DISUSUN OLEH :
Nugrahini Normalitasari
2019010037
2022
A. PENGERTIAN
Congestive Heart Failure (CHF) secara sederhana berarti kegagalan jantung
untuk memompa cukup darah dan untuk mencukupi kebutuhan tubuh (Guyton & Hail,
2014).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu keadaan ketika jantung tidak
mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena normal (Mustaqqin, 2009). CHF sering disebut gagal jantung
kongestif, adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare (2014), Etiologi dari CHF adalah sebagai berikut:
1. Kelainan otot jantung
CHF paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraksi jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya CHF.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Sehingga hipertrofi
otot jantung tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal
jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan CHF karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraksilitas menurun.
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
CHF. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya demam) hipoksia dan anemia
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik.
C. FAKTOR RESIKO
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
infark miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok,dislipidemia, gagal ginjal kronik,
albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemotrapi (antrasiklin,
siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (Transtuzumab, tyrosine kinase
inhibitor), NSAID, Kokain, alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga
(Ford et al., 2015)
D. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi Congestive Heart Failure (CHF) tubuh mengalami beberapa
adaptasi baik pada jantung maupun sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel
berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau overload yang sangat meningkat,
maka volume dan tekanan pada akhir distolik dalam kedua ruang jantung akan
meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik,
menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama,
terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik, tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama / kronik akan dijalarkan kedua
atrium dan sirkulasi plumoner dari sirkulasi sistemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik. Penurunan kardiak output terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem
saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem vena: perubahan yang terakhir ini
mengakibatkan peningkatan volume darah sentral, yang selanjutnya meningkatkan
preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu takikardi akibat
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien-
pasien dengan arteri koroner sebelumnya. Dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti plumoner, aktivasi sistem saraf simpatis juga akan
meningkatkan resistensi perifer, adaptasi ini di rancang untuk mempertahankan
perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat maka akan
menurunkan aliran darah ke ginjal dan jaringan ( Manurung, 2007; Marilynn, 2006).
E. PATHWAY
Faktor eksternal : Faktor Internal
Hipertensi renal, hipertiroid, anemia kronis Disfungsi katup, disritmia, kerusakan
miokard, infeksi
Gangguan
Pertukaran Gas
Nyeri Akut
G. Komplikasi
Bararah (2013) menjelaskan bahwa komplikasi akibat CHF antara lain:
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
CHF dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
CHF menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
3. Kerusakan hati
CHF dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak
tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengakibatkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di
jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau
stroke.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus CHF di
antaranya sebagai berikut:
a. Elektrokardiogram: hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia,
disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress: merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelumnya.
c. Ekokardografi
1) Ekokardigrafi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering dipakai dan ditanyakan bersama
EKG).
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT Scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
e. Radiografi dada: Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah.
f. Elektrolit: Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal
terapi diuretik.
g. Oksimetrinadi: Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan Kreatinin: Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi.
j. Pemeriksaan tiroid: Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid
sebagai pencetus gagal jantung.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis menurut Udjianti (2010) adalah sebagai berikut:
a. Pemberian oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
b. Terapi nitrat dan vasodilator
Terapi nitrat untuk memperbaiki prognosis gagal jantung. Terapi vasodilator
parental (nitrogliserin parental) memerlukan pemantauan hemodinamik yang
akurat dari tekanan irisan arteri dan pulmonal serta penggunaan pompa infus
untuk memenuhi menitrasi dengan cermat dosis yang diberikan.
c. Diuretik
Diuretic memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan
garam natrium. Menyebabkan cairan dan garam natrium. Menyebabkan cairan
dan merendahkan tekanan darah. Diuretic yang meningkatkan ekresi kalium
digolongkan sebagai diuretic yang tidak menahan kalium dan diuretic yang
menahan kalium disebut diuretic hemat kalium.
d. Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Pada
kegagalan jantung, digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan
meningkatkan kekuatan kontraksi serta peningkatan efisiensi jantung.
e. Intropik positif: dopamine dan dobutamin (dobutrex)
Dopamine bias juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada
keadaan bradikardi. Dobutamin (dobutex) adalah suatu obat simpatomimetik
dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 termasuk meningkatkan kekuatan
kontraksi miokardium dan meningkatkan denyut. Dobutamin merupakan
indikasi pada keadaan syok apabila ingin didapatkan perbaikan curah jantung
dan kemampuan kerja jantung secara menyeluruh.
f. Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative untuk mengurangi
kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg 4 kali sehari
dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.
2. Penatalaksanaan keperawatan:
a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
2) Diet pembatasan natrium
3) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena
efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium.
4) Olahraga secara teratur
b. CHF akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
- Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, suku bangsa.
- Identitas Penanggung Jawab
Isinya sama dengan identitas pasien, ditambahi dengan hubungan dengan
pasien.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang keluhan pasien, kapan keluhan itu muncul sampai kondisi
pasien saat dilakukan pengkajian peratama meliputi keadaan umum, tingkat
kesadaran, vital sign, keluhan.
3. Riwayat penyakit Dahulu
Berisi apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit yang sama, penyakit
lain yang pernah di dertanya, ataupun pernah di rawat di rumah sakit.
4. Pola Fungsional kesehatan
- Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaann dan penanganan kesehatan.
- Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit.
- Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi dan miksi, karakteristik urin dan
feses.
- Pola Aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola aktivitas, latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan :
a) Mandiri
b) Dibantu orang lain
c) Dibantu alat dan orang
d) Tergantung dalam melakukan ADL , bunyi nafas riwayat, penyakit paru.
- Pola Istirahat dan Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energi. Jumlah jam
tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur.
- Pola Persepsi dan Konsep Kognitif
Meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, pembau, kompensasi
terhadap tubuh. Kognitif di dalamnya mengandung kemampuan daya ingat
klien terhadap peristiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan
kemampuan orientasi terhadap waktu, tempat dan nama.
- Pola Persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri berupa gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan
ide diri sendiri.
- Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat.
- Peran Reproduksi dan Seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haidd, pemeriksaan
mame sendiri, riwayat penyakit hungan seksual, pemeriksaan genital.
- Pola Koping dan Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan penggunaan syistem
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stres,dll.
- Pola Nilai dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual.
Menerapkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksnakan agama yang
dipeluk.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut
i. Leher
j. Dada
k. Abdomen
l. Ekstremitas
m. Genitourinaria
n. Kulit
6. Pemeriksaan Penunjang
a. EGC
b. RO Thorax
c. Hematologi
7. Program Terapi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas.
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
c. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Manajemen nyeri (I. 08238)
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri atau
vena
Perawatan sirkulasi (I.02079)
a. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
b. Periksa sirkulasi perifer
c. Lakukan pencegahan infeksi
d. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Guyton, A.C., & Hall, J.E., (2014). 12th ed. Texbook of Medical Physiology. St.Louis.
Missouri: Elsevier Saunders. St.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., and Cheever, K.H. (2014). Texbook of medical
surgical nursing.12th ed. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins.