Anda di halaman 1dari 56

INFARK MIOKARD AKUT

Dosen pembimbing :

Hamdana S.kep,NS,M.kep

Disusun Oleh :

Aswar yanto ( A18 10 035 )

Nur azizah waris ( A18 10 043 )

Nurasni wulandari ( A18 10 046 )

Nurul khaerah ( A18 10 050 )

Tasya faradiba zaenal ( A18 10 61 )

Wiwi oktaviani C ( A18 10 064 )

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T.A 2020/2021
A. PATOFISIOLOGI

IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia.setelah terjadi IMA daerah

miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat

penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke voleume) dan peningkatan volume akhir

distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan

atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan antrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan

menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung).

Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark, tetapi juga

daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relative baik akan mengadakan

kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan

curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi

ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemik atau

bahkan sudah fibrotic. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih

normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan

miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan

akhir diastolic ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA

sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel

baik yang terkena infark maupun non infrak. Perubahan tersebut menyebabkan

remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya

aritmia.

Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang

fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-
daerah yang terjadi iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah yang tadinya iskemik

mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik,

karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami

hipertropi. Sebaliknya perburukan hemoddinamik akan terjadi bila iskemia

brkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti rupture septum

ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memburuk faal

hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit

atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan

masa refraktur, daya hantar rangsangan dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf

otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya

mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiritmia

meningkat, sedangkan peningkatan tonus siimpatis pada IMA inferior akan mempertinggi

kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark. (Price & Wilson, 2006)

B. PATHWAYS
Aterosklerosis Thrombosis

Konstraksi arterikoronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen menurun

Jaringan Miocard Iskemik


Nekrose lebih 30 menit

Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Metobolisme an aerob seluler hipoksia

Timbunan asam lakt nyeri Integritas membrane sel beruabh

Meningkat cemas

Fatique kontraklitas turun resiko

Penurunan

curah jantung

intoleransi aktifitas

COP turun seluler hipoksia

Gangguan perfusi jaringan gagal jantung

Resiko kelebihan

volume cairan

ekstravaskuler

(Price & Wilson,2006)


C. FARMAKOLOGI INFAK MIOKARD AKUT

1. Farmakologi AMI

a. Trombolitik Obat-obat antrom bolitik di tujukan untuk memperbiki kembali aliran

darah pembuluh darah coroner, sehingga dapat mencegah kerusakan miokard

lebih lanjut. Obat-obatan ini di gunakan untuk melarutkan bekuan darah yang

menyumbat arteri coroner.Waktu paling efektif pemberiannya adalah 1 jam

setelah timbul gejala perrtamadantidakbolehlebihdari 12 jam setelah serangan.

b. Sreptokinase Hanya di gunakan untuk infark miokard akut. Di gunakan sebanyak

1.500.000 IU/vial. 1 vial untuk 5 hari.

c. Ateplase Hanya di gunakan untuk infark miokard akut. Di gunakan dengan injeksi

50 mg/Vial

d. Beta Blocker Obat-obatan ini menurunkan beban kerja jantung. Bisa di gunakan

untuk mengurangi nyeri dada.

e. Atenolol tab.50 mg

f. ACE (Angiotensin Converting Enzyme) Inhibitor Obat-obatan ini menurunkan

tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung.

g. Antikoagulan Obat-obatan ini dapat mengencerkan darah dan mencegah

pembentukan bekuan darah pada arteri.

h. Aspirin

i. Bivalirudin

j. Valsartan tab-NI 80 mg 1. Dosis : 1x80 mg per hari di tingkatkan sampai 160 mg.

pasca Infark miokard awal 2x20 mg per hari dapat di tingkatkan menjadi 2x40,
80,160 mg perhari 2. Efek samping : pusing, lelah, sakit kepala, hypokalemia 3.

Kontra indikasi : sirosis hati, ibu hamil, dan menyusui, gagal hati berat

k. Losartan Dosis :awal 1x50 mg/hari dapat di tingkatkan menjadi 100 mg/hari

l. Fedipin Dosis : dewasa :5-10 mg 3 X per hari, interval pemberian 2 dosis paling

sedikit 2 jam ; di minum sebelum makan dengan sedikit cairan. d. Ficor Dosis :

umum : 3 X sehari 10 mg setelah makan; bilaperlu 3 x 20 mg; interval dosis 1 ke

dosis lainnya tidak boleh kurang dari 2 jam, atau dengan petunjuk dokter.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui e. Glyceryltrinitrate Dosis : larutkan

dengan 5 % NaCl atau 5% glukosa. Kadar maksimal 400 mc/ml. titrasiawal 5

mcg/menit, dapat di tingkatkan 20 mcg/menit Efeksamping : sakitkepala,

lukamerah, pusing, palpitasi hipotensi ortostatik, takikardia, fertigo, lemah

Kontaindikasi : hipotensi, peningkatan TIK, indiosintrasi, pericarditis konstritiva,

tamponadeperikardiak, anemia berat, hipoksemiaarteri. Interaksiobat : efek

hipotensi di tingkatkan oleh alcohol, pre broker, anti hipertansi, anti

depresantrisiklik, narkotik f. Sorbidin Dosis : sorbidin dinitrat 10 mg g.

m. Udopa Dosis : dewasa awal 2,5 mcg/kg bb/ menitscrinfus. Pasien sakit berat awal

5 mcg/ kg bb/ menit, di tingkatkan secara bertahap sebesar 5-10 mcg/ kg bb/

menit sampai dosis 20- 50 mcg/ kg bb/menit Kontra indikasi : feokromositoma,

takikaritmia Efek samping :akstrasistol ventrikel, suviasi atrium, takikardia

ventrikel, iskemiaperiver, angina, palpitasi, dispenia, hipotensi, gangguan

konduksi jantung, mual muntah, distensi abdomen.

n. Vasoner 1. Dosis : tunggal 5-10 mg, rata-rata 3 X sehari 4-10 mg sebelum makan

2. Efek samping : pusing, mual, edem, hipotensi, palpitasi 3. Konta indikasi :


wanita hamil, hiper sensitif i. Zendatzenith Dosis : 3 X sehari 5-10 mg Efek

samping :sensasi rasa panas, sakitkepala, mual, pening, rasa lesu Kontra indikasi :

hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, syok kardiogenik

o. Anti Hipertensi ( ACE inhibitor) a. Cardace Dosis :awal 1 X sehari 2,5 mg.

pemeliharaan 2,5-5 mg sehari. Maksimum 10 mg perhari. Dosismaksimal 10 mg

per hari Efek samping hipotensi di awal, mual, pusing, sakitkepala, mengantuk,

batuk Interaksiobat : suplemen kalium dan agen hematkalium. Diuretic dan anti

hipertensi lainnya, nitrat, anti depresan trisiklik, anastesi. Kontraindikasi : hiper

sensitivitas terhadap penghambat ACE b. Inhitril Dosis :hiper tansiesensial, dosis

awal 10 mg per hari. Dosis pemeliharaan 20 mg per hari. Hipertensi tenovaskuler

dosis awal 2,5-5 mg . c. Linoxal Dosis :sehari 1X hiper tensiesensial renovaskular

awal sehari 2,5 mg selama 2-4 minggu dapat di tingkatkan maksimal sehari 10-20

mg Kontra indikasi : hamil, edema, angio neurotic Efek samping : hipotermi,

reaksi hipotermi, pusing, sakitkepala, diare, batuk, mual, lemah. d. Metropil Dosis

: 3 x sehari 12,5 mg atau 2 X sehari 25 mg ascaimamual 6,25 mg naikan 3,75 mg

e. Redutens Dosis :hipertensi awal 1x2,5 mg per hari. Pemeliharaan : 2,5-20 mg

perhari Kontra indikasi : gangguan pembuluh darah ginjal, idio patik. f. Tenapril

Dosis : dosis awal tanpa di uretic 1x2,5 mg per hari. Pemeliharaan:2,5-20 mg

terbagi dalam 1 atau 2 dosis. Kontra indikasi : riwayat angiodema yang

berhubungan dengan ACE inhibitor Efek samping: hipotensi, sinkop, angina

pectoris, aritmia, nyeri dada g. Triatec Dosis :hipertensi awal 1x2,5mg per hari.

