Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI

Disusun Oleh :

NURDIN SANJOYO
2018012306

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Pengertian

Halusinasi adalah gejala jiwa berupa respons panca-indra yaitu penglihata,


pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber yang tidak
nyata. (Keliat & Akemat, 2007; Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2017). Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungantanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami


perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghinduan. Halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu
yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar.

B. Rentang Respon

Adaptif Mal Adaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang


 Waham
 Persepsi akurat proses pikir
terganggu  Halusinasi
 Emosi konsisten
 Ilusi  Kerusakan
dengan
proses emosi
pengalaman  Emosi berlebihan
 Perilaku tidak
 Perilaku cocok  Perilaku yang
terorganisasi
 Hubungan sosial tidak biasa
 Isolasi sosial
harmonis  Menarik diri
C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1. Faktor Presipitasi

a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.

b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

c. Adanya gejala pemicu.

2. Faktor predisposisi

a. Genetika.

b. Neurobiologi.

c. Neurotrasmitter.

d. Abnormal perkembangan syaraf.

e. Psikologis.

D. Tanda dan Gejala

Mayor

Subyektif : 5. Merasakan rabaan atau gerakan


badan.
1. Mendengar suara orang bicara
tanpa ada orangnya. Obyektif :

2. Melihat benda, orang atau sinar 1. Bicara sendiri.


tanpa ada objeknya.
2. Tertawa sendiri.
3. Menghidu bau-bauan yang tidak
3. Melihat ke satu arah.
sedap, seperti bau badan padahal
tidak. 4. Mengarahkan telinga ke arah
tertentu.
4. Merasakan pengecapan yang
tidak enak. 5. Tidak dapat memfokuskan
pikiran.
6. Diam sambil menikmati
halusinasinya.

Minor

Subyektif : Obyektif :

1. Sulit tifur. 1. Konsentrasi buruk.

2. Khawatir. 2. Disorientasii waktu, tempat,


orang atau situasi.
3. Takut.
3. Afek datar.

4. Curiga.

5. Menyendiri, melamun.

6. Mondar-mandir.

7. Kurang mampu merawat diri.

E. Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Proyeksi

3. Menarik diri

F. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri

Orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori


Masalah utama
Halusinasi pendengaran
G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat diambil dari pohon masalah tersebut adalah :

1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan berhubungan dengan perubahan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.

H. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD / Nama


1 Setelah dilakukan pertemuan SP 1
dengan klien, klien dapat : - Bantu pasien mengenal
- Menyebutkan isi, waktu, halusinasi (isi, waktu
frekuensi, situasi, terjadinya, frekuensi,
pencetus, perasaan. situasi pencetus,
- Memperagakan cara perasaan saat terjadi
dalam mengontrol halusinasi
halusinasi Tahapan tindakannya
meliputi :
- Jelaskan cara
menghardik halusinasi
- Peragakan cara
menghardik
- Minta klien
memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara
ini, beri penguatan
perilaku klien
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
Setelah dilakukan pertemuan SP 2
dengan klien, klien dapat : - Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1)
yang sudah dilakukan - Latih berbicara /
- Memperagakan cara bercakap dengan orang
cakap-cakap dengan lain saat halusinasi
orang lain muncul
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
Setelah dilakukan pertemuan SP 3
dengan klien, klien dapat : - Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1 dan SP 2)
yang sudah dilakukan - Latih kegiatan agar
- Membuat jadwal kegiatan halusinasi tidak muncul
sehari-hari dan mampu Tahapannya :
memperagakannya - Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh klien
- Latih klien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih ( dari bangun pagi
sampai tidur malam)
- Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap
perilaku yang (+)
Setelah dilakukan pertemuan SP 4
dengan klien, klien dapat : - Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1, 2, dan 3)
yang sudah dilakukan - Tanyakan program
- Menyebutkan manfaat pengobatan
dari program pengobatan - Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai
program
- Jelaskan akibat bila
putus obat
- Jelaskan cara
mendapatkan obat atau
berobat
- Jelaskan pengobatan
(5B)
- Latih klien minum obat
- Masukkan dalam jadwal
harian klien
Setelah dilakukan pertemuan SP 1
dengan keluarga, keluarga - Identifikasi masalah
dapat menjelaskan tentang keluarga dalam merawat
halusinasi pasien
- Jelaskan tentang
halusinasi
- Pengertian
halusinasi
- Jenis halusinasi yang
dialami klien
- Tanda dan gejala
halusinasi
- Cara merawat pasien
halusinasi (cara
berkomunikasi,
pemberian obat, dan
pemberian aktivitas
kepada klien)
- Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak
lanjut keluarga,
jadwal keluarga
untuk merawat klien
Setelah dilakukan pertemuan SP 2
dengan keluarga, keluarga - Evaluasi kemampuan
dapat : keluarga (SP 1)
- Menyelesaikan kegiatan - Latih keluarga merawat
yang sudah dilakukan klien
- Memperagakan cara - RTL keluarga / jadwal
merawat klien keluarga untuk merawat
klien
Setelah dilakukan pertemuan SP 3
dengan keluarga, keluarga - Evaluasi kemampuan
dapat : keluarga (SP 2)
- Menyebutkan kegiatan - Latih keluarga merawat
yang sudah dilakukan klien
- Memperagakan cara - RTL keluarga / jadwal
merawat klien serta keluarga untuk merawat
mampu membuat RTL klien
Setelah dilakukan pertemuan SP 4
dengan keluarga, keluarga - Evaluasi kemampuan
dapat : keluarga
- Menyebutkan kegiatan - Evaluasi kemampuan
yang sudah dilakukan pasien
- Melaksanakan follow up - RTL keluarga
rujukan - Follow up
- Rujukan
STRATEGI KOMUNIKASI

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi

1. Fase Prainteraksi
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya. Klien
memukul-mukul, melempar-lempar barang. Klien sering melirik ke sisi kiri
dengan ekspresi ketakutan.
2. Fase Orientasi
”Selamat pagi mbak. Saya perawat yang akan merawat mbak. Nama Saya Febi
Febria, senang dipanggil Febi. Nama mbak siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa keluhan mbak saat ini” ”Baiklah,
bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini mbak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit”
3. Fase Kerja
”Apakah mbak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu?” ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering mbak dengar suara? Berapa kali sehari mbak alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?” ” Apa yang mbak rasakan
pada saat mendengar suara itu?” ”Apa yang mbak lakukan saat mendengar
suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? ” mbak , ada empat
cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.” ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”. ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung
mbak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
mbak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus mbak sudah bisa”
4. Fase Terminasi:
”Bagaimana perasaan mbak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana
kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua? Jam berapa mbak?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai
jumpa.Selamat pagi”.

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain

1. Fase Prainteraksi
Klien sudah mengenal isi halusinasinya suara yg tidak ada wujudnya dan
sudah berlatih menghardik bila suara itu muncul.
2. Fase Orientasi :
“ Selamat pagi mbak. Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?
Berkurangkan suara-suaranya? Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Kita akan latihan selama 15 menit. Mau di mana? Di sini saja?
3. Fase Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau mbak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk
ngobrol dengan mbak. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar
suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya Kakak mbak katakan: Kak, ayo ngobrol dengan mbak. mbak
sedang dengar suara-suara. Begitu mbak. Coba mbak lakukan seperti saya
tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya
mbak!”
4. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara
yang mbak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua
cara ini kalau mbak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian mbak. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara
itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih
cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya.
Selamat pagi”.

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal

1. Fase Prainteraksi
Klien sudah berlatih cara mengontrol halusinasi cara yg kedua yaitu
bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul. Pasien masih mendengar
suara itu dimalam hari tetapi hanya sebentar.
2. Fase Orientasi :
“Selamat pagi mbak. Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita
latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan
belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan
kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.
Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 15 menit? Baiklah.”
3. Fase Kerja :
“Apa saja yang biasa mbak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali mbak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat mbak
lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan
kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
4. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suarasuara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah
kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian mbak. Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara
dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi
seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang
makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan
ya! Sampai jumpa. Selamat pagi.

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

1. Fase Prainteraksi
Pasien sudah jarang mendenagr suara halusinasinya. Sudah mampu
mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan
membuat jadual harian.
2. Fase Orientasi:
“Selamat pagi mbak. Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita
latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini
sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-
obatan yang mbak minum. Kita akan diskusi selama 15 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya mbak?”
3. Fase Kerja:
“mbak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-
suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara
yang mbak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang mbak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam
gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar
tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, mbak akan
kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis, mbak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. mbak juga
harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya mbak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya
mbak. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. mbak juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
4. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya
pada jadwal kegiatan mbak. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada
perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang
telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa. Selamat pagi.

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi


yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.

1. Fase Prainteraksi
Klien sudah berlatih cara mengontrol halusinasi di rumah sakit dan
memanfaatkan obat dengan benar. Keluarga mengunjungi klien dan terlihat
sedih dan bingung dengan kondisi klien.
2. Fase Orientasi:
“ Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya Febi Febria, perawat yang merawat anak
Bapak/Ibu.” “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat
Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?” “Hari ini kita akan berdiskusi tentang
apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu
bisa berikan.” “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang
wawancara? Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 15 menit”
3. Fase Kerja:
“Apa yang Bappk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat mbaj. Apa
yang Bapak/Ibu lakukan?” “Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu
dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang
sebetulnya tidak ada bendanya. ”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,
atau marah-marah tanpa sebab” “Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan
mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.” ”Untuk itu kita
diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. ”Kedua,
jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-
sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat
jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya ya,
dan berikan pujian jika dia lakukan!” ”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum
obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait
dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat
secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan
suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1
siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu
selalu diminum untuk mencegah kekambuhan” ”Terakhir, bila ada tanda-
tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu dengan
cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah anak
Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan
cara menghardik halusinasi”. ”Sekarang, mari kita latihan memutus
halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu,
katakan: mbak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, mbak. Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan
berulang-ulang, mbak” ”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang
barusan saya ajarkan” ”Bagus Pak/Bu”
4. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan
memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu?”
“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak
bapak/Ibu” ”Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita
bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan anak Bapak/Ibu” ”Jam berapa kita bertemu?” Baik, sampai
Jumpa. Selamat pagi.

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien.

1. Fase Prainteraksi
Keluarga sudah mendapatkan penjelasan tentang kondisi klien dan cara
merawatnya dirumah.
2. Fase Orientasi:
“ Selamat pagi” “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?” ”Apakah Bapak/Ibu
masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu yang sedang
mengalami halusinasi? Bagus!” ” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 15 menit
ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak
Bapak/Ibu”. ”mari kita datangi Anak bapak/Ibu”
3. Fase Kerja:
” Selamat pagi mbak” ”mbak, Bapak/Ibu mbak sangat ingin membantu mbak
mengendalikan suarasuara yang sering mbak dengar. Untuk itu pagi ini
Bapak/Ibu mbak datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang
mbak dengar. Mbak, nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau
tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan seperti ini”
”Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang
mbak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung mbak
lalu suruh mbak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara
tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap
pasien)Bagus sekali!Bagaimana mbak? Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah
Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian mbak. (Pasien memperlihatkan dan
dorong orang tua memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan orang tua
mbak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga).
4. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu” ”Dingat-ingat pelajaran kita
hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu bila anak Bapak/Ibu
mengalami halusinasi”. “bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan
di rumah. Jam berapa Bapak/Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai
jumpa.”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

1. Fase Prainteraksi
Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah dilatih langsung
ke klien. Kondisi klien sudah mampu memulai tidak mendengar suara
halusinasinya lagi
2. Fase Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu, karena besok mbak sudah boleh pulang, maka sesuai janji
kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal mbak selama dirumah”
“Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat mbak?” “Nah sekarang kita bicarakan jadwal mba di rumah? Mari
kita duduk di ruang perawat!” “Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana
kalau 15 menit?”
3. Fase Kerja :
“Ini jadwal kegiatan mbak di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah.
Coba Bapak/Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira
akan memotivasi dan mengingatkan? ”Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama
mbak di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun
jadwal minum obatnya” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Misalnya
kalau mbak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Perawat Febi di
Rumah Sakit ini, ini nomor telepon: (0321) 554xxx. Selanjutnya Perawat Febi
yang akan membantu memantau perkembangan mbak selama di rumah
4. Terminasi :
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-
cara merawat mbak di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh
perawat. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibu
menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan mbak untuk
pulang”
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2020. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2015. Panduan Lengkap Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta
Timur : CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai