Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH DAN ASKEP

DECOMPENSASI CORDIS

Oleh

NAMA : NOVEN PRIYANTO WILA

NIM : 1490120036R

KELAS : NERS 20 A

MATA KULIAH :KMB

PRODI : PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA

KUPANG 2020/2021

1
1. Konsep Decompensasi Cordis
a. Definisi
Gagal jantung merupakan sindrom klinis kompleks yang disebabkan
oleh adanya gangguan baik fungsional maupun struktural jantung
sehingga mengurangi kemampuan ventrikel untuk menerima dan
memompa darah.
Kondisi dimana jantung tidak mampu mempertahankan cardiac
output/ memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan
tubuh begitu juga dengan venous return. Cardiac output tidak bisa
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh(kegagalan pemompaan),
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi,
instrumen yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktilitas jantung yang berkurang dan vetrikel tidak mampu
memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini
menyebabkan volume pada saat diastolic akhir ventrikel secara progresif
bertambah (Nurarif, 2015).
b. Klasifikasi Decompensasi Cordis
Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa tingkatan
parahannya. Dibawah ini tabel gambaran sitem klasifikasi yang paling
umum digunakan, menurut New York Heart Association (NYHA)
Fungsional Classification

2
Tabel 1.1 Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan gejala
Class Gejala Pasien

I Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak


menyebabkan kelelahan yang berarti, palpitasi, dyspnea (sesak
napas).
II Sedikit keterbatasan terhadap aktivitas fisik sehari - hari. Nyaman saat
istirahat. Aktivitas biasa dapat menyebabkan kelelahan, palpitasi, dan
dyspnea.
III Ditandai dengan pembatasan aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat.
Sedikit aktivitas dapat menyebabkan kelelahan, palpitasi, dan
dyspnea.
IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa ketidaknyamanan. Gejala
gagal jantung saat istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan,
ketidaknyamanan meningkat

Tabel 1.2 Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan penilaian obyektif

Class Penilaian Objektif

A. Tidak ada tanda objektif penyakit kardiovaskular. Tidak ada gejala dan
tidak ada batasan dalam aktivitas fisik biasa.
B. Tanda obyektif penyakit kardiovaskular minimal. Gejala ringan dan
keterbatasan sedikit selama aktivitas biasa. Nyaman saat istirahat.
C. Tanda obyektif penyakit kardiovaskular cukup parah. Ditandai
keterbatasan dalam aktivitas karena gejala yang meningkat, bahkan
selama aktivitas yang minimal. Nyaman hanya pada saat istirahat.
D. Tanda obyektif penyakit kardiovaskular yang berat. Keterbatasan
parah. Bahkan gejala dapat muncul ketika beristirahat
c. Etiologi
Penggolongan penyebab gagal jantung menurut apakah gagal jantung
tersebut menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau gagal dominan
sisi kanan. Dominan sisi kiri : penyakit jantung iskemik, amiloidosis
jantung, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit
katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, keadaan curah tinggi (anemia
,tirotoksikosis, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan : gagal jantung
kiri, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), penyakit paru kronis,

3
stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, hipertensi pulmonal,
emboli pulmonal masif (Majid, 2017).

d. Manifestasi Klinis
Berikut adalah manifestasi klinis gagal jantung, (Majid, 2017):
1) Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif
jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat karena penurunan
curah jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada
kegagalan yang terjadi di ventrikel.
2) Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol, hal ini disebabkan
ketidak mampuan ventrikel kiri memompa darah yang datang dari
paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
i. Dispnea : Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas, bisa juga terjadi ortopnea.
Beberapa pasien bisa mengalami kondisi ortopnea pada
malam hari yang sering disebut Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND).
ii. Batuk
iii. Mudah lelah : Terjadi karena curah jantung berkurang dan
menghambat jaringan dari sirkulasi normal, serta terjadi
penurunan pada pembuangan sisa dari hasil katabolisme yang
diakibatkan karena meningkatnya energi yang digunakan saat
bernafas dan terjadinya insomnia karena distress pernafasan.
iv. Kegelisahan dan kecemasan. Terjadi akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan saat bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi bagaimana
semestinya.

4
3) Gagal jantung kanan
i. Kongestif pada jaringan perifer dan jaringan viseral.
ii. Edema ekstrimitas bawah, biasanya edema pitting,
penambahan berat badan.
iii. Hepatomegali dan nyeri tekan pada abdomen di kuadran
kanan atas, terjadi karena adanya pembesaran vena di hepar.
iv. Anoreksia dan mual. Terjadi karena adanya pembesaran vena
dan statis vena di dalam rongga abdomen.
v. Nokturia (sering kencing malam hari).
vi. Kelemahan.

e. Patofisiologi
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Apabila
curah jantung berkurang, maka sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk tetap mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk dapat mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantung-lah yang harus
menyesuaikan diri untuk tatap bisa mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompa pada setiap
jantung berkontraksi, hal ini tergantung pada 3 faktor, yaitu: preload
(jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan
yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung),
kontraktilitas (beracuan pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium), afterload (mengacu pada besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan).
Tubuh mengalami beberapa adaptasi pada jantung dan hal ini terjadi
secara sistemik, jika terjadi gagal jantung. Volume dan tekanan pada
akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung meningkat, apabila terjadi

5
pengurangan volume sekuncup kedua ventrikel akibat penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Akan terjadi dilatasi
ventrikel jika kondisi ini berlangsung lama. Pada saat istirahat, cardiac
output masih bisa berfungsi dengan baik, akan tetapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Yang pada akhirnya
tekanan kapiler akan meningkat dan menyebabkan transudasi cairan serta
timbul edema paru atau edema sistemik.

6
Gambar Pathway decompensasi cordis

Faktor Resiko

infeksi Kontraktilitas Hipertensi


Menurun
Emboli paru Afterload Menurun abnormal otot jantung

Infark Miokard Preload Meningkat Anemia

Gagal Jantung

Disfungsi ventrikel kiri Disfungsi Ventrikel Kanan Respon Kenaikan


Frekuensi Jantung

Preload meningkat Kongesti Vena Sitemik


Peningkatan Kebutuhan
Oksigen
Kongesti Vaskular Oedem Perifer
Pulmonal
Asidosis Tingkat Jaringan
Edema Pulmonal Resiko Kerusakan
Integritas Kulit
Penurunan Perfusi Jaringan
Gangguan Pertukaran Gas

Resiko Tinggi Pengaruh Jaringan Lanjut


Intoleransi Aktivitas Penurunan keluaran Urin,
kenaikan letargi, kulit
Iskemi Miokard dingin, sianosis

Penurunan Curah Jantung


Menahan Na+H2O
(Oedem)

Kelebihan Volume Cairan

7
f. Komplikasi Decompensasi Cordis
Berikut komplikasi dari gagal jantung menurut (Wijaya & Putri2013)
antara lain :
 Adema paru akut dapat terjadi akibat gagal jantung kiri.
 Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak
adekuat ke organ vital (jantung dan otak).
 Episode trombolik.
Thrombus terbentuk akibat imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi,
trombus dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
 Efusi pericardial dan tamponade jantung.
Masuknya cairan ke kantung pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. Cardiac outputmenurun dan
aliran balik vena ke jantung.

g. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan decompensasi cordis. Tidak ada
pengobatan secara spesifik untuk proses penyembuhan penyakit gagal
jantung, akan tetapi secara umum ada beberapa penatalaksanaan
pengobatan untuk gagal jantung adalah sebagai berikut (Nurarif, 2015)
1) Perawatan
 Tirah baring/bedrest
Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-benar
dikurangi, mengingat kebutuhan oksigen yang relatif meningkat.

8
 Pemberian oksigen
Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2 liter/menit
dalam keadaan sianosis sekali dapat lebih tinggi.
 Diet
Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan)
garam. Jumlah kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang
diberi makanan tinggi kalori tinggi protein. Cairan diberikan 80-
100 ml/kgBB/hari.
2) Pengobatan medic
 Digitalisasi
Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat
dan memperkuat kontraksi jantung serta meninggikan curah
jantung.
Dosis digitalis :
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6
dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4
hari.
Cedilanid IV 1,2 – 1, 6 mg dalam 24 jam.
Dosis penunjang untuk gagal jantung :
Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal
ginjal dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin untuk
fibrilasi atrium 0,25 mg.
 Diuretik
Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan
pengisian yang berlebihan dan secara umum untuk mengatasi
retensi cairan yang berlebihan. Yang digunakan : furosemid 40 –
80 mg. Pemberian dosis penunjang bergantung pada respon, rata-
rata 20 mg sehari.
 Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri
dan menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi
berkurang.
Preparat vasodilator yang digunakan :
o Nitrogliserin 0,4–0,6 mg sublingual atau 0,2–2
mg/kgBB/menit IV
o Nitroprusid 0,5 – 1 mg/kgBB/menit IV
 Pengobatan penunjang lainnya bersifat simptomatik
 Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan
pemberian sulfa ferosus, atau tranfusi darah jika anemia berat.
 Jika terdapat infeksi sistemik berikan antibiotic
Untuk penderita gagal jantung anak-anak yang gelisah, dapat
di-berikan penenang; luminal dan morfin dianjurkan terutama
pada anak yang gelisah. (Long, Barbara C, Perawatan

9
Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,
2013).
 Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
 Revaskularisasi (perkutan, bedah).
 Operasi katup mitral.
 Aneurismektomi.
 Kardiomioplasti.
 External cardiac support.
 Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung
biventricular.
 Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
 Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial
heart.

