Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK KARDIOGENIK

Disusun oleh :

Feri Irfan Barnabas

2201090367

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI PROFESI NES

TAHUN AJARAN 2023


A. Pengertian syok kardiogenik
Defenisi Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat
yang berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang
umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga
kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang
tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Syok kardigenik merupakan suatu kondisi dimana terjadi hipoksia
jaringan sebagai akibat dari menurunnya curah jantung, meskipun volume
intervaskuler cukup. Sebagian besar kondisi syok ini disebabkan oleh infark
miokard akut ( Asikin et all, 2016)
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan
terjadinya hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume
intravaskular. Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah
sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index
(<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg).
Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2004).

B. Etiologi
1. Gangguan fungsi miokard :
a. Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
b. Penyakit jantung arteriosklerotik.
c. Miokardiopati : Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati
hipertropik.
2. Mekanis :
a. Regurgitasi mitral/aorta
b. Ruptur septum interventrikel
c. Aneurisma ventrikel masif
3. Obstruksi :
a. Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
b. Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium
kiri/thrombus, perikarditis/efusi perikardium.
C. Tanda dan gejala
1. Tekanan darah <90 mmHg
2. HR > 100x/menit
3. Nadi cepat dan lemah
4. Penurunan bunyi jantung
5. Pucat dan lembab karena vasokontriksi sekunder akibat stimulasi simpatis
membawa aliran darah yang lebih sedikit (warna dan kehangatan) ke kulit
6. Oliguria (urin output < 20 ml/jam)
7. Nyeri dada
8. Disritmia akibat penurunan oksigen ke jantung
9. Takipnea
10. Penurunan curah jantuang
11. Pengingkatan SVR
12. Sianosa
13. Diaphoresis ( mandi keringat) karena stimulasi simpatis mengakibatkan
kelenjar keringat
14. Ekstermitas dingin

D. Patofisiologi
LV = left ventricle
SVR = systemic vascular resistance
Respon neurohormonal dan reflek adanya hipoksia akan menaikkan
denyut nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Dengan
meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas miokard,
akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang pada kondisi
kardiogenik syok perfusi miokard telah menurun, hal ini akan memperburuk
keadaan. Akibatnya, fungsi penurunan curah jantung, tekanan darah
menurun, dan apabila "Cardiac Index" kurang dari 1,8 ltr/menit/m2, maka
keadaan kardiogenik syok semakin nyata (Shoemaker, 1989; Mustafa, I,
1994).
Hipoperfusi miokard, diperburuk oleh keadaan dekompensasi, akan
menyebabkan semakin memperjelek keadaan, kerusakan miokard ditandai
dengan kenaikan ensim kardial, serta peningkatan asam laktat.
Kondisi ini akan menyebabkan; konsumsi oksigen (O2) tergantung
pada transport oksigen (Supply dependent), hutang oksigen semakin besar
(oxygen debt), asidosis jaringan. Melihat kondisi tersebut, obyektif resusitasi
bertujuan menghilangan VO2 yang "supplay-dependent", "oxygen debt" dan
asidosis.
Di sisi lain dengan kegagalan fungsi ventrikel, akan meningkatkan
tekanan kapiler pulmoral, selanjutnya diikuti dengan meningkatnya tekanan
hidrostatis untuk tercetusnya edema paru, disertai dengan kenaikan
"Pulmonary capilary wedge pressure" (PCWP), serta penurunan isi sekuncup
yang akan menyebabkan hipotensi. Respon terhadap hipotensi adalah
vasokontriksi sistimik yang akan meninggikan SVR ("Sistimik Vaskuler
Resistan") dan meninggikan "After load" (Raharjo, S., 1997) Gambar akhir
hemodinamik, penurunan isi sekuncup, peninggian SVR, LVEDP dan
LVEDV.
E. Komplikasi syok kardiogenik
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisystem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
F. Pemeriksaan penunjang syok kardigenik
1. EKG
2. Foto rontge
3. Ekokardiografi
4. Hemodinamika monitoring invasive atau non invasive
5. Pemeriksaan analisa gas darah atau laktat
G. Pohon Masalah

Infrak miokard akut, trauma jantung,


endokarditias infeksi

Necrosis Miokard

Kerusakan otot jantung

Gangguan Kontraktilitas
miokardium

Dispungsi Ventrikel kiri


Perfusi jaringan
tidak efektif SYOK KARDIOGENIK

Nutrisi dan O2 ke Penurunan curah


jaringan menurun jantung Darah ke pulmonal
menurun

Aliran darah arteri


Gangguan Metabolisme Corconer menurun Gangguan
perfusi menurun basal terganggu penurunan gas

Berkurangnya Asupan oksigen ke


Kelelahan dan jantung menurun
suplai darah kelemahan

Hipoksia
Perubahan mental Intoleransi myocardium
(cemas, gelisah) aktivitas

Ansietas Mekanisme anaerob

Nyeri akut
Nyeri dada
H. Penatalaksanaan Syok Kardiogenik
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :
1. Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut
2. Memulihkan kesehatan miocardium
3. Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
1. Istirahat
2. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena, dan volume darah dan peningkatan diuresis
akan mengurangi edema
3. Pemberian diuretic, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal
4. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak nafas pada asma cardial,
hati-hati depresi pernapasan
5. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 - 120 mmHg
6. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoktif
merupakan pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan)
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

Obat alternative
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan
oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena.
Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion
dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba;
hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien
dengan infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk
mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg)
dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan
dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10
menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat
permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-
80 mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit,
stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit,
dopamine meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan
tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek
samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan
menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat
dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat.
Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan,
jumlah anak, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk, no medical record
(MR) dan diagnose medic
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
Biasanya klien dengan syok kardigenik akan mengalami
penurunan tekanan darah
2) Keluhan saat dikaji
Biasanya klien dengan syok kardigenik akan mengalami
penurunan tekanan darah, denyut yang lebih cepat namun lemah,
sesak nafas, ujung kaki dan tangan yang dingin, hingga penurunan
kesadaran.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat
penyakit jantung, riwayat infark miokardi akut
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kesehatan yang
sama seperti pasien
4. Pola aktivitas sehari-hari
a) Aktivitas dan istirahat
1) Kelemahan, kelelahan
2) Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan
warna kulit kelembabpan, kelemahan umum
3) Adanya perubahan pada pola istirahat saat sehat dan sakit
b) Pola nutrisi
Biasanya terjadi perubahan makan pasien saat sehat dan sakit
c) Pola eliminasi
Adanya tanda Oliguria dengan produksi urine < 30 ml/jam
d) Pola bekerja
Biasanya pasien tidak mampu bekerja seperti biasanya saat sakit
e) Nyeri atau ketidaknyamanan
Adanya nyeri dada yang tmbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada
anterio substernal, precordial, dapat menyebar ketangan, rahang,
wajah, tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher, ditandai dengan wajah meringis,
perubahan postur tubuh, meregang mengeliat, menarik diri,
kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,
pernafasan, warna kulit/ kelembaban, bahkan penurunan kesadaran.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : baik, cukup lemah
Tingkat kesadaran : terkadang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran
b) System pernafasan
Biasanya didapatkan pasien dyspnea dengan atau tanpa kerja, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, penggunaan bantuan pernafasan
oksigen.
c) System kardiovaskuler
Inspeksi : apakah adanya kulit pucat atau sianosis
Palpasi : biasanya ekstermitas terasa dingin, terjadinya penurunan
tekanan darah, nadi cepat dan lemah, disertai vena juguralis
d) System pencernaan
Inspeksi : abdomen dan kelainan struktur abdomen
Palpasi : apakah teraba masa di abdomen
Perkusi : apakah lambung tympani atau pekak
Auskultasi : apakah bising usus
e) System reproduksi
Apkah bentuknya normal, utuh, ada kelainan atau tidak, apakah
atresiani, hipospadia, apakah meconium sudah keluar
f) System integument perkemihan
Terdapatnya Oliguri (urin < 20 ml/jam
6. Pemeriksaan fisik psikososial ansietas
a) Respon Fisik
1) Kardiovaskuler : jantung berdebar-debar
2) Pernafasan : nafas cepat/pendek, tekanan pada dada, nafas
dangkal, terengah-engah
3) Neuromuscular : reflex menigkat, insomnia, tremor, gelisah,
wajah tegang, kelemahan umum.
4) Kulit : pucat, berkeringat
b) Respon perilaku
1) Motoric : gelisah ketegangan fisik, tremor, sering kagey, bicara
cepat, kurang koordinasi, cendrung menarik diri, menghindar dan
menahan diri
2) Kognitif : tidak mampu berkonsentrasi, pelupa, salah tafsir,
pikiran kacau
3) Afektif : tidak sabra, tegang nervous, takut berlebihan, terror,
gugup, sangat gelisah.
7. Data psikologis
Pasien sudah bias menerima keadaannya, pasien merasakan cemas
dengan kondisinya, pasien mengatakan merasa takut dengan kondisinya
saat ini, pasien lebih sering menarik diri dan menghindar dalam
kelurga/kelompok/ masyarakat. Pasien akan mengalami berkurangnya
toleransi terhadap stress, dan kecendrungan ke arah lokus eksternal dari
keyakinan control, pasien akan merasa harga dirinya rendah akibat
ketakutan yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian
tertentu.
8. Data spiritual
Diharapkan pasien meyakini bahwa sehat dan sakit dating dari-Nya
9. Data penunjang
a) Electrocardiography ( elektrokardiografi)
b) Radigrafi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada
mulanya atau menunjukan tanda-tanda gagal jantung kogestif akut
(acute congestive heart failure)
c) Laboratorium : pemeriksaan darah lengkap, kadar nitrogen (BUN),
gas darah arteri, studi koagulasi.
B. Diagnose keperawatan
1. Perfusi jantung tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan/atau vena
2. Penurunan curah jantung berhubugan dengan afterload
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman konseo diri
5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra
tubuh
C. Intervensi Keperawatan

No Doagnosa
SLKI SIKI
. Keperawatan
1. Perpusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
perifer tidak efektif keperawatan perfusi perifer Observasi :
berhubungan dengan tidak efektif diharapkan 1. Periksa sirkulasi perifer
penurunan aliran masalah teratasi dengan kriteria (mis.nadi perifer, edema,
arteri dan/atau vena hasil pengisisan kapiler,
1. Denyut nadi perifer warna, suhu,
meningkat anklebrachial index)
2. Warna kulit pucat menurun 2. Identifikasi faktor resiko
3. Edema perifer menurun gangguan sirkulasi
4. Nyeri ekstermitas menurun 3. Monitor panas,
5. Pengisian kapiler membaik kemerahan, nyeri atau
6. Akral membaik bengkak pada
7. Tugor kulit membaik ekstermitas
8. Tekanan darah sistolik Terapeutik
membaik 1. Hidari pemasangan infus
9. Tekanan darah diatolik atau pengambilan darah
membaik pada daerah keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas
keterbatasana perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
4. Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan olahraga yang
rutin
3. Anjurkan menggunakan
obat tekanan darah,
antikoagulan dan
penurunan kolestrol jika
perlu
4. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
5. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dinfirmasikan
2. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Penurunan jantung
jantung berhubungan keperawatan curah jantung Observasi
dengan perubahan meningkat diharapkan masalah 1. Identifikasi tanda/gejala
afterload teratasi dengan kriteria hasil primer penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung
meningkat 2. Identifikasi tanda/gejala
2. Takikardi menurun sekunder penurunan
3. Lelah menurun curah jantung
4. Dispenea menurun 3. Monitor tekanan darah
5. Oliguria menurun 4. Monitor intake dan
6. Pucat/sianosi menurun output
7. Tekanan darah membaik 5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor keluhan oksigen
7. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
2. Fasilitas pasien dan
kelurga untuk
memodifikasikan gaya
hidup sehat
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan tigkat nyeri Obsevasi :
pencedera fisiologis menurun diharapkan masalah 1. Identifikasi lokasi,
teratasi dengan kriteria : karakteristik, durasi,
1. Kemampuan menuntaskan frekuensi, kualitas,
aktivitas intensitas nyeri
2. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyrti
3. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor
4. Sikap protektif menurun pemberat dan
5. Gelisah menurun memperingan nyeri
6. Kesulitan tidur menurun Terapeutik
7. Frekuensi nadi membaik 1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Failitasi istirahat tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
4.  Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansitas
berhubungan dengan keperawatan ansietas Observasi
ancaman konsep diri diharapkan masalah teratasi 1. Identifikasi saat tingkat
dengan kriteria hasil ansietas (mis.kondisi,
1. Verbalisasi kebinggungan waktu, stressor)
menurun 2. Identifikasi kemampuan
2. Verbalisasi khawatir akibat mengambil keputusan
kondisi yang dihadapi 3. Monitor tanda-tanda
menurun ansietas
3. Perilaku gelisah menurun Terapeutik
4. Perilaku tegang menurun 1. Ciptakan suasana
5. Konsentrasi membaik terapeutik untuk
6. Pola tidur membaik menumbuhkan
kepercayaan temani
pasien untuk mengurangi
kecemasan jika
memungkinkan
2. Pahami situasi yang
membuat ansietas
3. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
rtemukan sensasi yang
mugkin dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien jika
perlu
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
latih tehnik relaksasi

5.  Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku


situasional keperawatan Harga diri rendah Observasi
berhubungan dengan meningkat diharapkan masalah 1. Identifikasi harapan
kegagalan yang teratasi dengan kriteria hasil untuk mengendalikan
berhubungan 1. Penilaian diri positif perilaku
meningkat Terapeutik
2. Perasaan memiliki 1. Diskusikan tanggung
kemampuan positif jawap terhadap perilaku
meningkat 2. Ciptakan dan
3. Gairah aktifitas positif pertahankan, lindungan
meningkat dan kegiatan perawatan
4. Perasaan tidak mampu konsisten setiap dinas
melakukan apapun menurun 3. Tingkatkan aktivitas
5. Kemampuan membuat fisik sesuai kemampuan
keputusan meningkat 4. Bicara dengan nada
rendah dan tenang
5. Cegah perilaku pasif dan
agresif
6. Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
7. Hindari sikap mengncam
dan berdebat
Edukasi
1. Informasikan keluarga
bahwa sebagai dasar
membentuk kognitif
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter spesialis kardivaskuler (PERKI), 2016. Panduan Praktik Klinis
(PPK) dan Clinical Patway (CP) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Stuart, G. w, 92014). Buku Saku Keperawatan Jiwa, (T. l. M. Rahayu, Ed) (5 th ed.).
Jakarta
Tim pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
Tim pokja SELKI DPP PPNI.2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Alexander, R.W. &Griendling, K.K. (2009) Pathogenesis of Hypertension:Vascular
Mechanism. In:Hollenberg, N.K., ed. Atlas of Hypertension. New
York:Springer.
Boswick John. A, 1997., 1997., Perawatan Gawat Darurat., EGC., Jakarta
Mubin, H. 2008,PanduanPraktisIlmuPenyakitDalam: Diagnosis danTerapi. Edisi
2.Jakarta. EGC.
Tambunan Karmell., et. All., 1990., Buku Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat.,
FKUI, Jakarta
Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2002. Updates in Neuroemergencies.BalaiPenerbit FK
UI, Jakarta
Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.

Anda mungkin juga menyukai