Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CHF (GAGAL JANTUNG KONGESTIF)

Disusun Oleh :
Salsa Oktarisa
112019030065
S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


2021
KONSEP GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF)

I. Definisi Gagal Jantung


Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan (Brunner & Syddarth, 2017).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan (Arif Mansjoer, 2016).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien
dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Smeltzer & Bare, 2016).

II. Etiologi
Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) menurut (Brunner & Suddarth,2015) sebagai berikut :
1. Kelainan pada otot jantung
2. Aterosklerosis coroner
3. Hipertensi sistemik
4. Penyakit jantung lain
5. Faktor sistemik

III. Manifestasi Klinis


Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel mana yang
terjadi.
A. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1. Dispneu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu pertukaran gas
dan dapat mengakibatkan ortopnea (kesulitan bernafas saat berbaring) yang dinamakan
paroksimal nokturnal dispnea (PND).
2. Mudah lelahTerjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
3. SianosisTerjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad failure) pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ seperti : kulit, dan otot-
otot rangka
4. Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk
yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak
darah. Batuk ini disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan pada
bronki.
5. Denyut jantung cepat (Takikardi) terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk
menutupi fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum dihasilkan sebagai aliran darah ke
dalam serambi yang distensi.
B. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1. Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2. Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen
3. Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan status vena di dalam rongga
abdomen
4. Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi renal
5. Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan
pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
6. Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya pelepasan renin dari ginjal yang
menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler
7. Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis, sehingga cairan mengalir dari
kapiler paru ke alveoli

IV. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan Co= HR x SV di mana curah jantung (Co:Cardiac output)
adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume sekuncup (SV: Stroke
Volume)
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang. Sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan hukum starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung), (2)
Kontraktilita (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan memyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik Penurunan cardiac output, terutama jika
berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena yang
meningkatkan volume darah sentral yang meningkatkan preload. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunab aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sistem rennin-
angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskulr
perifer selanjutnya dan peningkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium
dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, dan juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan paptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator

V. Pathway

Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan Beban volume


berlebihan berlebihan keb.metabolisme berlebihan

Beban systoole Preload

Kontraktilitas

Hambatan
Pengosongan
ventrikel

COP
Gagal jantung kanan
Beban Jantung Meningkat

CHF

Gagal pompa ventrikel kiri Cardiac output menurun Gagal pompa Ventrikel kanan

Forward Failure Renal flow Tekanan Distole


Penimbunan as.
Laktad
Suplai & ATP
Metab.anserob
Asidosis
darah
Fatigue Glomerular Bendungan atrium kanan
filtration rate

Inteloransi aktifitas Bendungan vena sistemik


Retensi Na + H20

Lien Hepar
Kelebihan volume
cairan
Splenonomegali Hepatomegali

Mendesak diafragma

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif

VI. Kebutuhan Dasar Manusia Yang Mengalami Gangguan


Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CHF menurut Kasron (2012),
yaitu :
1. Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Pada pasien CHF gangguan kebutuhan oksigenasi terjadi
karena adanya kegagalan pada fungsi ventrikel yang menyebabkan hambatan
pengosongan ventrikel, dan pompa jantung meningkat, hal ini akan menurunkan
kemampuan jantung memompa atau disebut dengan penurunan curah jantung.
Kemampuan jantung memompa mengakibatkan adanya bendungan pada paru-paru
dan ini mengakibatkan gangguan pertukaran gas. Apabila suplai darah tidak lancar
di paru-paru (darah tidak masuk ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di
paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah
di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2,
yang akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu
gejala sesak napas (dyspnea), ortopnea (dyspneasaat berbaring) terjadi apabila
aliran darah dari ekstrimitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-
paru.
2. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Pada pasien CHF menurunnya kemampuan
kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun
dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang
ke ginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensindan akhirnya
terbentuk angiotensi II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosterondan
menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan
ektraintravaskuler sehingga terjadi kelebihan volume cairan dan tekanan
selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam
ruang interstial.
3. Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas merupakan suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas. Pada pasien CHF gagal pompa ventrikel mengakibatkan
forward failure sehingga curah jantung menurun maka suplai darah kejaringan
menurun, nutrisi dan oksigen sel menurun, metabolisme sel menurun maka terjadi
lemah dan letih sehingga terjadi intoleransi aktifitas. Kebutuhan aktivitas ini
berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu: pemenuhan kebutuhan
personal hygiene karena kelelahan, kelemahan dalam melakukan aktivitas,
pemenuhan kebutuhan eliminasi karena penurunan frekuensi berkemih di siang hari
dan peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari (nokturia), pemenuhan
kebutuhan psikososial karena tidak mampu berinteraksi.
4. Kebutuhan istirahat dan tidur Istirahat adalah suatu keadaan tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Tidur adalah status perubahan
kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Pada
pasien CHF terjadi gagal pompa ventrikel kiri sehingga suplai O2 dalam tubuh
akan berkurang maka peningkatan RR (Respiratory Rate) mengakibatkan sesak
terjadi peningkatan pada malam hari,ortopnea (sesak saat berbaring) sehingga
pasien sering terbangun maka terjadi gangguan istirahat tidur. Kebutuhan istirahat
dan tidur ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu: bekerja,
belajar, dan bermain karena menurunnya sumber energi.

VII. Penatalaksanaan Medis Dan Penunjang


Penatalaksanaan CHF bertujuan untuk menurunkan kerja jantung, meningkatkan curah
jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan retensi garam dan air (Aspiani, 2015).
Penatalaksanaan CHF dibagi 2, yaitu :
A. Penatalaksanaan keperawatan
1. Memperbaiki kontraksi miokard/ perfusi sistemik:
a) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler.
b) Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
c) Memberikan terapi medis: digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung.
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan:
a) Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan.
b) Mencatat asupan dan haluaran.
c) Menimbang berat badan.
d) Restriksi garam/ diet rendah garam.
3. Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi:
a) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan pasien.
b) Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring.
c) Mengubah posisi tidur.
d) Memperbaiki efek samping pemberian medika mentosa; keracunan digitalis.
e) Memeriksa atau mengobservasi EKG.
4. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan serta
pencegahan kekambuhan:
a) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosis, kegunaan obat-obatan
yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat.
b) Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti: merokok, stress, kerja berta,
minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol.
c) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung,
terutama yang berhubungan dengan kelelahan, berdebar-debar, sesak napas,
anoreksia, dan keringat dingin.
d) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala.
e) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya secara nyata/
realitas akan dirinya baik.
B. Penatalaksanaan Medis
a) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung
b) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan
aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
c) Reduksi volume darah sirkulasiDengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang
bermanfaat pada pasiendengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera
memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan
tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
d) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
e) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat
frekuensi ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.
f) Inotropik positif
a. Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-adrenergik beta-adrenergik.
Reseptor dopamin ini mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf.
Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan
pembuluh koroner. Pada dosis maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan
vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja jantung.
b. Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin memperbaiki isi sekuncup,
curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi dan takikardia.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CONGESTIVE HEART FAILURE(CHF)

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara
akurat dan sistematis untuk menentukan status kesehatan, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh melalui anamneses, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, serta  pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnesa
a. Identitas
a) Identitas Pasien
Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat,  pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.  
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta  pertolongan
pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik.
c. Riwayat penyakit
sekarang Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan
gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,
batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang
mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien
pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien (Wijaya & Putri, 2013).
e. Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada keluarga
yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Penyakit  jantung pada orang
tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit  jantung iskemik pada
keturunannya. (Ardiansyah, 2012).

