Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN


INFARK MIOKARD DI IGD
RS BINA SEHAT JEMBER

DISUSUN OLEH

DWI MEYRIN KOMARIA S.Tr. Kep.

NIM 2021040371

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan gawat darurat yang berjudul Laporan pendahuluan keperawatan gawat darurat

pada pasien dengan infark miokard di IGD RS Bina Sehat Jember. Yang disusun oleh: Dwi Meyrin

Komaria, S.Tr. Kep

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :………………..

Tanggal : ………………

Mahasiswa

Dwi Meyrin Komaria S.Tr. Kep


NIM 2021040371

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Cahya Tribagus Hidayat, S. Kep.M Kes Abdul Khodir Jaelani, S.Kep Ners
NIDN: 0731018602 NIK: 626.2012.59
LAPORAN PENDAHULUAN
OLD MIOKAD INFAR (OMI)

1. Pengertian
Terdapat banyak permasalahan pada system kardiovaskuler, antara lain
penyakit coroner (arteriosclerosis, iskemia, angina pectoris dan infark miokard). Old
Miokard Infark terjadi karna adanya sumbatan disebabkan oleh pla aliran darah
kearingan jantung yang telah kronis (Utami, 2012)
2. Etiologi
- Fator Penyebab

Penyebab dari infark miocard menurut Udjati (2010), dalam Utami (2012) adalah

1. Coronary Arteri disease


2. Coronary arteri emboli
3. Kelainan Kongenital
4. Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard
5. Gangguan hemotologi
a. Faktor predisposisi :
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a. Usia lebih dari 40 tahun.
b. Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause.
c. Hereditas.
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.

2) Faktor resiko yang dapat diubah :

a. Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi


lemak jenuh, aklori.
b. Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan.
3. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2009), dalam nurarf (2013) klasifikasi yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan lapisan otot:
1) Transmural  mengenai seluruh lapisan otot jantung (dinding ventrikel).
2) Subendokardial Infark infark otot jantung bagian dalam (mengenai
sepertiga miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah coroner pada EKG
ditemukan adanya q wae pathologis (pathologis gelombang Q) :
1) Anterioseptal V1 dan V2
2) Anterior v3 dan v4
3) Lateral v5 dan v6
4) Posterior v7-v9 90 (v1 dan v2*)
5) Inferior Lead II,III aVF
*
Geombang R yang tinggi diikuti dengan Q pahologis
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Nyeri pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri,
kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam seperti di tusuk-tusuk, ditekan,
tertindih, atau terbakar
2. Takikardi (waspadai adanya bradikardi dan hipotensi)
3. Keringat berebih
4. Mual Muntah
5. Dipsnea
6. Batuk
7. Nyeri epigastric
5. Pathofisologi

Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke
bagian distal terhambat., sel otot jantung bagian distal mengalami hipoksia iskhemik
infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin
menjadi tereduksi secara total dan menjadi berwarna biru gelap, dinding arteri
menjadi permeable,terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.Hipoksia yang terjadi
pada jaringan otot jantung memaksa seluntuk melakukan metabolisme CO2
(metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga merangsang
pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik
sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri
dihantarkan melalui serat saraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus,
korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri. Perangsangan syaraf
simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :

1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga


menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulasi
cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung,sehingga merangsangf rasa
mual / muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah Perifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium
kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.
6. Pathway

Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen turun

Jaringan Miocard Iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Supply Oksigen ke Miocard turun

Metabolisme an aerob Seluler hipoksia

Timbunan asam Integritas membran sel berubah


nyeri
laktat meningkat

Fatique Cemas Kontraktilita Resiko


s turun penurunan
curah
jantung
Intoleransi
aktifitas

COP turun Kegagalan


pompa jantung

Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung

Resiko kelebihan volume cairan


ekstravaskuler
7. Penata laksanakan

1. Keperawatan
a. Berikan oksigen yang memadai sesuai kebutuhan klien
b. Pasang monitor kontinyu EKG
c. Pasien dikondisikan bed est utuk menurunkan kerja jantung
d. Pemasangan iv line untuk memudahakan pemasukan obat obatan
e. Pembatasan cairan, monitor intake dan output
2. Terapi Medis
a. Diberikannya antiplatelet, aspirin atau clopidogrel
b. Pemberian nitroglycerin (vasodilator) untuk menurnkan beban kerja jantung
dnga cara menurunkan preload, pada angina nitroliserin aan menguragi nyeri,
sedangkan tidak menimbulkan efek demikian pada infark
c. Morpin, anti nyeri
d. Heparin ati koagulan piihan pertama untk mencegah thrombus
e. Streptokinase diberikan untuk melarutkan thrombus yang terbentuk arteri
coroner, diperlukan monitoring ketat
8. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : adanya Q wave patholigis
2. Laboratorium peemeriksaan enzim jantung
1. CPKMB/ CPK (creatinine inase MB/creatinine phospokinase), akan
meningkat
2. LDH/HBDH (Lactate Dehydrogenase), akan meningkat,
3. Troponin T, komplks proein yang terdapat di filamen tipis jantung akan
meningkat beberapa jam sampai dengan 14 hari
4. SGOT (Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase), Terdapat terutama di
jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjalDilepaskan oleh sel otot miokard
yang rusak atau mati.
9. Komplikasi
Ada beberapa macam kompikasi yang ditimbulkan (Utari, 2012):
1. Aritmia
2. Renjatan Kardiogenik
3. Gagal jantung kii
4. Gagal venrikel kanan
5. Emboli dan Infark paru
6. Emboi dari sistemik
7. Sumbatn Pembuluh darah otak
8. Rupture Jantung
9. Disfugsi dan rupture mskulus papilaris
TINJAUAN TEORI ASUHAN KPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN OLD INFARK MIOKARD

1. Pengkajian
a. Identitas klien : berisikan nama, usia alamat, suku, jenis kelamin. Usia >40
memiliki factor resiko yang lebih tinggi terkena infark miokard
b. Keluhan utama : nyeri dada, sesak, tidak sadar
c. Riwayt penyakit sekarang : Riwayat dari timbulnya gejala sampai dibawa ke igd
d. Riwayat penyakit dahulu, kolesterol, DM, hipertensi, Riwayat sakit jantung
sebelumnya dapat menjadipemiu terjadi serang jantung saat ini
e. Pengkajian fisik
Pengkajian Primer
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret.
2) Wheezing atau krekles.
3) Kepatenan jalan nafas.
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat.
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
3) Ronchi, krekles.
4) Ekspansi dada tidak penuh.
5) Penggunaan otot bantu nafas.
c. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur.
2) Capillary refill.
3) Takikardi.
4) TD meningkat / menurun.
5) Edema.
6) Gelisah.
7) Akral dingin.
8) Kulit pucat, sianosis.
9) Output urine menurun.
d. Disability
Status mental : Tingkat kesadaran secara kualitatif dengan Glascow Coma Scale
(GCS) dan secara kwantitatif yaitu Compos mentis : Sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis : keadaan
kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh. Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja.
Dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi. Delirium :
keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak, dan tidak
sadar terhadap orang lain, tempat, dan waktu. Sopor/semi koma : keadaan
kesadaran yang menyerupai koma,reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan
rangsang nyeri. Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsang apapun.
e. Exposure
Keadaan kulit, seperti turgor / kelainan pada kulit dsn keadaan ketidaknyamanan
(nyeri) dengan pengkajian PQRST.
Pengkajian Sekunder
a. AMPLE
1) Alergi : Riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan pemicu
terjadinya penyakitnya.
2) Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum sakit
terjadi (Pengobatan rutin maupun accidental).
3) Past Illness : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang dimungkinkan
menjadi penyebab atau pemicu terjadinya sakit sekarang.
4) Last Meal : Makanan terakhir yang dimakan klien.
5) Environment/ Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien
dengan kasus Non Trauma dan Event untuk pasien Trauma.
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologis (iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri).
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
3. Gangguan Pertukaran gas berhubugan dengan penyumbatan coronary, supai o2
tidak memadai
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
5. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan
perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik,
penurunan protein plasma.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen
miocard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miocard ditandai
dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya
disritmia, kelemahan umum.
7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
3. Perencanaan

Dx Keperawatan Krieria hasil Intervensi

Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Observasi


jantung (D.0008) intervensi
- Identifikasi karakteristik  nyeri
berhubungan keperawatan 1x24 dada (meliputi faktor pemicu dan
dengan jam Curah jatung dan pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan
perubahan Meningkat : frekuensi)
kontraktilitas. KH - Monitor EKG 12 sadapan untuk
perubahan ST dan T dan Q
 TTV dalam - Monitor Aritmia ( kelainan irama
batas normal dan frekuensi)
- Monitor elektrolit yang dapat
 Akral hangat meningkatkan resiko aritmia( mis.
kalium, magnesium serum)
 Tidak ada
- Monitor enzim jantung (mis. CK,
Kelainan CK-MB, Troponin T, Troponin I)
gambaran EKG - Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada
sindrom koroner akut (mis. Skor
TIMI, Killip, Crusade)

2. Terapiutik

- Pertahankan tirah baring minimal


12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stres
- Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat dan
pemulihan
- Siapkan menjalani intervensi
koroner perkutan, jika perlu
- Berikan dukungan spiritual dan
emosional

3. Edukasi

- Anjurkan segera melaporkan nyeri


dada
- Anjurkan menghindari manuver
Valsava (mis. Mengedan sat BAB
atau batuk)
- Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
- Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antiplatelat,


jika perlu
- Kolaborasi pemberian antianginal
(mis. Nitrogliserin, beta blocker,
calcium channel bloker)
- Kolaborasi pemberian morfin, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian inotropik,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat untuk
mencegah manuver Valsava (mis.,
pelunak, tinja, antiemetik)
- Kolaborasi pemberian trombus
dengan antikoagulan, jika perlu
- Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada , jika perlu

Nyeri Setelah dilakukan 1. Observasi


berhubungan intervensi
- lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen keperawatan 1x4 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
injury biologis jam nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
(iskemia jaringan berkurang - Identifikasi faktor yang
sekunder KH ; memperberat dan memperingan
nyeri
terhadap  TTv dalam baas - Identifikasi pengetahuan dan
sumbatan arteri). normal keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
 Skala nyeri 0-1 terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
 Pasien tidak kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
tampak merigis
komplementer yang sudah diberikan
 Pasien tampak - Monitor efek samping penggunaan
analgetik
rileks
2. Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

3. Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi


Pertukaran gas intervensi - Monitor frekuensi, irama,
berhubugan keperawatan 1x1 kedalaman, dan upaya napas
dengan jam pertukaran gas - Monitor pola napas (seperti
penyumbatan bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
coronary, suplai menngkat Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
o2 tidak memadai KH ; ataksik0
 RR : - Monitor adanya produksi sputum
16-20x/mnt - Monitor adanya sumbatan jalan
 Tiak pergerakan napas
otot bantu nafas - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
tambahan - Auskultasi bunyi napas
 tidak ada - Monitor saturasi oksigen
pernapasan - Monitor nilai AGD
cuping hidung - Monitor hasil x-ray toraks
 saturai O2 2. Terapeutik
>96% - Atur interval waktu pemantauan
 akral hngat, respirasi sesuai kondisi pasien
 Mukasa tidak - Dokumentasikan hasil pemantauan
tampak sianosis - Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
4. Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
A. Implementasi Kpeerawatan
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan manifestasi koping.

B. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan tindakan elektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan, dan penatalaksanaannya sudah berhasil dicapai. Hasil dari
evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah
belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Utami Fitri, (2012), Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Old Miokard Infark
(Omi)Di Intensive Care Unit Rumah Sakit Uum Daerah Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.

Anda mungkin juga menyukai