Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


MENARCHE DINI DI SD N 03 ALAI PADANG

Penelitian Keperawatan Anak

EGA TRI KURNIATI BP. 1311311041

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2017
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


MENARCHE DINI DI SD N 03 ALAI PADANG

Penelitian Keperawatan Anak

EGATRI KURNIATI BP. 1311311041

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2017
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


MENARCHE DINI DI SD N 03 ALAI PADANG

Penelitian Keperawatan Anak

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

EGA TRI KURNIATI

BP. 1311311041

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2017
i
v
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan
hidayah-Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SD N 03 Alai Padang.
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Ns. Hermalinda,
M.Kep. Sp. Kep. An dan Ibu Ns. Dwi Novrianda, S.Kep., M.Kep sebagai
pembimbing peneliti yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing
peneliti dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga
disampaikan kepada Pembimbing Akademik, Ibu Ns. Dwi Novrianda, S.Kep.,
M.Kep yang telah banyak memberi motivasi, nasehat dan bimbingan selama
peneliti mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas.
2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S,Kep., M.Kep selaku Koordinator Program Studi
S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
3. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.
5. Kepala sekolah, staf dan guru SDN 03 Alai Padang yang telah bersedia
bekerjasama dengan peneliti selama melakukan penelitian di SDN 03 Alai
Padang. Seluruh murid SDN 03 Alai Padang yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.

vi
vii

6. Keluarga tercinta yang selalu mengiringi langkah peneliti dengan doa,


dorongan, kesabaran dan pengertian untuk menjalani dan melalui semua
tahapan dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat dan seluruh angkatan A 2013 Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas dalam kekompakan, dukungan dan kebersamaan yang diberikan
kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.

Akhir kata harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, Oktober 2017

Peneliti
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
OKTOBER, 2017

Nama : Ega Tri Kurniati


No. BP : 1311311041

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SDN 03 Alai


Padang

ABSTRAK

Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali dialami wanita, dimana


secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan
endometrium. Studi epidemiologi menunjukan bahwa fakta usia menarche wanita
di berbagai belahan dunia pada akhir-akhir ini semakin cepat. Berbagai faktor
diantaranya status gizi, paparan media massa dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
menarche dini di SDN 03 Alai Padang. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 98
murid putri kelas IV, V dan VI yang diambil dengan teknik Purposive Stratified
Sampling. Alat pengumpulan data adalah kuesioner tentang status gizi, paparan
media massa dan aktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20-26
Agustus 2017. Analisis statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian ini
menunjukan hubungan yang signifikan antara status gizi (p = 0,000, α ≤ 0,05),
paparan media massa (p = 0,010, α ≤ 0,05) dengan menarche dini. Sedangkan
pada aktivitas fisik tidak terdapat hubungan dengan menarche dini (p = 0,185, α ≤
0,05). Diharapkan kepada sekolah agar melakukan kerjasama dengan puskesmas
untuk memberikan informasi melalui penyuluhan tentang menarche pada siswi
Sekolah Dasar dan melibatkan orang tua dalam melakukan pengontrolan terhadap
status gizi dan penggunaan media massa.

Kata kunci : menarche dini, faktor-faktor penyebab menarche dini


Daftar pustaka : 51 (1997-2016)

viii
UNDERGRADUATE NURSING PROGRAM
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
October, 2017

Name : Ega Tri Kurniati


No.BP : 1311311041

Factors Associated To Early Menarche At SDN 03 Alai Padang

ABSTRACT

Menarche is the first menstruation in women, which is physically characterized by


bleending from the vagina as a result of decay of the endometrial lining.
Epidemiological studies point to tha fact that the age of menarche of women in
various part of the world in recent times faster. Various factors such as
nutritional status, exposure to mass media and physical activity.The purpose of
this research is determine what factors are associated of menarche in girls at
SDN 03 Alai Padang. The type of research is a descriptive analytic with cross
sectional apporoach. The number samples in this research is 98 respondents
consisting of IV, V and VI grade and use purposive stratified sampling technique.
A research instrument using a questionnaire about nutritional status, exposure of
media and physical activity. This research was conducted on 20-26 August 2017.
Statistic analisys using Chi-square test. The result of this research shos a
significant relationship among nutritional status (p = 0,000, α ≤ 0,05), mass
media exposure (p = 0,010, α ≤ 0,05) with early menarche. While the physical
activity there was no relationship with early menarche (p = 0,185, α ≤ 0,05). It is
hoped that schools will cooperate with puskesmas to provide information through
education about menarche to elementary school students and involving parents in
controlling nutritional status and mass media usage.

Key words : early menarche, factors that cause early menarche


Bibliography : 51 (1997-2016)

ix
Daftar Isi

Halaman Sampul Depan ............................................................................ i

Halaman Sampul Dalam............................................................................. ii

Halaman Prasyarat Gelar .......................................................................... iii

Lembar Persetujuan Pembimbing ........................................................... iv

Lembar Penetepan Panitia Penguji .......................................................... v

Ucapan Terima Kasih ................................................................................ vi

Abstrak ........................................................................................................ viii

Abstract ....................................................................................................... ix

Daftar Isi ..................................................................................................... x

Daftar Tabel ................................................................................................ xiii

Daftar Bagan .............................................................................................. xiv

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Remaja
1. Pengertian Remaja ...................................................................... 9
2. Perkembangan Remaja Dan Ciri-Cirinya ................................... 10
3. Tugas Perkembangan Remaja Dan Tugasnya ............................ 11
4. Perubahan Fisik Pada Remaja .................................................... 12

x
xi

B. Menarche
1. Pengertian Menarche ................................................................. 15
2. Fisiologi Menarche .................................................................... 15
3. Usia Menarche ........................................................................... 18
C. Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini
1. Status Gizi..........................................................................................19
2. Aktivitas Fisik....................................................................................29
3. Media Massa......................................................................................33

Bab III Kerangka Konsep


A. Kerangka Teori.................................................................................. 38
B. Kerangka Konsep ............................................................................. 39
C. Hipotesa ............................................................................................ 40

Bab IV Metode Penelitian


A. Jenis Penelitian ................................................................................. 41
B. Populasi Dan Sampel ....................................................................... 41
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................... 44
D. Variabel Dan Definisi Operasional .................................................. 44
E. Instrumen Penelitian.......................................................................... 46
F. Etika Penelitian ................................................................................. 47
G. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48
H. Analisis Data .................................................................................... 50

Bab V Hasil Penelitian


A. Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 52
B. Analisa Univariat ............................................................................. 52
C. Analisa Bivariat ................................................................................ 54

Bab VI Pembahasan
A. Analisa Univariat ............................................................................. 56
xi

B. Analisa Bivariat ................................................................................ 66

Bab VII Kesimpulan Dan Saran


A. Kesimpulan ...................................................................................... 75
B. Saran ................................................................................................. 76

Daftar Pustaka ............................................................................................ 77

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ..................................................................... 82


Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian ........................................................ 83
Lampiran 3. Surat Penelitian........................................................................ 84
Lampiran 4. Kartu Bimbingan Proposal Dan Skripsi ................................... 87
Lampiran 5 Kartu Tanda Mengikuti Seminar Proposal/Hasil ...................... 87
Lampiran 6. Permohonan Menjadi Responden .......................... 88
Lampiran 7. Informed Consent .................................................................... 89
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian ................................................................ 90
Lampiran 9.Master Tabel ............................................................................. 95
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik ................................................................... 97
Lampiran 11. Curriculum Vitae .................................................................... 113
xi

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks 29

Tabel 2.2 Pengeluaran Energi Pada Berbagai Penggolongan Kegiatan Remaja 31

Tabel 4.1 Variabel Dan Devenisi Operasional.............................................. 44

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Menarche Pada


Murid Putri Di SDN 03 Alai Padang...................................................................52

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Murid
Putri Di SDN 03 Alai Padang..............................................................................53

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Media Massa


Pada Murid Putri Di SDN 03 Alai Padang..........................................................53

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Renposden Berdasarkan Aktivitas Fisik Pada


Murid Putri Di SDN 03 Alai Pada Tabel 5.5 Hubungan Status Gizi Dengan
Menarche Dini Di SDN 03 Alai Padang.............................................................53

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Dengan


Menarche Dini Di SDN 03 Alai Padang..........................................................
.......................................................................................................................... 54

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Media Massa


Dengan Menarche Dini Di SDN 03 Alai Padang................................................55

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Dengan


Menarche Dini Di SDN 03 Alai Padang.............................................................55
xi

Daftar Bagan

Bagan 3.1 Kerangka Teoritis ....................................................................... 38

Bagan 3.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 39


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode

pubertas terlebih dahulu. Pada periode pubertas inilah akan terjadi percepatan

pertumbuhan dan perkembangan fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta

mengalami kematangan organ reproduksi seksual (Hurlock, 2011).

Perubahan struktur tubuh terjadi dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas).

Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan,

termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk

mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi

reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya

tanda seks primer dan tanda seks sekunder (Kumalasari & Andyantoro, 2013).

Tanda seks primer merupakan tanda yang berhubungan secara langsung

dengan organ seks. Pada wanita ditandai dengan datangnya menstruasi pertama

(menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium

yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini

berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika seseorang

1
2

berumur sekitar 40-50 tahun. Tanda seks sekunder pada wanita di tandai dengan

lengan dan tungkai kaki tertambah panjang; tangan dan kaki bertambah besar;

tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina; tulang-tulang wajah mulai

memanjang dan membesar; pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan

menonjol, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih

bulat; kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah

besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif; otot semakin besar

dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan mejelang akhir masa puber,

sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai; suara menjadi lebih

penuh dan semakin merdu. Perubahan struktur tubuh juga mempengaruhi kinerja

otak untuk melakukan hal-hal baru yang menjurus ke masalah seksual remaja

(Kumalasari & Andyantoro, 2013).

Tidak hanya secara psikologis dan pertumbuhan badan, menurut Sarwono,

2012, menguraikan dampak yang terjadi pada anak perempuan yang mengalami

menarche dini. Menarche dini dapat meningkatkan risiko kanker dan tumor di

kemudian hari, karena tingkat hormon estrogen dan progesteron. Menarche dini

dikenal sebagai salah satu faktor resiko kanker payudara. Semakin muda perempuan

mendapatkan menstruasi pertama, resiko menderita kanker payudara di usia

selanjutnya juga semakin besar (Sarwono, 2012). Perempuan yang mendapatkan

menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun beresiko 50 persen lebih besar menderita

kanker payudara dibandingkan mereka yang mendapatkan menstruasi di usia 16

tahun (Proverawati & Misaroh, 2009). Hubungan antara pubertas awal dengan
3

kanker payudara, masih belum jelas. Akan tetapi, hal ini dikaitkan dengan

peningkatan paparan estrogen yang meningkatkan resiko kanker payudara.

Selain itu, pubertas dini memperpanjang rentang resiko perkembangan

payudara antara menstruasi pertama dengan kehamilan pertama. Pubertas awal juga

dikaitkan dengan penuaan tulang. Artinya, anak perempuan usia enam tahun

kemungkinan memiliki struktur tulang seperti anak usia delapan atau sembilan

tahun. Akibat bila seorang remaja mengalami pubertas dini, awalnya pertumbuhan

badannya akan lebih tinggi, tetapi karena tulang menutup lebih cepat maka

menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari teman lainnya yang mengalami pubertas

normal. Menjadi beda dengan teman sebaya dipadukan dengan perubahan mood

terkait pubertas membuat banyak anak perempuan yang mengalami pubertas dini

menjadi stres. Bila terlalu cepat mengalami pubertas maka hormonnya akan tinggi

dan itu akan menjadikan anak ‘dewasa lebih cepat’, padahal mentalnya belum siap

menjadi dewasa (Sarwono, 2012).

Kesehatan reproduksi yang dialami perempuan mulai dari usia pertama

menstruasi (menarche) yang merupakan awal dari proses reproduksi dimulai sampai

dengan reproduksi berakhir (menopause). Data Riskesdas (2013) di Indonesia

diketahui 37,5 persen perempuan mengawali usia reproduksi (menarche) pada umur

9-13 tahun, dijumpai 0,1 persen perempuan dengan umur 6-8 tahun mengalami

menarche, dan dijumpai juga sebayak 19,8 persen perempuan baru mendapat haid

pertama pada usia 14-16 tahun, dan 4,5 persen pada usia 17 tahun keatas.
4

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaudineau et al, 2010, tentang faktor

penyebab menarche dini pada remaja di Prancis, didapatkan bahwa rata-rata usia

menarche adalah usia 13 tahun. 57 remaja (5.3%) mengalami menarche dini

dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, aktivitas di sekolah, perilaku beresiko, faktor

fisik dan psikologis berhubungan dengan menarche dini pada remaja.

Di Indonesia ada beberapa peneliti yang meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan menarche dini. Faktor yang pertama adalah status gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2015) tentang faktor yang

berhubungan dengan kejadian menarche di Semarang terhadap 176 remaja putri

didapatkan hasil bahwa sebangak 59,1 % remaja dengan status gizi gemuk

mengalami kejadian menarche dini, keadaan status gizi pada remaja umumnya

dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan, yang dibedakan zat gizi tinggi dan

rendah terdiri dari sumber energi, sumber protein hewani dan sumber protein nabati.

Hal ini dikarenakan faktor yang berhubungan dengan menarche seperti status gizi,

apabila status gizi tidak terpenuhi akan mengalami menarche terlambat, apabila

status gizi berlebih maka akan mengalami menarche dini. Sebaiknya, orang tua

dapat memperhatikan asupan gizi dan nutrisi putrinya karena dapat berhubungan

dengan kejadian menarche yang dialami putrinya.

Faktor yang kedua adalah aktivitas fisik. Hasil penelitian Fajria (2014)

tentang gambaran faktor penyebab menarche dini di SMP 4 Kota Pariaman terhadap

51 siswi ada 90.2% responden mengalami menarche dini melakukan aktivitas

olahraga ringan. Menurut Ginarhayu, 2000, remaja yang tidak banyak aktivitas fisik
5

atau olah raga yang kurang dapat menyebabkan terjadinya menarche dini. Karena

olah raga yang baik dan teratur akan memperolah menarche dengan normal dan

baik.

Faktor yang ketiga adalah paparan media masa. Hasil penelitian Fajria &

Desi (2014); Sinaga (2015), remaja yang terpapar dengan media masa dua kali

berpengaruh terhadap status menarche, hal ini dikarenakan terpaparnya media masa

memudahkan remaja untuk mendapatkan informasi seperti tontonan dari film atau

internet berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas.

SD N 03 Alai Padang merupakan salah satu SD Negeri favorit di kota

Padang. SDN ini terletak di Jl. Gajah Mada, Kel. Alai Parak Kopi, Kec. Padang

Utara, Kota Padang, Sumatra Barat. Sekolah ini mendapatkan penghargaan

Adiwiyata Mandiri 2016, yang merupakan penghargaan dari Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, karena dinilai peduli lingkungan. Sekolah ini

memiliki 12 kantin yang menyediakan beraneka ragam makanan. Selain itu murid di

sekolah ini memiliki status gizi yang bermacam-macam, dari wawancara yang

dilakukan pada 10 orang siswi dengan menanyakan berat badan dan tinggi badan, 6

diantaranya memiliki status gizi yang baik, 2 orang memiliki status gizi kurang dan

2 orang siswi memiliki status gizi yang overweight. Kegiatan PBM dimulai pukul

07.0 wib sampai pada pukul 12.15 wib dan istirahat pada pukul 10.00-10.30 wib.

Pada hari tertentu sekolah ini menerapkan English Day, kultum dan gotong royong

bersama. Banyak juga diantara para siswi disekolah ini yang memiliki jadwal les

diluar sekolah dan begitulah rutinitas sehari-hari.


6

Pada study pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 7 Agustus 2017

di SD N 03 Alai Padang untuk mendapatkan data yaitu dengan cara wawancara

terhadap 10 orang murid perempuan dengan menanyakan apakah murid perempuan

tersebut sudah mengalami menarche (haid pertama) dan umur berapa murid

perempuan tersebut mengalami menarche. Dari wawancara tersebut dengan jumlah

10 orang murid perempuan didapatkan data 5 orang murid perempuan mengalami

menarche dini, yaitu usia 10 tahun, 3 orang murid perempuan mengalami menarche

normal, yaitu usia 11 dan 12 tahun, dan 2 murid perempuan belum mengalami

menarche.

Dari wawancara yang dilakukan pada 5 orang murid perempuan yang

mengalami menarche dini, peneliti menanyakan tentang akses internet yang mereka

miliki, rata-rata memiliki smartphone untuk mengakses internet dan dunia maya.

Peneliti mendapatkan data dari 5 orang murid perempuan yang mengalami

menarche dini bahwa murid tersebut menggunakan handphone orang tuanya untuk

mengakses internet, memainkan game online, dan menonton youtube. Mereka

mengatakan sering muncul iklan yang perlihatkan iklan dewasa dan diantara mereka

ada yang pernah membuka iklan berlabel dewasa tersebut jauh dari pengawasan

orang tua.

Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang

berhubungan dengan menarche dini di SD N 03 Alai Padang.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu apakah ada faktor yang berhubungan dengan menarche

dini di SD N 03 Alai Padang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor yang berhubungan dengan menarche dini di SD N 03

Alai Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi menarche dini di SD N 03

Alai Padang.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi dengan menarche

dini di SD N 03 Alai Padang.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik dengan

menarche dini di SD N 03 Alai Padang.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paparan media masa dengan

menarche dini di SD N 03 Alai Padang.

e. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan menarche dini di SD

N 03 Alai Padang.

f. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan menarche dini di

SD N 03 Alai Padang.
8

g. Untuk mengetahui hubungan paparan media masa dengan menarche

dini di SD N 03 Alai Padang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai data atau referensi dalam menyusun strategi untuk

meningkatkan usaha kesehatan reproduksi remaja dalam upaya promitif

dan pemberian edukasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat sebagai bahan masukan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

melanjutkan penelitian yang sejenis.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pengembangan diri, kemampuan dan menambah

wawasan, ilmu pengetahuan serta pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian.
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin, adolescere yang

berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah

bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosian dan

psikologis (Widyastuti dkk, 2009). Masa remaja, menurut Mappiare

(1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita

dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria (M. Ali, 2009).

Pada massa remaja terjadi perubahan organ-organ fisik

(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang

dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan

besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena

itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan

sekitarnya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia

dewasa yang sehat, baik jasmani, mental, maupun psikososial

(Kumalasari, 2012).

9
1

2. Perkembangan Remaja Dan Ciri-Cirinya

Menurut Widyastuti dkk (2009), perkembangan remaja menurut

umur sebagai berikut:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang lebih dekat dengan teman sebaya

2) Tampak dan merasa ingin bebas

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan

jenis

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

5) Berkhayal mengenai hal yang berkaitan dengan seksual

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta

5) Memiliki kemampuan berpikir dan berkhayal atau abstrak


1

3. Perkembangan Remaja Dan Tugasnya

Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanakan serta berusaha untuk

mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secsra dewasa

(Kumalasari, 2012). Ada sepuluh tujuan perkembangan remaja menurut

Robert Y. Harvighurst dalam bukunya Human Development and

Education yaitu:

a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik

dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

b. Dapat menjalankan peranan sosial menurut jenis kelamin masing-

masing.

c. Menerima kenyataan (realita) jasmaniah serta mengungkapkan

seefektif mungkin dengan perasaan puas.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya. Ia tidak kekanakan lagi, yang selalu terikat pada orang

tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang

tua atau orang lain.

e. Mencapai kebebasan ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.

g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup

berumah tangga.

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep yang

diperlakukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.


1

i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat di

pertanggung jawabkan.

j. Memperoleh sejumlah norma sebagai pedoman dalam tindakan dan

sebagai pandangan hidup (Widyastuti dkk, 2009).

Menurut Widyastuti dkk (2009), tugas yang harus dipenuhi

sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah:

a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran

jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.

b. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.

c. Mengenali pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima

masyarakat.

d. Menetapkan nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan

hidup.

e. Mempelajari cara mengekspresikan cinta hidup.

4. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Pada masa remaja, terjadilah suatu perubahan fisik yang cepat

disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ

reproduksi (orang seksual) sehingga tercapai kematangan yang

ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi

(Widyastuti, 2009). Menurut Kumalasari (2012), perubahan yang terjadi

pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda sebagai berikut:


1

a. Tanda seks primer pada wanita

Tanda seks primer adalah organ seks. Semua organ

reproduksi wanita tumbuh pada masa puber. Namun tingkat

kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada

anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun

rata-rata beratnya 43 gram.

Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan

adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian

pengeluaran darah, lender dan jaringan sel yang hancur dari uterus

secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini

berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause

bias terjadi pada usia sekitar lima puluhan.

b. Tanda seks sekunder pada wanita

a) Rambut

Rambut kemaluan pada perempuan juga tumbuh seperti halnya

remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah

pinggul dan payudara berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada

kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut

wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi

lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.


1

b) Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal

ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak dibawah kulit.

c) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan

puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula

dengan berkembang dan semakin besarnya kelenjer susu

sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

d) Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih

tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki,

kulit perempuan lebih lembut.

e) Kelenjer lemak dan kelenjer keringat

Kelenjer lemak dan kelenjer keringat menjadi lebih aktif.

Sumbatan kelenjer lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjer

keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama haid.

f) Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.

Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

g) Suara

Suara berubah semakin merdu, suara serak jarang terjadi pada

wanita.
1

B. MENARCHE

1. Pengertian Menarche

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan

pubertal yang pasti dialami setiap pada anak perempuan yang usia

menarche sangat bervariasi. Menarche biasanya dimulai antara umur 10

– 16 tahun dan rata-rata menarche pada usia 12 tahun 5 bulan (Munda et

all, 2013). Hal ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan

wanita, status nutrisi dan berat badan tubuh relatif terhadap tinggi tubuh.

Menarche menunjukkan bahwa remaja sudah memasuki masa pubertas.

Pubertas dapat didefenisikan sebagai waktu tercapainya kematangan

seksual, yang secara klinis di mulai dengan timbulnya tanda seks primer

seperti menstruasi pertama atau menarche pada anak perempuan dan

mimpi basah pada anak laki-laki. Sedangkan tanda seks sekunder berupa

pembesaran payudara, tumbuhnya rambut pubis serta pertumbuhan

badan yang pesat (Widyastuti, 2009).

Menarche adalah haid yang terjadi pertama kali, yang merupakan ciri

khas kedewasaan seorang perempuan yang sehat dan tidak hamil

(Mitayani, 2010). Menarche adalah periode menstruasi pertama dan

merupakan tahapan dari gonadache yang melibatkan kematangan seksual

dan perkembangan kematangan reproduktif (Santrock, 2007).

2. Fisiologi Menarche

Menurut Llewellyn & Jones, 2002, menarche sebenarnya adalah

puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja


1

yang akan menginjak dewasa. Perubahan tersebut ditimbulkan oleh

serangkaian interaksi antara beberapa kelenjer dalam tubuh. Pusat

pengendali yang utama pada bagian otak yang disebut hypothalamus,

yang bekerja sama dengan kelenjar bawah otak mengendalikan urutan

rangkaian perubahan itu.

Llewellyn & Jones, melanjutkan proses timbulnya menarche

merupakan rangkaian peristiwa yang kompleks, dimana terjadi

perubahan biokimia dan morfologik yang diatur oleh hormone

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), gonadotropin, dan hormon

seks terhadap organ target endometrium. Untuk itu juga diperlukan

interaksi berbagai komponen fungsional yaitu hypothalamus, hypofisis,

ovarium dan endometrium. Empat tahun sebelum menarche,

hypothalamus telah mengeluarkan suatu zat yang dinamakan faktor

pencetus. Faktor pencetus ini bergerak melalui pembuluh darah bawah

otak, dan menyebabkan kelenjar itu mengeluarkan hormon tertentu.

Salah satu hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang lebih cepat

menjelang remaja itu mengalami menarche. Pertumbuhan yang cepat

dimulai kira-kira empat tahun sebelum menarche, terutama dua tahun

pertama dan mengalami lagi menjelang menarche datang.

Hormon lain yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak adalah

hormon yang sangat penting bagi perempuan , karena hormon ini

mempengaruhi sel telur dalam indung telurnya. Pada saat perempuan

dilahirkan, banyak sel telur yang berisi cairan, sel yang berisis cairan
1

inilah yang dinamakan folikel. Hormon yang bertugas merangsang

pertumbuhan folikel adalah FSH (Follicle Stimulating Hormone). Pada

awalnya hanya sedikit folikel yang tumbuh, dan sambil tumbuh sel yang

mengelilinginya membuat hormon sendiri yang dinamakan estrogen.

Hormon inilah yang membuat seorang remaja perempuan memiliki sifat

kewanitaan setelah remaja. Folikel yang terangsang selama sebulan

menghasilkan hormon estrogen yang kemudian mati. Pada saat folikel

tersebut mati, sejumlah folikel lainnya sudah mulai dirangsang FSH

yang memproduksi estrogen. Semakin lama semakin banyak folikel

yang terangsang FSH dalam tiap bulannya, sehingga jumlah estrogen

pun meningkat.

Estrogen dapat merangsang pertumbuhan payudara sehingga

payudara menjadi membesar dan merangsang pertumbuhan saluran telur,

dinding rahim serta vagina. Estrogen juga dapat mengakibatkan

timbulnya lemak didaerah panggul wanita dan juga dapat memperlambat

pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah

otak. Itulah sebabnya remaja perempuan yang dewasa tidaklah setinggi

anak laki-laki sebayanya.

Semakin lama kadar estrogen yang beredar dalam darah semakin

banyak, dan menarche pun semakin dekat. Kenaikkan kadar estrogen

merangsang lapisan dalam dinding rahim (endometrium) sehingga

endometrium menebal, disamping itu estrogen juga menekan kelenjar

bawah otak sehingga produksi FSH berkurang. Penurunan kadar FSH


1

mengakibatkan pertumbuhan folikel terlambat sehingga kadar estrogen

ikut menurun. Pembuluh darah yang mendarahi lapisan dinding rahim

mengerut dan putus, sehingga terjaadilah perdaran dalam rahim.

Endometrium ikut runtuh. Darah dan sel endometrium yang terkumpul

dalam rahim kemudian mengalir melalui vagina dan berwujud darah

haid pertama (menarche).

3. Usia Menarche

Menarche terjadi pada masa remaja dengan umur menarche

bervariasi antara 10 – 16 tahun tapi rata-ratanya 12 tahun 5 bulan. Jika

kurang dari 10 tahun sudah mengalami menstruasi maka keadaan ini

disebut sebagai menarche prekoks dan sebaliknya jika menstruasi

pertama kali terjadi pada usia lebih dari 14 tahun maka disebut sebagai

menarche tarda (Winkjosastro, 2005). Menurut Marvan & Veronica

(2014), menarche di katakan cepat bila usia dibawah 11 tahun, menarche

dikatakan normal bila usia 12 dan 13 tahun, menarche dikatakan lambat

bila diatas 14 tahun.

Saat ini usia menarche cenderung bertambah cepat jika dibandingkan

dengan kondisi 50 tahun yang lalu rata-rata terjadi pada usia antara 15 –

19 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh genetik, status gizi, sosial ekonomi,

aktifitas fisik, letak geografi, faktor psikologis, keterpaparan media

massa dan kesehatan secara umum (Speroff, 2005). Bertambah cepatnya

usia menarche bias berpengaruh terhadap mudanya usia pernikahan dini

pada remaja puteri. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan


1

perkembangan tubuhnya. Dengan semakin mudanya usia pernikahan

remaja puteri, maka semakin muda pula kemungkinan remaja untuk

hamil dan hal tersebut dapat berdampak pada perkembangan dan

pertumbuhan diri remaja puteri karena kondisi hamil tubuh seorang ibu

juga memerlukan kondisi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,

sehingga akan berdampak adanya perebutan nutrisi yang masuk dalam

tubuh ibu dengan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

Oleh karena itu, terlalu mudanya usia persalinan pada ibu bias saja

menimbulkan berbagai macam resiko, seperti persalinan lama,

pendaraha, kondisi ibu anemia, ketidaktahuan ibu muda didalam

pengasuhan dan perawatan bayi/anaknya kelak, bahkan kematian ibu

yang dapat menyebabkan menurunnya perkembangan kesehatan anak

(Iskandar, MKMI, 1997).

C. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE

Banyak faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan

kejadian menarche. Faktor internal berupa status menarche ibu (genetik),

berhubungan dengan percepat dan perlambatan kejadian menarche yaitu

antara status menarche ibu (genetik) dengan percepatan kejadian menarche

putrinya. Faktor eksternal berupa lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi,

keterpaparan media massa dan gaya hidup (Maulidiah, 2011)

1. Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat gizi
2

di dalam tubuh. Status gizi di bagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi

kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2004).

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efesien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja,

dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Mentari, 2015).

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana

terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan

energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.

Energi yang masuk kedalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein,

lemak, dan zat gizi lainnya.

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition

merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih

sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah

energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu. Status gizi

lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah

energi yang masuk kedalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang

dikeluarkan

a. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari kata

yang di peroleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk

menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki resiko status


2

gizi kurang maupun gizi lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis,

yaitu:

1) Penilaian langsung

a) Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilain status gizi yang

berhibungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur

dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri

mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang. Metode

antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak seimbangan

energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat

digunakan untuk mengidentifikasikan zat gizi yang spesifik.

b) Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi berhubungan erat dengan

kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan

klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata,

kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang terikat dengan

permukaan tubuh (kelenjar tiroid).

c) Biokimia

Pemeriksaan biokima disebut juga cara laboratorium.

Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan yang digunakan

untuk mendeteksi adanya defenisi zt gizi pada kasus yang lebih

parah lagi dimana di lakukan pemeriksaan dalam suatu bahan


2

biopsy sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya

simpanan jaringan yang paling sensitive terhadap deplesi, uji ini

disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan

uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur

besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik

untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan

antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional.

d) Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilain status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat

perubahan struktur jaringan yang dapat digunkaan dalam keadaan

tertentu, seperti kejadian buta senja.

2) Penilaian Tidak Langsung

a) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat berupa data

kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui

jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi sedangkan data

kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang

maupun kelurga dalam memperoleh pangan sesuai dengan

kebutuhan gizi.
2

b) Status vital

Status vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi

melalui data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan

dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu,

angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan

kesehatan dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan

kekurangan gizi.

c) Faktor ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena

masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan

budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk

mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) disuatu

masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan

intervensi gizi (Supariasa, 2012).

b. Antropometri

Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposis tubuh dari berbahai tingkat usia dan tingkat

gizi. Pengukuran variasi dimensi fisik, proporsi dan komposisi kasar

tubuh manusia pada umur dan status gizi berbeda. Parameter

antropometri adalah umur, berat badan, tinggi atau panjang tubuh,

lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggang dan

tebal lemak dibawah kulit. Ukuran antropometri gizi dapat diketahui


2

untuk mengetahui statusgizi masa lampau dan status gizi saat ini. Salah

satu contoh dari indeks antropometri adalah indeks massa tubuh (IMT)

atau yang disebut dengan body mass index.

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa kususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan

sesorang dapat mencapai usia hidup yang lebih panjang. Dua parameter

yang berkaitan dengan pengukuran indeks massa tubuh, terdiri dari:

1. Berat badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari

beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air, dan mineral. Untuk

mengukur Indeks Massa Tubuh berat badan dihunbungkan dengan

tinggi badan (Gibson, 2005).

2. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang). Batas ambang IMT

manurut FAO membedakan laki-laki (normal 20,1-25,0) dan

perempuan (normal 18,7-23,8) untuk menentukan kategori kurus

tingkat berat pada laki-laki dan perempuan ditentukan ambang batas.

IMT diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan

kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson,

2005).
2

3. Indeks Antropometri

a) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit

infeksi menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah

makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter

antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,

maka berat badan terjamin badan berkembang mengikuti

pertambahan umur, sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,

terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu

dapat berkembang cepat atau lebih lambat badan menurut umur

digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.

Mengingat karaktertistik berat badan yang labil, maka indeks

BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

Kelebihan indeks BB/U:

1. Lebih mudah dan cepat di mengerti oleh masyarakat umum.

2. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.

3. Sensitif terhadap perubahan kecil.

4. Berat badan dapat berfluktasi.

5. Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)


2

Kelemahan indeks BB/U:

1. Dapat menimbulkan interprestasi keliru bila terdapat edema

maupun asites.

2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional,

umur sulit ditanksir karena secara tepat karena pencatatan

umur yang lebih baik.

3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak

dibawah usia 5 tahun.

4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh

pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.

5. Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak

mau menimbang anak karena dianggap sebagai barang

dagangan.

b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi

badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif

terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak

dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini

menggambarkan status gizi masa lalu. Menurut Beaton dan


2

Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa

lampau dan status sosial ekonomi.

Kelebihan indeks TB/U

1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

2. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

3. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.

Kekurangan indeks TB/U

1. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

2. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena

biasanya anak relatif sulit berdiri tegak.

3. Ketepatan umur sulit didapat.

c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

serah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. Menurut Jeffie pada tahun 1996 telah memperkenalkan

indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.

Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap

umur.

Kelebihan indeks BB/TB

1. Tidak memerlukan data umur.


2

2. Dapat membedalan proporsi badan (gemuk, normal dan

kurus).

Kelemahan indeks BB/TB

1. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut

pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan,

karena faktor umur tidak dipertimbangkan.

2. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dan melakukan

pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.

3. Membutuhkan dua macam alat ukur.

4. Pengukuran relatif lebih lama.

5. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

6. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran,

terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

d) Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U)

Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja

maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran

IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan

umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh.

Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT

menurut umur yang biasa disimbolkan IMT/U.

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat

badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan


2

meter kuadrat (Supariasa, 2001). Kemudian untuk menentukan

status gizi balita (0-4 bulan) dan remaja usia 5-19 tahun nilai

IMT harus mengacu dengan standar NCHS.

Cara mengukur IMT (Supariasa, 2001):

Data berat badan didapatkan dengan penimbangan

menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan didapatk
microtoise yang memiliki ketelitian 0,1 cm.

Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks

Indeks KategoriAmbang Batas Status Gizi(Z-Skor)


Sangat kurus< - 3 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) AnakKurus-3
umur 5-18
SDtahun
sampai dengan <-2 SD Normal-2 SD sampai de

Sumber : Kemenkes RI 2010

2. Aktivitas Fisik

a. Pengertian

Menurut Hoeger dan Hoeger (2005), aktivitas fisik adalah

pergerakan tubuh yang dihasilkan otot skeletal dan membutuhkan

pengeluaran energi. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha

ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan

kesehatan bila dilakukan secara teratur (FKM-UI, 2007). Setiap


3

kegiatan fisik yang dilakukan membutuhkan energi yang berbeda

tergantung dari lamanya intensitas dan kerja otot. Tidak adanya

aktifitas atau kurang melakukan aktivitas fisik merupakan faktor

resiko berbagai penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan

menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010).

b. Manfaat Aktivitas Fisik

Remaja membutuhkan aktivitas fisik karena ada keuntungan bagi

mereka dalam waktu jangka panjang dan keuntungan bagi mereka

terutama dalam masa pertumbuhan sehingga pertumbuhan mereka

dapat menjadi optimal. Beberapa keuntungan untuk remaja dari aktif

secara fisik (Nurmalina, 2011):

1) Membantu menjaga otot ddan sendi tetap sehat

2) Membantu meningkatkan mood dan suasana hati

3) Membantu menurunkan kecemasan, stress dan depresi (faktor

yang berkontribusi pada penambahan berat badan)

4) Membantu untuk tidur yang lebih baik

5) Menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah

tinggi dan diabetes

6) Meningkatkan sirkulasi darah

7) Meningkatkan fungsi organ vital seperti jantung dan paru-paru

8) Mengurangi kanker yang terkai dengan kelebihan berat badan


3

c. Dimensi Aktivitas Fisik

Gibney dkk (2009) dan Depkes RI (2006) mengatakan ketika

menilai aktivitas fisik, ada beberapa dimensi utama yang menjadi

fokus, yaitu:

1) Tipe atau cara aktivitas fisik, mengacu pada berbagai aktivitas

fisik spesifik yang dilakukan subjek penelitian, meliputi aktivitas

fisik untuk ketahanan, kelenturan dan kekuatan tubuh.

2) Durasi aktivitas fisik, merupakan lamanya waktu yang

dihabiskan ketika melakukan aktivitas fisik. Dimulai

semampunya, kemudian ditambah secara perlahan/bertahap

selama 30 menit.

3) Frekuensi aktivitas fisik, mengacu pada jumlah sesi aktivitas

persatuan waktu, sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali

seminggu.

4) Intensitas, sering dinyatakan dengan ringan, sedang dan berat.

Agoes dan Poppy (2003 dikutip dari Hudha, 2006) menjelaskan

tentang pengeluaran energi pada berbagai penggolongan kegiatan

remaja seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Pengeluaran energi pada berbagai penggolongan kegiatan remaja

Macam kegiatan K.kal/jam


Ringan: 80-160 k.kal
Membaca, menulis, makan, menonton televisi, mendengarkan ± 1-3 jam
radio, merapikan tempat tidur, mandi, berdandan, bejalan lambat,
bermain kartu dan berbagai kegiatan lainnya yang dikerjakan
dengan duduk atau tanpa menggerakkan lengan.
3

Sedang: 170-240
Bermain dengan mendorong benda, bermain pingpong, menyetrika, k.kal ± 4-6
merawat tanaman, menjahit, menjemur pakaian, berjalan dengan jam
kecepatan sedang serta berbagai kegiatan lainnya yang dikerjakan
dengan berdiri atau duduk yang banyak menggerakkan lengan.
Berat: >250 k.kal
Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat benda, berlari cepat, >6 jam
berenang, bermain tenis, bulu tangkis, naik turun tangga, memanjat,
bersepeda, menari/dance, sepak bola, basket, bermain voli,
berkebun, memotong rumput dengan tangan, bermain dengan
banyak menggerakkan lengan dan kaki.

Sumber: Agoes dan Poppy (2003 dikutip dari Hudha, 2006)

Berbagai penelitian telah dilakukan bahwa munculnya pubertas

juga dipengaruhi oleh kegiatan fisik. Cuming dkk membuktikan

bahwa latihan fisik yang berat dan teratur pada masa pra-pubertas

telah menunda usia menarche. Diperkirakan bahwa latihan fisik yang

berat menunda usia menarche melalui mekanisme hormonal karena

telah menurunkan produksi progesteron dan sebagai akibat dari

menunda kematangan endometrium atau lapisan dinding rahim

(Abbdurrahman, 2009).

Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche.

Kehilangan berat badan (BB) sebesar 10% dapat menyebabkan

terlambatnya menarche dan berkurangnya sekresi GnRH, LH dan

FSH (Narendra, 2002). GnRH penting untuk menginduksi pelepasan

follicle stimulating hormone (FSH) dan leutenizing hormone (LH)

dari kelenjar hipofisis, yang selanjutnya berkaitan denga reseptor di

ovarium dan menginduksi sekresi dan pelepasan estrogen dan


3

progesterone kedalam sirkulasi yang penting dalam proses terjadinya

menarche (Llewellyn & Jones, 2001).

Menurut WHO kebiasaan olahraga merupakan aktivitas fisik

yang dilakukan paling sedikit 10-15 menit. Aktivitas fisik terlalu

sering menyebabkan aktivitas ovarium menurun sehingga kadar

estrogen lebih rendah dimana estrogen sangat diperlakukan dalam

proses menarche (Rosenthal, 2002). Estrogen yang tinggi akan

merangsang endometrium untuk ikut luruh bersama cairan berbentuk

darah dan sel endometrium yang terkumpul di rahim kemudian

mengalir melalui vagina dan mulailah terjadinya haid pertama

(Manuaba, 2008).

3. Media Massa

a. Pengertian

Media massa adalah sarana penyampaian komunikasi dan

informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan

dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula (Apriadi, 2012).

Media massa adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi.

Menurut Bungin 2001 didalam Trevia 2009, didalam proses belajar,

media pendidikan kesehatan merupakan saluran untuk

menyampaikan informasi kesehatan untuk mempermudah menerima

pesan kesehatan bagi kesehatan dan klien. Media juga merupakan

alat untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan keinginan


3

sehingga dapat dapat memperngaruhi perilaku seseorang karena

semakin banyak pengalaman mendengar, melihat dan mengalami

maka akan semakin kuat stimulus yang dapat mendorong munculnya

perilaku (Bungin, 2001).

Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat

komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat

luas. Media massa terdiri dari media cetak dan media elektronik.

Media elektronik merupakan sarana media massa yang menggunakan

alat elektronik, seperti radio, komputer, film (Trevia, 2009).

Media massa terdiri dari media cetak dan media elektronik, yaitu:

1) Media cetak adalah alat atau sarana penyampaian informasi dan

pesan secara visual kepada masyarakat luas berupa barang

cetakan antara buku, surat kabar, majalah dan tabloid.

2) Media elektronik adalah alat atau sarana penyampaian informasi

dan pesan secara radio, televise, film dan yang dipersamakan

dengan film.

b. Hubungan paparan media massa dengan usia menarche

Kemajuan era globalisasi sangat berpengaruh terhadap

perilaku manusia. Salah satunya adalah kemajuan di bidang

audiovisual. Televisi adalah produk teknologi audiovisual yang

sangat dekat dengan kehidupan masyarakat dewasa ini. Televisi

hadir ditengah keluarga memberikan konstribusi yang besar terhadap

keutuhan informasi hiburan dan pendidikan (Trevia, 2009).


3

Sajian yang atraktif menurut Trevia, 2009, merupakan

kekuatan televisi dalam mempengaruhi sikap dan perilaku

pemirsanya. Adegan yang ditayangkan selain bersifat rekayasa juga

menawarkan fantasi yang persuasif. Fantasi tersebut terus bermain

dibenak pemirsa yang pada akhirnya dapt mengiringi untuk bertindak

irrasional (Trevia, 2009). Selain itu, menurut Manuaba timbulnya

menarche dini pada remaja putri sering dengan derasnya informasi

melalui media massa, televisi dan lainnya yang meningkatkan

rangsangan pancaindra (Manuaba, 2012).

Rangsangan yang bertubi-tubi ditanggap oleh pancaindra

penglihatan dan pendengaran yang akan diteruskan ke korteks

serebri, sistem limbik dan bagian syaraf lainnya berupa pesan dan

isyarat melalui hantaran syaraf pesan tersebut diteruskan ke

hypothalamus. Rangsangan yang terus menerus menimbulkan

memori yang lama sehingga rangsangan tersebut merangsang

kelenjar penghasil hormonn seksual (hipofise anterior) yang

berkemungkinan besar berpengaruh terhadap perkembangan biologi

seksual. Melihat kecenderungan ini kemungkinan besar audio visual

berpengaruh terhadap perkembangan anak (Wulandari, 2015).

Keberadaan kemajuan teknologi seperti media elektronik dan

media cetak banyak digunakan sebagai sumber informasi bagi

semua orang khususnya anak dan remaja. Kemudahan pengaksesan

membuat remaja menyalahgunakannya, seperti mengakses tanyangan


3

bertema seks yang dapat mempengaruhi kematangan seksual.

Handphone dan internet juga mempunyai pengaruh dan peran besar

dalam proses perkembangan seksual anak, pengaksesan informasi

melalui media internet banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa,

busnismen, bahkan pelajar (Santrock, 2007).

Media internet inilah yang bias memberikan pengaruh positif

dan negatif dan psikologi remaja dan erat kaitannya pada

perkembangan organ genital remaja apabila media internet salah

digunakan dengan mengakses gambar maupun video yang belum

pantas mereka lihat (Desmiwilda, 2009).

Selain itu, menurut Wibowo (2003) media massa elektronik

dan media cetak memegang peranan yang tidak kecil dalam hal

khayalan seksual dengan perlu menyadari bahwa informasi selain

memperluas wawasan dan pengetahuan juga membawa nilai dari

Negara asal informasi tersebut. Ada nya kecenderungan pada daya

tarik fisik dan seksual dalam berbagai media periklanan, membuat

remaja makin sulit mengontrol dorongan seksualnya (Trevia, 2009).

Penyebab menstruasi dini menurut Proverawati, 2009, juga

datang dari rangsangan audio visual, baik berasal dari percakapan

maupun tontonan dari film ataupun internet yang berlabel dewasa,

vulgar atau menggambarkan sensualitas. Rangsangan dari telinga dan

mata tersebut kemudian merangsang sistem repsoduksi dan genital

untuk lebih cepat matang. Bahkan rangsangan audiovisual atau


3

media elektronik ini merupakan faktor penyebab utama menarche.

Sedangkan menurut Masrizal dalam Trevia 2009, bahwa film dewasa

berpengaruh karena rangsangan film ditangkap pancaindra

diteruskan ke hypothalamus, sehingga berpengaruh terhadap nilai

budaya dan perkembangan bilogis seksual khususnya usia menarche.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali datang akibat

terjadinya ovulasi yang menjadi salah satu ciri pubertas. Menstruasi adalah

perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pengelupasan

(deskuamasi) endometrium (Proverawati & Misaroh, 2009). Banyak

penelitian yang membuktikan bahwa usia menarche pada rata-rata remaja

setiap tahunnya semakin menurun. Penurunan usia menarche yang terjadi

pada remaja putri di dunia saat ini sangat berkaitan dengan beberapa faktor.

Menurut Wulandari (2015), usia menarche berkaitan dengan status gizi dan

paparan media masa, sedangkan penelitian Sinaga (2015), dikatakan bahwa

umur menarche juga berkaitan dengan status gizi, aktifitas fisik dan

paparan media massa.

Semakin rendah IMT (Indeks Massa Tubuh) pada remaja puteri,

maka umur menarche akan semakin lambat, sebaliknya, semakin tinggi

IMT (Indeks Massa Tubuh) pada remaja puteri, maka umur menarche akan

semakin cepat (Archarya et al, 2006 dalam Sinaga, 2015). Faktor paparan

media masa menjadi penyebab menarche dini disebabkan dari rangsangan

audio visual, baik berasal dari percakapan maupun tontonan film-film atau

38
3

internet berlabel dewasa, vulgar atau mengumbar seksualitas. Rangsangan

dari mata dan telinga tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan

genital untuk cepat matang (Fajria, 2014). Selanjutnya, aktivitas fisik yang

dilakukan berlebihan dapat menyebabkan hilangnya massa tubuh bersih

karena faktor kelelahan dan kehilangan nafsu makan, latihan fisik yang

berlebihan juga dapat memperlambat menarche (Narendra, 2002 dalam

Sinaga, 2015).

Faktor internal
1. Genetik
2. Status gizi
3. Usia menarche

Faktor eksternal
1. Lingkungan sosial
2. Lingkungan ekonomi
3. Nutrisi
4. Keterpaparan media massa
5. Gaya hidup
Menarche dini
6. Aktivitas fisik

Bagan 3.1 Kerangka Teoritis

Sumber: Fajria (2014), Maulidiah (2011), Sinaga, S (2015), Wulandari


(2015)

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan kepustakaan yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka yang akan diteliti adalah usia menarche,

status gizi, aktivitas fisik dan paparan media massa (variabel independen),
4

dan kejadian menarche dini (variabel dependen). Dengan kerangka konsep

sebagai berikut:

Variabel independen variabel dependen

Faktor yang berhubungan:


Bagan 3.2 Kerangka Konsep
1. Status gizi
2. Aktivitas fisik Kejadian
3. Paparan media massa menarche

C. Hipotesa

Ha Ada hubungan antara status gizi dengan menarche dini

Ha Ada hubungan antara paparan media massa dengan menarche dini

Ho Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan menarche dini


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian deskriptif

analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut

Nursalam (2011) pendekatan cross sectional adalah suatu metode penelitian

yang dilakukan dengan menggambarkan sekaligus melihat hubungan antara

dua variabel pada situasi atau kelompok subjek, dengan waktu pengukuran

atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu

kali pada satu saat. Metode ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang

berhubungan dengan menarche dini di SD N 03 Alai Padang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di

teliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah murid

kelas IV, V dan VI di SD N 03 Alai Padang yang berjumlah 130

populasi.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Dengan mempertimbangkan dana,

41
4

waktu, tenaga dan ketelitian dalam menganalisis datanya, maka

penelitian ini menggunakan sampel.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

menggunakan metode Purposive Stratified Sampling yaitu suatu cara

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri berdasarkan cirri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya dengan cara mengambil nomor absen ganjil.

Adapun jumlah sampel yang dibutuhkan sebagai responden

ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

N
= 1+ N(d )

Keterangan:

n = Besarnya sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang

diinginkan dengan menggunakan (0,05)

N = Besarnya populasi

maka jumlah sampel yang diteliti adalah:

130
= 1 + 130 ( 0,05 )

130
= 1 + 130 (0,0025)

130
= 1,32

= 98,48 di bulatkan menjadi 98 orang sampel


4

Dari perhitungan diatas dapat diketahui sampel dalam penelitian

ini adalah sebanyak 98 responden. Kemudian ditentukan jumlah

masing-masing sampel untuk setiap kelas adalah IV, V dan VI dengan

menggunakan rumus menurut Ridwan (2007) sebagai berikut :

Keterangan :

ni = Jumlah Sampel menurut stratum

n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N = Jumlah populasi keseluruhan

Dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel masing-masing

kelas adalah tabel penyebaran sampel dibawah ini :

Kelas Jumlah populasi Jumlah sampel


IV 35 26
V 52 39
VI 43 33
Jumlah 130 98

Untuk memperoleh data 98 orang, peneliti melakukan penyebaran

kuesioner sebanyak 110 buah, sehingga apabila ditemukan data yang tidak
4

layak di entri, maka kuesioner tersebut akan peneliti buang (cropping).

Tujuan lain dilakukannya penyebaran kuesioner di atas jumlah sampel yang

dibutuhkan adalah untuk memperoleh data utuh yang sebenarnya dan tidak

cacat dalam pengisian informasi yang diinginkan oleh peneliti.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Bersedia menjadi responden

Berada di tempat saat penelitian berlangsung

Merupakan murid kelas IV, V dan VI secara keseluruhan

Kriteria Eksklusi

Tidak bersedia menjadi responden

Tidak berada di tempat saat penelitian

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan di SD N 03 Alai Padang pada bulan Februari sampai Oktober 201
Variabel dan Defenisi Operasional

Defenisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independen
Status gizi Keseimbangan Menguk 1.Timban Ordinal 1. Sangat kurus :
energi yang ur BB gan < -3 SD
masuk kedalam dan TB 2.Microto 2. Kurus : -3 SD
tubuh dan energi ise s/d < -2 SD
yang keluar dari 3.Lembar 3. Normal : -2
luar tubuh isian SD s/d 1 SD
berdasarkan 4.Tabel 4. Gemuk : > 1
Indeks Massa standar SD s/d 2 SD
Tubuh (IMT) IMT 5. Obesitas : > 2
4

Kemen SD
kes (Kemenkes RI,
2011 2011).

Aktivitas Pergerakkan Angket Physical Ordinal 1. Ringan, total


fisik anggota tubuh Activity skor 1-15
yang Questionn 2. Sedang, total
membutuhkan aire skor 16-30
pengeluaran Children 3. Berat, total
energi yang (PAQC) skor > 30
dilakukan selama
7 hari terakhir

Paparan Sarana Angket Kuesioner Ordinal 1. Paparan


media penyampaian rendah <
massa komunikasi dan mean
informasi yang 2. Paparan
melakukan tinggi ≥ mean
penyebaran
informasi secara (mean = 23)
massal dan dapat
diakses oleh
masyarakat
secara luas

Depende
n Menarche Angket Kuesioner Ordinal 1. Tidak, jika
Menarche yang terjadi belum
dini dibawah 12 menarche
tahun atau
menarche
terjadi pada
usia ≥ 12
tahun
2. Ya, jika
menarche
terjadi pada
usia < 12
tahun
(Marvan &
Veronica, 2014)
4

E. Instrument Penelitian

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner dan lembar

observasi. Alat pengumpulan data dijelaskan seperti dibawah ini:

1. Untuk identitas dan karakteristik responden menggunakan kuesioner

yang diisi langsung oleh responden. Pertanyaan mencakup: nama

(inisial), tanggal lahir, dan umur (tahun).

2. Untuk menarche dini diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh

responden. Usia menarche responden dikatakan cepat bila ≤ 11 tahun,

dikatakan normal bila usia menarche 12-13 tahun dan usia menarche

dikatakan lambat bila ≥ 14 tahun (Marvan & Veronica, 2014).

3. Untuk variabel status gizi digunakan lembar observasi atau daftar isian

yang mengukur dan mencatat berat badan (kg) dan tinggi badan (cm),

hasil pengukuran diisikan ke dalam kuesioner yang telah disediakan

sebelum responden menjawab pertanyaan untuk variabel berikutnya.

Untuk status gizi diklasifikasikan berdasarkan IMT/U (Kemenkes RI,

2011).

4. Untuk variabel aktivitas fisik menggunakan kuesioner Physical Activity

Questionnaire Children. Perilaku aktivitas fisik digolongkan kedalam 3

kategori, yaitu kategori ringan, sedang dan berat.

5. Untuk variabel paparan media masa menggunakan kuesioner yang

dimodifikasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Gustriyani (2016)

dibuat oleh peneliti dikonsultasikan bersama pakar ahli menggunakan

Skala Likert. Sebelum melakukan penelitian peneliti perlu melakukan


4

uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Yang dimaksud uji validitas

adalah instrumen sebagai alat ukur yang di ukur, sedangkan uji

reliabilitas adalah instrumen alat ukur yang memperoleh hasil ukur yang

konstan atau tetap (Notoatmodjo, 2010). Pada variabel paparan media

masa jumlah pertanyaan ada 21 buah pertanyaan dengan jawaban selalu

dengan kode 4, sering dengan kode 3, kadang-kadang dengan kode 2,

jarang dengan kode 1 dan tidak pernah dengan kode 0. Maka penilaian

terdiri dari 2 kategori, yaitu terpapar bila skor ≥ mean dan tidak tepapar

bila skor < mean.

F. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari pihak SD N 03 Alai

Padang. Setelah mendapatkan izin maka peneliti mulai melakukan

penelitian dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian setelah peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan pada subjek. Jika

subjek penelitian bersedia untuk di teliti maka dilanjutkan dengan

menandatangani lembar persetujuan, namun jika subjek penelitian

menolak untuk di teliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati subjek.
4

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan nama tetapi mencantumkan inisial pada lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality

Semua informasi yang diperoleh dari subjek penelitian di jamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

a. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data primer didapatkan dengan melakukan

pengukuran berat badan dan tinggi badan pada murid perempuan

serta menggunakan kuesioner yang membuat beberapa pertanyaan

untuk memperoleh data secara langsung. Sedangkan data sekunder

didapatkan dari pihak SD N 03 Alai Padang.

b. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah pengumpulan data dengan kuesioner

dilakukan sebagai berikut:

1) Penelitian ini dibantu oleh 3 orang asisten peneliti yang sudah

disamakan persepsinya.

2) Peneliti mengumpulkan responden sesuai kriteria inklusi.


4

3) Sebelum pengisian kuesioner, responden diberi penjelasan

mengenai tujuan penelitian dan petunjuk pengisian kuesioner.

4) Sampel murid perempuan SD N 03 Alai Padang yang memenuhi

kriteria akan ditetapkan sebagai responden setelah menyetujui

lembar persetujuan (informed consent) yang diajukan oleh

peneliti.

5) Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti melakukan

pengukuran tinggi badan dan berat badan terhadap responden.

6) Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi

kuesioner.

7) Responden diberi kesempatan untuk bertanya.

8) Setelah terisi dengan lengkap dan benar, kuesioner

dikembalikan kepada peneliti.

9) Peneliti memeriksa kelengkapan lembar penelitian. Apabila data

yang tidak lengkap maka peneliti meminta responden

melengkapi data pada kuesioner. Setelah data terkumpul,

peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan menggunakan

komputer dengan tahapan sebagai berikut:


5

a. Editing (pemeriksaan data)

Memeriksa data yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti

melakukan koreksi bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data

atau data yang diperoleh belum lengkap.

b. Coding (pengkodean data)

Memberikan kode pada setiap data variabel yang telah terkumpul.

c. Entry data (memasukkan data)

Pada tahap ini data akan dimasukkan ke dalam program komputer.

d. Cleaning data (membersihkan data)

Pengecekan kembali data yang telah di enrty dalam komputer untuk

memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan

sehingga data tersebut siap untuk dianalisa.

e. Tabulating (penyusunan data)

Pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat

dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisa.

H. Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperolah gambaran dari hasil

penelitian. Analisa ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Semua variabel diteliti, baik variabel dependen maupun variabel

independen.
5

2. Analisa bivariat

Data diperoleh secara komputerisasi untuk melihat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan

analisa uji chi square. Melalui uji statistik chi square akan diperoleh

nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan

sebesar 0,05. Penelitian dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤

0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Pengumpulan data mengenai faktor-faktor yang berbuhungan dengan

menarche dini ini dilakukan di SDN 03 Alai Padang pada 98 siswi yang

terdiri dari 26 orang murid kelas IV, 39 orang murid kelas V dan 33 murid

kelas VI. Proses pengambilan data dilakukan tanggal 20 – 26 Agustus 2017.

Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner. Hasil penelitian

ini disajikan dalam dua bagian yaitu hasil analisis univariat dan bivariat.

B. Analisa Univariat

1. Kejadian Menarche Dini


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian
Menarche Dini Pada Siswi Di SDN 03 Alai Padang

Menarche Dini Frekuensi Persentase


Tidak 54 55,1
Ya 44 44,9
Total 98 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian (55,1%)

responden tidak mengalami menarche dini (belum menarche dan

menarche normal).

52
5

2. Status Gizi

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi


Pada Siswi Di SDN 03 Alai Padang

Status Gizi Frekuensi Persentase


Sangat kurus dan kurus 4 4,1
Normal 42 42,9
Gemuk dan obesitas 52 53,1
Total 98 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian (53,1%)

responden memiliki status gizi yang gemuk dan obesitas.

3. Paparan Media Massa

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan


Media Massa Pada Siswi Di SDN 03 Alai Padang

Paparan
Frekuensi Persentase
Media Masa
Paparan rendah 43 43,9
Paparan tinggi 55 56,1
Total 98 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (56,1%)

responden mengalami paparan media massa yang tinggi.

4. Aktivitas Fisik

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Renposden Berdasarkan Aktivitas


Fisik Pada Siswi Di SDN 03 Alai Padang

Aktivitas
Frekuensi Persentase
Fisik
Ringan 11 11,2
Sedang dan berat 87 88,8
Total 98 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (88,8%)

responden memiliki aktivitas fisik sedang dan berat


5

C. Analisa Bivariat

Pada penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan menarche dini.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi


Dengan Menarche Dini Di SDN 03 Alai Padang
Menarche Dini
Total
Status Gizi Tidak Ya pValue
f % f % F %
Sangat kurus 100,0 0 0 4 100,0
dan kurus 4
Normal 32 76,2 10 23,8 42 100,0 0,000
Gemuk dan 34,6 34 65,4 52 100,0
obesitas 18
Total 54 55,1 44 44,9 98 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 52 siswi yang memiliki status gizi gemuk dan
dengan menarche dini.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Media Massa Denga

Menarche Dini
Paparan Tidak Ya Total pValue
media massa f % f % F %
Paparan rendah 30 69,8 13 30,2 43 100,0
Paparan tinggi 24 43,6 31 56,4 55 100,0 0,010
Total 54 55,1 44 44,9 98 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa dari 55 siswi dengan paparan

media massa tinggi, 31 (56,4%) diantaranya mengalami menarche dini.


5

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,010 yang berarti bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara paparan media masa dengan

menarche dini.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas


Fisik Dengan Menarche Dini Di SDN 03 Alai Padang
Menarche Dini
Total
Aktivitas fisik Tidak Ya pValue
f % f % F %
Ringan 4 36,4 7 63,6 11 100,0
Sedang dan berat 50 57,5 37 42,5 87 100,0 0,185
Total 54 55,1 44 44,9 98 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan diketahui dari 87 siswi yang memiliki

aktivitas fisik sedang dan berat, 50 (57,5%) diantaranya tidak mengalami

menarche dini. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,185 yang

berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik

dengan menarche dini.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. ANALISA UNIVARIAT

1. Menarche Dini

Hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan

menarche dini di SDN 03 Alai Padang dapat dilihat bahwa sebanyak

44,9% siswi mengalami menarche dini dan sebanyak 55,1% siswi tidak

mengalami menarche dini. Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari

sebagian dari siswi kelas IV, V dan VI yang berada di SDN 03 Alai

Padang mengalami menarche dini.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari

(2016) yang menyatakan bahwa sebanyak 20% responden mengalami

menarche dini dan sebanyak 80% responden tidak mengalami menarche

dini.

Menarche adalah perdarahan pertama kali dari uterus yang

terjadi pada seorang wanita dimasa pubertas (Manuaba, 2007).

Menarche terjadi pada masa remaja dengan umur menarche bervariasi

antara 10-16 tahun tapi rata-ratanya umur 12,5 tahun. Jika kurang dari

10 tahun sudah mengalami menstruasi maka keadaan ini disebut sebagai

menarche prekoks dan sebaliknya jika menstruasi pertama kali terjadi

56
5

pada usia lebih dari 14 tahun maka disebut sebagai menarche tarda

(Winkjosastro, 2005).

Usia saat seorang anak perempuan mendapat menstruasi pertama

sangat bervariasi. Banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya status

gizi, faktor genetik, aktivitas fisik, sosial ekonomi, letak geografi, faktor

psikologi, keterpaparan media massa dan kesehatan secara umum

(Speroff, 2005). Variasi dari usia menarche ini mempengaruhi kesehatan

reproduksi remaja dimana wanita yang mengalami menarche lebih awal

akan mengalami menopause lebih lambat. Makin dini menarche terjadi,

makin lambat terjadinya menopause. Sebaliknya makin lambat

menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Umumnya menarche

lebih lambat maka menopause makin cepat terjadi, sehingga masa

reproduksi menjadi lebih singkat (Sarwono, 2007).

Akibat dari cepatnya menopause mengakibatkan kadar esterogen

dan progesteron turun dengan drastis kerena berhenti merespon FSH dan

LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak, padahal

hormon ini merangsang pertumbuhan organ seks anak permpuan, seperti

halnya payudara, rambut kelamin, dikenal sebagai tanda seks sekunder.

Esterogen juga mengatur siklus menatruasi, menjaga kondisi dinding

vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang

melembabkan vagina, mereka juga membantu untuk menjaga tekstur dan

fungsi payudara wanita, mencegah gejala menopause seperti hot fluses

(rasa panas di daerah tubuh bagian atas dan gangguan mood),


5

mempertahankan fungsi otak, mengatur pola distribusi lemak di bawah

kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang feminim, meningkatkan

pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit,

saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah). Esterogen juga

mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur

normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar tetap

terpelihara dan kencang serta mampu menahan air. Selain itu,

progesteron berfungsi sebagai produksi sel pigmen kulit, mengatur

siklus haid, mengembangkan jaringan payudara, menyiapkan rahim pada

waktu kehamilan, melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker

endometrium (Sarwono, 2007).

Akibat dari terlambatnya menarche memperlambat masa

pubertas pada remaja dimana pubertas adalah masa awal kematangan

seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan

fisik, hormonal dan seksual serta mampu mengadakan proses

reproduksi. Serta, usia menarche yang terlambat juga dapat memberikan

dampak bagi remaja yang secara tidak langsung juga dapat

mempengaruhi konsep diri bagi remaja yang mengalaminya. Melihat

faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya remaja mengalami

menarche dan dampek yang ditimbulkannya maka perlu diperhatikan

keseimbangan faktor-faktor tersebut pada remaja sehingga usia

menarche remaja tidak terlalu cepat maupun lambat.


5

Menarche dini terjadi pada usia 9, 10 dan 11 tahun. Siswi yang

tidak mengalami menarche dini dibagi menjadi 2, yaitu ada yang belum

menarche dan ada yang sudah menarche tapi usianya lebih dari 11

tahun.

2. Status Gizi

Pada penelitian ini variabel status gizi dibagi menjadi 5 kategori,

yaitu status gizi sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Hasil

penelitian status gizi siswi di SDN 03 Alai Padang terlihat sebanyak

4,1% siswi memiliki status gizi sangat kurus dan kurus, 42,9% siswi

memiliki status gizi normal dan 53,1% siswi memiliki status gizi gemuk

dan obesitas. Dari hasil penelitian, rata-rata responden memiliki tinggi

badan 139 cm dan berat badan 38 kg.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mentari (2015) dimana 13,6% responden memiliki status gizi

kurus, 85% responden memiliki status gizi normal, 0,9% responden

memiliki status gizi gemuk dan 0,5% responden memiliki status gizi

obesitas.

Status gizi berhubungan dengan keadaan lemak dalam tubuh

dimana keadaan lemak dalam tubuh dipengaruhi oleh asupan energi

berlebih yang diperoleh dari hasil karbohidrat, lemak dan protein dari

hasil asupan protein yang dalam keadaan berlebih energi tersebut akan

berubah menjadi simpanan lemak yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi status menarche (Almatsier, 2004).


6

Kebutuhan lemak sangat dipengaruhi untuk cadangan energi.

Bila pola makan anak berlebihan memacu tubuh tidak mampu memecah

lemak yang berakibat penumpukan. Akibatnya semakin banyak

kolesterol yang dihasilkan sehingga semakin tinggi pula kadar leptin

yang disekresikan dalam darah. Leptin memicu pengeluaran FSH dan

LH di ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan pembentukan

ekstrogen. Ekstrogen menyebabkan umpan balik negatif tehadap FSH.

Dengan menurunnya kadar esterogen berakibat pembuluh darah

endometrium mengalami proliferasi atau mengerut dan terputus-putus

lapisan endometrium mengalami deskuamasi sehingga terjadi

perdarahan dan mengalir melalui vagina berwujud sebagai haid pertama

atau menarche.

Dengan munculnya menstruasi pada seorang remaja dapat

menggambarkan kemampuan untuk bereproduksi. Pada anak-anak

dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin

yang dapat mempercepat terjadinya menarche. Dampak terjadinya

menarche dini antara lain terlambatnya pertumbuhan, stress emosional

dan peningkatan resiko terjadinya kanker payudara. Serta meningkatnya

penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak disengja

(Pujiani, 2005).

Menurut Marmi (2013), ada berbagai faktor yang mempengaruhi

status gizi anak, yaitu kebiasaan makan yang buruk dan kesukaan yang

berlebih terhadap makanan tertentu yang menyebabkan kebutuhan gizi


6

tak terpenuhi, usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik

pada hal-hal baru sehingga dimanfaatkan oleh pengusaha makanan

untuk mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat

mempengaruhi anak sehingga tertarik untuk membelinya tanpa tahu

kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. Serta masuknya produk

siap saji saat ini menyebabkan anak tidak lagi memperhatikan asupan

gizi mereka.

Penelitian ini melihat gambaran status gizi responden dimana

terdapat sebagian besar responden memiliki status gizi normal, hal

tersebut terjadi karena adanya perubahan pola makan pada anak dan

remaja sekarang. Seperti yang kita ketahui perubahan pola makan pada

saat ini sudah bergeser pada pola makan cepat saji pada saat berada

diluar rumah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 5 kategori status

gizi, yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Berdasarkan

hasil penelitian, siswi yang memiliki status gizi normal dan gemuk lebih

banyak mengalami menarche dini dibawah 12 tahun. Status gizi remaja

putri sangat mempengaruhi terjadinya menarche. Gizi yang berlebih

akan mempercepat pertumbuhan dan kematangan organ seksual,

sedangkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada masa ini dapat

berakibat terlambatnya pematangan seksual dan pertumbuhan linear

(Nelson, 1999).
6

3. Paparan Media Massa

Hasil penelitian tentang variabel paparan media massa pada siswi

di SDN 03 Alai Padang menunjukkan 43,9% siswi tidak terpapar media

massa dan 56,1% siswi terpapar media massa. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustriyani (2016) dimana

hasilnya didapatkan 42,1% responden terpapar media massa dan 57,9%

responden tidak terpapar media massa.

Keberadaan kemajuan teknologi menurut Hermandes (2007)

seperti media cetak dan elektronikbanyak digunakan sebagai sumber

informasi bagi semua orang khusus anak dan remaja. Kemudahan

pengaksesan tersebut membuat remaja menyalahgunakannya, seperti

mengakses tayangan bertema seks yang dapat mempengaruhi

kematangan seksual. Handphone dan internet juga mempunyai pengaruh

dan peran besar dalam proses perkembangan seksual anak. Pengaksesan

informasi melalui media internet banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa,

pebisnis, bahkan pelajar.

Media cetak maupun media elektronik merupakan media massa

yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan

sosial. Sebagaimana sifat media informasi, maka media massa selain

mengandung nilai manfaat sebagai alat transformasi, namun juga sering

tidak sengaja menjadi media informasi yangampuh untuk menabur

berbagai nilai baru yang tidak diharapkan masyarakat itu sendiri

(Gustriyani, 2016).
6

Kemajuan teknologi dibidang audiovisual yang menampilkan

gabungan gambar dan suara telah menarik minat dan perhatian

masyarakat sebagai sarana hiburan. Kecenderungan yang terjadi saat

sekarangini dengan kemajuan teknologi dan semakin gencarnya arus

globalisasi, tak jarang remaja-remaja menonton film 17 tahun keatas

yang bertemakan percintaan (Trevia, 2009). Disamping audiovisual,

media cetak juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kematangan

biologis seorang anak. Buku cerita, novel, majalah remaja dan majalah

dewasa mempunyai peran yang besar sebagai sumber informasi tentang

seks. Selain itu, film dewasa juga membawa pengaruh terhadap nilai

budaya dan perkembangan biologis seksualitas khususnya usia

menarche.

Dari jawaban responden tentang penggunaan hanphone yang ada

koneksi internet didapatkan dari 98 siswi terdapat 87,7% siswi

mempunyai Hp yang ada koneksi internet dari jawaban siswi tentang

adakah pengawasan orang tua tentang isi Hp didapatkan 98 siswi

terdapat 44,9% siswi tidak ada pengawasan dari orang tua. Siswi yang

menjawab pernah menonton tontonan dewasa sebelum haid 27,2%

diantaranya merasa ingin menonton lagi tayangan yang menayangkan

adegan pelukan dan ciuman. Disini peran orang tua sangat penting untuk

mengawasi isi Hp yang dimiliki oleh anaknya agar Hp yang dimiliki

anak tidak disalah gunakan seperti melihat hal-hal yang berbau

pornografi.
6

Selain itu, menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini

menunjukan bahwa pentingnya peran serta dari pihak sekolah dan pihak

keluarga untuk memberikan edukasi dan pengawasan terhadap para

siswi dari berbagai macam informasi yang muncul dari media cetak

maupun media elektronik. Sebanyak 34,7% siswi menjawab jarang

mendapatkan informasi kesehatan tentang menstruasi sebelum haid

pertama. Pengawasan dan edukasi dari orang tua sangat penting karena

pada era modernisasi sekarang ini akses memperoleh berbagai informasi

sangatlah mudah.

4. Aktivitas fisik

Hasil penelitian tentang variabel aktivitas fisik pada siswi di

SDN 03 Alai Padang menunjukkan hasil 11,2% siswi melakukan

aktivitas fisik ringan dan 88,8% siswi melakukan aktivitas fisik sedang

dan berat. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sinaga

(2015) dimana hasilnya didapatkan hasil 98,1% responden melakukan

aktivitas fisik ringan dan 1,9% responden melakukan aktivitas fisik

berat.

Aktivitas fisik merupakan pergerakkan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Depkes RI, 2006). Ada

bukti epidemiologi kuat yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik sangat


6

bermanfaat bagi kesehatan (Gibney, 2009). Pelaksanaan aktivitas fisik

harus memperhatikan tipe atau cara aktivitas, waktu yang digunakan,

frekuensi pelaksanaan kegiatan dan intensitas dari aktivitas fisik itu

sendiri. Tingkat aktivitas harus disesuaikan dengan kondisi remaja,

karena aktivitas yang terlalu ringan ataupun terlalu berat dapat

memberikan dampak bagi kesehatan tubuh.

Remaja atau anak usia sekolah pada umumnya memiliki aktivitas

fisik sedang, sebab kegiatan yang sering mereka lakukan adalah belajar

disekolah. Aktivitas sekolah yang mereka jalankan dari jam 07.00

sampai jam 14.00 lebih banyak dilakukan diruang belajar dengan banyak

duduk, jam pelajaran olahraga disekolah hanya sekali seminggu selama

3-4 jam. Disamping itu tersedianya berbagai sarana fasilitas untuk

berbagai kegiatan akibat kemajuan teknologi membuat remaja menjadi

jarang melakukan aktivitas berat (Maulina, 2015).

Remaja putri yang mempunyai aktivitas fisik sedang akan

mempunyai pola pertumbuhan yang normal karena adanya

keseimbangan antara kecukupan energi, tingkat aktivitas dan kalori

untuk pertumbuhan, sedangkan remaja putri yang mempunyai aktivitas

fisik berat beresiko mengalami keterlambatan pertumbuhan, karena

aktivitas berat akan mengeluarkan banyak energi, yang diduga tidak

sesuai dengan tingkat kecukupan energi pada tubuh remaja, disamping

itu tingkat aktivitas fisik berat juga dapat mempengaruhi beberapa


6

hormone yang mempengaruhi pertumbuhan remaja, sehingga

pertumbuhan dapat terhambat (Guthrie, 2006).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Physical Activity

Quetionaire for Older Children (PAQ-C) and Adolescents (PAQ-A)

Manual dikembangkan oleh University of British Columbia (2004)

digunakan untuk mengukur aktivitas fisik pada anak.

Dari hasil jawaban kuesioner, lebih dari separuh (59,2%) siswi di

SDN 03 Alai Padang selalu bermain kasti. Selain makan siang, sebanyak

(60,2%) siswi sering berlari dan bermain pada jam makan siang.

Sebanyak (38,8%) siswi melakukan kegiatan fisik di hari jum’at. Dapat

kita lihat bahwa pada para siswi bisa terjadi produksi keringat

meningkat, aktivitas metabolik meningkat dan ketegangan otot

meningkat.

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Menarche Dini Di SDN 03

Alai Padang

Hasil uji analisis Chi Square diperoleh nilai p value 0,000 yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status

gizi dengan menarche dini pada siswi di SDN 03 Alai Padang. Hasil ini

sejalan dengan beberapa penelitian salah satunya penelitian yang

dilakukan oleh Sinaga (2015), yang dilakukan pada siswi SMP X di

Rangkabitung, dimana didapati hasil yang sama yaitu p value 0,000


6

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

status gizi dengan menarche dini, dimana remaja yang memiliki status

gizi gemuk akan mengalami menarche cepat dan normal dibandingkan

dengan remaja yang memiliki status gizi kurus.

Status gizi remaja sangat mempengaruhi terjadinya menarche

dini dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan

selama menarche maupun lamanya hari menarche. Secara psikologis

remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh nyeri,

kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah atau tegang. Tetapi

pada beberapa anak keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan, hal ini

dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain

olahraga yang teratur (Paath, Rumdasih & Heryati, 2006).

Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang

mendapat menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat

dan lebih tinggi pada saat menastruasi pertama diandingkan dengan

mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Sebaliknya pada

gadis yang menstruasinya lambat, beratnya lebih ringan dari pada yang

sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan (TB)

mereka sama. Pada umumnya, mereka menjadi matang lebih dini akan

memiliki indeks masa tubuh (IMT) yang lebih tinggi dan mereka yang

matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama

(Soejiningsih, 2004).
6

Buyalos (2001) mengatakan menarche memang cenderung

terjadi lebih awal pada wanita yang cukup gemuk (20 sampai 30 persen

diatas berat badan ideal) dan lebih lambat pada anak-anak yang

menderita malnutrisi. Penemuan tentang suatu hormon dari sel lemak

yang disebut leptin diduga merupakan mekanisme yang memungkinkan

hal tersebut terjadi. Leptin adalah hormon protein yang disekresikan

oleh sel lemak yang memiliki fungsi utama mengontrol jaringan lemak

tubuh dan berat badan. Disamping itu leptin memicu pengeluaran FSH

dan LH di ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan

pembentukan estrogen. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif

terhadap FSH, sehingga produksi FSH berkurang. Penurunan kadar FSH

mengakibatkan pertumbuhan folikel terlambat sehingga kadar estrogen

ikut menurun. Dengan menurunnya kadar estrogen berakibat pembuluh

darah endometrium mengalami proliferasi atau mengerut dan terputus-

putus lapisan endometrium mengalami deskuamasi sehingga terjadi

perdarahan dan mengalir melalui vagina berwujud sebagai haid pertama

atau menarche. Dengan munculnya menstruasi pada seorang anak dapat

menggambarkan kemampuan untuk bereproduksi. Pada anak-anak

dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin

yang dapat mempercepat terjadinya menarche.

Riyadi (2003) menyatakan bahwa remaja putri yang bergizi baik

mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa

sebelum pubertas (prapubertas) dibandingkan dengan remaja yang


6

kurang gizi. Remaja dengan status gizi kurang akan terlambat

mengalami menarche bila dibandingkan remaja status gizi baik, karena

pada remaja dengan status gizi kurang ada indikasi kurang baiknya

asupan makanan sehari-hari. Asupan nutrisi merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi pembentukan hormon, sehingga dengan

asupan gizi yang tidak baik dapat mempengaruhi pembentukan hormon-

hormon yang mempengaruhi datangnya menarche, yaitu estrogen dan

progesteron.

Adanya siswi yang mempunyai status gizi normal tetapi

mengalami menarche dibawah usia 11 tahun dalam penelitian ini

disebabkan karena usia menarche tidak hanya dipengaruhi oleh status

gizi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain salah satunya

paparan media massa. Hal ini dapat dilihat dari siswi yang mempunyai

status gizi obesitas dengan usia menarche cepat. Selain itu, faktor lain

seperti aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi menarche dimana

remaja putri yang mempunyai aktivitas fisik ringan akan mempunyai

pola pertumbuhan yang normal karena adanya keseimbangan antata

kecukupan gizi, tingkat aktivitas dan kalori untuk pertumbuhan,

sedangkan remaja putri yang mempunyai aktivitas berat mempunyai

resiko mengalami keterlambatan pertumbuhan, karena aktivitas berat

akan mengeluarkan banyak energi, yang diduga tidak sesuai dengan

tingkat kecukupan energi pada tubuh remaja, di samping itu tingkat

aktivitas berat juga dapat mempengaruhi beberapa hormon yang


7

mempengaruhi pertumbuhan remaja, sehingga pertumbuhan dapat

terhambat.

2. Hubungan antara paparan media massa dengan menarche dini

di SDN 03 Alai Padang

Dari hasil uji Chi square diperoleh p value 0,010 yang berarti

terdapat hubungan yang bermakna antara paparan media massa dengan

menarche dini pada siswid di SDN 03 Alai Padang. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015) dimana

didapati hasil yang sama yaitu p value 0,438 sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara paparan media massa

dengan menarche dini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Proverawati (2009) yaitu penyebab menstruasi dini juga datang dari

rangsangan audio visual baik berasal dari percakapan maupun tontonan

dari film-film atau internet yang berlabel dewasa, vulgar atau

menggambarkan sensualitas. Rangsangan dari telinga dan mata tersebut

kemudian merangsang sistem reproduksi den genital untuk lebih cepat

matang. Ayuningtyas (2013) keterkaitan antara keterpaparan media

massa (televisi, radio, dan majalah) dengan kecepatan usia pubertas

remaja yang secara tidak langsung menyebabkan cepatnya usia

menarche remaja putri. Survei tersebut menjelaskan bahwa dari media

massa yang ada kebanyakan informasinya berisi mengenai seks dan


7

remaja tersebut sering melihat atau mendengarkan media massa di

ruangannya sendiri.

Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa

tayangan-tayangan sinetron yang menampilkan anak-anak yang berperan

sebagai orang dewasa, film-film seks (blue film), buku-buku bacaan dan

majalah-majalah bergambar seksual, godaan dan rangsangan dari kaum

pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual masuk ke

pusat panca indera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat

yang disebut inhibitor.

Rangsangan yang terus menerus kemudian diteruskan menuju

hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior melalui

sistem portal. Hipofise interior nantinya akan mengeluarkan hormon

yang merangsang kelenjar yang menghasilkan hormon spesifik. Kelenjar

indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon

spesifik yang dikeluarkan kelenjar indung telur memberikan umpan

balik kepusat panca indara dan otak serta kelenjar induk hipotalamus

dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktasi. Dengan

dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-

organ reproduksi dan terjadilah menarche dini (Proverawati, 2009).

Menurut asumsi peneliti, dengan banyaknya informasi dan

pemberitahuan tentang seks dari berbagai media massa akan sangat

dibutuhkan pendidikan seks yang benar dan sesuai dengan kondisi

masyarakat sehingga dapat mengurangi konflik dan mitos yang salah


7

selama ini berkembang luas di masyarakat. Hal ini juga bisa dilakukan

dengan peningkatan pendidikan moral dan agama baik di sekolah

maupun di rumah. Sehingga, anak mempunyai kesadaran untuk tidak

menggunakan berbagai media massa seperti yang berbau orang dewasa

atau pornografi (Gustriyani, 2016).

Adanya siswi yang tidak terpapar media massa tetapi mengalami

menarche cepat dalam penelitian ini disebabkan karena usia menarche

tidak hanya dipengaruhi oleh paparan media massa saja, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain salah satunya status gizi. Hal ini

dapat dilihat dari siswi yang tidak terpapar media massa dengan usia

menarche cepat. Selain itu, faktor lain seperti usia menarche saudara

perempuan kandung juga dapat mempengaruhi usia menarche pada

remaja putri, ini bisa terjadi karena terdapatnya kesamaan pertumbuhan

antara perempuan bersaudara disebabkan karena mereka mempunyai

kesamaan dalam berbagai hal yang diturunkan dari kedua orang tua

mereka (genetik). Lebih eratnya pertumbuhan perempuan bersaudara

dibandingkan dengan ibu dan anak karena gen yang diturunkan kepada

anak tidak hanya gen ibu, tetapi gabungan antara gen kedua orang tua

(Yulia, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 43,6% siswi terpapar media

massa namun mengalami menarche normal. Hal ini terjadi karena usia

menarche tidak hanya dipengaruhi oleh paparan media massa saja, tetapi

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain salah satunya status gizi. Hal ini
7

dapat dilihat dari siswi yang mempunyai satatus gizi normal tapi belum

mengalami menarche.

3. Hubungan aktivitas fisik dengan menarche dini di SDN 03 Alai

Padang

Dari hasil uji Chi Square diperoleh p value 0,185 yang berarti

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan

menarche dini pada siswi di SDN 03 Alai Padang. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2015) dimana didapati

hasil yang sama p value 1,000 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan menarche

dini.

Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche.

Kehilangan berat badan (BB) sebesar 10% dapt menyebabkan

terlambatnya menarche dan berkurangnya sekresi GnRH, LH dan FSH

(Narendra, 2002). GnRH penting untuk menginduksi pelepasan FSH dan

LH dari kelenjar hipofise, yang selanjutnya berkaitan dengan reseptor di

ovarium dan menginduksi sekresi dan pelepasan esterogen dan

progesterone kedalam sirkulasi yang penting dalam proses terjadinya

menarche (Llewellyn & Jones, 2001).

Menurut penelitian Bagga (2009), remaja putri yang melakukan

aktivitas fisik dengan durasi waktu yang panjang, akan menunda

pubertasnya. Hasil penelitian Bagga juga menyebutkan bahwa terjadinya


7

penurunan umur menarche pada remaja putri (9-11 tahun) terjadi pada

siswi yang hanya kadang-kadang melakukan olahraga dibandingkan

dengan siswi yang sering melakukan olahraga seperti voli, bulutangkis,

dan renang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya remaja putri yang

mempunyai aktivitas fisik ringan tetapi mengalami keterlambatan

menarche dalam penelitian ini disebabkan karena usia menarche tidak

hanya dipengaruhi oleh aktivitas fisik saja, tetapi juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor lain salah satunya status gizi. Hal ini dapat dilihat dari

siswi yang mempunyai aktivitas fisik ringan dengan usia menarche

lambat.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian pada siswi di Padang pada bulan Januari-

Oktober 2017 tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SDN

03 Alai Padang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian dari siswi mengalami menarche dini

2. Kurang dari sebagian siswi memiliki status gizi yang normal

3. Lebih dari separuh siswi mengalami paparan media massa yang tinggi

4. Lebih dari separuh siswi memiliki aktivitas fisik sedang dan berat

5. Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan menarche dini

pada siswi di SDN 03 Alai Padang dengan p value 0,000

6. Ada hubungan yang bermakna antara paparan media massa dengan

menarche dini pada siswi di SDN 03 Alai Padang dengan p value 0,010

7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan

menarche dini pada siswi di SDN 03 Alai Padang dengan p value 0,185

75
76

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Diharapkan kepada sekolah untuk melibatkan orang tua dalam

melakukan pengontrolan terhadap status gizi anak dan melakukan

pengawasan pada anak dalam memanfaatkan teknologi.

2. Bagi Dinas Kesahatan

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, bekerja sama dengan sekolah

dalam melakukan upaya pencegahan menarche dini melalui promosi

kesehatan tentang menarche dini, pengontrolan berat badan, dan

pemanfaatan teknologi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk dapat lebih

mengembangkan penelitian ini dalam menggali faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi terjadinya menarche pada remaja putri.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

bagi mahasiswa keperawatan dalam melakukan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Almatsier, S., (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Apriadi, T. (2012). Agenda Setting Media Masa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ayuningtyas, R.. (2013). Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Siswi
SMP Negeri 1 Jember.

Booth, M. L., B. E. Ainsworth, M. Prattm U. L. F,. Ekelund, A. Yngve, J. F. Sallis


and P. Oja. (2003). International Physical Activity Questionnaire: 12-
country reliability and validity. Medicine & Science in Sport & Exercise.
195 (9131/03): 1381.

Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan


Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Buyalos, R.P. (2001). Pubertas dan Pubertas Prekoks. Dalam: Hacker, N.F. &
Moore, J.G. Esensial obsetri dan ginekologi (edisi 2). Jakarta: Hipokrates.

Desmiwilda, S. (2007). Hubungan Status Gizi Dan Keterpaparan Kemajuan


Teknologi Dengan Usia Menarche Pada Siswi Kelas I SLTP 13 Padang.
Jurnal of MNM, 5(10).

Fajria, L., Desi, N.M. (2014). Gambaran faktor penyebab menarche dini pada siswi
smpn 4 kota pariaman. Ners Jurnal Keperawatan, 10(1), 10-19.

77
7

Gaudineau, dkk. (2010). Factors associated with early menarche: results from the
french health behaviour in school-aged children (hbsc) study. BMC Public
Health, 10(175), 1-7.

Gibney, M. dkk. (2009). Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.

Gibson,R. S. (2005). Principles Of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford


University Press Inc, New York.

Ginarhayu. (2000). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia


Menarche Remaja Puteri. Google.com.

Gustriyani, M. (2016). Hubungan Paparan Media Massa Dan Status Gizi Dengan
Usia Menarche Pada Siswi Kelas IV, V dan VI Di SD Pertiwi II Dan III
Padang 2016. Skripsi FKep Unand.

Guthrie, J., R. Petty, & F. Ricceri.2006). The Voluntary Reporting of Intellectual


Capital. Journal of Intellectual Capital, 7 (2):254-271.

Hermandes, Roger E. (2007). Children’s Health. WebMD Medical Reference from


Healthwise.

Hoeger, WWK & Hoeger, SA. (2005). Lifetime Physical Fitness and Wellnes, a
Personalized Program. Ed-5. USA: Thomson Wadsworth.

Hudha, L.A. (2006). Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik terhadap
obesitas pada remaja kelas II SMP Theresiana 1 Yayasan Bernadus
Semarang. Jurnal e-nurse, 1(1).

Hurlock, E.B. (2011). Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Iskandar, M. B. (1997). Konsep kesehatan reproduksi dalam pendidikan kesehatan


masyarakat tingkat stara I dan II. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.
November, tahun XXV No.10.
7

Kumalasari, I., Andyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba


Medika.

Llewellyn, D. (2002). Dasar-dasar obstetri ginekologi. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2008). Gawat darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi


Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Manuaba, I.B.G. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Marvan, M.L & Veronica, A. H. (2014). Age at menarche, reactions to menarche


and attitude towards menstruation among mexican adolescent girls. J
Pediatr Adolesc Gynecol, 27(2014), 61-66.

Maulidiah, F. (2011). Gambaran Status Gizi Dan Genetik Pada Kejadian Menarche
Di Perumahan X. Skripsi.

Maulina, A. (2015). Hubungan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Usia
Menarche Pada Remaja Puteri Di SMP Negeri 21 Padang Tahun 2015.
Skripsi FKep Unand.

Mentari, L. (2015). Hubungan status gizi dan tingkat stress dengan gangguan
menstruasi pada remaja putrid di SMA 2 Padang tahun 2015. Skripsi Fkep
Unand.

Mitayani & Sartika, W. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Mohammad, Ali & Asroni, M. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munda, S.S. (2013). Hubungan antara IMT dengan usia menarche pada siswi SD
dan SMP di Kota Manado. Jurnal Keperawatan, 6(61).

Narendra, M.S, dkk. (2002). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi
Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto.
8

Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Nurmalina, Rina. (2011). Pencegahan & Manajemen Obesitas. Bandung :Elex.


Media Komputindo.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam & Efendi. (2011). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Paath, E.F., Rumdasih, Y., & Heryati. (2006). Gizi dalam kesehatan reproduksi.
Jakarta: EGC.

Proverawati, A & Maisaroh. (2009). Menarche (Menstruasi Pertama Penuh


Makna). Yogyakarta: Muha Medika.

Puspitasari, R dkk. (2016). Gambaran Usia Menarche Dini Pada Anak Sekolah
Dasar Di Daerah Urban. E-Jurnal JKM. 4(4).

Riyadi, H. (2003). Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri (Method of


Antropometric National Assessment), Bogor: Departemen Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rosenthal, M. Sara. (2002). 50 Cara Mencegah Dan Menghadapi Stress. Jakarta :


Prestasi Pustaka.

Santrock, J.W.S. (2007). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sarwono,S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sinaga, S. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarche di smp


x di rangkabitung. COPING Ners Jurnal Keperawatan, 3(2).

Soejiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta:


Sagung Seto.
8

Speroff L., et al (2005). Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 7th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Supariasa, I.D.N. dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Trevia, R. (2009). Gambaran status gizi dan paparan media masa dengan
timbulnya menarche pada siswi kelas V SD Sungai Rumbai. Skripsi F.Kep
Unand.

Widyastuti, Y dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:

Fitramaya. Winkjosastro, S. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka.

Wulandari, P dkk. (2015). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian


menarche siswi di smp n 31 semarang. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 6(2).

Yulia, V.V., (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan


Usia Menarche Pada Remaja Puteri Di SLTP Kecamatan Situjuah Limo
Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010. Skripsi Fkep Unand.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN
Nama : Ega Tri Kurniati

No. BP 1311311041

Judul : Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SD N 03 Alai Padang

No. Kegiatan Tahun 2017


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul penelitian
2. Persetujuan judul penelitian
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Persetujuan seminar proposal
5. Seminar proposal penelitian
6. Perbaikan proposal penelitian
7. Pelaksanaan penelitian
8. Pengolahan data
9. Ujian skripsi
10. Perbaikan skripsi

Padang, Oktober 2017

Ega Tri Kurniati

84
83

Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA

Judul : Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SD N 03


Alai Padang

Nama : Ega Tri Kurniati

No.BP : 1311311041

No Kegiatan Biaya
1. Biaya administrasi dan studi awal Rp. 50.000,-
2. Penyusunan proposal penelitian Rp. 100.000,-
Penggandaan proposal instrument
3. Rp. 200.000,-
penelitian dan ujian proposal
4. Pelaksanaan penelitian Rp. 300.000,-
5. Pengolahan data dan analisa data Rp. 50.000,-
6. Penyusunan skripsi Rp. 200.000,-
7. Perbaikan laporan setelah ujian skripsi Rp. 100.000,-
8. Penyediaan skripsi Rp. 500.000,-
9. Transportasi Rp. 100.000,-
Jumlah Rp. 1.600.000,-
84

Lampiran 3
85
86
87

Lampiran 4
8
8

Lampiran 6

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada : Yth. Saudari

Responden Penelitian

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Keperawatan Universitas Andalas, yang akan mengadakan penelitian dengan judul :
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SD N 03 Alai
Padang”.

Saya bermaksud melakukan pengambilan data yang akan dilakukan melalui


pengukuran Tinggi Badan (TB) dan pengisian kuisioner yang telah disediakan.
Jawaban yang akan saudari berikan sangat membantu dalam penelitian ini. Data yang
diperoleh hanya dipergunakan untuk penelitian, dan kerahasiaan identitas saudari
akan saya jaga.

Saya sangat menghargai saudari untuk meluangkan waktu dalam kegiatan


pengukuran tinggi badan dan mengisi kuisioner ini dengan menandatangani lembar
persetujuan (Informed Consent) yang disediakan.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih. Semoga bantuan


saudari dapat memberikan dukungan bagi perkembangan ilmu keperawatan
khususnya.

Padang, Juni 2017

Peneliti

Ega Tri Kurniati


8

Lampiran 7

FORMAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah dijelaskan maksud dari penelitian ini, saya bersedia menjadi


responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Ega Tri Kurniati,
mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas Padang dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Dini Di SD N 03 Alai
Padang”.

Demikian persetujuan ini saya tandatangani atas dasar sukarela tanpa paksaan
dari siapapun.

Responden

( …………………………. )
9

Lampiran 8

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE DINI


DI SD N 03 ALAI PADANG

Petunjuk pengisian kuesioner:

Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner
ini.

Tanggal pengambilan data :

No. responden : (diisi oleh peneliti)

I. Data Umum
1. Nama (inisial) :
2. Tanggal lahir :
3. Umur :

II. Data Komponen Penelitian


A. Riwayat Menarche (Menstruasi Pertama)
1. Apakah adik sudah mendapatkan menarche (menstruasi pertama) ?
a. Sudah
b. Belum
2. Pada umur berapa adik mendapatkan haid pertama ?
…… tahun

B. Status Gizi (diisi oleh peneliti)


3. Berat badan : …… kg
4. Tinggi badan : …… cm
5. Status gizi (IMT/U) :

C. Paparan Media Masa


Petunjuk pengisian kuesioner:
Tidak pernah : bila adik tidak pernah melihat gambar dewasa
Jarang : bila hanya 1 kali
Kadang-kadang : bila 2-3 kali
Sering : bila 4-6 kali
Selalu : setiap hari adik melihat gambar dewasa
9

Beri tanda ( √ ) pada jawaban yang paling sesuai dengan pilihan adik.

Tidak Kadang-
No. Pertanyaan Jarang Sering Selalu
pernah kadang
6. Apa adik menonton televisi setiap
hari?
7. Apakah adik sering menonton
jenis siaran sinetron?
8. Apakah adik sering menonton
jenis siaran film?
9. Apakah adik sering menonton
jenis siaran musik?
10. Apakah adik sering menonton
jenis siaran berita/olahraga/kuis?
11. Apakah adik pernah menonton
tontonan dewasa sebelum haid?
12. Apakah adik pernah merasa ingin
menonton lagi yang menayangkan
adegan pelukan, ciuman?
13. Apakah adik sering menggunakan
handphone?
14. Apakah handphone adik selalu
terkoneksi internet?
15. Pernahkah adik menyimpan
video/gambar orang dewasa
berperilaku tidak baik di
handphone?
16. Apakah ada pengawasan dari
orang tua tentang isi handphone
adik?
17. Apakah adik pernah membuka
internet (dari handphone/Warnet)
dan melihat gambar orang dewasa
berciuman, berpelukan sebelum
haid pertama?
18. Apakah adik pernah membaca
buku cerita/komik/cerpen tentang
orang yang berpacaran sebelum
haid pertama?
19. Jika pernah, seberapa sering adik
membacanya?
20. Apakah adik pernah menonton
film yang di putar di DVD atau
Youtube yang menayangkan
adegan percintaan sebelum haid
pertama ?
9

21. Apakah adik pernah mendapatkan


informasi kesehatan tentang
menstruasi sebelum haid pertama
?

D. Aktivitas Fisik
Petunjuk pengisian kuesioner:
1. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, ini bukan tes
2. Semua pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan akurat
3. Pilih salah satu jawaban dengan tanda silang

Aktivitas fisik di waktu luang

Apakah kamu melakukan beberapa aktivitas fisik dibawah ini sejak 7 hari yang lalu?

Jika ‘Ya’, berapa kali? Berikan tanda ‘ √ ‘ pada jawaban yang sesuai

Lebih
Tidak 1-2 3-4 5-6
No Kegiatan dari 7
pernah kali kali kali
kali
22. Skipping (bermain tali)
23. Futsal
24. Voli
25. Basket
26. Jalan
27. Lari-lari/jogging
28. Senam
29. Berenang
30. Kasti
31. Menari/dance
32. Sepak bola
33. Badminton
34. Sepak takraw
35. Sepatu roda
36. Tenis
37. Tenis meja
38. Bela diri, sebutkan
…………………...…………..
39. Lainnya, sebutkan
…………..……………………

40. Selama 7 hari yang lalu, selama pelajaran olahraga, seberapa sering adik
bersikap aktif dalam melakukan olahraga?
a. Tidak ikut pelajaran olahraga
b. Jarang aktif
c. Kadang-kadang aktif
9

d. Sering aktif
e. Selalu aktif
41. Selama 7 hari yang lalu, apa yang sering kamu lakukan ketika waktu
istirahat?
a. Duduk-duduk (mengobrol, membaca, mengerjakan tugas)
b. Berdiri di sekitar
c. Jalan-jalan berkeliling
d. Kadang lari-lari dan bermain
e. Sering berlari dan bermain
42. Selama 7 hari yang lalu, apa yang biasanya dilakukan ketika jam makan siang
selain makan:
a. Duduk-duduk (mengobrol, membaca, mengerjakan tugas)
b. Berdiri di sekitar
c. Jalan-jalan berkeliling
d. Kadang lari-lari dan bermain
e. Sering berlari dan bermain
43. Selama 7 hari yang lalu, setelah pulang sekolah seberapa sering melakukan
olahraga (sepakbola, kejar-kejaran sesame teman, atau menari yang membuat
berkeringat) ?
a. Tidak pernah
b. 1 kali seminggu
c. 2-3 kali seminggu
d. 4 kali seminggu
e. 5 kali seminggu
44. Selama 7 hari yang lalu, pada sore hari seberapa sering melakukan olahraga
(sepakbola, kejar-kejaran sesame teman, atau menari yang membuat
keringat)?
a. Tidak pernah
b. 1 kali seminggu
c. 2-3 kali seminggu
d. 4-5 kali seminggu
e. 6-7 kali seminggu
45. Pada akhir minggu yang lalu (hari sabtu dan minggu) seberapa sering
melakukan olahraga (sepakbola, kejar-kerana sesame teman, atu menari yang
membuat keringat)?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
c. 2-3 kali
d. 4-5 kali
e. Lebih dari 6 kali
46. Bacalah pertanyaan di bawah ini, pilih salah satu pertanyaan yang
menggambarkan dirimu !
a. Hampir semua waktu luang saya habiskan untuk bersantai
b. Di waktu luang, saya kadang-kadang (1-2 kali seminggu) melakukan
aktivitas fisik seperti olahraga (lari-lari, sepakbola, bersepeda, dan lain-
lain)
9

c. Di waktu luang, saya sering (3-4 kali seminggu) melakukan aktivitas


seperti olahraga (lari-lari, sepakbola, bersepedadan lain-lain)
d. Di waktu luang, saya lebih sering (5-6 kali seminggu) melakuan aktivitas
seperti olahraga (lari-lari, sepakbola, bersepeda, dan lain-lain)
e. Di waktu luang, saya sangat sering (lebih dari 7 kali seminggu)
melakukan aktivitas seperti olahraga (lari-lari, sepakbola, bersepeda, dan
lain-lain)

Seberapa sering kamu melakuan aktivitas fisik seperti olahraga (lari-lari, sepakbola,
bersepeda, menari dan lain-lain

Beri tanda ‘ √ ‘ pada jawaban yang sesuai

Tidak Sangat
No Hari Jarang Kadang Sering
pernah sering
47. Senin
48. Selasa
49. Rabu
50. Kamis
51. Jumat
52. Sabtu
53. Minggu

54. Apakah selama seminggu ini adik pernah sakit atau mengalami sesuatu yang
menghambat aktivitas fisik?

a. Ya
b. Tidak

Catatan:

Periksa kembali kelengkapan jawaban adik, apakah sudah terisi semuanya

Jawaban yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya

- Terima Kasih -
97

Frequencies
Statistics

paparan
menarche dini status gizi media aktivitas fisik
massa

N Valid 98 98 98 98

Missing 0 0 0 0

Frequency Table
menarche dini

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 54 55.1 55.1 55.1

ya 44 44.9 44.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

status gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat kurus 4 4.1 4.1 4.1

kurus 1 1.0 1.0 5.1

normal 43 43.9 43.9 49.0

gemuk 41 41.8 41.8 90.8

obesitas 9 9.2 9.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

paparan media massa


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid paparan rendah 43 43.9 43.9 43.9

paparan tinggi 55 56.1 56.1 100.0

Total 98 100.0 100.0


98

aktivitas fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ringan 11 11.2 11.2 11.2

sedang 85 86.7 86.7 98.0

berat 2 2.0 2.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status gizi * menarche dini 98 100.0% 0 .0% 98 100.0%


paparan media massa *
98 100.0% 0 .0% 98 100.0%
menarche dini

aktivitas fisik * menarche dini 98 100.0% 0 .0% 98 100.0%

status gizi * menarche dini

Crosstab
menarche dini

tidak ya Total

status gizi sangat kurus Count 4 0 4

Expected 2.2 1.8 4.0

Count 100.0% .0% 100.0%

% within status gizi 7.4% .0% 4.1%

% within menarche dini

kurus Count 1 0 1
99

Expected Count .6 .4 1.0

% within status gizi 100.0% .0% 100.0%

% within menarche dini 1.9% .0% 1.0%

normal Count 33 10 43

Expected Count 23.7 19.3 43.0

% within status gizi 76.7% 23.3% 100.0%

% within menarche dini 61.1% 22.7% 43.9%

gemuk Count 16 25 41

Expected Count 22.6 18.4 41.0

% within status gizi 39.0% 61.0% 100.0%

% within menarche dini 29.6% 56.8% 41.8%

obesitas Count 0 9 9

Expected Count 5.0 4.0 9.0

% within status gizi .0% 100.0% 100.0%

% within menarche dini .0% 20.5% 9.2%

Total Count 54 44 98

Expected Count 54.0 44.0 98.0

% within status gizi 55.1% 44.9% 100.0%

% within menarche dini 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 27.544


a
4 .000

Likelihood Ratio 33.346 4 .000


Linear-by-Linear Association 24.671 1 .000

N of Valid Cases 98

a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .45.
100

paparan media massa * menarche dini


Crosstab

menarche dini

tidak ya Total

paparan media massa paparan rendah Count 30 13 43

Expected Count 23.7 19.3 43.0

% within paparan
69.8% 30.2% 100.0%
media massa

% within menarche dini 55.6% 29.5% 43.9%

paparan tinggi Count 24 31 55

Expected Count 30.3 24.7 55.0

% within paparan
43.6% 56.4% 100.0%
media massa

% within menarche dini 44.4% 70.5% 56.1%

Total Count 54 44 98
Expected Count 54.0 44.0 98.0

% within paparan
55.1% 44.9% 100.0%
media massa

% within menarche dini 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact
Value df Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.661a 1 .010

Continuity Correctionb 5.646 1 .017

Likelihood Ratio 6.779 1 .009

Fisher's Exact Test .014 .008

Linear-by-Linear Association 6.593 1 .010

N of Valid Casesb 98

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.31.

b. Computed only for a 2x2 table


101

aktivitas fisik * menarche dini


Crosstab

menarche dini

tidak ya Total

aktivitas fisik ringan Count 4 7 11

Expected 6.1 4.9 11.0

Count 36.4% 63.6% 100.0%

% within aktivitas fisik 7.4% 15.9% 11.2%

% within menarche dini

sedang Count 49 36 85

Expected 46.8 38.2 85.0

Count 57.6% 42.4% 100.0%

% within aktivitas fisik 90.7% 81.8% 86.7%

% within menarche dini

berat Count 1 1 2

Expected 1.1 .9 2.0

Count 50.0% 50.0% 100.0%

% within aktivitas fisik 1.9% 2.3% 2.0%

% within menarche dini

Total Count 54 44 98

Expected Count 54.0 44.0 98.0

% within aktivitas fisik 55.1% 44.9% 100.0%

% within menarche dini 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.805a 2 .406

Likelihood Ratio 1.803 2 .406


Linear-by-Linear Association 1.262 1 .261

N of Valid Cases 98

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .90.
102

Frequencies
Statistics

paparan
menarche dini status gizi media aktivitas fisik
massa

N Valid 98 98 98 98

Missing 0 0 0 0

Frequency Table
menarche dini

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 54 55.1 55.1 55.1

ya 44 44.9 44.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat kurus dan kurus 4 4.1 4.1 4.1

normal 42 42.9 42.9 46.9

gemuk dan obesitas 52 53.1 53.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

paparan media massa


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid paparan rendah 43 43.9 43.9 43.9

paparan tinggi 55 56.1 56.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

aktivitas fisik
103

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ringan 11 11.2 11.2 11.2

sedang dan berat 87 88.8 88.8 100.0

Total 98 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status gizi * menarche dini 98 100.0% 0 .0% 98 100.0%


paparan media massa *
98 100.0% 0 .0% 98 100.0%
menarche dini

aktivitas fisik * menarche dini 98 100.0% 0 .0% 98 100.0%

status gizi * menarche dini


Crosstab
menarche dini

tidak ya Total

status gizi sangat kurus dan kurus Count 4 0 4

Expected Count 2.2 1.8 4.0

% within status gizi 100.0% .0% 100.0%

% within menarche dini 7.4% .0% 4.1%

Normal Count 32 10 42

Expected Count 23.1 18.9 42.0

% within status gizi 76.2% 23.8% 100.0%

% within menarche dini 59.3% 22.7% 42.9%

gemuk dan obesitas Count 18 34 52

Expected Count 28.7 23.3 52.0

% within status gizi 34.6% 65.4% 100.0%


104

% within menarche dini 33.3% 77.3% 53.1%

Total Count 54 44 98

Expected Count 54.0 44.0 98.0

% within status gizi 55.1% 44.9% 100.0%

% within menarche dini 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 19.631a 2 .000

Likelihood Ratio 21.64 2 .000


6
Linear-by-Linear Association 1 .000
19.08
4
N2 ofcells
Valid(33.3%)
Cases have expected count less than 5. The minimum
98 expected count is 1.80.
a.

paparan media massa * menarche dini

Crosstab

menarche dini

tidak ya Total

paparan media massapaparan rendahCount 30 13 43

Expected Count 23.7 19.3 43.0

% within paparan media


massa 69.8% 30.2%100.0%

% within menarche dini 55.6% 29.5% 43.9%

paparan tinggiCount 24 31 55

Expected Count 30.3 24.7 55.0

% within paparan media


43.6% 56.4% 100.0%
massa

% within menarche dini 44.4% 70.5% 56.1%

Total Count 54 44 98

Expected Count 54.0 44.0 98.0


105

% within paparan media


55.1% 44.9% 100.0%
massa

% within menarche dini 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Value df Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.661a 1 .010


Continuity Correction b
5.646 1 .017

Likelihood Ratio 6.779 1 .009

Fisher's Exact Test .014 .008

Linear-by-Linear Association 6.593 1 .010

N of Valid Casesb 98
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.31.
Computed only for a 2x2 table

aktivitas fisik * menarche dini

Crosstab

menarche dini

tidak ya Total

aktivitas fisik ringan Count 4 7 11

Expected Count 6.1 4.9 11.0

% within aktivitas fisik 36.4% 63.6% 100.0%

% within menarche dini 7.4% 15.9% 11.2%

sedang dan berat Count 50 37 87

Expected Count 47.9 39.1 87.0

% within aktivitas fisik 57.5% 42.5% 100.0%

% within menarche dini 92.6% 84.1% 88.8%

Total Count 54 44 98

Expected Count 54.0 44.0 98.0


106

% within aktivitas fisik 55.1% 44.9% 100.0%

% within menarche dini 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Value df Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.759a 1 .185


Continuity Correction b
1.009 1 .315

Likelihood Ratio 1.756 1 .185

Fisher's Exact Test .213 .158

Linear-by-Linear Association 1.741 1 .187

N of Valid Casesb 98
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.94.
Computed only for a 2x2 table
107

Lampiran 11

CURICULUM VITAE

Nama : Ega Tri Kurniati

Tempat/Tgl. Lahir : Koto Dian, 11 April 1996

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Bapak : Amsal

Nama Ibu : Evita

Alamat : Desa Koto Dian, Kec. Hamparan Rawang, Kota


Sungai Penuh, Jambi

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 118/III Cempaka ( 2000 – 2007 )


2. SMP N 4 Sungai Penuh ( 2007 – 2010 )
3. SMA N 1 Sungai Penuh ( 2010 – 2013 )
4. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas ( 2013 – sekarang )

Anda mungkin juga menyukai