Pemeliharaan: 2,5-5 mg per hari Efek samping : jantung dan system syaraf ginjal
dan elektrolit keseimbangan, saluran pernafasan. Kontra indikasi :riwayat edema

angioneurotik, stenosis hemodinamik

p. Anti disritmia a. Mexited Dosis : awal 400-500 mg, seteah 2 jam di berikan dosis

pemeliharaan tiap 6-8 jam 200 mg Efek samping : mual, muntah, rasa tidak enak,

cegukkan, mengantuk, bingung, pusing b. Rytmilen Dosis :secara individu.

Dewasa; awal 300 mg per hari. Bb <50 kg dengan insufisiensi ginjal, hati, dan

jantung atau kardiomiopati awal, 200 mg perhari, pemeliharaan: 300-800 mg per

hari dibagi 3-4 dosis Efek samping : mulut kering, penglihatan kabur, retensi

kemih Kontra indikasi :blok AV drajat 2 dan 3, syok kardiogenik, payah jantung.

q. Untuk syok ( inotropic )

D. TERAPI DIET

Program mengatur berat badan yaitu kombinasi terapi dari diet dan aktivitas fisik

dan dukungan modifikasi perilaku sangat efektif dalam mendukung orang-orang obese

dalam menurunkan berat badan. Pendekatan yang hanya fokus pada aspek lifestyle sangat

lama dalam mendukung penurunan berat badan. Akhir-akhir ini banyak orang yang

berjuang mengontrol berat badan mereka dengan pola makan yang tidak menentu, dan

melewatkan makan utama padahal hal tersebut tidaklah benar karena justru orang yang

melewatkan satu waktu makan utama akan menybabkan dia akan overeat atau makan

berlebih diwaktu makan berikutnya. Program manajemen berat badan membantu orang

obese dalam mengatur pola makannya termasuk makan utama yang tidak dianjurkan

untuk dilewatkan. Orang yang memiliki waktu antara makan utama yang lama cenderung

menguras glikogen dalam tubuh dan penyimpanan glukosa darah yang mungkin akan

menyebabkan orang akan mencari makanan utamanya yang padat energi. Oleh karena itu
perlu beberapa diet yang efektif agar tetap bisa menurunkan berat badan tanpa harus

melewatkan makan.

a. Diet rendah kalori

Mengurangi asupan kalori lebih rendah dibandingkan energi expenditure pasti

akan mengurangi berat badan anda. Sebuah studi menunjukkan bahwa menurunkan

asupan kalori 600 kkal perhari sangat efektif dalam menurunkan berat badan. Anda

bisa mencoba mengurangi 600 kkal anda perhari, jika di konversi kedalam makanan

sumber karbohidrat yang biasa kita makan mungkin sekitar 250 gr nasi, 40 gr/1 lbr roti

ketika sarapan, dan mengurangi setengah sendok gula setiap kali minum teh atau kopi.

b. Diet rendah lemak

Diet rendah lemak mendukung anda dalam menurunkan berat badan dan resiko

penyakit kardiovaskuler. Lemak merupakan nutrient yang padat energi dibandingkan

makronutrien lainnya oleh karena itu mengurangi asupan lemak dalam diet yang

dilakukan secara sukses dapat menurunkan total kalori yang diperoleh. Pengganti makan

utama Pendekatan ini dapat dilakukan dalam upaya anda menurunkan berat badan,

dimana anda mengganti satu atau dua waktu makan anda dengan produk-produk

makanan yang tinggi serat dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral. Dengan begitu

asupan energi anda akan berkurang, sedangkan anda dapat tetap merasa kenyang dan

terutama tetap dapat menikmati santapan makanan yang lezat. Metode ini tidak

merekomendasikan anda untuk mengganti semua waktu makan utama anda dengan

makanan pengganti, tetap saja anda harus makan makanan sumber karbohidrat lemak dan

protein setidaknya 1 atau 2 porsi dalam sehari.

c. Diet sangat rendah kalori


Diet ini bisa jadi dianjurkan kepada anda yang memang sangat –sangat gemuk.

Pada diet ini anda dianjurkan untuk mengurangi kalori 450 kkal-800 kkal perhari dan

tidak boleh lebih. Selain itu anda diharuskan mengkonsumsi tinggi protein (70-100

gr/hari), 2 liter air, dan suplementasi vitamin dan mineral. Tujuannya adalah untuk

memelihara tubuh anda ketika anda tidak mendapatkan asupan kalori yang biasanya anda

makan, membuat otot lebih bertenaga. Dari sebuah penelitian bahwa metode diet ini

berhasil menurunkan 5-26 kg dalam 6 bulan.

d. Diet rendah karbohidrat

Diet rendah karbohidrat adalah intake karbohidrat antara 30% hingga 40% atau

sekitar 200 gr (AKG) setiap harinya selama fase penurunan berat badan berjalan. Namun

diet ini tidakharus anda lakukan terus menerus, melainkan secara berangsur dilakukan

peningkatan karbohidrat. Diet rendah karbohidrat ini tidak mengatur intake protein dan

lemak, dengan tujuan agar meskipun menjalankan diet rendah karbohidrat ini, anda tidak

akan merasa kelaparan, selain itu efek mengenyangkan dari protein membantu control

nafsu makan dan mendukung penurunan berat badan dalam 6 bulan.

e. Diet rendah indeks glikemik

Dalam teori pemilihan makanan dengan mempertimbangkan indeks glikemik

(IG), dampak diet glikmik dapat mencegah fluktuasi gula darah. Makanan yang berserat

memiliki indeks glikemik rendah (<55), semakin rendah IG suatu makanan maka akan

semakin lama makanan tersebut dicerna oleh pencernaan anda. IG yang rendah akan

membuat anda merasakan rasa kenyang yang panjang, oleh karena itu pilihlah makanan
yang memiliki IG rendah, mengganti sarapan dengan roti gandum putih, mengisi brunch

dengan salad buah dan sayur, serta mengonsumsi kurma sebagai dessert anda.

E. Penatalaksanaan

Menurut Brunner dan Suddart pada tahun 2005 tujuan penatalaksanaan medis

adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya

komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara, segera mengembalikan

keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan,

pemberian oksigen, dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk mempertahankan

jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen,

sementara tirah baring dilakukan untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Tiga kelas obat-

obatan yang bisa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen yaitu :

1. Fasodilator

Fasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitrogliserin (NTG)

intravena.

2. Antikoagulan

Antikoagulan heparin adalah antikoagualan pilihan untuk membantu

mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu pembekuan

darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan trombus dan

selanjutnya menurunkan aliran darah.

3. Tromboliti

Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk

di arteri koroner, memperkecil penyumbata dan juga luasnya infark. Agar efektif,

obat ini harus diberikan pada awal awitan nyeri dada. Tiga macam obat trombolitik
yang terbukti bermanfaat melarutkan trombus adalah: streptokinase, aktifator

plasminogen jaringan (t-PA = tisue plasminogen aktifator) dan anistreplase.

Pemberian oksigen. Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri oksigen yang dihirup

akan langsung meningkatkan saturasi darah. efektifitas terapeutik oksigen ditentukan

dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernafasan, dan pasien mampu

bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam dara secara bersamaan diukur

dengan pulsa oksimetri. Analgetik. Pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien

yang tidak efektif diobati dengan nitrat dan antikoagulan. Analgetik pilihan masih

tetap morfin sulfat yang diberikan secara intravena dengan dosis meningkat 1-2 mg.

F. Pencegahan

Bentuk pencegahan dapat berupa pencegahan pencegahan primer dan pencegahan

sekunder.

1. Pencegahan primer yakni pencegahan terjadinya ateroklerosis dengan modifikasi

gaya hidup, berhenti merokok, rutin berolahraga, menjaga berat badan, yang ideal,

mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes militus, dan mengontrol tekanan

darah.

2. Pencegahan sekunder yaitu mencegah pada pasien beresiko tinggi yang memiliki

riwayat penyakit jantung istemik ataupun infrak miokard sebelumnya adalah

membuat rencana untuk kondisi darurat yaitu dengan mempersiapkan nitrogliseria

serta menyiapkan akses layanan gawat darurat atau rumah sakit bila terjadi serangam

infrak

G. Pemeriksaan laboraterium

Beberapa pemeriksaan lab pada penyakit infak miokard akut


1. Elektrokardiografi ( Ekg)

Pemeriksaan jantung yang bertujuan untuk mendeteksi kelainan dengan mengukur

Aktifitas listrik yang dihasilkan oleh jantung, sebagaimana jantung berkontraksi.

Pemeriksaan jantung EKG dapat mendiagnosa berbagai kondisi penyakit jantung.

EKG di lakukan pada saat seseorang mengalami gejala penyakit jantung seperti,

nyeri dada, sulit bernafas, cepat lemah, jantung berdebar, dan gangguan irama

jantung. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi maalah kesehatan yang berkaitan dengan

jantung coroner

Hasil EKG yang abnormal biasanya akan memiliki pola detak jantung yang tidak

berime atau memiliki ritme yang tidak beratur. Jika hasil EKG abnormal pada kasus

ini, aktivitas tertentu akan dibatasi sesuai dengan penyakit yang diidap.

2. Pemeriksaan enzim jantung

Pemeriksaan anzim jantung adalah tes yang dilakukan untuk mengukur enzim yang

dihasilkan oleh jantung, pada kondisi normal jumlah enzimjantung dalam darah tidaklah

banyak namun pada orang yang mengalami penyakit jantung seperti troponin I (Tnl),

troponin T (TnT) dan creatin knise akan terdeteksi meningkat

3. Pemeriksaan angiografi pembuluh darah

Pemeriksaan angiografi pembuluh Adalah pemeriksaat pembuluh darah

menggunakan zat pewarna khusu dan bantuan radiologi. Hasil angiografi akan dikatakan

normal apabila darah dalam pebuluh dara lancer dan tidak ada penyumbatan

4. CK (Kreatinin Fosfokinase)

Pada IMA konsentrasi dalam serum meningkat 6-8 jam setelah onset infark, mencapai

puncak setelah 24 jam dan turun kembali dalam waktu 3-4 hari. Enzim ini juga banyak
terdapat pada paru, otot skelet, otak, uterus, sel, pencernaan dan kelenjar tiroid. Selain

pada infark miokard, tingkat abnormalitas tinggi terdapat pada penyakit otot, kerusakan

cerebrovaskular dan setelah latihan otot.

5. SGOT (Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase)

Terdapat terutama di jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjalDilepaskan oleh sel

otot  miokard yang rusak atau mati. Meningkat dalam 8-36 jam dan turun kembali

menjadi normal setelah 3-4 hari.

6. LDH (Lactat Dehidrogenase)

Enzim ini terdapat di jantung dan eritrosit dan tidak spesifik. Dapat meninggi bila

ada kerusakan jaringan tubuh. Pada IMA konsentrasi meningkat dalam waktu 24-48 jam,

mencapai puncaknya dalam 3-6 hari dan bisa tetap abnormal 1-3 minggu. Isoenzimnya

lebih spesifik.

Sebagai indikator nekrosis miokard dapat juga dipakai troponin T, suatu

kompleks protein yang terdapat pada filamen tipis otot jantung. Troponin T akan

terdeteksi dalam darah beberapa jam sampai dengan 14 hari setelah nekrosis miokard.

H. Asuhan Keperawatan IMA

FORMAT PENGKAJIAN

No. RM : 00.59.77.58

Tanggal : 11 juni 2019

Jam : Pukul 09.30

Ruangan : Tulip

I. DATA UMUM
1. Identitas Klien

Nama : Tn. E Umur : 52 thn

Tempat/Tanggal lahir : - Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Kawin Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA Suku : Padang

Pekerjaan : Wirausaha Alamat : Seputi Raman

Telp. : - Tanggal masuk : 09/06/2019

Golongan darah : - Sumber info : Istri

2. Penanggung jawab / pengantar

Nama : Ny. S Umur : 48thn

Pendidikan terakhir : - Pekerjaan : IRT

Hubungan dengan klien : Istri Alamat : Seputi Raman

Telp. :-

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : Nyeri Dada kiri

2. Alasan masuk RS : Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke
punggung dan kedua tangan, nyeri bertambah saat berktivitas dan berkurang saat
berbaring, nyeri seperti tertimpah benda berat dan nyeri hilang timbul, dengan skala nyeri
6 Nyeri mengakibatkan klien tidak dapat beraktivitas seperti biasanya, klien meminta
bantuan kepada istrinya untuk membantu kebutuhannya. Nyeri berdenyut dengan durasi
5-10 menit. Klien mengatakan sesak,pusing, lemas, mual, dan susah menelan, serta
gelisah.

3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative: Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke


punggung dan kedua tangan akan berkurang pada saat berbaring.

Quality : Klien mengatakan nyeri bertambah saat berktivitas dan


berkurang saat berbaring, nyeri seperti tertimpah benda berat dan nyeri hilang timbul,
Region : Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke
punggung dan kedua tangan

Severity : nyeri seperti tertimpah benda berat dan nyeri hilang timbul,
dengan skala nyeri 6. Dengn durasi nyeri 5-10 menit

Timing : nyeri terjadi pada saat klien melakukan aktifitas fisik.

4. Data Medik

A. Dikirim oleh : UGD Dokter Praktek

B. Diagnosa Medik

o Saat masuk : INFARK MIOKARD AKUT

INFARK MIOKARD AKUT


o Saat pengkajian :

III.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil / kanak-kanak : Klien mengatakan pernah menderita hipertensi,


sejak 5tahun yang lalu, dan pernah mengalami nyeri bagian dada sebelumnya, kurang
lebih 6 bulan yang lalu

Penyebab :-

Riwayat perawatan : Klien mengatakan pernah dirawat di RS Ahmad Yani Metro


sebelumdi rujuk ke RSUD Abdul Moeloek

Riwayat operasi : Klien mengatakan tidak pernah mengalami operasi

Riwayat pengobatan : -
2. Riwayat alergi : Klien mengatakn tidak memiliki alergi

3. Riwayat immunisasi :-

4. Lain-lain :-

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

(Genogram, dengan mencantumkan keterangan tentang kondisi kesehatan anggota keluarga


saat ini, nama penyakit yang diderita, penyebab meninggal dan usia. Genogram sekurang-
kurangnya mencakup kakek, nenek, orangtua, bibi, paman dan saudara kandung klien, anak
dan cucu jika ada. Singkatan harus diberikan keterangan)

Simbol genogram :

: Laki-laki : Cerai : diadopsi: kembar non

identik

: Perempuan : Berpisah

X : Meninggal dunia tidak kawin, : kembar identik : abortus

: Klien ------ : hidup bersama

: lahir mati

Genogram klien :
Kesimpulan :

Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti jantung
koroner, tekanan darah tinggi ataupun diabetes militus, klien merupakan anak kempat dari 5
bersaudara memiliki 1 orang istri dan 4 orang anak, 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : Klien mengatakan dapat menerima kondisinya saat ini

2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan
beraktifitas seperti biasanya

3. Faktor stressor : klien mengatakan bahwa ia takut jikalau penyakitnya bertambah


parah.

4. Konsep diri : pasien mengatakan ia masih mengetahui identitas


dirinya. Pasien memiliki tubuh tinggi, berbadan besar, berlambut hitam, dan memiliki
gigi yang lengkap.

5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : klien sangat paham dengan penyakitnya

6. Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan penyakitnya


7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan selalu
mendapatkan dukungan dari keluarga,dan lingkungan maupun fasilitas terhadap penyakit
yang dialaminya

8. Hubungan dengan masyarakat : Klien mengatakan selalu mendapatkan dukungan


dari keluarga,dan lingkungan maupun fasilitas terhadap penyakit yang dialaminya.

9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : klien bersikap komprehensip dan
menjawab semua pertanyaan dengan baik.

10. Aktifitas sosial : klien mengatakan aktifitasnya terhambat karena


penyakit ini. Sehingga dirinya sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah dari keempat
anaknya tidak terpenuhi dengan baik.

11. Bahasa yang sering digunakan : bahasa indonesia yang baik dan benar

12. Keadaan lingkungan : Pasien mengatakan kebersihan rumahnya terjaga.


Pasien mengatakan rumahnya bebas dari polusi maupun bahaya. Pasien mengatakan
bekerja sebagai penjahit, Pasien mengatakan di tempat kerjanya banyak sisa-siasa bahan
pakaian berserakan

13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Pasien lancar dalam menjalankan ibadah 5
waktunya. Setelah sakit klien hanya dapat mengerjakan ibadah hanya diatas tempat
tidurrnya.

14. Keyakinan tentang kesehatan : klien khawatir jika kesehatan semakin menurun,

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan

Sebelum MRS : Klien mengatakan makan 3 sampai 4 kali setiap hari, nafsu makan
baik,jenis makanan nasi sayur, lauk pauk. klien lebih sering
memakan lauk ikan dan daging, klien juga mengatakan tidak
memiliki alergi ataupun pantangan makanan, BB 96 Kg. klien
mengatakan tidak memiliki pantangan apa pun saat makan, akan
tetapi klien mengatakan pernah berkonsultasi dengan tenaga medis
lalu klien di intruksikan untuk mengurangi makanan dengan kadar
lemak jenuh tinggi, dan memperbanyak sayuran, namun klien tidak
melaksanakannya.

Setelah MRS : klien mengatakan hanya mengkonsumsi makanan dari RS yaitu


bubur, buah dan susu,BB 95 Kg klien tidak terpasang NGT

IMT = BB / TB (m²)

IMT = 175(m²) / 95 kg

IMT = 95 / 1,75 pangkat 2

IMT = 95 / 3,06

IMT = 31,04

Dengan kata lain klien 1 mengalami obesitas

2. Minum

Sebelum MRS: klien mengatakan minum air 6-7 gelas/hari, dengan jumlah 1600.

Setelah MRS : pasien mengatakan hanya minum 6 gelas/ hari dengan jumlah 1440cc
ditambah dengan jumlah 240cc infuse RL 10tpm

Balance cairan :

Intake – output = Intake (infuse+minum) - urine+IWL =

Intake = 1440cc+240cc

= 1680cc

Output = urine+IWL

IWL = 10ml/kg BB

=10 x 95kg

=950 ml/ 24 jam


Urine + IWL = 400+950

=1350 ml

Balance cairan = intake + output

=1680-1350

= 330ml

3. Tidur

Sebelum MRS : Klien mengatakan saat dirumah tidur 6-8 jam sehari dengan
pembagian malam 6 jam serta tidur pada siang hari 1 jam.

Setelah MRS : saat dirumah sakit 4-5 jam sering terbangun ketika tidur. Dengan
pembagian tidur malam 4 jam dan siang 1 jam.

4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS :Sebelum sakit klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari dengan
tekstur yang lembek

Setelah MRS : klien mengatakan setelah dirawat dirumah sakit baru BAB 1x
dengan tekstur sedikit keras.

5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS : Klien mengatakan saat dirumah dapat buang air kecil 4-6 x/hari
dengan jumlah 800- 1200 ml dan warna kuning muda serta bau yang khas.

Setelah MRS : Saat sakit klien tidak memiliki masalah klien juga tetap dapat
buang air kecil 4 x/hari dengan jumlah 400 ml warna kekuningan dan berbau khas

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS: Klien mengatakan setiap hari bekerja sebagai penjahit konveksi. Saat
libur waktunya digunakan untuk pergi memancing. Jika melakukan aktivitas berlebih
klien merasa sesak dan lelah. Olahraga yang sering klien lakukan adalah lari-lari kecil
yang dilakukan pagi hari.
Setelah MRS : waktu klien hanya digunakan untuk beristirahat ditempat tidur
segala sesuatu dilakukan diatas tempat tidur dan dibantu oleh keluarga.

7. Personal hygiene

Sebelum MRS : Klien mengatakan saat dirumah mandi 3x sehari dilakukan


sendiri dari cuci rambut sampai oral hygiene

Setelah MRS : saat dirumah sakit klien hanya dilap lap saja pada saat pagi hari tidak
menggosok gigi dan tidak mencuci rambut

VII.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

BB : 95 kg

TB : 175 Cm

Vital sign

 Tekanan darah : 130/90 mmHg

 Nadi : 115x/Menit

 Nafas : 22x/Menit

 Suhu : 36,5 C

Tingkat kesadaran : Composmentis (E ; 4 , M : 6 , V : 5)

2. Head to toe

o Sistem integumen : Keadaan rambut klien baik, kekuataan baik, berwarna


hitam kebersihan cukup terjaga, kulit klien berwarna coklat, tidak ada tanda-tanda
radang pada kulit klien.

o Sistem Pendengaran : Bentuk telinga klien simetris, adanya serumen berwarna


kuning, tidak ada lesi, serta tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada
masalah dalam pendengaran klien.
o Sistem Wicara : Klien tidak mengalami kesulitan ataupun gangguan dalam
bicara

o Sistem pernapasan : Jalan nafas klien paten, klien terlihat sedikit sesak, klien
terlihat sesak saat dan setelah melakukan aktivitas, RR 22x/m irama teratur, Inspeksi :
pergerakan dinding dada simetris terdapat ictus cordis Aukultasi: tidak ada suara
tambahan, irama pernafasan teratur dan dalam Perkusi: terdengar suara sonor dilapang
paru Palpasi: tidak teraba adanya benjolan , klien tidak batuk klien terpasang alat
bantu pernafasan oksigen 3L/m

o Sistem kardiovaskuler : Nadi teraba 115 x/m irama teratur, tidak terdapat distensi
vena jugularis, warna pucat, CRT 3 detik, akral teraba hangat. Kulit muka klien
terlihat pucat, konjungtiva ananemis, bibir klien tidak sianosis, tidak terdapat distensi
vena jugularis, keadaan kuku klien pucat, dada simetris,

1) Inspeksi : pola nafas tidak teratur, tidak deformitas bentuk tulang dada

2) Auskultasi : dan saat dilakukan auskultasi jantung pada area ICS 2 kanan, ICS 2
kiri terdengar suara desiran jantung yang memanjang (mur-mur).

3) Perkusi : saat dilakukan perkusi pada ruang sejajar intercostals ke 5 kiri pada
midclavikula terdengar suara pekak

4) Palpasi : saat dilakukan palpasi jantung pada area apeks jantung ICS kiri teraba
denyutan iktus cordis 2cm, Kecepatan denyut apical 115x/m irama sinus takikardi
rhytem, klien mengeluh lemah, lelah, dada berdebar debar, klien mengalami
kardiomegali CTR 58%

o Sistem Neurologi : GCS : E : 4, M : 6, V : 5 (composmentis),

tidak terdapat tanda tanda peningkatan tekanan intracranial, tidak mengalami


gangguan saraf neurologis, reflek patologis dan fisiologis ada, tidak terdapat tanda-
tanda infeksi meningen, pergerakkan ekstremitas baik. kekuatan otot 5555 .

o Sistem Pencernaan : Keadaan mulut klien sedikit bersih, tidak ada lesi dan
stomatitis, klien mengalami kesulitan dalam menelan, tidak ada keluhan nyeri pada
perut, bising usus 10x/m, tidak ada keluhan nyeri abdomen saat dipalpasi, tidak
terdapat distensi abdomen, klien tidak terpasang kolostomy.

o Sistem Imunologi : Tidak terdapat tanda-tanda pembesaran kelenjar getah


bening

o Sistem Endokrin : Nafas klien tidak berbau keton, tidak terdapat gangrene,
tidak tremor, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat tandatanda
peningkatan gula darah

o Sistem Urogenital : Klien tidak mengalami distensi kandung kemih, tidak ada
nyeri tekan ataupun perkusi, klien tidak terpasang kateter, frekuensi BAK 3-4x / hari,
jumlah output urine 300cc, keadaan genital baik dan tidak ada kelainan

o Sistem Muskuloskletal : Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, namun


klien mengalami nyeri dan sesak nafas saat beraktifitas, tidak ada keluhan sakit
ataupun nyeri pada tulang maupun sendi, tonus otot klien kuat, tidak ada kelainan pada
tulang dan otot

o Sistem Penglihatan : Posisi mata klien simetris antara kiri dan kanan,
pergerakkan bola mata: bisa bergerak ke segala arah, konjungtiva ananemis, sclera
anikterik, reaksi pupil mengecil saat didekatkan cahaya dan membesar saat dijauhkan
cahaya,reaksi pada cahaya +/+ tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak ada
masalah dalam penglihatan klien.

TABEL HASIL PENGKAJIAN DIAGNOSTIC

PEMERIKSAAN PASIEN NILAI RUJUK

LAB :

Pemeriksaan darah

Hemoglobin 13,5 g/dl 13,00-12,90 g/dL


Leukosit 14.900/ul 4.500-11.000 /µL

Eritrosit 5,1 juta/ul 4,7-6,1 juta/µL

Hematokrit 40 42-52 %

Trombosit 224.000/ul 150.000-450.000 /µL

MCV 77 fl 79-99 fL

MCH 26 pg 27-31 pg

MCHC 34 g/dl 30-35 g/dL

Hitung jenis

Basofil 0 0-1 %

Esinofil 0 2-4 %

Batang 0 3-5 %

Segmen 71 50-70 %

Limfosit 23 25-40 %

Monosit 6 2-8 %

Kimia :

Gula darah sewaktu 138 mg/dl < 140 mg/dL

Ureum 28 mg/dl 13-43 mg/dL

Creatinine 1,03 mg/dl 0,72-1,18 mg/dL

CK-Nac 2. 233 U/L < 25 u/l

CK-MB 2. 538 U/L 135-145 mmol/l


Pemeriksaan Lain : STEMI

EKG Pada LED

V2, V3, V4

Foto thorax kardiomegali

CTR :58 %

DATA FOKUS :

DATA FOKUS PASIEN

DATA SUBJEKTIF 1. Pasien mengatakan nyeri di dada bagian kiri

2. Nyeri menjalar hingga ke punggung dan kedua tangan

3. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertekan


benda berat dan tampak merintih

4. Pasien mengatakan badannya lemas dan mudah lelah aktivitas


dibantu keluarga dan perawat

5. Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas sendiri

6. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

7. Durasi bisa dirasakan 10-25 menit

8. pasien mengeluh tidak nyaman

9. pasien mengeluh mual muntah

10. pasien menujukkan gejala distrss

1. Pasien terlihat sering memegangi dadanya Pasien tampak


DATA OBJEKTIF lemas dan gelisah
2. Saat berjalan harus pelanpelan

3. Pasien tidak dapat beraktifitas mandiri

4. Aktivitas Pasien dibantu oleh keluarga

5. Skala nyeri 6

6. Hasil EKG menunjukan ST elevasi

7. CK Nac : 2.233 U/L

8. CKMB : 2.538 U/L

9. tampak sianosis

ANALISA DATA :

Tanda dan gejala Penyebab Masalah

Data subjektif :

1. Pasien mengatakan nyeri di AGEN PENCEDERA NYERI AKUT


dada bagian kiri FISIOLOGIS

2. Nyeri menjalar hingga ke


punggung dan kedua tangan

3. Pasien mengatakan nyeri


yang dirasakan seperti tertekan
benda berat

4. Pasien mengatakan nyeri


hilang timbul dengan durasi 10-
25 menit
Data Objektif

1. Pasien terlihat sering


memegangi dadanya

2. Wajah pasien terlihat


meringis

3. Skala nyeri 6

4. Ck-Nac : 2.233 U/L

5. Ck-Mb : 2.538 U/L

Data Subjektif :

1. pasien mengeluh tidak GEJALA PENYAKIT GANGGUAN RASA


nyaman NYAMAN

2. Pasien mengeluh mual


muntah

3. Pasien mengeluh mudah


lelah

Data Objektif :

1. Pasien tampak gelisah

2. Pasien tampak merintih


kesakitan

3. Pasien menunjukkan gejala


distrss

Data subjektif :

1. Pasien mengeluh lelah KETIDAKSEIMBANGAN INTOLERANSI


SUPLAI DAN
2. Pasien merasa tidak KEBUTUHAN OKSIGEN AKTIFITAS
nyaman stelah beraktifitas

3. Pasien mengeluh lemah

Data Objektif :

1. Gambaran EKG
menunjukkan Iskemia

2. Sianosis

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi

Nyeri Akut berhubungan dengan 11 Juni 2019 -


agen pencedera fisiologis.

Definisi :

Pengalaman sensorik atau emosional


yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan
berintensitasi ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan,

Data subjektif :

1. Pasien mengatakan nyeri di dada


bagian kiri

2. Nyeri menjalar hingga ke punggung


dan kedua tangan

3. Pasien mengatakan nyeri yang


dirasakan seperti tertekan benda berat

4. Pasien mengatakan nyeri hilang


timbul dengan durasi 10-25 menit

Data Objektif

1. Pasien terlihat sering memegangi


dadanya

2. Wajah pasien terlihat meringis

3. Skala nyeri 6

4. Ck-Nac : 2.233 U/L

5. Ck-Mb : 2.538 U/L

Gangguan rasa nyaman 12 Juni 2019 -


berhubungan dengan gejala
penyakit.

Definisi :

Perasaan kurang senang, lega dan


sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan social

Data Subjektif :

1. pasien mengeluh tidak nyaman

2. Pasien mengeluh mual muntah

3. Pasien mengeluh mudah lelah


Data Objektif :

1. Pasien tampak gelisah

2. Pasien tampak merintih kesakitan

3. Pasien menunjukkan gejala distrss

Intoleransi Aktivitas berhubungan 13 Juni 2019 -


dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen

Definisi :

Ketidakcukupan energi untuk


melakukan aktifitas sehari-hari

Data subjektif :

1. Pasien mengeluh lelah

2. Pasien merasa tidak nyaman stelah


beraktifitas

3. Pasien mengeluh lemah

Data Objektif :

1. Gambaran EKG menunjukkan


Iskemia

2. Sianosis

Intervensi Keperawatan
Rancangan tindakan keperawatan

No Diagosis keperawatan Intervensi Tujuan dan kriteria


hasil
1 Nyeri Akut berhubungan Pemberian analgesik Setelah dilakukan
dengan agen pencedera tindakan keperawatan
Definisi :
fisiologis. selama .......
Menyiapkan dan (waktunya,contoh 1x 24
Definisi :
memberikan agen jam atau 8 jam)
Pengalaman sensorik atau farmakologis untuk meningkat dengan
emosional yang berkaitan mengurangi atau kriteria hasil.
dengan kerusakan jaringan menghilangkan rasa
Keluhan nyeri menurun
aktual atau fungsional, dengan sakit.
(5)
onset mendadak atau lambat dan
Tindakan :
berintensitasi ringan hingga Meringis menurun (5)
berat yang berlangsung kurang Observasi
Sikap protektif menurun
dari 3 bulan,
 Identifikasi (5)
Data subjektif : karakteristik nyeri
Perasaan depresi
(mis, pencetus,
1. Pasien mengatakan nyeri di menurun (5)
perdeka kualitas,
dada bagian kiri
lokasi, intensitas, Muntah menurun (5)
2. Nyeri menjalar hingga ke frekuensi, durasi)
Mual menurun (5)
punggung dan kedua tangan  Identifikasi riwayat
alergi obat Tekanan darah membaik
3. Pasien mengatakan nyeri yang
 Identifikasi (5)
dirasakan seperti tertekan benda
kesesuaian jenis
berat
analgesik (mis,
4. Pasien mengatakan nyeri narkotika, non
hilang timbul dengan durasi 10- narkotik atau
25 menit NSAID) dengan
tingkat keparahan

Data Objektif nyeri dan selanjutnya


monitor tanda-tanda
1. Pasien terlihat sering
fital sebelum dan
memegangi dadanya
2. Wajah pasien terlihat meringis sesudah pemberian
analgesik
3. Skala nyeri 6
 Monitor aktifitas
4. Ck-Nac : 2.233 U/L analgesic

5. Ck-Mb : 2.538 U/L Terapiutik

 Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgetik
optimal jika perlu
 Pertimbangan
penggunaan infus
kontinu atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk meoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan

Edukasi

 Jelaskan efek terapi


dan efek samping
obat kalaborasi
 Kalaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, sesuai
indikasi.

2 Gangguan rasa nyaman Manajemen nyeri Setelah dilakukan


berhubungan dengan gejala Definisi : tindakan keperawatan
penyakit. Mengidentifikasi dan selama .......
mengelolah pengalaman (waktunya,contoh 1x 24
Definisi :
sensorik atau emosional jam atau 8 jam)
Perasaan kurang senang, lega yang berkaitan dengan meningkat dengan
dan sempurna dalam dimensi kerusakan jaringan atau kriteria hasil :
fisik, psikospiritual, lingkungan fungsional dengan onset
1. Keluhan tidak
dan social mendadak atau lambat
nyaman (1)
dan berintensitas ringan
Data Subjektif : 2. Gelisah (1)
hingga berat dan konstan.
3. Keluhan sulit tidur
4. pasien mengeluh tidak Tindakan :
(1)
nyaman Observasi :
4. Gatal (1)
 Indektifikasi lokasi,
5. Pasien mengeluh mual 5. Mual (1)
karakteristik, durasi,
muntah 6. Lelah (1)
frekuensi, kualitas
7. Iritabilitas (1)
6. Pasien mengeluh mudah dan intensitas nyeri.
8. Pola eliminasi (5)
lelah  Identifikasi skala
9. Pola tidur (5)
nyeri
Data Objektif :
 Identifikasi respon
1. Pasien tampak gelisah nyeri non verbal

2. Pasien tampak merintih Terapiutik


kesakitan
 Berikan teknik
3. Pasien menunjukkan gejala
nonfarmakologis
distrss
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istrahat
tidur.

