Anda di halaman 1dari 166

SKRIPSI

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PROSES PENYAKIT


DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK RUMAH
SAKIT KHUSUS PARU SUMATERA BARAT
TAHUN 2016

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

FITRIA ANANDA PUTRI


1210322012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SKRIPSI

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PROSES PENYAKIT


DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK RUMAH
SAKIT KHUSUS PARU SUMATERA BARAT
TAHUN 2016

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

FITRIA ANANDA PUTRI


1210322012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SKRIPSI
HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PROSES PENYAKIT DENGAN
KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT KHUSUS PARU
SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep) pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

FITRIA ANANDA PUTRI


1210322012

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
ANDALAS
2017
1210322012
.i

_r•-,- '
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan rahmat Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk Nya. Salawat serta salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan
hidayah-Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat Tahun 2016. Terima kasih yang sebesar-besarnya
peneliti ucapkan kepada Ibu Esi Afriyanti, S.Kp, M.Kes dan Ibu Ns. Esthika
Ariany Maisa. S.Kep, M.Kep sebagai pembimbing peneliti yang telah dengan
telaten dan penuh kesabaran membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing
Akademik, Ibu Nelwati, S.Kp, MN yang telah banyak memberi motivasi, nasehat
dan bimbingan selama peneliti mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas. Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas.
2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, M.Kep selaku Koordinator Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
3. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.
5. Direktur Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat beserta jajarannya,
kepada Bapak Rustam, Ibu Een, Ibu Net, Uni Rida, kak Eri, dokter Yanda,
dan segenap petugas Rumah Sakit Khusus Paru yang telah membantu peneliti
dalam melaksanakan penelitian.
6. Pasien PPOK yang telah berkenan menjadi responden pada penelitian yang
peneliti lakukan. Semoga segera diberi kesembuhan oleh Allah SWT.
7. Orang tua (Bapak Imrial dan Ibu Sri Zarnetti) dan adik-adik (Aprilia Sari dan
Ayu Septriandini) tercinta yang selama ini selalu memberikan dukungan
maksimal dan doa tulus kepada peneliti dalam seluruh tahapan proses
penyusunan skripsi ini. Doa papa, doa mama, dukungan adik-adik, serta
keluarga besar yang memberikan semangat dan doa terbaik untuk peneliti.
8. Bapak Ns. Randy Refnandes, M.Kep yang selalu menanyakan kapan akan
ujian hasil. Terimakasih atas dorongannya Pak. Selanjutnya kepada keluarga
besar SAKURA yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
9. Sahabat tercinta A-ncak (Qifti, Rara, Rani, Wilda, Jija) yang selalu memberi
semangat dan do’a kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
10. Partner seperjuangan, squad Februari (InsyaAllah) : Uluk, kak Lola, Iin,
Wira, Ika, Aan, Ganda, Luthvi, Monic, yang bersama-sama memperjuangkan
skripsi.
11. Sahabat-sahabat dan seluruh teman-teman angkatan A 2012 Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas dalam kekompakan, dukungan dan
kebersamaan yang diberikan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan semoga kebaikan, semangat, dan do’a yang telah diberikan kepada
peneliti dibalas oleh Allah SWT., amiin.

Padang, Januari 2017

Peneliti
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JANUARI 2017

Nama : Fitria Ananda Putri


No. BP : 1210322012

Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas Hidup


Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat Tahun 2016

ABSTRAK
Kualitas hidup pada pasien PPOK akan terganggu dan jauh lebih
memburuk seiring dengan meningkatnya keparahan penyakit. Kecemasan
merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien PPOK.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kecemasan tentang proses penyakit
dengan kualitas hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di
Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016. Jenis penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara terpimpin, instrumen penelitian terdiri dari kuesioner BAI (Beck
Anxiety Inventory) untuk mengukur kecemasan dan kuesioner SGRQ-C (St.
George’s Respiratory Questionnaire for COPD Patients) untuk mengukur
kualitas hidup. Populasi 148 orang, sampel 43 orang, diambil dengan cara
purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan lebih dari separuh pasien (71,1%)
memiliki kecemasan rendah, dan lebih dari separuh pasien (51,2%) memiliki
kualitas hidup baik. Teknik analisa menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan p<0,05. Kesimpulan, ada hubungan bermakna antara kecemasan
dengan kualitas hidup (p=0,000). Disarankan kepada pihak Rumah Sakit untuk
memberikan konseling tentang manajemen PPOK kepada pasien PPOK dan
keluarganya, terutama pasien lansia untuk mengurangi dampaknya terhadap
penurunan kualitas hidup.

Kata Kunci : kecemasan, kualitas hidup, penyakit paru obstruktif kronik


Daftar Pustaka : 54 (2003 - 2016)
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
JANUARY 2017

Name : Fitria Ananda Putri


Registered Number : 1210322012

Anxiety of Disease Process with Quality of Life in Patients with Chronic


Obstructive Pulmonary Disease (COPD) in the Polyclinic Special Lung
Hospital, West Sumatra

ABSTRACT
Quality of life in patients with COPD will be disrupted and much worse
with the increasing severity of the disease. Anxiety is one of the factors that may
impair the quality of life of patients with COPD. The study aim to know
relationship between anxiety of disease process with quality of life in people with
COPD, design of the study is analytic research with cross sectional approach.
Research instrument consisted of questionnaire BAI (Beck Anxiety Inventory) to
measure anxiety and SGRQ-C (St. George’s Respiratory Questionnaire for COPD
Patients) to measure quality of life. The study samples of 43 peoples taken by
purposive sampling. Results of the study found more than half of patients (71.1%)
has particularly low anxiety, and more than half of patients (51.2%) had a good
quality of life. Statistical analysis using the Chi-Square test, with the significance
level p<0,05. Conclusion, there is significant relationship between anxiety and
quality of life. Based on the research results, it is recommended to the hospital to
provide information about managing COPD for patients with COPD and their
families, especially an older patient to reduce the impacts of decreased quality of
life.

Keywords : anxiety, quality of life, chronic obstructive pulmonary disease


Bibliography : 54 (2003 - 2016)
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam........................................................................................i


Halaman Prasyarat Gelar.....................................................................................ii
Lembar Persetujuan Pembimbing......................................................................iii
Lembar Penetapan Penguji..................................................................................iv
Ucapan Terima Kasih............................................................................................v
Abstrak..................................................................................................................vii
Abstract.................................................................................................................viii
Daftar isi.................................................................................................................ix
Daftar tabel..........................................................................................................xiii
Daftar bagan........................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
1. Definisi..................................................................................................10
2. Etiologi dan Faktor Risiko.....................................................................11
3. Patofisiologi...........................................................................................15
4. Manifestasi Klinis..................................................................................17
5. Derajat PPOK........................................................................................21
6. Komplikasi.............................................................................................22
7. Masalah Psikososial pada PPOK...........................................................22

B. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup.........................................................................24
2. Kualitas Hidup Pasien PPOK................................................................25
3. Faktor yang Mmempengaruhi Kualitas Hidup......................................26
4. Pengukuran Kualitas hidup Pasien PPOK.............................................31
C. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan...............................................................................37
2. Tingkat Kecemasan...............................................................................38
3. Penilaian Kecemasan.............................................................................40
4. Kecemasan pada PPOK.........................................................................49
5. Pengukuran Ansietas pada PPOK..........................................................50

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Teori...........................................................................................52
B. Kerangka Konsep Penelitian......................................................................55
C. Hipotesis Penelitian....................................................................................55

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...........................................................................................56
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................56
C. Populasi dan Sampel..................................................................................56
D. Variabel Penelitian.....................................................................................59
E. Definisi Operasional...................................................................................60
F. Instrumen Penelitian...................................................................................60
G. Etika Penelitian..........................................................................................64
H. Metode Pengambilan Data.........................................................................65
I. Teknik Pengolahan Data............................................................................67
J. Analisis Data..............................................................................................68

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Penelitian...........................................................................69
B. Karakteristik Pasien........................................................................................69
C. Analisa Univariat........................................................................................71
D. Analisa Bivariat..........................................................................................72

BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat
tahun 2016.......................................................................................................75
B. Gambaran Kecemasan tentang Proses Penyakit pada Pasien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah
Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016........................................................79
C. Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah sakit
Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016........................................................82
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................85
B. Saran...........................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................87
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Telah Selesai Penelitian
Lampiran 5. Kartu Bimbingan Proposal dan Skripsi
Lampiran 6. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Informed Consent
Lampiran 8. Instrument Penelitian
Lampiran 9. Master Tabel
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik
Lampiran 11. Tabel Bantu
Lampiran 12. Curiculum Vitae
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Sesak Menurut British Medical Research Council (MRC)......20
Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)........................21
Tabel 2.3 Bobot Item Kuesioner SGRQ-C.........................................................32

Tabel 2.4 Respons Fisiologis, Perilaku, Kognitif, dan Afektif untuk


Kecemasan..........................................................................................41
Tabel 2.5 Gangguan Fisik berhubungan dengan Kecemasan.............................44
Tabel 4.1 Definisi Operasional............................................................................60

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia, Jenis


Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Merokok, Derajat PPOK,
dan Lama Didiagnosa PPOK di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru
Sumatera Barat Tahun 2016................................................................71
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru
Sumatera Barat tahun 2016.................................................................72
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kecemasan tentang Proses Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru
Sumatera Barat tahun 2016.................................................................73
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pasien berdasarkan Kecemasan tentang Proses
Penyakit dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun
2016.....................................................................................................73
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Teoritis......................................................................................54


Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................55
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-

menerus yang biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi

kronis pada saluran napas dan paru-paru terhadap partikel atau gas yang beracun

(Global Initiative for Obstructive Lung Disease, 2015). Prevalensi dan beban

PPOK diproyeksikan meningkat di dekade mendatang akibat paparan terus-

menerus dari faktor risiko PPOK dan penuaan dari populasi dunia (World Health

Organization, 2009). Seringkali, prevalensi PPOK secara langsung berkaitan

dengan prevalensi merokok, meskipun di banyak negara, polusi udara di luar

ruangan dan dalam ruangan, pekerjaan, polusi yang dihasilkan dari pembakaran

kayu dan biomassa bahan bakar lainnya, merupakan faktor risiko utama PPOK.

Prevalensi kejadian PPOK di dunia rata-rata berkisar 3-11% (Global

Initiative for Obstructive Lung Disease (GOLD), 2015). Pada tahun 2013, di

Amerika Serikat PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga, dan lebih dari

11 juta orang telah didiagnosis dengan PPOK (American Lung Association,

2013). Menurut data penelitian dari Regional COPD Working Group (2007) yang

dilakukan di 12 negara di Asia Pasifik rata-rata prevalensi PPOK sebesar 6,3%


dengan yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura, dan tertinggi di

Vietnam sebanyak 6,7%.

Prevalensi PPOK di Indonesia menunjukkan sebanyak 5,6% atau 4,8 juta

kasus untuk PPOK derajat sedang sampai berat (Regional COPD Working

Group, 2007). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas), pada tahun 2013

angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab

kematian di Indonesia dan prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7% (Riskesdas,

2013). Provinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 berdasarkan jumlah

penderita PPOK di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 3,0% (RisKesDas,

2013).

PPOK merupakan salah satu penyakit kronik. Masalah-masalah yang

ditimbulkan penyakit kronik dapat mempengaruhi individu sepanjang hidupnya

(Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2010). Pada pasien dengan PPOK sering

mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-harinya (Activity Daily

Living (ADL)) yang disebabkan oleh dispnue. Selain dispnue karena obstruksi

udara, penurunan kondisi fisik dan disfungsi otot rangka merupakan salah satu

ciri khas dari PPOK (Amoros, 2008).

Pada tahun 2007, National Institutes of Health National Heart, Lung &

Blood Institute melakukan survei pada sekelompok pasien PPOK. Dari survei

didapatkan hasil 60% melaporkan adanya keterbatasan fisik dalam melakukan

kegiatan, 45% melaporkan keterbatasan dalam melakukan kegiatan sosial, 36%

dari mereka yang dibawah usia 65 tahun tidak mampu bekerja dan 13%
melaporkan pernah dirawat di rumah sakit dalam satu tahun terakhir (National

Institutes of Health National Heart, Lung & Blood Institute, 2007). Seiring

dengan meningkatnya prevalensi PPOK dan sifat penyakitnya yang kronis, fokus

penanganan PPOK bergeser penekanannya dari pengobatan dan memperpanjang

harapan hidup kini mulai berfokus pada meningkatkan kualitas hidup (Quality of

Life (QoL)).

Kualitas hidup (QoL) merupakan kondisi status kesehatan gabungan dari

beberapa dimensi yang dialami oleh pasien yang menderita suatu penyakit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai bukan

hanya tidak adanya penyakit atau kecacatan, tetapi kondisi yang dilengkapi

dengan psikis, mental dan kesejahteraan sosial (WHO, 1958 dalam Megari, K.,

2013). Definisi Kualitas Hidup (QoL) lebih kompleks. Menurut WHO, kualitas

hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam

kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan

dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kepentingan

(WHO, 1996 dalam Megari, K., 2013). Kualitas hidup adalah perasaan kepuasan

hidup secara keseluruhan, sebagaimana ditentukan oleh peringatan mental

individu terhadap hidupnya yang sedang dievaluasi (Meeberg GA., 1993 dalam

Megari, K., 2013).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ferrer et al (2002) dalam Jones, P.W

(2008), menyatakan bahwa PPOK adalah salah satu faktor yang bertanggung

jawab dalam mengurangi kualitas hidup pada pasien dalam studi mereka.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pada stadium 3 penyakit PPOK

perubahan yang cukup besar terjadi pada kualitas hidup pasien dibandingkan

dengan pasien PPOK stadium 2 (Antonelli-Incalzi, R. et al, 2003 dalam Jenkins,

C. 2009).

Kualitas hidup (QOL) merupakan domain yang penting untuk mengukur

dampak dari penyakit kronis. Instrumen penyakit baik umum dan spesifik telah

digunakan untuk mengukur QOL pada pasien dengan PPOK (Deyo, R, 1991 &

Guyatt, G, 1993 dalam Zamzam, M. A., 2012). Di antara kuesioner penyakit

tertentu yang sering digunakan untuk mengevaluasi QOL pasien paru adalah St.

George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ). Sebuah versi baru dari SGRQ,

sekarang telah tersedia yaitu SGRQ-C yang spesifik hanya untuk pasien PPOK

(Griffith, L., 2003 dalam Zamzam, M. A., 2012).

Kualitas hidup pada pasien dengan PPOK akan terganggu dan jauh lebih

memburuk dengan meningkatnya keparahan penyakit. Peningkatan keparahan

PPOK dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam skor SGRQ-C

(Zamzam, M. A., 2012).

Miravitlles dalam Bentsen (2010) juga melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien PPOK dengan

menggunakan the St. George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ) yang

menyebutkan bahwa batuk kronis, dispnue, dan pengobatan merupakan variabel

yang sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien PPOK. Disamping itu,

faktor lain yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien PPOK adalah usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, merokok, respons emosional (depresi dan

kecemasan), lama menderita PPOK, dan pekerjaan (Ferres, 2002; Meilan, 2007;

Zahran, 2005; Holm, 2009 dalam Rini, I.S, 2011). Sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Yohanes dalam Rini, I. S (2011) menyebutkan bahwa keparahan

PPOK dampaknya terhadap kualitas hidup tidak dapat diprediksi oleh tes fungsi

paru-paru saja melainkan lebih dipengaruhi oleh kemampuan melakukan aktifitas

sehari-hari dan status emosional pasien PPOK.

PPOK adalah penyakit seumur hidup yang dapat mempengaruhi seluruh

aspek kehidupan termasuk emosi, kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan,

hubungan seksual, hubungan sosial kemasyarakatan, dan tingkat kemerdekaan

yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup (Jones, 2008). Pasien dengan

PPOK, selain mengalami masalah fisik, juga menimbulkan perubahan pada aspek

psikososial penderitanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cully

(2005) mendapatkan hasil bahwa salah satu tekanan psikologis yang dialami

pada pasien PPOK adalah kecemasan.

Kunik et al (2005) dalam penlitiannya terhadap 1334 orang dengan

penyakit PPOK yang mendapatkan perawatan di The Michael E. Debakey

Veterans Affairs Medical Center (MEDVAMC), mendapatkan hasil bahwa 80%

pasien mengalami depresi, ansietas, atau keduanya. Masalah ansietas juga

dialami oleh pasien yang dalam keadaan stabil, dengan tingkat kecemasan yang

lebih rendah. Peningkatan ansietas didukung oleh ketakutan pasien tarhadap

kesulitan bernapas. Penelitian ini juga menemukan bahwa ansietas juga


merupakan respons yang berhubungan dengan panik dan ketidakberdayaan

(Willgoss, Yohannes, Goldbart, & Fatoye, 2012). Gudmundsson et al (2005)

dalam penelitiannya menemukan bahwa ansietas juga meningkatkan faktor risiko

terjadinya rehospitalisasi (perawatan ulang) pada pasien dengan status kesehatan

yang buruk.

Hill, Geist, Goldstein, & Lacasse (2008) melakukan studi literatur dengan

hasil yang di dapat menunjukkan bahwa prevalensi ansietas pada PPOK berkisar

2 – 96%, prevalensi gangguan kecemasan umum 10 – 33%, dan prevalensi

gangguan panik berkisar 8 – 67% (Hill, Geist, Goldstein, & Lacasse, 2008).

Eisner, et al (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan di wilayah Amerika

Latin, dengan melibatkan 1202 pasien PPOK dan 302 orang tanpa PPOK sebagai

variabel kontrol, mendapatkan hasil bahwa prevalensi ansietas pada pasien

PPOK (15%) jauh lebih tinggi dari pada variable kontrol (6%), dan pasien PPOK

dengan ansietas yang menunjukkan perubahan gejala fisiologis seperti

berkeringat dan ketegangan otot dapat sangat mempengaruhi status kesehatan

fisik, kinerja olahraga dan keterbatasan fungsional.

Ansietas merupakan masalah psikososial yang pada dasarnya merupakan

respons individu terhadap stres. Namun bila tidak diatasi, dapat berakibat

terhadap penurunan status kesehatan pasien. Thomas George Willgoss, T.G &

Yohannes, A.M (2013) menyatakan bahwa penyebab kecemasan pada pasien

PPOK, meliputi : gejala yang parah dan keterbatasan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari, frekuensi yang lebih tinggi untuk rawat inap, dan sifat penghentian

penyakit secara progresif.

Salah satu rumah sakit di Sumatera Barat yang menjadi tujuan bagi pasien

PPOK untuk menjalani rawat jalan adalah Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera

Barat. Data pasien PPOK yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Khusus

Paru Sumatera Barat pada tahun 2015 adalah sebanyak 148 orang.

Pasien dengan PPOK mendapatkan pengobatan secara terus-menerus

sepanjang hidupnya karena sifat penyakit PPOK yang irreversibel dan sifat

penghentian secara progresif dari penyakit (Miravitless dalam Bentsen, 2010).

Pasien lama yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera

Barat melakukan kontrol dan pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali.

Survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 3 Sepetember 2016 di

Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat terhadap 10 orang pasien

PPOK stabil, dari hasil wawancara didapatkan 6 diantaranya mengatakan cemas

saat mengalami sesak napas serta mengeluarkan keringat dingin, sedangkan 4

lainnya mengatakan tidak merasa cemas saat sesak napas karena sudah terbiasa.

Selain itu 8 diantaranya mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari

seperti berjalan dan bekerja dikarenakan sesak napas yang kambuh saat

melakukan aktivitas. Sementara 2 lainnya mengatakan masih bisa melakukan

aktivitas ringan dan berjalan. Sebanyak 8 orang dari 10 responden menyatakan

merasa terganggu dalam pemenuhan pengobatannya yang rutin kontrol satu

bulan sekali.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana “Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas

Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah sakit

Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah : apakah terdapat hubungan kecemasan tentang proses

penyakit dengan kualitas hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan

tentang proses penyakit dengan kualitas hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien dengan Penyakit

Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru

Sumatera Barat.
b. Mengetahui distribusi frekuensi kecemasan tentang proses penyakit pada

pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit

Khusus Paru Sumatera Barat.

c. Mengetahui hubungan antara kecemasan tentang proses penyakit dengan

kualitas hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di

Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Kegiatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, serta wawasan

dan pengalaman yang lebih luas bagi peneliti, khususnya tentang hubungan

kecemasan tentang proses penyakit dengan kualitas hidup pasien Penyakit

Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru

Sumatera Barat tahun 2016.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan khususnya

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dan menjadi referensi tambahan

di perpustakaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

bagi peneliti selanjutnya dan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

memperkaya dan memperluas pengetahuan tentang hubungan kecemasan

terhadap proses penyakit dengan kualitas hidup pasien Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera

Barat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

1. Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

dicegah dan dapat diobati yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara

kronis yang tidak sepenuhnya reversibel (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Keterbatasan aliran udara biasanya progresif dan berhubungan dengan respon

inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas, terutama disebabkan

oleh merokok. PPOK juga menghasilkan beberapa efek sistemik signifikan

yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan penyakit yang ditunjukkan

pasien (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Pada pasien dengan PPOK, batuk dan produksi sputum dapat

mendahului keterbatasan aliran udara dan beberapa pasien mungkin

menunjukkan keterbatasan aliran udara yang signifikan tanpa batuk kronis dan

produksi sputum. Pasien mungkin memiliki dominasi salah satu kondisi ini,

namun pada kenyataannya seringkali sulit untuk menentukannya karena

kondisi atau gejala biasanya hidup berdampingan (Lewis, S.L., dkk., 2011).
2. Etiologi dan Faktor Risiko

Merokok. Faktor risiko utama bagi pengembangan PPOK adalah

merokok. Prevalensi PPOK lebih dari empat kali pada kalangan perokok

dibandingkan bukan perokok (Lewis, S.L., dkk., 2011). Asap rokok memiliki

beberapa efek langsung pada saluran repirasi. Efek iritasi dari asap rokok

menyebabkan hiperplasia sel, termasuk sel-sel goblet, yang kemudian

menyebabkan peningkatan produksi mukus. Hiperplasia mengurangi diameter

saluran napas dan meningkatkan kesulitan dalam membersihkan sekresi

(Lewis, S.L., dkk., 2011). Merokok mengurangi aktivitas silia dan dapat

menyebabkan kerugian aktual silia. Merokok juga menghasilkan pelebaran

abnormal ruang udara distal dengan kerusakan dinding alveolar. Banyak sel

berkembang lebar, inti atipikal, yang semua dianggap sebagai kondisi pra

kanker (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Setelah beberapa saat seseorang merokok, perubahan fungsi saluran

napas kecil dapat berkembang. Pada tahap awal perubahan ini sebagian besar

terjadi karena inflamasi dengan edema mukosa dan masuknya sel-sel

inflamasi (Lewis, S.L., dkk., 2011). Pada stadium lanjut, penebalan dinding

saluran napas terjadi dengan proses renovasi yang berkaitan dengan perbaikan

jaringan dan ketidakmampuan silia untuk membersihkan sputum, sehingga

mengakibatkan akumulasi eksudat inflamasi dalam lumen saluran napas.


Berhenti merokok dapat mencegah atau menunda perkembangan keterbatasan

aliran udara atau mengurangi perkembangannya (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Okupasi Kimia dan Debu. Jika seseorang memiliki pajanan intens atau

berkepanjangan berbagai debu, uap, iritan, atau asap di tempat kerja, PPOK

bisa berkembang secara mandiri tanpa merokok. Jika orang tersebut merokok,

risiko PPOK meningkat (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Pencemaran udara. Tingginya tingkat pencemaran udara perkotaan

berbahaya bagi orang-orang dengan penyakit paru-paru yang ada (Lewis, S.L.,

dkk., 2011). Namun, efek dari polusi udara luar sebagai faktor risiko PPOK

tampaknya lebih kecil dibandingkan dengan efek merokok. Faktor risiko lain

untuk pengembangan PPOK adalah bahan bakar fosil yang digunakan untuk

pemanasan ruangan dan memasak. Banyak wanita, terutama di seluruh dunia,

yang tidak pernah merokok namun mengalami pengembangan PPOK karena

memasak dengan bahan bakar fosil di ruangan dengan ventilasi yang buruk

(Lewis, S.L., dkk., 2011).

Infeksi. Infeksi merupakan faktor risiko untuk pengembangan PPOK.

Infeksi berulang saluran pernafasan yang parah di masa kecil telah dikaitkan

dengan fungsi paru-paru yang berkurang dan peningkatan gejala pernafasan

di masa dewasa (Lewis, S.L., dkk., 2011). Setelah memulai faktor, seperti

infeksi pernapasan pada saat anak-anak atau merokok, maka mekanisme

pertahanan paru-paru normal akan terganggu dan mikroba menyerang,


menyiapkan siklus peradangan kronis dan infeksi (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Mikroba yang sama adalah penyebab eksaserbasi akut PPOK yang lebih

mengintensifkan kerusakan jaringan paru-paru dan perkembangan PPOK.

Mikroba yang paling umum yang terkait dengan eksaserbasi adalah

Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis,

dan rhinovirus (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Genetika. Fakta bahwa persentase yang relatif kecil dari perokok

mendapatkan PPOK menunjukkan bahwa ada faktor genetik yang

mempengaruhi perokok mendapatkan penyakit (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Karena interaksi genetik dengan lingkungan, dua orang yang mungkin

memiliki riwayat merokok yang sama, tetapi hanya satu orang yang

mengalami PPOK. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa karena

predisposisi genetik, orang-orang tertentu hidup lebih lama dan hal ini

mempengaruhi perokok atau orang yang mengidap PPOK (Lewis, S.L., dkk.,

2011).

Defisiensi α1-Antitrypsin (AAT). Defisiensi α1-Antitrypsin (AAT)

merupakan faktor risiko genetik yang mengarah ke PPOK. Kekurangan AAT

adalah gangguan resesif autosomal yang dapat mempengaruhi paru-paru atau

hati (Lewis, S.L., dkk., 2011). Sekitar 3% dari semua orang didiagnosis

dengan PPOK mungkin memiliki kekurangan AAT yang tidak terdeteksi

(Lewis, S.L., dkk., 2011). Juga dikenal sebagai α1-protease inhibitor, AAT
adalah protein serum yang diproduksi oleh hati dan biasanya ditemukan di

paru-paru. Kekurangan AAT yang parah menyebabkan emfisema bulosa dini

di paru-paru yang ditemukan melalui X-ray. Biasanya AAT menghambat

kerusakan jaringan paru-paru oleh enzim proteolitik dari neotrophils dan

makrofag. Merokok sangat memperburuk proses penyakit pada pasien ini

(Lewis, S.L., dkk., 2011).

Penuaan. Beberapa derajat emfisema adalah umum pada paru-paru

orang tua, bahkan bukan perokok (Lewis, S.L., dkk., 2011). Penuaan

merupakan hasil dalam perubahan struktur paru-paru, dinding dada, dan otot-

otot pernapasan. Seiring bertambahnya usia ada kerugian bertahap dari

elastisitas paru-paru (Lewis, S.L., dkk., 2011). Paru-paru menjadi lebih bulat

dan lebih kecil. Jumlah alveoli fungsional menurun sehingga perangkat

saluran udara kehilangan jaringan pendukung (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) juga

menjelaskan bahwa prevalensi PPOK meningkat pada usia di atas 40 tahun

daripada mereka yang berusia di bawah 40 tahun, dan lebih tinggi pada laki-

laki dibandingkan dengan perempuan (GOLD, 2008).

Perubahan rongga toraks hasil dari osteoporosis dan kalsifikasi

kartilago kosta (Lewis, S.L., dkk., 2011). Sangkar toraks tersebut mengeras

dan kaku, dan tulang rusuk yang kurang bergerak. Bentuk tulang rusuk

bertahap berubah karena volume residu meningkat (RV), menyebabkan ia


berkembang dan menjadi bulat (Lewis, S.L., dkk., 2011). Kesesuaian dada

menurun dan elastisitas dari paru-paru yang disebabkan oleh penuaan

mempengaruhi aspek mekanik ventilasi dan peningkatan kerja pernapasan.

Perubahan elastisitas paru-paru mengurangi cadangan ventilasi, dan

kemampuan untuk membersihkan sekresi menurun sejalan dengan

pertambahan usia (Lewis, S.L., dkk., 2011).

3. Patofisiologi

PPOK ditandai dengan peradangan kronis yang ditemukan di saluran

udara, parenkim paru (bronkiolus dan alveoli), dan pembuluh darah paru.

Patogenesis PPOK adalah kompleks dan melibatkan banyak mekanisme

(Lewis, S.L., dkk., 2011). Manifestasi klinis pada PPOK yaitu keterbatasan

aliran udara yang sepenuhnya tidak reversibel selama pernafasan paksa

disebabkan oleh hilangnya elastisitas dan obstruksi aliran udara yang

disebabkan oleh hipersekresi mukus, edema mukosa, dan bronkospasme.

Dalam PPOK berbagai macam proses penyakit terjadi seperti keterbatasan

aliran udara, terperangkapnya udara, kelainan pertukaran gas, hipersekresi

mukus, dan pada penyakit hipertensi paru parah dan sistemik (Lewis, S.L.,

dkk., 2011).

Proses inflamasi dimulai dengan menghirup partikel berbahaya dan gas

(misalnya, asap rokok) yang diperbesar pada orang dengan PPOK. Proses

inflamasi yang abnormal menyebabkan kerusakan jaringan dan mengganggu


mekanisme pertahanan normal dan perbaikan proses paru-paru (Lewis, S.L.,

dkk., 2011).

Sel-sel inflamasi dominan pada PPOK adalah neutrofil, makrofag, dan

limfosit (Lewis, S.L., dkk., 2011). Pola inflamasi sel ini berbeda dari asma.

Sel-sel inflamasi menarik mediator inflamasi lainnya (misalnya, leukotrien,

interleukin). Hasil proses inflamasi ini mengalir ke sitokin proinflamasi

seperti faktor tumor nekrosis yang diaktifkan. Selain itu, faktor pertumbuhan

dibawa ke daerah tersebut dan diaktifkan yang mengakibatkan perubahan

struktural dalam paru-paru (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Proses inflamasi juga dapat diperbesar oleh stres oksidatif (Lewis,

S.L., dkk., 2011). Oksidan dihasilkan oleh asap rokok dan partikel inhalasi

lain yang dilepaskan dari sel-sel inflamasi, seperti makrofag dan neutrofil,

selama inflamasi. Stres oksidatif mempengaruhi paru-paru karena

menginaktivasi antiprotease (yang mencegah destuksi alami paru-paru),

merangsang sekresi sputum, dan meningkatkan cairan di paru-paru (Lewis,

S.L., dkk., 2011).

Setelah menghirup oksidan dalam tembakau atau polusi udara,

aktivitas protease (yang memecah jaringan ikat dari paru-paru) meningkat dan

antiprotease (yang melindungi terhadap resiko breakdown) terhambat. Oleh

karena itu keseimbangan alam protease /antiprotease berujung pada


mendukung penghancuran alveoli dan hilangnya elastisitas paru-paru (Lewis,

S.L., dkk., 2011).

Ketidakmampuan untuk mengeluarkan udara merupakan karakteristik

utama dari PPOK (Lewis, S.L., dkk., 2011). Penyebab utama dari keterbatasan

aliran udara yaitu saluran udara yang lebih kecil dan karena perbaikan.

Saluran udara perifer menjadi terhambat, udara semakin terperangkap selama

ekspirasi. Udara residu menjadi signifikan pada penyakit yang berat sebagai

lampiran alveolar ke saluran udara kecil. Udara residual, dikombinasikan

dengan hilangnya elastisitas, membuat sulit berakhirnya udara pasif dan udara

yang terperangkap di paru-paru. Hiperekspansi dada dan berbentuk barel

menjadikan otot pernafasan tidak mampu berfungsi secara efektif (Lewis,

S.L., dkk., 2011). Kapasitas residual fungsional meningkat dan pasien

sekarang berusaha untuk bernapas ketika paru-paru berada dalam keadaan

“over inflasi”, sehingga muncul dispnea dan kapasitas latihan terbatas pada

pasien (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Produksi sputum berlebih, yang mengakibatkan batuk produktif kronis,

adalah fitur dari individu dengan bronkitis kronis dominan dan belum tentu

terkait dengan keterbatasan aliran udara (Lewis, S.L., dkk., 2011). Namun,

tidak semua pasien PPOK memiliki produksi sputum. Produksi sputum

berlebih adalah hasil dari peningkatan jumlah sel goblet penghasil mukus dan

kelenjar submukosa membesar, yang menanggapi iritasi kronis asap atau


inhalansia lainnya. Selain itu, disfungsi silia menyebabkan batuk kronis dan

produksi sputum. Beberapa mediator inflamasi juga merangsang produksi

sputum (Lewis, S.L., dkk., 2011).

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari PPOK biasanya berkembang secara perlahan

sekitar berusia 50 tahun setelah merokok 20 pack/tahun (Lewis, S.L., dkk.,

2011). Diagnosis PPOK harus dipertimbangkan dalam setiap pasien yang

memiliki gejala batuk, produksi sputum, atau dipsnue, dan / atau riwayat

paparan faktor risiko untuk penyakit ini. Batuk intermitten kronis biasanya

terjadi pada pagi hari dan mungkin atau tidak mungkin produktif dalam

jumlah kecil terdapat lendir yang lengket. Gejala-gejala ini dapat terjadi

bertahun-tahun sebelum keterbatasan aliran udara yang sebenarnya (Lewis,

S.L., dkk., 2011).

Biasanya dipsnea bersifar progresif, yang terjadi dengan pengerahan

tenaga, dan hadir setiap hari (Lewis, S.L., dkk., 2011). Pasien biasanya

mengabaikan gejala dan merasionalisasi bahwa “Aku semakin tua” dan “Aku

tidak lagi bugar”. Mereka mengubah perilaku untuk menghindari dipsnea,

seperti menggunakan lift. Secara bertahap dipsnea mengganggu kegiatan

sehari-hari, seperti membawa tas belanjaan, dan mereka tidak bisa berjalan

secepat pasangan atau teman-teman mereka. Namun, saat dipsnea memburuk,

pasien biasanya mencari bantuan medis dan dapat didiagnosis dengan PPOK.
Individu biasa lainnya tidak mengalami dipsnea, batuk, atau produksi sputum

dan mungkin tidak mencari bantuan sampai mereka memiliki infeksi

pernafasan (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Pada tahap akhir dari PPOK, dipsnea dapat hadir pada saat istirahat.

Karena alveoli menjadi terlalu besar, karena meningkatnya jumlah udara yang

terperangkap (Lewis, S.L., dkk., 2011). Hal ini menyebabkan diafragma rata

dan pasien harus bernapas dari paru-paru yang sebagiannya membengkak.

Pernapasan perut yang efektif dapat menurun karena diafragma datar dari

paru-paru yang terlalu besar. Orang menjadi lebih sering menggunakan

pernafasan dada, mengandalkan otot interkostal dan aksesori. Namun,

pernapasan dada tidak efisien untuk bernapas (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Mengi dan sesak napas mungkin ada, tapi mungkin berbeda di setiap

saat sepanjang hari atau dari hari ke hari, terutama pada pasien dengan

penyakit yang lebih parah. Mengi yang mungkin timbul dari daerah laring,

atau mengi mungkin tidak hadir pada auskultasi. Dada sesak, untuk yang

sering mengikuti aktivitas, mungkin merasa mirip dengan kontraksi otot

(Lewis, S.L., dkk., 2011).

Seseorang dengan PPOK lanjutan sering mengalami kehilangan berat

badan dan anoreksia. Bahkan ketika pasien memiliki asupan kalori yang

memadai, penurunan berat badan masih terjadi. Kelelahan merupakan gejala

yang sangat umum yang mempengaruhi kegiatan pasien sehari-hari.


Hemoptisis dapat terjadi selama infeksi saluran pernapasan (Lewis, S.L., dkk.,

2011).

Selama pemeriksaan fisik pernapasan fase ekspirasi, pengeluaran

bunyi atau suara nafas menurun yang tercatat pada segala bidang paru-paru.

Pasien mungkin perlu bernapas keras yang normal untuk auskultasi suara

napas. Diameter posterior anterior dada meningkat (dada barel) akibat udara

yang terperangkap lama (Lewis, S.L., dkk., 2011). Pasien mungkin duduk

tegak dengan lengan ditunjang pada permukaan datar seperti di atas meja

(posisi tripod). Pasien secara alami dapat mengerutkan bibir atas-bawahnya

(pursed-lip breathing) dan menggunakan otot aksesori, seperti di leher; untuk

membantu dalam inspirasi. Edema di pergelangan kaki mungkin satu-satunya

petunjuk keterlibatan jantung kanan (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Seiring waktu, hipoksemia (PaO2 <60 mmHg atau saturasi O2 <88%)

dapat berkembang dengan hiperkapnue (PaCO2> 45 mmHg) pada penyakit

beikutnya (Lewis, S.L., dkk., 2011). Warna merah-kebiruan pada kulit hasil

dari polisitemia dan sianosis. Polisitemia berkembang sebagai akibat dari

peningkatan produksi sel-sel darah merah karena tubuh berusaha untuk

mengkompensasi hipoksemia kronis. Konsentrasi hemoglobin dapat mencapai

20 g/dL (200 g/L) atau lebih. Namun, orang tersebut mungkin juga telah

menurunkan hemoglobin dan hematokrit karena anemia kronis (Lewis, S.L.,

dkk., 2011).
Tabel 2.1. Skala Sesak menurut British Medical Research Council

Skala
Keluhan Sesak Berkaitan denganAktivitas
Sesak

1 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat

2 Sesak mulai timbul jika berjalan cepat atau naik tangga 1


tingkat

3 Berjalan lebih lambat karena merasa sesak

4 Sesak timbul jika berjalan 100 meter atau setelah beberapa


menit

5 Sesak bila mandi atau berpakaian

5. Derajat PPOK

PPOK harus dipertimbangkan pada setiap orang dengan paparan faktor

risiko seperti rokok, pencemaran lingkungan atau pekerjaan, dan / atau batuk

kronis dan dyspnea. Diagnosis ditegakkan dengan spirometri apakah pasien

memiliki gejala kronis. PPOK dapat diklasifikasikan sebagai ringan, sedang,

berat, dan sangat berat. FEV1 / FEV kurang dari 70% menetapkan diagnosis

PPOK, dan tingkat keparahan obstruksi (seperti yang ditunjukkan oleh FEV 1)

menentukan tahap PPOK (Smeltzer, S., & Bare., 2008).


