Disusun Oleh :
14.401.17.083
4. Patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat
dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk
melakukan tugasnya sebagai pompa, akibatnya terjadilah gagal jantung. Juga
pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan
kegagalan. Jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan,
respons fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting.
Semua respons ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi
organ vital normal. (Muttaqin, 2012, hal. 200-201)
Sebagai respons terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme respons primer :
1. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
3. Hipertrofi ventrikel
Ketiga respons ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah
jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada
gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Akan tetapi, kelainan pada kerja
ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan
beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan
menjadi semakin berkurang. (Muttaqin, 2012, hal. 201)
Pathway (Amin, 2015, hal. 23-24)
Penyakit jantung
(stenosis katup AV,
stenosiskatup temponade
Gangguan aliran darah ke Arteriosklerosis Faktor sistemik pericardiumk
otot jantung koroner (hipoksia,anemia) perikarditis konstruktif
Gagal pompa ventrikel kiri Back fallure LVED naik Gagal pompa
ventrikel kanan
Retensi cairan pada Bersihan jalan nafas tidak Penumpukan sekret Reflek batuk
ekstremitas bawah efektif
Tidak dapat Bendungan vena sistemik Bendungan atrium kanan Tekanan diastole
mengakomodasi semua
darah yang secar normal
kembali dari sirkulasi
vena lien hepar
6. Komplikasi
a. Edema paru
b. Emboli
c. Infark paru
d. Syok kardiogenik (Manurung, 2016, hal. 110)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DECOMPENSASI CORDIS
1. Pengkajian
a) Identitas
Penyakit gagal jantung adalah kejadian yang umum pada populasi tertentu,
kebanyakan terutama lansia dan pasien yang memiliki riwayat hipertensi, infark
miokardium atau keduanya. (Patricia Gonce Morton, 2013, hal. 502)
b) Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Umum
Pasien yang mengalami gagal jantung akut atau eksaserbasi akut gagal
jantung kronis tampak sakit mereka sering bernapas dengan cepat, tampak
cemas, dan duduk tegak lurus atau membungkuk ke depan dan meletakkan
lengan mereka diatas meja atau lutut mereka. Pasien yang mengalami gagal
jantung stabil dan kronis mungkin sangat nyaman, tetapi dapat memiliki
tanda-tanda kakeksia, pelisuta otot dan kulit tipis. (Patricia Gonce Morton,
2013, hal. 514)
2) Alasan masuk rumah sakit
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan, meliputi : dispnea, kelemahan fisik, dan edema
sistemik. (Muttaqin, 2012, hal. 206)
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang didapat dengan adanya gejala–gejala kongesti
vaskuler pulmunal adalah dispenia, ortopnea, despesnia nocturnal paraoksinal,
batuk dan edema pulmona akut. Pada pengkajian dispnea (dikarakteristikan
oleh pernapasan cepat, dangkal, dan sensasi sulit dalam mendapatkan udara
yang cukup dan menekan klien) apakah dapat mengganggu aktivitas lainnya
seperti keluhan tentang insomnia, gelisah, atau kelemahan yang disebabkan
oleh dispnea. (Muttaqin, 2012, hal. 209)
c) Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya
Biasanya klien menderita infark miokardium, DM, dan hiperlipidemia
(Muttaqin, 2012, hal. 210)
2) Riwayat penyakit keluarga.
Penyakit jantung iskemik pada orang tua dapat menimbulkan terkena penyakit
jantung iskemik pada turunannya. (Muttaqin, 2012, hal. 210)
d) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau compos
mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
sistem saraf pusat. (Muttaqin, 2012, hal. 211)
b) Tanda-tanda vital
Pasien yang mengalami disfungsi sisitolik dapat memiliki tekanan darah
yang sangat rendah, tetapi asimtomatik (sistolik, 80-99mmHg, diastolik, 40-
49mmHg). Frekuensi jantung dapat cepat 90x/menit atau lebih rendah saat
istirahat pasien yang mengalami fungsi diastolik mungkin hipertensif atau
tidak. (Patricia Gonce Morton, 2013, hal. 514)
2) Body system
a) Sistem pernapasan
Inspeksi
Pasien nampak Dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, dan
batuk
Palpasi
Adanya Edema pulmonal akut
Auskultasi
Terdengan suara Crackles atau Ronkhi basah halus pada dasar posterior
paru (Muttaqin, 2012, hal. 211)
b) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi
Adanya parut pasca pembedahan jantung, terdapat distensi vena
jugularis, dan edema
Palpasi
Takikardi, pitting edema, hipotensi sistolik di temukan pada gagal jantung
yang lebih berat
Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi
jantung (kardiomegali)
Auskultasi
Bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) serta crackles pada paru-paru.
S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling
baik (Muttaqin, 2012, hal. 212-215)
c) Sistem persyarafan
Kesadarannya compos mentis
Didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat
Pasien nampak meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat
(Muttaqin, 2012, hal. 215)
d) Sistem perkemihan
Inspeksi
Mengukur volume keluaran urine, asupan cairan, dan adanya oliguria
Palpasi
Adanya edema ekstremitas (Muttaqin, 2012, hal. 215)
e) Sistem pencernaan
Penting untuk memalpasi dan memperkusi abdomen guna
mengindentifakasi adanya asites dan tepi bawah hati. Tekanan atrium kanan
yang tinggi yang berubah menjadi tekanan vena yang tinggi menandakan
gagal jantung kanan, dan hati menjadi reservoir untuk peningkatan volume
vena dan ukurannya meningkat (hematomegali). (Patricia Gonce Morton,
2013, hal. 515)
f) Sistem integument
Inspeksi
Warna kulit pucat
capilary refill time > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, dan pitting
edema (Muttaqin, 2012, hal. 216)
g) Sistem muskoloskeletal
Inspeksi
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, anorexia
Palpasi
Kulit dingin, bisa juga terjadi demam ringan, dan keringat yang
berlebihan (Muttaqin, 2012, hal. 216)
h) Sistem reproduksi
Edema dimulai pada kaki dan tumit edema dependen dan secara bertahap
bertambah ke atas tungkai yang pada akhirnya ke genitalia eksterna serta
tubuh bagian bawah. (Muttaqin, 2012, hal. 213).
i) Sistem endokrin
Pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (nonepinefrin) dari
kelenjar adrenal ke dalam aliran darah, nonadrenalin juga dilepaskan oleh
syaraf. Adrenalin dan nonadrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang
pertama muncul setiap kali terjadi stress mendadak. Pada gagal jantung,
adrenalin dan nonadrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk
membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa
jantung sampai derajat tertentu. (Kasron, 2016, hal. 188)
j) Sistem imunitas
Ketika sistem limfe tidak lagi mampu menarik cairan yang cukup untuk
mengurangi tekanan maka akan terjadi asites. (Patricia Gonce Morton,
2013, hal. 515)
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Electro kardiogram(EKG)
Mengetahui Hipertopi atrial atau ventrikuler, Penyimpangan aksis,
iskemia, distrimia, takikardi, fibrilasi atrial (Amin, 2015, hal. 20)
b. Uji stres
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang betrujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya (Amin, 2015,
hal. 20)
c. Ekokardiografi
Ekokardiografi model M (Berguna mengeluasi volume baik dan kelainan
regional, model M paling sering dipakai dan di tayangkan bersama EKG
Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan)
Ekokardiografi doppler (Memberikan pencitraan dan pendekatam
transesofageal terhadap jantung) (Amin, 2015, hal. 20)
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
(Amin, 2015, hal. 20)
e. Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dialitas
atau hipertropy bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal dan
pembesaran jantung (kardiomegali) sangat jelas terlihat pada mayoritas
klien dengan dekompensasi cordis (Amin, 2015, hal. 20)
f. Elektrolit
Munkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal terapi
diuretik (Amin, 2015, hal. 20)
g. Oksimetri nadi
Satursi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis (Amin, 2015, hal. 20)
h. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir) (Amin, 2015, hal. 20)
i. Blood ureum nitrogen (Bun) dan kreatini
Peningkata BUN Menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinn merupanakn indikasi gagal ginjal. (Amin, 2015, hal. 20)
j. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai
prepencetusan gagal jantung (Amin, 2015, hal. 20)
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan kelas NYHA :
a) Kelas I : Non Farmakologis, meliputi diet rendah garam, batasi cairan,
menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan rokok, aktivitas fisik,
manajemen stress
b) Kelas II, III : Terapi pengobatan, meliputi :
Diuretic : furosemid dan metolazon yang cara kerjanya mengontrol
volume cairan. Dosis awal furosemid 20-40mg (pada pasien yang tidak
pernah mendapatkan diuretic), metolazon 2,5-5 mg setiap hari.
Inhibitor ACE : lisinopril, Enalapril, dan Kaptopril. Cara kerjanya
menyekat sistem renin-angiotensin-aldosteron, mengurangi gejala dan
mortalitas. Dosisnya lisinopril 2,5-5mg setiap hari, enalapril 2,5-5mg
dua kali sehari, kaptopril 6,25-12,5 tiga kali sehari
Dopamin, cara kerjanya meningkatkan perfusi ginjal dan memperbaiki
diuresis, dosisnya 1-3µg/kg/menit
Spironolakton cara kerjanya menyekat efek aldosteron dan melindungi
kalium. Dosisnya 25mg setiap hari
Hidralazin, digunakan untuk penurunan afterload dan mengontrol
tekanan darah. Dosisnya 5-10mg IV setiap 4 jam PRN (Patricia Gonce
Morton, 2013, hal. 522-523)
c) Kelas IV : kombinasi diuretic, digitalis, ACE inhibitor, seumur hidup
(Kasron, 2016, hal. 200)
Penatalaksanaan CHF meliputi :
a) Non Farmakologis
1) CHF Kronik
Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan
aktivitas
Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunan edama
Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs
karena efek prostagladin pada ginjal menyebaban retensi air dan
natrium
Pembatasan cairan ( kurang lebih 1200-1500 cc/hari).
Olahraga secara teratur (Kasron, 2016, hal. 200-201)
2) CHF Akut
Oksigen (ventilasi mekanik)
Pembatasan cairan (< 1,5 liter/hari) (Kasron, 2016, hal. 201)
b) Farmakologi
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
1) First line drugs : diurectic
Tujuan; menturangi afterload pada disfungis sistolik dan menrurangi
kongestil pulmonal pada disfungsi diatolic.
Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon ( kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan
pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic (Kasron, 2016, hal. 201)
2) Second Line drugs; ACE inhibitor
Tujuan; Membantu meningkatakn COP dan menurunkan kerja jantung.
Obatnya adalah
Digoxin :meninkatkan kontraktilitas. Obat ini tida digunakan untuk
kegagalan diastolic yang mana dibuntuhkan pengembangan
vertikel untuk relaksasI, Dosisnya 0,125-0,25 mg PO setiap hari
Hidralazin : menuruhkan afterload pada disfungsi sistolik.
Dosisnya 5-10mg IV setiap 4 jam PRN
Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik. Hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
Dosisnya 10mg setiap 6 jam (tunda dosis tengah malam)
Calsium channel blocker : untuk kegagalan diastolic,
meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian vertikal
(jangan dipakai pada CHF kronik.)
Beta blocker; sering dikontraindikasikan kakrena menekan respon
moikrad.digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR,
mencegah iskemia miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel
kiri (Kasron, 2016, hal. 201-202)
c) Pendidikan Kesehatan
1) Informasikan pada klien, keuarga dan pemberi perawatan tentang
penyakit dan penanganannya
2) Informasi difokuskan pada; monitoring BB setiap hari dan intake
natrium
3) Diet yang susuai untuk lansia CHF. Pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk dan lain-lain
4) Teknik konsevasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan bantuan terapis. (Kasron, 2016, hal. 203)
2. Diagnosis keperawatan
A. Penurunan curah jantung (PPNI, 2016, pp. 34-35)
Definisi: Ketidak adekuatan jantung mompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Penyebab : perubahan irama jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload, perubahan afterload
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1) Perubahan irama jantung (palpitasi),
2) Perubahan preload (lelah),
3) perubahan afterload (dispnea),
4) perubahan kontratilitas (paroxymal nocturnal dyspnea (PND), ortopnea, batuk)
Objektif :
1) Perubahan irama jantung (brakikardia/takikardia, gambran EKG aritmia atau
gangguan konduksi),
2) Perubahan preload (edema, distensi vena jugularis, central venous pressure
(CVP), hepatomegali),
3) perubahan afterload (tekanan darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba
lemah, cappillary refill time>3 detik, oliguria, waena kulit pucat dan atau
sianosis),
4) perubahan kontraktilitas (terdengar suara jantung S3 dan atau S4, ejection
function (EF) menurun)
Gejala dan tanda Minor
Subjektif :
1) perubahan preload (tidak ada),
2) perubahan afterload (tidak ada),
3) perubahan kontraktilitas (tidak ada),
4) perilaku/emosional (cemas dan gelisah)
Objektif :
1) perubahan preload (murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery
wedge pressure (PAWP) menurun),
2) perubahan afterload (pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat/menurun,
systemic vascular resitance (SVR) meningkat/menurun),
3) Perubahan kontraktilitas (cardiac index CI menurun, left ventricular stroke
work index (LVSWI) menurun, Stroke volume index (SVI) menurun),
4) Perilaku Emosional (tidak tersedia)
Kondisi klinis terkait :
1) Gagal jantung kongestif,
2) Sindrom coroner akut,
3) Stenosis mitral,
4) Regurgitas mitral,
5) Stenosis aorta,
6) Regurgitas aorta,
7) Stenosis trikuspidal,
8) Regurgitasi triskupidal,
9) Stenosis pulmonal,
10) Regurgitasi pulmonal,
11) Aritmia,
12) Penyakit jantung bawaan
3. Intervensi
5. Aktivitas kolaboratif
a) Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau
pengehentian obat tekanan darah
b) Berikan dan titrasikan antiaritma, inotropic, nitrogliserin dan vasodilatoe
untuk mempertahanakan kontraklitas, preload dan after load sesuai dengan
program medis atau protocol
c) Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer, sesuai
dengan program atau protocol
d) Tingkatkan penuruanan afterload (mis., debgan pompa balon intraorta) sesuai
dengan program medis atau protocol
e) Lakukan perujukan keperawat praktisi lanjutan untuk tindak lanjut, jika
diperlukan
f) Pertimbangkan perujukan kepetugas social, manajer kasus, atau layanan
kesehatan komunitas dan layanan kesehatan dirumah
g) Lakuka perujukan kepetugas social untuk mengevaluasi kemampuan
membayar obat yang diresepkan
h) Lakukan perujukan kepusat rehabilitas jantung jika diperlukan
6. Aktifitas lain
1) Ubah posisi pasien keposisi datar atau Trendelenburg ketika tekanan darah
pasien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
2) Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses intravena untuk
pemberian cairan intra vena atau obat untuk meningkatkan tekanan darah
3) Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktivitas, ansietas, dan/atau
nyeri pada disritma
4) Jangan mengukur suhu dari rectum
5) Ubah posisi pasien setiap dua jam atau perahankan aktivitas lain yang sesuai
atau dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
6) Regulasi hemodinamik (NIC)
Minimalkan atau hilangkan stesor lingkungan
Pasang kateter urine, jika diperlukan. (Wilkinson J. M., 2016, pp. 63-66)
B. Bersih jalan tidak efektif
1. Tujuan
1) Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh
pencegahan aspirasi; status pernapasan: kepatenan jalan napas; dan status
pernapasan: ventilasi tidak terganggu
2) Menunjukan Status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan
oleh indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream,
berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan):
Frekuensi dan irama pernapasan, kedalaman inspirasi, kemampuan untuk
membersihkan sekresi
2. Kriteria hasil
1) Batuk efektif
2) Mengeluarkan sekret secara efektif
3) Mempunyai jalan napas yang paten
4) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
5) Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
6) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
7) Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah
3. Aktivias keperawatan
1) Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini
- Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
- Keefektifan obat yang diprogramkan
- Hasil oksimetri nadi
- Kecendrungan pada gas darah arteri , jika tersedia
- Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
- Factor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental,
dan keletihan
2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan
atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan
3) Pengisapan jalan napas (NIC)
- Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea
- Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status
hemodinamik (tingkat MAP [mean arterial pressure] dan irama jantung)
segera sebelum, selama, da setlah pengisapan
- Catat jenis dan jumlah secret yang dikumpulkan (wilkinson, 2016, pp. 25-
28)
4. Penyuluhan untuk pasien dan kelurga
1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis, oksigen, mesin
pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermitlent positive pressure breathing
[IPPB])
2) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok di dalam
ruang perawatan, beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok
3) Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk
memudahkan pengeluaran secret
4) Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat batuk
5) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan sputum, seperti warna,
karakter, jumlah, dan bau
6) Pengisapan jalan napas (NIC) : instruksikan kepada pasien dan/atau kelurga
tentang cara pengisapan jalan napas, jika perlu
5. Aktivitas kolaboratif
1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
2) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan
pendukung
3) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembabkan) sesuai dengan
kebijakan institusi
4) Lakaukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonic, dan perawatan
paru lainya sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi
5) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal (Wilkinson J. M.,
2016, pp. 24-27)
C. Pola nafas
1. Tujuan
1) Menunjukkan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status pernapasan
yang tidak terganggu : ventilasi dan status pernapasan : kepatenan jalan napas;
dan tidak ada penyimpangan tanda-tanda vital dari rentang normal
2) Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu, yang dibuktika
oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat,
sedang, ringan, tidak ada gangguan)
3) Menunjukkan tidak adanya gangguan Status pernapasan: ventilasi, yang
dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat,
sedang, ringan, tidak ada gangguan) : Penggunaan otot aksesoris, Suara napas
tambahan, Ortopnea
2. Kriteria hasil
1) Menunjukkan perapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
2) Mempunyai kecepatan dan irama dan pernapasan dalam batas normal
3) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
4) Meminta bantuan pernapasan sat dibutuhkan
5) Mampu menjelaskan rencana untuk perawatan dirumah
6) Mengidentifikasi factor (missal, alergen) yang memicu ketidakefektifan pola
nafas, dan tindkan yang dapat dilakukan utuk menghindarinya
3. Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1) Pantau adanya pucat dan sianosis
2) Pantau efek obat pada status pernapasan
3) Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi disangkar iga
4) Kaji kebutuhan insersi jalan napas
5) Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang
terpasang ventilator
6) Pemantauan pernapasan (NIC)
- Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya perapasan
- Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot
aksesoris, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosa
- Pantau pernapasan yang berbunyi, seprti melengking atau mendengkur
- Pantau pola pernapasan: bradipnea; takipnea; hiperventilasi; pernapasan
kussmual; pernapasan Cheyne-stokes; dan pernapasan apneastik,
penapasan biot, dan pola ataksik
4. Penyuluhan untuk pasien/keuarga
1) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi utuk
memperbaiki pola pernapasan; uraikan teknik
2) Diskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan,
peralatan pendukung , tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan
sumber-sumber komunitas
3) Diskusikan cara menghindari alergen, sebagai contoh
- Memeriksa rumah untuk adanya jamur di dinding rumah
- Tidak menggunakan karpet dilantai
- Menggunakan filter elektronik pada alat perapian dan AC
4) Ajarkan teknik batuk efektif
5) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam
ruangan
6) Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi tahu
perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan
5. Aktivitas kolaboratif
1) Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan
ventrilator mekanis
2) Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai GDA,
sputum, dan sebagainya, jika perlu atau sesuai protocol
3) Berikan obat(mis, bronkodiltor) sesuai dengan program atau protocol
4) Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan
sesuai program atau protoko institusi
5) Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan, uraikan jadwal
6. Aktivitas lain
1) Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian (missal, sensori,
suara napas, pola pernapaan, nilai GDA, sputum, dan efek obat pada pasien)
2) Bantu pasien untuk menggunakan spirometer instensif, jika perlu
3) Tenangkan pasien selama periode gawat napas
4) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napas
5) Untuk membantu memperlambat frekuensi pernapasan, bimbing pasien
menggunakan teknik pernapasan bibir mencucu dan pernapsan terkontrol
6) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan secret
7) Minta pasien untuk mengubah posisi, batuk dan napas dalam
8) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk menurukan
ansietas dan meningkatkan perasaan kendali
9) Pertahankan oksige aliran rendah dengan kanul nasal, masker atau sungkup.
Uraikan kecepatan aliran
10) Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan, uraikan posisi
11) Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventiasi
(Wilkinson J. M., 2016, pp. 60-63)
DAFTAR PUSTAKA
Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardivaskuler. Jakarta: Trans Info Media.