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
priode dan pemicu
nyeri
 Anjurkan menitor
nyeri secara mandiri

Kolaborasi

 Pemberian analgesik,
jika perlu,

Pengaturan posisi

Definisi :

Menempatkan bagian
tubuh untuk
meningkatkan kesehatan
fisiologis dan psikologis.

Tindakan :

Observasi

1. Monitor status
oksigenasi sebelum
dan sesudah
mengubah posisi
2. Monitor alat traksi
agar selalu tepat.

Terapiutik

1. Tempatkan pda posisi


terapiutik
2. Tinggukan bagian
tempat tidur kepala
3. Berikan bantal yang
tepat pada leher.

Edukasi

1. Informasikan saat
melakukan
perubahan posisi
2. Ajarkan
menggunakan postur
yang sesuai.

Kolaborasi :

 Pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika
perlu

Terapi Relaksasi
Definisi :

Menggunakan teknik
peregangan untuk
mengurangi tanda dan
gejala ketidaknyamanan
seperti nyeri, ketegangan
otot, atau kecemasan.

Tindakan :

Observasi

 Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
digunakan secara
efektif
 Monitor respon terapi
relaksasi

Terapiutik

 Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
nyaman
 Berikan informasi
tertulis
 Gunakan pakaian
longgar
 Gunakan nada suara
yang lembut

Edukasi

 Jelaskan tujuan,
manfaat dari terapi
ini
 Jelaskan intervensi
relaksasi
 Anjurkan klien
mengulangi setiap
saat terapinya

3 Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi Setelah dilakukan


berhubungan dengan tindakan keperawatan
Definisi :
ketidakseimbangan antara selama .......
suplai dan kebutuhan oksigen Mengidentifikasi dan (waktunya,contoh 1x 24
mengolah penggunaan jam atau 8 jam)
Definisi :
energi untuk mengatasi meningkat dengan
Ketidakcukupan energi untuk atau mencegah kelelahan kriteria hasil :
melakukan aktifitas sehari-hari dan mengobtimalkan
Perasaan lemah
proses pemulihan
Data subjektif : menurun (5)
Tindakan :
1. Pasien mengeluh lelah Sianosis menurun (5)
Observasi :
2. Pasien merasa tidak EKG Iskemia
nyaman stelah beraktifitas  Identifikasi gangguan membaik (5)
fungsi tubuh yang
3. Pasien mengeluh lemah
mengakibatkan
Data Objektif : kelelahan

1. Gambaran EKG  Monitor kelelahan


menunjukkan Iskemia fisik dan emosional

2. Sianosis  Monitor pola dan jam


tidur

 Monitor lokasi dan


ketidaknyamanan
selama melakukan
aktifitas

Terapiutik:
 Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus

 Lakukan latihan
rentan gerak pasif
atau aktf ]

 Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan

 Fasilitasi duduk disisi


tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalam

Edukasi :

 Ajurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap

 Anjurkan
menghubungi
peratwat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang

 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan \

Kolaborasi

 Kolaborasi ahli gizi


tentang cara
meningkatkan supan
makanan

I. EBNP

I. ANALISA PI(C)OT
Jurnal 1 : Kecepatan Penurunan Nyeri Klien Infark Miokard Akut Dengan Pemberian
Oksigenasi
1. Population/ patien
Populasi pada penelitian ini adalah pasien penyakit infark miokard akut yang telah di
diagnosis oleh dokter yang mengalami nyeri dada
2. Intervensi
 Nyeri akut pada IMA akan menggunakan teknik pemberian oksigenasi untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman
 Terapi pemberian oksigen adalah merupakan salah satu dari terapi pernafasan
dalam mempertahankan oksigenasi pada jaringan yang adekuat, secara klinis
pemberian oksigenasi bertujuan untuk :
a. untuk mengatasi nyeri dada akibat dari suatu keadaan hipoksemia
b. untuk menurunkan daya kerja nafas
c. menurunkan daya kerja miokard jantung

Adapun syarat-syarat dari pemberian oksigenasi adalah meliputi :

a. Konsentrasi oksigen udara inspirasi dapat


terkontrol
b. Tidak terjadi penumpukan oksigen
c. mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah
d. efisien dan ekonomis
e. nyaman untuk klien
menurut (Ikhsanudin, 2004)
3. Comparison intervension (-)
4. Out come
 Keuntungan intervensi : Keunutungan dari terapi oksigen dengan menggunakan
kanula nasal memudahkan klien untuk tetap beraktiftas seperti makan-minum dan
berbicara namun asupan oksigen kurang dari 45%, sedangkan pemberian
oksigen dengan masker asupan oksigen yang masuk lebih besar (> 45%) namun
membuat tidak bebas bergerak maupun beraktifitas bagi klien (Razi, 2008)
 Manfaat intervensi : diharapkan bahwa dengan teknik pemberian oksigenasi
mampu mengurangi atau menghilangkan nyeri pada klien IMA
 Efek intervensi : Pemberian oksigen sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien
yang memerlukan oksigen tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan
normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan
pernafasan 16 – 20 kali permenit, sedangkan pada terapi oksigen masker atau
terapi oksigen aliran tinggi adalah suatu tehnik pemberian oksigen dimana FiO2
lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini
dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebihtepat dan teratur.
Artinya gas yang dialirkan dari tabung menuju ke masker yang kemudian akan
dihimpit untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan negatif,
akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 –
55% (Ikhsanuddin, 2004)
5. Time
Lama penggunaan intervensi pemberian oksigenasi yaitu Aliran udara pada alat ini
sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55% dengan keriteria hasil pada tingkat
nyeri pasien berkurang/hilang

Jurnal 2 : Hubungan Pemberian Terapi Oksigenasi Dengan Nyeri Dada Dan Saturasi
Oksigen Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Igd Rsud Sidoarjo
1. Population/ patien
Populasi pada penelitian ini adalah klien yang mengalami nyeri dada pada klien IMA
Di Igd Rsud Sidoarjo
2. Intervensi
 Salah satu tindakan untuk mencegah perluasan Infark Miokard Akut
dan nyeri dada adalah terapi oksigenasi. Terapi oksigen bertujuan untuk
mempertahankan oksigenasi jaringan tetap adekuat dan dapat menurunkan kinerja
miokard akibat kekurangan suplai oksigen (Reny, 2016)
 Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Pada neonatus
dengan gangguan sistem pernafasan akan mengalami perubahan pada
oksigenasinya (Andarmoyo, 2012)
3. Comparison intervension (-)
4. Out come
 Keuntungan intervensi : dengan terapi oksigenasi menggunakan masker/ sungkup
membuat konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula.
 Manfaat intervensi : diharapkan bahwa dengan teknik pemeberian oksigenasi
dapat menurunan nyeri pada klien IMA
 Efek : Salah satu mencegah perluasan infark dengan oksigenasi. Terapi oksigen
yang bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan tetap adekuat dan
dapat menurunkan kinerja miokard akibat kekurangan suplai oksigen
(Andarmoyo, 2012).
Budi Widiyanto (2014) menyatakan bahwa pada pasien infark miokard
akut di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah, didapatkan hasil bahwa
adanya pengaruh pemberian oksigenasi terhadap peningkatan saturasi oksigen
pasien IMA. Sebagian besar pasien IMA mengalami peningkatan saturasi atau
saturasi dalam batas 95 – 100% terjadi setelah diberikan terapi oksigenasi
5. Time
pasien mendapatkan terapi oksigen 6 – 8 Lpm dan hampir setengahnya (45%) >8
Lpm.
Jurnal 3 : Penderita Jantung Koroner (Pjk) Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
1. Population/ patien
Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami saturasi oksigen dengan
dx ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan nyeri. Menurut Wilkinson
(2013), diagnosa Ketidakefektian Pola Napas berhubungan dengan Nyeri merupakan
inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
2. Intervensi
 Pemberian terapi oksigen pada PJK dapat memperbaik pola nafas yang dapat
menimbulkan nyeri dada
 Menurut Retnosari (2016), Salah satu tindakan untuk mencegah sesak pada pasien
PJK adalah terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan
tetap adekuat dan dapat menurunkan kerja miokard akibat kerusakan suplai
oksigen
3. Comparison intervension (-)
4. Out come
 Keuntungan intervensi : dengan pemberian terapi oksigen dapat memantu untuk
mempertaankan oksigen jaringan tetap adekuat meskipun membutuhkan biaya
dalam perawatan RS
 Manfaat intervensi : terapi oksigen dapat membantu menurunkan sesak pada klien
PJK yang dapat menimbulkan nyeri
 Efek : Widiyanto & Yamin (2014) bahwa pemberian terapi oksigenasi terhadap
perubahan saturasi oksigen melalui pemeriksaan oksimetri mampu mempengaruhi
peningkatan suplai oksigen pada pasien dengan gangguan jantung
5. Time
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dapat diatasi dengan
pemberian terapi oksigen nasal kanul 3 liter/menit

II. LATAR BELAKANG


Infark miokard akut merupakan kematian sel – sel otot jantung karena
iskemia yang berlangsung lama akibat adanya oklusi di arteri koroner, akibat
adanya kematian sel – sel miokard dikarenakan suplai oksigen ke miokard, maka
kompensasi dari miokard adalah dengan melakukan metabolisme anaerob agar
jantung tetap tersuplai oksigen ke seluruh tubuh. Hasil dari metabolisme anaerob inilah
yang menyebabkan peningkatan asam laktat dimana dapat meningkatkan nyeri dada yang
dirasakan pasien infark miokard akut (Thygesen, 2012).
Keluhan nyeri dada tersebut dapat terjadi oleh karena kurangnya suplai oksigen
pada otot jantung atau iskemia miokardium (Hyhiena, 2008). Adapun tanda dan gejala
khas selama nyeri dada adalah perasaan seperti diremasremas, ditekan berat, atau nyeri di
daerah dada, terutama di belakang tulang dada. Nyeri yang timbul seringkali menjalar ke
leher, dagu, lengan, punggung, bahkan ke gigi. Klien biasanya juga mengeluh kembung,
nyeri ulu hati, lemah, berkeringat, mual, kram, dan napas pendek yang disebabkan oleh
kurangnya pasokan oksigen akibat penyempitan pembuluh darah jantung karena
penumpukan lemak atau arteriosclerosis (Faqih, 2006). beberapa keluhan lain yang
sering terjadi adalah adanya keluhan nyeri dada baik sebelah kanan maupun kiri yang
menjalar ke leher, bahu hingga ke lengan akibat dari iskemia miokard jantung (Ahmad,
2008).
Terapi pemberian oksigen adalah merupakan salah satu dari terapi pernafasan
dalam mempertahankan oksigenasi pada jaringan yang adekuat, secara klinis pemberian
oksigenasi bertujuan untuk 1) untuk mengatasi nyeri dada akibat dari suatu keadaan
hipoksemia; 2) untuk menurunkan daya kerja nafas dan 3) menurunkan daya kerja
miokard jantung. Adapun syarat-syarat dari pemberian oksigenasi adalah meliputi : 1)
Konsentrasi oksigen udara inspirasi dapat terkontrol, 2) Tidak terjadi penumpukan
oksigen, 3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, 4) efisien dan ekonomis dan (5)
nyaman untuk klien (Ikhsanudin, 2004). Pemberian terapi oksigen pada klien infark
miokard akut yang mengalami keluhan nyeri dada dapat dengan cara kanula nasal atau
dengan menggunakan masker, tergantung dari berat ringannya nyeri dada. Keunutungan
dari terapi oksigen dengan menggunakan kanula nasal memudahkan klien untuk tetap
beraktiftas seperti makan-minum dan berbicara namun asupan oksigen kurang dari 45%,
sedangkan pemberian oksigen dengan masker asupan oksigen yang masuk lebih besar (>
45%) namun membuat tidak bebas bergerak maupun beraktifitas bagi klien (Razi, 2008).
Adapun secara teknisnya pemberian terapi oksigen nasal atau oksigen aliran rendah akan
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal klien. Pemberian oksigen sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien
yang memerlukan oksigen tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal,
misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali
permenit, sedangkan pada terapi oksigen masker atau terapi oksigen aliran tinggi adalah
suatu tehnik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang
lebihtepat dan teratur. Artinya gas yang dialirkan dari tabung menuju ke
masker yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta
tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%
(Ikhsanuddin, 2004)
Penyakit infark miokard akut atau yang selanjutnya disebut IMA adalah penyakit
gawat darurat jantung apabila tidak ditangani dengan baik. IMA merupakan penyebab
kematian yang tidak dapat diketahui jumlah insidennya. American Heart Association
(AHA) atau Asosiasi Ahli Jantung Amerika memperkirakan 900.000 orang yang
terserang
IMA dari mereka berjumlah 245.500 orang meninggal (Hudak & Gallo, 2005) dan di
Inggris pada tahun 2005 penyebab kematian akibat IMAberjumlah 150.000 orang.
III. HASIL PENCARIAN EBP
1. Jurnal 1 : Kecepatan Penurunan Nyeri Klien Infark Miokard Akut Dengan
Pemberian Oksigenasi
 Jurnal ilmiah
 Situs web : google cendekia
 Rentang jurnal 5 tahun terakhir : 2015
 Dengan menggunakan kata kunci : oksigenasi mengilangkan nyeri pada pasien
IMA
2. Jurnal 2 : Hubungan Pemberian Terapi Oksigenasi Dengan Nyeri Dada Dan Saturasi
Oksigen Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Igd Rsud Sidoarjo
 Jurnal ilmiah
 Situs web : google cendekia
 Rentang jurnal 5 tahun terakhir : 2018
 Dengan menggunakan kata kunci : “pasien infark miokard akut” terapi oksigen

3. Jurnal 3 : Penderita Jantung Koroner (Pjk) Dengangangguan Kebutuhan Oksigenasi


 Jurnal ilmiah
 Situs web : Google cendekia
 Rentang jurnal 5 tahun terakhir : 2019
 Dengan menggunakan kata kunci : osigenasi menghilangkan nyeri pada pasien
ima

IV. RANGKUMAN RESEARCH

N Judul Desain Intervensi hasil kesimpulan


o

1 Kecepatan penelitian Pemberian dengan nilai α = Disimpulka


Penurunan adalah quasy terapi 0,05 Jika α <0,05 n ada
Nyeri Klien eksperiment oksigenasi berarti Ho ditolak kecepatan
Infark dengan dengan Aliran dengan demikian penurunan
Miokard teknik two udara pada alat ada nyeri dada
Akut group pratest- ini sekitas 4 – kecepatan pada klien
Dengan posttest design. 14 L/mnt penurunan nyeri infark
Pemberian Sampel dengan dada pada klien miokard
Oksigenasi penelitian ini konsentrasi 30 infark akut dengan
sebanyak 17 – 55% ( miokard akut pemberian
Wiwin klien dengan pemberian oksigenasi
Susilodewi oksigenasi di Ruang
(2015) (Sugiyono, 2007). Intensif
Care Unit
RSU Haji
Surabaya

2 Hubungan Desain Intervensi Ada hubungan Kesimpulan


Pemberian penelitian dengan pemberian terapi dari hasil
Terapi nalitic cross memberikan oksigenasi dengan penelitian
Oksigenasi sectionaldenga terapi oksigen 6 nyeri dada pada Ada
Dengan n – 8 Lpm dan pasien infark hubungan
Nyeri Dada menggunakan hampir miokard akut (P= pemberian
Dan metode setengahnya 0,003 < α= 0,05) terapi
Saturasi consecutive (45%) >8 Lpm dan oksigenasi
Oksigen sampling. saturasioksigen dengan
Pada Pasien Sampel (P= 0,038 < α= nyeri dada
Infark penelitian ini 0,05). Oleh karena pada pasien
Miokard adalah pasien itu, pemberian infark
Akut Di Igd infark miokard oksigenasi pada miokard
Rsud akut yang pasien infark akut
Sidoarjo diberikan miokard akut
(Vike Naura terapi memerlukan
Widyaresmi oksigenasi observasi dari
) 2018 menggunakan perawat atau
masker dokter untuk
sederhana mempertimbangka
dengan besar n dosis terapi
sampel oksigen yang
sebanyak 20 diberikan

3 Penderita Desain Pemberian Hasil studi kasus dari hasil


Jantung penelitian terapi menunjukkan evaluasi
Koroner adalah oksigenasi bahwa setelah asuhan
(Pjk) kualitatif terhadap dilakukan proses keperawata
Dengan dengan Ketidakefektifa asuhan n yang telah
Gangguan deskriptif n pola napas keperawatan dilakukan
Kebutuhan observasional berhubungan terhadap pasien pada kedua
Oksigenasi terhadap dengan nyeri dengan gangguan pasien
(Alamsyah pasien dengan dapat diatasi kebutuhan masalah
Sulasri, gangguan dengan oksigenasi pada pola napas
Hasbullah, kebutuhan pemberian pasien Penyakit tidak efektif
A.Fahira oksigenasi terapi oksigen Jantung Koroner, belum
Nur pada pasien nasal kanul 3 kedua pasien teratasi
Vidyanto Penyakit liter/menit mengalami sehingga
Hermiyanti, Jantung perubahan pada intervensi
Bertin Ayu Koroner di pola napas dengan dilanjutkan
Wandira) Ruang Instalasi nilai respirasi dari di ruangan.
2019 Gawat Darurat 28x/menit menjadi
Rumah Sakit 20 x/menit.
Tk.II
Pelamonia

V. CRITICAL ANALYSIS

n Judul karya Tujuan Metode Hasil Komentar


o ilmiah, (desain,
penulis dan sampel,
tahun variabel,
instrument,
analisis

1 Kecepatan Tujuan studi Desain : desain Hasil penelitian Terkait hasil


tentang klien
Penurunan kasus ini adalah penelitian ini penelitian
infark miokard
Nyeri Klien untuk adalah quasy akut mengalami peneliti
skala nyeri dada
Infark mengetahui eksperiment berat terkontrol menyaranka
sebelum
Miokard kecepatan Sampel: n pembuatan
pemberian
Akut penurunan skala Jumlah oksigenasi. prosedur
Sebagian besar
Dengan nyeri dada responden yang tentang
klien infark
Pemberian dengan diambil yaitu miokard akut pemberian
mengalami
Oksigenasi pemberian 17 klien di oksigenasi
nyeri dada
Wiwin oksigenasi Ruang Intensif ringan sesudah baik nasal
pemberian
Susilodewi tambahan pada Care Unit RSU maupun
oksigenasi.
(2015) klien infark Haji Surabaya Terdapat masker
pengaruh
miokard akut di Variabel dalam
pemberian
Ruang Intensif independen: oksigenasi bentuk
terhadap
Care Unit RSU pemberian limflet atau
kecepatan
Haji Surabaya. oksigenasi penurunan nyeri poster
dada pada klien
secara nasal
infark
dan masker miokard akut di
Ruang Intensif
Variabel
Care Unit RSU
dependen: Haji
Surabaya.
penurunan
tingkat nyeri
Instrument:
Sampel dalam
penelitian ini
adalah 17
klien IMA yang
dipilih secara
simple random
samplin.
Analisis:,
variabel
penelitian ini
adalah
pemberian
oksigenasi dan
skala nyeri
dada, untuk tes
uji statistik
menggunakan
tes uji wilcoxon
match
paired. Hasil
penelitian
didapatkan
hasil tes uji
wilcoxon
match paired F
= -3,729
dengan ά =
0,000 yang
berarti Ho
ditolak

2 Hubungan Tujuan Desain : desain Berdasarkan Terdapat


Pemberian penelitian ini penelitian ini hasil penelitian perubahan
Terapi untuk adalah analitic hubungan pemberian
Oksigenasi menganalisis cross pemberian terapi
Dengan hubungan sectionaldenga terapi oksigenasi
Nyeri Dada pemberian terapi n oksigenasi dengan nyeri
Dan Saturasi oksigenasi Sampel dengan nyeri dada pada
Oksigen dengan nyeri besar sampel dada dan pasien infark
Pada Pasien dada dan 20 pasien di saturasi oksigen miokard akut
Infark saturasi oksigen Igd Rsud pada
Miokard pada Sidoarjo pasien infark
Akut Di Igd pasien infark Variabel miokard akut
Rsud miokard akut independen: dapat bahwa
Sidoarjo pemberian sebagian besar
(Vike Naura terapi (55%) pasien
Widyaresmi oksigenasi mendapatkan
) 2018 Variabel terapi oksigen 6
dependen: – 8 Lpm dan
nyeri dada dan hampir
saturasi setengahnya
oksigen. (45%) >8 Lpm.
Instrument: hampir
besar sampel seluruhnya
20 pasien yang (85%)
dipilih secara mengalami
consecutive skala nyeri
sampling Nyeri Sedang
Analisis: dan sebagian
Analisis data kecil (15%)
dengan mengalami
Untuk skala Nyeri
mengetahui berat, dan
hubungan nyeri seluruhnya
dan saturasi memiliki
oksigen data saturasi normal
dianalisis yaitu 96 –
menggunakan 100%.
uji Ada hubungan
Corelasional pemberian
Person terapi
oksigenasi
dengan nyeri
dada pada
pasien infark
miokard akut
(P= 0,003 < α=
0,05) dan
saturasioksigen
(P= 0,038 < α=
0,05).

3 Penderita Penelitian ini Desain : desain Hasil studi proses


Jantung bertujuan penelitian ini kasus asuhan
Koroner memberikan adalah menunjukkan keperawatan
(Pjk) gambaran pada kualitatif bahwa setelah terhadap
Dengan pasien Penyakit dengan dilakukan pasien
Gangguan Jantung Koroner deskriptif proses asuhan dengan
Kebutuhan (PJK) dengan observasional keperawatan gangguan
Oksigenasi gangguan Sampel: terhadap pasien kebutuhan
(Alamsyah kebutuhan dua pasien dengan oksigenasi
Sulasri, oksigenasi mengalami gangguan pada pasien
Hasbullah, (ketidakefektifa perubahan pada kebutuhan Penyakit
A.Fahira n pola napas pola napas oksigenasi pada Jantung
Nur berhubugan yang pasien Penyakit dapat diatasi
Vidyanto dengan nyeri)di berhubungan Jantung dengan
Hermiyanti, Ruang Instalasi dengan nyeri di Koroner, kedua pemberian
Bertin Ayu Gawat Darurat Ruang Instalasi pasien terapi
Wandira) Rumah Sakit Gawat Darurat mengalami oksigen
2019 Tk.II Pelamonia. Rumah Sakit perubahan pada nasal kanul 3
Tk.II pola napas liter/menit
Pelamonia. dengan nilai
Variabel respirasi dari
independen: 28x/menit
Penderita menjadi 20
jantung coroner x/menit.
Variabel Ketidakefektifa
dependen: n pola napas
Gangguan berhubugan
kebutuhan dengan nyeri
oksigenasi dapat diatasi
Instrument: dengan
Jenis pemberian
instrument terapi oksigen
yang sering nasal kanul 3
digunakan pada liter/menit.
ilmu
keperawatan
diklasifikasikan
menjadi lima
bagian yaitu
biofisiologis,
observasi,
wawancara,
kuesioner,
skala penelitian
dan lampiran-
lampiran
Analisis:
Dari hasil
evaluasi
didaptkan
bahwa 2 klien
sudah tidak
mengalami
sesak dengan
respirasi 20
x/menit, hal ini
sesuai dengan
penelitian yang
di lakukan oleh
Zakir (2017)
bahwa pasien
dengan keluhan
sesak napas
dapat teratasi
dengan
pemberian
terapi oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Payne, Anne and Barker, Helen. Advancing Dietetics and Clinical Nutrition; Obesity. 2010.

Elsevier, UK

Fathoni, M., 2011. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Disfungsi Endothel, dan Manifestasi

Klinis. Surakarta: UNS Press.

Myrtha, R., 2011. Perubahan Gambaran EKG pada Sindrom Koroner Akut (SKA). CDK,. 541-542

Ishihara, M., 2012. Acute Hyperglycemia in Patients With. Circulation Journal, Volume 76,. 563

– 571.

Kasron.2012.Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Nuhu Medika:Yogyakarta


Katzung, B., 2013. Vasodilator dan Pengobatan Angina Pektoralis. In: Farmakologi Dasar dan
Klinik. Jakarta: EGC,. 215-234

DEPKES, 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Situasi Kesehatan Jantung.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Wiwin Susilodewi.(2015). Kecepatan Penurunan Nyeri Klien Infark Miokard Akut Dengan
Pemberian Oksigenasi
PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana PJK. Jakarta: Centra Communications Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Vike Naura Widyaresmi.(2018).Hubungan Pemberian Terapi Oksigenasi Dengan Nyeri Dada
Dan Saturasi Oksigen Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Igd Rsud Sidoarjo

Alamsyah Sulasri, Hasbullah, A.Fahira Nur Vidyanto Hermiyanti, Bertin Ayu Wandira.(2019)
Penderita Jantung Koroner (Pjk) Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

Anda mungkin juga menyukai