Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN IMA (INFARK

MYOCARD ACCUTE) DI RUANG IGD RSU HAJI SURABAYA

DI SUSUN OLEH:

NINDYTA SALSABILLA ABDI


P27820821038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan IMA (Infark Miokard Akut) Pada Tn. M
di Ruang IGD RSU Haji Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 04 Juli 2022 s.d
tanggal 23 Juli 2022 telah disahkan sebagai laporan Praktek Klinik Keperawatan Gawat
Darurat Semester II di Ruang IGD RSU Haji Surabaya atas nama Nindyta Salsabilla Abdi
dengan NIM P27820821038.

Surabaya, 23 Juli 2022

Pembimbing Pendidikan, Pembimbing Ruangan,

( Mohammad Najib, S.Kp., M.Sc ) (Tinok Ayu Putri W, S.Kep., Ns)


NIP. 19650222 199003 1 001 NIP. 199010132019032008

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( Setio Purnawanti, S.Kep., Ns )


NIP. 197608241997032004
LAPORAN PENDAHULUAN INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kematian jaringan otot jantung (miokard) yang
disebabkan oleh insufisiensi suplai atau banyaknya darah baik relative maupun secara
absolut. (Muwarni, 2011)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat
disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan kebutuhan
darah miokard. (Morton, 2012)
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan
pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding
arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. (M. Black,
Joyce, 2014 : 343)
2. Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :
a. Faktor penyebab :
1) Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a) Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis.
b) Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi.
c) Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia.
2) Curah jantung yang meningkat :
a) Aktifitas yang berlebihan.
b) Emosi.
c) Makan terlalu banyak.
d) Hypertiroidisme.
3) Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a) Kerusakan miocard.
b) Hypertropimiocard.
c) Hypertensi diastolic.
b. Faktor predisposisi :
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a) Usia lebih dari 40 tahun.
b) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause.
c) Hereditas.
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) Faktor resiko yang dapat diubah :
a) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, aklori.
b) Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan.
3. Klafisikasi
a. Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang
relative menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat
penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi,
perdarahan dan hipoksia (Rendy & Margareth, 2012 : 87).
b. Infark Miokard Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan
thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang di temukan (Rendy &
Margareth, 2012 :87).
4. Patofiologi
IMA dapat dianggap sebagai titik akhir dari PJK. Tidak seperti iskemia sementara
yang terjadi dengan angina, iskemia jangka panjang yang tidak berkurang akan
menyebabkan kerusakan ireversibel terhadap miokardium. Sel-sel jantung dapat
bertahan dari iskemia selama 15 menit sebelum akhirnya mati. Manifestasi iskemia
dapat dilihat dalam 8 hingga 10 detik setelah aliran darah turun karena miokardium
aktif secara metabolic. Ketika jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen, sel
jantung akan menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih sedikit
adenosine trifosfat (ATP) dan lebih banyak asam laktat sebagai hasil sampingannya.
Sel miokardium sangat sensitif terhadap perubahan pH dan fungsinya akan menurun.
Asidosis akan menyebabkan miokarium menjadi lebih rentan terhadap efek dari
enzim lisosom dalam sel. Asidosis menyebabkan gangguan sistem konduksi dan
terjadi disritmia. Kontraktilitas juga akan berkurang, sehingga menurunkan
kemampuan jantung sebagai suatu pompa. Saat sel miokardium mengalami nekrosis,
enzim intraselular akan dilepaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat
dideteksi dengan pengujian laboratorium. (M.Black, Joyce, 2014 :345)
Dalam beberapa jam IMA, area nekrotik akan meregang dalam suatu proses yang
disebut ekspansi infark. Ekspansi ini didorong juga oleh aktivasi neurohormonal
yang terjadi pada IMA. Peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel, dan aktivasi
dari system renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama IMA untuk
menjaga curah jantung. Infark transmural akan sembuh dengan menyisakan
pembentukan jaringan parut di ventrikel kiri, yamg disebut remodeling. Ekspansi
dapat terus berlanjut hingga enam minggu setelah IMA dan disertai oleh penipisan
progresif serta perluasan dari area infark dan non infark. Ekspresi gen dari sel-sel
jantung yang mengalami perombakan akan berubah, yang menyebabkan perubahan
structural permanen ke jantung. Jaringan yang mengalami remodelisasi tidak
berfungsi dengan normal dan dapat berakibat pada gagal 3 jantung akut atau kronis
dengan disfungsi ventrikel kiri, serta peningkatan volume serta tekanan ventrikel.
Remodeling dapat berlangsung bertahun-tahun setelah IMA. (M.Black, Joyce,2014 :
345)
Lokasi IMA paling sering adalah dinding anterior ventrikel kiri di dekat apeks,
yang terjadi akibat trombosis dari cabang desenden arteri coroner kiri. Lokasi umum
lainnya adalah (1) dinding posterior dari ventrikel kiri di dekat dasar dan di belakang
daun katup/ kuspis posterior dari katup mitral dan (2) permukaan inferior
(diafragmantik) jantung. Infark pada ventrikel kiri posterior terjadi akibat oklusi
arteri coroner kanan atau cabang sirkumfleksi arteri coroner kiri. Infark inferior
terjadi saat arteri coroner kanan mengalami oklusi. Pada sekitar 25 % dari IMA
dinding inferior, ventrikel kanan merupakan lokasi infark. Infark atrium terjadi pada
kurang dari 5 %. Peta konsep menjelaskan efek selular yang terjadi selama infark
miokard. (M.Black, Joyce, 2014 : 345)
5. Pathway (Sumber : Huda Nurarif, Kusuma, 2013 : 23)
Cedera endotel : interaksi
Faktor resiko : obesitas, Endapan lipoprotein ditunika antara fibrin & platelet
perokok, ras, umur >40thn, intima proliferasi otot tunika media
jenis kelamin laki-laki

Lesi komplikata Flaque fibrosa Invasi dan akumulasi dari lipit

Aterosklerosis Penyempitan /obstruksi arteri Penurunan suplai darah ke


koroner miokard

Ketidakefektifan perfusi Iskemia Tidak seimbang kebutuhan


jaringan perifer dengan suplai oksigen

Penurunan kontraktilitas Infark miokardium Metabolisme anaerob


miokard Komplikasi : meningkat
Kelemahan miokard 1.gagal jantung kongesti Asam laktat meningkat
2.syok kardiogenik
3.pericarditis
Vol akhir diastolic ventrikel kiri 4.rupture jantung Nyeri dada
meningkat 5.aneurisma jantung
6.defek septum fentrikel
Tekanan atrium kiri 7.disfungsi otot kapilaris
meningkat 8.tromboembolisme

Tekanan vena pulmonalis


meningkat MK : Nyeri akut Kurang informasi

Hipertensi kapiler paru Odema paru Tidak tahu kondisi dan


pengobatan (klien dan
keluarga bertanya)

MK : Penurunan curah MK : Gangguan pertukaran gas


jantung MK : Definisi pengetahuan
ansietas

Suplai darah ke jaringan tak


adekuat Kelemahan fisik MK : Intoleransi aktifitas
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan IMA berasal dari iskemia otot jantung
dan penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi. Manifestasi klinis utama dari IMA
adalah nyeri dada yang serupa dengan angina pectoris tetapi lebih parah dan tidak
berkurang dengan nitrogliserin. Nyeri dapat menjalar ke leher, rahang, bahu, punggung
atau lengan kiri. Nyeri juga dapat ditemukan di dekat epigastrium, menyerupai nyeri
pencernaan. IMA juga dapat berhubungan dengan manifestasi klinis yang jarang terjadi
berikut ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
a. Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas.
b. Mual atau pusing.
c. Sesak napas dan kesulitan bernapas.
d. Kecemasan, kelemahan, atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
e. Palpitasi, kringat dingin, pucat
Wanita yang mengalami IMA sering kali datang dengan satu atau lebih manifestasi yang
jarang terjadi di atas. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
7. Komplikasi
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi,
supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi), disfungsi otot
jantung (gagal jantung kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan, defek mekanik, rupture
miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan thrombus mural. (Nurarif, 2013)
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer pemeriksaan penunjang IMA sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung, sehingga kita mampu
memantau perkembangan dan resolusi suatu infark miokardium.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam mendiagnosis infark miokard akut.
Pemeriksaan darah lengkap sering kali menunjukkan pengingkatan leukosit,
peningkatan LED, dan peningkatan enzim otot jantung yang terjadi karene
kematianlogi bias bergu (nekrosis) otot jantung.
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berguna bila ditemukan adanya bendungan paru, akan tetapi
hasil rontgen dada ini tidak bias menunjukkan secara spesifik adanya infark miokard
akut, hanya terkadang terjadi pembesaran jantung.
d. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pada infark miokard akut tampak kontraksidi daerah yang rusak dan penebalan sistolik
dinding jantung yang menurun. Dengan ekokardiografi dua dimensi ini dapat
ditemukan daerah dan luas IMA yang terkena, serta mendeteksi adanya penyulit-
penyulit seperti thrpmbus, rupture septum, dan aneurism ventrikel.
e. Pemeriksaan Radioisotop
Pemeriksaan radioisotope ini dapat membantu bila diagnosis IMA masih meragukan.
Hasil pemeriksaan ini akan diambil dan terkait pada daerah- daerah nekrotik dan tidak
pada daerah normal.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas

Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, nomor register,
pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan dengan stress atau
sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Identitas tersebut digunakan untuk
membedakan antara pasien yang satu dengan yang lain dan untuk mementukan resiko
penyakit jantung koroner yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun dan wanita lebih dari
50 tahun (William C Shoemarker, 2011 : 143)
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada, perut, punggung, atau
lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas dan kesulitan bernapas. (Ni
Luh Gede Y, 2011 : 94)
c. Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang rasanya
tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal. Nyeri dapat menyebar
kebelakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri.
Nyeri miokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan
nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)

d. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakan
lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri, rahang dan bahu yang
disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah mempunyai riwayat
diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi hilangnya sel endotel vaskuler 8
berakibat berkurangnya produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos
dinding pembuluh darah. Hipersenti yang sebagian diakibatkan dengan adanya
penyempitan pada arteri renalis dan hipo perfusi ginjal dan kedua hal ini disebabkan
lesi arteri oleh arteroma dan memberikan komplikasi trombo emboli (J.C.E
Underwood, 2012 : 130)
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan kolesterol darah,
kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara genetik berdasarkan
kebiasaan keluarganya. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
g. Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul pada klien
dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan oelh klien. Peubahan
psikologis tersebut juga muncul akibat kurangnya pengetahuan terhadap penyebab,
proses dan penanganan penyakit infark miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan
klien kurang kooperatif dengan perawat. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkatan gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat. (Muttaqin, 2010:78)
2. Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun, nadi
meningkat lebih dari 20 x/menit. (Huda Nurarif, Kusuma, 2015 : 25)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Airway
• Adanya sumbatan jalan napas
• Biasanya pasien dengan IMA mengalami penyakit paru kronis sehingga
memiliki bunyi napas tambahan yaitu ronkhi dan mengi
• Tidak ada jejas badan daerah dada
• Biasanya mengalami penurunan kesadaran
b. Breathing
• Peningkatan frekuensi napas
• Napas dangkal
• Distres pernapasan
• Kelemahan otot pernapasan
• Sesak napas (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
c. Circulation
• Nadi lemah, tidak teratur
• Takikardi
• Tekanan darah meningkat/menurun
• Edema
• Gelisah
• Akral dingin
• Kulit pucat (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
d. Disability
• Dapat terjadi penurunan kesadaran, dapat terjadi perubahan pupil (Bararah
dan Jauhar, 2013 : 123)
e.
Exposure
• Tidak ada trauma yang dapat mempengaruhi exposur, suhu tubuh
normal,dan tidak ada reaksi kulit lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan tampak meringis D.0077
Definisi :

Pengalaman sendorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan akut
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas rinagn hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Faktor yang berhubungan :

• Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma) Gejala dan


Tanda Mayor

• Subjektif
1) Mengeluh nyeri
• Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dibuktikan
dengan warna kulit pucat dan/atau sianosis D.0008

Definisi :
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.
Faktor yang berhubungan :
• Perubahan afterload Gejala dan Tanda Minor

• Subjektif
1) Dispnea
• Objektif
1) Tekanan darah meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3 detik
4) Warna kulit pucat dan/atau sianosis
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi yang dibuktikan dengan takikardi D.0003
Definisi :
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida para
membrane alveolus-kapiler
Faktor yang berhubungan :
• Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Gejala dan Tanda Minor

• Subjektif
1) Dispnea
• Objektif
1) PO2 menurun
2) PCO2 meningkat/menurun
3) Takikardia
4) Bunyi nafas tambahan
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut
Tujuan : Tingkat nyeri L. 08066
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kondisi pasien
semakin menurun
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri dari cukup meningkat (2) menjadi menurun (5)
2) Meringis dari sedang (3) menjadi menurun (5)
3) Gelisah dari sedang (3) menjadi menurun (5)
Intervensi : Managemen nyeri SIKI I.08238
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitas istirahat dan tidur
d. Pertimbangan jenis da sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu

b. Penurunan curah jantung


Tujuan : Curah jantung L.02008
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kondisi pasien
meningkat
Kriteria hasil :
1) Kekuatan nadi perifer dari cukup menurun (2) menjadi meningkat (5)
2) Takikardia dari cukup menurun (4) menjadi meningkat (1)
3) Dispnea dari cukup menurun (4) menjadi meningkat (1)
4) Gelisah dari sedang (3) menjadi menurun (5)
Intervensi : Perawatan jantung SIKI 1.02075
Observasi
1) Identifikasi karakteristik nyeri dada (maliputi faktor pemicu dan pereda, kualitas,
lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)
2) Monitor EKG 12 sadapan untuk perunahan ST dan T
3) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
4) Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia (mis. kalium,
magnesium serum)
5) Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)
6) Monitor saturasi oksigen
7) Identifikasi statifikasi pada sindrom coroner akut (mis. skor TIMI, Killip,
Crusade)
Terapeutik
1) Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
2) Pasang akses intravena
3) Puasakan hingga bebas nyeri
4) Berikan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietasdan stress
5) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
6) Siapkan menjalani intervensi coroner perkutan, jika perlu
7) Berikan dukungan emosional dan spiritual Edukasi
DAFTAR PUSTAKA

Afana, M., Brinjikji, W., Cloft,H., Salka,S. (2014). Hospitalization Costs For Acute
Myocardial Infraction Patients Treated With Percutaneous Coronary Interventionin
The United States Are Substantially Higher Than Medicare Payments. Journal Clin
Cardiol, 38(1),16.
Asikin, M., Nuralamsyah, M. dan Susaldi., (2016). Keperawatan Medika Bedah Sistem
Kardiovaskular . Jakarta : Erlangga
Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Penceahan dan Komunitas. Jakarta: EGC Dewi, T.
S. dan Setiawan , A. D. (2017). Pengaruh Mobiliasi Dini terhadap Length of Stay
(LOS) Pada Pasien AMI di ICU/ICCU RS. Dr Soedjono Magelang dan RSUD
Tidar. Perpus Unjani. Universitas Jenderal Achamad Yani Yogaka
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Docherty, A. B., Sim, M., Oliveira, J., Adlam, M., Otermann, M., Walsh, T. S., Kinsella,
J., Lone, N. I. (2017). Early troponin I in critical illness and its association with
hospital mortality: a cohort study. Journal BioMed Central, 21(216), 2-3.
Eggers, K. M., and Lindahl, B. (2017). Application of Cardiac Troponin in
Cardiovascular Diseases Other Than Acute Coronary Syndrome. Journal Clinical
Chemistry, 3(1), 223-224.
Ermiati., Rampengan, S. H., Joseph, S. F.F. (2017). Angka Keberhasilan Terapi Reperfusi
pada Pasien ST Elevasi Miokard Infark, Jurnal e-Clinic (eCl),2(5), 141-142
Gouvea,V.E.T., Rels,M.AM., Gouvea,G.M., Lima,H.D. N., Abuabara. (2015).
Evaluation Of The Manchester Triage Ystem In The Acute Coronary Syndrome.
Internacional Journal of Cardiovasc Sciences, 28(2),110-111.
Hammadah, M., Mheid, I. A., Wilmot, K., Ramadan, R., Alkhoder, A., Obideen, M.,
Abdelhadi, N., Fang, S., Ibeanu, Pimple, P., Kelli, H. M., Shah, A. J., Pearce, B.,
Sun, Y., Garcia, E.V., Kutner, M., Long,Q., Ward, L., Bremner, j.D., Esteves, F.,
Raggi, P., Sheps, D., Vaccarino, V. and Quyyumi,A., 2017. Association Between
High-Sensitivity Cardiac Troponin Levels and Myocardial Ischemia During Mental
Stres and Conventional Stres. Journal J A C C : cardiovascular imaging, ISSN: 1 9
3 6 - 8 7 8 X / $ 3 6 .0 0, 11(4), 2346.
Harnani, Y., Rasid, Z. (2015). Statistik Dasar Kesehatan. Yogakarta: Deep Publis Hastuti,
Y. E., Elfi, E. F., Pertiwi, D. (2017). Hubungan Kadar Troponin T dengan Lama
Perawatan Pasien Infark Miokard Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 01
Januari – 31 Desember 2013, Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), 423- 427.
Herman, S. I., Syukri, M., Efrida. (2015). Hubungan Faktor Resiko yang dapat
Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2),370-375.
Humayun, W., Ghani, A,R., Balatrana,A., Naglak,M. (2017). The Weekend Effect
Weekday Versus Comparision Of Patient Admitted With NSTEMI In Terms Of
Length Of Hospitl Stay Door To Ballon Time And Left Ventricular Function.
Jefferson Article, 1-3.
Iskandar., Hadi, A., Alfridsah., 2017. Faktor Resiko Terjadinnya Penyakit Jantung
Koroner pada Pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh. AcTion Journal,
2(2), 35-40.
Itsnaini, S.A. (2016). Perbandingan clinical outcome pasien infark miokard akut
STElevasi (STEMI) pasca terapi intevensi koroner perkutan primer dan terapi
fibrinolitik di RSUP Dr. Kariadi Semarang [Skripsi]. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang
Karima, A. dan Setyorini, Y. (2017). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Lama Hari
Rawat Pada Pasien Akut Miokard Infark (AMI) di Ruang ICVCU RSUD DR.
Moewardi Surakarta. Jurnal Keperawatan Global. 2(1), 21-25.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Infodatin Pusat Data dan Informasi Situasi Penyakit
Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI (2019). Penyakit Jantung Penyebab
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2022
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 /Fax. (031) 5030379