Tabel 2.2. Klasifikasi
Tahap
Tahap II Tahap Tahap IV
I
III

Ringan Sedang Berat Sangat


Berat

Prediksi FEV1 < 30%


atau prediksi FEV1 < 50%
Prediksi Prediksi
Prediksi + kegagalan pernapasan
FEV150% < 30% < FEV1 < 50% kronis
>80%FEV1
<80%

Pengurangan aktif faktor risiko; vaksinasi influenza


Tambahkan bronkodilator short-acting (bila diperlukan)
Tambahkan perawatan rutin dengan ≥ 1 bronkodilator
long-acting (bila diperlukan)
Tambahkan rehabilitasi
Tambahkan kortikosteroid inhalasi jika eksaserbasi berulang
Tambahkan oksigen jangka panjang jika kegagalan pernapasan kronis
Pertimbangkan
terapi bedah

(Smeltzer, S., & Bare., 2008)

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal napas kronik,

gagal napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan kor
pulmonale. Gagal napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah

berupa PaO2 < 60 mmHg dan PaCO2 > 50 mmHg, serta pH dapat normal.

Gagal napas akut pada gagal napas kronik ditandai oleh sesak napas dengan

atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan

kesadaran menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan

menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi

berulang. Selain itu, pada kondisi kronik ini imunitas tubuh menjadi lebih

rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor

pulmonale ditandai oleh P pulmonale pada EKG, hematokrit > 50%, dan

dapat disertai gagal jantung kanan (PDPI, 2011).

7. Masalah Psikososial pada PPOK

PPOK merupakan salah satu penyakit kronik, dimana pengobatan dan

perawatan pada pasien PPOK tidak menutup kemungkinan terjadinya

komplikasi yang menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya.

Penurunan kemampuan pasien PPOK dalam pemenuhan kebutuhan oksigen,

menyebabkan perubahan dalam pola napas. Adanya sesak napas, dan

kelemahan pada pasien menyebabkan perubahan pada pola hidup pasien.

Kondisi sakit, dan penyakit yang berat terutama yang dapat mengancam

kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku seperti ansietas,

shock, penolakan, marah, dan menarik diri (Potter & Perry, 2010).

Hubungan antara penyakit dengan respons emosional memiliki

hubungan yang timbal balik. Penyakit fisik dapat menimbulkan respons


psikososial akibat ketakutan terhadap kematian, ketidaktahuan, dan perubahan

peran. Namun penyakit fisik juga dapat ditimbulkan oleh respons psikologis

dan mekanisme koping yang digunakan, seperti dispneu, fatique, dan susah

tidur dapat disebabkan oleh ansietas dan depresi yang biasanya terjadi pada

pasien PPOK (Hill, Geist, Goldstein, & Lacasse, 2008).

Koping yang sehat sering menjadi tugas yang paling sulit untuk

dicapai bagi pasien dengan PPOK. Seorang dengan PPOK sering harus

berurusan dengan banyak perubahan gaya hidup yang mungkin melibatkan

penurunan kemampuan untuk merawat diri mereka sendiri, penurunan energi

untuk kegiatan sosial, dan kehilangan pekerjaan (Lewis, S.L., dkk., 2011).

Ketika seorang pasien pertama kali didiagnosis PPOK atau ketika

pasien memiliki komplikasi yang memerlukan rawat inap, perawat harus

menghadapi berbagai tanggapan emosional. Emosi yang sering ditemui

meliputi rasa bersalah, depresi, kecemasan, isolasi sosial, penolakan, dan

ketergantungan (Lewis, S.L., dkk., 2011). Rasa bersalah mungkin hasil dari

pengetahuan bahwa penyakit itu disebabkan sebagian besar oleh merokok.

Banyak pasien yang berjuang dengan depresi. Perawat harus menyampaikan

rasa pemahaman dan kepedulian kepada pasien. Pasien dengan PPOK dapat

memanfaatkan teknik manajemen stres (misalnya, pijatan, relaksasi otot

progresif) (Lewis, S.L., dkk., 2011).


B. Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Mainer (2011),

kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap posisi dirinya di

kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai diwilayah tempat

tinggalnya yang berhubungan dengan target, harapan, standar, dan

kepentingan. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung

dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi

dalam dirinya.

Kreitler & Ben (2004) dalam Nofitri (2009), kualitas hidup diartikan

sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka dalam bidang

kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi

mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana

mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar, serta

apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009).

2. Kualitas Hidup Pasien PPOK

PPOK adalah penyakit seumur hidup yang dapat mempengaruhi

seluruh aspek kehidupan termasuk emosi, kegiatan yang berhubungan dengan

pekerjaan, hubungan seksual, hubungan sosial kemasyarakatan dan tingkat

kemerdekaan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Gangguan

terhadap kesehatan dapat terbagi dalam keterbatasan kegiatan dasar sehari-


hari seperti berpakaian, mandi, mencuci, dan keterbatasan lain yang

tergantung pada keadaan individu.

Kualitas hidup (QOL) merupakan domain yang penting untuk

mengukur dampak dari penyakit kronis. Instrumen penyakit baik umum dan

spesifik telah digunakan untuk mengukur QOL pada pasien dengan PPOK

(Deyo, R, 1991 & Guyatt, G, 1993 dalam Zamzam, M. A., 2012). Di antara

kuesioner penyakit tertentu yang sering digunakan untuk mengevaluasi QOL

pasien paru adalah St. George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ). Sebuah

versi baru dari SGRQ, sekarang telah tersedia yaitu SGRQ-C yang spesifik

hanya untuk PPOK (Griffith, L., 2003 dalam Zamzam, M. A., 2012).

Pada umumnya pasien PPOK mencari pertolongan pelayanan

kesehatan karena gejala yang dirasakan yaitu dispnea, produksi dahak yang

berlebihan, dan batuk yang tak kunjung reda. Pasien PPOK pada awalnya

hanya merasakan sesak napas pada aktivitas seperti berjalan, berlari, dan naik

tangga yang dapat dihindari. Akan tetapi ketika fungsi paru semakin

memburuk, sesak napas menjadi lebih progresif dan mereka tidak dapat

melakukan aktivitas sebagaimana orang lain dapat melakukannya. Ketika

kondisi pasien PPOK semakin buruk maka akan terjadi penurunan status

kesehatan secara progresif yang akan berpengaruh terhadap kualitas

kehidupannya (Amoros, 2008).

Tekanan psikologis seperti kecemasan dan depresi yang memberikan

kontribusi besar pada kualitas hidup pasien PPOK. Kondisi cemas lebih
banyak disebabkan oleh karena gangguan fungsi fisik seperti dispnea, vitalitas

tubuh untuk terus beraktivitas yang menurun, dan kesehatan secara umum

yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yag dialami oleh pasien

PPOK. Depresi lebih banyak disebabkan oleh perasaan frustasi, putus asa,

tidak berdaya, beban finansial yang terus bertambah, dan koping mekanisme

diri yang tidak efektif (Cully, 2006).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien PPOK antara

lain (Miravitless dalam Bentsen, 2010) : batuk kronis, dispnea, dan

pengobatan. Faktor lain yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien

PPOK adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, merokok, respons

emosional (kecemasan dan depresi), lama menderita PPOK, dan pekerjaan

(Ferres, 2002; Meilan, 2007; Zahran, 2005; Holm, 2009 dalam Rini, I.S,

2011).

a. Usia

Paraskevi (2011) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas hidup. Pasien berusia lanjut lebih cenderung

mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dan cenderung depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan

adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehiduapn

yang penting bagi individu. Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh


Ryff dan Singer (1998, dalam Papalia, Sterns, Feldman, dan Camp, 2007),

individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada

usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, M., Warner,

R., Bisoffi, G., & Fontecedro, L., (20011) menemukan adanya kontribusi

dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup, yaitu dengan semakin

bertambah usia maka kualitas hidup semakin buruk karena dengan

bertambahnya usia maka adanya ketidakstabilan emosi sehingga lebih

mudah mengalami depresi yang mengakibatkan kualitas hidup buruk.

b. Jenis Kelamin

Moons, dkk (2004) dalam Noftri (2009) mengatakan bahwa gender

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Barin, dkk

(2003) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup laki-laki

dengan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik

daripada kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Barin,

Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004) menemukan bahwa

kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Fadda

dan Jiron (1999) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber

sehingga kebutuhan/ hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan

juga akan berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek

kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan

perempuan. Ryff & Singer (1998, dalam Papalia, Sterns, Feldman, &
Camp, 2007) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan

perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait

dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan

tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang

lebih baik.

c. Tingkat pendidikan

Moons, dkk (2004) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum

(2004) menemukan bahwa kualitas hidup akan meningat seiring dengan

lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu.

Penelitian yag dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani

(2007) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap

kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

d. Merokok

Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK. Perokok

mempunyai prevalensi yang lebih tinggi terjadinya kelainan fungsi paru.

Asap rokok yang dihirup akan mengganggu fungsi endotel dan

menyebabkan aliran udara menjadi terhambat, hal ini terjadi secara

progresif dan irreversibel. Berhenti merokok akan mengurangi gejala

PPOK seperti dispnea, batuk, dan penurunan FEV1, serta dapat

meningkatkan ketahanan fisik. Berhenti merokok merupakan salah satu


manajemen dari PPOK yang bertujuan untuk mengurangi gejala,

meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup (Papadopoulos et al.,

2011).

e. Respons emosional (kecemasan dan depresi)

Dalam menggambarkan efek dari kecemasan pada respon fisiologis,

tingkat kecemasan ringan dan sedang meningkatkan kapasitas seseorang.

Sebaliknya, kecemasan berat dan panik melumpuhkan atau kelebihan

kapasitas kerja. Respon fisiologis yang terkait dengan kecemasan,

termodulasi terutama oleh otak melalui sistem saraf otonom. Tubuh

menyesuaikan secara internal tanpa sadar atau upaya sukarela (Stuart, G.

W., 2013).

Dalam menggambarkan efek dari kecemasan pada respon fisiologis,

tingkat kecemasan ringan dan sedang meningkatkan kapasitas seseorang.

Sebaliknya, kecemasan berat dan panik melumpuhkan atau kelebihan

kapasitas kerja. Respon fisiologis yang terkait dengan kecemasan,

termodulasi terutama oleh otak melalui sistem saraf otonom. Tubuh

menyesuaikan secara internal tanpa sadar atau upaya sukarela (Stuart, G.

W., 2013).

f. Lama menderita PPOK

Penurunan fungsi paru pada pasien PPOK akan menyebabkan

penurunan fisiologis lainnya. Durasi berapa lama menderita PPOK secara

signifikan akan berpengaruh pada buruknya kualitas hidup penderitanya.


Kualitas hidup PPOK cenderung akan memburuk sebanding dengan durasi

penyakit dan berat kondisi yang dialaminya (Halvani et al., 2006).

Berdasarkan hasil dari sebuah penelitian didapatkan bahwa pasien

menderita PPOK <10 tahun berada pada derajat ringan dan sedang,

sedangkan pasien yang menderita PPOK >10 tahun berada pada derajat

berat hingga sangat berat (Jones et al., 2011).

g. Pekerjaan

Moons, dkk (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas

hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang

bbekerja, penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity

tertentu). Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004) menemukan

bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria

maupun wanita.

4. Pengukuran Kualitas Hidup Pasien PPOK

a. Definisi

St. George’s Respiratory Questionnaire for COPD Patients (SGRQ-

C) dikembangkan dari St. George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ)

yang dirancang untuk mengukur gangguan kesehatan pada pasien dengan

asma dan PPOK. Kuesioner ini terdir dari 2 bagian. Bagian I menghasilkan

skor untuk gejala, dan bagian II menghasilkan skor untuk aktivitas dan

dampak.
b. Struktur SGRQ-C

Bagian 1 (Pertanyaan 1-7) membahas frekuensi gejala pernapasan. Bagian

ini tidak dirancang untuk menjadi alat epidemiologi yang tepat, tapi hanya

untuk menilai persepsi pasien dari masalah pernapasan mereka baru-baru

ini.

Bagian 2 (Pertanyaan 8-14) membahas keadaan pasien saat ini (yaitu

bagaimana kondisi mereka belakangan ini). Skor kegiatan mengukur

gangguan aktivitas fisik sehari-hari. Skor dampak mencakup berbagai

gangguan fungsi psiko-sosial.

c. Bobot Item

Setiap respon kuesioner memiliki ‘bobot’ yang unik secara empiris. Bobot

terendah adalah nol dan tertinggi adalah 100.

Tabel 2.3. Bobot item kuesioner SGRQ-C


BAGIAN I

Pertanyaan 1 : Saya batuk :


Hampir setiap hari dalam seminggu 80.6
Beberapa hari dalam seminggu 46.3
Hanya ada jika infeksi dada 28.1
Tidak sama sekali 0.0
Pertanyaan 2 : Sya mengeluarkan dahak (lendir) :
Hampir setiap hari dalam seminggu 76.8
Beberapa hari dalam seminggu 46.3
Hanya ada jika infeksi dada 28.1
Tidak sama sekali 0.0
Pertanyaan 3 : Saya mengalami sesak napas :
Kebanyakan hari 87.2
Beberapa hari 50.3
Tidak sama sekali 0.0
Pertanyaan 4 : Saya menggalami serangan bengek :
Hampir setiap hari dalam seminggu 86.2
Beberapa hari dalam seminggu 71.0
Beberapa hari 45.6
Hanya ada jika infeksi dada 36.4
Tidak sama sekali 0.0
Pertanyaan 5 : Berapa kali Anda mengalami masalah
pernapasan sepanjang tahun lalu?
3 kali atau lebih 80.1
1 atau 2 kali 52.3
Tidak pernah sama sekali 0.0
Pertanyaan 6 : Berapa sering Anda merasakan hari yang
menyenangkan (dengan hanya sedikit gangguan pernapasan)?
Tidak pernah sama sekali
93.3
Beberapa hari
76.6
Hampir setiap hari
38.5
Setiap hari
0.0
Pertanyaan 7 : Jika Anda mengalami bengek, apakah gangguan
tersebut memburuk ketika Anda bangun pada pagi hari?
Tidak 0.0

Ya 62.0
BAGIAN II

Pertanyaan 8 : Bagaimana Anda menilai kesulitan pernapasan


Anda?
Menyebabkan banyak masalah atau merupakan masalah
terrpenting yang saya alami 82.9

Menyebabkan sedikit masalah 34.6

Tidak menyebabkan masalah 0.0

Pertanyaan 9 : Pertanyaan tentang kegiatan apa yang biasanya


membuat Anda terengah-engah?
Membasuh tangan dan wajah atau berpakaian 82.8
Berjalan di dalam rumah 80.2
Berjalan di luar pada permukaan yang datar 81.4
Berjalan satu lantai lewat anak tangga 76.1
Berjalan mendaki bukit 75.1

Pertanyaan 10 : Beberapa pertanyaan lain tentang batuk dan


sesak napas Anda
81.1
Batuk saya terasa sakit
79.1
Batuk saya membuat saya lelah
84.5
Saya terengah-engah jika berbicara
76.8
Saya terengah-engah jika membungkuk
87.9
Batuk atau napas saya mengganggu tidur
84.0
saya Saya mudah loyo

Pertanyaan 11 : Pertanyaan tentang efek lain yang mungkin


ditimbulkan oleh kesulitas bernapas Anda
Batuk atau napas saya memalukan di depan umum 74.1
Masalah pernapasan saya merupakan gangguan bagi keluarga, 79.1
teman, atau tetangga saya
Saya takut atau panik ketika tidak bisa bernapas 87.7
Saya merasa tidak mampu mengendalikan masalah pernapasan saya 90.1
Saya telah menjadi rapuh atau orang yang cacat karena gangguan 89.9
pernapasan saya
Olahraga tidak aman untuk saya
75.7
Segala sesuatu kelihatannya terlalu membutuhkan tenaga
84.5
Pertanyaan 12 : Berikut pertanyaan tentang bagaimana
kegiatan Anda bisa dipengaruhi oleh pernpasan Anda
Saya perlu waktu lama untuk membasuh tangan dan wajah atau
berpakaian 74.2
Saya tidak dapat andi atau mandi dengan pancuran, atau saya butuh 81.0
waktu lama
Saya berjalan lebih lambat dibanding orang lain, atau saya berhenti
untuk istirahat 71.7

Pekerjaan seperti pekerjaan rumah tangga perlu waktu lama, atau


saya harus berhenti untuk istirahat 70.6
Jika berjalan naik satu lantai lewat anak tangga, saya harus 71.6
melakukannya perlahan-lahan atau berhenti
Jika terburu-buru atau berjalan cepat, saya harus berrhenti atau
mengurangi kecepatan 72.3
Pernapasan saya membuat saya sulit melakukan hal-hal seperti
berjalan mendaki bukit, menaiki anak tangga dengan membawa
74.5
barang, pekerjaan ringan di kebun seperti memotong rumput, gerak
badan ringan, naik sepeda santai
Pernapasan saya membuat saya sulit melakukan hal-hal seperti
membawa beban berat, mencangkul kebun, melakukan jogging atau
berjalan cepat (8 km/jam), bermain badminton, atau berenang 71.4

Pertanyaan 13 : Kami ingin mengetahui bagaimana masalah


pernapasan Anda biasanya mempengaruhi kehidupan sehari-
hari Anda
Saya tidak dapat berolahraga atau melakukan permainan fisik di
luar ruangan 64.8

Saya tidak dapat pergi ke luar untuk menari hiburan atau rekreasi 79.8
Saya tidak dapat pergi ke luar rumah untuk berbelanja 81.0
Saya tidak dapat meakukan pekerjaan rumah tangga 79.1
Saya tidak dapat bergerak jauh dari tempat tidur atau kursi saya 94.0

Pertanyaan 14 : Bagaimana masalah pernapasan


mempengaruhi Anda?
Tidak menghalangi saya melakukan apapun yang saya inginkan
0.0
Menghalangi saya melakukan satu atau dua hal yang saya inginkan
42.0
Menghalangi saya meakukan sebagian besar hal yang saya
84.2
inginkan Menghalangi saya melakukan semua yang saya ingin
96.7
lakukan

d. Skor Algoritma

Total tiga komponen yang dihituung : gejala, aktivitas, dan dampak. Setiap

komponen dari kuesioner skornya dibuat secara terpisah.

1) Jumlah bobot untuk semua item dengan respon positif

Komponen Gejala

Komponen ini berada pada pertanyaan bagian I. Bobot untuk pertanyaan

1-7 dijumlahkan. Respon tunggal harus diisi untuk setiap item. Jika

beberapa tanggapan yang diberikan pada satu item, bobot untuk

beberapa tanggapan positif harus dirata-ratakan kemudian ditambahkan

ke jumlah tersebut.

Komponen Aktivitas
Bobot pada komponen ini dihitung dengan menjumlahkan tanggapan

positif untuk item pertanyaan 9 dan 12 di bagian II kuesioner.

Komponen Dampak

Komponen dampak dihitung dari pertanyaan 8, 10, 11, 13, 14 di bagian

II kuesioner. Bobot untuk semua tanggapan positif terhadap item di

pertanyaan 10, 11, 13 dijumlahkan bersama-sama. Jika ada yang

memberikan tanggapan lebih dari satu, maka bobot dari masing-masing

tanggapan dijumlahkan. Dan untuk item pertanyaan 8 dan 14 hanya

boleh memberikan 1 tanggapan untuk masing-masing item pertanyaan.

Skor Total

Total skor dihitung dengan menjumlahkan bobot untuk semua

tanggapan positif di setiap komponen.

2) Menghitung skor

Skor untuk masing-masing komponen dihitung secara terpisah dengan

membagi bobot yang dijumlahkan dengan berat maksimum yang

mungkin untuk komponen itu dan menampilkan hasil dalam persentase :

Skor = 100% x Kesimpulan bobot semua item positif dalam

komponen Jumlah bobot untuk semua item dalam

komponen

Jumlah kemungkinan bobot maksimum untuk masing-masing

komponen dan Total :


Gejala 566,2

Aktivitas 982,9

Dampak 1.652,8

Total (jumlah max. untuk 3 komponen) 3.201,9

C. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini selalu

ada dan bukan menjadi milik era atau budaya tertentu. Kecemasan melibatkan

tubuh seseorang, persepsi diri, dan hubungan dengan orang lain, membuatnya

menjadi suatu konsep dasar dalam studi keperawatan psikiatri dan perilaku

manusia (Stuart, G. W., 2013).

Gangguan kecemasan adalah gangguan kejiwaan yang paling umum di

Amerika Serikat, mempengaruhi antara 15% dan 25% dari populasi. Mereka

dengan gangguan kecemasan memiliki penurunan yang signifikan dalam kualitas

hidup dan fungsinya (Stuart, G. W., 2013).

Diperkirakan bahwa hanya sekitar seperempat dari mereka dengan

gangguan kecemasan yang menerima pengobatan (Giacobbe et al, 2008 dalam

Stuart, G. W., 2013). Namun, berbeda dengan orang-orang pengguna pelayanan

kesehatan yang tinggi karena mereka mencari pengobatan untuk berbagai gejala
yang disebabkan oleh kecemasan, seperti nyeri dada, palpitasi, pusing, dan sesak

napas.

Kecemasan didefinisikan sebagai antisipasi memprihatinkan dari bahaya

atau situasi stres yang terkait dengan perasaan berlebihan disforia atau gejala

ketegangan somatik (Alto, P., 1983 dalam Hill, K. et al., 2007). Hal ini mungkin

ditandai dengan kegelisahan, kelelahan, cepat marah, bicara cepat, kurang

konsentrasi, gangguan tidur dan perubahan fisiologis, seperti takikardia,

palpitasi, berkeringat dan dispnea (Nault, D., et al, 2002 dan Burgess, A., et al,

2005 dalam Hill, K. et al., 2007).

Kecemasan adalah emosi dan pengalaman individu secara subjektif,

merupakan suatu sifat dan tidak dapat diamati secara langsung. Seorang perawat

menyimpulkan bahwa pasien cemas berdasarkan perilaku tertentu. Perawat perlu

memvalidasi kesimpulan ini dengan pasien (Stuart, G. W., 2013). Kecemasan

dapat dihubungkan dengan rasa takut akan hukuman, ketidaksetujuan, penarikan

rasa kasih sayang, terganggunya hubungan, isolasi, atau kehilangan fungsi tubuh

(Stuart, G. W., 2013).

2. Tingkatan Kecemasan

Menurut Peplau (1963) dalam Townsend (2008), kecemasan dibagi

menjadi 4 tingkatan yaitu :

a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan jarang menimbulkan masalah pada individu,

biasanya berhubungan dengan respon terhadap ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan ringan mempersiapkan individu

untuk bereaksi dan melakukan tindakan. Ketajaman perasaan

dapat meningkatkan motivasi individu untuk produktif, dan peningkatan

lapang persepsi individu dan peningkatan kewaspadaan terhadap

lingkungan sekitar. Pada tahap ini proses belajar dan pendidikan

kesehatan yang diberikan dapat meningkatkan status kesehatan secara

optimal.

b. Kecemasan sedang

Merupakan tingkatan kecemasan yang lebih tinggi, dimana lapang

persepsi individu mulai menyempit, kurangnya perhatian individu

terhadap lingkungan sekitarnya, individu mengalami penurunan tingkat

konsentrasi dan perhatian, namun masih dapat memenuhi kebutuhan

dengan sedikit pengarahan. Menurunnya kemampuan penyelesaian

masalah, meningkatnya ketegangan otot, dan kurangnya istirahat

mungkin terjadi pada tahap ini.

c. Kecemasan berat

Pada tahap ini, lapang persepsi individu sudah sangat menyempit,

individu cenderung memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci,

spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Perhatian dan

konsentrasi sangat menurun, dan individu mengalami kesulitan dalam


mengambil keputusan walaupun sangat sederhana. Gejala fisik yang

muncul seperti sakit kepala, palpitasi, dan insomnia. Sedangkan respon

psikologis yang muncul yaitu kebingungan, dan ketakutan.

d. Panik

Merupakan tahapan paling berat dari kecemasan, dimana individu tidak

dapat memfokuskan terhadap hal-hal kecil sekalipun. Persepsi yang salah

dan kehilangan kontak mungkin terjadi, individu mungkin mengalami

halusinasi dan delusi. Panik berhubungan dengan ketakutan dan teror,

individu mungkin merasa mengalami sakit yang berat dan merasa “akan

menjadi gila”, kehilangan kontrol dan fikiran yang rasional.

3. Penilaian Kecemasan

a. Perilaku

Kecemasan dapat dinyatakan secara langsung melalui perubahan

psikologis dan perilaku atau tidak langsung melalui respon kognitif dan

afektif, termasuk pembentukan gejala atau mekanisme koping yang

dikembangkan sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Sifat tanggap

ditampilkan tergantung pada tingkat kecemasan. Intensitas respon meningkat

dengan meningkatnya kecemasan (Stuart, G. W., 2013).

Dalam menggambarkan efek dari kecemasan pada respon fisiologis,

tingkat kecemasan ringan dan sedang meningkatkan kapasitas seseorang.


Sebaliknya, kecemasan berat dan panik melumpuhkan atau kelebihan

kapasitas kerja. Respon fisiologis yang terkait dengan kecemasan, termodulasi

terutama oleh otak melalui sistem saraf otonom. Tubuh menyesuaikan secara

internal tanpa sadar atau upaya sukarela (Stuart, G. W., 2013).

Ada dua jenis respon otonom :

1) Parasimpatis - memelihara respon tubuh

2) Simpatik - mengaktifkan proses tubuh

Reaksi simpatik terjadi paling sering pada respon kecemasan. Reaksi ini

mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi darurat oleh reaksi

perlawanan. Hal ini juga dapat memicu sindrom adaptasi umum. Ketika

korteks otak merasakan ancaman, ia akan mengirimkan stimulus di bawah

cabang simpatik dari sistem saraf otonom ke kelenjar adrenal. Karena

pelepasan epinefrin, respirasi mendalam, jantung berdetak lebih cepat, dan

tekanan arteri meningkat. Darah bergerak menjauh dari perut dan usus menuju

jantung, sistem saraf pusat, dan otot. Glikogenolisis dipercepat, dan tingkat

glukosa darah naik (Stuart, G. W., 2013). Berbagai respon fisiologis dengan

kecemasan pada pasien dapat diamati oleh perawat, yang dirangkum dalam

Tabel 2.4 berikut (Stuart, G. W., 2013) :


Tabel 2.4. Respons Fisiologis, Perilaku, Kognitif, dan Afektif untuk
Kecemasan

Respons Fisiologis, perilaku, kognitif, dan Afektif

untuk Kecemasan

Fisiologis Saluran kemih Kognitif


Kardiovaskular Tekanan ingin buang Gangguan
Palpitasi air kecil * perhatian
Jantung berdebar Sering buang air kecil* Konsentrasi yang
Peningkatan buruk
tekanan darah Kelupaan
Pingsan * Kesalahan
Pingsan aktual * Kulit penilaian
Tekanan darah Wajah memerah Keasyikan
menurun * Keringat terlokalisasi Pemblokiran
Denyut nadi (misalnya, telapak pikiran
menurun * tangan) Bidang persepsi
Rasa gatal menurun
Perasaan Panas dan Kreativitas
Pernafasan dingin berkurang
Bernapas cepat Wajah pucat Produktivitas
Sesak napas Berkeringat berkurang
Tekanan di dada menyeluruh Kebingungan
Pernapasan Kesadaran diri
dangkal Perilaku Kehilangan
Benjolan di Kegelisahan objektivitas
Ketegangan fisik Takut kehilangan
tenggorokan
Tremor kontrol
Perasaan tersedak
Reaksi kejut Gambar visual
Terengah-engah
Hipervigilansi menakutkan
Gastrointestinal Bicara cepat Takut cedera atau
Kehilangan selera Kurangnya koordinasi kematian
makan Rawan kecelakaan Kilas balik
Muak terhadap Penarikan Mimpi buruk
makanan Interpersonal
Ketidaknyamanan Inhibisi
perut Menjauh Afektif
Nyeri perut * Penghindaran Kegelisahan
Mual* Hiperventilasi Ketidaksabaran
Mulas* Rasa gelisah
Diare* Ketegangan
Gugup
Neuromuskular Takut
Peningkatan Ketakutan
refleks Frustasi
Reaksi kejut Ketidakberdayaan
Kedutan kelopak Alarm
mata Teror
Insomnia Gelisah
Tremor Jumpiness
Kekakuan Mati rasa
Gelisah Perasaan bersalah
Mondar-mandir Rasa malu
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan kikuk

*Respon parasimpatik

Respon perilaku pasien cemas memiliki dua aspek, personal dan

interpersonal. Tingkat kecemasan tinggi mempengaruhi koordinasi, gerakan

involunter, dan responsif dan juga dapat mengganggu hubungan manusia.

Pasien cemas biasanya menarik diri dan mengurangi keterlibatan interpersonal

(Stuart, G. W., 2013).

b. Faktor predisposisi

1) Biologis

Mayoritas penelitian menunjukkan disfungsi dalam beberapa sistem

daripada melibatkan satu neurotransmiter tertentu dalam pengembangan

gangguan kecemasan. Sistem ini meliputi (Stuart, G. W., 2013) :

a) Sistem GABA. Ketentuan kecemasan terkait dengan aktivitas

neurotransmiter gamma-aminobutyric acid (GABA), yang

mengontrol aktivitas, atau tingkat pembakaran, neuron di bagian otak

yang bertanggung jawab untuk memproduksi kecemasan. GABA

adalah neurotransmiter inhibisi yang paling umum di otak.


Ketika melintasi sinaps dan menempel atau mengikat reseptor

GABA pada membran postsinap, saluran reseptor membuka,

memungkinkan untuk pertukaran ion. Pertukaran ini menyebabkan

penghambatan pengurangan rangsangan sel dan dengan demikian

memperlambat aktivitas sel. Teorinya adalah bahwa orang yang

memiliki kelebihan kecemasan memiliki masalah dengan efisiensi

proses neurotransmisi ini.

b) Sistem Norepinefrin. Norepinefrin (NE) sistem yang diperkirakan

memediasi respon fight-or-flight. Bagian dari otak yang

memproduksi NE adalah lokus seruleus. Bagian ini dihubungkan

oleh jalur neurotransmiter ke struktur lain dari otak yang

berhubungan dengan kecemasan, seperti amigdala, hipokampus, dan

korteks serebral (pemikiran, interpretasi, dan perencanaan merupakan

bagian dari otak).

c) Sistem Serotonin. Sebuah neurotransmisi disregulasi serotonin (5-

HT) mungkin memainkan peran dalam etiologi kecemasan, karena

pasien mengalami gangguan ini mungkin memiliki reseptor 5-HT

yang hipersensitif.

Kesehatan umum seseorang memiliki efek besar pada kecenderungan

untuk kecemasan (Stuart, G. W., 2013). Kecemasan dapat menyertai

beberapa gangguan fisik, seperti yang tercantum dalam tabel 2.5.

Mekanisme koping juga mungkin terganggu oleh pengaruh toksik,


kekurangan makanan, berkurangnya pasokan darah, perubahan hormonal,

dan penyebab fisik lainnya (Strine et al, 2008 dalam Stuart, G. W., 2013).

Selain itu, gejala dari beberapa gangguan fisik dapat meniru atau

memperburuk kecemasan (Stuart, G. W., 2013).

Tabel 2.5. Gangguan Fisik berhubungan dengan Kecemasan


Gangguan Fisik berhubungan Kecemasan
Gangguan Kardiovaskuler/ Gangguan neurologis
Respirasi
Penyakit vaskular kolagen
Asma
Epilepsi
Aritmia jantung
Penyakit Huntington
Penyakit paru obstruktif kronis
Sklerosis ganda
Gagal jantung kongestif
Sindrom otak organik
Insufisiensi koroner
Disfungsi vestibular
Kondisi hiperdinamik beta-adrenergik
Penyakit Wilson
Hipertensi
Sindrom hiperventilasi
Gangguan zat-Terkait
Hipoksia, embolus, infeksi
Intoksikasi

Gangguan endokrinologik Obat antikolinergik

Karsinoid Aspirin

Sindrom Cushing Kafein

Hipertiroidisme Kokain

Hipoglikemia Halusinogen, termasuk phencyclidine


("malaikat debu")
Hipoparatiroidisme
Steroid
Hipotiroidisme
Simpatomimetik
Mati haid
Feokromositoma Sindrom penarikan diri
Sindrom pramenstruasi Alkohol
Narkotika
Sedatif-hipnotik

Sumber : Stuart, G. W., 2013

2) Keluarga

Gangguan kecemasan dalam keluarga. Heritabilitas gangguan panik

diperkirakan sekitar 40%. Individu dengan riwayat keluarga gangguan

psikiatrik tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan PTSD

(Posttraumaic Stress Disorders) setelah peristiwa traumatis (Stuart, G. W.,

2013).

Meskipun ada bukti kuat untuk kerentanan genetik, tidak ada gen

singel atau spesifik yang telah diidentifikasi dengan jelas untuk gangguan

kecemasan. Hal ini dikarenakan lingkungan memainkan peranan penting

dalam berinteraksi dengan kerentanan genetik pada gangguan kejiwaan

(Stuart, G. W., 2013).

Hal ini juga penting untuk memahami bahwa gangguan kecemasan

dapat tumpang tindih, karena gangguan yang bisa terjadi kecemasan dan

depresi. Orang dengan satu gangguan kecemasan yang lebih

berkemungkinan besar mengembangkan gangguan yang lainnya atau

mengalami depresi berat dalam hidup mereka (Stuart, G. W., 2013).

3) Psikologis
Teori pembelajaran percaya bahwa orang-orang yang telah terpapar

dalam kehidupan awalnya dengan kekhawatiran yang intens lebih

cenderung untuk cemas di kemudian hari, sehingga pengaruh orang tua

penting. Anak-anak yang melihat orang tua mereka merespon dengan

kecemasan untuk setiap stres ringan segera mengembangkan pola yang

sama. Sebaliknya, jika orang tua benar-benar bergeming dengan situasi

yang berpotensi stres, anak-anak merasa sendirian dan tidak memiliki

dukungan emosional dari keluarga mereka. Respons emosional yang tepat

dari orang tua memberikan keamanan anak-anak dan membantu mereka

belajar metode koping yang konstruktif (Stuart, G. W., 2013).

4) Perilaku

Kecemasan mungkin timbul melalui konflik yang terjadi ketika

seseorang mengalami dua buah drive bersaing dan harus memilih di antara

mereka. Hubungan timbal balik ada antara konflik dan kecemasan. Konflik

menghasilkan kecemasan, dan kecemasan akan meningkatkan persepsi

konflik dengan memproduksi perasaan tidak berdaya (Stuart, G. W., 2013).

Dalam pengamatan, konflik tersebut adalah hasil dari dua keinginan :

pendekatan dan penghindaran. Pendekatan adalah keinginan untuk

melakukan sesuatu atau bergerak menuju sesuatu. Penghindaran keinginan

berlawanan : tidak melakukan sesuatu atau tidak untuk bergerak menuju

sesuatu. Ada empat jenis konflik (Stuart, G. W., 2013):


a) Pendekatan-pendekatan, di mana orang ingin mengejar dua tujuan

yang sama-sama diinginkan tapi tidak kompatibel. Contohnya adalah

seseorang yang memiliki dua tawaran pekerjaan yang sangat

menarik. Konflik jenis ini jarang menghasilkan kecemasan.

b) Pendekatan-penghindaran, di mana orang ingin keduanya, mengejar

dan menghindari tujuan yang sama. Pasien yang ingin

mengekspresikan kemarahan tetapi merasa cemas dan takut akan

ancaman pengalaman konflik jenis ini. Contoh lain adalah eksekutif

bisnis ambisius yang harus berkompromi nilai-nilai kejujuran dan

loyalitas untuk dipromosikan.

c) Penghindaran-penghindaran, di mana seseorang harus memilih antara

dua tujuan yang tidak diinginkan. Karena alternatif tampaknya tidak

menguntungkan, ini adalah pilihan sulit yang biasanya disertai

dengan banyak kecemasan. Contohnya adalah ketika seseorang

mengamati temannya melakukan kecurangan dan merasa perlu untuk

melaporkan tindakan tetapi adanya kekhawatiran tentang hilangnya

teman yang mungkin timbul dari pelaporan pelanggaran.

d) Pendekatan-penghindaran ganda, di mana orang bisa melihat kedua

aspek yang diinginkan dan tidak diinginkan dari kedua alternatif.

Contohnya adalah konflik yang dialami oleh seseorang yang hidup

dengan rasa sakit kehidupan sosial dan emosional yang tidak

memuaskan. Alternatif lain adalah untuk mencari bantuan psikiater


dan mengekspos diri terhadap ancaman dan rasa sakit dengan potensi

proses terapi. Perasaan konflik pendekatan-penghindaran ganda

sering digambarkan sebagai ambivalensi.

c. Mekanisme Koping

Seiring dengan peningkatan kecemasan ke tingkat yang parah dan panik,

perilaku yang ditampilkan oleh seseorang menjadi lebih intens dan berpotensi

merugikan, dan menyebabkan kualitas hidup menurun. Seseorang berusaha

untuk menghindari kecemasan dan keadaan yang memicunya. Ketika

mengalami kecemasan, seseorang menggunakan berbagai mekanisme koping

untuk mencoba meringankannya. Ketidakmampuan untuk mengatasi

kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama dari masalah

psikologis (Stuart, G. W., 2013).

Perawat perlu akrab dengan mekanisme koping yang digunakan orang

ketika mengalami berbagai tingkat kecemasan. Untuk kecemasan ringan, yang

disebabkan oleh ketegangan dari aktivitas harian, beberapa mekanisme koping

umum yang digunakan termasuk menangis, tidur, makan, menguap, tertawa,

mengutuk, latihan fisik, dan melamun. Perilaku melalui mulut, seperti

merokok dan minum, merupakan cara lain untuk mengatasi kecemasan ringan

(Stuart, G. W., 2013).

Ketika berhadapan dengan orang lain, individu berupaya dengan

mengurangi tingkat kecemasan dengan, mengurangi kontak mata,

menggunakan kalimat klise, dan membatasi keterbukaan diri. Orang juga bisa
melindungi diri dari kecemasan dengan mengasumsikan peran nyaman dan

membatasi hubungan dekat dengan orang-orang yang memiliki nilai-nilai

yang sama dengan mereka sendiri (Stuart, G. W., 2013).

Banyak mekanisme koping dapat digunakan untuk meminimalkan

kecemasan. Beberapa diantaranya adalah penting untuk kestabilan emosi.

Sifat dan jumlah pertahanan yang digunakan sangat mempengaruhi pola

kepribadian. Ketika pertahanan ini lebih berhasil digunakan atau tidak

digunakan, mereka menyebabkan banyak perubahan gejala fisiologis dan

psikologis yang umumnya terkait dengan penyakit emosional (Stuart, G. W.,

2013).

4. Kecemasan pada PPOK

Kelainan neuropsikologi sering ditemukan pada PPOK, penderita

menjadi depresi, takut, cemas dan sangat tergantung kepada orang lain untuk

memenuhi kebutuhannya. Gejala sesak yang progresif adalah gejala yang

sangat ditakuti karena sedikit aktivitas akan bertambah sesak sehingga

menghasilkan rasa takut dan cemas yang berlebih. Pada akhirnya aktivitas

penderita akan terbatas. Status psikososial dan perhatian terhadap masalahnya

dapat ditentukan waktu wawancara misalnya tingkat dukungan keluarga dan

lingkungannya, aktivitas harian, hobi dan tingkat keterbatasannya. Kunci

penting saat wawancara adalah memperhatikan komunikasi nonverbal seperti


ekspresi wajah, sikap tubuh, sikap tangan dan gerakan tubuh (Bentsen et al,

2010).

