Anda di halaman 1dari 33

GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH SERTA PERILAKU

MEROKOK DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA KELOMPOK


REMAJA USIA 18 – 25 TAHUN DI STIKES KENDEDES MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
Feri Irfan Barnabas
1801100482

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RESIKO KANKER
SERVIKS DENGAN PRILAKU SEKSUAL
PRANIKAH SERTA PRILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA
KEPERAWATAN STIKES KENDEDES MALANG
KOTA MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
Feri Irfan Barnabas
1801100482

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
SURAT PERNYATAAN PLAGIAT

Dengan ini saya menyampaikan bahwa saya yang bertanda tangan di bawah
ini :

Nama : Feri Irfan Barnabas


NIM : 1801100482
Institusi : STIKes Kendedes Malang
Tahun agkatan : 2018
Judul skripsi : Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Resiko Kangker
Serviks Dengan Prilaku Seksual Pranikah Serta Prilaku
Meroko Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes
Malang

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat merupakan hasil karya saya
pribadi dan bukan hasi dari tindakan plagiat. Jika kemudian hari saya ditemukan
dalam kondisi yang bertolak belakang dengan pernyataan yang saya buat hari ini,
maka saya bersedia menerima sangsi mengulang kembali mulai awal proses
penelitian dari penyerahan judul sampay dengan ujian ulang yang akan dilaksanakan
dilaksankan bersama dengan agkatan dibawah saya.
Dengan surat pernyatan ini sya buat dengan benar-benarnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Malang,……………...2022
Mahasiswa,

Feri Irfan Barnabas


1801100482

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wiwit Nurwidyningtias, S.Kep, M.Biomed Indah Mauludiyah, SST.,MPH


NIDN. 0722118101 NIDN. 0723037706
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Risiko


Kanker Serviks Dengan Perilaku Seksual Pra nikah Serta Perilaku Merokok
Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang” telah di uji dan
dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi STIKes Kendedes Malang Program
studi S1 Keperawatan.

Telah diuji pada :


Hari :
Tanggal :
Dan disahkan oleh :

Ns. Nurul Anjarwati, M.Kep, Sp.Kep.An (………………) (…………….)


NIDN. 0725128802 Tanda Tangan Tanggal
Penguji I

Dr.Wiwit Nurwidyningtias, S.Kep, M.Biomed (………………) (………..…...)


NIDN. 0722118101 Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I

Indah Mauludiyah, SST.,MPH (……………...) (…………….)


NIDN. 0723037706 Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing II

Malang,…………..2022
Ka. Prodi S1 Keperawatan,

Putu Sintya Arlinda A, S.Kep, Ns.,M.Kep


NIDN. 071107880
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan (SKRIPSI) ini
dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RESIKO
KANKER SERVIKS DENGAN PRILAKU SEKSUAL PRANIKAH SERTA
PRILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES
KENDEDES MALANG” Penulisan SKRIPSI ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar S1 Keperawatan pada Program S1
Keperawatan STIKes Kendedes Malang. Ini terwujud atas bimbingan dan
pengarahan dari Dr.Wiwit Nurwidyningtias, S.Kep, M.Biomed selaku pembimbing
utama dan Indah Mauludiyah, SST.,MPH selaku pembimbing pendamping serta
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. pada
kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Mulyohadi Sungkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes
Malang.
2. Drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang.
3. Dr. Endah Puspitorini, MScIH., DTMPH, selaku Ketua PLH Yayasan Kendedes
Malang.
4. Dr. Edi Murwani, AMd.Keb.,SPd.,MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes
Malang.
5. Ns Putu Sintya Arlinda Arsa, S.Kep., M.Kep., selaku ketua program studi S1.
6. Dr.Wiwit Nurwidyningtias, S.Kep, M.Biomed, selaku pembibing 1 yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan proposal Skripsi.
7. Indah Mauludiyah, SST.,MPH, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan dalam penyusunan proposal Skripsi.
8. Ns. Nurul Anjarwati, M.Kep, Sp.Kep.An, selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan dalam penyusunan proposal Skripsi.
9. Tim dosen pengajar S1 Keperawatan STIKes Kendedes Malang yang telah
memberikan bekal ilmu penetahuan dan penglaman dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
10. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral.
11. Teman-temanku satu bimbingan penelitian proposal serta Seluruh teman-teman,
yang telah berjuang bersama-sama saya dalam menyelesaikan proposal penelitian
ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Malang,……………2022

Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian kanker serviks setiap tahun mengalami peningkatan dan resiko
kematian akibat kanker serviks juga meningkat. Asap rokok adalah salah satu
faktor resiko penyebab kanker serviks yang mengandung zat kimia seperti
nikotin dan benzopiren. Kandungan zat kimia tersebut dapat meningkatakan
resiko terjadinya kanker serviks dengan berbagai mekanisme. Dari hasil
penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan secara statistic atara
peroko pasif dengan kejaian kanker serviks. Prokok pasif akan mengalami
kanker serviks 11,5 kali dibandingkan bukan perokok pasif (p=0,001. OR =
11,50). (Amar Syahmi, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), tembakau membunuh lebih dari
5 juta orang per tahun dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta orang sampai
tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang yang
didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta terutama di Asia. ASEAN
merupakan sebuah kawasan dengan 10 % dari seluruh perokok dunia dan 20%
penyebab kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk
di negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%). Dari hasil penelitian alasan
pertama kali merokok responden yang paling dominan adalah penasaran atau
coba-coba. Lebih dari separo responden perilaku merokoknya masuk dalam tipe
perokok ringan. Dari 54 responden sebanyak 38 responden faktor yang
mempengaruhi merokok adalah pengaruh dari teman. (Hilda Irianty, Ridha
Hayati, 2019).
Meningkatnya perilaku seksual pranikah berdampak pada kehamilan di luar
nikah. Faktor predisposisi (karakter, konsep diri, pengetahuan, sikap, dan
religiusitas), faktor reinforcing (peran teman sebaya, peran keluarga dan sikap
PA dalam siswa mentoring pribadi tentang kesehatan reproduksi remaja) dan
faktor pemungkin (tinggal siswa) perilaku seksual pranikah mahasiswa. Dari
hasil penelitian menunjukkan ada tiga variabel dalam faktor predisposisi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku seksual pranikah siswa
yaitu karakter, konsep diri dan sikap. Kekuatan karakter 2%, konsep diri 2%, dan
sikap 15% terhadap perilaku seksual pranikah siswa. (Lenny Irmawaty, 2013).
Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus. Faktor risiko
terjadinya kanker serviks diantaranya penggunaan kontrasepsi hormonal dan usia
menikah dini. Terdapat perbedaan hasil penelitian faktor risiko terhadap kejadian
kanker serviks. Dari hasil analisis univariat didapatkan jumlah penggunaan
kontrasepsi < 3 tahun sebanyak 25 sampel dan penggunaan kontrasepsi > 3 tahun
sebanyak 43 sampel. Hasil analisis univariat usia pertama kali menikah < 20
tahun sebanyak 19 sampel dan usia pertama kali menikah ≥ 20 tahun sebanyak
49 sampel. Hasil analisis bivariat ada hubungan penggunaan kontrasepsi dengan
kejadian kanker serviks (p= 0,012) dan tidak terdapat hubungan usia pertama kali
menikah dengan kanker serviks (p= 1,000). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penggunaan kontrasepsi
dengan kejadian kanker serviks akan tetapi tidak terdapat hubungan antara usia
pertama kali menikah dengan kejadian kanker serviks. (Rio Adi Saputro, Dewi
Usdiana Rosyidah, 2019).
Kejadian kanker serviks dapat dicegah dengan deteksi dini lesi prakanker.
Data yang didapat di Wilayah Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung
Bintang bulan september–desember 2018, dari 430 wanita usia subur yang
melakukan pap smear dan IVA, sebanyak 2 orang (0, 46%) terdeteksi kanker
rahim stadium 1b, 57 orang (13, 4%) mengalami lesi pra kanker serviks. Dari
hasil penelitian Rata-rata pengetahuan ibu sebelum penyuluhan adalah 10, 28
dengan standar deviasi 2,224 dan setelah penyuluhan adalah 17, 41 dengan
standar deviasi 1,773. Rata-rata motivasi ibu sebelum penyuluhan adalah 43, 59
dengan standar deviasi 7,556 dan setelah penyuluhan adalah 62, 26 dengan
standar deviasi 6,142. ()
Sehingga berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Resiko
Kanker Serviks Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku Merokok Pada
Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang.

1.2 Rumusan masalah


Adakah Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Kanker Serviks
Dengan Perilaku Seksual Pra nikah Serta Perilaku Merokok Pada Mahasiswa
Keperawatan STIKes Kendedes Malang

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan intensitas Pengetahuan Tentang Faktor Resiko
Kanker Serviks Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku
Merokok Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
1.3.2 Tujuan kusus
1. Untuk mengidentifikasi hubungan Pengetahuan Tentang Faktor
Resiko Kanker Serviks Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta
Prilaku Merokok Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes
Malang.
2. Untuk menganalisis hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Resiko
Kanker Serviks Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku
Merokok Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
1.4 Manfaat penelitian
1. Institusi pelayanan kesehatan
Menambahkan informasi tentang Faktor Resiko kanker serviks Dengan
Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku Merokok Pada Mahasiswa
Keperawatan STIKes Kendedes Malang
2. Masyarakat
Untuk menambah wawasan masyarakat tentang deteksi faktor resiko kanker
servisks pada mahasiswa dan prilaku merokok pada mahasiswa.
3. Bagi Responden
Untuk menambah wawasan dan meningkatkan upaya prefentif bagi
responden dalam menangani kanker serviks pada mahasiswa.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Pengetahuan
2.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan
atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang
diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu
(Lede, L. 2017). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai
macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera Menurut
Notoatmodjo dalam Yuliana (2017).
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan
bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowldege)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut
untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)Memahami suatu objek bukan sekedar
tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.
3. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut
dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponenkomponen yang terdapat dalam suatu objek.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu
kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam
suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki.
6. Penilaian (evaluation)
Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2.1.3 Fator yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk
menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan
menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan tinggi
seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
2) Media massa/ sumber informasi Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengetahuan jangka pendek (immediate impact), sehingga
menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan
teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru.
Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
3) Sosial budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya
interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.
5) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun
pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
6) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya
tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan
semakin banyak.

2.2 Tinjauan Teori Kanker Serviks


2.2.1 Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol
dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Kanker
serviks atau kanker leher rahim adalah jenis tumor ganas yang mengenai
lapisan permukaan (epitel) dan leher rahim atau mulut rahim. Penyebab
dari kanker serviks adalah infeksi dari Human Papiloma Virus (HPV).
Kanker serviks merupakan kanker dengan kasus terbanyak kedua pada
wanita usia subur 15-49 tahun setelah kanker payudara di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. (Andrijono dkk, 2020)
2.2.2 Epidemologi
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah
454.000 kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan
populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari
tahun 1980 sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat
3.1% dari 378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000
kematian terkait kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah wanita usia
15-49 tahun yang hidup di negara sedang berkembang.
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan
ke7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke6 di
negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian
(menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat
leukemia). Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara
berkembang, dan urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara
global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10
kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan
insidens sebesar 12,7%.
2.2.3 Patofisiologi

Sumber : Depkes, 2008


Gamabar 2.1 Patofisiologi Perjalanan Kanker Serviks

Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik


pada lapisan epitel serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (NIS)
1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah
menembus membran basalis akan berkembang menjadi karsinoma
mikroinvasif dan invasif. Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan
sebagai skrinin, sedangkan pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi
diagnostic.
2.2.4 Faktor Resiko
Karsinoma serviks skuamosa merupakan tingkat akhir dari NIS
(neoplasia
intraepitel serviks), berkembang dari displasia ke karsinoma in situ dan
kanker invasif. Dengan demikian faktor resiko kanker serviks adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan inisiasi transformasi atipik
(abnormal) serviks dan perkembangan dari displasia (Aziz, 2015). Faktor
resiko kanker serviks antara lain:
1. Wanita yang berasal dari golongan sosial ekonomi bawah
Risiko tinggi juga terjadi pada wanita yang berasal dari
golongan dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
dikaitkan dengan kemampuan untuk mendapatkan asupan makanan
yang bergizi dan penting untuk menjaga serta meningkatkan daya
tahan tubuh, terutama dalam menahan serangan infeksi virus dari luar.
Selain itu, sosial ekonomi yang rendah juga menyebabkan wanita
memiliki akses yang terbatas terhadap perkembangan dunia
kesehatan, termasuk pentingnya melakukan skrining atau pendetksian
dini kanker serviks, salah satunya melalui pemeriksaan pap smear
(Riksani dan RelMediaService, 2016).
2. Alat Kontrasepsi Oral
Terdapat bukti bahwa menggunakan kontrasepsi oral dalam
jangka waktu yang lama meningkatkan risiko kanker serviks.
Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker serviks meningkat pada
wanita yang memakai kontrasepsi oral semakin lama, namun
risikonya turun kembali setelah pemakaian kontrasepsi oral berhenti,
dan kembali normal sekitar 10 tahun setelah berhenti (American
Cancer Society, 2017).
Hingga kini para ahli belum memiliki kesepahaman mengenai
mekanisme penggunaan pil KB yang bisa meningkatkan risiko
terjangkitnya kanker serviks. Guven et al (2009), menyimpulkan
hipotesis bahwa kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan pil
KB berperan dalam terjadinya kanker serviks. Hal ini karena
kekentalan lendir bisa memperlama keberadaan agen karsinogenik
penyebab kanker berada di serviks. Fakta juga menunjukkan bahwa
adanya hubungan antara antara penggunaan pil KB dalam jangka
waktu yang lama, setidaknya 5 tahun dengan peningkatan kejadian
kanker serviks (Riksani dan Rel MediaService, 2016).
3. Obesitas
Kegemukan merupakan faktor pemicu kanker, seseorang
dapat menderita kanker apabila memiliki beragam gangguan nutrisi
yang disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, makanan, dan gaya
hidup. Peningkatan berat badan berhubungan dengan proses
homeostasis tubuh dalam menstabilkan hormon. Ketidak seimbangan
hormon progesteron dalam tubuh merangsang peningkatan berat
badan. Peningkatan dapat terjadi karena adanya kegagalan inhibiting
pada sekresi hormon di hipofisis yang mengakibatkan hormon
pertumbuhan meningkat sehingga dapat meningkatkan nafsu makan
(Sastrosudarmo, 2011). Namun teori tersebut tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan (Nugrahaningtyas, 2014) yang menyatakan
tidak ada hubungan obesitas dengan kejadian kanker serviks.
Wanita gemuk lebih cenderung terkena adenokarsinoma
serviks (American Cancer Society, 2017). Obesitas merupakan salah
satu faktor pemicu kanker, seseorang dapat menderita kanker apabila
memiliki beragam gangguan nutrisi yang disebabkan oleh faktor
genetik, lingkungan, makanan, dan gaya hidup. Peningkatan berat
badan berhubungan dengan proses homeostasis tubuh dalam
menstabilkan hormon. Ketidakseimbangan hormon progesteron dalam
tubuh merangsang peningkatan berat badan, Peningkatan dapat terjadi
karena adanya kegagalan penghambatan pada sekresi hormon di
hipofisis yang mengakibatkan hormon pertumbuhan meningkat
sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga
merangsang tubuh untuk mengubah kelebihan glikogen dalam bentuk
trigliserida, lama penggunaan kontrasepsi juganmempengaruhi
peningkatan berat badan (Misnadiarly, 2015). Obesitas memiliki efek
samping yang besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan dengan
meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50sampai
100% resiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan
orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab
kardiovaskular (Flier et al, 2005). Berikut beberapa efek patologis
dari obesitas:
a) Insulin resisten dan diabetaes tipe 2
b) Gangguan pada sistem reproduksi
c) Penyakit kardiovaskular
d) Penyakit pulmoner
e) Gallstones (batu empedu)
f) Kanker
g) Penyakit tulang, sendi dan kulit
4. Penggunaan Antiseptik
Kebiasaan pencucian vagina secara berlebihan dan saat tidak
diperlukan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran
bisa mengakibatkan iritasi pada serviks yang bisa juga menimbulkan
dan merangsang terjadinya kanker (Riksani dan RelMediaService,
2016).
5. Usia Pertama Kali Hubungan Seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang
ditularkan secara seksual. Beberapa bukti menunjukkan adanya
hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini.
Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual
yang banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada usia
muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Karena sel
kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa
maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan
berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia
saat pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah
faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks (Rasjidi, 2009).
6. Riwayat terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS)
Wanita yang pernah terkena infeksi menular seksual juga
memiliki risiko yang tinggi terkena kanker serviks. Hal ini karena
HPV bisa ikut tertular bersamaan dengan penyebab penyakit kelamin
lainnya saat terjadi hubungan seksual. Kaitan antara perubahan
abnormal serviks (dysplasia) dan kanker serviks yang berkaitan
dengan HIV telah dikenal sejak tahun 1990 (Riksani dan Rel Media
Service, 2016).
7. Merokok
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai
penyebab kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan
kanker sel skuamosa pada serviks (bukan adenoskuamosa atau
adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa langsung (aktivitas mutasi
mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek
imunosupresif dari merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari
tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita
perokok. Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel
skuamosa dan bersama infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi
keganasan (Rasjidi, 2015).
8. Paritas
Semakin banyak proses melahirkan yang dialami seorang ibu
maka semakin tinggi risiko untuk terkena kanker serviks (Savitri,
2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Jasa, 2016)
terdapat hubungan antara paritas yang tinggi atau dilakukan lebih dari
3 kali dengan kejadian kanker serviks, hal ini disebabkan karena pada
saat melahirkan janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma
pada serviks. Jika hal ini lakukan secara terus menerus maka serviks
akan terinfeksi dan bisa menimbulkan kanker serviks.
Wanita yang sering melahirkan memiliki risiko lebih besar
menderita kanker serviks. Selain itu, wanita yang melahirkan di usia
yang muda juga memiki risiko yang sama besar dengan wanita yang
sering melahirkan (Riksani dan Rel Media Service, 2016).
2.3 Tinjauan Teori Perilaku Seksual
2.3.1 Definisi seksual
Perilaku seksual mengacu pada perilaku apa pun yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis.
Perilaku ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari perasaan
tertarik hingga berkencan, pacaran dan berhubungan intim. Objek seksual
bisa dengan orang lain, diri sendiri maupun dengan orang dalam khayalan
( Sarwono, 2019).
Seks pranikah mengacu pada segala perilaku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis yang
dilakukan sebelum adanya ikatan suami istri secara resmi, (menurut
Soetjiningsih 2004, dalam Sebayang, 2018).

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah Seksual Remaja


Masalah seksual disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
(Sarwono, 2019)
1. Perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Peningkatan libido (hasrat seksual) ini perlu penyaluran dalam bentuk
perilaku seksual tertentu.
2. Akibat dari penundaan usia perkawinan penyaluran hasrat seksual
tersebut tidak bisa segera dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya
undang-undang tentang perkawinan yang mengatur pembatasan usia
perkawinan (minimal 19 tahun untuk laki-laki maupun perempuan),
dan karena norma sosial semakin tinggi penuntut persyaratan untuk
perkawinan (pekerjaan, pendidikan, persiapan mental, dan lain
sebagainya).
3. Meskipun usia awal perkawinan ditunda, namun norma agama masih
berlaku yang melarang individu melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Padahal, pelarangan tersebut meluas ke perilaku lain seperti
berciuman dan masturbasi. Bagi remaja yang tidak bisa menahan diri
akan ada kecenderungan untuk melanggar larangan tersebut.
4. Karena penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
massa, tren pelanggaran tersebut semakin meningkat, dan dengan
munculnya teknologi canggih (video kaset, satelit, VCD, fotocopi,
internet, telepon genggam dan lain sebagainya) membuat penyebaran
ini tidak dapat dihentikan. Remaja yang sedang dalam masa
keingintahuan dan ingin mencoba akan meniru apa yang mereka lihat
dan dengar dari media massa, terutama karena mereka biasanya tidak
mengetahui secara utuh masalah seksual dari orang tuanya.
5. Orang tua sendiri, karena ketidaktahuan atau sikap yang masih
mentabukan pembicaraan mengenai seksual kepada anak tersebut
malah cenderung membuat jarak dengan anak mengenai masalah ini.
6. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan perkembangan
peran dan pendidikan perempuan, membuat pergaulan semakin bebas
antara laki-laki dan perempuan sehingga kependudukan perempuan
semakin setara dengan pria.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual Menurut
Elizabeth B. Hurlock, Kumalasari (2012, dalam Sebayang, 2018), adalah
sebagai berikut :
1) Faktor perkembangan yang terjadi adalah dari keluarga dimana
anak mulai tumbuh dan berkembang.
2) Faktor eksternal, diantaranya kondisi sekolah / pendidikan formal
yang berpengaruh terhadap perkembangan remaja dalam mencapai
kedewasaan.
3) Faktor masyarakat yaitu adat istiadat, pergaulan dan perkembangan
di berbagai bidang terutama teknologi yang dicapai manusia.
Dalam buku Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, berupa hal-
hal berikut: (Sebayang, 2018)
1) Dorongan seksual.
2) Keadaan kesehatan tubuh.
3) Psikis.
4) Pengetahuan seksual.
5) Pengalaman seksual sebelumnya.
Pengetahuan yang benar tentang seks dapat membimbing orang
untuk berperilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab serta
membuat keputusan pribadi yang tepat tentang seks. Sebaliknya,
pengetahuan seksual yang salah dapat menyebabkan kesalahpahaman
tentang seks, yang pada akhirnya mengarah pada perilaku seksual yang
salah dan segala akibatnya. Informasi yang salah akan menyebabkan
masyarakat, terutama anak muda memiliki pemahaman dan pengetahuan
yang salah tentang seks. Hal tersebut diperburuk dengan mitos seksual
yang berkembang di masyarakat. Pada akhirnya, semua itu dianggap
sebagai bentuk perilaku seksual yang buruk dan membawa segala akibat
yang tidak diinginkan (Sebayang, 2018).
2.4 Tinjauan Teori Pengarauh Merokok
2.4.1 Definisi Perilakau Merokok
Rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar jari kelingking) yang
dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2020). Menurut PP. RI. No. 109
(2012), rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya dengan cara
dibakar dan dihisap asapnya dan atau dihirup asapnya yang dihasilkan dari
tanaman nicotiana tabacum, nicotinia rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan.
2.4.2 Jenis Rokok
Jenis Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Jenis rokok berdasarkan
bahan pembungkus rokok, bahan baku / isi rokok, proses pembuatan
rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
a) Klobot: bahan pembungkusnya dari daun jagung.
b) Kawung: bahan pembungkusnya dari daun aren.
c) Sigaret: bahan pembungkusnya dari kertas.
d) Cerutu: bahan pembungkusnya dari daun tembakau.
2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi
a) Rokok Putih: bahan baku atau isinya tembakau yang diberi saus
supaya memberikan aroma tertentu dan efek rasa.
b) Rokok Kretek: bahan baku atau isinya dari cengkeh dan tembakau,
cengkeh diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
c) Rokok Klembak: bahan baku atau isinya dari daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang ditambah saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok berdasarkan penggunaan filter.
a) Rokok Filter (RF)
Rokok yang pangkalnya terdapat gabus.
b) Rokok Non Filter (RNF)
Rokok yang pangkalnya tidak terdapat gabus.
4. Rokok dilihat dari komposisinya :
a) Bidis: Tembakau digulung dengan daun temburni kering lalu diikat
dengan benang. Kandungan karbon monoksida dan tar lebih tinggi
daripada rokok buatan pabrik. Dapat ditemukan di Asia Tenggara
dan India.
b) Cigar: Terbuat dari fermentasi tembakau yang diasapi lalu
digulung dengan daun tembakau. Terdapat berbagai jenis yang
berbeda di setiap negara, yang terkenal dari Havana, Kuba.
c) Kretek: Terbuat dari cengkeh dengan campuran tembakau yang
aroma cengkehnya mempunyai efek mati rasa dan sakit saluran
pernapasan. Rokok ini paling berkembang dan banyak di
Indonesia.
d) Tembakau kunyah atau langsung ke mulut biasa digunakan di Asia
Tenggara dan India. Terdapat beberapa jenis, yaitu tembakau
kering yang dihisap dengan hidung atau mulut dan diletakkan
antara pipi dengan gusi.
e) Hubbly bubbly atau shisha: Tembakau ini termasuk jenis dari
buah-buahan atau dari rasa buah-buahan yang dapat disedot
menggunakan pipa dari tabung. Jenis ini biasa digunakan di Afrika
Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia
sedang menjamur seperti di kafe-kafe (Lianzi & pitaloka, 2014).
2.4.3 Faktor - Faktor yang Berhubungan Perilaku Merokok
Menurut Wijayanti (2017) faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok adalah usia, pengalaman, pengetahuan, jenis kelamin
dan sikap.
1. Usia
Pada usia 15 tahun, interaksi remaja dan teman-teman meningkat
lebih besar dibandingkan dengan interaksi remaja dengan
orangtuanya. Hasil penelitian Liem (2014) didapatkan teman memiliki
pengaruh kuat terhadap perilaku merokok remaja.
2. Pengalaman
Pengalaman juga berhubungan dengan perilaku merokok. Sikap dan
perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman mual,
mulut pahit, pusing akan menghambat remaja dalam merokok.
Sedangkan pengalaman merasa hangat, puas, tenang, nikmat, dan
percaya diri akan mempermudah remaja merokok. Pengalaman lain
didapat dari teman sebaya. Pengalaman remaja yang dipaksa merokok
atau dijauhi teman jika tidak merokok dapat menyebabkan
pengalaman buruk yang bisa ke perilaku merokok. Remaja akan bisa
diterima oleh teman sebayanya sehingga akan mengikuti ajakan untuk
merokok. Diterima oleh kelompok ialah kebutuhan yang sangat
penting.
3. Pengetahuan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengetahuan itu
berhubungan dengan perilaku merokok. Salah satu pendorong
perilaku merokok adalah pengetahuan. Seorang remaja yang telah
memahami mengenai merokok dan bahayanya akan berkeyakinan
kuat untuk menghindari rokok. Penelitian Alamsyah juga dinyatakan
bahwa pengetahuan tentang bahaya merokok berhubungan yang
bermakna dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain menyatakan
bahwa pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku
merokok berhubungan bermakna.
4. Jenis Kelamin
Lebih banyak remaja pria yang merokok daripada remaja wanita.
Remaja pria lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita,
salah satu contohnya adalah perilaku berisiko merokok.
5. Sikap
Sikap berhubungan negatif dengan perilaku merokok, orang yang
bersikap baik mengenai bahaya merokok akan mengurangi risiko
berperilaku merokok.
Kerangka Teori

1. Perubahan hormonal
yang meningkatkan
Perilaku Seksual Pra
hasrat seksual remaja.
Nikah 2. Karena penyebaran
informasi
3. Orang tua sendiri
4. Akibat dari penundaan
usia perkawinan
5. Norma agama
6. Peran dan pendidikan
Faktor Resiko
Kanker Serviks

Pengetahuan

Perilaku Merokok

Faktor yang berhubungan


dengan pengetahuan :
Faktor yang berhubungan 1. Pendidikan
dengan perilaku merokok : 2. Media masa
3. Sosial budaya dan
1. Usia ekonomi
2. Pengalaman 4. Lingkungan
3. Pengetahuan 5. Pengalaman
4. Jenis kelamin 6. usia
5. sikap

Gambar 2.2 Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Resiko Kanker Serviks


Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku Merokok Pada
Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Pengertian
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu dan konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu
dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018;
hal.83).

Faktor resiko Perilaku Seksual Pra


pengetahuan tentang Nikah
kanker serviks :

1. usia
2. jenis kelamin
3. pendidikan
4. pengelaman Perlaku merokok
5. orang tua
6. lingkungan

Keterangan :
: variable yang diteliti
: variable yang tidak Diteliti
: Berpengaruh

Gambar 2.2 Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Resiko Kanker Serviks


Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku Merokok Pada
Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang.

3.2 Hipotesis penelitian


Dari kajian diatas maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H1 : Apakah ada hubungan Perilaku Seksual Pra Nikah Dengan Faktor Resiko
Kanker pada mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malang
H2 : Apakah ada hubungan Prilaku Merokok Dengan Faktor Resiko Kanker
Serviks Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes Malan
BAB IV
METODE PENELITIAN.

4.1 Desain penelitian


Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian termasuk dalam
jenis penelitian kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang meneliti suatu
kelompok, objek, kondisi, dan sistem pemikiran tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, lukisan atau gambaran secara sistematis,
factual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang
diteliti. Whitney (Moh. Nazir: 2014) mengemukakan metode deskriftif adalah
pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Dalam metode deskriptif,
peneliti dapat membandingkan fenomena tertentu sehingga merupakan studi
komparatif. Metode deskriptif juga menyelidiki suatu fenomena atau faktor dan
menilai hubungan suatu faktor dengan faktor lain.
Metode deskriptif juga mempelajari tentang norma atau standar,
sehingga penelitian ini disebut sebagai survei normatif. Dalam metode deskriptif
dapat diteliti masalah normatif dan membuat perbandingan antarfenomena.
Berdasarkan pada masalah penelitian yang akan dilaksanakan, maka desain yang
tepat untuk penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Desain penelitian merupakan metode yang digunakan
untuk menjawab masalah dari objek yang akan diteliti.
4.2 Kerangka kerja
Populasi
Semua Mahasiswa Keperawatan di STIKes Kendedes Malang

Sampel
Semua Mahasiswa Keperawatan di STIKes Kendedes Malang

Teknik Sampling
Total Samplel

Desain Penelitian
Deskriptif Kualitatif

Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding , Scoring , Tabulating

Analisa Data
Bivariate

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Faktor Resiko Kanker Serviks Dengan
Prilaku Seksual Pra Nikah Serta Prilaku Merokok Pada Mahasiswa
Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang meliputi objek atau
subjek, yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni,
2014).
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Semua Mahasiswa S1
Keperawatan tingkat 1 di STIKes Kendedes Malang berjumlah 43
mahasiswa.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2016).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1
keperawatan tingkat 1 di STIKes Kendedes Malang berjumlah 43
mahasiswa.
4.3.3 Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik total
sampling yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi.
4.4 Kriteria Sampel
4.4.1 Kriteria Inklusi :
1. Mahasiswa yang berada di stikes kendedes.
2. Mahasiswa S1 keperawatan tingkat 1
4.4.2 Kriteria Eksklusi :
1. Mahasiswa yang tidak kuliah di STIKes Kendedes
2. Mahasiswa tingkat ahkir
3. Mahasiswa jurusan kebidanan dan DIII keperawatan
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel Indevenden
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono, 2016:68).

4.5.2 Variabel Devenden


Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2016:68).

4.6 Defenisi Oprasional


Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Sekala Katagori
oprasional
Pengetahuan Menggukur Kuesioner ordina 1. Baik (76-100%)
Tentang Faktor tingkat l 2. Cukup (56-75%)
Resiko Kanker pengetahuan 3. Kurang (≤55%)
Serviks responden (Nursalam, 2017)
terhadap faktor
resiko kangker
serviks
Perilaku Seksual Menilai prilaku 1
Pra Nikah responden
tentang prilaku
seksual pra
nikah
Perlaku Menilai prilaku 1
merokok responden
tentang merokok

4.7 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di STIKes Kendedes Malang,
sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan mei 2022.
4.8 Pengumpulan Data
4.8.1 Instrumen Penelitian
Instrumen peneitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data agar dapat berjalan dengan baik( polit, 2012 ). Instrument dalam
penelitian ini adalah menggunakan lembar observasi
1. Instrumen penelitian kuesioner
Jenis instrument penelitian kuesioner adalah instrument yang berisi
daftar pertanyaan. Biasanya digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian dari responden. Kuesioner berisi serangkaian pertanyaan
yang dibuat secara terstruktur dan tidak.

