OLEH :
YOSA PRILIKA
2013.C.05a.0466
2017/2018
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan
oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna
menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan
bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak. (congestive) (Udjianti, 2010)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal. (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung
sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007 Hal: 27)
B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010 Hal:35) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/
berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),
stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut.
C. Tanda dan Gejala
1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah
jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan cairan
mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena
sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan dan
suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan
dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010 Hal: 22)
D. Komplikasi
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung Dapat membutuhkan
dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak
tekanan hati. Cairan ini dapat menyebabkan jaringan parut yang mengakibatkan hati tidak
dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung
yang normal, maka semakin besar kemungkinan akan mengembangkan pembekuan darah,
yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
E. Pathway CHF
Disfungsi miokard beban sistol kebutuhan metabolisme
Kontraktilitas menurun preload beban kerja jantung
Hambatan pengosongan ventrikel
Beban jantung
Gagal jantung kongestif
G. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen
melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
2. Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
3. Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin
pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium.
4. Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari).
5. Olah raga secara teratur .
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHF
A. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan ditujukan untuk mengobservasi adanya tanda-tanda dan
gejala kelebihan ciaran paru dan tanda serta gejala sistemis.
Aktifitas /istirahat : Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan ktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubhan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
1. Sirkulasi : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katup jantung,anemia , syok
dll , TD, tekanan nadi frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer bekurang perubahan dalam denyutan nadi jugularis warna kulit
kebiruan punggung kuku pucat atau sianosis hepar adakag pembesaran bunyi nafas krekles
atau ronkhi edema.
2. Inegritas ego : Ansietas stress marah taku dan mudah tersinggung
3. Eliminasi : Gejala penurunan berkemih urun berwarna pekat,berkemih malam hari diare/
konsipasi.
4. Makanan / cairan : Kehilangan nafsu makan mual, muntah,penambahan Bbsignifikan,
Pembengkakan ektrimitas bawah, diit tinggi garam pengunaan diuretic distensi abdomen
edema umum dll.
5. Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang
6. Neurosensori : Kelemahan, pusing letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
7. Nyeri/kenyamanan : Nyeri dada akut kronuk nyeri abdomen sakit pada otot gelisah
8. Pernafasan : Dispnea saat aktifitas tidur sambil duduk atau dngan beberapa bantal.btuk
dengan atau tanpa sputum penggunaan bantuan otot pernafasan oksigen dll. Bunyi nafas
warna kulit.
9. Keamanan : Perubahan dan fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot.
10. Interaksi social : Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
PERNAPASAN (BREATHING)
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Lainnya
Bronchial Trakeal
Keluhan lainnya :
Tidak ada.
Masalah Keperawatan :
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan :
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
NILAI GCS : E :4
V :5
M :6
Midriasis Meiosis
Nervus Kranial III : Okulmotorius, px dapat meggerakan bola mata kekiri dan
kekanan
Nervus Kranial XII : Hipoglosus, pasien dapat mengatur posisi lidahnya keatas,
bawah dan samping
Uji Koordinasi :
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala…………. Trisep
: Kanan +/- Kiri +/-
Skala…………. Brakioradialis : Kanan +/-
Kiri +/- Skala…………. Patella :
Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Akhiles : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Refleks Babinski Kanan +/- Kiri +/-
.........................................................................................
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan :
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Bibir : kering/pucat
Gigi : lengkap
Mukosa : kering
Rectum : -
Haemoroid : -
Keluhan lainnya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Nyeri, lokasi
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Perhitungan CRT
Pemeriksaan rutin: X Foto toraks , proyeksi PA dan lateral. Dapat dilengkapi obliq kanan-kiri,
dengan esofagus diisi barium.
Penilaian jantung:
1. Konvigurasi.
2. Letak/situs.
3. Ukuran.
1. Konvigurasi jantung:
2. Letak/situs jantung :
N: jantung di hemitoraks kiri dan fundus jantung di abdomen sisi kiri (situs solitus).
Dekstrokardia: fundus di kanan,apeks di kanan.
Dekstroversi: fundus di kiri apeks di kanan.
Levoversi: fundus di kanan dan apeks di kiri.
Mesoversi: jantung di tengah-tengah.
Posisi PA.
Inspirasi cukup. Dilihat dari ketinggian diafragma (setinggi costa 9 & 10 posterior yang
berbentuk huruf “A” dan tepi medial jelas dan setinggi costa 5 & 6)
Bentuk dada normal.
Tidak ada scoliosis.
Rumus CTR
Radioanatomi jantung :
Intervensi:
1. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung
2. Catat bunyi jantung
3. Palpasi nadi perifer
4. Pantau status hemodinamik
5. Kaji adanya pucat dan sianosis
6. Pantau intake dan output cairan.
7. Pantau tingkat kesadaran
8. Berikan oksigen tambahan
9. Berikan obat diuretik, vasodilator.
10. Pantau pemeriksaan laboratorium.
Rasional:
1. Dapat terjadi takikardi, dengan irama yang irreguler.
2. Bunyi jantung S1 dan S2 mungkin menurun.
3. Penurunan curah jantung dapat menyebabkan penurunan nadi apikal.
4. Tanda vital tekanan darah dapat menurun, dan frekuensi pernafasan meningkat.
5. Pucat dan sianosis terjadi karena penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer
6. Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium.
7. Penurunan tingkat kesadaran dapat terjadi jika curah jantung menurun sangat rendah.
8. Memberikan suplai oksigen tambahan untuk meningkatkan metabolisme tubuh.
9. Diuretic dan vasodilator untuk mengurangi beban kerja jantung mengurangi tahanan
vaskuler.
10. Dapat terjadi peningkatan kadar elektrolit.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1) Mempertahankan integritas kulit
2) Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
1) Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status
nutrisi.
2) Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
3) Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.
4) Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat
kerusakan.
5) Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,proses,dan
praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.