5. Pengukuran Kecemasan pada PPOK

Kecemasan pada pasien PPOK diukur dengan kuesioner Beck Anxiety

Inventory (BAI). Kuesioner BAI memiliki 21 item yang mengukur aspek fisik,

kognitif, dan emosional. Responden akan ditanya apa yang dirasakan selama

empat minggu terakhir kemudian dimasukkan dalam skor yang memiliki

range dari 0 sampai 3. Total skor akan mengindikasikan tingkat kecemasan

responden.

Beck Anxiety Inventory (BAI), dirancang oleh Aaron T. Beck, MD, dan

rekan, yang terdiri dari 21-item pilihan yang berisikan laporan diri yang

mengukur keparahan kecemasan pada orang dewasa dan remaja. Masing-

masing item pada BAI merupakan deskripsi sederhana dari gejala kecemasan

dalam salah satu dari empat aspek yang dinyatakan : (1) subjektif (misalnya,

“tidak bisa untuk bersantai”), (2) neurofisiologis (misalnya, “mati rasa atau

kesemutan”), (3) otonom (misalnya, “merasa panas”) atau (4) terkait panik

(misalnya, “takut kehilangan kontrol”).

Administrasi, Skoring, dan Interpretasi

Responden diminta untuk melaporkan sejauh mana mereka telah

merasa terganggu oleh 21 gejala pada minggu sebelumnya, termasuk hari ini.
Setiap item gejala memiliki empat kemungkinan pilihan jawaban: tidak ada

gangguan; sedikit mengganggu saya; cukup mengganggu saya, dan banyak

mengganggu saya. Klinisi memberikan nilai berikut untuk setiap respon :

tidak ada gangguan = 0; sedikit = 1; cukup = 2, dan banyak = 3. Nilai-nilai

untuk setiap item dijumlahkan menghasilkan skor keseluruhan atau total untuk

21 gejala yang dapat berkisar antara 0 dan 36 poin. Total skor 0 – 21

ditafsirkan sebagai tingkatan kecemasan rendah; 22 – 35 sebagai “sedang”; 36

lebih sebagai “berat” (Grant, M. M., 2007).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Teori

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu penyakit yang dapat

diobati dan dicegah, ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang

biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi jalan nafas dan

paru-paru akibat partikel berbahaya atau gas (Global Initiative for Chronic

Obstructive Lung Disease, 2013). PPOK merupakan kondisi irreversibel yang

berkaitan dengan adanya dispneu saat beraktivitas dan hambatan aliran masuk

dan keluar udara dari dan ke dalam paru-paru (Smeltzer & Bare, 2002).

Kualitas hidup (QOL) merupakan domain yang penting untuk mengukur

dampak dari penyakit kronis. Kualitas hidup yang buruk telah terbukti

berhubungan dengan tingginya tingkat dispnea, gangguan fisik, depresi, dan

kecemasan, dan prognosis yang buruk dalam hal perawatan kembali ke rumah

sakit dan kematian (C. Mark, 2011).

Kualitas hidup pada pasien dengan PPOK akan terganggu dan jauh lebih

memburuk dengan meningkatnya keparahan penyakit. Javier et al. (2007) telah

menunjukkan bahwa PPOK memiliki dampak besar pada kegiatan sehari-hari

pada pasien. Aspek kehidupan sehari-hari yang paling terpengaruh, baik karena

tingkat keparahan penyakit atau adanya faktor-faktor sosial, ekonomi, atau


pekerjaan yang dapat mengganggu pengelolaan penyakit atau mempersulit

perkembangannya (Javier et al, 2007). Keparahan penyakit pada PPOK

mempengaruhi toleransi aktivitas seperti berjalan kaki (D. Fuchs Climent, 2001

dalam Zamzam , M.A., 2012).

Instrumen penyakit baik umum dan spesifik telah digunakan untuk

mengukur QOL pada pasien dengan PPOK (Deyo, R, 1991 & Guyatt, G, 1993

dalam Zamzam, M. A., 2012). Di antara kuesioner penyakit tertentu yang sering

digunakan untuk mengevaluasi QOL pasien paru adalah St. George’s Respiratory

Questionnaire (SGRQ). Sebuah versi baru dari SGRQ, sekarang telah tersedia

yaitu SGRQ-C yang spesifik hanya untuk PPOK (Griffith, L., 2003 dalam

Zamzam, M. A., 2012). Peningkatan keparahan PPOK dikaitkan dengan

peningkatan yang signifikan dalam skor SGRQ-C (Zamzam, M. A., 2012)

Pasien dengan PPOK, selain mengalami masalah fisik, juga menimbulkan

perubahan pada aspek psikososial penderitanya. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Cully (2006) mendapatkan hasil bahwa salah satu tekanan

psikologis yang dialami pada pasien PPOK adalah kecemasan. Selanjutnya,

dampak kecemasan pada kualitas hidup tidak terbatas pada hasil akhir kesehatan

dan mental emosional, tetapi juga termasuk hubungan dengan nyeri, fungsi fisik,

kesehatan umum, dan hasil penyakit tertentu, seperti penguasaan terhadap

penyakit dan gejala dyspnea (Cully, 2006).


Usia

Jenis kelamin

Tingkat pendidikan
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Riwayat merokok

Depresi

(Ferres, 2002; Meilan, Respon emosional


2007; Zahran, 2005;
Kecemasan
Holm, 2009 dalam Rini, I. S, 2011)
Lama didiagnosa penyakit

Pekerjaan
Gejala-gejala khawatir akan nasib buruk, ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, t

Kualitas hidup terganggu

Keterangan :
: Yang diteliti
B. Kerangka Konsep

Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan tentang proses penyakit

dengan kualitas hidup pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

maka dapat dilihat kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kecemasan tentang proses Penyakit Paru Obstruktif


Kualitas
Kronik
Hidup
(PPOK)
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antara kecemasan tentang proses penyakit dengan kualitas

hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit

Khusus Paru Sumatera Barat.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk

memberikan gambaran mengenai masing-masing variabel dan mengetahui

hubungan variabel dependen dan variabel independen. Pendekatan yang

digunakan adalah cross sectional, yaitu pengukuran variabel independen dan

dependen dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini peneliti

ingin mengetahui ada tidaknya hubungan kecemasan tentang proses penyakit

dengan kualitas hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di

Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera

Barat mulai bulan Maret 2016 – Januari 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Notoatmodjo (2012) mengatakan populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

pasien yang didiagnosis utama menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK) yang datang ke Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat

dari Januari – Desember 2015, sebanyak 148 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria

inklusi penelitian yang ditemukan sedang menjalani kontrol di Poliklinik

Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah purposive sampling dengan melihat kriteria inklusi dan

eksklusi.

Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus proporsi untuk

satu populasi dari Notoadmodjo (2012) :

n= N . Z21-/2 . P(1-P)
(N-1) . d2 + Z21-/2 . P(1-P)

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (1,96)

P = harga proporsi di populasi (Untuk PPOK proporsinya 3,7% = 0,037 ≈

0,04) Riskesdas, 2013

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,05)

N = besar populasi
Maka besar sampelnya adalah :

n= N . Z21-/2 . P(1-P)
(N-1) . d2 + Z21-/2 . P(1-P)

n= 148 x (1,96)2 x 0,04(1 – 0,04)


(148 – 1) x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,04(1 – 0,04)
n = 148 x 3,8 x 0,0384
0,3675 + 3,8 x 0,0384
n = 21,59616 = 42,06 ≈ 43 orang
0,51342

Jadi total sampelnya sebanyak 43 orang.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi :

a. Pasien yang menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang

menjalani rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru

Sumatera Barat

b. Pasien yang bersedia menjadi responden (menyetujui informed

consent)

c. Pasien yang berusia ≥ 40 tahun (Setiyanto, H, dkk,

2008) Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi :

a. Pasien yang memiliki penyakit penyerta asma

b. Pasien yang memiliki penyakit penyerta jantung


D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel

independen.

1. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen merupakan variabel akibat atau variabel yang akan

berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel

independen (Dharma, 2011). Pada penelitian ini variabel dependen adalah

kualitas hidup pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

2. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen disebut juga variabel sebab yaitu karakteristik dari

subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada

variabel lainnya (Dharma, 2011). Pada penelitian ini variabel independen

adalah kecemasan tentang proses Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK).
E. Definisi Operasional

Cara Alat Ukur Skala


Variabel Definisi Operasioanal Hasil Ukur
Ukur Ukur

Kualitas hidup Persepsi pasien PPOK terkait Wawan Kuesioner St. Baik bila skor Ordinal
penyakitnya dalam hubungannya cara George ≤50%; Tidak
dengan tujuan mereka, harapan, terpim Respiratory baik bila skor
standar dan kepentingan, meliputi Questionnaire >50%
komponen gejala, aktivitas, dan pin for COPD
dampak dari PPOK. Patients
(SGRQ-C),
terdiri dari 14
pertanyaan,
yang memiliki
rentang skor
antara 0
sampai 100.

Kecemasan Respon emosional yang dipicu oleh Wawan Kuesioner Skor 0 – 15 : Ordinal
rasa takut mengenai masa cara Beck Anxiety kecemasan
mendatang tanpa sebab khusus, terpim Inventory rendah;
terkait gejala PPOK ditandai oleh (BAI)
gejala-gejala jasmaniah, meliputi : pin memiliki 15 Skor 16 – 30
khawatir akan nasib buruk, gelisah, item (sudah kecemasan
sakit kepala, gemetaran, kepala dimodifikasi) sedang;
terasa ringan, berkeringat, jantung yang
berdebar-debar, sesak napas, kepala Skor 31 – 45
mengukur kecemasan berat
pusing, tubuh terasa panas dan aspek fisik,
dingin, nyeri dada atau tekanan, kognitif, dan
dan ketegangan otot). emosional;
memiliki
range dari 0
sampai 3.

0 = tidak ada
gangguan;

1 = sedikit;

2 = cukup;

3 = parah
F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah

kuesioner yang terdiri dari lembar data demografi, kuesioner SGRQ-C (St.

George’s Respiratory Questionnaire for patient COPD) dan kuesioner BAI

(Beck Anxiety Inventory) yang diisi oleh responden dan disesuaikan dengan

kebutuhan data yang diperlukan untuk variabel dependen maupun variabel

independen.

1. Data Demografi

Data demografi pasien (identitas pasien) yang meliputi inisial

responden, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama

menderita PPOK, riwayat merokok, nilai pemeriksaan spirometri (FEV1),

keluhan yang dirasakan, derajat PPOK, dan lama pengobatan. Kuesioner ini

digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden.

2. Kuesioner Kualitas Hidup

Peneliti menggunakan alat ukur kualitas hidup SGRQ-C. Kuesioner

SGRQ-C terdiri dari 2 bagian, dimana bagian 1 (pertanyaan 1 – 7), merupakan

komponen gejala yang dirasakan penderita, meliputi gejala pernafasan yang

dirasakan dan persepsi pasien terhadap beratnya masalah respirasi yang

dialami; dan bagian 2 (pertanyaan 8 – 14) membahas kondisi bagaimana

keadaan pasien saat ini, yaitu meliputi aktivitas yang dapat terpengaruh akibat
gejala pernapasan dan menilai dampak yang dirasakan oleh penderita,

meliputi rangkaian aspek yang berhubungan dengan fungsi sosial dan

gangguan psikologis akibat penyakitnya. Penilaian skor SGRQ-C adalah

sebagai berikut :

Skor = 100% x Kesimpulan bobot semua item positif dalam

komponen Jumlah bobot untuk semua item dalam

komponen

Skor SGRQ-C memiliki rentang antara 0 sampai 100%. Semakin

rendah skor SGRQ-C semakin bagus kualitas hidupnya; sedangkan semakin

tinggi skor SGRQ-C semakin buruk kualitas hidup pasien. Pengkategorian

skornya yaitu ≤50% Baik, >50% tidak baik (St. George’s, 2012). Kuesioner

kualitas hidup pada PPOK ini telah dinyatakan valid dan reliabel dengan nilai

koefisien Cronbach Alpha sebesar > 0,80 (Engström, 1998). Kuesioner ini

pernah digunakan pada awal tahun 2016 oleh Astika JR Said dari Fakultas

Kedokteran dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Derajat PPOK

terhadap Kualitas Hidup pada Pasien PPOK di Poliklinik Paru RSUP DR. M.

Djamil Padang dan Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat”.

3. Kuesioner Kecemasan

Kecemasan (ansietas) pada pasien PPOK diukur dengan kuesioner

Beck Anxiety Inventory (BAI). BAI memiliki 21 item yang mengukur aspek

fisik, kognitif, dan emosional. Responden akan ditanya apa yang dirasakan

selama empat minggu terakhir kemudian dimasukkan dalam skor yang


memiliki range dari 0 sampai 3. Total skor akan mengindikasikan tingkat

kecemasan responden.

Setiap item gejala memiliki empat kemungkinan pilihan jawaban: tidak

ada gangguan, sedikit mengganggu saya, cukup mengganggu saya, banyak

mengganggu saya. Klinisi memberikan nilai berikut untuk setiap respon :

tidak ada gangguan = 0; sedikit = 1; cukup = 2, dan banyak = 3. Nilai-nilai

untuk setiap item dijumlahkan menghasilkan skor keseluruhan atau total untuk

21 gejala dapat berkisar antara 0 sampai 36 poin. Total skor 0 – 21 ditafsirkan

sebagai tingkatan kecemasan rendah; 22 – 35 sebagai “sedang”; 36 lebih

sebagai “berat” (Grant, M. M., 2007). Kuesioner kecemasan ini memiliki nilai

Alpha Cronbrach = 0,92 (Beck, Epstein, Brown, & Steer, 1988). Kuesioner

BAI ini pernah digunakan oleh Sisca Imelda Tambunan (2013) dalam tesisnya

dengan judul “Hubungan antara Obat Anti Epilepsi dengan Kognitif dari

Behaviour Pasien Epilepsi” dengan nilai validitas kuesioner yang didapat

adalah 0,92 dan nilai reliabilitasnya adalah 0,72 (Tambunan, S.I., 2013).

Pada penelitian ini, peneliti memodifikasi kuesioner kecemasan

menjadi 15 item pertanyaan. Nilai-nilai untuk setiap item dijumlahkan

menghasilkan skor keseluruhan atau total untuk 15 gejala dapat berkisar

antara 0 sampai 45 poin. Total skor 0 – 15 ditafsirkan sebagai tingkatan

kecemasan rendah; 16 – 30 sebagai “sedang”; 31 – 45 sebagai “berat”.

Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas setelah kuesioner dimodifikasi,


didapatkan nilai α-Cronbach’s = 0,949. Selanjutnya dalam penelitian ini,

peneliti akan menggunakan kuesioner kecemasan yang sudah dimodifikasi.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka dari segi etika penelitian harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent).

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian, peneliti

terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan

diberikan kepada subjek penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Peneliti tidak boleh menyampaikan informasi mengenai identitas baik nama

maupun alamat subjek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti dapat menggunakan

koding (identification number) sebagai pengganti identitas responden.


3. Keadilan dan inklusifitas (respect for justice and inclusiveness)

Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan dan hak subjek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah

berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficience).

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek

(nonmaleficience).

H. Metode Pengambilan Data

1. Data primer

Kuesioner kualitas hidup dan kecemasan diisi oleh peneliti dengan

melakukan wawancara terpimpin kepada responden. Sebelum melakukan

wawancara, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penelitian dan

nama serta identitas responden dirahasiakan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan peneliti dari laporan tahunan

rekam medik di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat


3. Prosedur pengumpulan data

a. Peneliti meminta surat pengantar permintaan izin penelitian dari

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Kemudian surat izin

diserahkan ke bagian Diklat Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat.

b. Peneliti diberikan izin untuk melakukan wawancara setelah pasien

PPOK selesai melakukan konsultasi dengan dokter.

c. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mencek data rekam medis

pasien apakah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditetapkan.

d. Jika sesuai dengan kriteria yang diinginkan, peneliti memperkenalkan

diri lalu menjelaskan tentang wawancara yang akan dilakukan. Peneliti

juga menjelaskan bahwa penelitian ini tidak merugikan pasien dan

informasi pribadi pasein dirahasiakan demi kepentingan penelitian.

e. Kemudian peneliti menyerahkan informed consent sebagai persetujuan

pasien menjadi responden penelitian, lalu peneliti membuat kontrak

waktu dengan pasien selama 10 menit.

f. Peneliti melakukan wawancara terpimpin dengan menanyakan beberapa

pertanyaan sesuai dengan kuesioner penelitian yang telah ditetapkan

sebelumnya.

g. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada pasien atas partisipasinya sebagai responden

penelitian.
I. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoadmojo (2010), kegiatan dalam proses pengolahan data

meliputi : Editing, Coding, Entry, Cleaning, tabulating.

1. Penyuntingan data (editing)

Setelah kuesioner diisi, peneliti mengecek isian kuesioner tersebut yang

meliputi :

a. Lengkap, semua pertanyaan sudah terisi jawaban.

b. Jelas, jawaban pertanyaan penulisan cukup jelas terbaca.

c. Konsisten, beberapa pertanyaan yang berkaitan isinya konsisten.

2. Pengkodean data (coding)

Peneliti memberikan kode dan nilai pada setiap kuesioner dan jawaban

pasien untuk mempermudah dalam pengolahan data.

3. Pemasukan data (entry)

Setelah peneliti memberikan kode pada jawaban-jawaban dari pasien dalam

bentuk “kode angka”, lalu hasil pengkodeannya dimasukkan ke dalam

program komputerisasi.

4. Pembersihan data (cleaning)

Setelah semua data dari setiap pasien selesai dimasukkan, peneliti

memeriksa kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembentulan atau koreksi.


5. Tabulating

Menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang

berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis, dimana tabel yang dibuat

mampu meringkas semua data yang nantinya dianalisis.

J. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu variabel

kecemasan tentang proses penyakit PPOK dan variabel kualitas hidup pasien

PPOK.

2. Analisis Bivariat

Pada analisis ini, terdapat uji yang digunakan untuk mengevaluasi

frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi atau penelitian

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan menggunakan

uji Chi Square. Hubungan variabel independen dengan dependen dilihat dari

nilai signifikansi kepercayaan 95%.

a. Dikatakan hubungan bermakna secara statistik, jika p-value < 0,05

b. Dikatakan hubungan tidak bermakna secara statistik, jika p-value ≥

0,05.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat

pada tanggal 26 November 2016 sampai 17 Desember 2016. Sampel pada

penelitian ini diambil dengan cara wawancara terpimpin dengan metode

purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 43

orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan kuisioner. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data yang

selanjutnya hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu analisa univariat

dan analisa bivariat.