2. Konsep Gangguan Pertukar Gas


A. Definisi Gangguan Pertukaran Gas
Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbon
dioksida pada membran alveolar-kapiler (Nanda, 2015).
Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika individu
mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbon dioksida ) yang
aktual antara alveoli paru-paru dan sistem vaskuler (Smeltzer S. 2016).
B. Batasan Karakteristik
Adapun batasan karakteristik gangguan pertukatan gas (Herdman &
Kamitsuru, 2015) :
i. Penurunan CO2
ii. Takikardi
iii. Hiperkapnia
iv. Keletihan
v. Hipoksia
vi. Kebingungan
vii. Dyspnea
viii. Sianosis
ix. Warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
x. Sakit kepala ketika bangun

10
xi. Frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
C. Faktor Pendukung
Kondisi yang menyebabkan perubahan atau keruntuhan alveoli (mis.,
Atelektasis, pneumonia, edema paru, dan sindrom gangguan pernapasan
akut) mengganggu ventilasi. Ketinggian tinggi, hipoventilasi, dan
kapasitas pembawa oksigen yang berubah dari hemoglobin yang
berkurang adalah faktor lain yang mempengaruhi pertukaran gas. Aliran
darah pulmonal total pada pasien yang lebih tua lebih rendah daripada
subjek muda. Obesitas pada PPOK dan dampak jumlah lemak berlebihan
terhadap fungsi paru membuat pasien berisiko lebih besar mengalami
hipoksia. Perokok dan pasien yang menderita masalah paru, masa
imobilitas berkepanjangan, sayatan dada atau bagian atas perut juga
berisiko terkena Gangguan Pertukaran Gas.
3. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung
1) Pengkajian
Langkah awal pada proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data yang akurat dari pasien untuk mengetahui berbagai permasalahan
yang ada. Perawat harus dapat menciptakan hubungan saling membantu,
membangun kepercayaan dalam melakukan pengkajian atau melakukan
pemeriksaan fisik keperawatan.
a) Biodata
 Inisial:
 Umur:
 Jenis kelamin:
 Suku / bangsa:
b) Riwayat Kesehatan
 Sesak napas (dypsnea) karena adanya akumulasi cairan dalam
paru-paru karena ventrikel kiri tidak efektif sehingga timbul sesak.

11
 Paroximal noctural dypsnea(bangun tengah malam hari karena
kesulitan bernapas) yang disebabkan oleh reabsorpsi cairan dalam
paru.
 Kelelahan, karena penurunan cardiac out putyang menyebabkan
penurunan ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi otot.
 Ascites, karena terakumulasinya cairan pada rongga abdomen
akibat peningkatan vena portal sehingga mendorong cairan serous
dan keluar dari sirkulasi portal.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah dialami klien dan berhubungan dengan
decompensasi cordis (misal, kerusakan katub jantung bawaan,
hipertensi, diabetes mellitus, bedah jantung, Infark myocard kronis).
d) Riwayat penyakit keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit
jantung akan lebih beresiko menderita penyakit yang sama.
e) Pola kebiasaan sehari – hari
Tanda dan gejala pada aktivitas / istirahat
o Keletihan, kelelahan sepanjang hari
o Nyeri dada saat melakukan aktivitas
o Insomnia
o Terbangun pada malam hari karena sesak nafas
o Gelisah, perubahan status mental: letargi, TTV berubah saat
beraktivitas
Nutrisi
o Kehilangan nafsu makan
o Mual dan muntah
o Penambahan BB yang drastic
o Diit rendah garam dan air
o Penggunaan diuretic

12
o Distensi abdomen
o Edema
Eliminasi
o Penurunan berkemih
o Urin berwarna gelap
o Nocturia
o Diare / konstipasi
o Hygine
o Keletihan, kelemahan, kelehan dalam melakukan aktivitas
perawatan diri
f) Pemeriksaan fisik
i. Keadaan umum : kesadaran klien gagal jantung biasanya baik atau
compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
ii. B1 (Breathing)
Pengkajian yang di dapat adalah adanya tanda kongesti vaskular
pulmonal akut. Crackles atau ronki basah halus secara umum
terdengar pada dasar posterior paru.
iii. B2 (Bleeding)
 Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasca pembedahan jantung. Lihat adanya
dampak penurunan penurunan curah jantung. Klien dapat
mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan
konsentrasi, defisit memori, dan penurunan toleransi latihan.
 Palpasi
Karena peningkatan frekuensi jantung merupakan awal jantung
terhadap stres, bisa dicurigai sinus takikardia dan sering di
temukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa
jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan

13
pompa meliputi: kontraksi atrium prematur, takikardia atrium
proksimal, dan denyut ventrikel prematur.
 Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi
sekuncup. Tanda fisik yang berkitan dengan kegagalan
ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah dibagian yang
meliputi:bunyi jantung ketiga dan keempat ( S3, S4) serta
crakles pada paru paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti
kontraksi atrium.
 Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali).
 B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian obyektif klien:
wajah meringis, menangis, merintih,meregang, dan menggeliat.
 B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urin berhubungan dengan asupan
cairan, karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria
karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya
edema ekstremitas menandakan adanya retensi cairan yang
parah.
 B5 (Bowl)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunannafsu
makan akibat pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga
abnomen, serta penurunan berat badan.
 Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abnomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar
merupakan manisfestasi dari kegagalan jantung.

14
 B6 (Bone)
Hal-hal biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6
adalah sebagai berikut.
 Kulit dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri meninbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi ke organ. Karena darah di alihkan dari
organ-organ non-vital demi mempertahankan perfusi ke
jantung dan otak, maka manisfestasi paling dini paling
depan adalah berkurangnya perfusi organ-organ seperti kulit
dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat dan dingin di
akibatkan oleh vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut
dari curah jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin
tereduksi mengakibatkan sianosis.
 Mudah lelah
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang,
sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme.
g) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita gagal jantung dapat melalui
pemeriksaan sebagai berikut :
 Radiogram dada
 Kimia darah
 Urin lengka
 Pemeriksaan fungsi hati

15
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon
individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman
& Kamitsuru 2007).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita gagal
jantung menurut Nurarif & Kusuma (2015) antara lain :
Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
Nyeri akut
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
laju filtrasi glumerulus / meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
Kerusakan integritas kulit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Ansietas berhubungan dengan kesulitan nafas dan kegelisahan
akibat oksigenasi yang tidak adekuat
Defisit perawatan diri

16
3) Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan merupakan tahap keempat dalam
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan
keperawatan yang telah direncanakan (Hidayat Alimul, 2012).

4) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi,
perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan tela

17
DAFTAR PUSTAKA

 Andra & Yessie. 2013, KMB I Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

 DIII Keperawatan, Tim Dosen. 2017, Panduan Penyusunan Karya


Tulis Ilmiah : Studi Kasus Progam Studi D-III Keperawatan. Jombang:
STIKes ICMe.

 Herdman & Kamitsuru. 2015, NANDA Diagnosis Keperawatan


Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

 Hidayat, Aziz Alimul. 2012, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia


(KDM). Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Healt
Books Publishing.

 Kasron. 2012, Buku Ajar Gangguan Sistem Kardivaskuler.


Yogyakarta: Nuha Medika.

 Kasron. 2012, Kelainan & Penyakit Jantung Pencegahan dan


Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

 Kasron. 2016, Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: Trans Info Media.

 Kusmatuti, N 2014, ‘Asuhan Keperawatan Pada Tn.G dengan


Decompensasi Cordis di Instalasi Gawat Darurat RSUD Solo’, Naskah
Publikasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta

 Majid, Abdul. 2017, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Ganguuan Sistem Kardiovaskular. Yogaykarta: Pustaka Baru.

18
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
2. Identitas
Gagal jantung kebanyakan di derita oleh lansia dan pasien yang memilki riwayat
hipertensi,  infark miokardium atau keduanya. (Morton & etall, 2013, hal. 502)

1. Status kesehatan ini


 Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat beraktifitas dan
sesak napas. ( Muttaqin, 2012, hal. 206).

 Alasan Masuk Rumah Sakit


Penderita dengan gagal jantung mengalami peningkatan Dispnue, poraxismal
nokturnal dipsnue, hepatomegali, anoreksia, nokturia dll ( Hariyanto & dkk, 2015,
hal. 62).

 Riwayat Penyakit Sekarang


Klien dengan riwayat gagal jantung biasanya akan di awali denga gejala-gejala
kongestif vaskular pulmonal, dipsnea, ortopnea, dipsnea nokturnal poraksimal, batuk,
dan edema pulmonal akut ( Muttaqin, 2012, hal. 209)

1. Riwayat kesehatan terdahulu


 Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien dengan gagal jantung  menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, dan hiperlidemia. ( Muttaqin, 2012, hal. 210)

 Riwayat penyakit keluarga


Penyakit jantung iskemik pada orang tua dapat menimbulkan terkena jantung iskemik
pada turunanya. (Muttaqin, 2012, hal. 210).

 Riwayat pengobatan
Pada khasus gagal jantung obat obatan lama bahkan dapat berperan dalam keparahan
gejala. Misalnya pasien yang di obati dengan penyakit saluran kalsium
untuk hipertensi.Obat obatan lain dapat menimbulkan gagal jantung pasien yang
meminum obat yang di jual bebas seperti obat inflamasi non steroit (AISN) (Morton
& etall, 2013, hal. 512)
 

1. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
1. Kesadaran

19
Pada pemeriksaan keadaan umum,kesadaran klien gagal jantung biasanya baik atau
composmetis dan akan berubah  sesuai tingkat gangguan perfusi sistem saraf
pusat ( Muttaqin, 2012, hal. 211).

1. Tanda-tanda vital
Pasien yang mengalami disfungsi sistolik dapat memiliki tekanan darah yang sangat
rendah, tetapi asimtomatik( sistolik, 80 sampai 90 mmHg, diastolik 40-90 mmHg).
Frekuensi jantung dapat cepat (90 kali/menit atau lebih), atau lebih rendah pada saat
istirahat. Pasien yang mengalami disfungsi diastolik mungkin hipertensif atau
mungkin tidak. (Morton & etall, 2013, hal. 514)

 Body system
1. Sistem pernafasan
Untuk menentukan frengkuensi pernapasan dan mengobservasi  kedalam pernapasan 
serta irama pernapasan. Pasien yang mengalami gagal jantung kronis dan tergolong
kelas IV  secara persisten atau dapat menggambarkan eksarsebasi akut.

Hasil auskultasi dada dapat normal seluruhnya. Karena psien dengan peningkatan
arteri pulmonari mengalami peningkatan dranaise limfe sepanjang waktu, cairan tidak
terkumpul di aveoli . Rales atau krekels adalah suara yang di hasilkan oleh
gelembung udara yang melalui air di alveoli, dan tidak ada air suara tersebut tidak
terdengar. Ketika tekanan meningkat secara mendadak, air di paksa kedalam alveoli
melalui peningkatan tekanan hidrostatik dan pada gagal ginjal akut dan ekserbasi
akut, biasanya terdapat di edema paru, krekles di bibasilar  terjadi.akibatnya edema
paru dapat dapat menyebabkan mengi yang mungkin sulit di bedakan dari penyakit
jalan napas reaktif seperti asma. (Morton & etall, 2013, hal. 514)

1. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi
Inspeksi adanya parut paska pembedahan jantung. lihat adanya dampak penurunan
curah jantung. Selain gejala-gejala yang diakibatkan dan kongesti vaskular pulmonar,
kegagalan vertikel kiri juga di hubungkan dengan gejala yang tidak spesifik yang
berhubungan dengan penurunan curah jantung. klien dapat mengeluh lemas mudah
lemah, apatis,   letargi, kesulitan berkosentrasi, defisit memori dan penurunan
toleransi  latihan. Gejala ini mungkin timbul tingkat curah jantung rendah kronis dan
merupakan keluhan utama klien.Sayangnya, gejala ini tidak spesifik dan sering di
angga, neurosis atau keluhan  fungsional.Oleh karena itu, secara pontesial hal ini
merupakan indikator penting penyimpanan fungsi pompa yang sering tidak dikenali
kepentingannya, dan klien juga diberi keyakinan dengan tidak tepat atau
diberi tranquilizer ( sediaan yang meningkatkan suasan hati-mood). Ingat, adanya
gejala tidk spesifik dari curah jantung rendah memerlukan evaluasi cermat terhadap
jantung serta pemeriksaan psikis yang akan memberi informasi untuk menentukan
penatalaksanaan yang tepat.

20
 Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan repons awal jantung terhadap
stres, sinus takikardi mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada pemeriksaan klien
dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan
kompa meliputi: kontraksi atrium prematur, takikardi atrium paroksimal, dan denyut
ventrikel prematur.

 Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup. Tanda fisik yang
berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah di bagian
yang meliputi: bunyi jantung ketiga dan keempat(S3,S4) serta crackles pada paru-
paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik
dengan bel stetoskop yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung. Posisi
lateral kiri mungkin diperlukan untuk mendapatkan bunyi. Ini terdengar sebelum
bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi
dapat menurunkan komplains ( peningkatan kekuatan ) miokard. Ini mungkin indikasi
awal premonitori menuju kegagalan. Bunyi S4 adalah bunyi yang umum terdengar
pada klien dengan infark miokardium akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis
bermakna, tetapi mungkin menunjukkan kegagalan yang baru terjadi kelainan katup.
 Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung
( kardiomegali ). ( Muttaqin, 2012, hal. 212)

1. Sistem persarafan
Pada pasien yang mengalami gagal jantung biasanya merasakan nyeri kepala/pusing,
kelelahan dan pingsan (Asikin dkk, 2016, hal. 99)

1. Sistem perkemihan
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat
badan. ( Muttaqin, 2012, hal. 215)

1. Sistem pencernaan
Pentingnya memalpasi dan merperkusi abdomen  guna mengidentifikasi adanya asites
dan tepi bawah hati. Tekanan antrium kanan yang tinggi yang berubah menjadi
tekanan vena yang tinggi menandakan gagal jantung kanan, dan hati menjadi
reservoir untuk meningkatkan volume vena dan ukuran meningkat (hepametogali)
ketika mengalami kongestif. Setelah itu membekak, tekanan meningkat pada vena
portal dan kapiler usus. Ketika sistem limfe tidak lagi mampu menarik cairan yang
cukup untuk mengurangi tekanan, asites terjadi. Asites adalah transudasi atau ruangan
ketiga cairan dan kadang-kadang protein dalam rongga abdomen. Tanpa adanya
hepametogali dan asites, hati yang mengalami dapat menyebunyikan cairan yang
signifikan. memuculkan refluk hepajugular dapat mengidentifikasi cairan yang di

21
sembunyikan ini. Untuk  mengkaji refluk hapajugular penting mengobservasi vena
jugularis internal ketika menakan hati. Ketika tinggi denyut nadi meningkat atau vena
membengkak, refluks hepatojugular positif. (Kasron, 2012, hal. 186)

1. Sistem integumen
Kulit dingin

Gagal depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke


organ-organ. Oleh karena  darah dialihkan dari organ-organ non vital demi
mempertahankan perfusi ke jantung dan otak, maka manifestasi paling dini dari gagal
ke depan adalah berkurangnya perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka.
Kulit yang pucat dan dingin diakibatkan oleh vasokontriksi perifer, penurunan lebih
lanjut dari curah jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin  tereduksi
mengakibatkan sianosis. Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk
melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan keringat yang berlebihan dapat
ditemukan. ( Muttaqin, 2012, hal. 216)

1. Sistem muskuloskleletal
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas
dan insomnia yang terjadi akibat stres pernapasan dan batuk. Perfusi yang kurang
pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-gejaka ini dapat
diekserbasi oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan anoreksia. Pemenuhan
personal higiene mengalami perubahan. ( Muttaqin, 2012, hal. 216)

1. Sistem endokrin
Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung  bekerja lebih
keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa
jantung sampai derajat tertentu. (Kasron, 2012, hal. 188)

1. Sistem reproduksi
Edema dimulai pada kaki dan tumit ( edema dependen dan secara bertahap bertambah
ke atas tungkai yang pada akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian
bawah. ( Muttaqin, 2012, hal. 213)

1. Sistem pengindraan
Pada pasien yang mengalami gagal jantung biasanya: Bintik kekuningan,  lunak atau
plak pada kelopak mata konjungtiva pucat garis melingkar putih atau abu di tepi
kornea

(Manurung, 2015, hal. 28)

22
1. Sistem imun
Pada pasien yang mengalami gagal jantung terjadi peningkatan arteri pulmonari
mengalami drainase limfe sepanjang waktu (Morton & etall, 2013, hal. 515)

1. Pemeriksaan penunjang
2. Elektro kardiogram (EKG)
Mengetahui hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, distrimia,
takikaaardia, fibrilasi atrial (Amin, Hardi, 2015, hal. 20)

2. Ekokardiografi
3. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume baik dari
kelainan regional, model M paling sering di tayangkan bersama EKG)
4. Ekokardium dua dimensi(ST-scan)
5. Ekokardiografi Dopper (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
6. Karakterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan jantung kiri dan stenosis kutup atau insufisiensi.

4. Radiografi dada
Dapat menujukan pembesaran jantung, banyak mencerminkan di latasi atau
hiperterapi bilik, perubahan dalam pembulu darah abnormal.

5. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan caiaran / penurunan fungsi ginjal,terapi
deorintik

6. Oksmetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama  jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis

7. Analisa gas darah


Gagal vetrikel kiri di tandai dengan alkaliosis respirator ringan (dini) atau hipoksemia
dengan meningkatkan PCO2 (akhir)

8. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menujukan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus gagal
jantung. (Amin, Hardi, 2015, hal. 20)

1. Penatalaksanaan

23
2. Terapi yang utama adalah untuk menurunkan preload ( dengan venodilatasi)
dan after load (dengan cara arteriodlatasi dan perubahan volume) untuk
memperbaiki aliran darah dan mengurangi gejala klinis.
3. O2 suplemen melalui kanula hidung atau sungkup muka selama di perlukan
4. Di berikan terapi gangguan fungsi respirasi yang refrater dengan CPAP atay
intubasi
5. Nitrat (sublingual dan IV) merupakan terapi lini pertama untuk meredakan
gejala klinis dalam waku cepat
6. Diuretik (furosemid 20-40 mg) lengkup di gunakan untuk membuat volume
dan menurunkan preload (melalui venodilatasi ringan)
7. Morfin IV di berikan untuk ansietas/ rasa tidak enak dan menurunkan
preload(melali venodilatasi ringan)
8. Penatalaksanakan berdasarkan kelas NYHA:
Kelas 1: Non farmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi cairan menurunkan
berat badan, menghindari alkohol dan rokok, aktivitas fisik, menejemen stres.

Kelas II dan III: Terapi pengobatan meliputi: diuretik, vasodilator, ace inhibitor,
digitalis, dapmineroik, oksigen.

Kelas IV: Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor, seumur hidup. (Kasron, 2012,
hal. 200)

2. Diagnosa keperawatan
A. Pola nafas tidak efektif
Definisi : inspirasi dan atau espirasi yang tidak memberikan fentilasi adekuat.

Penyebab :

1. Depresi pusat pernapasan


2. Hambatan upaya nafas
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas dinding dada
5. Gangguan neoromuskular
6. Gangguan neomuskular(mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot bernafas)
7. Imaturitas neorologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghabat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilitas
12. Kerusakan intervansi diaframa
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan

24
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1. Pengunaan otot bantu pernafasan
2. Fase ekspirasi memajang
3. Pola nafas abnormal
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Ortopnea

Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskuri dada berubah
Kondisi klinis terkait

1. Depresi saraf pusat


2. Cidera kepala
3. Trauma toraks
4. Gullian barre syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkhol(PPNI, 2017, hal. 26)
 

1. Penurunan curah jantung


Definisi : ketidakadekuat jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.

Penyebab :

1. Perubahan irama jantung


2. Perubahan frengkuensi jantung
3. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan preload

25
5. Perubahan afterload
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Perubahan irama jantung
2. Palpitasi
3. Perubahan preload jantung
4. Lelah
5. Perubahan afterload
6. Dipsnea
7. Perubahan kontraktilitas
8. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PDS)
9. Ortopnea
10. Batuk
Objektif
1. Penurunan irama jantung
2. Bradikardia/takikardia
3. Gambaran EKG aritmia atau konduksi
4. Perubahan preload
5. Edema
6. Distensi vena jugularis
7. Central venous pressure (CVP) meningkat menurun
8. Hepatomegali
9. Perubahan after load
10. Tekanan darah meningkat/menurun
11. Nadi perifer terasa lemah
12. Capillary refill time > 3 detik
13. Oliguria
14. Warna kulit pucat dan /sinopsis
15. Perubahan kontraktilitas
16. Terdengar suara jantung S3/S4
17. Enjection fraction (EF) menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Perubahan preload
(tidak tersedia)

2. Perubahan afterload
(tidak tersedia)

3. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)

4. Perilaku atau emosional


5. Cemas

26
6. Gelisah
Objektif
1. Perubahan preload
2. Murmur jantung
3. Berat badan bertambah
4. Pulmonary artery wedge pressure (PAWS) menurun
5. Perubahan afterload
6. Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat atau menurun
7. Systemic vascular resistance (SVR) meningkat atau menurun
8. Perubahan kontraktilitas
9. Cardiac index (CI) menurun
10. Left ventrikuler strok work indeks (LVSWI) menurun
11. Stroke volume indeks (SVI) menurun
12. Perilaku atau emosional
(tidak tersedia)

Kondisi klinis terkait :


1. Gagal jantung kongestif
2. Sindrom kororner akut
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis triskupidal
8. Regurgitasi triskkupidal
9. Stenosis triskupidal
10. Regurgitasi pulmonal
11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan(PPNI, 2017, hal. 34)
13. Intervensi
14. Pola nafas tidak efektif
 Tujuan: menunjukkan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status
pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kepatenan jalan
napas, dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentan normal.
 Kriteria hasil
1. Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
2. Menunjukkan kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
3. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
4. Meminta bantuan pernapasan saat dbutuhkan
5. Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
 Intervensi (NIC)
Aktivitas perawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfungsi pada pengkajian
penyebab ketidakefektifan pernapasan, pemantauan status pernapasan, penyuluhan

27
mengenai penatalaksanaan mandiri terhadap alergi, membimbing pasien untuk
memperlambat pernapasan dan mengendalikan respon dirinya, membantu pasien
menjalani pengobatan pernapasan, dan menegakkan pasien selama periode dipsnea
dan pernapasan pendek.

Pengkajian

1. Pantau adanya pucat sianosis


2. Pantau efek obat pada status pernapasan
3. Tentukan lokasi dan luasnya repitasi disangkar iga
4. Kaji kebutuhan insersi jalan napas
5. Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada pasien yang
terpasang ventilator.
 

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


1. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernapasan
2. Diskusikan perencanaan untuk perwatan dirumah, meliputi pengobatan,
peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-
sumber komunitas
3. Diskusikan cara menghindari alergi, sebagai contoh: memeriksa rumah untuk
adanya jamur di dinding rumah
4. Tidak menggunakan karpet dilantai
5. Menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC
6. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam
ruangan
8. Intruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu
perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan
Aktivitas kolaboratif
1. Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastukan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis
2. Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, nilai GDA, sputum dan sebagainya,
jika perlu atau protokol
3. Berikan obat (misalnya bronkodilator sesuai dengan program atau protokol).
4. Berikan terapi nebulizer ultrasonik dan udara atau oksigen yang dilembabkan
sesuai program atau protokol sesuai
5. Berikan obat nyeri untuk mempertimbangkan pola pernapasan(Wilkinson,
2015, hal. 99)
6. Penurunan curah jantung
 Tujuan: penurunan curah jantung tidak sensitif terhadap isu keperawatan.
Oleh karena itu, perawat sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk
melakukannya upaya kaloboratif perlu dan penting dilakukan.

28
 Kriteria hasil :
1. Klien mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
2. Klien mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen
(BUN) dan kreatinin plasma dalam batas normal
3. Klien mempunyai warna kulit yang normal
4. Menujukan peningkatan toleransi terhadap aktifitas fisik (misalnya : tidak
mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)
5. Klien menggambarkan diet, obat, aktifitas, dan batasan yang di perlukan
(misalnya : untuk penyakit jantung)
6. Klien mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat di
laporkan.
 Intervensi NIC
1. Reduksi pendarahan : membatasi kehilangan volume darah selama episode
perdarahan.
2. Perawatan jantung akut : membatasi komplikasi jantung akibat
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard yang
mengakibatkan kerusakan fungsi jantung
3. Promosi perfusi serebral : meningkatkan perfusi yang adekuat dan membatasi
komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami keadekuatan
perfusi serebral
4. Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri : meningkatkan sirkulasi arteri
5. Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis:memberi dukungan temporer
sirkulasi melalui penggunaan alat atau pompa mekanis
6. Perawatan sirkulasi : insufisensi vena : meningkatkan sirkulasi vena
7. Perawatan embolus : perifer : membatasi komplikasi untuk pasien yang
mengalami, atau berisiko mengalami sumbatan sirkulasi perifer
8. Perawatan embolus : paru : membatasi komplikasi untuk pasien yang
mengalami, atau resiko mengalami sumbatan sirkulasi paru
9. regulasi hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, after
load, dan kontraktilitas
10. Pengedalian hemoragi : menurunkan atau meniadakan kehilangan darah yang
cepat dalam jumblah banyak
11. Terapi intravena (IV) : memberi dan memantau cairan dan obat intravena (IV)
12. Pemantuan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah atau mminimalkan  komplikasi neurologis
13. Menejemen syok : jantung : meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk
pasien yang mengalami gangguan fungsi  pompa jantung
14. Menejemen syok : volume meningkatkan ke adekuatan perfungsi jaringan
untuk pasien yang mengalami gangguan volume intravaskular berat
15. Pemantuan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular,
dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi( Wilkison, 2015,
hal. 108)
 

29
DAFTAR PUSTAKA

 
Hariyanto & dkk. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA.

Muttaqin. (2012). Asuhan keperawatan klien dengan sistem kardiovaskuler dan


hematologi. jakarta: salemba merdika.

Wilkison. (2015). buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Amin, Hardi. (2015). Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Medi Action.

arif muttaqin. (2009). asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler. jakarta: salemba medika.

Asikin dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler. Parepare:


Erlangga.

Kasron. (2012). Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV.Trans Info Media.


Manurung. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Medan:
CV. Trans Info Media.

Morton & etall. (2013). Keperawatan Kritis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. jakarta: salemba medika.
Nugroho. (2011). Asuhan Keperawataan. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: dewan pengurus


pusat.

priscilla le Mone,keren M.Burke&Gerene Bauldoff. (2017). Buku ajar keperwatan


medikal bedah. jakarta: EGC.

Wilkinson. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan EDISI 9. Jakarta: EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai