Disusun Oleh :
Salsa Oktarisa
112019030065
S1 KEPERAWATAN
II. Etiologi
Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) menurut (Brunner & Suddarth,2015) sebagai berikut :
1. Kelainan pada otot jantung
2. Aterosklerosis coroner
3. Hipertensi sistemik
4. Penyakit jantung lain
5. Faktor sistemik
IV. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan Co= HR x SV di mana curah jantung (Co:Cardiac output)
adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume sekuncup (SV: Stroke
Volume)
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang. Sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan hukum starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung), (2)
Kontraktilita (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan memyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik Penurunan cardiac output, terutama jika
berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena yang
meningkatkan volume darah sentral yang meningkatkan preload. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunab aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sistem rennin-
angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskulr
perifer selanjutnya dan peningkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium
dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, dan juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan paptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator
V. Pathway
Kontraktilitas
Hambatan
Pengosongan
ventrikel
COP
Gagal jantung kanan
Beban Jantung Meningkat
CHF
Gagal pompa ventrikel kiri Cardiac output menurun Gagal pompa Ventrikel kanan
Lien Hepar
Kelebihan volume
cairan
Splenonomegali Hepatomegali
Mendesak diafragma
Sesak nafas
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara
akurat dan sistematis untuk menentukan status kesehatan, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh melalui anamneses, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnesa
a. Identitas
a) Identitas Pasien
Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan
pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik.
c. Riwayat penyakit
sekarang Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan
gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,
batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang
mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien
pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien (Wijaya & Putri, 2013).
e. Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada keluarga
yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Penyakit jantung pada orang
tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya. (Ardiansyah, 2012).
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik atau compos mentis (GCS 14-15) dan
akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistem saraf pusat.
2. Mata
1) Konjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya tidak ikterik
2) Palpebra biasanya bengkak
3. Hidung
Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis
4. Mulut
Bibir biasanya terlihat pucat.
5. Wajah
Biasanya wajah terlihat lelah dan pucat.
6. Leher
Biasanya terjadi pembengkakan pada vena jugularis (JVP)
7. Sistem Pernafasan
1) Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
2) Batuk dengan atau tanpa sputum
3) Penggunaan bantuan pernafasan, misal oksigen atau medikasi.
4) Pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboral, penggunaan otot aksesori
5) Sputum mungkin bercampur darah, merah muda / berbuih
6) Edema pulmonal
7) Bunyi nafas : Adanya krakels banner dan mengi. (Wijaya & Yessi, 2013)
8. Jantung
1) Adanya jaringan parut pada dada
2) Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF kelainan Katup)
3) Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi jantung
(Kardiomegali)
4) Adanya bunyi jantung S3 atau S4
5) Takikardia
9. Abdomen
1) Adanya hepatomegali
2) Adanya splenomegali
3) Adanya asites
10. Eliminasi
1) Penurunan frekuensi kemih
2) Urin berwarna gelap
3) Nokturia (berkemih pada malam hari)
4) Diare/ konstipasi.
11. Ekstremitas
1) Terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik
2) Adanya edema
3) Sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013)
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien CHF menurut Kasron (2012)
diantaranya :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan EKG yang ditemukan pada pasien CHF adalah:
1) Sinus takikardi dan bradikardi
2) Atrial takikardia / futer / fibrilasi
3) Aritmia ventrikel
4) Iskemia / infark
5) Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan penyakit jantung iskemik
6) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi
7) Blok atrioventikular
8) Mikrovoltase
9) Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen ST/T menunjukkan disfungsi
ventrikel kiri kronis
10) Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi kanan
menunjukkan disfungsi ventrikel kanan
2) Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF akibat penyakit jantung iskemik,
kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup jantung adalah dilatasi ventrikel kiri
yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikel.
3) Rontgen Toraks
Abnormalitas foto toraks yang ditemukan pada pasien CHF:
1) Kardiomegali
2) Efusi pleura
3) Hipertrofi ventrikel
4) Edema intertisial
5) Infiltrat paru
6) Kongesti vena paru
3. Pemeriksaan Laboratrium Tes Laboratorium Darah
1) Enzym hepar : meningkat dalam gagal jantung/ kongesti.
2) Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan fungsi
ginjal.
3) Oksimetri nadi : kemungkinan saturasi oksigen rendah.
4) AGD : Gagal jantung ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan COP2
5) Albumin : kemungkinan besar dapat menurun sebagai akibat penurunan protein.
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada pasien CHF
diantaranya :
1) Anemia ( Hb < 13 gr/dl pada laki-laki, < 12 gr/dl pada perempuan)
2) Peningkatan kreatinin serum ( > 150 μ mol/L)
3) Hiponatremia ( < 135 mmol/L)
4) Hipernatremia ( > 150 mmol/L)
5) Hipokalemia ( < 3,5 mmol/L)
6) hiperkalemia ( > 5,5 mmol/L)
7) hiperglikemia( >200 mg/dl)
8) Hiperurisemia ( > 500 μ mmol/L)
9) BNP ( < 100 pg/ml, NT proBNP < 400 pg/ml)
10) BNP ( > 400 pg/ml, NT proBNP > 2000 pg/ml)
11) Kadar albumin tinggi ( > 45 g/L)
12) Kadar albumin rendah ( <30 g/L)
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi b/d ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelelahan
2. Kelebihan volume caifan b/d retensi natrium dan air
3. Pola nafas tidak efektif b/d pengembangan paru-paru tidak optimal
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart
Failure (CHF). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8.