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSIS MEDIS ACS


D.D PJK NSTEMI DI RUANG IGD RSU HAJI SURABAYA

Tanggal/Jam MRS : 7 Juli 2022 08.40 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 7 Juli 2022 09.30 WIB
Diagnosis Medis : ACS d.d PJK NSTEMI
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn.M
2. Umur : 55 tahun
3. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Tamat STM
6. Alamat : Ponten Tulangan Sidoarjo
7. Pekerjaan : Swasta
8. Sumber biaya: Keluarga
II. KELUHAN UTAMA
Nyeri dada bagian kiri menjalar ke punggung sampai perut
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan pingsan pada saat bekerja subuh tadi, setelah sadar pasien
muntah, mata berkunang-kunang dan tiba tiba sesak. Klien mengatakan pernah
mengalami kejadian seperti ini 3 kali, namun pada kejadian pertama dan kedua tidak
separah saat kejadian sekarang. Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan
tidak rutin meminum obat hipertensi, diminum ketika klien merasa pusing saja.
IV. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Triage : Merah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 97/62 mmHg
N : 68 x/menit
RR : 24 x/menit
SPO2 : 98%
Primery Survey
Airway

• Adanya sumbatan jalan napas

• Adanya suara napas tambahan yaitu mengi

• Tidak ada jejas pada daerah thorax


Breathing

• Adanya peningkatan frekuensi napas

• Napas klien dangkal (RR : 24 x/menit)

• Kelemahan otot pernapasan

• Suara napas wheezing

• Tidak ada kelainan tulang dada


Circulation

• Nadi lemah dan tidak teratur (N : 68 x/menit)

• Nadi karotis teraba

• Tekanan darah menurun (TD : 97/62 mmHg)

• Akral basah pucat dingin

• Kulit pucat

• CRT >2 detik

• Hasil ECG :
H.R : 65/min (0.911 s)
PR : 0.160 s
QRS : 0.112 s
AXIS : 109 deg
QT/QTcB : 0.430 s/0.450
RV5 : 1.95 mV
SV1 : 2.15 mV
435 Marked ST-T abnormality
423 Mild ST-T abnormality
321 Right ventricular hypertrophy
312 Left ventruclar hypertrophy
301 Left atrial enlargement
221 Right axis deviation
V2) R = 11.23 mV, aVL) S = 0.100 s
V5) –T = 0.57 MmV
II) –T = 0.37 Mv
V4) –ST = 0.39 Mv
I) R = 0.42 mV, S = 0.80 Mv
V5) R = 1.95 mV, V1) S = 2.15 mV
V1) +P = 0.00 mV, -P = 0.12 mV
AXIS = 109
Disability

• Kesadaran composmentis

• Klien tidak gelisah

• GCS 456

• Reflek cahaya +/+

• Pupil isokor

• Klien tidak kejang


Exposure

• Tidak ada perubahan bentuk pada tulang dan integumen

• Tidak ada tumor/benjola

• Tidak ada luka

• Pergerakan sendi bebas

• Kekuatan otot 5 5

5 5
4. Secondary Survey
B1 (Breathing)
Inspeksi : bentuk dada thorax normal chest, irama nafas tidak teratur dengan
jenis dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan

Palpasi : tidak ada kelainan pada thoraks yang menyebabkan adanya tanda
penyakit paru

Perkusi : getaran sama kanan kiri pada vokal permitus, menggunakan alat
bantu nafas NRBM 10 lpm.

Auskultasi : terdapat suara napas tambahan yaitu wheezin, klien mengatakan


sesak pada saat datang di IGD

B2 (Blood)

Inspeksi : tidak ada jaringan parut pada dada klien. Klien terlihat meringis
dan mengatakan nyeri pada daerah dada yang menjalar sampai belakang bagian
punggung

Palpasi : denyut nadi perifer lemah yaitu 67x/menit

Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran

Auskultasi : tekanan darah menurun yaitu 97/65 mmHg

Terdapat nyeri dada :

P : Nyeri timbul saat beraktivitas

Q : Nyeri seperti diremas-remas

R : Skala nyeri 5

T : Nyeri hilang timbul

B3 (Brain)

Kesadaran composmentis dengan GCS 456, orientasi baik, tidak terdapat kaku
kejang dan kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada kelainan nervus
cranialis.

B4 (Bladder)

Terpasang kateter, dengan warna urine kuning dan bau khas. Tidak ada
penurunan jumlah urine. Tidak ada benjolan maupun oedema pada daerah
perkemihan
B5 (Bowel)

Inspeksi : tidak ada benjolan pada daerah abdomen klien dan tidak ada
trauma pada abdomen klien, tidak terlihat obstruksi pada abdomen klien

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen klien.

Perkusi : tidak ada bunyi timpani maupun bunyi pekak pada abdomen klien

Auskultasi : tidak terdengar suara murmur pada abdomen klien, bising usus
10 x/menit

B6 (Bone)

Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral basah pucat dingin, tidak ada
oedema pada ekstremitas atas maupun bawah, kekuatan otot klien 5 5
5 5

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Klien mengatakan belum puas dengan pekerjaan nya, sehingga belum bisa
memberikan nafkah yang maksimal pada istri dan anaknya. Apalagi semenjak klien
mengidap penyakit spserti ini klien mengatakan selalu kepikiran bagaimana nasib
keluarganya kelak nanti. Namun klien selalu berusaha untuk ikhlas dan menjalaninya
lillahi ta’ala, klien yakin bahwa Allah sudah mempersiapkan semuanya untuk dirinya
dan keluarganya

VI. PENGKAJIAN SPIRITUAL

Klien mengatakan mau sakit atau tidak, klien tetap beribadah dengan sholat 5
waktu, mengerjakan ibadah-ibadah sunnah seperti puasa senin dan kamis, sholat
duha dan tahajjud. Klien mengatakan selama tidak sakit dapat mengerjakan
ibadahnya sendiri, namun ketika jatuh sakit klien meminta bantuan istrinya untuk
berjalan kekamar mandi melakukan wudhu.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil EKG 7 Juli 2022 09.00 WIB :


H.R : 65/min (0.911 s)
PR: 0.160 s
QRS : 0.112 s
AXIS : 109 deg
QT/QTcB : 0.430 s/0.450
RV5 : 1.95 mV
SV1 : 2.15 mV
435 Marked ST-T abnormality
423 Mild ST-T abnormality
321 Right ventricular hypertrophy
312 Left ventruclar hypertrophy
301 Left atrial enlargement
221 Right axis deviation
V2) R = 11.23 mV, aVL) S = 0.100 s
V5) –T = 0.57 MmV
II) –T = 0.37 Mv
V4) –ST = 0.39 Mv
I) R = 0.42 mV, S = 0.80 Mv
V5) R = 1.95 mV, V1) S = 2.15 mV
V1) +P = 0.00 mV, -P = 0.12 mV
AXIS = 109
Hasil Laboraturium 7 Juli 2022 08.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 16.3 g/dl 12,8-16,8
Leukosit 22,320 /mm3 4.500-13.500 /mm3
Hematokrit 49,7 % 33-45 %
Trombosit 224,000 /mm3 150.000-440.000 /mm3
GDA STIK 116 mg/dl <150 mg/dl
BUN 15 mg/dl 6-20 mg/dl
Creatinin 1.0 <1.2
SGOT 401 U/L <40 U/L
SGPT 104 U/L <41 U/L
Albumin 4.2 g/dl 3.8-5.4 g/dl
Kalium 3.8 mmol/l 3.6-5.0 mmol/l
Natrium 138 mmol/l 136-145 mmol/l
Chlorida 103 mmol/l 96-106 mmol/l
VIII. TERAPI
Pukul 08.40 WIB
1. NaCl 0,9 % 7 tpm
2. Injeksi Pantoprazole 1 amp intravena
3. Loading : CPG 2 tab
Mini aspi 2 tab
Isosorbide Dinitrite 1 tab
Pukul 09.00 WIB
4. Isosorbide dinitrite pump 0,5 mg/jam
Pukul 09.35 WIB
5. Vascon pump 1 ampul : 4 mg BB 60 kg
6. Pz 50 cc, 50 nano 2,2 cc/jam
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2022
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 /Fax. (031) 5030379

ANALISA KEPERAWATAN

PENGELOMPOKAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA PENYEBAB KEPERAWATAN
DS : Iskemia Penurunan Curah Jantung

1. Klien mengatakan nyeri
Penurunan kontraktilits
dada sebelah kiri
miokard
menjalar sampai

punggung
Kelemahan miokard
2. Klien merasa cepat ↓
lelah Vol akhir diastolic
ventrikel kiri meningkat
3. Klien mengatakan tidak

bisa mentuntaskan
Tekanan atrium kiri
kegiatannya
meningkat
DO :

1. Perubahan irama Tekanan vena pulmonalis
jantung (bradikardia) meningkat

2. Tekanan darah
Hipertensi kapiler paru
menurun yaitu 97/62

mmHg
Penurunan curah jantung
3. Nadi perifer teraba
lemah
4. CRT > 2 detik
5. Warna kulit pucat
DS : Penurunan suplai darah ke Gangguan Pertukaran Gas
miokard
1. Klien mengatakan

matanya berkunang-
Tidak seimbang kebutuhan
kunang
dengan suplai oksigen
2. Klien mengatakan ↓
kepalanya pusing Metabolisme anaerob
seperti berputar-putar meningkat
DO : ↓
Asam laktat meningkat
1. Napas cuping hidung

2. Pola napas abnormal Oedema paru
(cepat) RR 24 x/menit ↓
Gangguan pertukaran gas
3. Warna kulit pucat
4. Bunyi napas tambahan
yaitu wheezing
DS : Arterisklerosis Perfusi Perifer Tidak
↓ Efektif
1. Klien mengatakan nyeri
Peneympitan/obstruksi
pada kaki dan
arteri koroner
tangannya

DO :
Penurunan suplai darah ke
1. CRT > 2 detik miokard

2. Akral teraba dingin
Tidak seimbang kebutuhan
3. Warna kulit pucat dengan suplai oksigen

4. Turgor kulit menurun
Iskemia
5. edema ↓
Perfusi perifer tidak efektif
DS : Iskemia Nyeri Akut

1. Klien mengatakan nyeri
Metabolisme anaerob
pada dada sebelah kiri
meningkat
sampai menjalar ke

punggung
Asam laktat meningkat
2. Klien mengatakan ↓
sesak nafas apabila Nyeri dada
melakukan aktifitas ↓
DO : Nyeri akut
1. Klien tampak meringis
2. Klien memegang area
nyeri
3. Skala nyeri 7
4. Menggunakan NRM 10
lpm
DS: Iskemia Intoleransi Aktivitas

1. Klien mengatakan
Penurunan kontraktilitas
aktifitasnya terbatas
miokard
2. Klien mengatakan ↓
kedua tangan dan Kelemahan miokard
kakinya masih lemah ↓
DO : Vol akhir diastolic
ventrikel kiri meningkat
1. Klien terbaring lemah

diatas bed dan pucat
Tekanan atrium kiri
2. Klien menggunakan meningkat
posisi semi fowler ↓
untuk mengurangi Tekanan vena pulmonalis
sesak meningkat

3. Klien mengunakan
Hipertensi kapiler paru
NRM 10 lpm

4. Tekanan darah klien Suplai darah ke jaringan
menurun yaitu 97/62 otak tidak adekuat
mmHg ↓
Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2022
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 /Fax. (031) 5030379

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA/UMUR : Tn. M / 55 Tahun


NO. REG : 932192
DIAGNOSA : ACS D.D PJK NSTEMI
RUANG : IGD RSU Haji Surabaya
NO. DIAGNOSA MASALAH MASALAH
KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF
1. Penurunan curah 7 Juli 2022
jantung berhubungan
dengan perubahan
irama jantung ditandai
dengan bradikardia
SDKI D. 0008
2. Gangguan pertukaran 7 Juli 2022
gas berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
ditandai dengan pola
napas abnormal (cepat)
SDKI D.0003
3. Perfusi perifer tidak
efektif berhubungan
dengan penurunan
aliran arteri/vena
ditandai dengan akral
teraba dingin SDKI D.
0009
4. Intoleransi aktivitas 7 Juli 2022
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
ditandai dengan
mengeluh lelah saat
beraktivitas SDKI D.
0066
5. Nyeri akut 7 Juli 2022
berhubungan dengan
agen pencedera
fisiologis ditandai
dengan klien tampak
meringis SDKI D.
0077
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2022
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 /Fax. (031) 5030379

NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN & RENCANA TINDAKAN
KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung SIKI
jantung tindakan keperawatan 1.02075
Observasi
berhubungan selama 1x2 jam
a. Identifikasi
dengan perubahan diharapkan curah
karakteristik nyeri
irama jantung jantung klien dada (meliputi faktor
ditandai dengan meningkat dengan pemicu dan pereda
kualitas, lokasi,
bradikardia SDKI kriteria hasil: SLKI
radiasi, skala, durasi,
D. 0008 L.02008 dan frekuensi)
a. Kekuatan nadi b. Monitor aritmia
perifer (kelainan irama dan
meningkat frekuensi)
b. Bradikardia c. Monitor saturasi
menurun oksigen
c. Palpitasi d. Monitor EKG 12
menurun sadapan
Terapeutik
d. Lelah menurun
a. Pertahankan tirah
e. Pucat menurun
baring
f. Dyspneu
b. Berikan teknik
menurun
relaksasi untuk
g. Tekanan darah mengurangi ansietas
membaik dan stress
h. CRT membaik c.Sediakan lingkungan
yang kondusif untuk
mengurangi asnietas
dan stress
Edukasi

a. Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
b. Ajarkan teknik
menurunkan
kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian
obat
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Managemen Nyeri SIKI
berhubungan tindakan keperawatan I.08238
Observasi
dengan agen selama 1x2 jam
a. Identifikasi lokasi,
pencedera fisiologis diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
ditandai dengan nyeri klien semakin frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
klien tampak menurun dengan
b. Identifikasi skala nyeri
meringis kriteria hasil : SLKI c. Identifikasi faktor
L.08063 yang memperberat dan
memperingan nyeri
a. Melaporkan d. Monitor keberhasilan
nyeri terkontrol terapi komplementer
yang sudah diberikan
meningkat
e. Monitor efek samping
b. Kemampuan penggunaan analgetik
Terapeutik
mengenali
a. Berikan teknik
penyebab nyeri nonfarmakologis
meningkat untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS,
c. Kemampuan hypnosis, akupresur,
menggunakan terapi music,
biofeedback, terapi
teknik non-
pijat, aromaterapi,
farmakologis teknik imajinasi
meningkat terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
d. Keluhan nyeri bermain)
menurun b. Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitas istirahat dan
tidur
Edukasi
a.
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Pemantauan Cairan SIKI
efektif asuhan keperawatan 1.03121
Observasi
berhubungan selama 1x2 jam
a. Monitor frekuensi dan
dengan penurunan diharapkan perfusi
kekuatan nadi
aliran arteri/vena perifer tidak
b. Monitor frekuensi
ditandai dengan mengalami penurunan napas
akral teraba dingin dengan kriteria hasil :
c. Monitor tekanan darah
SLKI L.02011
d. Monitor turgor kulit
a. Denyut nadi e. Monitor jumlah,
perifer warna, dan berat
meningkat badan
Terapeutik
b. Warna kulit
a. Atur interval waktu
pucat menurun pemantauan sesuai
dengan kondisi klien
c. Nyeri Edukasi
ekstremitas
a. Jelaskan tujuan dan
menurun prosedur pemantauan

d. Akral membaik b. Informasikan hasil


pemantauan, jika perlu
e. Turgor kulit
membaik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2022
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 /Fax. (031) 5030379

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO. TANGGAL/ TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
JAM TANGAN
1. 7 Juli 2022 Perawatan Jantung SIKI 1.02075
09.00 WIB Observasi
a. Mengidentifikasi karakteristik nyeri
dada (meliputi faktor pemicu dan
pereda kualitas, lokasi, radiasi, skala,
durasi, dan frekuensi)
R : klien mengatakan nyeri dada
sampai menjalar ke punggung
dengan skala nyeri 6, klien
mengatakan nyeri muncul ketika
klien mengerjakan suatu pekerjaan
yang berat
b. Memonitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
R : klien mengalami bradikardia
c. Memonitor saturasi oksigen
R : saturasi oksigen klien pada saat
sebelum memakan NRM adalah 88%
setelah terpadang NRM saturasi klien
99%
d. Memonitor EKG 12 sadapan
R : hasil EKG klien menunjukkan
incomplete RBBB dan NSTEMI
Terapeutik
d. Mempertahankan tirah baring
R : klien mengatakan sangat nyaman
ketika diposisikan semi fowler dan
mengatakan sesak nafasnya berkuang
e. Memberikan teknik relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stress
R : klien diajarkan teknik napas
dalam untuk mengurasi rasa stress
dan ansietasnya
f. Menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi asnietas
dan stress
R : klien dan keluarganya sangat
kooperatif ketika diberikan arahan
untuk menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi ansietas
dan stress
Edukasi

g. Menganjurkan segera melaporkan


nyeri dada

R : klien dan keluarga memahami


instruksi perawat

h. Mengajarkan teknik menurunkan


kecemasan dan ketakutan

R : perawat mengajarkan teknik


napas dalam untuk mengurangi stress
dan ansietas
Kolaborasi

a. Mengkolaborasi pemberian obat


R : klien mendapatkan isosorbite
pump dinitrate 0,5 mg/jam
2. 7 Juli 2022 Managemen Nyeri SIKI I.08238
09.30 WI Observasi
a. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
R : klien mengatakan lokasi nyeri
pada dada sebelah kiri menjalar ke
punggung, dengan durasi waktu 1
menit, kualitas nyeri seperti di remas-
remas
b. Mengidentifikasi skala nyeri
R : skala nyeri 6
c. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
R: klien mengatakan nyeri muncul
ketika klien kerja seharian dan
memiliki waktu istirahat yang
kurang. Klien mengataan nyerinya
berkurang ketika istirahat tidur siang
dan malam
d. Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
R : tekanan darah membaik ketika
diberikan obat-obatan, saturasi
membaik ketika diberikan NRM 10
lpm.
e. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
R : klien tidak menunjukkan efek
samping analgetik
Terapeutik
f. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
R : klien diberikan teknik nafas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri
g. Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
R : keluarga klien memahami dan
kooperatif
h. Memfasilitas istirahat dan tidur
R : klien mengatakan sangat nyaman
tidur ketika tirainya ditutup
Edukasi
i. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
R : perawat menjelaskan bahwa
penyebab rasa nyeri di dada kiri
disebabkan oleh penyakit
jantungnya, dan pemicu nyeri nya
adalah ketika aktivitas klien terlelu
berlebihan. Klien memahami
penjelasan perawat dan akan me-
rescedule kegiatannya setelah ini
j. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
R : perawat mengajarkan teknik nafas
dalam pada klien dan akan
mempraktekkan sendiri ketika nyeri
tersebut muncul
k. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
R : klien memahami dan kooperatif
l. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
R : mengajarkan klien nafas dalam
3. 7 Juli 2022 Pemantauan Cairan SIKI 1.03121
10.00 WIB Observasi
a. Memonitor frekuensi dan kekuatan
nadi
R : nadi klien 68 x/menit
b. Memonitor frekuensi napas
R : RR klien 24 x/menit
c. Memonitor tekanan darah
R : tekanan darah klien 97/65 mmHg
d. Memonitor turgor kulit
R : turgor kulit klien pucat basah
dingin
Terapeutik
a. Mengatur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi klien
R : klien mendapatkan NaCl 0,9%
500 ml dalam waktu 8 jam
Edukasi
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
R : keluarga dan klien tampak
memahami penjelasan keluarga
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2022
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5030379 /Fax. (031) 5030379

EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI & PARAF
KEPERAWATAN CATATAN
PERKEMBANGAN
7 Juli 2022 Penurunan curah S : klien mengatakan
jantung berhubungan nyerinya sudah berkurang
dengan perubahan irama O :
jantung ditandai dengan
a. Tekanan darah
bradikardia
membaik (109/90
mmHg)
b. Nadi perifer
membaik
c. CRT < 2 detik
d. Warna kulit terlihat
tidak pucat
A : Masalah keperawatan
teratasi
P : Intervensi dihentikan
(klien pulang paksa)
7 Juli 2022 Nyeri akut berhubungan S :
dengan agen pencedera
a. Klien mengatakan
fisiologis ditandai
dadanya masih nyeri
dengan klien tampak
meringis b. Klien mengatakan
sudah tidak sesak
O:
a. Klien masih tampak
meringis
b. Klien masih
memegang area
nyeri
c. Klien tampak masih
memakai NRM 10
lpm
A : Intervensi belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
(klien pulang paksa)
7 Juli 2022 Perfusi perifer tidak S : Klien mengatakan masih
efektif berhubungan mengatakan nyeri pada
dengan penurunan aliran kakinya
arteri/vena ditandai O:
dengan akral teraba
a. CRT < 2 detik
dingin
b. Akral teraba hangat
c. Warna kulit sudah
tidak pucat
d. Turgor kulit
membaik
e. Masih terlihat
edema
A : Intervensi belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
(klien pulang paksa)
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Sindrom koroner akut (SKA) seperti angina pektoris tidak stabil (UAP,
Unstable angina pectoris), infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI,
non ST segment elevation myocardial infarction), infark miokard dengan elevasi
segmen ST (STEMI, ST segment elevation myocardial infarction) merupakan bagian
dari PJK.4 Pada SKA, suplai darah ke jantung tiba-tiba berkurang bahkan terhenti
akibat penumpukan kolesterol dan formasi dari gumpalan darah di dalam arteri
jantung. Menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke jantung sehingga memicu
angina pektoris serta infark miokard, dimana terjadi kerusakan pada jantung (Ariandi,
2012)

Berdasarkan penelitian sebelumnya, selama periode Januari 2010 sampai


Desember 2010 di Irina F Jantung RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado tercatat 230
kasus PJK. Berdasarkan kelompok umur 61-70 tahun sebanyak 69 kasus (30%), jenis
kelamin laki-laki sebanyak 159 kasus (69,13%), 86 kasus disertai penyakit penyerta
yang terbanyak diantaranya hipertensi 52 kasus (55,32%), dan manifestasi klinis yang
didapat adalah Old Myocardial Infarction (OMI) sebanyak 71 kasus (30,87%).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
prevalensi penderita SKA yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
periode 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2014. sampai 31 Desember 2014, tercatat
sebanyak 271 kasus SKA sedangkan data rekam medik yang dapat dijangkau
sebanyak 126 kasus, dimana 129 data tidak ditemukan dan 16 data merupakan data
tidak lengkap. Dari 126 kasus, terdapat 72 kasus (57,1%) UAP, 35 kasus (27,8%)
NSTEMI, dan 19 kasus (15,1%) STEMI. UAP merupakan kasus dengan prevalensi
tertinggi dan STEMI merupakan kasus dengan prevalensi terendah (Wong WD, 2014)

Dilihat dari klasifikasi diagnosis, jenis kelamin laki-laki juga memiliki jumlah
terbanyak, yaitu 44 kasus (61,1%) dari total jumlah pasien terdiagnosis UAP, 30 kasus
(85,7%) dari total jumlah pasien terdiagnosis NSTEMI, dan sebanyak 16 kasus
(84,2%) dari total jumlah pasien terdiagnosis STEMI. Jenis kelamin merupakan salah
satu faktor risiko dimana aterosklerosis koroner lebih rentan terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan (Ariandiny, 2020)

B. DIAGNOSA

Kematian di seluruh dunia, lebih dari setengah (54%) disebabkan oleh 10


penyebab tertinggi. Penyakit jantung dan stroke iskemik menduduki peringkat paling
atas. Penyakit ini tetap menjadi penyebab utama kematian secara global dalam 15
tahun terakhir. Berdasarkan data WHO pada tahun 2012 yang dimuat dalam Depkes
2017 menjelaskan bahwa 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit
kardiovaskular diantaranya disebabkan oleh (PJK) penyakit jantung koroner (Depkes
RI 2017). Progres PJK fase akut disebut Sindrom koroner akut (SKA). Pusat Jantung
Nasional mencatat bahwa SKA atau penyakit jantung iskhemik merupakan masalah
yang menduduki urutan pertama dari semua klasifikasi penyakit jantung
(Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom
Koroner Akut, 2006, p. 10).

Disritmia jenis bradikardi menjadi suatu masalah kegawatdaruratan.


Patofisiologi bradikardi mengganggu proses peredaran darah ke jaringan yang
akan berdampak pada hipoksia jaringan, Karena dapat mengganggu
hemodinamik, hingga menimbulkan kematian. Temuan disritmia bradikardi
menjadi salah satu data karakteristik yang dapat mengarahkan perawat dalam
menetapkan penyebab diagnosa keperawatan penurunan curah jantung
(Wilkinson, J.M, 2014. p. 244). Penurunan Curah Jantung merupakan diagnose
keperawatan gawat darurat. Kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan gawat darurat sangat penting untuk mengurangi angka kematian
dan komplikasi.

Disritmia dapat terjadi berupa bradikardia sinus maupun non sinus. Bradikardia
adalah irama yang mengancam karena mengakibatkan penurunan curah jantung.

C. INTERVENSI

Penegakan secara dini diagnosaACS harus dilakukan dengan


segera,yaitu dapat dilakukan dengan melihatadanyatiga kriteria yaitu
nyeri dada,perubahan gambaran EKG dan pertandabiokimia(serum marker
atau cardiacmarker) (Fatonah, Widijanti,danHernowati, 2007).

Pemeriksaan EKG sebagaiearlyidentificationsebaiknya


dilakukantidak lebih dari 10 menitpertama.Gambaran EKG pada
anginatidak stabildan NSTEMI, didapatkangambaran EKG normal,
gelombang Tbiasanya positif pada sadapan (lead) I, II,danV3 sampaidengan
V6; terbalik padasadapanaVR; bervariasi pada sadapan III,aVF, aVL, danV1;
jarang didapatkanterbalik pada V2. Jikaterjadi iskemia,gelombang T
menjaditerbalik (inversi),simetris, dan biasanyabersifat sementara(saat
pasien simptomatik).Bila padakasus ini tidak didapatkan
kerusakanmiokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine
kinase-myoglobin)maupun troponin yang tetap normal,diagnosisnyaadalah
angina tidak stabil.Namun,jika inversi gelombang Tmenetap,
biasanyadidapatkan kenaikankadar troponin, dandiagnosisnya
menjadiNSTEMI. Angina tidakstabil danNSTEMI disebabkan oleh
trombusnon-oklusif, oklusi ringan (dapatmengalamireperfusi spontan),
atauoklusi yang dapatdikompensasi olehsirkulasi kolateral yang2,3
baik.Gambaran khas berupa depresi segmen ST lebih dari 0,5 mm (0,05 mV)
pada duaataulebih sadapan yang bersesuaian atauinversi5 gelombang T yang
dalam dansimetris.

Pengidentifikasian secara dini dapat juga dilakukan dengan mengenali


tanda-tanda kegawatan secara dini contohnya keluhan nyeri dada atau
kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau
menghubungi layanan gawat darurat. Oleh karena itu peran perawat atau
strategi yang dilakukan ketika menemukan pasien henti jantung
adalah mengidentifikasi kondisi penderita dan melakukan kontak atau
menghubungi sistem gawat darurat, menginformasikan segera kondisi
penderita sebelum melakukan RJP pada orang dewasa atau sekitar satu
menit setelah memberikan pertolongan RJP pada bayi dan anak, menilai
secara cepat tanda-tanda potensial henti jantun gserta mengidentifikasi
tanda-tanda henti jantung atau henti nafas, sedangkan peran perawat
pada masyarakat dalam early identification ini adalah memberikan edukasi
sebelumnya bagaimana cara mengenali gejala pasien yang tidak sadar
dan bagaimana cara mencari pertologan ke EMS melalui telpon. Dengan
begitu EMS akan memberikan instruksi kepada orang awam yang
menemukan korban tidak sadar atau tidak bernafas sambil menunggu
petugas datang. EMS juga dapat memberikan instruksi kepada orang awam
untuk melakukan CPR sampai petugas datang (Travers,et all, 2010).
Mengidentifikasian secara dini juga dapat dilakukan penggunaan
serum biomarker. Pada pasien dengan nyeri dada iskemik dan rekaman
EKG ST elevasi maka pemeriksaan biomarker kardiak tidak penting untuk
dilakukan, sedangkan pada pasien dengan non diagnostik EKG maka
pemeriksaan biomarker kardiak ini sangat berguna. Biomarker kardiak yang
paling umum digunakan untuk mengevaluasi SKA adalah tropinin T
dan I, CK-MB, dan myoglobins. Tropinin T dan I digunakan untuk
mendeteksi kerusakan jantung. Pemeriksaan ini dilakukan dilakukan saat
pasien awal datang ke ruang Emergency, dimana troponin tidak lebih
spesifik jika miokard infark terjadi diawal sehingga pemeriksaan
dengan CK-MB dan myoglobin lebih di gunakan (Fatonah dkk 2007).
Biomarker kardiak yang terbaik adalah tergantung dari kapan onset gejala
muncul, jika untuk awal maka myoglobin dan CK-MB yang digunakan,
pada periode intermediete (6-24 jam) yaitu CK-MB dan troponin, dan
lebih dari 24 jam maka troponin .yang diperiksa (Moe, K.T &Wong, P,
2010).Pada biomarker jantung, keberadaan troponin memainkan peran sentral
dalam membangun diagnosis dan stratifikasirisiko. Dengan pemeriksaan
troponin dapat dibedakan antara unstable angina dan NSTEMI.
Padaunstable anginanilai troponinrelatif normal atau tidak ada
perubahan, sedangkan pada infrak miokard, adanya peningkatant roponin T
atau troponin I merupakan penanda nekrosis miokard.

Anda mungkin juga menyukai