Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS Ny.

S DENGAN STEMI DENGAN MASALAH


PENURUNAN CURAH JANTUNG DI ICCU ABIYASA RS MARGONO GERIATRI

DISUSUN OLEH :
RENITA AMELIA
202303079

FAKLUTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG


KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA PROFESI NERS
2024
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS Ny.S DENGAN STEMI DENGAN MASALAH


PENURUNAN CURAH JANTUNG DI ICCU ABIYASA RS MARGONO GERIATRI

Telah Disahkan :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing lahan Mahasiswa

Darono, S.Kep., NS. Renita Amelia, S.Kep

Pembimbing Akademik

Putra Agina Widyaswara Suwaryo, M.Kep


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit Infark Miokard


Infark miokardium akut (IMA) adalah penyakit akibat penurunan suplai darah karena
penyempitan arteri koroner yang disebabkan aterosklerosis. Seseorang yang memiliki
factor resiko msemakin banyak memiliki kemungkinan besar mengalami infark
miokard.
Pendahuluan Infark miokardium akut (IMA) adalah penyakit akibat berkurangnya
pasokan darah karena arteri koroner mengalami penyempitan karena adanya
aterosklerosis atau sumbatan arteri oleh emboli atau thrombus secara total membuat
suplai dan kebutuhan oksigen jantung tidak sesuai (Amrullah et al., 2022).
Pada klien dengan Infark miokard akut biasanya ditemukan diagnosa keperawatan
seperti gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, nyeri akut,
penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, ansietas, dan defisiensi pengetahuan
(Nurarif, 2016). Ini terjadi akibat penyumbatan koroner akut dengan iskemia yang
berkepanjangan yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian (infark)
miokard. Iskemia sendiri merupakan suatu keadaan transisi dan reversible pada miokard
akibat dari ketidakseimbangan antara suplai dan demand miokard yang menyebabkan
hipoksia miokard. Kerusakan ini salah satunya mengakibatkan penurunan curah jantung,
sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Hal ini yang menyebabkan suplai darah ke jaringan
tidak adekuat sehingga metabolisme dan energi jaringan menurun yang akhirnya
mengakibatkan kelemahan fisik. Oleh sebab itu, didapatkan diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas yaitu ketidakcukupan energi psikologis maupun fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang harus atau ingin
dilakukan.(Amrullah et al., 2022)
B. Etiologi
Infark miokard disebabkan karena rupturnya plak aterosklerosis dan adanya
thrombus. Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis pembuluh koronaria dapat
disebabkan karena emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital, spasme
koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik dan berbagai penyakit
inflamasi sistemik.
Menurut M.Black, Joyce 2014 Infark Miokard Akut memiliki beberapa penyebab
internal maupun external diantranya adalah:
1. Adanya ruptur plak aterosklerosis yang rentan dan diikuti oleh pembentukan
trombus.
2. Penyumbatan total pada arteri oleh trombus.
3. Aktifitas fisik yang berat.
4. Stress emosional yang berlebihan.
5. Peningkatan respon system saraf simpatis dapat menyebabkan rupture plak
6. Terpapar udara dingin pada waktu tertentu yang dapat menyebabkan pasien
mengalami rupture plak.
Ketika aliran darah berhenti secara mendadak, maka jaringan pada miokardium yang
biasanya mendapat suplai dari arteri akan mati secara mendadak, okulasi dapat
disebabkan oleh adanya spasme arteri hal tersebut merupakan faktor yang dapat
memicu serangan jantung pada pasien. (Yelvita, 2022)
C. Batasan Karakteristik
1. Infark miokard dengan ST-elevasi atau ST Segment Elevation Myocardial Infarction
(STEMI)
Oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi
seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada
EKG. Pneumonia bacterial

2. Infark miokard non ST- elevasi atau Non ST Segment Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI)
Oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium,
sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.
D. Pathofisiologis dan Pathway Keperawatan
Terjadinya Iskemia yang berlangsung selama 30 sampai 40 menit akan menyebabkan
terjadinya kerusakan seluler yang bersifat ireversible dan kematian otot atau nekrosis.
Bagian dari miokardium yang mengalami nekrosis atau kematian sel sel jaringan akan
berhenti berkntraksi secara permanen. Jarngan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu
daerah iskemik yang memiliki potensi dapat hidup. Luas daerah yang terjadi infark
tergantung dari daerah iskemik tersebut. apabila pinggir pinggir daerah mengalami proses
nekrosis makan besar luas daerah infark akan bertambah besar juga, sedangkan perbaikan
iskemia akan memperkecil daerah yang terjadi nekrosis tersebut. Infark Miokard Akut lebih
sering mneyerang ventrikel kiri. Karena infark digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya
pada dinding ventrikel, dengan contoh ifark miokardium anterior mengenai dindinng
anterior ventrikel kiri. (Darwis et al., 2023)
Daerah lain yang dapat terkena infark adalah bagian inferior, lateral, posterior dan
septum. Otot pada jantung yang mengalami infark akan mengalami perubahan selama
berlangusngnya proses penyembuhan. Pertama, otot yang megalami infrak akan terlihat
memar dan sianotik akibat terputsnya aliran darah regional. Dalam waktu 24 jam maka, akan
timbul edema pada sel sel, dan terjadi respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim
jantung akan terlepas dari sel sel pada hari kedua atau ketiga, hal tersebut menyebabkan
degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini berlangsun
dinding nekrotik akan berubah dan menjadi relatif tipis. Selanjutnya, pada minggu ke tiga
akan mulai terdapat jaringan parut pada otot jantung, semakin lama jaringan penyambung
fibrosa menggantikan otot yang terkena nekrosis dan akan mengalami penebalan secara
progresif, dan pada minggu ke 6 jaringan parut akan terbentuk dengan jelas. Infark
miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya
kontraksi, sedangkan otot yang mengalami iskemia disekitarnya akan mengalami juga
gangguan daya kontrasi. Secara fungsional infark miokar akut akan menyebabkan banyak
perubahan, antara lain : (Winanda et al., 2019)
1. Daya kontraksi menurun.
2. Gerakan dinding abnormal.
3. Perubahan daya kembang dinding ventrikel.
4. Pengurangan curah secungkup.
5. Pengurangan fraksi ejeksi.
6. Peningkatan volume akhir sistole.
7. Peningkatan akhir volume diastolic ventrikel.
8. Peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri.
PHATWAY

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang Resiko


penurunan
Seluler hipoksia curah
Pola nafas
Suplay oksigen ke Miokard menurun jantung
tidak
efektif

Integritas membrane sel berubah


Metabolism anaerob
Kontraktilitas turun
Gangguan
Timbunan asam
pertukaran Nyeri
laktat meningkat
gas
COP turun Kegagalann pompa
jantung
Kelemaha
n Kecemasan
Gangguan perfusi
jaringan
Intoleransi Gagal jantung
aktifitas

Resiko kelebihan volume


cairan ekstravaskuler
E. Pemeriksaan penunjang laboratorium
a. Trphonin
b. SGOT
c. Creatinine
d. Pemriksaan EKG
e. Photo thorax

I. Masalah keperawatan Lain Yang Muncul


Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi pleura sebelum
dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan (PPNI, 2017):
A. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
1. Definisi Masalah
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Penyebab
Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan )
3. Gejala Dan Tanda
a. Data Mayor
1) Subjektif
a) Dipsnea
2) Objektif
a) Penggunaan otot bantu pernapasan
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas yang abnormal (misalnya takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
b. Data Minor
1) Subjektif
a) Ortopnea 25
2) Objektif
a) Pernapasan pursed lip.
b) Pernapasan cuping hidung/
c) Diameter thoraks anterior posterior meningkat.
d) Ventilasi semenit menurun.
e) Kapitas vital menurun.
f) Tekanan Ekspirasi menurun.
g) Tekanan Inspirasi menurun.
h) Ekskursi dada berubah.
4. Kondisi Klinis Terkait.
a. Trauma thoraks
B. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
A. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.
B. Penyebab
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
C. Gejala dan Tanda
a. Data Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh Lelah
2) Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi istirahat.
b. Data Minor
1) Subjektif
a) Dyspnea/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
2) Objektif
a) Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
d) Sianosis
D. Kondisi Klinis Terkait
a. PPOK

a) Nyeri akut
Gejala dan tanda nyeri menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) adalah
sebagai berikut:
a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : mengeluh nyeri
2) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah,
nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaphoresis.
C. Ganguan Pertukaran Gas. D0003

1. Definisi :
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler.
2. Penyebab :
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Perubahan membran alveolus-kapiler.
3. Gejala dan Tanda

a. Tanda Mayor

1) Subjektif :

a) Dispnea.

2) Objektif :

a) PCO2 meningkat / menurun.


b) PO2 menurun.
c) Takikardia.
d) pH arteri meningkat/menurun
e) Bunyi napas tambahan.

b. Tanda Minor

1) Subjektif :

a) Pusing.
b) Penglihatan kabur.

2) Objektif :

a) Sianosis.
b) Diaforesis.
c) Gelisah.
d) Napas cuping hidung.
e) Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal)
f) Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan).
g) Kesadaran menurun.

4. KONDISI KLINIS TERKAIT :

a) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)


b) Gagal jantung kongestif.
c) Asma.
d) Pneumonia.
e) Tuberkulosis paru.
f) Penyakit membran hialin.
g) Asfiksia.
h) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN).
i) Prematuritas.
j) Infeksi saluran napas.

J. Intervensi Keperawatan

NO Diagnos Luaran Intervensi Keperawatan PARAF


a Keperawatan
Kepera
watan
1 Bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
Jalan (I.01011)
intervensi Observasi
Napas
Tidak keperawatan 1. Monitor pola napas
efektif b.d 2. Monitor bunyi napas
selama 2x24 jam tambahan
hiperslasia
dinding diharapkan 3. Berikan Pasien posisi
napas yang nyaman atau
bersihan jalan tinggikan kepala (60-
napas dapat 90º) dan bantu
mengubah posisi
membaik: fowler/semi fowler,
miringkan ke arah sisi
a. Suara yang sakit
whezing 4. Lakukan auskultasi
bunyi napas dan catat
menurun adanya bunyi tambahan.
b. Dipsnea 5. Bantu dan ajarkan klien
untuk batuk dan napas
menurun dalam yang efektif.
c. Kesulitan Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan tim
bicara medis lain untuk
menurun pemberian , foto thoraks
serta obat- obatan
d. Gelisah
menurun
e. Pola napas
membaik

2 Intoleransi Setelah dilakukan Observasi :


aktivitas 1. Monitor respon fisik,
asuhan
berhubunga emosi, social dan
n dengan keperawatan spiritual setiap 12
kelemahan jam Mandiri
selama 2x24 jam
2. Bantu klien untuk
diharapkan mengidentifikasi
intoleransi aktivitas yang
aktivitas dapat mampu dilakukan
3. Bantu pasien untuk
diatasi dengan
mengidentifikasi
kriteria hasil: aktivitas yang
disukai.
1. Mampu 4. Bantu pasien untuk
melakukan mengembangkan
motivasi diri dan
aktivitas penguatan
sehari-hari Kolaborasi
secara 5. Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
mandiri, medic dalam
seperti: ke merencanakan
program terapi yang
kamar mandi, tepat.
mengganti
pakaian,
makan dan
minum dll.
2. Kebutuhan
aktivitas
terpenuhi
tanpa merasa
sesak.
3. Pasien
toleran
terhadap
aktivitasnya.

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


b.d Agen Observasi
. Pencedera intervensi 1. lokasi, karakteristik, durasi,
Fisiologis keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
selama 3x24 jam 2. Identifikasi skala nyeri
maka Tingkat 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
Nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang
dengan kriteria memperberat dan
memperingan nyeri.
hasil: Tarapeutik
5. Berikan teknik non
Kriteria Awal farmakologis untuk
hasil mengurangi rasa nyeri (mis.
Meringis 1 TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
Keluhan 1 teknik imajinasi terbimbing,
nyeri kompres hangat/dingin,
Kesulitan 1 terapi bermain)
Tidur 6. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
9. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
11. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
12. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
13. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
4. Gangguan Terapi Oksigen
Setelah dilakukan
pertukaran
intervensi I.01026
Gas
keperawatan Observasi

selama 2x24 jam 1. Monitor kecepatan aliran

maka diharpkan oksigen

pertukaran gas 2. Monitor posisi alat terapi

dapat menurun : oksigen


3. Monitor tingkat
L.01003
kecemasan pada terapi
1. Dispnea oksigen
menurun Tarpeutik
2. Bunyi napas 4. Pertahankan kepatenana
tambahan jalan nafas
menurun 5. Siapkan dan atur
3. Gelisah peralatan pemberian
menurun oksigen
6. Berikan oksigen
tambahan jika perlu
Daftar Pustaka

SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia.

SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia

SDKI DPP PPNI,(2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Amrullah, S., Rosjidi, C., Dhesa, D., Wurjatmiko, A., & Hasrima. (2022). Faktor Resiko
Penyakit Infark Miokard Akut di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari. Jurnal
Ilmiah Karya Kesehatan, 02(02), 21–29.
https://stikesks-kendari.e-journal.id/JIKK/article/view/445/295

Darwis, I., Hartopo, A. B., & Sarwiko, M. G. (2023). Manajemen Pasien Infark Miokardium
Akut dengan Elevasi Segmen ST (IMA-EST) Anterior Onset Lebih dari 48 Jam tanpa
Tindakan Reperfusi di Bangsal Perawatan Jantung. Jurnal Kedokteran Unila, 7(1), 25–36.

Winanda, D., Prabowo, W. C., & Rusli, R. (2019). Pola Pengobatan Pada Pasien Infark Miokard
Akut Di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Proceeding of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences, 10, 94–99. https://doi.org/10.25026/mpc.v10i1.369

Yelvita, F. S. (2022). No Title–2003 ,)8.5.2017(12 ,‫ הארץ‬.‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬
2005.

Anda mungkin juga menyukai