2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik atau compos mentis (GCS 14-15) dan
akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistem saraf pusat.
2. Mata
1) Konjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya tidak ikterik
2) Palpebra biasanya bengkak
3. Hidung
Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis
4. Mulut
Bibir biasanya terlihat pucat.
5. Wajah
Biasanya wajah terlihat lelah dan pucat.
6. Leher
Biasanya terjadi pembengkakan pada vena jugularis (JVP)
7. Sistem Pernafasan
1) Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
2) Batuk dengan atau tanpa sputum
3) Penggunaan bantuan pernafasan, misal oksigen atau medikasi.
4) Pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboral, penggunaan otot aksesori
5) Sputum mungkin bercampur darah, merah muda / berbuih
6) Edema pulmonal
7) Bunyi nafas : Adanya krakels banner dan mengi. (Wijaya & Yessi, 2013)
8. Jantung
1) Adanya jaringan parut pada dada
2) Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF kelainan Katup)
3) Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi jantung
(Kardiomegali)
4) Adanya bunyi jantung S3 atau S4
5) Takikardia
9. Abdomen
1) Adanya hepatomegali
2) Adanya splenomegali
3) Adanya asites
10. Eliminasi
1) Penurunan frekuensi kemih
2) Urin berwarna gelap
3) Nokturia (berkemih pada malam hari)
4) Diare/ konstipasi.
11. Ekstremitas
1) Terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik
2) Adanya edema
3) Sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013)
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien CHF menurut Kasron (2012)
diantaranya :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan EKG yang ditemukan pada pasien CHF adalah:
1) Sinus takikardi dan bradikardi
2) Atrial takikardia / futer / fibrilasi
3) Aritmia ventrikel
4) Iskemia / infark
5) Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan penyakit jantung iskemik
6) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi
7) Blok atrioventikular
8) Mikrovoltase
9) Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen ST/T menunjukkan disfungsi
ventrikel kiri kronis
10) Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi kanan
menunjukkan disfungsi ventrikel kanan
2) Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF akibat penyakit jantung iskemik,
kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup jantung adalah dilatasi ventrikel kiri
yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikel.
3) Rontgen Toraks
Abnormalitas foto toraks yang ditemukan pada pasien CHF:
1) Kardiomegali
2) Efusi pleura
3) Hipertrofi ventrikel
4) Edema intertisial
5) Infiltrat paru
6) Kongesti vena paru
3. Pemeriksaan Laboratrium Tes Laboratorium Darah
1) Enzym hepar : meningkat dalam gagal jantung/ kongesti.
2) Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan fungsi
ginjal.
3) Oksimetri nadi : kemungkinan saturasi oksigen rendah.
4) AGD : Gagal jantung ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan COP2
5) Albumin : kemungkinan besar dapat menurun sebagai akibat penurunan protein.
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada pasien CHF
diantaranya :
1) Anemia ( Hb < 13 gr/dl pada laki-laki, < 12 gr/dl pada perempuan)
2) Peningkatan kreatinin serum ( > 150 μ mol/L)
3) Hiponatremia ( < 135 mmol/L)
4) Hipernatremia ( > 150 mmol/L)
5) Hipokalemia ( < 3,5 mmol/L)
6) hiperkalemia ( > 5,5 mmol/L)
7) hiperglikemia( >200 mg/dl)
8) Hiperurisemia ( > 500 μ mmol/L)
9) BNP ( < 100 pg/ml, NT proBNP < 400 pg/ml)
10) BNP ( > 400 pg/ml, NT proBNP > 2000 pg/ml)
11) Kadar albumin tinggi ( > 45 g/L)
12) Kadar albumin rendah ( <30 g/L)
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi b/d ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelelahan
2. Kelebihan volume caifan b/d retensi natrium dan air
3. Pola nafas tidak efektif b/d pengembangan paru-paru tidak optimal

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Intoleransi aktivitas A. Energi Conservation A. Energy
berhubungan dengan Indikator : Management
ketidakseimbangan antara 1)Menunjukkan Aktivitas :
suplai dengan kebutuhan keseimbangan antara 1)Tentukan keterbatasan
oksigen, kelelahan. aktivitas dengan istirahat pasien terhadap aktivitas
2)Menggunakan teknik 2)Tentukan penyebab
3)Mengenali keterbatasan lain dari kelelahan
energi 3)Dorong pasien untuk
4)Menyesuaikan gaya hidup mengungkapkan
sesuai tingkat energi perasaan tentang
5)Mempertahankan gizi yang keterbatasannya
cukup 4)Observasi nutrisi
6)Melaporkan aktivitas yang sebagai sumber energi
sesuai dengan energi. yang adekuat
B. Activity Tolerance 5)Observasi respon
Indikator : jantung-paru terhadap
1)Saturasi oksigen saat aktivitas (misalnya
melakukan aktivitas takikardia, disritmia,
membaik/dalam rentang dispnea, pucat, dan
normal frekuensi pernafasan)
2)nadi saat melakukan 6)Batasi stimulus
aktivitas dalam rentang lingkungan (misalnya
normal pencahayaan, dan
3)tidak sesak napas saat kegaduhan)
melakukan aktivitas 7)Dorong untuk lakukan
4)tekanan darah saat periode aktivitas saat
melakukan aktivitas dalam pasien memiliki banyak
rentang normal tenaga.
5)mudah melakukan ADL 8)Rencanakan periode
C. Self Care : ADL aktivitas saat pasien
Indikator : memiliki banyak tenaga
1)Mampu melakukan ADL 9)Hindari aktivitas
secara mandiri (seperti selama periode istirahat
makan, memakai 10)Dorong pasien untuk
baju,toileting, mandi, melakukan aktivitas
berdandan, menjaga sesuai sumebr energi
kebersihan, oral hygiene, 11)Instruksikan pasien
berjalan, berpindah tempat) atau keluarga untuk
mengenal tanda dan
gejala kelelahan yang
memerlukan
pengurangan aktivitas.
12)Bantu pasien atau
keluargauntuk
menentukan tujuan akhir
yang realistis
13)Evaluasi program
peningkatan tingkat
aktivitas
B.Actifity Therapy
Aktivitas :
1)Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
2)Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
3)Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktiivtas yang
diinginkan
4)Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
5)Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
6)Monitor respon fisik,
emosi, soial, dan
spiritual

2. Kelebihan volume cairan A. Electrolit And Acid/Base A.Fluid Management


berhubungan dengan Balance Indikator : Aktivitas :
retensi natrium dan air 1)Erum albumin, kreatinin, 1)Pertahankan catatan
hematokrit, Blood Urea intake output yang
Nitrogen (BUN), dalam akurat 2)Monitor hasil
rentang normal Hb yang sesuai dengan
2)pH urine, urine sodium, retensi cairan (BUN,
urine kreatinin,urine Hematokrit, Osmolaritas
osmolaritas, dalam rentang urine) 3)Monitor vital
normal sign 4)Monitor indikasi
3)tidak terjadi kelemahan retensi 5)Kaji luas dan
otot lokasi edema
4)tidak terjadi disritmia 6)Monitor status nutrisi
B.Fluid Balance Indikator : 7)Kolaborasi dengan
1)Tidak terjadi asites dokter jika tanda cairan
2)Ekstremitas tidak edema berlebuhan muncul
3)Tidak terjadi distensi vena memburuk
jugularis
C.Fluid Overload Severity B. Fluid Monitoring
Indikator : Aktivitas :
1)Edema tungkai tidak 1)Tentukan riwayat
terjadi jumlah dan tipe intake
2)Tidak asites cairan dan eliminasi
3)Kongesti vena tidak terjadi 2)Tentukan
4)Tidak terjadi peningkatan kemungkinan faktor
blood pressure risiko dari
5)Penurunan pengeluaran ketidakseimbangan
urine tidak terjadi cairan 3)Monitor berat
6)Tidak terjadi perubahan badan 4)Monitor TD,
warna urine Nadi, RR 5)Monitor
7)Penurunan serum sodium tekanan darah
tidak terjadi orthostatik dan
8)Peningkatan serum sodium perubahan irama jantung
tidak terjadi 6)Monitor parameter
hemodinamik infasif
7)Monitor tanda dan
gejala edema
3. Ketidakefektifan pola A.Respiratory Status : A. Airway Manajemen
nafas berhubungan dengan Ventilation Aktivitas :
pengembangan paru tidak Indikator : 1)Posisikan pasien untuk
optimal. 1)Respiratory dalam rentang memaksimalkan
normal ventilasi
2)Tidak ada retraksi dinding 2)Lakukan fisioterapi
dada dada jika perlu
3)Tidak mengalami dispnea 3)Auskultasi suara nafas,
saat istirahat catat adanya suara nafas
4)Tidak ditemukan tambahan 4)Monitor
otrhopnea resirasi dan status O2
5)Tidak ditemukan B. Oxygen
atelektasis TherapyAktivitas :
B. Respiratory : Airway 1)Pertahankan kepatenan
Patency jalan nafas 2)Atur
Indikator : peralatan oksigen
1)Respiratory rate dalam 3)Monitor aliran oksigen
rentang normal. 4)Pertahankan posisi
2)Pasien tidak cemas pasien
3)Menunjukkan jalan nafas 5)Observasi adanya
yang paten tanda-tanda
hipoventilasi.
6)Monitor adanya
kecemasan
C. Vital Sign
Monitoring Aktivitas :
1)Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR
2)Catat adanya flutuasi
tekanan darah
3)Monitor kualitas nadi
4)Monitor suara paru
5)Monitor suara
pernafasan
6)Monitor suhhu, warna,
dan kelembapan kuli

DAFTAR PUSTAKA
Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart
Failure (CHF). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8.

LeMone, Priscilla, dkk.(2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan


Kardiovaskuler. Edisi 5.Diterjemahkan oleh: Nike Budhi Subekti.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai