Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN


TENTANG PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI
KONJUNGTIVITIS DI DINAS KESEHATAN KOTA
TANJUNGPINANG TAHUN 2016

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

APRIANA
1511316032

Pembimbing 1 :
Hema Malini, S.Kp, MN, PHD

Pembimbing 2 :
Ns. Dewi Murni, S.Kep, M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN


TENTANG PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI
KONJUNGTIVITIS DI DINAS KESEHATAN KOTA
TANJUNGPINANG TAHUN 2016

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

APRIANA
1511316032

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TENTANG


PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI KONJUNGTIVITIS DI
DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2016

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.
Kep) Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

APRIANA
BP. 1511316032

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
Mripsi ini telah disetujui
Tanggal Janu¥ri, 2017
CAMBABAN TINGKAT PE tGETAHUAN DAN SIKAP
PASIEH TENTANG PENATALAKSANAAH hON
FARMAKOLO£il KONJUNGTTVITIS Dfi DtNAS
KESEHAT§iN KOTA TAf\fJUNCPlNAHG TAHUN 2016

Universitet Andalas ps6a tanggal Januari 2017

Tim Ptiigo[i,

1 . Ketua : Heroe Aplin i, S. Kp, MW, PI IG

2. Anggota
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya yang selalu
dicurahkan pada seluruh makhluknya. Salawat serta salam dikirimkan kepada
nabi muhammad saw, alhamdulillah dengan nikmat dan hidayahnya, peneliti telah
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis di RS.
TNI Angkatan Laut Tanjung Pinang, RSUD Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung
Pinang”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana keperawatan (S.Kep).
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Hema
Malini, S. Kp, MN, PHD dan Ibu Ns. Dewi Murni, S. Kep, M. Kep sebagai
pembimbing Skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan
kepada Pembimbing Akademik Peneliti, ibu Esi Afriyanti, S.Kp, M. Kes. yang
telah memberi motivasi, nasehat dan bimbingan selama peneliti mengikuti
perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu, peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas Padang.

2. Seluruh Bapak, Ibu dosen yang mengajar di Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas Padang.

3. Orang tua dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan segala

bentuk dukungan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

4. Seluruh teman-teman yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena


keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti perlu masukan dan bimbingan,
kritikan serta saran demi sempurnanya skripsi ini.
Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca.

Padang, Januari 2017

Peneliti
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JANUARI 2017

Nama : Apriana
No. BP :1511316032

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TENTANG


PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI KONJUNGTIVITIS
DI DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2016

ABSTRAK
Penyakit konjungtivitis dapat mengenai semua kalangan tanpa memandang
ras, usia, jenis kelamin dan strata sosial serta dapat dijumpai diseluruh dunia.
Konjungtivitis dapat menular dengan mudah. Penderita konjungtivitis meningkat
setiap tahunnya, di Indonesia pada tahun 2015 terdapat 1.528 kasus dan pada
tahun 2016 yaitu 1.769 kunjungan ke poli mata dengan kasus konjungtivitis.
Dengan banyaknya kasus konjungtivitis diperlukan pengetahuan dan sikap yang
baik pada pasien tentang pencegahan secara mandiri (penatalaksanaan non
farmakologi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan dan sikap pasien tentang penatalaksanaan non farmakologi
konjungtivitis di RSAL Tanjungpinang, RSUD Tanjung Pinang dan RSUP
Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode Deskriptif.
Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2016 sampai dengan Januari 2017
dengan menggunakan kuesioner. Populasi berjumlah 128 orang dengan sampel 97
orang yang diambil secara Propotionate Random Sampling. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata umur responden yaitu umur 26-35 (49,2%), memiliki jenis
kelamin perempuan yaitu 73 orang (75,3%), memiliki pendidikan SMP yaitu 48
orang (49.5%), dan 37 orang responden (38,1%) bekerja sebagai buruh. Lebih dari
separuh (51,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang
penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitisdan sebagian besar 75 orang
(77,3%) responden memiliki sikap yang negatif tentang penatalaksanaan non
farmakologi konjungtivitis. Oleh karena itu diharapkan Rumah Sakit dapat
memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien tentang penatalaksanaan non
farmakologi konjungtivitis dan membagikan leaflet terkait penyakit konjungtivitis
dan penatalaksanaannya.

Kata kunci : Konjungtivitis, Pengetahuan, Sikap


Daftar Pustaka: 27 (2009-2015)
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
JANUARY 2017

Name : Apriana
Registered Number 1511316032

The Description of the Level of Knowledge and Attitude of Patients about


Treatment of Non Pharmacological Conjunctivitis in Tanjungpinang City
Health Service 2016

Abstract
Conjunctivitis diseases is a common disease that can be experienced by everione
regardless their race, gander, and social strata. Conjunctivitis can be contagious
easily, so that in addition to pharmacological treatment non pharmacological
treatment is also required. Every years, in Indonesia, conjunctivitis increase
significanly, where in 2015 there were 1,528 cases, in 2016 1,769 cases. In order
to prevent increase the self. Prevention management, people with conjunctivitis
need have significant knowledge and skill. The purpose of this research is to know
the description of the level of knowledge and attitude of patients about treatment
of non pharmacological conjunctivitis in Tanjungpinang Navy Hospital, a general
hospital area tanjungpinang and provincial general hospital tanjungpinang. This
research is quantitative with a descriptive method. Data from april 2016 until
January 2017 using the questionnaire. population of 128 people with samples of
the 97 people who are taken as a proportionate random sampling. The results
showed the average age of respondents has aged 26-35 (49,2%), has a junior high
school education 48 respondens (49.5%), and 37 respondents (38,1%) worked as
a laborer. More than half (51.5%) of the respondents have a low level of
knowledge about the management of non pharmacological conjunctivitis and most
of the 75 respondens (77.3%) have a negative attitude about therapy for non
pharmacological conjunctivitis. It is expected that the hospital can provide health
education to patients about non pharmacological conjunctivitis and leaflets
related conjunctivitis treatment.
Keywords : Conjunctivitis, Knowledge, Attitude
Bibliography : 27 (2009-2015)
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam............................................................................................i


Halaman Prasyarat Gelar...........................................................................................ii
Lembar Persetujuan Pembimbing.............................................................................iii
Lembar Persetujuan Penguji.....................................................................................iv
Abstrak......................................................................................................................v
Abstract.....................................................................................................................v
Kata Pengantar.........................................................................................................vii
Daftar Isii.................................................................................................................viii
Daftar Tabel..............................................................................................................x
Daftar Gambar..........................................................................................................xi
Daftar Lampiran.......................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................7

a. Tujuan Umum…..................................................................................7

b. Tujuan Khusus…..................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................8

BAB IITINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Konjungtivitis…..................................................................9
B. Konsep Pengetahuan…..............................................................................16
C. Sikap….......................................................................................................22
D. Pengetahuan dan Sikap Tentang Konjungtivitis…...................................30

BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL


A. KerangkaTeori….......................................................................................32
B. Alur Pikir…...............................................................................................33

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian…....................................................................34
B. Populasi, Sampel Dan Sampling...............................................................34
C. Tempat Dan Waktu Penelitian…...............................................................36
D. Variabel penelitian….................................................................................37
E. Alat / instrumen penelitian…....................................................................38
F. Etika Penelitian….....................................................................................39
G. Metode Pengumpulan Data…....................................................................40
H. Pengolahan Data…....................................................................................40
I. Analisis Data…..........................................................................................42

BAB VHASIL PENELITIAN


A. Hasil Penelitian.........................................................................................43
B. Karakteristik Responden….......................................................................43

BAB VI PEMBAHASAN
A. Tingkat Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Konjungtivitis…............46
B. Sikap Tentang Penatalaksanaan Konjungtivitis….....................................49

BAB VIIPENUTUP
C. Kesimpulan…...........................................................................................53
D. Saran…......................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halama
n Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan Usia, Jenis
Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan responden
Tentang Penatalaksanaan Konjungtivits di RS. TNI
Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD
Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang tahun
(2017)........................................................................................ 32

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Konjungtivits di
RS. TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD
Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang tahun (2017)............33

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap


Responden Tentang Penatalaksanaan Konjungtivits di
RS. TNI Angkatan LautTanjungpinang, RSUD
Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang (2017)......................33
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Teori...........................................................................33

Gambar 3.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien


tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi
Konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjung
Pinang, RSUD Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung
Pinang........................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia.

Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia

setelah penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis

penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen kental.

Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan kedalam bentuk

akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada

konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang

disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,

iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya

beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi

sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama

virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan

udara (Ilyas, 2015).

Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena

penderita akan mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih,

berair, terasa ada yang mengganjal disertai dengan adanya sekret atau

kotoran pada mata (Wijana, 2009). Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa

juga penyebab endogen (Vaughan,2010). Penyebab paling umum adalah


Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius

pada iklim panas. Konjungtivitis yang disebabkan oleh Streptococcus

pneumonia dan Haemophilus Aegyptius disertai juga dengan perdarahan sub

konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi konjungtiva

secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan

sangat mudah menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat

bersentuhan tangan seperti bersalaman dengan seorang penderita

konjungtivitis atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita, lalu

orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata dan hal ini bisa

menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan jumlah

penderita penyakit konjungtivitis (Ilyas, 2015).

Penyakit Konjungtivitis semakin meningkat. Berdasarkan data

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat

menyatakan bahwa pada tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita

yang lebih besar yaitu sekitar 135 per 10.000 penderita baik pada anak-anak

maupun pada orang dewasa dan juga lanjut usia (Lolowang,2014).

Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2013) jumlah

pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh rumah sakit pemerintah tercatat

sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan konjungtivitis sebesar 28,3%.

Di Indonesia pada tahun 2014 diketahui dari 185.863 kunjungan

ke poli mata. Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat

jalan terbanyak pada tahun 2015 (KEMENKES RI, 2015). Berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, melaporkan jumlah penderita


konjungtivitis di pada tahun 2015 tercatat ada sebanyak 1.528 kasus

konjungtivitis dan terjadi peningkatan konjungtivitis pada bulan Januari

2016 Agustus 2016 mencapai 1.769 kasus pada tiga rumah sakit di wilayah

kerja dinas kesehatan Tanjung Pinang. Kasus yang terdapat di RS Angkatan

Laut Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di RSUD Tanjung Pinang

terdapat 81 kasus dan di RSUP Tanjung Pinang Terdapat 116 kasus

(Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016).

Dampak konjungtivitis apabila tidak diobati dalam 12 sampai 48

jam setelah infeksi di mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Perawatan mata

juga termasuk dalam personal hygiene yang perlu diperhatikan dalam

masyarakat. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi

mata bahkan kebutaan dan katarak. (Ramadhanisa, 2014). Untuk mencegah

dan menghindari komplikasi dan dampak dari konjungtivitis, maka

masyarakat perlu mempunyai pengetahuan tentang bagaimana

penatalaksanaan konjungtivitis dengan baik, karena saat ini masih banyak

orang yang mempersepsikan konjungtivitis dengan pemahaman yang kurang

tepat terutama dalam pengobatannya.

Penting bagi kita untuk menjaga mata karena pengetahuan

menurut Notoatmodjo (2010), adalah hasil dari tahu yang dapat diketahui

setelah orang melakukan proses penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan baik secara formal maupun informal,


pengetahuan kesehatan yang baik dapat meningkatkan perilaku sehat

seseorang.

Pengetahuan tentang bagaimana menjaga kesehatan mata sangat

penting dimiliki masyarakat karena salah satu faktor yang dapat menularkan

penyakit mata seperti konjungtivitis adalah pengetahuan seseorang. Jika

seseorang memiliki pengetahuan yang baik dan benar artinya ia memiliki

dasar untuk berperilaku secara benar pula karena pengetahuan dan sikap

sangat mempengaruhi prilaku seseorang.

Sikap merupakan salah satu komponen dasar pembentuk perilaku.

Dalam hal ini jika masyarakat umum mengetahui bahaya konjungtivitis

hingga cara menangani konjungtivitis maka angka penularan dan kejadian

konjungtivitis dapat diatasi (Ilyas, 2015). Berkenaan dengan faktor sikap

dan prilaku yang dapat menyebabkan penyakit konjungtivitis bahwa sumber

penularan konjungtivitis adalah cairan yang keluar dari mata yang

mengandung bakteri dan virus. Tangan yang terkontaminasi cairan infeksi

dapat menjadi media penularan, seperti melalui jabatan tangan. Bisa pula

melalui cara tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi

memegang benda yang kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan

handuk secara bersamaan, penggunaan sapu tangan tisue secara bergantian,

dan penggunaan bantal/ sarung bantal secara bersama-sama.

Dari data yang didapat melalui hasil pengamatan pengumpulan

data dapat dilihat masih ada masyarakat yang belum memahami dan

mengerti cara pencegahan dan penatalaksanaan penyakit konjugtivitis.

Untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang


pengobatan non farmakologi konjungtivitis yang tepat, dan masih ada

masyarakat yang menganggap remeh penyakit konjungtivitis sehingga

mereka enggan untuk berobat ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang

terdekat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hapsari di Mojokerto

didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh (59,7%) responden memiliki

pengetahuan yang rendah tentang konjungtivitis dan penatalaksanaannya.

Penelitian yang juga dilakukan Khoirunnisia (2016) di yogyakarta

menyatakan bahwa 14,1% responden memiliki pengetahuan yang kurang

tentang penyakit konjungtivitis dan penatalaksanaannya. Rendahnya

pengetahuan tentang konjungtivitis dapat menyebabkan lamanya waktu

penyembuhan dan penularan penyakit dari satu orang penderita ke orang

lain, sehingga Konjungtivitis menjadi salah satu penyakit mata yang sering

terjadi pada masyarakat.

Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat atas juga

memiliki andil dalam memberikan informasi kesehatan yang benar bagi

masyarakat sehingga masyarakat dalam hal ini pasien yang berkunjung ke

rumah sakit memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang isu

kesehatan selain mendapatkan pengobatan dari rumah sakit yang

bersangkutan, disimpulkan bahwa rumah sakit bukan hanya memberikan

pelayanan pengobatan saja tetapi lebih dari itu rumah sakit memiliki

tanggung jawab dalam memberikan pengetahuan kesehatan yang baik dan

benar kepada setiap pasiennya.

Berdasarkan laporan rekam medis poli mata RS TNI Angkatan

Laut Tanjungpinang tahun 2015 menunjukkan jumlah penderita


konjungtivitis yang berobat jalan sebanyak 59 pasien sedangkan rawat inap

sebanyak 22 pasien. Kemudian sejak Januari 2016 hingga Agustus 2016

tercatat jumlah pasien konjungtivitis mengalami peningkatan menjadi 128

pasien rawat jalan sedangkan rawat inap juga mengalami peningkatan

menjadi 30 pasien.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada 29 September 2016 pada

pasien konjungtivitis yang berobat ke RS TNI Angkatan Laut

Tanjungpinang Berdasarkan wawancara awal pada 10 pasien dengan

konjungtivitis, 8 diantaranya mengatakan pernah melakukan pengobatan

mata secara mandiri di rumah dengan berbagai cara seperti menggunakan air

rebusan daun sirih, menggunakan urin pada pagi hari yang diteteskan ke

mata yang sakit, namun tidak menunjukkan penyembuhan pada mata

tersebut dan pasien juga mengatakan kurang mengetahui bagaimana cara

menangani penyakit mata merah yang mereka alami dengan tepat dan tidak

mengetahui bagaimana cara menghindari penularan penyakit tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi konjungtivitis di RS. TNI

Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP

Tanjungpinang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi konjungtivitis di RS. TNI


Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP

Tanjungpinang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang

Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis di RS. TNI Angkatan

Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan :

a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien tentang

penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis di RS. TNI

Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP

Tanjungpinang

b. Diketahui distribusi frekuensi sikap pasien tentang penatalaksanaan

non farmakologi konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut

Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam

upaya peningkatan pelayanan penyakit konjungtivitis pada pasien dan

keluarga dalam penanggulangan penyakit konjungtivitis.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, panduan dan

referensi serta dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan dan

sikap pasien tentang penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi awal

tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang

Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis dalam meningkatkan

pengetahuan pada penelitian lanjutan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Konjungtivitis

1. Pengertian Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata

dan lapisan dalam kelopak mata), selaput lendir yang menutupi belakang

kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan kedalam bentuk akut

dan kronis (Ilyas, 2015).

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, adalah inflamasi pada

konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang

menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam

kelopak mata.

2. Etiologi

Menurut Ilyas (2015), konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai

macam hal, seperti :

a. Infeksi oleh virus atau bakteri.

b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya, sinar.

d. Ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari.

e. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis.

Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau

bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:

9
a. Kelainan saluran air mata

b. Kepekaan terhadap bahan kimia

c. Pemaparan oleh iritan

d. Pemakaian lensa kontak, terutama pada jangka panjang, juga

bisa menyebabkan konjungtivitis.

Frekuensi kemunculan konjungtivitis dapat meningkat bila individu

mengalami gejala alergi lainnya seperti demam atau influenza. Pencetus

alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu.

Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya

konjungtivitis yaitu bahan kimia dan bahan polutan (asap). Masa inkubasi

penyakit ini adalah 1-3 hari (James, 2009).

3. Klasifikasi

Berikut ini merupakan klasifikasi konjungtivitis menurut Ilyas (2015):

a. Konjungtivitis Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.

Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak

langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang

terkontaminasi.

b. Konjungtivitis bakteri hiperakut

Neisseriagonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri

hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan

ke oftalmologis segera.

c. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi humanadenovirus

(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau penyakit

virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai

dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis

folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

d. Konjungtivitis Alergi

Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas

terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu,

gigitan serangga dan/atau obat (atropin dan antibiotik golongan mycin).

Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias,

asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan

konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara,

yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin. Pasien

dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi

musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing).

e. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan

konjungtivitisgonore).Blenore neonatorummerupakan konjungtivitisyang

terdapat pada bayi yang baru lahir.

4. Patofisiologi

Konjungtiva mudah terinfeksi karena lokasinya mudah terpapar pada

banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu.

Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada

film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus

menangkap debrisdan kerja memompa dari palpebra secara tetap


menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung

substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak,

menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,

kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula

terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofilapis

limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma

konjungtiva melalui epitel ke permukaan, kemudian bergabung dengan

fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang

menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur (Ilyas, 2015).

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi

pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemiyang

tampak paling nyata pada forniksdan mengurang ke arah limbus. Pada

hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan

hipertrofipapila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi

tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata.

Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia

danmenambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau

badan silier berarti kornea terkena(Ilyas, 2015).

5. Klasifikasi Konjungtivitis

a. Konjungtivitis Bakteri

Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan,

epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara

bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi

purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup


terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada

konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel

kornea(Ilyas, 2015).

b. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen

yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi.

Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati

preaurikuler yang nyeri (Ilyas, 2015). Diplokokus gram negatif dapat

diidentifikasi dengan pewarnaan gram pada sekret. Pasien biasanya

memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik

(Vaughan, 2010).

c. Konjungtivitis Viral

Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan

sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala

terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri

periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis,

dan infeksi saluran napas atas (Brunner dan Sudart, 2001).

d. Konjungtivitis Alergi

Tanda dan gejala konjungtivitis alergi ada beberapa yaitu:

1) Mata Gatal

2) Panas/ mata terasa seperti terbakar

3) Mata berat

4) Mata merah

5) Kelopak mata bengkak


e. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan

konjungtivitis gonore).

Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut(Vaughan, 2010):

1) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO (Gonoroe)

2) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum

3) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental

4) Perdarahan subkonjungtiva

6. Cara Penularan Konjungtivitis

Penularan konjungtivitis ini terjadi lewat kontak langsung atau

menggunakan barang penderita konjungtivitis. Misalnya penderita yang

memiliki mata merah telah mengusap mata dan bersalaman dengan anda,

kemudian setelah salaman tanpa mencuci tangan terkebih dahulu anda lalu

mengucek mata, dengan cara tersebut virus dan bakteri tertular dari

seseorang ke orang lain, atau melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti

handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain.

Untuk menghindari gangguan mata ini, disarankan untuk selalu

mencuci tangan dengan sabun sebelum mengusap wajah atau mata. Jangan

berbagi handuk wajah, riasan mata, lensa kontak, kacamata atau bahkan lap

kacamata dengan orang lain. Bersihkan lensa kontak secara teratur dan jika

telah terinfeksi dan langsung ganti dengan yang lensa kontak baru (Ilyas.

2015).

7. Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis

Selain pemakaian terapi farmakologi pada penderita konjungtivitis hal

yang sangat penting adalah dilakukannya penatalaksanaan non farmakologi


agar konjungtivitis dapat diatasi dengan segera dan tidak terjadi penyebaran

kepada orang lain atau pada mata yang sehat, menurut WHO (World Health

Organization) Penatalaksanaan non farmakologinya adalah:

1. Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari

bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata

orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak

menggosok mata yang sakit dan kemudian tidak menyentuh mata yang

sehat.

2. Mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit

3. Hindari penggunaan kain lap, handuk, dan sapu tangan secara bersama-

sama dengan orang lain. Dan juga menggunakan handuk,kain lap dan

saputangan yang baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang

sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan

guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien

4. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menyentuh

mata yang sakit.

5. Mencuci tangan sesering mungkin terutama setelah kontak

(bersalaman, berpegangan dan lain-lain) dengan penderita konjungtiva.

6. Penderita konjungtivitis, hendaknya membuang tissue atau sejenisnya

setelah membersihkan kotoran mata.

7. Mengganti sarung bantal dan handuk setiap hari. Ini berguna untuk

menjaga kebersihan mata yang sedang menderita konjungtivitis

8. Hindari daerah berangin kencang

9. Dianjurkan untuk memakai kaca mata


10. Lakukan kompres dingin guna untuk mengurangi rasa gatal pada mata.

11. Dilarang untuk memakai lensa kontak.

B. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari tahu terhadap sesuatu yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Yang mana penginderaan dapat

terjadi melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang sangat utuh

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Hal yang sama juga

disampaikan oleh Sukanto (2003), bahwa pengetahuan merupakan kesan

dalam pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca indera. Berbeda

dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan penerangan yang

keliru (misinformation) (Mubarak, 2007).

Pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya perilaku

seseorang. Prilaku didasarkan kepada pengetahuan, walaupun pengetahuan

yang mendasari sikap seseorang masih dipengaruhi oleh faktor lain yang

sangat kompleks sehingga terbentuk perilaku yang nyata (Notoatmodjo,

2010).

2. Pengukuran pengetahuan

Menurut Skinner dalam Budiman & Riyanto (2013), bila seseorang

mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun

tulisan, maka dikatakan seseorang mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan

jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.


Menurut pendekatan kontruktif, pengetahuan bukanlah fakta dari

suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh

seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman-pemahaman baru (Riyanto, 2013). Dalam pengertian lain,

pengetahuan adalah semua gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan akal.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya

untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat

atau dirasakan sebelumnya (Riyanto, 2013).Menurut Notoatmodjo (2012),

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan baik secara

formal maupun informal, diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.Pengetahuan tentang

penatalaksanan non farmakologi pada konjungtivitis adalah hasil

pengetahuan dan pemahaman pasien tentang bagaimana melakukan

perawatan konjungtivitis tanpa menggunakan obat farmakologi.

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatdmojo (2012)

membagi prilaku manusia kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan

pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pengetahuan yang

merupakan domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Trial and Error atau coba-coba

b. Otoritas, misalnya perintah atasan/perintah raja

c. Pengalaman Pribadi

d. Cara Modern misalnya dengan melakukan penelitian atau pembelajaran

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Riyanto (2013) Banyak faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non

formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses

pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b. Informasi
Informasi adalah sebuah transfer pengetahuan. Informasi tersedia

dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari data

dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui

komunikasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan sebagai landasan

kognitif baru

c. Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik maupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali


pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.

Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,

dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia

ini.

C. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012).

2. Komponen sikap

Menurut Azwar (2015) ada tiga komponen sikap yaitu:

a. Komponen kognitif, berupa pengetahuan,kepercayaan atau pikiran

berdasarkan pada informasi yang berhubungan dengan obyek. Dalam

hal ini informasi yang didapatkan tentang penatalaksanaan non

farmakologi pada pasien konjungtivitis

b. Komponen afektif, Merupakan suatu emosi yang berhubungan dengan

objek, apakah objek yang dirasakan menyenangkan atau tidak.

c. Komponen behavior, merupakan suatu faktor predisposisi untuk

bertindak terhadap suatu subjek.

Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk suatu

komponen yang utuh (total attitude). sikap merupakan evaluasi secara

umum terhadap suatu informasi berdasarkan ketiga komponen tersebut.

3. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan sikap terdiri dari:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

b. Merespon (responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau

menyelesaikan tugas dan kewajiban adalah suatu indikasi dari sikap. Ini

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, walaupun pekerjaan tersebut salah,

berarti penderita menerima ide tersebut

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat 3

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi

4. Cara pengukuran sikap

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena

dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah menerima

(memperhatikan), merespons, menghargai, mengorganisasi dan menghayati.

Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap

kegiatan suatu objek adalah menggunakan skala sikap.

Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif)

atau menolak (negatif). Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan

yang dinilai oleh responden yang dibagi menjadi dua kategori yaitu

pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering

digunakan adalah skala Likert (Budiman & Riyanto, 2013).

5. Karakteristik Sikap
Menurut Brigham dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003 ada beberapa

ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu :

a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam

hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu

merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut

masalah emosi

c. Sikap dipelajari

Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang

mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku

mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu. Ada beberapa

karakteristik (dimensi) sikap :

1. Arah

Artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju

atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung. Orang

yang mendukung dan setuju terhadap suatu objek sikap berarti

memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak

setuju dan tidak memihak dikatakan sebagai memiliki sikap yang

arahnya negatif.

2. Intensitas

Artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum

tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.

3. Keluasan

Maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan pada suatu objek sikap


dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan

tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada

objek sikap.

4. Konsistensi

Maksudnya adalah kesesuian antara pernyataan yang dikemukakan

dengan responnya terhadap objek sikap. Konsistensi sikap

diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

6. Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu.

Sikap dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui

pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang

membentuk sikap tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling

mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui

intraksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap

objek psikologis yang dihadapinya.

7. Fungsi Sikap

Baron (2004) mengatakan; Pertama, sikap berfungsi sebagai skema

kerangka kerja mental yang membantu individu untuk menginterpretasi dan

memproses berbagai jenis informasi. Kedua, sikap memiliki fungsi harga

diri (self-esteem function) yang membatu individu mempertahankan atau

meningkatkan perasaan harga diri. Ketiga, sikap berfungsi sebagai motivasi

untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression

motivation function).

8. Nilai Kepercayaan Sikap


Nilai (value) dan Opini atau pendapat sangat erat berkaitan dengan

sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam definisi-

definisi mengenai sikap. Nilai merupakan disposisi yang lebih luas dan

sifatnya lebih mendasar. Nilai berakar lebih dalam dan karenanya lebih

stabil dibandingkan sikap individu. Jadi, nilai bersifat lebih mendasar dan

stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluasi dan

berakar pada nilai yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu

objek.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Azwar (2015) menyimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media

massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor

emosi dalam diri individu;

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 2015) mengatakan bahwa tidak

adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek

psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek

tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang

melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam

dan lebih lama membekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang


konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap pentingtersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, sangat menekankan pengaruh

lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi

seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami

(Hergenhan dalam Azwar, 2015). Kebudayaan memberikan corak

pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah

menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.

d. Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan Iain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa

memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya


meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang

boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari

pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran

agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah

mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut

berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

f. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara

dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

10. Perubahan Sikap

Proses perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi

atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perubahan

sikap ke arah yang dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi diperoleh dari

pemahaman mengenai organisasi sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan dan proses perubahan sikap.

Pada teori Kelman ditunjukkan bagaimana sikap dapat berubah melaui

tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan terjadi

ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari

kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk memperolah reaksi atau

tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Identifikasi terjadi saat individu
meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok lain

dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap individu

sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara individu dengan pihak

lain termaksud. Internalisasi terjadi saat individu menerima pengaruh dan

bersedia bersikap menurut pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai

dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai dengan sistem nilai yang

dianutnya (Azwar, 2015).

Proses mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut banyak

bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai

kondisi yang mengendalikan masing-masing proses terjadinya pengaruh,

dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap.

D. Pengetahuan dan Sikap Tentang Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah adalah peradangan pada konjungtiva (lapisan

luar mata dan lapisan dalam kelopak mata), selaput lendir yang menutupi

belakang kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan kedalam

bentuk akut dan kronis (Ilyas, 2015). Penelitian Khoirunisa (2016)

mengatakan pengobatan konjungtivitis selama ini masih banyak yang

kurang tepat, baik indikasi maupun rasional penggunaan obatnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alloyna (2011) di Medan

tentang prevalensi konjungtivitis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik

tahun 2009 dan 2010 didapatkan hasil bahwa 54% penderita konjungtivitis

adalah wanita, 22,1% berusia 31-40 tahun, 24,1% adalah ibu rumah tangga,

dan 55,8% konjungtivitis mengenai kedua mata kiri dan kanan. Penelitian

yang sama juga dilakukan Hutagalung (2011) didapatkan bahwa


konjungtivitis lazim terjadi pada penderita dengan usia 21-30 tahun (20,9%)

dan banyak terjadi pada laki-laki (50,5%).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2013) di Bandung tentang

hubungan antara faktor pembentuk prilaku pasien dengan kejadian

konjungtivitis di rumah sakit mata cicendo Bandung didapatkkan hasil

bahwa ada hubungan antara faktor pembentuk prilaku dalam mencuci

tangan sebelum dan sesudah memegang mata yang sakit, seperti sikap

responden 37% responden menggunakan handuk bersamaan, 13%

menggunakan sapu tangan bergantian dan 50% menggunakan bantal/ sarung

bantal bersama dengan penderita konjungtivitis. 75% responden memiliki

pengetahuan yang kurang tentang konjungtivitis dan 61% responden

memiliki sikap negatif terhadap konjungtivitis. Penelitian juga dilakukan

oleh Hapsari (2014) tentang Pengetahuan Konjungtivitis didapatkan hasil

bahwa 80 responden (59,7%) berpengetahuan kurang tentang konjungtivitis.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. KerangkaTeori

Dari uraian latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah di uraikan

sebelumnya yaitu teori-teori tentang konjungtivitis dan konsep dasar pengetahuan

menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan landasan atau dasar seseorang

melakukan sesuatu atau membuat suatu kejadian dapat terjadi. Kejadian

konjungtivitis yang terjadi dalam masyarakat merupakan efek dari ketidaktahuan

masyarakat akan bahaya konjungtivitis. Menurut Blomm (1908) dalam

Notoatmodjo (2012) yang mana dia merupakan seorang ahli psikologi pendidikan

membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain: yaitu a. Kognitif (cognitive),

b.afektif (affective), c. psikomotor (psychomotor) hal ini digambarkan dalam

kerangka teori:

Kognitif Afektif Psikomotor

Tahu Menerima Tindakan


Memahami Merespon
Aplikasi Menghargai
Analisis
s Bertanggun gJawab
Sintesis
Evaluasi

Penatalaksanaaan Non FarmakologiPadapasienKonjungtivitis

B. Alur Pikir Gambar 3.1


Kerangka Teori

32
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alur pikir untuk mendapatkan

gambaran tingkat pengetahuan dan sikap pasien tentang penatalaksanaan non

farmakologi konjungtivitis didinas kesehatan Tanjungpinang. Alur dalam

penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu input, proses dan output. Dimana yang

menjadi bagian input adalah pasien dengan diagnose konjungtivitis, sedangkan

prosesnya adalah tingkat pengetahuan dan sikap pasien tentang penatalaksanaan

non farmakologi konjungtivitis. Kemudian diperoleh output dari penelitian ini,

output untuk tingkat pengetahuan dibagi 3 yaitu pengetahuan baik, cukup, dan

rendah. Untuk sikap dibagi menjadi 2 kategori yaitu positif dan negative.

input Proses Output

pasien Tingkat Tengetahuan tentang Penatalaksanaan


Tingkat Pengetahuan
NonFarmakologi Konjun
Baik
dengan diagnose Cukup
konjungtivitis Rendah

SikapPasiententang PenatalaksanaanNon
Sikap Farmakologi Konjungtiviti
Positif
Negative

Gambar 3.2
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan
Non Farmakologi Konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjung Pinang,
RSUD Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung Pinang
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif dan

pendekatan dimana hanya untuk mendapatkan informasi tentang ”Gambaran

tingkat pengetahuan dan sikap pasien mengenai penatalaksanaan non

farmakologi konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjung Pinang, RSUD

Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung Pinang”

B. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoadmodjo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

pasien mata yang berkunjung dengan diagnose konjungtivitis ke RS TNI

Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang dan RSUP

Tanjungpinang. Berdasarkan catatan rekam medis di RS TNI Angkatan

Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang dan Rumah Sakit Umum

Provinsi sejak bulan Januari hingga Agustus 2016 diketahui ada

kunjungan pasien rawat jalan dengan diagnosa konjungtivitis.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Propotionate Random

34
Sampling yang berarti pengambilan sampel yang digunakan bila anggota

populasinya terdiri atas kelompok-kelompok (Sugiono, 2009).

Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi

dengan presisi mutlak (Ariawan, 1998) berikut:

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

= 1,96 pada derajat kepercayaan 95%

p = proporsi kejadian pada populasi (0,5)

d = presisi mutlak (digunakan 5% = 0,05)

adapun besar sampel adalah:

1,2774

dibulatkan 97

Dengan demikian besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 97

orang yang dipilih menggunakan teknik Proporsional Random Sampling

dari tiga rumah sakit yang masing-masing rumah sakit diwakili besar

sampel berikut:

Tempat Populasi Perhitungan Jumlah Sampel


1 RSAL 50 50/ 128 x 97= 37,8 38
2 RSUD 40 40 / 128 x 97= 30,3 30
3 RSUP 38 38 / 128 x97 = 28,7 29
Total 97

Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

a) Pasien yang menderita/mengalami diagnosa konjungtivitis

b) Kooperatif dan bersedia menjadi responden

c) Mampu mengisi dan memahami kuesioner

2) Kriteria Eksklusi

a) Pasien yang menderita penyakit glaukoma, katarak dan penyakit mata

lainnya selain konjungtivitis.

b) Ada masalah dimata seperti kesulitan untuk melihat, pusing, pandangan

kabur, nyeri dan penurunan kognitif

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tiga Rumah Sakit yang ada di

Tanjungpinang yaitu RS TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD

Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang pada bulan April 2016 sampai

bulan Januari 2017. Pengumpulan data dilakukan pada 3 Desember 2016

sampai dengan 18 Desember 2016.


D. Variabel penelitian

Tabel 4.1
Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasiona Ukur Ukur Ukur
l
Variabel Dependen
1 Tingkat Segala sesuatu Angket Kuesioner Tingkatpenget
pengetahuan yang responden ahuan Ordinal
tentangpenatal ketahui tentang dikatakan :
aksanaan non cara melakukan 1. Baik
farmakologi perawatan pada 76–100%
konjungtivitis mata yang 2. Cukup
menderita 56–75%
infeksi, mata 3. Rendah,
memerah dan < 56%
gatal dengan
menggunakan
cara selain dari (Arikunto,
obat-obatan 2013)
medis.
2 Sikap tentang Reaksi atau Angket Kuesioner Sikap dilihat Ordinal
penatalaksana tanggapan yang dari menerima,
an non responden yakini merespon,
farmakologiko sebagai suatu menghargai,
njungtivitis kebenaran bertanggung
terhadap jawab
perawatan pada dikatakan :
mata yang 1. Positif
menderita > median
infeksi, mata 2. Negatif
memerah dan < median
gatal dengan
menggunakan
cara selain dari
obat-batan
medis.
E. Alat /instrumen penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

digunakan sebagai alat pengumpul data karena dinilai mudah dimengerti oleh

responden dan peneliti. Untuk mendapatkan data tentang tingkat pengetahuan

tentang konjungtivitis dan penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis,

responden harus menjawab 20 pertanyaan dan untuk data sikap tentang

konjungtivitis dan penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis, responden

harus menjawab 10 pertanyaan.

F. Uji Instrumen Penelitian

1. Salah satu masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana data yang

diperoleh akurat dan objektif. Data yang kita kumpulkan tidak akan

berguna bila mana alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian tidak mempunyai validitas Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur data. Untuk mengetahui

validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner) dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel

tersebut berkorelasi secara significant dengan skor totalnya.

Bila r hitung > r tabel = Ho ditolak, artinya variabel valid

Bila r hitung < r tabel = Ho gagal ditolak, artinya variabel tidak valid.
2. Reabilitas

Reabilitas adalah suatu ukuran untuk menunjukan sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama. Cara

mengukur reabilitas adalah pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Pengujian reabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih

dahulu. Jika pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut di buang.

Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian baru secara bersama-

sama diukur reliabilitasnya.

Uji validitas dan reabilitas instrumen dilakukan pada tanggal 1 Desember

2016. Kuesioner diuji cobakan kepada 30 orang pasien yang menderita

konjungtivitis yang ada di RSUD Tanjung Uban. Pemilihan RSUD Tanjung Uban

sebagai lokasi uji validitas dikarenakan RSUD ini sama-sama berada di daerah

Tanjungpinang dengan Rumah sakit yang peneliti akan teliti.

G. EtikaPenelitian

1. Informed consent

Berupa persetujuan antara peneliti dan responden. Dengan

memberikan lembar persetujuan tersebut sebelum kuesioner di bagikan.

Tujuannya agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampaknya. Jika subjek bersedia maka harus rmenandatangani lembar

persetujuan. Jika subjek tidak bersedia maka peneliti harus menghormati

hak responden.
2. Anonimity

Memberikan jaminan dalam mengunakan subjek penelitian dengan

cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

melainkan hanya menuliskan kode pada lembar data atau hasil penelitian

yang disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan merupakan suatu etika penelitian dengan menjamin

kerahasiaan pada hasil penelitian baik berupa informasi maupun masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

H. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer meliputi kuesioner yang berisikan tentang

pengetahuan dan sikap pasien dalam penatalaksanaan non farmakologi

konjungtivitis.

b. Data Sekunder

Data sekunder sebagai pendukung penelitian ini meliputi data

jumlah pasien yang berobat selama 6 bulan terakhir yang diperoleh dari

rekam medis RS TNI Angkatan Laut Tanjung pinang.


I. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan dalam pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Prodi Keperawatan

Universitas Andalas setelah mendapat persetujuan proposal penelitian

dari dosen pembimbing.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Rumah Sakit

yang akan diteliti

c. Peneliti melakukan pengambilan data primer di RSAL, RSUD dan

RSUP Tanjungpinang. Peneliti menjelaskan maksud penelitian,

meminta kesediaan responden dengan menandatangani lembar inform

consent, dan jika responden bersedia maka dilanjutkan dengan

mewawancari responden menggunakan angket berupa kuesioner yang

telah disiapkan.

d. Pengambilan data dibantu oleh perawat yang berdinas pada ruangan

poliklinik rumah sakit tersebut, sebelum penelitian dilakukan peneliti

melakukan persamaan persepsi terlebih dahulu.

2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data meliputi : Data yang terkumpul pada penelitian ini

akan diolah secara manual dan komputer. Dalam proses pengolahan data

Langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya : (Riyanto, 2013)

1. Penyuntingan Data (Editing)

Peneliti memeriksa semua kuesioner satu persatu untuk

memastikan data yang diperoleh adalah data yang benar-benar terisi


lengkap, relevan, dan dapat dibaca. Proses editing dilakukan ditempat

pengumpulan data, sehingga apabila terdapat kesalahan, maka upaya

pembetulan dapat segera dilakukan.

2. Pengkodean Data (Coding)

Melakukan pemberian kode–kode tertentu dengan tujuan

mempermudah dan mempersingkat pengolahan data.

3. Memasukkan Data (Entry)

Hasil coding dari masing-masing pertanyaan variabel penelitian,

selanjutnya dimasukkan kedalam master table.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Penelitian melakukan pengecekan kembali terhadap data yang

telah di masukkan kedalam master table.

5. Tabulasi Data (Tabulating)

Setelah data terkumpul, data selanjutnya diklasifikasikan dalam

distribusi frekuensi dan dipresentasikan.

J. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap masing-

masing variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi dan di

persentasekan baik untuk variabel independent maupun dependent.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan dari 3 Desember sampai dengan

18 Desember 2016. Penelitian ini telah dilaksanakan di RS. TNI Angkatan Laut

Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang dengan sampel

yang berjumlah 97 orang, Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang langsung dibagikan kepada responden. Data disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuenssi mengenai pengetahuan dan sikap pasien tentang

penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis.

B. Karakteristik Responden

Responden adalah pasien yang menderita konjungtivitis di tiga rumah

sakit yaitu RS. TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan

RSUP Tanjungpinang, yaitu sebanyak 97 orang. Karakteristik responden dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

43
Tabel5.1. Karakteristik responden berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan, dan Pekerjaan responden Tentang Penatalaksanaan
Konjungtivits di RS. TNI Angkatan Laut Tanjung Pinang, RSUD
Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung Pinang tahun (2017)

No. Karakteristik Kategori f %


Responden
1. Umur 17-25 tahun 7 7,2
26-35 tahun 48 49,5
36-45 tahun 41 42,3
56-65 tahun 1 1,0
2. Jenis Kelamin Laki-laki 24 24.7
Perempuan 73 75.3
3. Pendidikan SD 14 14.4
Terakhir SMP/Sederajat 48 49.5
SMA/Sederajat 25 25.3
Perguruan Tinggi 10 10.3
4. Pekerjaan Nelayan 22 22.7
buruh 37 38.1
Petani 31 32.0
PNS 7 7.2

Pada table 5.1 dapat dilihat bahwa rata – rata umur responden yaitu umur

26 – 35 (49,2%), memiliki jenis kelamin perempuan yaitu 73 orang (75,3%),

memiliki pendidikan SMP yaitu 48 orang (49.5%), dan 37 orang responden

(38,1%) bekerja sebagai buruh.


Tabel5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi
Konjungtivits di RS. TNI Angkatan Laut Tanjung Pinang, RSUD
Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung Pinang tahun (2017)

Tingkat Pengetahuan f %
Tinggi 4 4,1
Sedang 43 44,3
Rendah 50 51,5
Jumlah 97 100.0

Tabel 5.1 di atas terlihat bahwa dari 97 responden, lebih dari separuh (51,5

%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang penatalaksanaan

non farmakologi konjungtivitis.

Tabel5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden


Tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis di RS.
TNI Angkatan Laut Tanjung Pinang, RSUD Tanjung Pinang, dan
RSUP Tanjung Pinang (2017)

Sikap Tentang
Penatalaksanaan f %
Konjungtivits
Positif 22 22,7
Negatif 75 77,3
Jumlah 97 100.0

Tabel 5.2 diatas terlihat bahwa dari 97 responden, sebagian besar 75 orang

(77,3 %) responden memiliki sikap yang negatif penatalaksanaan konjungtivits.


BAB VI

PEMBAHASA

A. Tingkat Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Konjungtivitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 97 responden, lebih dari

separuh (51,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang

Penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut

Tanjung Pinang, RSUD Tanjung Pinang, dan RSUP Tanjung Pinang. Hal ini

dapat dilihat jawaban responden sebanyak 70 responden (72,2%) menyatakan

tidak mengetahui bagaimana cara penularan konjungtivitis, 84 orang (86,6%)

tidak mengetahui penyebab dari mata merah dan 48 orang responden (49,5%)

tidak mengetahui kuman penyebab dari mata merah

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoirunnisa

(2015) bahwa hampir lebih dari separuh 59,7% responden memiliki

pengetahuan rendah mengenai pengetahuan tentang penularan konjungtivitis.

Pada hasil yang dilakukan oleh peneliti pada pengetahuan terhadap

penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis pada kuesioner responden

banyak yang tidak mengetahui tentang penyebab konjungtivitis sebanyak

(52,4%). Menurut Ilyas (2015), konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai

macam hal, seperti : Infeksi oleh virus atau bakteri, Reaksi alergi terhadap

debu, serbuk sari, bulu binatang, Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi

udara lainnya, sinar, Ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari Pemakaian

lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan

konjungtivitis.
46
Pengetahuan yang didapatkan oleh responden sebagian besar

didapatkan dari bangku pendidikan responden yang mana tingkat pendidikan

responden yang tinggi sebanyak 10 orang (10,3%) berpendidikan perguruan

tinggi, dalam penelitian ini masih banyak responden yang berpendidikan

rendah yaitu sebanyak 48 orang (49,5%) masih berpendidikan tamat SMP. Hal

ini menunjukan bahwa tingkt pendidikan seseorang dapat mempengaruhi

pengetahuannya, karna semakin tinggi pendidkan seseorang maka makin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi baik dari orang lain ataupun

media massa. Sehingga pendidikan yang rendah akan mempengaruhi daya

tangkap seseorang dalam menerima informasi. Dilihat dari pengetahuan

pasien konjungtivitis yang rendah salah satu penyebabnya adalah karena

kurangnya daya tangkap pasien tentang informasi penatalaksanaan non

farmakologi konjungtivitis.

Selain pendidikan umur juga berkaitan erat dengan pengetahuan

seseorang. Sebagian besar responden berada dalam kelompok umur 26 – 35

yaitu sebanyak 48 orang (49,5%). Umur mempengaruhi terhadap daya

tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik Notoatmojo (2013).

Dilihat dari jenis kelamin penderita konjungtivitis didapatkan sebagian

besar dari penderita konjungtivitis sebanyak 73 orang (75,3%), berjenis

kelamin perempuan. Jenis kelamin tidak dapat menentukan tingkat

pengetahuan seseorang. Meskipun demikian perempuan tidak dapat

berinteraksi dengan maksimal dengan orang lain karena kesibukan mengurus


rumah tangga, suami dan anak yang mana aktivitas perempuan banyak

dilakukan didalam rumah. Sehingga banyak dari perempuan yang tidak

maksimal dalam mendapatkan informasi tentang penularan dan pencegahan

penyakit konjungtivitis. Dan jika ditinjau dari segi pekerjaan sebanyak 37

orang (38,1%) adalah buruh hal ini dikarenakan tingkat sosial ekonomi

mempengaruhi pengetahuan, hal ini menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk memperluas pengetahuan, sehingga dengan pekerjaan

buruh ini mereka mempunyai keterbatasan fasilitas untuk mendapatkan

informasi tentang penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis ini

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurhayati,S (2013) yang melihat hubungan antara faktor pembentuk perilaku

pasien dengan kejadian konjungtivitis di rumah sakit mata Cicendo Bandung.

Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor

pembentuk perilaku dalam mencuci tangan sebelum/sesudah memegang mata

yang sakit, seperti: sikap responden 37% responden menggunakan handuk

bersamaan, 13% menggunakan sapu tangan bergantian dan 50%

menggunakan bantal/sarung bantal bersama dengan penderita

konjungtivitis.75% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang

konjungtivitis dan 61% responden memiliki sikap negatif terhadap

konjungtivitis.

Notoatdmojo (2013) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu terhadap sesuatu yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

merupakan hal yang sangat utuh terbentuknya tindakan seseorang (over


behavior). Hal yang sama juga disampaikan oleh Sukanto (2003), bahwa

pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil dari

penggunaan panca indera. Berbeda dengan kepercayaan (belive), takhayul

(superstition), dan penerangan yang keliru (misinformation) (Mubarak, 2007).

Pengetahuan sebagai salah satu dari komponen yang mempengaruhi

perilaku manusia karena pengetahuan merupakan hasil dari objek tertentu dan

sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera mata dan telinga.

Edukasi kesehatan merupakan salah satu proses untuk meningkatkan

pengetahuan seseorang, pengetahuan dapat meningkat karena adanya

informasi dari orang lain, media massa dan elektronik seperti koran, leaflet,

majalah, televisi, radio (Notoatdmojo, 2013)

B. Sikap Tentang Penatalaksanaan Konjungtivitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat diketahui bahwa dari 97

responden, sebagian besar 75 orang (77,3 %) responden memiliki sikap yang

negatif tentang penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis.

Sikap negatif yang dimiliki oleh responden yaitu lebih dari separuh

(52,6%) mengatakan selalu meniup mata mereka yang sakit, lebih dari separuh

(56,72%) memasukkan mata kedalam air menggunakan handuk bersama

sebanyak (69,1%). Kedua sikap negatif tersebut akan memperbesar resiko

penularan infeksi pada mata sehat.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hapsari (2014) bahwasannya

sikap pasien konjungtivitis dalam mencegah penularan konjungtivitis

ditemukan 49,7% mempunyai sikap negatif dalam hal mencuci tangan setelah

bersentuhan dengan mata yang sakit. Sikap merupakan respon tertutup


seseorang terhadap rangsangan tertentu yang melibatkan faktor pendapat atau

emosi yang bersangkutan dan merupakan kesiapan atau kesedian untuk

bertindak dan belum merupakan tindakan (Newcomb, dalam Sunaryo 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurhayati,S (2013) dalam penelitiannya terkait dengan sikap negatif

responden yang menggunakan handuk secara bersama yaitu sebanyak 37%,

dan sebanyak 13% responden menggunakan sapu tangan bergantian dan

sebanyak 50% responden menggunakan bantal/sarung bantal secara bersama.

Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna

mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien, Usahakan untuk tidak

menyentuh mata yang sehat sesudah menyentuh mata yang sakit, Mencuci

tangan sesering mungkin terutama setelah kontak (bersalaman, berpegangan

dan lain-lain) dengan penderita konjungtivitis, Penderita konjungtivitis,

hendaknya membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran

mata, mengganti sarung bantal dan handuk setiap hari. Ini berguna untuk

menjaga kebersihan mata yang sedang menderita konjungtivitis, Hindari

daerah berangin kencang, Dianjurkan untuk memakai kaca mata, Lakukan

kompres dingin guna untuk mengurangi rasa gatal pada mata, Dilarang untuk

memakai lensa kontak.

Penatalaksanaan non farmakologinya yang di anjurkan pada pasien

konjungtivitis adalah : Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme,

pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat

ke mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk

tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian tidak menyentuh mata yang
sehat, Mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, Hindari

penggunaan kain lap, handuk, dan sapu tangan secara bersama-sama dengan

orang lain, dan juga menggunakan handuk, kain lap dan saputangan yang baru

yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.

Dari hasil peneltian terdapat perbedaan dengan hasil penelitian

sebelumnya dimana hasil peneltian sebelumnya mendapatkan pencegahan

melalui self infection sedangkan peneliti dapatkan penyebaran infeksin

konjungtivitis ke orang lain secara keseluruhan yaitu dengan menggunkan

sarung bantal bersama, membuang tisu bekas pakai pasien konjuntivitis, dan

kontak mata.

Penatalaksanaan yang harus dianjurkan pada pasien konjungtivitis

adalah Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus

diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata

orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak

menggosok mata yang sakit dan kemudian tidak menyentuh mata yang sehat,

mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, hindari

penggunaan kain lap, handuk, dan sapu tangan secara bersama-sama dengan

orang lain. Dan juga menggunakan handuk,kain lap dan saputangan yang baru

yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus

dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna menghindari penyebaran

konjungtivitis antar pasien, usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat

sesudah menyentuh mata yang sakit, Mencuci tangan sesering mungkin

terutama setelah kontak bersalaman, berpegangan dan lain-lain) dengan

penderita konjungtiva. penderita konjungtivitis, hendaknya membuang tissue


atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata, mengganti sarung bantal

dan handuk setiap hari. Ini berguna untuk menjaga kebersihan mata yang

sedang menderita konjungtivitis, hindari daerah berangin kencang, dianjurkan

untuk memakai kaca mata, lakukan kompres dingin guna untuk mengurangi

rasa gatal pada mata dilarang untuk memakai lensa kontak.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Bagaimana

GambaranTingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan

Non Farmakologi konjungtivitis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Tanjungpinang, dengan total sampel sebanyak 97 orang, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Separuh responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang

Penatalaksanaan konjungtivitis.

2. Sebagian besar responden memiliki sikap yang negatif dalam

Penatalaksanaan non farmakologis Konjungtivits.

B. Saran

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada Rumah Sakit untuk dapat memberikan

pendidikan kesehatan baik dalam bentuk penyuluhan ataupun leaflet

tentang penatalaksanaan non farmakologi penyakit konjungtivitis terhadap

pasien yang datang berobat ke rumah sakit.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa jadi acuan untuk peneliti selanjutnya untuk

melihat bagaimana penatalaksanaan konjungtivitis pada masyarakat. Dan

dapat menambahkan dan memperbaiki alat ukur dari penelitian menjadi

lebih sempurna.
53
c. Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat jadi masukan sebagai pengembangan bahan ajar

tentang konjungtivitis dan penatalaksanaan non farmakologi di institusi

pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2015). Sikap Manusia: Teori & Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Alloyna D. (2011). Prevalensi konjungtivitis di rumah sakit umum pusat haji
adam malik tahun 2009 dan 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Baron, R. A. & Byrne, Donn. (2004). Psikologi sosial. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Volume III. Jakarta:
EGC.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Dinas kesehatan tanjungpinang (2015) laporan terkait penyakit mata

Hutagalung, P.Y. (2011). Karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di


rsud. dr. pirngadi medan tahun 2011. Medan. Universitas Sumatera Utara.

Ilyas, Sidarta. (2015). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

James, Brus, dkk. (2009). Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga.

Kementerian Kesehatan RI, (2013). Jumlah pasien rawat inap dengan jumlah
penderita konjuntivitis.

Lolowang M, dkk. (2014). Pola bakteri aeron penyebab konjungtivitis pada


penderita rawat jalan di balai kesehatan mata masyarakat kota Manado.
Jurnal eBiomedik Ebm; 2 (1): 279-86. Manado: Universitas Sam
Ratulangi.

Mubarak, Wahit, dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses


Belajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan & Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. (2013). Metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika

Nurhayati. (2013). Hubungan antara perilaku pasien dengan kejadian


konjungtivitis di rumah sakit mata cicendo bandung. Bandung: Suara
Forikes.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Ramadhanisa. (2014). Conjunctivitis bakterial treatment in kota karang village.
Jurnal J Medula Unila volume 3 nomor 2. Lampung: Universitas Negeri
Lampung.

Riyanto, Agus. (2013). Selekta Kapita Kuesioner. Jakarta: Salemba Medika.

Riyanto, (2013). Pengetahuan & Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Salim, Idrus. (2011). Modul Manajemen & Analisa Data Kesehatan. Padang:
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang Kementerian
Kesehatan RI Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Gravindo Persada.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Tamsuri, Anas. (2010). Buku Ajar Klien Gangguan Mata & Penglihatan. Jakarta :
EGC.

Vaughan, Daniel G. dkk. (2010). Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika.

Wijana S.D, N. (2009). Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:


Universitas Indonesia.
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No KETERANGAN BIAYA
1 Biaya administrasi dan studi awal Rp. 400.000
2 Penyusunan proposal skripsi Rp. 600.000
3 Penggandaan proposal dan ujian proposal Rp. 400.000
4 Instrumen penelitian dan pelaksanaan penelitian Rp. 600.000
5 Pengolahan dan analisa data Rp. 700.000
6 Penyusunan, ujian dan perbaikan skripsi Rp. 700.000
7 Pengadaan skripsi Rp. 500.000
8 Lain-lain Rp. 500.000
Jumlah Rp. 4.400.000
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Bapak / Ibu responden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas yang bermaksud akan melaksanakan penelitian.
Nama : Apriana
No. BP: 1511316032
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi
Konjungtivitis Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Tanjung Pinang ”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi Bapak / Ibu sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Ibu/Bapak menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan
Bapak/ Ibu untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.
Atas perhatian Bapak/ Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Apriana
LEMBARAN PERSETUJUAN
(Informed Concent)
Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara :
Nama : Apriana
No.BP : 1511316032
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Dengan Judul
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tentang Penatalaksanaan Non
Farmakologi Konjungtivitis Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Tanjung Pinang”
Persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari
siapa pun.

Tanjung Pinang, November 2016


Responden

(…................................)
KISI-KISI KUESIONER

Variabel Tujuan Indikator Jumlah No Item


Item
Pengetahuan Mengetahui 1. Pengertian tentang 1, 2
pasien tentang pengetahuan konjungtivitis
konjungtivitis pasien tentang 2. Penyebab 3, 4, 5,
konjungtivitis konjungtivitis 6, 7
3. Patofisiologi 8
konjungtivitis 20
4. Tanda dan gejala 9, 10
konjungtivitis
5. Cara penularan 11, 12
konjungtivitis
6. Penatalaksanaan 13, 14,
15, 16,
Konjungtivitis
17, 18,
19, 20
Sikap pasien Mengetahui Sikap pasien terhadap 10 1, 2, 3,
tentang sikap pasien penatalaksanaan 4, 5, 6,
konjungtivitis tentang konjungtivitas 7, 8, 9,
konjungtivitis 1. Tidak menggosok mata 10
yang sakit dan kemudian
tidak menyentuh mata
yang sehat
2. Mencuci tangan setelah
setiap kali memegang
mata yang sakit
3. Hindari penggunaan
kain lap, handuk, dan
sapu tangan secara
bersama-sama dengan
orang lain
4. Usahakan untuk tidak
menyentuh mata yang
sehat sesudah menyentuh
mata yang sakit
5. Mencuci tangan
sesering mungkin
terutama setelah kontak
6.Penderita konjungtivitis,
hendaknya membuang
tissue atau sejenisnya
setelah membersihkan
kotoran mata
7. Mengganti sarung
bantal dan handuk setiap
hari
8. Hindari daerah
berangin kencang
9. Dianjurkan untuk
memakai kaca mata
10. Lakukan kompres
dingin
11. Dilarang untuk
memakai lensa kontak
KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN


TENTANG PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI
KONJUNGTIVITIS DI WILAYAH KERJA DINAS
KESEHATAN KOTA TANJUNG PINANG

No Responden :
A. Identitas Responden

Inisial :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternative jawaban dengan seksama
2. Silangi alternative jawaban yang di anggap benar
3. Kousioner yang telah diisi lengkap tolong dikembalikan pada penulis atau
peneliti

C. Pengetahuan
I. Pengertian Konjungtivitis
1. Menurut Bapak/Ibu, apakah yang dimaksud dengankonjungtivitis
(sakit mata merah)?
a. Infeksi pada bagian dalam mata (0)
b. Memerah dan meradang pada lapisan luar mata dan lapisan (1)
dalam kelopak mata
c. Luka pada pada lapisan luar mata dan lapisan (0)
dalam kelopak mata
2. Menurut Bapak/Ibu, dimana lokasi terjadinya konjungtivitis (sakit mata
merah) ?
a. Lapisan luar mata dan bagian dalam kelopak mata (1)
b. Lensa mata (0)
c. Lapisan bagian dalalm mata (0)

II. Penyebab Konjungtivitis


3. Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang dapat menyebabkan
konjungtivitis (sakit mata merah)?
a. Infeksi oleh virus atau bakteri (1)
b. Infeksi oleh jamur (0)
c. Faktor keturunan (0)
4. Menurut Bapak/Ibu,apa yang menyebabkan konjungtivitis (mata merah)
yang bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun?
a. Kelainan pada bagian dalam mata (0)
b. Pemakaian lensa kontak dalam waktu lama (1)
c. Kerusakan diakibatkan karena benda tumpul (0)
5. Menurut Bapak/Ibu, umur berapa terjadinya konjuntivitis (sakit mata
merah) ini ?
a. Semua umur (1)
b. Dewasa (0)
c. Lansia (0)
6. Menurut Bapak/Ibu,berapa lama masa perjalanan penyakit konjuntivitis
(sakit mata merah)?
a. Berlangsung dalam waktu 2 hari (0)
b. Berlangsung dalam 1-3 hari (1)
c. Tidak dipengaruhi oleh waktu (0)

7. Menurut bapak/ ibu, apakah sinar matahari juga dapat menyebabkan


penyakit konjungtivitis (mata merah) ?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
III. Patofisiologi Konjuntivitis
8. Menurut Bapak/Ibu, penyebab peradangan dan memerah pada
konjungtivitis (sakit mata merah) ?
a. Pelebaran pembuluh darah pada bagian dalam kelopak mata (1)
b. Penyempitan pembuluh darah (0)
c. Kerusakan pada konjungtiva (0)
V. Tanda dan Gejala Konjungtivitis
9. Menurut Bapak/Ibu, apa salah satu tanda dan gejala dari konjungtivitis
(mata merah)?
a. Mata gatal (1)
b. Mata terang (0)
c. Mata terasa dingin (0)

10. menurut bapak/ ibu, dampak dari penyakit kongtivitis (mata merah)
adalah…
a. demam (1)
b. sakit kepala (0)
c. sakit perut (0)
VI. Cara Penularan Konjuntivitis
11. menurut bapak/ ibu, apakah penyakit konjungtivitis (mata merah) menular
ke orang lain ?
a. menular (1)
b. tidak menular (0)

12. Menurut Bapak/Ibu, cara penularan konjungtivitis (mata merah)?


a. Lewat kontak langsung (1)
b. Lewat berpandangan (0)
c. Lewat bersin (0)

VII. Penatalaksanaan Konjuntivitis


13. Menurut Bapak/Ibu, cara menghindari kontraminasi mata pada
konjuntivitis (mata merah)?
a. Tidak menggosok mata (1)
b. Menyentuh mata (0)
c. Menggosok-gosok kelopak mata (0)

14. Menurut Bapak/Ibu, tindakan apa yang kita lakukan sebelum memegang
mata yang sakit?
a. Langsung memegang mata yang sakit (0)
b. Mencuci tangan (1)
c. Mengguyur mata dengan air (0)

15. Menurut Bapak/Ibu, tindakan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan


mata yang sedang menderita konjungtivitis?
a. Mengganti sarung bantal dan handuk (1)
b. Menggunakan handuk secara bersama-sama (0)
c. Menggunakan saputangan (0)

16. Menurut Bapak/Ibu, tindakan apa yang diakukan untuk mengurangi rasa
gatal pada mata?
a. Lakukan kompres dingin (1)
b. Lakukan kompres hangat (0)
c. Memberi salep (0)

17. Menurut Bapak/Ibu, usaha apa yang kita lakukan untuk mencegah
terjadinya konjungtivitis (mata merah)?
a. Tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menyentuh (1)
pada yang sakit
b. Menyentuh mata yang sehat (0)
c. Mencuci mata (0)

18. Menurut Bapak/Ibu, tindakan yang dilakukan untuk menghindari


penyebaran konjuntivitis (mata merah)?
a. Menghindari penggunaan handuk secara bersamaan (1)
b. Saputangan yang dipakai bersamaan (0)
c. Mengompres dengan air dingin (0)

19. Menurut Bapak/Ibu, larangan yang harus dilakukan pada penyakit


konjungtivitis ?
a. Dilarang untuk memakai lensa kontak (1)
b. Memakai kaca mata (0)
c. Memakai obat tetes mata (0)

20. Menurut Bapak/Ibu, salah satu tindakan yang kita lakukan untuk
melindungi mata ?
a. Memberikan salep (0)
b. Memakai lensa (0)
c. Memakai kaca mata (1)

D. Sikap
Petunjuk: Berilah tanda cheklist (√) menurut pendapat bapak/ Ibu
berdasarkan pertanyaan dibawah ini
Keterangan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Jika mata saya sakit, saya tidak 4 3 2 1
menggosok / memegang mata saya
2 Setelah memegang mata saya yang sakit, 4 3 2 1
saya selalu mencuci tangan
3 Untuk membersihkan mata, saya 1 2 3 4
menggunakan handuk dan sapu tangan
4 Ketika mata saya sakit, saya tidak pernah 4 3 2 1
memegang mata saya yang tidak sakit
5 Saya selalu membuang tisu dan 4 3 2 1
sejenisnya setelah membersihkan kotoran
mata
6 Saya selalu mengganti sarung bantal dan 4 3 2 1
handuk setiap hari
7 Saya selalu meniup mata ketika mata 1 2 3 4
saya sakit
8 Saya memakai kacamata ketika mata saya 4 3 2 1
sakit
9 Untuk mengurangi rasa gatal pada mata 1 2 3 4
saya menggunakan kompres air hangat
10 Ketika mata saya sakit saya selalu 1 2 3 4
memasukan mata kedalam air

CURICULUM VITAE

Nama : Apriana
NIM 1511316032
Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Pinang, 08 April 1980
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Bhayangkara No 03 Rt 05 Rw 11 Tanjung Pinang,
Provinsi Kepulauan Riau.
Nama Orang tua
Ayah : H. Sarimin
Ibu : Fatimah (Almh)

Anda mungkin juga menyukai