tanda-tanda vital dan saturasi oksigen

3. Memberikan oksigen apabila pasien sianoss, syok, sesak atau saturasi <94%

4. Pasang IV line

5. kaji data focus

6. EKG

7. Monotoring irama jantung

8. kolaborasi dalam pemberian pain killer (Morphine/Petidine)

4.2 PENATALAKSANAAN MEDIS


 Tujuan utama terapi STEMI adalah dengan terapi reperfusi. Berikut terapi reperfusi:
1. Percutaneus Coronary Intervention (PCI) atau pemasangan ring
2. Terapi fibrinolitik, terapi ini dilakukan jika tidak ada PCI ketika absesnya tidak lebih dari 12
jam. Setidaknya pemberian terapi fibrinolitik saat 30 menit tiba di RS. Namun terapi ini
memiliki kontra indikasi pada pasien yang mengalami:
 Adanya pendarahan aktif
 Trauma kepala
 Adaya riwayat stroke hemoragik
 Stroke iskemik dalam 3 bulan
 Temor otak
 Lesi otak
 Pada N STEMI
 Terapi antiiskemia
 Terapi anti platet/ antikoagulan
 Terapi invasive (kateterisasi dini/ revaskularisasi)
5. ASUHAN KEPERAWATAN

5.1 PENGKAJIAN FOKUS


a. Airway

Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala

dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya

jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat –

dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.

Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat

tidaknya pernapasan).

c. Circulation

Gejala :

 Riwayat IMA sebelumnya

 Penyakit arteri koroner

 Masalah tekanan darah

 Diabetes mellitus.

Tanda :

 TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai

duduk/berdiri

 Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan

pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.

 Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal

jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.

 Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
 Friksi ; dicurigai Perikarditis

 Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

 Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles

mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.

 Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir juga hb

pasien untuk mengetahui pasien membutuhkan transfuse atau tidak.

d. Disability

Bagaimana tingkat kesadaran pasien.

e. Eksposure

Bagaimana keadaaan tubuh pasien, apakah ada deformitas, contousio, abrasi, penetrasi.

5.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. nyeri akut berhubungan dengan infrak miokardium, angina

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal jantung ventrikel kiri, gangguan irama jantung,
perubahan preload

3. perubahan perfusi jaringan miokardium tidak adekuat berhubungan dengan berkurangnya atau
berhentinya suplai darah

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung


5.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
kimia, fisik,  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
psikologis), kerusakan Setelah dilakukan dan faktor presipitasi
jaringan tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan
DS: mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Laporan secara kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
verbal  Mampu mengontrol  Kontrol lingkungan yang dapat
DO: nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Posisi untuk nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
menahan nyeri menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tingkah laku nonfarmakologi untuk  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
berhati- hati mengurangi nyeri, menentukan intervensi
- Gangguan tidur mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
(mata sayu, tampak  Melaporkan bahwa nyeri napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
capek, sulit atau berkurang dengan hangat/ dingin
gerakan kacau, menggunakan  Berikan analgetik untuk mengurangi
menyeringai) manajemen nyeri nyeri: ……...
- Terfokus pada  Mampu mengenali nyeri  Tingkatkan istirahat
diri sendiri (skala, intensitas,  Berikan informasi tentang nyeri seperti
- Fokus menyempit frekuensi dan tanda penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
(penurunan persepsi nyeri) berkurang dan antisipasi
waktu, kerusakan  Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari prosedur
proses berpikir,
nyaman setelah nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
penurunan interaksi
berkurang pemberian analgesik pertama kali
dengan orang dan
lingkungan)  Tanda vital dalam
- Tingkah laku rentang normal
distraksi, contoh :  Tidak mengalami
jalan-jalan, menemui gangguan tidur
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah
ke kaku)
Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- - Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC : NIC :

 Self Care : ADLs


Intoleransi aktivitas  Observasi adanya pembatasan klien
 Toleransi aktivitas
dalam melakukan aktivitas
Berhubungan dengan :  Konservasi eneergi
 Kaji adanya faktor yang
 Tirah Baring atau Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan
imobilisasi keperawatan selama ….  Monitor nutrisi dan sumber energi
 Kelemahan Pasien bertoleransi terhadap yang adekuat
menyeluruh aktivitas dengan Kriteria  Monitor pasien akan adanya
 Ketidakseimbanga Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara
n antara suplei berlebihan
oksigen dengan  Berpartisipasi dalam  Monitor respon kardivaskuler
kebutuhan aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardi,
Gaya hidup yang disertai peningkatan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
dipertahankan. tekanan darah, nadi dan pucat, perubahan hemodinamik)
DS: RR  Monitor pola tidur dan lamanya
 Melaporkan  Mampu melakukan tidur/istirahat pasien
aktivitas sehari hari  Kolaborasikan dengan Tenaga
secara verbal
(ADLs) secara Rehabilitasi Medik dalam
adanya kelelahan
mandiri merencanakan progran terapi yang
atau kelemahan. tepat.
 Adanya  Keseimbangan aktivitas
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
dyspneu atau dan istirahat aktivitas yang mampu dilakukan
ketidaknyamanan
saat beraktivitas.

 DO :
Respon
abnormal dari
tekanan darah
atau nadi terhadap
aktifitas
 Perubahan
ECG :
aritmia,
iskemia
REFERENSI

B. Mulyadi, P. (2006). Clinical Pathology and Majalah Patologi Klinik Indonesia dan
Laboratorium Medik. Jurnal Indonesia, 21(3), 261–265.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf
Kimura, K., Kimura, T., Ishihara, M., Nakagawa, Y., Nakao, K., Miyauchi, K., Sakamoto, T.,
Tsujita, K., Hagiwara, N., Miyazaki, S., Ako, J., Arai, H., Ishii, H., Origuchi, H.,
Shimizu, W., Takemura, H., Tahara, Y., Morino, Y., Iino, K., … Yamazaki, T. (2019).
JCS 2018 guideline on diagnosis and treatment of acute coronary syndrome. Circulation
Journal, 83(5), 1085–1196. https://doi.org/10.1253/circj.CJ-19-0133
Reith, S., Marx, N., & Kersten, A. (2015). Das akute Koronarsyndrom. Deutsche
Medizinische Wochenschrift, 140(2), 97–103. https://doi.org/10.1055/s-0040-100589
Schüler, D. (2014). Das akute Koronarsyndrom. Deutsche Medizinische Wochenschrift
(1946), 139, S3. https://doi.org/10.1055/s-0033-1359986
Smith, J. N., Negrelli, J. M., Manek, M. B., Hawes, E. M., & Viera, A. J. (2015). Diagnosis
and management of acute coronary syndrome: An evidence-based update. Journal of the
American Board of Family Medicine, 28(2), 283–293.
https://doi.org/10.3122/jabfm.2015.02.140189
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang laki-laki usia 45 tahun di bawa ke IRD RS setelah mengalami nyeri hebat pada dada
sebelah kiri 30 menit yang lalu. Saat tiba di IRD RS pasien tidak dapat berjalan sehingga di
bawa ke dalam IRD dengan kereta dorong. Didalam ruangan pasien tidak merespon
panggilan petugas, respirasi negatif, dan nadi tidak teraba. Lakukan perawatan gawat darurat
pada pasien diatas

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


DI RUANG IRD

Tanggal Pengkajian : 24 Februari 2021 Pukul : 06.00 WIB

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Z
Umur : 45 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat/No. Telp : Malang
Pekerjaan : Pekerja buruh
Agama : Islam

1. Keluhan utama:
Pasien mengalami penurunan kesadaran dan tidak ada nadi dan tidak ada nafas.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien di bawa ke IRD RS setelah mengalami nyeri hebat pada dada sebelah kiri 30
meeit yang lalu. Saat tiba di IRD RS pasien tidak dapat berjalan sehingga di bawa ke
dalam IRD dengan kereta dorong. Didalam ruangan pasien tidak merespon panggilan
petugas, respirasi negatif, dan nadi tidak teraba.
3. Riwayat penyakit dahulu
- Hipertensi
- Hiperkolestrol
4. Usaha pengobatan yang telah dilakukan (pre hospital): -
5. Alergi obat: -
6. Pengkajian ABCD dan data fokus
a) Airway (jalan nafas)
Jalan Nafas : tidak ada sumbatan pada jalan nafas
Obstruksi :-
Keluhan lain : tidak ada keluhan untuk jalan nafas
⎕ Sekret/muntahan ⎕ Darah ⎕ Gurgling ⎕ Snoring ⎕Stridor
⎕ Dll
b) Breathing (pernafasan)
Gerakan dada : -
Irama Nafas :-
Sesak Nafas :-
Keluhan lain : Tidak ada nafas
⎕ Cyanosis ⎕ Penetrating injury ⎕ Flail chest ⎕ Sucking chest wounds
⎕ Pergeseran trakea ⎕ Suara abnormal pada dada
⎕ Penggunaan otot bantu napas
⎕ Dll

c) Circulation (sirkulasi)
Nadi : tidak ada nadi
Sianosis : tidak
CRT : >3 detik
TD : 70/50 mmHg
Membrane mukosa : Kering
Turgor kulit : menurun
Perdarahan : -
Keluhan lain : terdapat tanda-tanda perfusi perifer
 Hipotensi ⎕ Takikardia ⎕ Takipnea ⎕ Hipotermia ⎕ Ekstremitas dingin
 Pucat  Penurunan capillary refill ⎕ Penurunan produksi urin
⎕ Dll

d) Disability (Tingkat Kesadaran)


Respon : Unrespon
Kesadaran : koma
GCS : E: 1, V:1 , M: 1
Pupil : isokor
Keluhan lain : pasien tidak sadar
e) Exposure
Deformitas :-
Contusio :-
Abrasi :-
Penetrasi :-
Laserasi :-
Edema :-
Keluhan lain : -

f) Data fokus
 Kepala : Dalam Batas Normal
 Leher : DBN
 Thorak : nyeri
 Abdomen : DBN
 Pelvic : DBN
 Ekstrimitas : dalam batas normal

A. ASSESSMENT (MASALAH)
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal jantung ventrikel kiri, gangguan
irama jantung, perubahan preload
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan berkurangnya atau berhentinya
suplai darah

B. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI


1. Prioritas : P1 P2 P3 P4

2. Tindakan keperawatan

 Memeriksa ABCD
 Pemasangan 2 IV line
 Melakukan Rjp
 Memasang monitor jantung
 Pasang AED
 Memeriksa nadi dan nafas
 Melakukan tindakan rekam jantung jika pasien kembali sadar
 Memeriksa kadar troponin jika pasien sadar
3. Tindakan Medis
 Pemberian obat epineprin
 Pemberian obat amiodarone
 Pemberiaan obat betabloker
 Pemberian aspirin
 Melakukan defiblirasi
4. Pemeriksaan Penunjang
a) EKG
Menunjukkan ST elevasi yang menandakan STEMI
b) Laboratorium : cek troponin, elektrolit
Troponin positif
c) Analisa Gas Darah

B. Evaluasi
1. Airway
- Jalan nafas paten
2. Breathing
- ada nafas setelah dilakukan resusitasi

3. Circulation
- Nadi teraba lemah

4. Disability
- Kesadaran, GCS 1 1 1
5. Exposure
- Normal

Lawang, 24 februari 2021

(Intan Wahyuli)

Anda mungkin juga menyukai