DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
Kelompok 5
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
Penyusun
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI…....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Patofisiologi ……….….......................................................................3
B. Pathway ...............................................................................................5
C. Farmakologi ........................................................................................6
E. Penatalaksanaan ………...……..........................................................10
F. Pencegahan ………………………………………………………….13
A. Pengkajian ……….….........................................................................25
ii
C. Intervensi Keperawatan .......................................................................28
B. Latar Belakang
.....................................................................................51
............................................................................53
D. Rangkuman Research
..........................................................................55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................73
B. Saran....................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko PJK. Faktor
risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko alami, utama dan tidak langsung.
1
dengan cara menghindari faktor risiko yang dapat diubah. Dengan selalu
B. Rumusan Masalah
Jantung Koroner?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patofisiologi
kalsium pada pembuluh darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply
dibawa oleh beberapa lipoprotein antara lain VLDL (Very Low Density
resiko penyakit jantung. Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL
3
sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine
oksigen.
hipokinetik.
pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan
akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-
4
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri
iskemia miokard , yang oleh penderita dirasakan sebagai nyeri khas yang
disebut angina pektoris. Nyeri angina pektoris yang khas adalah nyeri
retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar kearah lengan kiri dan
B. Pathway
Arterisklerosis
Trombosis
Kontruksi arteri koronaria
Jaringan Miocard
5
Nerose lebih dari 30 menit
Supply O2 ke miocard
menurun
INTOLERANSI
AKTIVITAS PENURUNAN CURAH
JANTUNG
Sumber: (https://www.scribd.com/doc/147549585/Pathway-PJK
C. Farmakologi
6
menurunkan risiko angina serta serangan jantung. Contoh obat ini
adalah aspirin dan clopidogrel.
adalah atorvastatin dan simvastatin.
antaranya captopril dan enalapril.
adalah valsartan dan telmisartan.
adalah bisoprolol dan metoprolol.
adalah verapamil dan diltiazem.
7
8. Diuretik : Jenis obat ini bekerja mengurangi kadar air dan garam
D. Terapi Diet
dominan dan peran diet tidak dapat dikesampingkan. Diet sebagian dari
jantung
normal(Almatsier, 2001).
8
2. Syarat terapi diet
normal
dicerna.
akan mencapai berat badan normal serta dapat berguna dalam kegiatan
kelainan metabolik
9
tingkat kemampuan tubuh dalam menggunakan LDL yang tidak
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis
b. Anti koagulan
d. Penyekat ACE
e. Penyekat BETA
f. Penyekat kalsium
g. Nitrogliserin
h. Nitrat
i. Obat Trombolitik
j. Prosedur khusus :
10
darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan
3) Latihan / exercise.
Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami,
lain:
11
b. Bypass jantung
c. Transplantasi jantung
parah, dan sudah tidak dapat lagi diatasi dengan obat. Tranplantasi
2. Penatalaksanaan Keperawatan
2) Berhenti merokok
3) Olah raga
5) Kurangi stress.
12
b. Skrinning Kesehatan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi,
F. Pencegahan
yang mematikan namun penyakit ini dapat dicegah, Berikut beberapa tips
G. Pemeriksaan Laboratorium
1. Tes Kolesterol
Tes kolesterol, juga disebut panel lipid atau profil lipid, akan
jantung lainnya.
13
Tes ini biasanya mencakup:
14
lebih dari 40 mg/dL (1.0 mmol/L), sementara wanita harus
15
Karena kadar CRP dapat ditingkatkan sementara oleh
banyak situasi seperti pilek atau dalam jangka panjang, tes harus
3. Lipoprotein (a)
kematian mendadak.
4. Ceramide Plasma
16
merupakan tanda risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi
5. Peptida Natriuretik
6. Troponin T
17
Berikut contoh Pemeriksaannya:
18
kadar gula
darah penderita
diabetes, atau untuk
menilai tinggi-
rendahnya
kadar gula
darah orang yang
lemas atau pingsan.
Creatinine : 1,4 0.8-1,3 mg/dL Tinggi
Kreatinin darah, 5
yaitu tes untuk
menentukan
kadar kreatinin dala
m
darah. Kreatinin me
rupakan zat sisa hasil
pemecahan otot yang
akan dibuang
melalui ginjal.
Kadar kreatinin yan
g tinggi dalam darah
dapat menjadi tanda
adanya gangguan
pada ginjal.
Asam Urat : 8,0 4,3-7,6 mg/dL Tinggi
Tes asam urat adalah
pemeriksaan yang
dilakukan untuk
mengetahui kadar
asam urat dalam
darah atau urine.
19
Saat kadar asam urat
lebih tinggi dari
normal, maka ini
bisa menjelaskan
gejala radang sendi
yang sering
dirasakan pasien.
SGOT : 17 8-33 U/L Normal
Tes fungsi hati,
seperti SGOT dan
SGPT, adalah tes
darah yang cukup
sering dilakukan
dalam proses
pemeriksaan
kesehatan. Tes ini
memiliki tujuan
untuk
mengetahui kondisi
organ hati - apakah
mengalami
kerusakan atau
berfungsi normal.
Sadium (Na ) : 140 135-147 mEq/L Normal
Pemeriksaan natriu
m (Na) berguna
untuk mengetahui
konsentrasi Na
(elekrolit dan
mineral) di dalam
darah. Natrium
20
berfungsi untuk
menjaga
keseimbangan air
(sejumlah cairan di
dalam maupun di
luar sel tubuh) dan
elektrolit di dalam
tubuh, mengontrol
tekanan darah, serta
berperan penting
dalam fungsi kerja
saraf dan otot.
Kalium (K ): 3,6 3,5-5,0 mEq/L Normal
Pemeriksaan 9
elektrolit darah atau
tes kalium
(potasium) dilakukan
untuk mengukur
tingkat kalium dalam
darah. Kalium
merupakan zat
elektrolit yang
penting untuk fungsi
otot dan saraf.
21
cell count/WBC)
adalah jumlah total
leukosit. Leukosit
tinggi (hitung sel darah
putih yang tinggi)
umumnya berarti tubuh
kita sedang melawan
infeksi. Leukosit
rendah artinya ada
masalah dengan
sumsum tulang.
LYM: 3,6 R4 34,7 0,6-4,1 R4 Normal
Limfosit adalah bagian %L 10,0-58,5 % L
dari sel darah putih
yang menjadi
komponen penting
dalam sistem
kekebalan tubuh.
Limfosit beserta sel
darah putih lainnya
diproduksi tubuh di
sumsum tulang dan
mengalir dalam darah
serta jaringan getah
bening.
MID: 1,0 9,0 % 0,0-1,8 Normal
MID cells merupakan M 0,1-24,0
istilah %M
untuk pemeriksaan se
l darah putih (leukosit),
yang mencakup sel-sel
22
darah putih yang
jarang tampak
pada pemeriksaan.
Sel-sel darah putih
yang dimaksud ialah
monosit, eosinofil,
basofil, blast, dan
lainnya.
atau hiperkalemia.
setelah serangan.
23
aneurisma ventrikiler.
24
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nafas sesak dan nyeri dada.
a. Alasan MRS
25
5. Riwayat kesehatan keluarga
saat beraktivitas).
7. Sirkulasi
kontraktilitasnya.
8. Eliminasi
26
9. Nutrisi
badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan
B. Diagnosis Keperawatan
afterload
27
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
C. Intervensi keperawatan
.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen nyeri
analgetic.
28
Terapeutuk :
rasa nyeri
nyeri
Edukasi:
nyeri
mandiri
secara tepat
nyeri
Kolaborasi
jika perlu.
29
2. Pemberian analgetik
Observasi:
Terapeutik:
optimal
diinginkan
Edukasi:
obat
30
Kolaborasi:
31
S4 Menurun (5) nadi sebelum pemberian obat.
spiritual
>94%
Edukasi:
toleransi
bertahap
32
berat badan harian
harian
Kolaborasi:
antiatitma,jika perlu
Observasi:
perubahanST dan T
- Monitor Aritmia
koroner akut
Terapeutik:
33
- Pertahankan titah baring minimal 12
jam
perkuatan,jika perlu
spiritual
Edukasi:
dada
valsava
dan ketakutan
Kolaborasi:
antiplatelet,jika perlu
34
- Kolaborasi pemberian antianginal
perlu
perlu
mencegah manuver
antikoagulan,jika perlu
dada,jika perlu.
3. Ansietas Setelah dilakukan 1. Reduksi Ansietas
terhadap kematian. jam atau 8 jam), maka - identifikasi saat tingkat ansietas
35
menurun (5) - pahami situasi yang membuat ansietas
meyakinkan
membrikan kenyamanan
Edukasi :
persepsi
mengurangi ketegangan
36
- latih tekinik relaksasi
Kolaborasi :
jika perlu.
2. Terapi Relaksasi
Tindakan :
Observasi :
kemampuan kognitif
relaksasi
37
Terapeutik :
Edukasi :
dipilih
relaksasi
38
relaksasi.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Manejemen energi
dan kelemahan. jam atau 8 jam), maka penggunaan energi untuk mengatasi atau
- Kemudahan Observasi
kunjungan)
menenangkan
39
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
Edukasi
bertahap
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
2. Terapi aktivitas
Definisi
Tindakan
Observasi
40
- Identifikasi defisit tingkat aktifitas
Terapeutik
aktivitas
sesuai usia
41
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
kebutuhan
atau gerak
pasien hiperaktif
merelaksasi otot
42
yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
dan kartu)
perlu
mencapai tujuan
sehari-hari
Edukasi
43
hari, jika perlu
dipilih
aktivitas
Kolaborasi
BAB IV
A. Analisa Pi(C)Ot
44
1. Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
(2015)).
(http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati%20BAB
c. Comparison Intervension: -
d. Outcome :
45
baru untuk mengatasi kecemasan. Sehingga secara garis besar
46
sadar, tidak ada gangguan komunikasi; 2) Pasien yang beragama
islam dan sehat rohani; 3) Pasien yang masuk dalam kriteria pasien
(http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati%20BAB
april 2021)).
c. Comparison Intervension: -
d. Outcome :
47
1) Keuntungan Intervensi Penelitian : terapi kombinasi antara
48
dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, mengurangi
\l 1033 ].
49
juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an yang
2006)(http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati
c. Comparison Intervension: -
d. Outcome :
pengulangan.
50
B. Latar Belakang
seperti nyeri dada (angina) atau sesak nafas saat beraktivitas (Rufaidah
MF, 2015).
Soedarso Pontianak dengan jenis kelamin laki laki dan perempuan dari
51
Metode yang dapat digunakan untuk mengontrol kecemasan
besar terapi murottal memiliki dua poin penting, yakni memiliki irama
kematian.
52
1. Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
SOEDARSO PONTIANAK
a. Jurnal ilmiah
c. Tahun : 2015
a. Jurnal ilmiah
c. Tahun : 2019
53
3. Terapi Murottal (Al-qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat
a. Jurnal ilmiah
c. Tahun : 2015
D. Rangkuman Research
54
No. Judul Design Intervensi Hasil Kesimpulan
1. Pengaruh Penelitian ini 1. Dilakukan Hasil Responden dalam
RSUD DR. control. Pada murottal pasien sebelum berada pada usia
55
dilakukan pengulangan terapi mengalami
sesudah dilakukan
intervensi yang
56
dibuktikan dengan
nilai p = 0,000 ≤
0,05.
2. Terapi Penelitian ini 1. Mengisi kuesioner Hasil Terapi murottal
57
kontrol. intervensi. yang artinya dan terapi
dengan menurunkan
komunikasi;
2) Pasien
yang
beragama
islam dan
sehat rohani;
58
3) Pasien
yang masuk
dalam kriteria
pasien kritis;
4) Pasien
yang
mengalami
kecemasan
dengan skala
>40.
3. Terapi Desain Responden Hasil Sebagian besar
kecemasan laparatomi
59
kecemasan dilakukan terapi
diberikan Alqur’an.
kecemasan laparatomi di
(Al-Qur’an)
60
terhadap
penurunan
tingkat
kecemasan.
disosialisasika
n dan
diterapkan
pemberian
terapi murottal
(Al-Qur’an)
operasi
laparatomi.
E. Critical Analysis
Tahun analisis)
1. Pengaruh Penelitian ini Desain : Penelitian Hasil Menurut
61
Terhadap apakah ada menggunakan diberikan keseluruhan
Pasien dengan terhadap tingkat tanpa ada kelompok mengalami baik, namun
Jantung pasien dengan one grup pretest sedang. Uji kedepannya bisa
adalah pasien
dengan penyakit
62
jantung koroner di
dr. Soedarso
Pontianak.
Variabel
Independent :
Terapi Murottal
Variabel
Dependent :
Tingkat kecemasan.