4.8.2 UJI Validitas dan Rehabilita


4.8.2.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan suatu instrument(Arikunto,2010). Uji validitas
adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrument dalam pengumpulan data.instrumen harus
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur(nursalam,2011)

4.8.2.2 Uji Rehabilitas


Rehabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat
diandalkan(Notoatmodjo,2012)

4.8.3 Peroses Pengumpulan Data


1. Tahap perizinan
a. Peneliti terlebih dahulu mengajukan judul pada institusi
pendidikan (STIKes Kendedes)
b. Institusi pendisikan ( Stikes Kendedes ) mengajukan permohonan
surat izin penelitian dan studi pendahuluan
c. Setelah mendapat surat izin dari institusi pendidikan peneliti
membawa surat tembusan dari institusi ditujukan kepada
Litbangkes
d. Setelah mendapatkan izin dari litbangkes, kemudian membawa
surat tembusan ke Kantor Dinkes kota malang
e. Setelah mendapat surat izin dari Kantor Dinkes, peneliti
membawa surat tembusan untuk memberitahukan bahwa peneliti
akan mengadakan penelitian di STIKes Kendedes Malang
f. Peneliti membuat proposal dengan bimbingan dari institusi
pendidikan, proposal akan diujikan terlebih dahulu kemudian
dilakukan penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan sampel penelitian dari populasi yang telah ditetapkan.
b. Kemudian peneliti melakukan perkenalan diri kepada ketua kelas /
perwakilan kelas dan melakuan kontrak waktu.
c. Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud kepada ketua kelas /
perwakilan kelas .
d. Peneliti menyebarkan kuesioner kepada ketua kelas / perwakilan kelas,
supaya disebarkan pada masing-masing responden.
e. Didalam kuesioner terdapat lembar persetujuan (Informed
consent),yang harus diisi terlebih dahulu oleh responden.
f. Setelah itu responden mengisi kuesioner yang sudah dibagikan oleh
ketua kelas.
g. Setelah penelitian selesai dilakukan maka selanjutnya di lakukan proses
pengolahan data.

4.9 Pengolahan Data


4.9.1 Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner.
Peneliti melakukan penataan hasil wawancara dari responden diurutkan
sesuai waktu mulai pemeriksaan terhadap ibu hamil responden.
4.9.2 Coding
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner.
Peneliti melakukan penataan hasil wawancara dari responden diurutkan
sesuai waktu mulai pemeriksaan terhadap ibu hamil responden.
1. Responden
Responden : R1
Responden 2 diberi kode : R2, dan seterusnya
2. Tingkat pengetahuan
Baik :1
Cukup :2
Kurang :3
3. Pendidikan
Perguruan tinggi :1
4. Umur
<20 tahun :1
21-35 tahun :2
>35 tahun :3
4.9.3 Scoring
4.9.4 Tabulating
Penyusunan data hasil penelitian dalam master sheet, mulai dari
data umum responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan
juga data khusus dari responden meliputi hasil pengetahuan Tentang
Faktor Resiko Kanker Serviks Dengan Prilaku Seksual Pra Nikah Serta
Prilaku Merokok Pada Mahasiswa Keperawatan STIKes Kendedes
Malang.
4.10 Analisa Data/Penyajian data
Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa bivariat. Analisis
bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari korelasi atau
pengaruh antara 2 variabel atau lebih yang diteliti. Pada penelitian ini sebelum
dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk
mengetahui normal atau tidaknya data yang ada. Pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan membandingkan nilai
skewness dan kurtosis (Notoatmodjo, 2010).

4.11 Etika Penelitian

4.11.1 Informed Consent ( Lembar Persetujuan )


Sebelum mengambil data, peneliti terlebih dahulu memberikan
informed concent yang dimulai dengan pemberian informasi sampai
persetujuan yang didukung surat dan form persetujuan.

4.11.2 Confidentiality ( Kerahasian )


Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dan objek dijamin oleh
peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan pada hasil
penelitian sebagai kelayakan ilmiah dengan tetap menjaga privasi
responden.

4.11.3 Anonimity ( Tampa Nama )


Tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur, melainkan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
DAFTAR PUSTAKA

Amar Syahmi, 2012. Hubungan Prokok Pasif Dengan Tingkat Kejadian Kangker
Serviks Di RSUD DR Meowardi. Falkultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta: 2012

Hilda Irianty, Ridha Hayati, 2019. Gambaran Perilaku Merokok Pada Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Di Kampus XXX. Jurnal Ilmiah
Manusia dan Kesehatan. Vol. 2, No. 2 Mei 2019

Lenny Irmawaty, 2013. Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa. Jurnal


Kesehatan Masyarakat. KEMAS 9 (1) (2013) 44-52

Lede, L. (2017). Gambaran Perilaku Ibu Nifas Tentang Perawatan Perineum Di


Puskesmas Umbulharjo1 Yogyakarta Tahun 2017.

Notoatmodjo dalam Yuliana 2017. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Terhadap Pola
Hidup Terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Remaja di
Kecamatan Kraton. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Daryanto dalam Yuliana 2017. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Terhadap Pola
Hidup Terkait Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Remaja di
Kecamatan Kraton. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Andrijono dkk, 2020. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks Kementrian


Kesehatan Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Kemnkes RI:
2020.

PP. RI. No. 109 (2012), Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Prosuk Tembakau Bagi Kesehatan.

Wijayanti, E., Dewi, C. dan Rifqatussa’adah 2017, “Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Perilaku Merokok pada Factors Associated with Teenager’s
Smoking Behavior at,” Global Medical and Health Communication
(GMHC), 5(November), hal. 194–198.
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RESIKO KANKER
SERVIKS DENGAN PRILAKU SEKSUAL
PRANIKAH SERTA PRILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA
KEPERAWATAN STIKES KENDEDES MALANG

Petujuk pengisian
Saudara diharapkan :
1) Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ )
pada tempat yang telah disediakan.
2) Semua pertanyaan harus dijawab.
3) Tiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban
4) Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti
1. Kuesioner data
Nama : ………………………..
Usia : ………………………..
Pendidikan : tidak sekolah SMA
SD Perguruan tinggi
SMP/MTS
Pekerjaan : Tidak bekerja
Bekerja

2. Pengetahuan tentang kanker serviks

No
PERNYATAAN B S
.
1 Kanker serviks sama dengan kanker leher rahim
2 Kanker serviks menyerang di bagian mulut rahim
3 Kanker serviks disebabkan jamur dan bakteri
4 Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV
5 Kanker serviks bisa menyebar kebagian tubuh yang lain
6 Keluar darah setelah menopause gejala penyakit kanker serviks
Keluar darah saat berhubungan seksual gejala penyakit kanker
7
serviks
Keputihan yang berbau tidak enak dan berlebihan gejala
8
penyakit kanker serviks
Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan
9 menderita keluhan nyeri panggul, susah Buang Air Kecil
(BAK)
Berganti-ganti pasangan seksual tidak meningkatkan risiko
10
terkena kanker serviks
Mencegah kanker serviks dengan tidak berganti-ganti pasangan
11
seksual
Semakin banyak jumlah anak, semakin meningkatkan peluang
12
terkena kanker serviks
Peluang terkena kanker serviks semakin meningkat dengan
13
bertambahnya jumlah pasangan seksual
Cara mencegah kanker serviks dengan menolak berhubungan
14
seksual dengan orang terinfeksi penyakit kelamin
Cara mencegah kanker serviks dengan menunda berhubungan
15
seksual sampai usia lebih dari 18 tahun
16 Pemeriksaan rutin deteksi dini penting dilakukan
Kanker serviks stadium awal akan memberikan kesembuhan
17
dan harapan hidup lebih lama

3. PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRANIKAN

No
PERNYATAAN B S
.
Ciri-ciri seks pada remaja laki-laki adalah mimpi basah, pinggul
1 menyempit, pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak,
dada,tangan dan kaki.
menstrusi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
2 kelamin perempuan berupa luruhnnya lapisan dinding dalam
rahim yang banyak mengandung darah.
perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
3 hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis
maupun sesama jenis.
Hubungan seks tidak boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi
4
cinta yang tulus dari pasangannya
Perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan dengan pacar
5
bukan salah satu bentuk perilaku seksual pranikah.
Melakukan hubungan seks hanya sekali tidak menyebabkan
6
kehamilan
Dampak pisikologis dari prilaku seksual pranikah pada remaja
7 diantaranya prasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,
bersalah dan berdosa.
PMS dan HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit akibat dari
8
prilaku seks pranikah
berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom
9
dapat tertular infeksi menular seksual dan HIV/AIDS
Perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam
10
minat remaja terhadap lawan jenis

4. PERILAKU SEKSUAL

No. PERNYATAAN YA TIDAK


1 Apakah anda sedang atau pernah berpacaran ?
2 Berpegangan tangan
3 Berpelukan
4 Cium pipi
5 Cium bibir
6 Meraba/diraba bagian tubuh yang sensitif
Saling bersentuhan kelamin baik menggunakan pakain
7
ataupun menggunakan pakaian
8 Oral seks
9 Hubungan seks (Memasukan alat Kelamin)

5. Prilaku merokok

No K T
PERNYATAAN S S
. K D
Saya merokok terutama saat merasa
1
cemas/gelisah/jenuh/kesal
2 Saya merokok saat merasa gelisah maupun tenang
3 Saya merokok jika mulut saya terasa asam
4 Saya merokok kapan pun saya mau
Saya merokok baik saat cuaca dingin maupun
5
panas
6 Saya merokok terutama setelah makan
7 Saya merokok terutama saat cuaca dingin
Saya merokok dalam jumlah batang yang terus
8
bertambah dari hari ke hari
Saya merokok terutama di tempat sepi/tidak banyak
9
orang
Saya menghisap rokok yang memiliki kandungan
10 nikotin dan terlebih banyak (seperti : rokok keretek,
non filter, cerutu)
Saya menghisap rokok yang memiliki aroma rasa
11 yang khas (seperti: gudang garamfilter
internasional, djarum super, dll)
saya menghisap rokok yang memiliki kandungan
12 nikotin dan terrendah (seperti : A Mild, Clas Mild,
Star Mild dan U Mild, LA Light)
13 Saya merokok terutama saat bersama teman
Saya merokok saat sedang sendiri dan juga bersama
14
teman
Saya merkok terutama saat ada teman yang
15
mengajak untuk merokok
Lampiran
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
Pengetahuan tentang kanker serviks

CORRELATIONS
/VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p 18 p19
p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

JUMLAH KETERANGAN
Item1 0,276 TIDAK VALID
item2 0,048 TIDAK VALID
Item3 0,553 VALID
Item4 0,434 VALID
Item5 0,235 TIDAK VALID
Item6 0,577 VALID
Item7 0,645 VALID
Item8 0,696 VALID
Item9 0,222 TIDAK VALID
Item10 0,468 VALID
Item11 0,740 VALID
Item12 0,771 VALID
Item13 0,705 VALID
Item14 0,826 VALID
Item15 0,429 VALID
Item16 0,093 TIDAK VALID
Item17 0,834 VALID
Item18 0,767 VALID
Item19 0,168 TIDAK VALID
Item20 0,118 TIDAK VALID
Item21 -0,038 TIDAK VALID
Item22 0,790 VALID
Item23 0,674 VALID
Item24 0,565 VALID
Item25 0,360 VALID
Item26 0,602 VALID
Item27 0,686 VALID
Item28 0,686 VALID
Item29 0,369 VALID
Item30 0,373 VALID
Correlations
RELIABILITY
/VARIABLES=p1 p4 p6 p8 p9 p10 p11 p13 p14 p16 p17 p20 p21 p22 p23 p 29 p30
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.854 17

Perilaku seksual pranikah


Perilaku merokok

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
Pearsen ,580* ,495* ,586* ,525*
p Correlatione 1 * ,219 ,266 * * ,341 * ,377* ,335
1 Sig. (2-tailed) ,001 ,246 ,155 ,005 ,001 ,066 ,003 ,040 ,070
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,580* ,620* ,536*
p Correlatione * 1 ,379* ,436* ,277 * * ,386* ,054 ,443
2 Sig. (2-tailed) ,001 ,039 ,016 ,138 ,000 ,002 ,035 ,778 ,014
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,485* ,822* ,528*
p Correlatione ,219 ,379* 1 ,474* ,274 * * * -,026 ,405*
3 Sig. (2-tailed) ,246 ,039 ,008 ,143 ,007 ,000 ,003 ,891 ,026
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,474* ,478* ,474*
p Correlatione ,266 ,436* * 1 ,214 * * ,331 ,249 ,379*
4 Sig. (2-tailed) ,155 ,016 ,008 ,256 ,007 ,008 ,074 ,184 ,039
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,495* ,655* ,516*
p Correlatione * 0,277 ,274 ,214 1 * ,390* * ,328 ,188
5 Sig. (2-tailed) ,005 0,138 ,143 ,256 ,000 ,033 ,004 ,077 0,32
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,586* ,620* ,485* ,478* ,655* ,606* ,716* ,535*
p Correlatione * * * * * 1 * * ,366* *
6 Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,007 ,007 ,000 ,000 ,000 ,047 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,536* ,822* ,474* ,606* ,619*
p Correlatione ,341 * * * ,390* * 1 * ,113 ,390*
7 Sig. (2-tailed) ,066 ,002 ,000 ,008 ,033 ,000 ,000 ,551 ,033
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen ,525* ,528* ,516* ,716* ,619* ,539*
Correlatione * ,386* * ,331 * * * 1 ,386* *
p
,035* ,004* ,000*
8
Sig. (2-tailed) ,003 * ,003 ,074 * * ,000 ,035* ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

JUMLA
p11 P12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 H
,395* ,499 ,053** ,046 -,097 ,170** ,330** ,091 ,502**
,031 ,005 ,779 ,810 ,612 ,370 ,075 ,667 ,011
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,383 ,513** ,165 ,158* ,107* ,259 ,127** ,295** ,605*
,037 ,004 ,384 0,406 ,572 ,167 ,504 ,152 ,001
30 30 30 30 30 30 30 25 25
0,132 ,178 -,089* ,364 ,622** ,448 ,473** ,028** ,466**
,486 ,346 ,640 ,048 ,000 ,013 ,008 ,896 ,019
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,180 ,368 ,042* ,365** ,394 ,452 ,392** ,340** ,639
,341 ,045 ,824 ,047 ,031 ,012 ,032 ,096 ,001
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,411* ,372** ,172 ,209 -,122 ,013 ,503** -,483* ,211**
,024 ,043 ,364 ,267 ,522 ,494 ,005 ,014 ,311
30 30 30 30 30 30 30 25 25
-,025*
,337 ,488** ,203** ,355** ,194** ,189** ,532 * ,579**
,068 ,006 ,282 ,054 ,304 ,317 ,002 ,906 ,002
30 30 30 30 30 30 30 25 25
-,045*
,327 ,416 * ,434** ,433** ,336 ,388** -,038 ,581**
,078 ,022 ,815 ,017 ,017 ,070 ,034 ,857 ,002
30 30 30 30 30 30 30 25 25
-,062*
,350 ,390** ,195* ,440** ,164 ,156** ,586** * ,612
,058* ,033 ,302** ,015 ,386 ,411** ,001** ,770 ,001**
30 30 30 30 30 30 30 25 25

Pearsen
Correlatione ,377 ,054 -026 ,249 ,328 ,366 ,113 ,386 1 -,021
P9 ,040* ,551*
Sig. (2-tailed) * ,778 ,891* ,184* ,077 ,047** * ,035* ,912*
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen
Correlatione ,334 ,443 ,405 ,379 ,188 ,535 ,390 ,539 -,021 1
P10 ,039* ,033*
Sig. (2-tailed) ,070 ,014* ,026 * ,320 ,002** * ,002** ,912
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen
Correlatione ,395 ,383 ,132 ,180 ,411 ,337 ,327 ,350 ,684 ,036
P11 ,078*
Sig. (2-tailed) ,031 ,037* ,486** ,341 ,024 ,068** * ,058 ,000 ,850*
N 30 30 30 30 30 39 30 30 30 30
Pearsen
Correlatione ,499 ,513 ,178 ,368 ,372 ,488 ,416 ,390 ,122 ,360
P12 ,005*
Sig. (2-tailed) * ,004 ,346 ,045 ,043 ,006** ,022* ,033** ,520 ,051
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P13 Pearsen
Correlatione ,053 ,165 -089 ,042 ,172 ,203 ,-045 ,195 ,000 ,270
Sig. (2-tailed) ,779* ,384** ,640** ,824* ,364** ,282 ,815* ,302** 1,000* ,149**
* * *
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen
Correlatione ,040 ,158 ,364 ,365 ,209 ,355 ,434 ,440 ,403 -,054
P14 ,047*
Sig. (2-tailed) ,810 ,406** ,048** * ,267* ,054** ,017 ,015** ,027 ,776*
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearsen
Correlatione -,097 ,107 ,622 ,394 -122 ,194 ,433 ,164 ,009 ,155
P15 ,017*
Sig. (2-tailed) ,612 ,572* ,000** ,031 ,522** ,304** * ,386 ,963* ,412**
N 30 30** 30 30 30** 30** 30 30** 30* 30
Pearsen
Correlatione ,170 ,259 ,448 ,452 ,130 ,189 ,338 ,156 ,186 ,340
P16
Sig. (2-tailed) ,370 ,167 ,013 ,012 ,494 ,371 ,070 ,411 ,324 ,066
N 30** 30 30* 30* 30 30** 30** 30* 30 30*
Pearsen
Correlatione ,330 ,127 ,473 ,392 ,503 ,532 ,388 ,586 ,492 ,361
P17
Sig. (2-tailed) ,075 ,504 ,008 ,032 ,005 ,002 ,034 ,001 ,006 ,050
N 30 30 30 30** 30 30** 30** 30** 30 30*
Pearsen
Correlatione ,091 ,295 ,028 ,340 -,483 -,025 -,038 -,062 ,024 ,430
P18
Sig. (2-tailed) ,667 ,152 ,896 ,096 ,014 ,906 ,857 ,770 ,908 ,032
N 25 25* 25** 25 25 25** 25** 25 25 25*
Pearsen
Jumla Correlatione ,502 ,605 ,466 ,639 ,211 ,579 ,581 ,612 ,381 ,555
h Sig. (2-tailed) ,011 ,001 ,019 ,001 ,311 ,002 ,002 ,001 ,060 ,004
N 25** 25 25 25 25 25** 25* 25** 25 25

,684 ,122 ,000 ,403 ,009 ,186 ,492 ,024 ,381


,000* ,520** 1,000 ,027* ,963* ,324 ,006** ,908** ,060*
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,036 ,360 ,270 -054 ,155 ,340 ,361 ,430 ,555
,850 ,051 ,149* ,776 ,412** ,066 ,050** ,032** ,004**
30 30 30 30 30 30 30 25 25
1 ,151 ,114 ,521 -,064 ,094 ,264 -,023 ,490
,424 ,550* ,003** ,738 ,620 ,159** ,915** ,013
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,151 1 -,083 ,000 ,061 ,124 ,216 ,227 ,496
,424* ,662 1,000 ,749 ,514 ,251** ,275* ,012**
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,114 -,083 1 ,090 ,046 ,139 ,162 -,236 -,173
,550 ,662** ,638** ,810** ,463** ,392 ,257** ,409**
30 30 30 30 30 30 30 25 25
,521 ,000 ,090 1 ,432 ,086 ,225 -,214 ,362
,003 1,000 ,638** ,810** ,650* ,233** ,305 ,076**
30 30 30 30 30 30 30 25 25
-,064 ,061 ,046 ,432 1 ,440 ,494 ,201 ,252
,738 ,749** ,810* ,017** ,015** ,006** ,335** ,225
30* 30 30 30 30 30 30** 25 25
,094 ,124 ,139 ,086 ,440 1 ,452 ,102 ,292
,620 ,514 ,463 ,650 ,015 ,012 ,628 ,157
30* 30** 30 30* 308* 30 30 25** 25*
,264 ,216 ,162 ,225 ,494 ,452 1 ,000 ,488
,159 ,251 ,392 ,233 ,006 ,012 1,000 ,013
30 30 30 30 30** 30 30 25** 25**
-,023 ,227 -,236 -,214 ,201 ,102 ,000 1 ,494
,915 ,275 ,257 ,305 ,335 ,628 1,000 ,012
25 25 25 25** 25 25 25 25 25
,490 ,496 -,173 ,362 ,252 ,292 ,488 ,494 1
,013 ,012 ,409 ,076 ,225 ,157 ,031 ,012
25* 25** 25 25 25 25 25** 25* 25**

Case Processing Summary

N %
Valid 25 83,3
Cases Excludeda 5 16,7
total 30 100

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,864 18

Anda mungkin juga menyukai