Anda di halaman 1dari 80

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Penyakit Jantung Koroner”

DOSEN PEMBIMBING

Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 5

1. Reski Nurul Afifah (A.18.10.052)


2. Nurul Ihza Luksy (A.18.10.049)
3. Sri Wahyuni (A.18.10.059)
4. Uswatun Hasanah (A.18.10.063)
5. Yesi Dwi Wahyuni (A.18.10.067)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas

rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Penyakit Jantung Koroner” tepat pada waktunya. Dalam penulisan

makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami

miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada:

1. Ibu Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing kami.

2.Orangtua dan teman-teman anggota kelompok

3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Sekian penulis

sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Bulukumba, April 2021

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI…....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Patofisiologi ……….….......................................................................3

B. Pathway ...............................................................................................5

C. Farmakologi ........................................................................................6

D. Terapi Diet ..........................................................................................8

E. Penatalaksanaan ………...……..........................................................10

F. Pencegahan ………………………………………………………….13

G. Pemeriksaan Laboratorium ………………………………………….13

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian ……….….........................................................................25

B. Diagnosis Keperawatan .......................................................................27

ii
C. Intervensi Keperawatan .......................................................................28

BAB IV EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Analisa Pi( C ) Ot ……….…..............................................................45

B. Latar Belakang

.....................................................................................51

C. Hasil Pencarian EBP

............................................................................53

D. Rangkuman Research

..........................................................................55

E. Critical Analysis ….……...……..........................................................61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................73

B. Saran....................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan permasalahan

kesehatan utama yang dihadapi di berbagai negara di dunia. Banyaknya

faktor yang mempengaruhi, menyebabkan diagnosis dan terapi penyakit

tersebut terus berkembang. Di Indonesia kemajuan perekonomian menjadi

salah satu faktor dalam meningkatnya prevalensi penyakit jantung

koroner. Di Indonesia terjadi prevalensi kematian sebanyak 100.000-

499.999 orang. Dari data tersebut diketahui bahwa tingginya angka

prevalensi kematian pada penderita PJK dikarenakan karena perubahan

pola hidup masyarakat yang berubah yang menyebabkan pengaruh faktor

risiko terjadinya PJK ini semakin besar.

Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun

demikian secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting

terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko PJK. Faktor

risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko alami, utama dan tidak langsung.

Meskipun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang

sulit untuk diobati, namun para ilmuwan telah berusaha mengembangkan

penelitian untuk pengobatan penyakit jantung koroner. Akhirnya

ditemukan beberapa cara yaitu tes diagnosis,angioplasti, operasi by-pass

dan pemberian obat-obatan. Penyakit jantung koroner juga dapat dicegah

1
dengan cara menghindari faktor risiko yang dapat diubah. Dengan selalu

menerapkan prinsip hidup sehat maka masyarakat dapat terhindar dari

kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi Penyakit Jantung Koroner?

2. Seperti apa pencegahan Penyakit Jantung Koroner?

3. Bagaimana konsep atau proses keperawatan untuk kasus Penyakit

Jantung Koroner?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Jantung Koroner.

2. Untuk mengetahui pencegahan Penyakit Jantung Koroner.

3. Untuk mengetahui konsep atau proses keperawatan untuk kasus

Penyakit Jantung Koroner.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner terjadi apabila pembuluh darah yang

mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa –sisa jaringan dan terbentuknya

kalsium pada pembuluh darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply

oksigen dan nutrisi sehingga menimbulkan infark myocard. Kolesterol

dibawa oleh beberapa lipoprotein antara lain VLDL (Very Low Density

Lipoprotein) sebagai pengangkut dan salah satu penumpangnya yaitu

trigliserida, LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density

Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol. HDL akan menurunkan

resiko penyakit jantung. Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL

(Low Density Lipoprotein) akan mempengaruhi resiko penyakit jantung

koroner ( Maulana, 2008).

Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons

iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri

koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh

3
sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine

Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat

membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk

kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO 2),

yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan

tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap

peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan

kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada

jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah

tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya

obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu

kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan

oksigen.

Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik

yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan

jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel.

Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi

hipokinetik.

Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume,

pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan

akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-

tanda kegagalan jantung.

4
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri

koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga

menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan

arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau

obstruksi permanen pada arteri koronari.

Ateroma pada arteri koronaria menyebabkan stenosis, yang dapat

mengganggu aliran koroner dan menyebabkan iskemia miokard. Penelitian

menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih menyebabkan

iskemia miokard , yang oleh penderita dirasakan sebagai nyeri khas yang

disebut angina pektoris. Nyeri angina pektoris yang khas adalah nyeri

retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar kearah lengan kiri dan

leher kiri ke rahang dan telinga kiri.

B. Pathway

Arterisklerosis
Trombosis
Kontruksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung


menurun

O2 dan nutrisi menurun

Jaringan Miocard

5
Nerose lebih dari 30 menit

Supply dan kebutuhan O2


kejantung tidak

Supply O2 ke miocard
menurun

Metabolisme an aerob Seluler Hipoksia

Timbunan asam laktat NYERI Integritas Membran sel


meningkat AKUT berubah

Fatique ANSIETA Konstraktilitas turun


S

INTOLERANSI
AKTIVITAS PENURUNAN CURAH
JANTUNG

Sumber: (https://www.scribd.com/doc/147549585/Pathway-PJK

(di akses pada tanggal 9 april 2021)).

C. Farmakologi

1. Pengencer darah : Dokter dapat meresepkan pengencer darah jenis

antiplatelet, kecuali pada pasien dengan gangguan pembekuan darah.

Antiplatelet dapat membantu mencegah pembekuan darah, dan

6
menurunkan risiko angina serta serangan jantung. Contoh obat ini

adalah aspirin dan clopidogrel.

2. Statin : Statin berfungsi menurunkan kolesterol tinggi, dengan

membuang LDL dari darah, sehingga memperlambat perkembangan

penyakit jantung. Contoh obat statin yang biasa diresepkan

adalah atorvastatin dan simvastatin.

3. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors) :

Jenis obat ini digunakan untuk mengobati hipertensi, di

antaranya captopril dan enalapril.

4. Angiotensin II receptor blockers (ARB) : Fungsi obat ini sama

seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi hipertensi. Contohnya

adalah valsartan dan telmisartan.

5. Penghambat beta (beta blockers) : Obat ini berfungsi mencegah

angina dan mengatasi hipertensi. Contohnya

adalah bisoprolol dan metoprolol.

6. Nitrat : Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran

darah ke jantung meningkat, dan jantung tidak memompa darah lebih

keras. Salah satu jenis nitrat adalah nitrogliserin.

7. Antagonis kalsium : Obat ini bekerja melebarkan pembuluh darah,

sehingga tekanan darah menurun. Contohnya

adalah verapamil dan diltiazem.

7
8. Diuretik : Jenis obat ini bekerja mengurangi kadar air dan garam

dalam darah melalui urine, dan melebarkan pembuluh darah agar

tekanan darah menurun.

D. Terapi Diet

Diet merupakan terapi utama yang dapat menekan munculnya

penyakit jantung koroner serta kolesterol sebagai penyebab timbulnya

atherosclerosis. Diet yang salah dicurigai sebagai faktor penyebab paling

dominan dan peran diet tidak dapat dikesampingkan. Diet sebagian dari

pengobatan PJK yang mempunyai arti penting, bahkan sebagian penderita

PJK dapat dikendalikan dengan diet dan olahraga (Baraas, 1993).

1. Tujuan terapi diet

Memperbaiki gangguan metabolisme menjadi se–normal mungkin

sehingga dapat merasakan hidup nyaman dengan jalan:

a. Menurunkan kadar kolesterol sampai mendekati normal

b. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan

jantung

c. Mencegah dan menghilangkan penimbunan kolesterol

d. Mempertahankan berat badan normal

e. Menurunkan kadar kolesterol LDL dibawah 130 mg/dl dan kadar

kolesterol total dibawah 200 mg/dl

f. Membuat pasien agar dapat melakukan aktifitas seperti orang

normal(Almatsier, 2001).

8
2. Syarat terapi diet

Makanan yang diberikan secara seimbang merupakan dasar

pengontrolan metabolisme yang baik. Sebagai pedoman penyusunan

diet penderita Jantung Koroner adalah:

a. Energi sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai berat badan

normal

b. Karbohidrat antara 50-60% dari total kalori

c. Protein antara 15-20% untuk mengganti jaringan yang rusak

d. Lemak antara 20-25% dari total kalori , jenis lemak yang

diberikan adalah lemak tidak jenuh

e. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia

f. Rendah garam, 2-3 gram/hari jika disertai hipertensi atai odema

g. Serat cukup untuk menghindari kostipasi

h. Vitamin dan mineral yang cukup

i. Makanan tidak merangsang, tidak menimbulkan gas dan mudah

dicerna.

3. Perencanaan terapi diet

Terapi diet disesuaikan dengan keadaan tubuh penderita sehingga

akan mencapai berat badan normal serta dapat berguna dalam kegiatan

sehari – hari. Syarat pemberiaan diit terdiri dari:

a. Jumlah kalori yang ditentukan menurut umur, suhu tubuh dan

kelainan metabolik

b. Kebutuhan lemak dapat disesuaikan dengan cara mengetahui

9
tingkat kemampuan tubuh dalam menggunakan LDL yang tidak

dianjurkan dalam penggunanan sehari- hari

c. Sumber protein, vitamin mineral dan dapat diberikan dengan

cukup sesuai dengan kebutuhan

d. Pemberiaan makanan dapat disesuaikan dengan pemberiaan

macam obat yang diberikan (Almatsier, 2005).

E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksaan Medis

Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan

menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain

mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.

a. Obat penurun kolesterol

b. Anti koagulan

c. Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri

d. Penyekat ACE

e. Penyekat BETA

f. Penyekat kalsium

g. Nitrogliserin

h. Nitrat

i. Obat Trombolitik

j. Prosedur khusus :

1) Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang

tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran

10
darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan

mencegah serangan jantung.

2) Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini

menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk

melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini

menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung.

3) Latihan / exercise.

Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami,

pasien akan disarankan untuk menjalani operasi. Dokter juga akan

menjalankan operasi bila penyempitan pembuluh darah disebabkan

oleh penumpukan ateroma. Sejumlah tindakan yang dilakukan, antara

lain:

a. Pasang ring jantung

Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan

dengan memasukkan kateter ke bagian arteri yang mengalami

penyempitan. Kemudian, dokter akan mengembangkan balon kecil

melalui kateter untuk melebarkan arteri yang menyempit. Dengan

demikian, aliran darah dapat kembali lancar. Ring (stent) akan

dipasang di arteri guna mencegah penyempitan kembali.

Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien

dengan gejala angina, atau sebagai tindakan darurat pada seseorang

yang mengalami serangan jantung.

11
b. Bypass jantung

Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah

dari bagian tubuh lain, untuk ditempel (dicangkok) ke bagian

antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri, dengan melewati

area yang menyempit. Dengan begitu, darah akan mengalir lancar

melalui rute baru tersebut.

Bypass jantung dilakukan dengan membedah dada pasien.

Oleh karena itu, prosedur ini umumnya hanya dilakukan bila

terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.

c. Transplantasi jantung

Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat

parah, dan sudah tidak dapat lagi diatasi dengan obat. Tranplantasi

jantung dilakukan dengan mengganti jantung yang rusak, dengan

jantung yang sehat dari pendonor.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Pemberian Health Education terkait Perubahan gaya hidup :

1) Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi,

kolesterol tinggi dan mempertahankan berat badan sehat.

2) Berhenti merokok

3) Olah raga

4) Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas

5) Kurangi stress.

12
b. Skrinning Kesehatan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi,

DM, dan sterss mental.

F. Pencegahan

Walaupun penyakit jantung koroner merupakan penyakit

yang mematikan namun penyakit ini dapat dicegah, Berikut beberapa tips

cara mencegah penyakit jantung koroner:

1. Berhenti merokok sedini mungkin

2. Berolahraga secara teratur

3. Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang

4. Hindari stress yang berlebihan

5. Hindari pola hidup tidak sehat

6. Kurangi konsumsi alkohol

7. Menjaga tekanan darah

8. Kontrol gula darah

9. Menurunkan berat badan.

G. Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa tes darah yang biasa dilakukan oleh dokter untuk deteksi

penyakit jantung, antara lain: 

1. Tes Kolesterol

Tes kolesterol, juga disebut panel lipid atau profil lipid, akan

mengukur lemak dalam darah. Pengukuran tersebut dapat

menunjukkan risiko kamu terkena serangan jantung atau penyakit

jantung lainnya.

13
Tes ini biasanya mencakup:

 Total Kolesterol. Ini adalah jumlah kandungan kolesterol darah.

Tingkat yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Idealnya, kolesterol total harus di bawah 200 miligram per desiliter

(mg/dL) atau 5,2 milimol per liter (mmol/L).

 Kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL). Ini kadang-kadang

disebut kolesterol "jahat". Terlalu banyak kolesterol LDL dalam

darah bisa menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang

mengurangi aliran darah. Endapan plak ini terkadang pecah dan

menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah yang besar.

Tingkat kolesterol LDL harus kurang dari 130 mg/dL (3,4

mmol/L). Kadar yang diinginkan di bawah 100 mg/dL (2,6

mmol/L), terutama jika kamu mengidap diabetes atau riwayat

serangan jantung, stent jantung, operasi bypass jantung, atau

kondisi jantung atau pembuluh darah lainnya. Pada orang dengan

risiko serangan jantung tertinggi, kadar LDL yang disarankan

adalah di bawah 70 mg/dL (1,8 mmol/L).

 Kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL). Ini kadang-kadang

disebut kolesterol "baik" karena membantu membawa kolesterol

LDL ("jahat"), menjaga arteri tetap terbuka dan darah mengalir

lebih bebas. Jika kamu seorang pria, kadar kolesterol HDL harus

14
lebih dari 40 mg/dL (1.0 mmol/L), sementara wanita harus

menargetkan HDL lebih dari 50 mg/dL (1,3 mmol/L).

 Trigliserida. Trigliserida adalah jenis lemak lain di dalam darah.

Kadar trigliserida yang tinggi biasanya menandakan kamu secara

teratur makan lebih banyak kalori daripada yang dibakar. Kadar

yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Tingkat

trigliserida harus kurang dari 150 mg/dL (1,7 mmol/L).

 Kolesterol Non-HDL. Kolesterol lipoprotein densitas non-tinggi

(non-HDL-C) adalah perbedaan antara kolesterol total dan

kolesterol HDL. Non-HDL-C termasuk kolesterol dalam partikel

lipoprotein yang terlibat dalam pengerasan arteri. Fraksi non-HDL-

C mungkin merupakan penanda risiko yang lebih baik daripada

kolesterol total atau kolesterol LDL.

2. Protein C-Reaktif Sensitivitas Tinggi

Protein C-reaktif (CRP) adalah protein yang dibuat hati

sebagai bagian dari respons tubuh terhadap cedera atau infeksi,

yang menyebabkan pembengkakan di dalam tubuh (peradangan).

Peradangan ini berperan besar dalam proses aterosklerosis.

Tes CRP sensitivitas tinggi (hs-CRP) membantu menentukan risiko

penyakit jantung sebelum kamu mengalami gejala. Kadar hs-CRP

yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko serangan jantung, stroke,

dan penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi.

15
Karena kadar CRP dapat ditingkatkan sementara oleh

banyak situasi seperti pilek atau dalam jangka panjang, tes harus

dilakukan dua kali, dengan jarak dua minggu. Kadar hs-CRP di

atas 2,0 miligram per liter (mg/L) menunjukkan risiko penyakit

jantung yang lebih tinggi.

3. Lipoprotein (a)

Lipoprotein (a), atau Lp (a), adalah jenis kolesterol LDL.

Tingkat Lp (a) ditentukan oleh gen dan umumnya tidak

dipengaruhi oleh gaya hidup. Kadar Lp (a) yang tinggi mungkin

merupakan tanda peningkatan risiko penyakit jantung, meskipun

tidak jelas seberapa besar risikonya. Dokter mungkin meminta

kamu melakukan tes Lp (a) jika kamu mengidap aterosklerosis atau

ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung, stroke, atau

kematian mendadak. 

4. Ceramide Plasma

Tes ini mengukur kadar ceramide dalam darah. Ceramide

diproduksi oleh semua sel dan memainkan peran penting dalam

pertumbuhan, fungsi, dan pada akhirnya kematian berbagai jenis

jaringan. Ceramide diangkut melalui darah oleh lipoprotein dan

berhubungan dengan aterosklerosis.

Tiga ceramide spesifik telah dikaitkan dengan penumpukan

plak di arteri dan resistensi insulin, yang dapat menyebabkan

diabetes tipe 2. Tingginya kadar ceramide dalam darah ini

16
merupakan tanda risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi

dalam satu hingga lima tahun.

5. Peptida Natriuretik

Peptida natriuretik otak, juga disebut peptida natriuretik

tipe-B (BNP), adalah protein yang dibuat oleh jantung dan

pembuluh darah. BNP membantu tubuh menghilangkan cairan,

melemaskan pembuluh darah dan memindahkan natrium ke dalam

urine. Ketika jantung rusak, tubuh akan mengeluarkan BNP tingkat

tinggi ke dalam aliran darah untuk mencoba meredakan ketegangan

pada jantung. Variasi BNP yang disebut N-terminal BNP juga

berguna untuk mendiagnosis gagal jantung dan untuk

mengevaluasi risiko serangan jantung dan masalah lain pada

mereka yang memiliki penyakit jantung.

6. Troponin T

Troponin T adalah protein yang ditemukan di otot jantung.

Mengukur troponin T menggunakan tes troponin T sensitivitas

tinggi membantu dokter mendiagnosis serangan jantung dan

menentukan risiko penyakit jantung. Peningkatan kadar troponin T

telah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi

pada orang yang tidak memiliki gejala.

17
Berikut contoh Pemeriksaannya:

Pemeriksaan Ha Nilai Normal Interpret


Kimia sil asi
Darah hasil
BUN 19 10-23 mg/dL Normal
Definisi : Ureum
atau blood urea
nitrogen (BUN),
yaitu tes untuk
menentukan kadar
urea nitrogen dalam
darah yang
merupakan zat sisa
dari metabolisme
protein dan
seharusnya dibuang
melalui ginjal.
Glicose sesaat : 93 < 200 mg/dL Normal
Tes gula darah ini
dapat dilakukan
kapan saja tanpa
perlu berpuasa dan
tanpa memerhatikan
kapan terakhir Anda
makan. Tes ini dapat
dilakukan untuk
memantau

18
kadar gula
darah penderita
diabetes, atau untuk
menilai tinggi-
rendahnya
kadar gula
darah orang yang
lemas atau pingsan.
Creatinine : 1,4 0.8-1,3 mg/dL Tinggi
Kreatinin darah, 5
yaitu tes untuk
menentukan
kadar kreatinin dala
m
darah. Kreatinin me
rupakan zat sisa hasil
pemecahan otot yang
akan dibuang
melalui ginjal.
Kadar kreatinin yan
g tinggi dalam darah
dapat menjadi tanda
adanya gangguan
pada ginjal.
Asam Urat : 8,0 4,3-7,6 mg/dL Tinggi
Tes asam urat adalah
pemeriksaan yang
dilakukan untuk
mengetahui kadar
asam urat dalam
darah atau urine.

19
Saat kadar asam urat
lebih tinggi dari
normal, maka ini
bisa menjelaskan
gejala radang sendi
yang sering
dirasakan pasien. 
SGOT : 17 8-33 U/L Normal
Tes fungsi hati,
seperti SGOT dan
SGPT, adalah tes
darah yang cukup
sering dilakukan
dalam proses
pemeriksaan
kesehatan. Tes ini
memiliki tujuan
untuk
mengetahui kondisi
organ hati - apakah
mengalami
kerusakan atau
berfungsi normal.
Sadium (Na ) : 140 135-147 mEq/L Normal
Pemeriksaan natriu
m (Na) berguna
untuk mengetahui
konsentrasi Na
(elekrolit dan
mineral) di dalam
darah. Natrium

20
berfungsi untuk
menjaga
keseimbangan air
(sejumlah cairan di
dalam maupun di
luar sel tubuh) dan
elektrolit di dalam
tubuh, mengontrol
tekanan darah, serta
berperan penting
dalam fungsi kerja
saraf dan otot.
Kalium (K ): 3,6 3,5-5,0 mEq/L Normal
Pemeriksaan 9
elektrolit darah atau
tes kalium
(potasium) dilakukan
untuk mengukur
tingkat kalium dalam
darah. Kalium
merupakan zat
elektrolit yang
penting untuk fungsi
otot dan saraf.

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan Darah Hasil Nilai Normal Interpretasi


Hasil
WBC: 2,56 K / μl 4,1-10,9 K Normal
Hitung Sel Darah Putih / μl
(white blood

21
cell count/WBC)
adalah jumlah total
leukosit. Leukosit
tinggi (hitung sel darah
putih yang tinggi)
umumnya berarti tubuh
kita sedang melawan
infeksi. Leukosit
rendah artinya ada
masalah dengan
sumsum tulang.
LYM: 3,6 R4 34,7 0,6-4,1 R4 Normal
Limfosit adalah bagian %L 10,0-58,5 % L
dari sel darah putih
yang menjadi
komponen penting
dalam sistem
kekebalan tubuh.
Limfosit beserta sel
darah putih lainnya
diproduksi tubuh di
sumsum tulang dan
mengalir dalam darah
serta jaringan getah
bening.
MID: 1,0 9,0 % 0,0-1,8 Normal
MID cells merupakan M 0,1-24,0
istilah %M
untuk pemeriksaan se
l darah putih (leukosit),
yang mencakup sel-sel

22
darah putih yang
jarang tampak
pada pemeriksaan.
Sel-sel darah putih
yang dimaksud ialah
monosit, eosinofil,
basofil, blast, dan
lainnya.

Adapun Pemeriksaan Diagnostik Untuk pasien PJK yaitu :

1. ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari

iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari

injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.

2. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12

jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-

12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.

3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya

penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo

atau hiperkalemia.

4. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari

setelah serangan.

5. Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses

penyakit paru yang kronis atau akut.

6. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang

mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.

7. Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau

23
aneurisma ventrikiler.

8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan

fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.

9. Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi

terhadap suatu stress/ aktivitas.

24
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan,

pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah

Sakit , diagnosa medis.

2. Keluhan Utama 

Keluhan yang paling dirasakan adalah nafas sesak dan nyeri dada.

3. Riwayat penyakit sekarang

a. Alasan MRS

Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien

mengeluh sesak dan nyeri dada, sesak bertambah jika aktifitas,

keadaan lemah dan nafsu makana menurun.

b. Keluhan waktu didata

Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan

bisa visus menurun sehingga aktivitas menjadi terbatas.

4. Riwayat kesehatan Dahulu

Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi

Mempunyai riwyat penyakit jantung, IMA, CHF

Mempunyai riwayat penyakit DM.

25
5. Riwayat kesehatan keluarga

Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit vaskuler : HT,

penyakit metabolik :DM

6. Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di

dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada

saat beraktivitas).

7. Sirkulasi

a. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin

normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.

2) Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin

mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan

kontraktilitasnya.

3) Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau

muskulus papilaris yang tidak berfungsi.

4) Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy

atau bradi cardia).

5) Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.

6) Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles

mungkin juga timbul dengan gagal jantung.

7) Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

8. Eliminasi

Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

26
9. Nutrisi

Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat

banyak, muntah dan perubahan berat badan.

10. Hygiene perseorangan

Mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan

badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan

serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri.

11. Data Psikologi

Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana

persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya.

12. Data Sosial

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaimana peran

klien dirumah dan dirumah sakit.

13. Data Spiritual

Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan

agama yang dianut.

14. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara umum, focus pada dada, jantung, paru,

integument dan visus.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan

afterload

27
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan kelemahan.

C. Intervensi keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan/Luaran Intervensi

.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen nyeri

berhubungan intervensi selama ... Observasi:

dengan agen (waktunya,contoh 1x 24 - Identifikasi lokasi, karaktristik, durasi,

pencedera jam atau 8 jam), maka frekuensi, intensitas nyeri

fisiologis. tingkat nyeri menurun, - Identifikasi skala nyeri

dengan kriteria hasil : - Identifikasi respon nyeri non verbal

- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat

menurun (5) dan memperingan nyeri

- Meringis - Identifikasi pengetahuan dan

menurun (5) keyakinan tentang nyeri

- Sikap protektif - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap

menurun (5) kualitas hidup

- Gelisah - Identifikasi pengaruh budaya terhadap

menurun (5). respon nyeri

- Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang sudah diberikan

- Monitor efek samping pengguanaan

analgetic.

28
Terapeutuk :

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

- Control lingkungan yang memperkuat

rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan strategi meredakan

nyeri

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu

nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik

secara tepat

- Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat analgetik,

jika perlu.

29
2. Pemberian analgetik

Observasi:

- identifikasi karakteristik nyeri

- identifikasi riwayat alergi obat

- identifikasi kesesuaian jenis analgesic

- monitor efetifitas analgesic

Terapeutik:

- diskusikan pemberian analgesik yang

disukai untuk mencapai analgesia

optimal

- pertimbangkan penggunaan infus, atau

bolus oploid untuk mempertahankan

kadar dalam serum

- tetapkan target efektifitas analgesic

untuk mengoptimalkan respon pasien

- dokumentasikan respon terhadap efek

analgesik dan efek yang tidak

diinginkan

Edukasi:

- jelaskan efek samping dan efekterapi

obat

30
Kolaborasi:

- kolaborasi pemberian obat dan jenis

analgetic sesuai indikasi.


2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Perawatan jantung

jantung intervensi selama ... Observasi :

berhubungan (waktunya,contoh 1x 24 - Identifikasi tanda/gejala primer

dengan perubahan jam atau 8 jam), maka penurunan curah jantung

preload dan curah jantung - Identifikasi tanda gejala sekunder

afterload. meningkat, dengan penurunan curah jantung

kriteria hasil : - Monitor tekanan darah termasuk td

- Kekuatan nadi ortostatik,jika perlu

perifer - Monitor intake dan output cairan

meningkat (5) - Monitor berat badan setiap hari pada

- Bradikardia waktu yang sama

menurun (5) - Monitor saturasi oksigen

- Gambaran EKG - Monitor keluhan nyeri dada

aritmia menurun - Monitor EKG 12 sadapan

(5) - Monitor Aritmia (kelainan irama dan

- Lelah menurun frekuensi)

(5) - Monitor nilai laboratorium jantung

- Suara jantung - Periksa tekanan darah dan frekuensi

S3 menurun (5) nadi sebelum dan sesudah aktivitas

- Suara jantung - Periksa tekanan darah dan frekuensi

31
S4 Menurun (5) nadi sebelum pemberian obat.

- Tekanan darah Terapeutik:

membaik (5) - Posisikan pasien semiflowler dengan

- Pengisian kaki dibawah atau posisi nyaman

kapiler - Berikan diet jantung yang sesuai

membaik (5). - Gunakan stocking elastis atau

pneumatik intermiten,sesuai indikasi

- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk

modifikasi gaya hidup sehat

- Berikan terapi relaksasi untuk

mengurangi stres,jika perlu

- Berikan dukungan emosional dan

spiritual

- Berikan oksigen untuk

mempertahankan saturasi oksigen

>94%

Edukasi:

- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai

toleransi

- Anjurkan beraktivitas fisik secara

bertahap

- Anjurkan berhenti merokok

- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur

32
berat badan harian

- Ajarkan pasien dan keluarga untuk

mengukur intake dan output cairan

harian

Kolaborasi:

- Kolaborasi kan pemberian

antiatitma,jika perlu

- Rujuk ke program rehabilitasi jantung.

2. Perawatan jantung akut

Observasi:

- Identifikasi karakteristik nyeri dada

- Monitor EKG 12 sadapan untk

perubahanST dan T

- Monitor Aritmia

- Monitor elektrolit yang dapat

meningkatkan risiko Aritmia

- Monitor enzim jantung

- Monitor saturasi oksigen

- Identifikasi stratifikasi pada sindrom

koroner akut

Terapeutik:

33
- Pertahankan titah baring minimal 12

jam

- Pasang akses intravena

- Puasakan hingga bebas nyeri

- Berikan terapi relaksasi untuk

mengurangi ansietas dan stress

- Sediakan lingkungan yang kondusif

untuk beristirahat dan pemulihan

- Siapkan menjalani intervensi koroner

perkuatan,jika perlu

- Berikan dukungan emosional dan

spiritual

Edukasi:

- Anjurkan segera melaporkan nyeri

dada

- Anjurkan menghindari manuver

valsava

- Jelaskan tindakan yang dijalani pasien

- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan

dan ketakutan

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian obat

antiplatelet,jika perlu

34
- Kolaborasi pemberian antianginal

- Kolaborasi pemberian morfin,jika

perlu

- Kolaborasi pemberian inotropik,jika

perlu

- Kolaborasi pemberian obat untuk

mencegah manuver

- Kolaborasi pecegahan trombus dengan

antikoagulan,jika perlu

- Kolaborasi pemeriksaan X-ray

dada,jika perlu.
3. Ansietas Setelah dilakukan 1. Reduksi Ansietas

berhubungan intervensi selama ... Tindakan :

dengan ancaman (waktunya,contoh 1x 24 Observasi :

terhadap kematian. jam atau 8 jam), maka - identifikasi saat tingkat ansietas

tingkat ansietas berubah

menurun, dengan - identifikasi kemampuan mengambil

kriteria hasil : keputusan

- Verbalisasi - monitor tanda tanda ansietas.

khawati akibat Terapeutik :

kondisi yang - ciptakan suasana terapeutik untuk

dihadapi menumbuhkan kepercayaan

menurun (5) - temani pasien untuk mengurangi

- Perilaku gelisah kecemasan, jika memungkinkan

35
menurun (5) - pahami situasi yang membuat ansietas

- Perilaku tegang - dengarkan penuh perhatian

menurun (5). - gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan

- tempatkan barang pribadi yang

membrikan kenyamanan

- motivvasi mengidentifikasi situasi

yang memicu kecemasan

- diskudikan perencanaan realistis

tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi :

- jelaskan prosedur, termasuk, sensasi

yang mungkin akan dialami

- informasikan secara faktual mengenai

diagnosis, pengobatan, dan prognosis

- anjurkan melakukan kegiatan yang

tidak kompetetif, sesuai kebutuhan

- anjurkan mengungkapkan perasaandan

persepsi

- latih kegiatan pengalihan untuk

mengurangi ketegangan

- latih penggunaan mekanisme

pertahanan diri yang tepat

36
- latih tekinik relaksasi

Kolaborasi :

- kolaborasikan pemberian obat ansietas,

jika perlu.

2. Terapi Relaksasi

Tindakan :

Observasi :

- identifikasi penurunan tingkat energi,

ketidakmampuan berkonsetrasi atau

gejala lain yang menggangu

kemampuan kognitif

- identifikasi teknik relaksasi yang

pernah efektif digunakan

- identifikasi kesediaan, kemampuan,

dan penggunaan teknik sebelumnya

- periksa ketegangan otot, frekuesni

nadi, tekanan darah, dan suhu

sebelumdan sesudah Latihan

- monitor respon terhadap terapi

relaksasi

37
Terapeutik :

- ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa

gangguan dengan pencahayaan dan

suhu ruang nyaman

- berikan informasi tertulis tentang

persiapan dan teknik relaksasi

- gunakan pakaian longgar

- gunakan nada suara dengan irama

lembut dan berirama

- gunakan relaksasi sebagai strategi

penunjan g dengan analgetik atau

tindakan media lain, jika sesuai

Edukasi :

- jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan

jenis relaksasi yang tersedia

- jelaskan secara rinciintervensi yang

dipilih

- anjurkan mengambil posisi nyaman

- anjurkan rileks dan merasakan sensasi

relaksasi

- anjurkan sering mengulangi atau

melatih teknik yang dipilih

- demostrasikan dan latih teknik

38
relaksasi.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Manejemen energi

berhubungan intervensi selama ... Defenisi:

dengan tirah baring (waktunya,contoh 1x 24 Mengidentifikasi dan mengelola

dan kelemahan. jam atau 8 jam), maka penggunaan energi untuk mengatasi atau

toleransi aktivitas mencegah kelelahan dan mengoptimalkan

meningkat, dengan proses pemulihan.

kriteria hasil : Tindakan:

- Kemudahan Observasi

melakukan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh

aktivitas sehari- yang mengakibatkan kelelahan

hari meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional

(5) - Monitor pola dan jam tidur

- Keluhan Lelah - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan


menurun (5) selama melakukan aktivitas
- Dispnea saat Terapeutik
aktivitas - Sediakan lingkungan nyaman dan
menurun (5). rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,

kunjungan)

- Lakukan latihan rentang gerak pasif

dan atau aktif

- Berikan aktifitas distraksi yang

menenangkan

39
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,

jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan aktifitas secara

bertahap

- Anjurkan menghubungi perawat tanda

dan gejala kelelahan tidak berkurang

- Ajarkan strategi koping untuk

mengurangi kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

cara meningkatkan asupan makanan.

2. Terapi aktivitas

Definisi

Menggunakan aktifitas fisik,

kognitif, sosial, dan spiritual tertentu untuk

memulihkan keterlibatan frekuensi, atau

durasi aktifitas individu atau kelompok.

Tindakan

Observasi

40
- Identifikasi defisit tingkat aktifitas

- Idenfikasi kemampuan berpartisipasi

dalam aktivitas tertentu

- Identifikasi sumber daya untuk

aktivitas yang diinginkan

- Identifikasi strategi meningkatkan

partisipasi dalam aktifitas

- Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.

Bekerja) dan waktu luang

- Monitor respons emosional, fisik,

sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

Terapeutik

- Fasilitasi fokus pada kemampuan,

bukan defisit yang dialami

- Sepakati komitmen untuk

meningkatkan frekuensi dan rentang

aktivitas

- Fasilitasi memilih aktivitas dan

tetapkan tujuan aktivitas yang

konsisten sesuai kemampuan fisik,

psikologis, dan social

- Kordinasikan pemilihan aktivitas

sesuai usia

41
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih

- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri

aktivitas, jika sesuai

- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam

menyesuaikan lingkungan untuk

mengakomodasi aktivitas yang dipilih

- Fasilitasi fisik rutin (mis. Ambulasi,

mobilisasi, dan perawatan diri) sesuai

kebutuhan

- Fasilitasi aktivitas pengganti saar

mengalami keterbatan waktu, energi,

atau gerak

- Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk

pasien hiperaktif

- Tingkatkan aktivitas fisik memelihara

berat badan, jika sesuai

- Fasilitasi aktivitas motorik untuk

merelaksasi otot

- Fasilitasi aktivitas dengan komponen

memory implisit dan emosional (mis.

Kegiatan keagamaan khusus) untuk

pasien demensia, jika sesuai

- Libatkan dalam permainan kelompok

42
yang tidak kompetitif, terstruktur, dan

aktif

- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas

rekreasi dan deversifikasi untuk

menurunkan kecemasan (mis. Vokal

grub, bola voli, tenis meja, jogging,

berenang, tugas sederhana, permainan

sederhana, tugas rutin, tugas rumah

tangga, perawatan diri, dan teka teki

dan kartu)

- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika

perlu

- Fasilitasi mengembangkan motivasi

dan penguatan diri

- Fasilitasi pasien dan keluarga

memantau kemajuannya sendiri untuk

mencapai tujuan

- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas

sehari-hari

- Berikan penguatan positif atas

pertisipasi dalam aktivitas

Edukasi

- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-

43
hari, jika perlu

- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang

dipilih

- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,

sosial, spritual, dan kognitif dalam

menjaga fungsi dan Kesehatan

- Anjurkan terlibat dalam aktivitas

kelompok atau terapi, jika perlu

- Anjurkan keluarga untuk memberi

penguatan positif atas partisipasi dalam

aktivitas

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan terapis okupasi

dalam merencanakan dan memonitor

program aktivitas, jika sesuai

- Rujuk pada pusat atau program

aktivitas komunitas, jika perlu.

BAB IV

EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Analisa Pi(C)Ot

44
1. Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien

dengan Penyakit Jantung Koroner di Ruang ICU RSUD DR.

SOEDARSO PONTIANAK (Lestari, D., Adriana, & Fauzan, S.

(2015)).

a. Population/patient: pasien dengan penyakit jantung koroner di

ruang ICCU RSUD dr. Soedarso Pontianak.

b. Intervention : Terapi Murottal. TERAPI MUROTTAL adalah

terapi dengan pemberian rekaman suara Al-qur’an yang dilagukan

oleh seorang qori (pembaca Al-qur’an) (siswantinah,2011).

Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-

qur’an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-qur’an),

direkam dan di perdengarkan dengan tempo yang lambat serta

harmonis (purna, 2006)

(http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati%20BAB

%20II.pdf (di akses pada tanggal 10 april 2021)).

c. Comparison Intervension: -

d. Outcome :

1) Keuntungan Intervensi Penelitian : terapi murottal terbukti

lebih efektif menurunkan kecemasan dibandingkan dengan

terapi musik lainnya.

2) Manfaat Intervensi Penelitian : Terapi murottal memiliki

aspek yang sangat diperlukan dalam mengatasi kecemasan,

murottal memiliki kemampuan untuk membentuk suatu koping

45
baru untuk mengatasi kecemasan. Sehingga secara garis besar

terapi murottal memiliki dua poin penting, yakni memiliki

irama yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi

dan memberikan dorongan semangat seseorang untuk

menghadapi problem yang sedang dihadapinya.

3) Efek : Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika

didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Quran) maka

otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.

Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka

yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik

berupa rasa nyaman. Bacaan AlQuran secara murottal

mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan

apabila didengarkan dalam tempo murottal berada antara 60-70

menit secara konstan, tidak ada perubahan irama yang

mendadak, dan dalam nada yang lembut.

e. Time : terapi murottal surah Ar- Rahman yang berdurasi 11 menit

59 detik yang diulangi sebanyak 2 kali pengulangan selama 3 hari

berturut-turut yang dilakukan pada pagi hari.

2. Terapi Murottal Dengan Akupresur Terhadap Tingkat

Kecemasan Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dengan Penyakit

Jantung Koroner (Hajiri, F., Pujiastuti, S. E., & Siswanto, J. (2019)).

a. Population/patient: Sebanyak 30 responden dipilih dengan

metode stratified random sampling dengan kriteria: 1) Pasien yang

46
sadar, tidak ada gangguan komunikasi; 2) Pasien yang beragama

islam dan sehat rohani; 3) Pasien yang masuk dalam kriteria pasien

kritis; 4) Pasien yang mengalami kecemasan dengan skala >40.

b. Intervention : Terapi Murottal dengan akupresur. TERAPI

MUROTTAL adalah terapi dengan pemberian rekaman suara Al-

qur’an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-qur’an)

(siswantinah,2011). Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan

ayat-ayat suci Al-qur’an yang dilagukan oleh seorang qori

(pembaca Al-qur’an), direkam dan di perdengarkan dengan tempo

yang lambat serta harmonis (purna, 2006)

(http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati%20BAB

%20II.pdf (di akses pada tanggal 10 april 2021)).

Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti

jarum dan menekan. Akupresur merupakan istilah yang digunakan

untuk memberikan rangsangan (stimulasi) titik akupunktur dengan

teknik penekanan atau teknik mekanik

(https://id.wikipedia.org/wiki/Akupresur (di akses pada tanggal 11

april 2021)).

c. Comparison Intervension: -

d. Outcome :

47
1) Keuntungan Intervensi Penelitian : terapi kombinasi antara

murottal dengan akupresur lebih efektif dalam menurunkan

kecemasan pasien jantung koroner.

2) Manfaat Intervensi Penelitian : terapi murottal yang

merupakan jenis terapi religi yang saat ini dikembangkan

dengan tujuan untuk merelaksasikan pasien, terapi murottal

memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini

dikarenakan ketika murottal diperdengarkan dan sampai ke

otak, maka murottal ini akan diterjemahkan oleh otak. Terapi

akupresur adalah salah satu terapinon-farmakologis yang bisa

diberikan untuk mengatasi kecemasan pasien.

3) Efek : Akupresur sangat praktis karena dengan sentuhan

memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk

menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi

darah, merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun.

Penekanan ujung-ujung jari tangan pada daerah tertentu

dipermukaan kulit yang berdampak positif terhadap kondisi

fisik, mental dan sosial (Majid, 2014).

Rangsangan manual pada titik akupresur terbukti dapat

meningkatkan produksi serotonin dan endorphin yang berperan

dalam meningkatkan regulasi kortisol serum. Endorphin

merupakan opiat alami yang diproduksi di dalam tubuh, dapat

memicu respon menenangkan dan membangkitkan semangat di

48
dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, mengurangi

kecemasan, menyebabkan relaksasi dan normalisasi fungsi

tubuh (Hmwe NTT, 2015). Sedangkan serotonin mempunyai

fungsi mengatur mood dan tidur (Yudi, 2014).

Sedangkan Terapi murottal bekerja pada otak, dimana

ketika didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Quran)

maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.

Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka

yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik

berupa rasa nyaman. Bacaan Al-Quran secara murottal

mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan

dan meningkatkan kualitas tidur apabila didengarkan dalam

tempo murottal berada antara 60-70 dh secara konstan, tidak

ada perubahan irama yang mendadak, dan dalam nada yang

lembut (Lestari D, 2015; Endiyono, 2016).

e. Time : 2x15 menit sehari selama dua hari.

3. Terapi Murottal (Al-qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi [ CITATION Far15

\l 1033 ].

a. Population/patient: Pasien Pre Operasi Laparatomi.

b. Intervention : Terapi Murottal. Terapi Murottal adalah terapi

dengan pemberian rekaman suara Al-qur’an yang dilagukan oleh

seorang qori (pembaca Al-qur’an) (siswantinah,2011). Murottal

49
juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an yang

dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-qur’an), direkam dan di

perdengarkan dengan tempo yang lambat serta harmonis (purna,

2006)(http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati

%20BAB%20II.pdf (di akses pada tanggal 10 april 2021)).

c. Comparison Intervension: -

d. Outcome :

1) Keuntungan Intervensi Penelitian : untuk menurunkan

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi di Ruang

Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

2) Manfaat Intervensi Penelitian : terapi murotal (membaca Al-

qur’an) yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien.

Terapi ini murotal (membaca Al-qur’an) terbukti berguna

dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa

nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks.

3) Efek : Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika

didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Quran) maka

otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.

Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka

yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik

berupa rasa nyaman.

e. Time : 11 menit 59 detik yang diulangi sebanyak 3 kali

pengulangan.

50
B. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab utama kematian dan

kesakitan di banyak negara maju, bahkan juga di berbagai negara

berkembang. Penyakit ini menyumbang sekitar 30% dari total kematian

di dunia. Penyakit jantung koroner adalah sebuah kondisi dimana dinding

pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke otot jantung mengalami

penebalan. Penebalan ini disebabkan oleh perkembangan lesi atau plak

pada dinding arteri, yang disebut aterokslerosis. Keadaan ini membatasi

pasokan darah ke otot jantung (miokardium) dan memberikan manifestasi

seperti nyeri dada (angina) atau sesak nafas saat beraktivitas (Rufaidah

MF, 2015).

Pasien dengan penyakit jantung koroner di ruang ICCU RSUD dr.

Soedarso Pontianak dengan jenis kelamin laki laki dan perempuan dari

usia 26 tahun sampai lebih dari 65 tahun. Pasien mengalami kecemasan

akibat penyakit yang dideritanya, mulai dari kecemasan ringan sampai

skala berat. Kecemasan yang dialami oleh penderita penyakit jantung

dapat menyebabkan spasme pembuluh darah sehingga dapat

menyebabkan infark miokard yang disebut dengan serangan jantung dan

akan mempengaruhi penyembuhan. Mekanisme yang menyebabkan

kecemasan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner yang fatal

termasuk hiperventilasi yang terjadi selama serangan akut yang dapat

menyebabkan spasme koroner dan dapat menyebabkan kegagalan

ventrikel sehingga dapat menyebabkan aritmia.

51
Metode yang dapat digunakan untuk mengontrol kecemasan

adalah dengan terapi farmakologis dan non-farmakologis. Terapi

farmakologi yang pada pasien yang nyeri dan gelisahmenggunakan obat

Benzodiazepin, memiliki efek samping seperti; penurunan hemodinamik,

defisit memori, resistensi obat, ketergantungan dan kecanduan.

Sedangkan terapi non farmakologi yakni terapi murottal dengan

akupresur. Terapi murottal memiliki aspek yang sangat diperlukan dalam

mengatasi kecemasan, murottal memiliki kemampuan untuk membentuk

suatu koping baru untuk mengatasi kecemasan. Sehingga secara garis

besar terapi murottal memiliki dua poin penting, yakni memiliki irama

yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan

memberikan dorongan semangat seseorang untuk menghadapi problem

yang sedang dihadapinya. Jika klien tidak diberikan intervensi terapi

murottal untuk menangani kecemasan yang dialaminya, maka bisa

berpengaruh pada Kesehatan jantung klien, dan bisa menyebabkan

kematian.

C. Hasil Pencarian Evidence Based Practice

52
1. Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien

dengan Penyakit Jantung Koroner di Ruang ICU RSUD DR.

SOEDARSO PONTIANAK

a. Jurnal ilmiah

b. Situs Web : Google Scholar

c. Tahun : 2015

d. Kata Kunci : terapi untuk menurunkan cemas pasien PJK

2. Terapi Murottal Dengan Akupresur Terhadap Tingkat Kecemasan Dan

Kadar Gula Darah Pada Pasien Dengan Penyakit Jantung Koroner

a. Jurnal ilmiah

b. Situs Web : Google Scholar

c. Tahun : 2019

d. Kata Kunci : terapi untuk menurunkan cemas pasien PJK

53
3. Terapi Murottal (Al-qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi

a. Jurnal ilmiah

b. Situs Web : Google Scholar

c. Tahun : 2015

d. Kata Kunci : terapi untuk menurunkan cemas

D. Rangkuman Research

54
No. Judul Design Intervensi Hasil Kesimpulan
1. Pengaruh Penelitian ini 1. Dilakukan Hasil Responden dalam

Terapi bersifat observasi pengkajian penelitian ini

Murottal kuantitatif pertama (pre sebelum mayoritas berjenis

Terhadap dengan test) terlebih diberikan kelamin laki-laki

Tingkat menggunakan dahulu terapi sebagian (51,4%), rentang

Kecemasan design sebelum besar pasien usia responden

Pasien dengan penelitian dilakukan mengalami dalam penelitian

Penyakit quasi intervensi kecemasan ini antara usia

Jantung eksperiment 2. Setelah itu sedang. Uji dewasa awal

Koroner di tanpa ada dilakukan beda tingkat hingga manula

Ruang ICU kelompok terapi kecemasan dan mayoritas

RSUD DR. control. Pada murottal pasien sebelum berada pada usia

SOEDARSO design one surah Ar- dan sesudah lansia akhir

PONTIANAK grup pretest Rahman diberikan (43,8%). Tingkat

. post terst ini yang terapi murottal kecemasan pasien

dilakukan berdurasi 11 diperoleh nilai sebelum dilakukan

observasi menit 59 t intervensi rata-rata


hitung sebesar
pertama (pres detik yang berada pada
9,812 (p =
test) terlebih diulangi tingkat kecemasan
0,000 ≤ 0,05)
dahulu sebanyak 2 sedang (75%) dan
sehingga H0
sebelum kali setelah dilakukan
ditolak.

55
dilakukan pengulangan terapi mengalami

intervensi. selama 3 hari penurunan tingkat

Setelah itu berturut-turut kecemasan

diberikan yang menjadi

intervensi, dilakukan kecemasan ringan

lalu dilakukan pada pagi (81,3%). Rata-rata

Kembali post hari. skor kecemasan

test atau 3. dilakukan pasien sebelum

observasi kembali dilakukan terapi

akhir. posttest atau murottal 43,50

observasi dan mengalami

Sampel yang akhir. penurunan

diambil yaitu menjadi 31,13

pasien dengan setelah dilakukan

penyakit terapi murottal.

jantung Dan disimpulkan

koroner di bahwa ada

ruang ICCU pengaruh terapi

RSUD dr. murottal terhadap

Soedarso kecemasan pasien

Pontianak. sebelum dan

sesudah dilakukan

intervensi yang

56
dibuktikan dengan

nilai p = 0,000 ≤

0,05.
2. Terapi Penelitian ini 1. Mengisi kuesioner Hasil Terapi murottal

Murottal merupakan untuk mengukur signifikan pada dengan akupresur

Dengan penelitian tingkat kecemasan uji repeated terhadap

Akupresur analitik klien dengan PJK measurement kecemasan

Terhadap komparatif sebelum diberikan Anova pada berpengaruh

Tingkat berpasangan intervensi. tingkat dalam

Kecemasan dengan 2. Kelompok kecemasan menurunkan

Dan Kadar menggunakan intervensi diberikan didapatkan kecemasan pasien

Gula Darah desain perlakuan berupa nilai p <0,05 jantung koroner

Pada Pasien experimental murottal dan yang artinya pada pengukuran

Dengan with control akupresur sedangkan ada pengaruh 1 dan pengukuran

Penyakit group pretest kelompok kontrol signifikan 2; Terapi murottal

Jantung posttest diberikan murottal murottal dan dengan akupresur

Koroner. design. Pada saja dengan durasi akupresur dan terapi

desain ini, masing-masing 15 terhadap murottal tidak

terdapat dua menit selama 2 hari. tingkat pengaruh terhadap

kelompok 3. Mengisi kuesioner kecemasan, gula darah pada

yaitu untuk mengukur pada kadar pengukuran 1 dan

kelompok tingkat kecemasan gula darah pengukuran 2;

intervensi dan klien dengan PJK didapatkan Terapi murottal

kelompok sebelum diberikan nilai p >0,05 dengan akupresur

57
kontrol. intervensi. yang artinya dan terapi

tidak ada murottal terhadap

Populasi pada pengaruh tingkat kecemasan

penelitian ini signifikan dan kadar gula

adalah murottal dan darah dapat

Sebanyak 30 akupresur disimpulkan

responden terhadap kadar bahwa terapi

dipilih dengan gula darah. kombinasi antara

metode murottal dengan

stratified akupresur selama

random 2x15 menit sehari

sampling lebih efektif dalam

dengan menurunkan

kriteria: 1) kecemasan dan

Pasien yang tidak berpengaruh

sadar, tidak terhadap kadar

ada gangguan gula darah.

komunikasi;

2) Pasien

yang

beragama

islam dan

sehat rohani;

58
3) Pasien

yang masuk

dalam kriteria

pasien kritis;

4) Pasien

yang

mengalami

kecemasan

dengan skala

>40.
3. Terapi Desain Responden Hasil Sebagian besar

Murottal (Al- penelitian ini diperdengarkan penelitian pasien pre operasi

qur’an) menggunakan surah Ar-rahman menunjukkan laparatomi

Mampu metode Pra yang berdurasi 11 pasien pre mengalami cemas

Menurunkan Eksperimen menit 59 detik yang operasi sedang sebelum

Tingkat dengan desain diulangi sebanyak 3 laparatomi dilakukan terapi

Kecemasan One Group kali pengulangan. sebelum mendengarkan

Pada Pasien Pretest- diberikan ayat-ayat

Pre Operasi Posttest. terapi murottal Alqur’an.

Laparatomi. (Al-Qur’an) Sebagian pasien

mengalami pre operasi

kecemasan laparatomi

sedang sebesar mengalami cemas

56,2 % dan ringan sesudah

59
kecemasan dilakukan terapi

berat sebesar mendengarkan

43,8%. Setelah ayat-ayat

diberikan Alqur’an.

terapi murottal Terdapat pengaruh

(Al-Qur’an) pemberian terapi

didapatkan Murottal (Al-

sebagian besar qur’an) terhadap

(65, 6%) penurunan tingkat

mengalami kecemasan pada

tingkat pasien pre operasi

kecemasan laparatomi di

ringan. Hasil Ruang

uji statistic Bougenville

Wilcoxon RSUD Dr. Soegiri

didapatkan Lamongan dengan

nilai Z= -5.185 hasil uji statistik

dan P = 0,000 Wilcoxon Sign

artinya ada Rank Test,

pengaruh menunjukkan nilai

pemberian signifikansi (p-

terapi murottal value = 0,000) .

(Al-Qur’an)

60
terhadap

penurunan

tingkat

kecemasan.

Untuk itu perlu

disosialisasika

n dan

diterapkan

pemberian

terapi murottal

(Al-Qur’an)

pada pasien pre

operasi

laparatomi.

E. Critical Analysis

No. Judul Karya Tujuan Metode (Desain, Hasil Komentar

Ilmiah, sampel, variable,

Penulis dan instrument,

Tahun analisis)
1. Pengaruh Penelitian ini Desain : Penelitian Hasil Menurut

Terapi bertujuan untuk ini bersifat pengkajian pendapat kami,

Murottal mengetahui kuantitatif dengan sebelum secara

61
Terhadap apakah ada menggunakan diberikan keseluruhan

Tingkat pengaruh terapi design penelitian terapi sebagian jurnal tersebut

Kecemasan murottal quasi eksperiment besar pasien sudah cukup

Pasien dengan terhadap tingkat tanpa ada kelompok mengalami baik, namun

Penyakit kecemasan control. Pada design kecemasan mungkin

Jantung pasien dengan one grup pretest sedang. Uji kedepannya bisa

Koroner di PJK. post terst ini beda tingkat di perbaiki lagi

Ruang ICU dilakukan observasi kecemasan dari segi variable

RSUD DR. pertama (pres test) pasien sebelum dependent,

SOEDARSO terlebih dahulu dan sesudah dimana bisa di

PONTIANAK sebelum dilakukan diberikan comparasion

. (Dian Lestari, intervensi. Setelah terapi murottal antara terapi

2015) itu diberikan diperoleh nilai murottal untuk

intervensi, lalu t menurunkan


hitung sebesar
dilakukan Kembali cemas pada
9,812 (p =
post test atau pasien PJK dan
0,000 ≤ 0,05)
observasi akhir. terapi murottal
sehingga H0
untuk
ditolak.
menurunkan

Sampel : Sampel nyeri pada pasien

dalam penelitian ini PJK.

adalah pasien

dengan penyakit

62
jantung koroner di

ruang ICCU RSUD

dr. Soedarso

Pontianak.

Variabel

Independent :

Terapi Murottal

Variabel

Dependent :

Tingkat kecemasan.

Instrument :

Instrumen dalam

penelitian ini

menggunakan Zung

Self Rating Anxiety

Scale (ZSRAS) yang

membagi skor

kecemasan menjadi

empat tingkatan

yaitu skor 20-34

63
tingkat kecemasan

ringan, skor 35-49

tingkat kecemasan

sedang, skor 50-64

tingkat kecemasan

berat, dan skor 65-

80 panik. Untuk

mendukung

jalannya penelitian,

peneliti

menggunakan MP3

Player yang

berisikan Murottal

Surah Ar-Rahman

dan Earphone serta

menggunakan

lembar observasi

pengukuran heart

rate, respiratory

rate, dan blood

presure untuk

mendukung hasil

penelitian.

64
Analisis :

Pengelolahan dan

analisa data

menggunakan

analisa statistik

komputer. Setelah

data terkumpul

kemudian dilakukan

pengelolaan data

dengan Uji T

berpasangan

(Paired Sample T-

Test).
2. Terapi Tujuan Desain : Penelitian Hasil Menurut

Murottal penelitian ini ini merupakan signifikan pada pendapat kami,

Dengan untuk penelitian analitik uji repeated secara

Akupresur mengetahui komparatif measurement keseluruhan

Terhadap pengaruh terapi berpasangan Anova pada jurnal tersebut

Tingkat kombinasi dengan tingkat sudah cukup

Kecemasan murottal dan menggunakan kecemasan baik, dan

Dan Kadar akupresur desain experimental didapatkan sekiranya terapi

Gula Darah terhadap tingkat with control group nilai p <0,05 ini bisa

Pada Pasien kecemasan dan pretest posttest yang artinya diterapkan di

65
Dengan kadar gula design. Pada desain ada pengaruh beberapa fasilitas

Penyakit darah pada ini, terdapat dua signifikan Kesehatan untuk

Jantung pasien penyakit kelompok yaitu murottal dan mengurangi

Koroner. jantung koroner, kelompok akupresur tingkat

(Farid Hajiri, serta intervensi dan terhadap kecemasan klien

Sri Endang mendiskripsikan kelompok kontrol. tingkat PJK ataupun

Pujiastuti, Joni tingkat kecemasan, klien lainnya.

Siswanto, kecemasan dan Sampel : Sebanyak pada kadar

2019). kadar gula darah 30 responden gula darah

pre dan post dipilih dengan didapatkan

pada pemberian metode stratified nilai p >0,05

terapi random sampling yang artinya

kombinasi dan dengan kriteria: 1) tidak ada

terapi non Pasien yang sadar, pengaruh

kombinasi, serta tidak ada gangguan signifikan

menganalisis komunikasi; 2) murottal dan

pengaruh dan Pasien yang akupresur

perbedaan beragama islam dan terhadap kadar

terapi sehat rohani; 3) gula darah.

kombinasi dan Pasien yang masuk

non kombinasi dalam kriteria

terhadap tingkat pasien kritis; 4)

kecemasan dan Pasien yang

66
kadar gula mengalami

darah. kecemasan dengan

skala >40.

Variabel

Independent :

Terapi murottal

dengan akupresur.

Variabel

Dependent :

Tingkat kecemasan

dan kadar gula

darah.

Instrument :

Zung Self-Rating

Anxiety Scale

digunakan sebagai

instrumen

kecemasan untuk

mengukur

kecemasan pada

67
pasien penyakit

jantung koroner

sebelum dan

sesudah intervensi.

Skala terdiri dari

20 item

pernyataan,

dengan kategori

selalu; kadang-

kadang; jarang;

dan tidak pernah.

Mengadopsi Zung

Self-Rating

Anxiety Scale dari

penelitian Lestari

(2015) yang sudah

diuji validitas dan

reabilitas pada 16

pasien cemas

dengan diangnosa

penyakit jantung

koroner (PJK)

yang menunjukkan

68
validitas memiliki

korelasi yang

tinggi dan

reabilitas yang

sempurna dimana

semua item

pernyataan ZS-

RAS memiliki R

hitung lebih besar

dari 0.63 dan nilail

Cronbach’s Alpha

lebih dari 0.63.

Analisis : Uji

normalitas data

menggunakan

shapiro-wilk karena

sampel kurang dari

50, hasil uji

normalitas

menunjukkan hasil

>0.05 maka

selanjutnya

69
digunakan uji

statistik repeated

measurement anova

dengan

menggunakan SPSS

versi 20.
3. Terapi Tujuan Desain : Desain Hasil Menurut

Murottal (Al- penelitian ini penelitian ini penelitian pendapat kami,

qur’an) adalah untuk menggunakan menunjukkan secara

Mampu menganalisa metode Pra pasien pre keseluruhan

Menurunkan pengaruh Eksperimen dengan operasi jurnal tersebut

Tingkat pemberian desain One Group laparatomi sudah cukup

Kecemasan terapi murottal Pretest-Posttest. sebelum baik, dan agar

Pada Pasien (Al-Qur’an) diberikan kiranya terapi ini

Pre Operasi terhadap Sampel : terapi murottal bisa di terapkan

Laparatomi. penurunan responden (Al-Qur’an) di beberapa

(Virgianti Nur tingkat sebanyak 32 mengalami fasilitas

Faridah), kecemasan pada pasien pre kecemasan Kesehatan,

2015) pasien pre operasi. sedang sebesar misalnya

operasi 56,2 % dan puskesmas, dll.

laparatomi di kecemasan Untuk

Ruang Variabel berat sebesar menurunkan

Bougenville Independent : 43,8%. Setelah kecemasan pada

RSUD Dr. Terapi Murottal. diberikan pasien khususnya

70
Soegiri terapi murottal pasien dengan

Lamongan. Variabel (Al-Qur’an) diagnosis PJK.

Dependent : didapatkan

tingkat kecemasan sebagian besar

pada pasien Pre (65, 6%)

Operasi mengalami

Laparatomi. tingkat

kecemasan

Instrument : ringan. Hasil

Penelitian ini uji statistic

menggunakan Wilcoxon

skala ukur yang didapatkan

membagi cemas nilai Z= -5.185

menjadi cemas dan P = 0,000

ringan, sedang artinya ada

hingga berat. pengaruh

pemberian

Analisis : Hasil uji terapi murottal

statistic Wilcoxon (Al-Qur’an)

didapatkan nilai Z= terhadap

-5.185 dan P = penurunan

0,000 artinya ada tingkat

pengaruh kecemasan.

71
pemberian terapi Untuk itu perlu

murottal (Al- disosialisasika

Qur’an) terhadap n dan

penurunan tingkat diterapkan

kecemasan. pemberian

terapi murottal

(Al-Qur’an)

pada pasien pre

operasi

laparatomi.

72
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana

terjadi penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi

koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh nadi yang

mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-

rongga jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan

(plak) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan

terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam

pembuluh darah. Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan

penyebab penyakit arteri koronaria paling sering ditemukan.

Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa

dalam arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh

darah.

Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti

merokok sedini mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi

makanan sehat dan gizi seimbang, menghindari stress yang berlebihan,

menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi konsumsi alkohol,

menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan berat

badan. Cara mengatasi penyakit jantung koroner adalah tes

diagnosis,angioplasti, operasi by-pass dan pemberian obat-obatan.

73
Adapun diagnose yang bisa muncul dari kasus PJK, yaitu :

nyeri, ansietas, penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, dan

masih banyak lagi. Intervensi yang bisa diberikan yakni : manajemen

nyeri, reduksi ansietas, terapi aktivitas, perawatan jantung, manajemen

energi, pemberian analgesic, terapi relaksasi.

B. Saran

Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja,

bukan hanya kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih

sangat muda sekalipun penyakit jantung dapat menyerang. Jadi,

apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus

mualai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai pola makan yang

sehat dan teratur hingga mulai membiasakan untuk teratur berolahraga

dan tidak merokok tentunya.

74
DAFTAR PUSTAKA

Faridah, V. N. (2015). Terapi Murottal (Al-Qur'an) Mmapu Menurunkan Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi. JURNAL
KEPERAWATAN.

Hajiri, F., Pujiastuti, S. E., & Siswanto, J. (2019). Terapi Murottal Dengan
Akupresur Terhadap Tingkat Kecemasan dan Kadar Gula darah Pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Keperawatan Silampari.
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/127/jtptunimus-gdl-prasektiha-6318-2-
babii.pdf (di akses pada tanggal 9 april 2021).
https://id.scribd.com/document/249018014/askep-pjk (di akses pada tanggal 9
april 2021).
https://id.wikipedia.org/wiki/Akupresur (di akses pada tanggal 11 april 2021).
http://repository.ump.ac.id/2714/3/Dwi%20Muliawati%20BAB%20II.pdf (di
akses pada tanggal 10 april 2021).
https://rsudkotabogor.org/web/penyakit-jantung-koroner/ (di akses pada tanggal 9
april 2021).
https://www.academia.edu/27462783/Penyakit_Jantung_Koroner_PJK_ (di
akses pada tanggal 9 april 2021).
https://www.academia.edu/40555597/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PE
NYAKIT_JANTUNG_KORONER (diakses pada tanggal 9 april 2021).
https://www.scribd.com/doc/147549585/Pathway-PJK (di akses pada tanggal 9
april 2021).
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/pengobatan (di akses pada
tanggal 9 april 2021).
Lestari, D., Adriana, & Fauzan, S. (2015). Pengaruh Terapi Murottal terhadap
tingkat kecemasan pasien dengan penyakit jantung koroner di ruang ICCU
RSUD DR. SOEDARSO.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III.


Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.

75
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

76

Anda mungkin juga menyukai