Instrument :
Instrumen dalam
penelitian ini
menggunakan Zung
membagi skor
kecemasan menjadi
empat tingkatan
63
tingkat kecemasan
tingkat kecemasan
tingkat kecemasan
80 panik. Untuk
mendukung
jalannya penelitian,
peneliti
menggunakan MP3
Player yang
berisikan Murottal
Surah Ar-Rahman
menggunakan
lembar observasi
pengukuran heart
rate, respiratory
presure untuk
mendukung hasil
penelitian.
64
Analisis :
Pengelolahan dan
analisa data
menggunakan
analisa statistik
komputer. Setelah
data terkumpul
kemudian dilakukan
pengelolaan data
dengan Uji T
berpasangan
(Paired Sample T-
Test).
2. Terapi Tujuan Desain : Penelitian Hasil Menurut
Gula Darah terhadap tingkat with control group nilai p <0,05 ini bisa
65
Dengan kadar gula design. Pada desain ada pengaruh beberapa fasilitas
66
kadar gula mengalami
skala >40.
Variabel
Independent :
Terapi murottal
dengan akupresur.
Variabel
Dependent :
Tingkat kecemasan
darah.
Instrument :
Zung Self-Rating
Anxiety Scale
digunakan sebagai
instrumen
kecemasan untuk
mengukur
kecemasan pada
67
pasien penyakit
jantung koroner
sebelum dan
sesudah intervensi.
20 item
pernyataan,
dengan kategori
selalu; kadang-
kadang; jarang;
Mengadopsi Zung
Self-Rating
penelitian Lestari
reabilitas pada 16
pasien cemas
dengan diangnosa
penyakit jantung
koroner (PJK)
yang menunjukkan
68
validitas memiliki
korelasi yang
tinggi dan
reabilitas yang
sempurna dimana
semua item
pernyataan ZS-
RAS memiliki R
Cronbach’s Alpha
Analisis : Uji
normalitas data
menggunakan
shapiro-wilk karena
normalitas
menunjukkan hasil
>0.05 maka
selanjutnya
69
digunakan uji
statistik repeated
measurement anova
dengan
menggunakan SPSS
versi 20.
3. Terapi Tujuan Desain : Desain Hasil Menurut
70
Soegiri terapi murottal pasien dengan
Dependent : didapatkan
Operasi mengalami
Laparatomi. tingkat
kecemasan
menggunakan Wilcoxon
pemberian
pengaruh kecemasan.
71
pemberian terapi Untuk itu perlu
kecemasan. pemberian
terapi murottal
(Al-Qur’an)
operasi
laparatomi.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
darah.
73
Adapun diagnose yang bisa muncul dari kasus PJK, yaitu :
B. Saran
bukan hanya kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih
apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus
mualai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai pola makan yang
74
DAFTAR PUSTAKA
Hajiri, F., Pujiastuti, S. E., & Siswanto, J. (2019). Terapi Murottal Dengan
Akupresur Terhadap Tingkat Kecemasan dan Kadar Gula darah Pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Keperawatan Silampari.
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/127/jtptunimus-gdl-prasektiha-6318-2-
babii.pdf (di akses pada tanggal 9 april 2021).
https://id.scribd.com/document/249018014/askep-pjk (di akses pada tanggal 9
april 2021).
https://id.wikipedia.org/wiki/Akupresur (di akses pada tanggal 11 april 2021).
http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati%20BAB%20II.pdf (di
akses pada tanggal 10 april 2021).
https://rsudkotabogor.org/web/penyakit-jantung-koroner/ (di akses pada tanggal 9
april 2021).
https://www.academia.edu/27462783/Penyakit_Jantung_Koroner_PJK_ (di
akses pada tanggal 9 april 2021).
https://www.academia.edu/40555597/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PE
NYAKIT_JANTUNG_KORONER (diakses pada tanggal 9 april 2021).
https://www.scribd.com/doc/147549585/Pathway-PJK (di akses pada tanggal 9
april 2021).
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/pengobatan (di akses pada
tanggal 9 april 2021).
Lestari, D., Adriana, & Fauzan, S. (2015). Pengaruh Terapi Murottal terhadap
tingkat kecemasan pasien dengan penyakit jantung koroner di ruang ICCU
RSUD DR. SOEDARSO.
75
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
76