B. Karakteristik Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di


Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016

Peneliti mengumpulkan data umum pasien yang menggambarkan

karakteristik pasien melalui kuesioner yang terdiri dari usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita PPOK, riwayat merokok, nilai

pemeriksaan spirometri (FEV1), dan derajat PPOK. Berikut adalah penjabaran

distribusi frekuensinya.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Merokok,
Derajat PPOK, dan Lama Didiagnosa PPOK di Poliklinik
Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016 (n = 43)

Karakteristik Frekuensi Persentasi


No. responden Kategori (n) (%)
1. Usia ≤40 tahun 12 27,9
>40 tahun 31 72,1
2. Jenis Kelamin Laki-laki 40 93
Perempuan 3 7
3. Pendidikan SD dan SMP/sederajat 36 83,7
SMA/Sederajat 4 9,3
Perguruan Tinggi 3 7
4. Pekerjaan Tidak bekerja 3 7
Bekerja 40 93
5. Riwayat Ada 37 86
merokok Tidak ada 6 14
6. Prediksi Prediksi derajat ringan 12 27,9
Derajat PPOK Prediksi derajat sedang 17 39,5
Prediksi derajat berat 14 32,6
Lama
Baru (≤ 3 tahun) 37 86
7. didiagnosa 6 14
PPOK Lama (> 3 tahun)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa, lebih dari separuh pasien

(72,1%) berada pada usia >40 tahun, hampir seluruh pasien (93%) berjenis

kelamin laki-laki, pendidikan terakhir pasien sebagian besar (83,7%) SD dan

SMP/sederajat, hampir seluruh pasien (93%) memiliki pekerjaan, sebagian besar

pasien (86%) mempunyai riwayat merokok. Mayoritas sebanyak 39,5% pasien

berada pada prediksi derajat PPOK sedang, sebagian besar pasien (86%) baru

didiagnosa PPOK (≤ 3 tahun).


C. Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di
Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat Tahun 2016

Pada variabel kualitas hidup pasien dengan PPOK, peneliti

menggolongkan kualitas hidup menjadi 2 kategori (St. George’s Respiratory

Questionnaire for COPD Patients dalam Rini, I. S., 2011), yaitu kualitas hidup

baik dan kualitas hidup tidak baik. Berikut adalah penjabaran distribusi

frekuensinya.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit


Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016 (n = 43)

Kualitas Hidup F %

Baik 22 51,2
Tidak Baik 21 48,8

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (51,2%)

pasien di poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016

memiliki kualitas hidup yang baik.

D. Kecemasan tentang Proses Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di


Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat Tahun 2016

Pada penelitian ini, peneliti membagi kecemasan tentang proses penyakit

menjadi 3 kategori (Beck, A. T., 1988 dalam Grant, M. M., 2007), yaitu

kecemasan rendah, kecemasan sedang, dan kecemasan tinggi. Berikut adalah

penjabaran distribusi frekuensinya.


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kecemasan tentang Proses Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus
Paru Sumatera Barat Tahun 2016 (n = 43)

Kecemasan F %
Rendah 31 71,1
Sedang 12 27,9
Berat 0 0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (71,1%)

pasien di poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016

mengalami kecemasan rendah.

E. Bivariat

Pada penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan untuk menentukan

hubungan antara kecemasan tentang proses penyakit dengan kualitas hidup

pasien PPOK di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016

adalah uji Chi-Square.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pasien berdasarkan Kecemasan tentang


Proses Penyakit dan Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat Tahun 2016 (n = 43)

Kualitas Hidup
Variabel Total
Baik Tidak Baik p
Independent Value
f % f % f %
Kecemasan
Rendah 23 74,2 8 25,8 29 100 0,000
Sedang 1 8,3 11 91,7 14 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 29 pasien dengan

kecemasan rendah, lebih dari separuhnya (74,2%) memiliki kualitas hidup yang

baik dibandingkan dengan kualitas hidup tidak baik (25,8%). Sedangkan dari 14

pasien dengan kecemasan sedang, hampir seluruhnya (91,7%) memiliki kualitas

hidup tidak baik dibandingkan dengan kualitas hidup baik (8,3%).

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,000 dengan p<0,05.

Hal ini berarti Ha diterima dan dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

bermakna antara kecemasan tentang proses penyakit dengan kualitas hidup

pasien dengan PPOK secara signifikan.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun
2016

Pada tabel 5.2 terlihat bahwa distribusi frekuensi kualitas hidup pasien

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) lebih dari separuhnya (51,2%) dari 43

pasien memiliki kualitas hidup yang baik. Sementara persentase pasien dengan

kualitas hidup tidak baik adalah sebesar 48,8%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Said, A.

JR. (2016) yang mendapatkan hasil 77,1% pasien PPOK mengalami kualitas

hidup baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Khausarika, S. (2013) yang menjelaskan bahwa 60% dari pasien PPOK

mengalami kualitas hidup tidak baik.

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk

karakteristik demografi pasien. Dari faktor usia sebanyak 12 pasien dengan usia

≤40 tahun, 91,7% memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan dari 21 pasien

dengan usia >40 tahun, 58,1% memiliki kualitas hidup tidak baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini, I.S

(2011) yang menunjukkan bahwa mayoritas reponden adalah berusia lebih dari
40 tahun dengan rentang usia 60 – 70 tahun (Rini, I.S., 2011). Penelitian Amoros

(2008) juga menyebutkan bahwa pasien PPOK mayoritas adalah berusia lansia

dengan rata-rata usia 70 tahun.

PPOK memperburuk banyak perubahan fisiologis yang berkaitan dengan

penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan napas pada bronchitis dan

kehilangan daya kembang elastik paru pada emfisema. Hal inilah yang

menyebabkan perubahan tambahan dalam resio ventilasi perfusi pada pasien

lansia PPOK (Smeltzer & Bare, 2008).

Berdasarkan karakteristik pendidikan, 75% pasien dari 4 orang pasien

dengan tingkat pendidikan SMA memiliki kualitas hidup yang baik. Kemudian

100% pasien dari 3 orang pasien dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi

memiliki kualitas hidup yang baik. Sementara 50% pasien dari 36 orang pasien

dengan tingkat pendidikan SD dan SMP memiliki kualitas hidup yang tidak baik.

Peneliti mengasumsikan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Bandura (1994, dalam Rini, I.S., 2011) memaparkan bahwa seseorang akan

memiliki tingkat keyakinan diri lebih tinggi dalam berperilaku lebih baik bila

mempunyai sistem pendidikan yang mendukung. Ketika seseorang mendapatkan

pendidikan, akan menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan kognitif

dan pengetahuannya yang menjadi dasar pembentukan keyakinan diri dalam


berperilaku. Perilaku kesehatan yang mendukung kualitas hidup sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang (Rini, I.S., 2011).

Selain pendidikan, karakteristik pasien berdasarkan pekerjaan juga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien PPOK. Berdasarkan

analisis karakteristik pasien, dari 40 pasien yang bekerja, lebih dari separuh

(57,5%) memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan 42,5% pasien yang

bekerja memiliki kualitas hidup tidak baik.

Peneliti mengasumsikan bahwa pasien yang memiliki pekerjaan namun

memiliki kualitas hidup tidak baik dapat dipengaruhi oleh paparan polutan yang

terdapat di lingkungan kerja. Radon et al (2003 dalam Rini, I.S., 2011)

menyebutkan bahwa sindrome debu organik beracun (organic dust toxic

syndrome) adalah prediktor utama terjadinya PPOK. Pada penelitian ini,

mayoritas pasien bekerja sebagai petani/pedagang/buruh. Alergen yang di dapat

di lingkungan kerja dapat terbawa ke dalam lingkungan kehidupan petani (Rini,

I.S., 2011).

Berdasarkan nilai prediksi spirometri, didapatkan hasil bahwa dari 12

pasien dengan prediksi PPOK derajat ringan, 100% pasien memiliki kualitas

hidup yang baik. Sedangkan dari 14 pasien dengan prediksi PPOK derajat berat,

92,9% pasien memiliki kualitas hidup tidak baik.


Berdasarkan lama didiagnosa PPOK, didapatkan hasil bahwa dari 6 pasien

dengan yang sudah lama didiagnosa PPOK, 50% pasien memiliki kualitas hidup

tidak baik. Sedangkan dari 37 pasien dengan baru didiagnosa PPOK, 56,8%

pasien memiliki kualitas hidup yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik lama didiagnosa

PPOK tidak terlalu berbeda antara pasien yang sudah lama didiagnosa PPOK

dengan pasien yang baru didiagnosa PPOK. Hal ini dapat diartikan bahwa antara

penderita PPOK yang baru dengan penderita PPOK yang lama mempunyai

kemampuan yang sama untuk mempunyai kualitas hidup sesuai yang diharapkan

dalam mengelola PPOK.

Penurunan fungsi paru pada pasien PPOK akan menyebabkan penurunan

fisiologis organ-organ lainnya yang juga akan berpengaruh pada status kesehatan

dan kualitas hidup. Hal inilah yang menunjukkan bahwa meskipun sebagian

besar responden tergolong baru dalam menderita PPOK tetapi sebagian besar

mereka menunjukkan kualitas hidup yang baik.

Berdasarkan hasil analisis kuesioner SGRQ-C, didapatkan hasil bahwa

pada domain gejala, 72,1% pasien mengeluhkan hanya beberapa hari mereka

merasakan hari yang menyenangkan dengan hanya sedikit gangguan pernapasan.

Sedangkan pada domain aktivitas (pertanyaan 9 dan 12), 97,7% pasien

mengeluhkan kegiatan berjalan mendaki bukit dapat membuat mereka merasa

terengah-engah dan sebesar 93% pasien mengeluhkan pernapasan mereka


membuat mereka sulit melakukan hal-hal seperti membawa beban berat,

mencangkul kebun, melakukan jogging atau berjalan cepat (8 km/jam), bermain

badminton , atau berenang.

Sementara pada domain dampak, 51,2% pasien mengeluhkan bahwa

kesulitan pernapasan mereka hanya menyebabkan sedikit masalah dalam

aktivitas mereka. Namun sebanyak 97,7% pasien mengeluhkan bahwa batuk atau

gangguan pernapasan mengganggu tidur mereka.

Pada pertanyaan tentang efek lain yang mungkin ditimbulkan oleh

kesulitan bernapas, 97,7% pasien mengeluhkan bahwa olahraga tidak aman

untuk mereka. Sedangkan 58,1% pasien mengeluhkan bahwa masalah

pernapasan mereka dapat menghalangi mereka melakukan satu atau dua hal

aktivitas yang mereka ingin lakukan.

Peneliti mengasumsikan bahwa keparahan PPOK tidak selalu menjadi

penyebab rendahnya kualitas hidup pasien. Karakteristik responden menjadi

salah satu hal yang perlu dilihat untuk menilai bagaimana kualitas hidup pasien

PPOK.

B. Gambaran Kecemasan tentang Proses Penyakit pada Pasien dengan


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016
Pada tabel 5.3 terlihat bahwa distribusi frekuensi kecemasan tentang proses

penyakit pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) lebih dari

separuhnya (71,1%) dari 43 pasien memiliki kecemasan kategori rendah.

Sedangkan pada pasien dengan kecemasan kategori sedang memiliki persentase

sebesar 27,9%.

Penelitian yang dilakukan oleh Zatadini, R. A. (2011) mendapatkan hasil

bahwa lebih dari separuh pasien PPOK (69,57%) mengalami kecemasan. Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani, N., dkk

(2014) yang mendapatkan hasil bahwa mayoritas pasien dengan PPOK (42,9%)

mengalami kecemasan kategori berat.

Karakteristik pasien berdasarkan usia adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kecemasan seseorang. Nugroho (2005) dalam Zatadini, R.A.

(2011) menyatakan bahwa kecemasan pada usia di atas 40 tahun akan berbeda

dengan 40 tahun ke bawah. Hal ini dapat dikarenakan usia di atas 40 tahun

dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai penderitaan penyakit

serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati. Usia 40 tahun lebih merupakan

proses penuaan yang disertai menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme

sehingga menjadi rawan terhadap penyakit.

Pada hasil penelitian, berdasarkan karakteristik pasien dilihat dari usia, dari

12 pasien dengan usia ≤40 tahun, 91,7% memiliki tingkat kecemasan yang

rendah. Sedangkan dari 31 pasien dengan usia >40 tahun, 35,5% memiliki

tingkat kecemasan sedang. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang ada,
dimana seharusnya pasien dengan karakteristik usia lansia memiliki angka

kecemasan sedang/tinggi. Peneliti mengasumsikan bahwa ada karakteristik lain

yang mempengaruhi usia lansia dengan kecemasan rendah memiliki persentase

yang tinggi.

Salah satu karakteristik yang juga turut andil dalam hasil penelitian adalah

lama didiagnosa PPOK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 pasien

dengan baru terdiagnosa PPOK, lebih dari separuhnya (73%) memiliki

kecemasan yang rendah. Hal ini bisa disebabkan karena pasien belum merasakan

dampak dari gejala PPOK yang dapat meningkatkan rasa cemas.

Berdasarkan analisis jawaban dari pasien PPOK pada kuesioner

kecemasan, mayoritas pasien (32,6%) pada item pertanyaan gejala kecemasan

“sulit bernapas” memilih gejala tersebut banyak mempengaruinya. Sedangkan

pada item pertanyaan gejala kecemasan “takut akan terjadi sesuatu yang buruk”,

lebih dari separuh pasien (58,1%) memilih jawaban gejala tersebut cukup

mengganggunya. Lalu pada item pertanyaan gejala kecemasan “berkeringat

panas atau dingin”, lebih dari separuh pasien (65,1%) memilih jawaban gejala

kecemasan sedikit mengganggunya. Sehingga pada penjabaran di atas terlihat

bahwa dari hasil penelitian gejala yang memicu kecemasan adalah sulit bernapas,

takut akan terjadi sesuatu yang buruk, dan berkeringat panas atau dingin.

Individu dengan PPOK menggambarkan episode dispneu yang tinggi dan

keras berkaitan erat dengan perasaan cemas (Bailey PH, 2004, dalam Hill, K.,

Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse, Y., 2008). Hubungan antara dispneu dan
kecemasan menjelaskan, bahwa tingginya proporsi pasien PPOK

menggambarkan kecemasan sebagai penanda eksaserbasi penyakit (Costi, S.,

2006 dalam Hill, K., Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse, Y., 2008).

Selanjutnya, perasaan marah atau frustrasi sering diidentifikasi sebagai pemicu

potensial untuk kegelisahan, yang, pada akhirnya mempertinggi sensasi dispneu

(Bailey PH, 2004, dalam Hill, K., Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse, Y.,

2008). Oleh karena itu, tampak bahwa hubungan timbal balik yang kompleks

antara dispneu dan kecemasan berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi

gangguan terkait kecemasan pada PPOK.

Penelitian epidemiologi 1989, Dales dkk dalam Zatadini, R.A. (2011)

menemukan suatu hubungan positif antara gejala-gejala saluran pernapasan dan

keadaan psikologis. Umumnya, gangguan cemas pada pasien PPOK terjadi

akibat sugesti dan beratnya keluhan sesak yang dialaminya. Studi terbaru

diketahui bahwa individu dengan tingkat kecemasan tinggi akibat keluhan kronis

memperlihatkan disabilitas dan kondisi emosional yang lebih buruk. Namun,

penggunaan strategi penanggulangan rasa cemas dapat membantu mengatasi

keadaan ini.

C. Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas Hidup


Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik
Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat Tahun 2016
Hasil penelitian (tabel 5.4) menunjukkan bahwa dari 29 pasien PPOK yang

memiliki kecemasan kategori rendah, 23 orang diantaranya (74,2%) memiliki

kualitas hidup baik. Sedangkan dari 14 pasien PPOK yang memiliki kecemasan

kategori sedang, 11 orang diantaranya (91,7%) memiliki kualitas hidup tidak

baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 dengan p<0,05.

Selain itu, dari hasil penelitian dapat terlihat bahwa dari 29 orang pasien

PPOK dengan kecemasan rendah, 8 orang (25,8%) mengalami kualitas hidup

tidak baik. Sementara dari 29 orang pasien PPOK dengan kecemasan sedang, 1

orang (8,3%) mengalami kualitas hidup yang baik. Hasil ini mungkin saja terjadi

disebabkan karakteristik demografi pasien yang turut serta mempengaruhi.

Gejala kecemasan pada PPOK telah terbukti berdampak penting pada

kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dan rawat inap. Secara

khusus, besarnya gejala terkait kecemasan telah dikaitkan dengan skor total, serta

subskor aktivitas dan dampak dari St George Respiratory Questionnaire

(Gudmundsson, G., 2006 dalam Hill, K., Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse,

Y., 2008). Langkah-langkah dari kecemasan yang sangat berkorelasi dengan

tindakan isolasi sosial, menunjukkan bahwa pasien PPOK dengan kecemasan

menarik diri dari interaksi sosial (Lustig, FM., 1972 dalam Hill, K., Geist, R.,

Goldstein, R.S., & Lacasse, Y., 2008).

Kecemasan didefinisikan sebagai antisipasi memprihatinkan dari bahaya

atau situasi stres yang terkait dengan perasaan berlebihan (disforia) atau gejala

ketegangan somatik (Alto, P., 1983 dalam Hill, K. et al., 2007). Hal ini mungkin
ditandai dengan kegelisahan, kelelahan, cepat marah, bicara cepat, kurang

konsentrasi, gangguan tidur dan perubahan fisiologis, seperti takikardia,

palpitasi, berkeringat dan dispnea (Nault, D., et al, 2002 dan Burgess, A., et al,

2005 dalam Hill, K. et al., 2007).

Dalam menggambarkan efek dari kecemasan pada respon fisiologis, tingkat

kecemasan ringan dan sedang meningkatkan kapasitas seseorang. Sebaliknya,

kecemasan berat dan panik melumpuhkan atau kelebihan kapasitas kerja. Respon

fisiologis yang terkait dengan kecemasan, termodulasi terutama oleh otak melalui

sistem saraf otonom. Tubuh menyesuaikan secara internal tanpa sadar atau upaya

sukarela (Stuart, G. W., 2013).

Saat pasien PPOK mengalami gejala kecemasan, tubuh menanggapi

dengan reaksi simpatik yang paling sering terjadi. Reaksi ini mempersiapkan

tubuh untuk menghadapi situasi darurat oleh reaksi perlawanan. Hal ini juga

dapat memicu sindrom adaptasi umum. Ketika korteks otak merasakan ancaman,

ia akan mengirimkan stimulus di bawah cabang simpatik dari sistem saraf

otonom ke kelenjar adrenal. Karena pelepasan epinefrin, respirasi mendalam,

jantung berdetak lebih cepat, dan tekanan arteri meningkat. Glikogenolisis

dipercepat, dan tingkat glukosa darah naik (Stuart, G. W., 2013).

Menurut analisa peneliti berdasarkan penelitian ini bahwa seseorang

dengan kecemasan tinggi berpotensi mengurangi produktivitasnya sehari-hari.

Sedangkan seseorang dengan kecemasan yang rendah, dapat meningkatkan


kapasitas kerjanya sehari-hari. Namun, karakteristik demografi pasien juga turut

andil dalam mempengaruhi kualitas hidup pasien.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan

kecemasan tentang proses penyakti dengan kualitas hidup pasien Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah sakit Khusus Paru Sumatera

Barat tahun 2016, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh pasien PPOK mempunyai kecemasan kategori rendah.

2. Lebih dari separuh pasien PPOK mempunyai kualitas hidup baik.

3. Ada hubungan bermakna antara kecemasan tentang proses penyakit dengan

kualitas hidup pasien PPOK di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru

Sumatera Barat tahun 2016.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit untuk memberikan konseling kepada

pasien PPOK dan keluarganya bagaimana memanajemen penyakit PPOK

untuk mengurangi dampaknya terhadap penurunan kualitas hidup, khususnya

kepada pasien lansia.


2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Hasil ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi mahasiswa dan tambahan

pengetahuan dalam pengembangan keperawatan, lebih khususnya dalam

aspek psikologis dan kualitas hidup pada pasien PPOK.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih mengembangkan

penelitian ini dengan menggali aspek dari hubungan karakteristik responden

dengan kualitas hidup pasien PPOK.


DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association. (2013). Trends in COPD (Chronic Bronchitis and


Emphysema): morbidity and mortality. Epidemiology and statistics unit
research and health education division.
Amoros, et al. (2008). Quality of life in patient with chronic obstructive pulmonary
disease : the predictive validity of the BODE Index. Slae Pub. Chronic
Respiratory Disease 5 : (7-11). Diakses pada tanggal 5 Juli 2016 dari
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdf.
Andayani, N., dkk (2014). Hubungan derajat sesak napas penyakit paru obstruktif
kronik dengan simptom ansietas. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 14 Nomor
2.
Balcells, E., Gea, J., et al. (2010). Factors affecting the relationship between
psychological status and quality of life in COPD patients. BioMed Central.
Health and Quality of Life Outcomes, 8: 108 : Barcelona, Spanyol.
Bentsen, et al. (2010) Self-efficacy as a predictor of improvement in health status and
overall quality of life in pulmonary rehabilitation an exploratory study. Patient
Education. 81(1):5-13. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubemed/20356.
Diperoleh pada tanggal 23 April 2016.
Brenes. (2003). Anxiety and chronic obstructive pulmonary disease : prevalence,
impact, and treatment. Psychosomatic Medicine Journal. 65;963-970.
C. Mark. (2011). COPD Significantly reduces health-related quality of life. Respir.
Med. 105 (57 - 66).
Cully, et al. (2006). Quality of life in patients with chronic obstructive pulmonary
disease and comorbid anxiety or depression. Psychosomatics. 47: 312-319. The
Academy of Psychosomatic Medicine.
Dahlan MS. (2012). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Jakarta Pusat : Sagung Seto.
Dharma. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan: pedoman melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
Eisner, M.D., Blance, P.D., Yelin, E.H., Katz, P.P., Sanchez, B., Iribarren, &
Omachi. (2010). Influence of anxiety on health outcomes in COPD. Thorax
2010;65: 229-234.
Firdaus. (2014). Hubungan derajat obstruksi paru dengan kualitas hidup dengan
penderita PPOK di RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Pontianak : Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2008). Global
strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive
pulmonary disease (update 2013). June 20, 2013. Am J Respir Crit Care Med.
Vol 187, Iss 4, pp 347-365 : American Thoracic Society.
Global Initiative for Chronic Obstructive LungDisease (GOLD), Update 2015.
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic
obstructive pulmonary disease. Barcelona: GOLD Inc.
Grant, M. M. (2007). Beck anxiety inventory. Johnson Avenue.
www.coastalcognitive.com
Gudmundsson, G., et al. (2005). Risk factor for rehospitalisation in COPD : Role of
health status, anxiety, and depression. Eur Respir J 2005; 26:414-419.
Gupta, B., & Kant, S. (2009). Health related quality of life (HRQoL) in COPD. The
Internet Journal of Pulmonary Medicine. 11 (1). The Internet Journal of
Pulmonary Medicine.
Hill, K., Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse, Y. (2008). Anxiety and depression in
end-stage COPD. Series “Comprehensive Management of End-Stage COPD”
Eur Respir J 2008; 31 : 667-677.
Jenkins, C & Rodriguez-Roisin, R. (2009). Editorial. Quality of life, stage severity
and COPD. Eur Respir J 2009; Vo. 33, Number 5: 953–955.
Jones, P.W. (2008). St george’s respiratory questionnaire – Manual. Version 2.3.
London (UK) : St. George’s University of London.
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta. Diakses pada
tanggal 5 Juli 2016 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202
013
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1022/Menkes/SK/XI/2008.
(2008).Ppedoman pengendalian penyakit paru obstruktif kronik.
Khausarika, S. (2013). Kualitas hidup pasien penyakit paru obstruktif kronik di poli
paru Rsudza Banda Aceh. Skripsi. Aceh : ETD Unsyiah
Kunik M.E., et al. (2005). Surprisingly hifh prevalence of anxiety and depression in
chronic breathing disorder. Chest Journal. 2005; 127:1205-1211.
Lewis, S.L., dkk. (2011). Medical surgical nursing – assessment and management of
clinical problems. Ed. 8, Vol. 1. Chapter 29 (610 - 630). United States :
Elsevier.
Megari, K. (2013). Quality of life in chronic disease patients. Health Psychology
Research, Volume 1:e27. School of Psychology, Aristotle. University of
Thessaloniki, Greece.
Muthmainnah, dkk. (2015). Gambaran kualitas hidup pasien PPOK stabil di Poli
Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan menggunakan kuesioner
SGRQ. JOM FK Volume 2 No. 2.
National Institutes of Health National Heart, Lung, and Blood Institute. (2007).
Chronic obstructive pulmonary disease. U.S. Department Of Health and
Human Services. http://www.nhlbi.nih.gov/health/prof/lung/copd_wksp.
Diperoleh tanggal 25 Mai 2016.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2011). Diagnosis dan penatalaksanaan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.
Potter, P.A., & Perry A.G. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,
proses, dan praktik. Jakarta : EGC.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit, Ed. 6. Alih Bahasa Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC.
Regional COPD Working Group. (2007). COPD Prevalence in 12 Asia-Pasific
Countries and Regions : Projections Based on COPD Prevalence Estimation
Model. Respirology, 8(2) : 192-198.
Rejeh, Karimooi,Vaismoradi & Jasper. (2013). Effect of systematic relaxation
techniques on anxiety and pian in older patients undergoing abdominal
surgery. Wiley Publishing Asia Pty Ltd. DOI: 10.1111/ijin.12088.
Rini, I.S. (2011). Tesis. Hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien
penyakit paru obstruktif kronis dalam konteks asuhan keperawatan di RS Paru
Batu dan RSU DR. Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Said, A. JR. (2016). Hubungan derajat PPOK terhadap kualitas hidup pasien pada
pasien PPOK di Poliklinik Paru RSUP dr. M.Djamil Padang dan Rumah Sakit
Khusus Paru Sumatera Barat. Skripsi. Padang : Fakultas Kedokteran Unand.
Setiyanto, H., dkk. (2008). Pola sensitiviti kuman PPOK eksaserbasi akut yang
mendapat pengobatan echinacea purpurea dan antibiotik siprofloksasin. Jurnal
Respirologi Indonesia, Vol. 28, No. 3.
Silitonga, R. (2007). Tesis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
penderita penyakit parkinson di poliklinik saraf RS Dr Kariadi tahun 2007.
Semarang. Tidak dipublikasikan.
Smeltzer, C., Bare G., Hinkle L., Cheever H. (2010). Text book of medical surgical
nursing, 12th ed. Wolters Kluwer Health : New York
Smeltzer, S., & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medica surgical
nursing. Philadelphia : Lippincott.
Stanley, M & Beare, P. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik Ed. 2. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. Ed. 10. Chapter
15: 217 – 224. US : Elsevier.
Suhartini. (2008). Effectiveness of music therapy toward reducing patient’s anxiety in
intensive care unit. Media Ners. Volume 2. Nomor 1, Mei 2008, hal 1-44.
Tambunan, S.I. (2013). Hubungan antara obat anti epilepsi dengan kognitif dari
behaviour pasien epilepsi. Tesis : Universitas Sumatera Utara.
Tarwoto, Irawaty, D., Kuntarti, Waluyo, A., & Mulyatsih, E. (2011). Tesis :
Pengaruh latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri kepala akut
pada pasien cedera kepala ringan. Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Thomas George Willgoss, T.G & Yohannes, A.M (2013). Anxiety disorders in
patients with COPD: A Systematic Review. Respir Care
2013; 58 (5) : 858–866 : Daedalus Enterprises
Townsend, M.C. (2008). Psychiatric mental health nursing : concept of care.
Philadelphia : F.A. Davis Company.
Undang-Undang Nomor 20. (2003). tentang Sistem pendidikan nasional Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8.
Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.
Willgoss, T.G., Yohanes A.M., Goldbart, J., & Fatoye, F. (2012). “Everything was
spiraling out of control” : experiences of anxiety in peoople with chronic
obstructive pulmonary disease. Heart Lung Journal, 41, 562-571.
World Health Organization. (2009). Global strategy for diagnosis, management, and
prevention of COPD. Diakses pada tanggal 3 Mai 2015 dari
http://www.goldcopd.com/Guidelineitemasp?l1=2&l2=1&intId=2180.
Zamzam, M. A. (2012). Quality of life in copd patients. Egyptian Journal of Chest
Disease and Tuberculosis, 61, 281 – 289 : Elsevier.
Zatadini, R. A. (2011). Perbedaan kecemasan antara pasien asma dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) di RSUD dr. Moewardi. Skripsi. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Sebelas Maret.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Nama : Fitria Ananda Putri


BP 1210322012

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PROSES PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT KHUSUS PARU SUMATERA BARAT TAHUN 2016
No Kegiatan Mei-
Jan Feb-Apr Sept Okt Nov Des Jan
Agust
2016 2016 2016 2016 2016 2016 2017
2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul penelitian
2. Acc judul penelitian
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Persiapan seminar ujian proposal
5. Seminar ujian proposal
6. Perbaikan proposal penelitian
7. Pelaksanaan penelitian
8. Pengolahan dan analisa data
9. Penyusunan hasil penelitian
10. Ujian skripsi
11. Perbaikan hasil ujian skripsi
12. Penyusunan hasil penelitian dan pengadaan skripsi
Lampiran

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Judul : Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas


Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di
Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun
2016
Peneliti : Fitria Ananda Putri
No. BP : 1210322012

No. Kegiatan Biaya


1. Biaya administrasi dan studi awal Rp 100.000,-
2. Penyusunan proposal penelitian Rp 100.000,-
3. Penggandaan proposal, instrument Rp 500.000,-
penelitian, dan ujian proposal
4. Pelaksanaan penelitian Rp 500.000,-
5. Pengolahan data dan analisa data Rp 100.000,-
6. Penyusunan skripsi Rp 200.000,-
7. Perbaikan laporan setelah ujian skripsi Rp 100.000,-
8. Penyediaan skripsi Rp 400.000,-
9. Transportasi Rp 200.000,-
Jumlah Rp 2.200.000.-
Lampiran 3. Surat Izin
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Proposal dan Hasil
PEItTBhtUAIf

I
Lampiran

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden Penelitian


Di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru
Sumatera Barat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Fakultas


Keperawatan Universitas Andalas :

Nama : Fitria Ananda Putri


No. BP : 1210322012

Alamat : Perumahan BSD 1 Blok B.20 Pasir Kandang, Kelurahan


Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Padang
Akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kecemasan
tentang Proses Penyakit dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di Poliklinik Rumah Sakit Paru Sumatera Barat
Tahun 2016”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian apapun bagi
responden. Semua informasi dan data yang di dapat dari hasil penelitian akan
dijaga kerahasiannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Saudara/i menyetujui, maka dengan ini saya memohon kesediaan
menandatangani persetujuan dan mengikuti prosedur penelitian yang akan
dilakukan.
Atas perhatian dan kesediaan Saudara/i sebagai responden saya ucapkan
terima kasih.

Peneliti

Fitria Ananda Putri


Lampiran

INFORMED CONCENT
(Format Persetujuan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


: Nama :
Umur :
Alamat :

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya


bersedia dijadikan responden penelitian untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan dan berhak mengundurkan diri bila terdapat sesuatu hal
yang merugikan saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada
unsur paksaan dari pihak manapun.

Padang,.............2016
Responden

( ....................................... )
Lampiran 7
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PROSES PENYAKIT DENGAN


KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK) DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT KHUSUS PARU
SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Kode Responden : (diisi oleh peneliti)


Tanggal pengambilan data :

Petunjuk pengisian :
1. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu : karakteristik responden, kuesioner
tentang kualitas hidup, kuesioner tentang kecemasan.
2. Mohon kesediaannya Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner tersebut
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, dengan cara memberikan tanda cek
list (√) pada pilihan jawaban yang telah disediakan dan isian singkat.
3. Jika Bapak/Ibu/Saudara ingin memperbaiki jawaban pertama yang salah,
cukup memberikan tanda garis dua (=) pada cek list (√) yang salah dan
tuliskan kembali cek list (√) pada jawaban yang benar menurut
Bapak/Ibu/Saudara.
4. Semua jawaban Bapak/Ibu/Saudara adalah BENAR.
5. Semua pertanyaan/pernyataan sedapat mungkin diisi secara jujur dan lengkap.
6. Bila ada pertanyaan/pernyataan yang kurang dipahami, mintalah petunjuk
langsung kepada peneliti.
7. Atas partisipasi responden, kami mengucapkan banyak terima kasih.
KUESIONER A
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Inisial responden :
2. Umur :.............tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Tingkat pendidikan : Tidak sekolah SD SMP
SMA PT
5. Pekerjaan : Tidak bekerja/pensiun
Petani/pedagang/buruh
PNS/TNI/Polri
Laik-lain, sebutkan.......................................
6. Lama menderita PPOK: .............. tahun,...........bulan
7. Riwayat merokok : Ada Tidak ada
8. Nilai pemeriksaan spirometri (FEV1) : ................
9. Derajat PPOK :
KUESIONER B
ST. GEORGE’S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE
untuk Pasien PPOK
(SGRQ-C)

Sebelum mengisi seluruh daftar pertanyaan :

Pilihlah satu kotak untuk menunjukkan bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda sa

Sangat baik Baik Lumayan Buruk Sangat buruk

Isilah daftar pertanyaan berikut berdasarkan kondisi dan gejala yang


Bapak/Ibu/Saudara rasakan selama 1 bulan terakhir.

Daftar Pertanyaan Pernapasan St. George


BAGIAN 1

Pertanyaan tentang seberapa sering masalah dada yang Anda alami


Conteng hanya SATU jawaban untuk setiap pertanyaan

Pertanyaan 1. Saya batuk


:
Hampir setiap hari dalam seminggu........ a
Beberapa hari dalam seminggu............... b
Hanya ada jika infeksi dada................... c
Tidak sama sekali................................... d

Pertanyaan 2. Saya mengeluarkan dahak (lendir) :


Hampir setiap hari dalam seminggu........ a
Beberapa hari dalam seminggu............... b
Hanya ada jika infeksi dada................... c
Tidak sama sekali................................... d
Pertanyaan 3. Saya mengalami sesak napas :
Kebanyakan hari dalam seminggu.......... a
Beberapa hari dalam seminggu............... b
Tidak sama sekali................................... c

Pertanyaan 4. Saya mengalami serangan bengek :


Hampir setiap hari dalam seminggu........ a
Beberapa hari dalam seminggu............... b
Beberapa hari.......................................... c
Hanya ada jika infeksi dada................... d
Tidak sama sekali................................... e

Pertanyaan 5. Berapa kali Anda mengalami masalah pernapasan sepanjang tahun


lalu?
3 kali atau lebih...................................... a
1 atau 2 kali............................................ b
Tidak pernah sama sekali........................ c

Pertanyaan 6. Berapa sering Anda merasakan hari yang menyenangkan (dengan


hanya sedikit gangguan pernapasan)?
Tidak pernah sama sekali....................... a
Beberapa hari......................................... b
Hampir setiap hari.................................. c
Setiap hari............................................... d

Pertanyaan 7. Jika Anda mengalami bengek, apakah gangguan tersebut memburuk


ketika Anda bangun pada pagi hari?
Tidak...................................................... a
Ya........................................................... b
Daftar Pertanyaan Pernapasan St.
George

8. Bagaimana Anda menilai kesulitan pernapasan


Anda?
Pilih SATU dengan
mencotrenng kotak :
Menyebabkan banyak masalah atau merupakan masalah terpenting
yang saya alami.............................................................................. a
Menyebabkan sedikit masalah........................................................ b
Tidak menyebabkan masalah.......................................................... c

9. Pertanyaan tentang kegiatan apa yang biasanya membuat Anda merasa terengah-
engah?
Untuk setiap pertanyaan, contreng kotak yang cocok dengan Anda
belakangan ini :
Membasuh tangan dan wajah atau berpakaian................................... a
Berjalan di dalam rumah.................................................................... b
Berjalan di luar pada permukaan yang datar..................................... c
Berjalan satu lantai lewat anak tangga.............................................. d
Berjalan mendaki bukit..................................................................... e

10. Beberapa pertanyaan lain tentang batuk dan sesak napas Anda.
Untuk setiap pertanyaan, contreng kotak yang cocok dengan Anda
belakangan ini :
Batuk saya terasa sakit...................................................................... a
Batuk saya membuat saya lelah........................................................ b
Saya terengah-engah jika berbicara.................................................. c
Saya terengah—engah jika membungkuk........................................ d
Batuk atau napas saya mengganggu tidur saya................................. e
Saya mudah loyo............................................................................... f
Daftar Pertanyaan Pernapasan St.
George

11. Pertanyaan tentang efek lain yang mungkin ditimbulkan oleh kesulitan bernapas
Anda :
Untuk setiap pertanyaan, contreng kotak yang cocok dengan Anda
belakangan ini :
Batuk atau napas saya memalukan di depan umum........................... a
Masalah pernapasan saya merupakan gangguan bagi keluarga,
teman, atau tetangga saya.................................................................. b
Saya takut atau panik ketika tidak bisa bernapas.............................. c
Saya merasa tidak mampu mengendalikan masalah pernapasan
saya.................................................................................................... d
Saya telah menjadi rapuh atau orang yang cacat karena gangguan
pernapasan saya................................................................................ e
Olahraga tidak aman untuk saya....................................................... f
Segala sesuatu kelihatannya terlalu membutuhkan tenaga............... g
Daftar Pertanyaan Pernapasan St.
George

12. Berikut pertanyaan tentang bagaimana kegiatan Anda bisa dipengaruhi oleh
pernapasan Anda
Untuk setiap pertanyaan, contreng kotak yang cocok dengan diri Anda
karena pernapasan Anda :
Saya perlu waktu lama untuk membasuh tangan dan wajah atau
berpakaian.......................................................................................... ... a
Saya tidak dapat mandi atau mandi dengan pancuran, atau saya
butuh waktu lama.................................................................................. b
Saya bejalan lebih lambat dibanding orang lain, atau saya berhenti
untuk istirahat........................................................................................ c
Pekerjaan seperti pekerjaan rumah tangga perlu waktu lama, atau
saya harus berhenti untuk istirahat........................................................ d
Jika berjalan naik satu lantai lewat anak tangga, saya harus
melakukannya perlahan-lahan atau berhenti......................................... e
Jika terburu-buru atau berjalan cepat, saya harus berhenti atau
mengurangi kecepatan........................................................................... f
Pernapasan saya membuat saya sulit melakukan hal-hal seperti
berjalan mendaki bukit, menaiki anak tangga dengan membawa
barang, pekerjaan ringan di kebun seperti memotong rumput, gerak
badan ringan, naik sepeda santai........................................................... g
Pernapasan saya membuat saya sulit melakukan hal-hal seperti
membawa beban berat, mencangkul kebun, melakukan jogging atau
berjalan cepat (8 km/jam), bermain badminton, atau berenang............ h
Daftar Pertanyaan Pernapasan St.
George

13. Kami ingin mengetahui bagaimana masalah pernapasan Anda biasanya


mempengaruhi kehidupan sehari-hari Anda.
Untuk setiap pertanyaan, contreng kotak yang cocok dengan diri Anda karena
pernapasan Anda :
Saya tidak dapat berolahraga atau melakukan permainan fisik di luar
ruangan................................................................................................. a
Saya tidak dapat pergi ke luar untuk mencari hiburan atau rekreasi........ b
Saya tidak dapat pergi ke luar rumah untuk berbelanja.......................... c
Saya tidak dapat melakukan pekerjaan rumah tangga............................ d
Saya tidak dapat bergerak jauh dari tempat tidur atau kursi saya........... e

14. Bagaimana masalah pernapasan mempengaruhi Anda?


Pilih SATU dengan menconteng kotak :
Tidak menghalangi saya melakukan apapun yang saya inginkan........... a
Menghalangi saya melakukan satu atau dua hal yang saya ingin
lakukan..................................................................................................... b
Menghalangi saya melakukan sebagian besar hal yang saya ingin
lakukan..................................................................................................... c
Menghalangi saya melakukan semua yang saya ingin lakukan............... d

Diadopsi dari St. George’s University of London, Version: 1st Sept 2005
P.W. Jones, PhD FRCP, Professor of Respiratory Medicine
KUESIONER C
Beck Anxiety Inventory

Di bawah ini adalah daftar gejala umum dari kecemasan. Bacalah setiap item
dalam daftar. Berapa banyak indikasi Anda telah terganggu oleh gejala selama
sebulan terakhir, termasuk hari ini, dengan mencontreng (√) kolom disetiap
gejala.

Sedikit Cukup Banyak


Tidak ada mengganggu mengganggu mengganggu
saya saya saya

Perasaan goyang pada


tungkai
Tidak mampu merasa tenang
Takut akan terjadi sesuatu
yang buruk
Pusing atau kepala terasa
ringan
Jantung berdebar
Mudah terombang-ambing
Merasa ngeri atau takut
Gelisah
Merasakan goyang
Takut kehilangan kontrol
Sulit bernafas
Hati menjadi ciut
Pingsan
Muka terlihat berwarna
Merah
Berkeringat panas atau
Dingin

Diadopsi dari (Beck, A. T, 1988 dalam Grant, M. M., 2007)

Terima kasih Anda telah mengisi daftar pertanyaan ini.


Sebelum kuesioner diserahkan, periksalah kembali apakah Anda sudah
menjawab semua pertanyaan.
Master Tabel

Hubungan Kecemasan tentang Proses Penyakit dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
di Poliklinik Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat tahun 2016

Karakteristik Responden Kualitas Hidup pasien PPOK Kecemasan


PP
Prediksi

L.Dx PPOK
Ktg Usia

Gejala Aktivitas Dampak %


derajat

No
Inisial
Usia

Pdd

Ktg

Ktg
Jml
Pk

R Total
Jk

ktg

FEV1 1 2 3 4 5 6 7 Jml 9 12 Jml 8 10 11 13 14 Jml QoL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Ma 54 1 1 1 1 1 82% 1 1 28.1 28.1 50.3 36.4 80.1 76.6 62.0 361.6 151.2 216.5 367.7 34.6 172.4 237.5 79.1 42.0 565.6 1294.9 40% 1 0 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 1 0 1 1 13 1
2 An 53 1 1 1 1 1 77% 2 1 80.6 76.8 87.2 71.0 80.1 38.5 62.0 496.2 151.2 218.2 369.4 34.6 87.9 163.4 79.1 42.0 407 1272.6 40% 1 0 1 2 1 0 0 1 2 0 0 3 0 0 0 1 11 1
3 Si 40 0 1 1 1 2 88% 1 1 0.0 0.0 50.3 45.6 80.1 76.6 0.0 252.6 156.5 218.2 374.7 34.6 87.9 253.5 79.1 42.0 497.1 1124.4 35% 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 5 1
4 Ka 84 1 1 1 1 1 62% 2 1 80.6 46.3 87.2 71.0 80.1 76.6 0.0 441.8 232.6 289.8 522.4 82.9 172.4 163.4 79.1 84.2 582 1546.2 48% 1 0 1 2 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 7 1
5 Za 39 0 1 2 1 1 55% 2 0 28.1 28.1 50.3 36.4 52.3 76.6 62.0 333.8 151.2 145.9 297.1 0.0 87.9 163.4 79.1 0.0 330.4 961.3 30% 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1
6 An 39 0 1 1 0 1 87% 1 1 28.1 28.1 0.0 36.4 52.3 38.5 62.0 245.4 76.1 146.8 222.9 0.0 87.9 163.4 79.1 0.0 330.4 798.7 25% 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 1
7 Sy 67 1 1 1 1 1 70% 2 1 46.3 46.3 87.2 86.2 80.1 76.6 62.0 484.7 232.6 360.7 593.3 82.9 249.2 253.5 79.1 84.2 748.9 1826.9 57% 2 1 1 2 1 0 0 2 2 0 0 3 0 0 0 1 13 1
8 Nu 40 0 1 1 0 1 38% 3 1 80.6 76.8 50.3 71.0 80.1 76.6 62.0 497.4 312.8 360.7 673.5 34.6 412.3 237.5 160.1 84.2 928.7 2099.6 66% 2 2 2 2 1 0 1 3 2 0 1 3 0 0 0 2 19 2
9 Al 74 1 1 1 1 1 40% 3 1 80.6 46.3 50.3 71.0 80.1 76.6 0.0 404.9 232.6 432.1 664.7 82.9 333.2 332.6 239.9 84.2 1072.8 2142.4 67% 2 1 1 2 0 0 1 1 1 0 0 2 0 0 0 2 11 1
10 Ba 49 1 1 1 1 2 33% 3 1 80.6 0.0 87.2 86.2 80.1 76.6 62.0 472.7 312.8 432.1 744.9 82.9 493.4 406.7 304.7 84.2 1371.9 2589.5 81% 2 2 2 2 1 0 1 2 2 1 1 3 0 0 1 2 20 2
11 Ap 36 0 1 1 1 2 85% 1 1 46.3 0.0 0.0 0.0 52.3 38.5 0.0 137.1 151.2 145.9 297.1 0.0 79.1 75.7 79.1 42.0 275.9 710.1 22% 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 5 1
12 Ad 55 1 1 1 1 1 43% 3 1 80.6 76.8 87.2 71.0 80.1 38.5 62.0 496.2 232.6 360.4 593 34.6 249.2 332.6 160.1 42.0 818.5 1907.7 60% 2 1 1 2 1 0 0 3 2 0 0 3 1 0 1 2 17 2
13 Mu 60 1 1 1 1 1 60% 2 1 28.1 28.1 87.2 71.0 80.1 76.6 0.0 371.1 232.6 432.1 664.7 34.6 332.1 242.5 79.1 42.0 730.3 1766.1 55% 2 1 0 1 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 1 9 1
14 Zu 69 1 1 2 1 1 47% 3 1 46.3 46.3 50.3 71.0 80.1 76.6 62.0 432.6 232.6 360.4 593 34.6 249.2 316.6 79.1 42.0 721.5 1747.1 55% 2 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3 8 1
15 Ji 58 1 1 1 1 1 32% 3 1 80.6 76.8 87.2 71.0 80.1 76.6 0.0 472.3 232.6 360.4 593 34.6 409.4 228.9 79.1 42.0 794 1859.3 58% 2 2 1 2 2 0 1 1 2 0 0 2 0 0 0 2 15 1
16 Mu 65 1 1 1 1 1 33% 3 1 80.6 76.8 87.2 86.2 80.1 76.6 62.0 549.5 312.8 432.1 744.9 82.9 409.4 491 398.7 84.2 1466.2 2760.6 86% 2 2 2 3 2 0 1 1 2 0 1 3 1 0 1 2 21 2
17 Ta 70 1 1 1 1 1 54% 2 1 80.6 76.8 87.2 86.2 80.1 76.6 62.0 549.5 232.6 360.4 593 82.9 330.3 406.7 239.9 84.2 1144 2286.5 71% 2 2 2 3 1 0 1 3 2 1 1 3 2 0 1 2 24 2
18 Ag 68 1 1 1 1 1 46% 3 1 46.3 46.3 50.3 45.6 52.3 76.6 62.0 379.4 151.2 289.8 441 34.6 154.7 422.5 160.1 42.0 813.9 1634.3 51% 2 1 0 2 0 0 0 1 2 0 1 2 0 0 0 1 10 1
19 Ab 45 1 1 1 0 1 34% 3 0 46.3 46.3 87.2 86.2 80.1 76.6 62.0 484.7 312.8 361.5 674.3 82.9 249.2 253.5 239.9 84.2 909.7 2068.7 65% 2 0 2 2 2 1 0 2 1 0 0 3 1 0 0 1 15 1
20 Ha 75 1 1 1 1 1 85% 1 0 28.1 28.1 50.3 36.4 52.3 38.5 0.0 233.7 75.1 218.2 293.3 0.0 164.7 75.7 143.9 42.0 426.3 953.3 30% 1 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 2 0 0 0 1 9 1
21 Ad 61 1 1 1 1 1 63% 2 1 80.6 46.3 87.2 71.0 80.1 76.6 62.0 503.8 232.6 432.1 664.7 82.9 249.2 332.6 239.9 84.2 988.8 2157.3 67% 1 2 1 2 1 0 0 2 2 0 1 3 0 0 0 1 15 1
22 Id 50 1 1 1 1 1 52% 2 1 80.6 46.3 87.2 86.2 80.1 76.6 62.0 519 232.6 360.4 593 82.9 249.2 332.6 160.1 84.2 909 2021 63% 1 1 2 2 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 0 1 13 1
23 Yu 40 0 1 1 1 1 88% 1 1 28.1 28.1 50.3 45.6 52.3 38.5 0.0 242.9 75.1 145.9 221 34.6 164.7 163.4 64.8 42.0 469.5 933.4 29% 1 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 1 6 1
24 Kh 38 0 1 3 1 1 85% 1 1 28.1 28.1 50.3 36.4 52.3 76.6 0.0 271.8 75.1 145.9 221 34.6 87.9 75.7 64.8 42.0 305 797.8 25% 1 1 1 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 1 8 1
25 Sa 38 0 1 1 1 1 83% 1 1 28.1 28.1 50.3 45.6 52.3 38.5 0.0 242.9 151.2 218.2 369.4 34.6 87.9 253.5 79.1 42.0 497.1 1109.4 35% 1 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 2 0 0 0 1 9 1
28 Sy 59 1 1 1 1 1 65% 2 1 46.3 28.1 50.3 45.6 52.3 76.6 0.0 299.2 151.2 218.2 369.4 34.6 167 149.8 64.8 42.0 458.2 1126.8 35% 1 1 0 2 1 0 0 1 1 0 0 2 0 0 0 1 9 1
29 Ap 54 1 1 1 1 1 72% 2 0 80.6 28.1 50.3 36.4 52.3 76.6 0.0 324.3 151.2 145.9 297.1 34.6 87.9 149.8 64.8 0.0 337.1 958.5 30% 1 0 0 2 1 0 0 2 1 0 0 1 0 0 0 1 8 1
30 Ja 62 1 2 1 1 2 75% 2 0 46.3 28.1 50.3 36.4 80.1 76.6 0.0 317.8 232.6 360.4 593 82.9 248.1 237.5 143.9 42.0 754.4 1665.2 52% 2 1 2 2 1 0 0 3 2 0 1 2 0 0 1 2 17 2
31 Ed 45 1 1 3 1 1 84% 1 1 80.6 0.0 50.3 36.4 52.3 76.6 0.0 296.2 75.1 143.7 218.8 82.9 248.1 228.9 64.8 42.0 666.7 1181.7 37% 1 0 1 2 0 0 0 2 1 0 1 2 0 0 0 1 10 1
32 Sa 56 1 2 1 1 2 45% 3 1 80.6 28.1 87.2 45.6 80.1 76.6 62.0 460.2 151.2 285.9 437.1 82.9 248.1 316.6 143.9 42.0 833.5 1730.8 54% 2 0 2 2 1 0 0 2 1 0 1 2 0 0 1 2 14 1
33 Zu 39 0 1 3 1 1 88% 1 1 46.3 46.3 0.0 36.4 52.3 38.5 0.0 219.8 75.1 71.4 146.5 34.6 169 74.1 64.8 42.0 384.5 750.8 23% 1 0 1 2 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 8 1
34 Ka 42 1 1 1 1 1 87% 1 1 46.3 28.1 50.3 45.6 52.3 76.6 0.0 299.2 75.1 289.8 364.9 34.6 169 316.6 64.8 42.0 627 1291.1 40% 1 0 1 2 0 0 0 2 1 0 1 2 0 0 1 1 11 1
35 Zu 37 0 1 1 1 1 70% 2 1 80.6 46.3 50.3 36.4 52.3 76.6 0.0 342.5 75.1 143.7 218.8 34.6 248.1 228.9 64.8 42.0 618.4 1179.7 37% 1 0 1 1 0 0 0 2 1 0 1 1 0 0 1 2 10 1
36 Bo 62 1 1 1 1 1 54% 2 0 80.6 46.3 87.2 45.6 80.1 76.6 62.0 478.4 312.8 360.4 673.2 82.9 324.9 316.6 143.9 84.2 952.5 2104.1 66% 2 1 1 3 1 0 0 3 2 0 1 3 0 0 1 2 18 2
37 To 53 1 1 1 1 1 48% 3 1 80.6 28.1 87.2 36.4 52.3 38.5 62.0 385.1 151.2 218.2 369.4 34.6 248.1 242.5 64.8 42.0 632 1386.5 43% 1 0 1 2 1 0 0 3 2 0 1 3 1 0 1 2 17 2
38 Su 58 1 1 1 1 1 47% 3 1 80.6 46.3 87.2 36.4 80.1 76.6 62.0 469.2 232.6 289.8 522.4 82.9 248.1 242.5 64.8 84.2 722.5 1714.1 54% 2 1 2 3 0 0 0 3 2 0 1 3 0 0 1 2 18 2
39 Wi 59 1 2 1 1 2 59% 2 1 80.6 46.3 87.2 36.4 80.1 76.6 62.0 469.2 232.6 289.8 522.4 82.9 248.1 242.5 64.8 84.2 722.5 1714.1 54% 2 1 2 3 1 0 0 3 2 0 1 3 0 0 1 2 19 2
40 Ha 48 1 1 1 1 1 80% 1 1 46.3 28.1 87.2 36.4 52.3 76.6 0.0 326.9 151.2 215.3 366.5 34.6 332.1 316.6 79.1 84.2 846.6 1540 48% 1 0 2 3 1 0 0 3 2 0 1 2 0 0 0 1 15 1
41 Nu 39 0 1 2 1 1 73% 2 1 80.6 28.1 50.3 45.6 52.3 38.5 62.0 357.4 151.2 215.3 366.5 34.6 169 316.6 64.8 42.0 627 1350.9 42% 1 0 1 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 1 1 11 1
42 Ag 57 1 1 1 1 1 34% 3 1 80.6 76.8 87.2 45.6 80.1 76.6 62.0 508.9 312.8 360.4 673.2 82.9 332.1 316.6 304.7 84.2 1120.5 2302.6 72% 2 1 2 3 1 1 1 3 2 0 2 3 0 0 1 2 22 2
43 Ka 58 1 1 2 1 1 76% 2 1 80.6 28.1 50.3 36.4 52.3 38.5 62.0 348.2 151.2 289.8 441 34.6 248.1 316.6 64.8 42.0 706.1 1495.3 47% 1 0 1 2 0 0 0 2 1 0 1 2 0 0 1 1 11 1
31 46 80 24 3 7 72 67 2 23 91 8 1 16 60 531

Jenis kelamin :
Usia : Pekerjaan : Ktg = Derajat PPOK : Kecemasan tentang Proses Penyakit :
1 = laki-laki 0 = ≤ 40 tahun 1 = Bekerja 1 = derajat rendah 0 = Tidak ada
2 = perempuan 1 = > 40 tahun 0 = Tidak bekerja 2 = derajat sedang 1 = Sedikit mengganggu saya Lama dx. PPOK :
3 = derajat berat 2 = Cukup mengganggu saya 1 = Baru (≤ 3 tahun)
Pendidikan : 4 = derajat sangat berat 3 = Banyak mengganggu saya 0 = Lama (> 3 tahun)
1 = Pendidikan dasar (SD dan SMP)
2 = SMA Riwayat merokok : Ktg Qol : Ktg Kecemasan :
3 = Perguruan Tinggi 1 = Ada 1 = Baik (QoL ≤ 50%) 1 = Kecemasan rendah (skor 0 - 15)
2 = Tidak ada 2 = Tidak Baik (QoL >50%) 2 = Kecemasan sedang (skor 16 - 30)
Ktg = Kategori 3= Kecemasan tinggi (skor 31 - 45)
HASIL UJI STATISTIK

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Kecemasan

1. Uji Reabilitas

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100.0
Excluded a
0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.949 15

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if
Item Deleted if Item Deleted Total Item
Correlation Deleted
Pertanyaan 1 14.20 38.844 .829 .943
Pertanyaan 2 14.70 39.344 .823 .943
Pertanyaan 3 13.90 40.322 .867 .943
Pertanyaan 4 14.80 39.733 .716 .946
Pertanyaan 5 15.30 42.678 .621 .948
Pertanyaan 6 15.10 41.878 .618 .948
Pertanyaan 7 13.40 36.044 .900 .942
Pertanyaan 8 13.80 41.733 .691 .947
Pertanyaan 9 15.10 41.433 .689 .947

Pertanyaan 10 14.60 38.044 .845 .943

Pertanyaan 11 13.40 39.600 .660 .948

Pertanyaan 12 14.80 41.956 .653 .947

Pertanyaan 13 15.30 42.678 .621 .948

Pertanyaan 14 14.50 42.056 .654 .947

Pertanyaan 15 14.10 40.544 .831 .944

110
11

2. Uji Validitas

rtable 5%
ruji
(n=10)
Pertanyaan 1 .852** .632

Pertanyaan 2 .859** .632

Pertanyaan 3 .874** .632

Pertanyaan 4 .772** .632

Pertanyaan 5 .671* .632

Pertanyaan 6 .664* .632

Pertanyaan 7 .914** .632

Pertanyaan 8 .717* .632

Pertanyaan 9 .726* .632

Pertanyaan 10 .874** .632

Pertanyaan 11 .719* .632

Pertanyaan 12 .684* .632

Pertanyaan 13 .671* .632

Pertanyaan 14 .708* .632

Pertanyaan 15 .849** .632

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
11

Karakteristik Pasien

Statistics
Usia Pasien
N Valid 43
Missing 0

Usia Pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ≤ 40 tahun 12 27.9 27.9 27.9
> 40 tahun 31 72.1 72.1 100.0
Total 43 100.0 100.0

Statistics
Jenis kelamin pasien
N Valid 43
Missing 0

Jenis kelamin pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 40 93.0 93.0 93.0
Perempuan 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Statistics

Pendidikan pekerjaan
N Valid 43 43
Missing 0 0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD dan SMP/ Sederajat 36 83.7 83.7 83.7
SMA/sederajat 4 9.3 9.3 93.0
PT 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
11

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 3 7.0 7.0 7.0
Bekerja 40 93.0 93.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Statistics
Riwayat merokok pasien
N Valid 43
Missing 0
Mean 1.14

Riwayat merokok pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 37 86.0 86.0 86.0
Tidak ada 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Statistics
Nilai pemeriksaan spirometri (FEV1)
N Valid 43
Missing 0
Mean 62.81
Std. Deviation 18.823

Statistics
Derajat PPOK
N Valid 43
Missing 0
Mean 2.05
Std. Deviation .785

Derajat PPOK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat ringan 12 27.9 27.9 27.9
Derajat sedang 17 39.5 39.5 67.4
Derajat berat 14 32.6 32.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
11

Statistics
Lama didiagnosa PPOK
N Valid 43
Missing 0
Mean .86
Std. Deviation .351

Lama didiagnosa PPOK


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lama (> 3 tahun) 6 14.0 14.0 14.0
Baru (< 3 tahun) 37 86.0 86.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Analisa Univariat
Statistics
Kecemasan pasien
N Valid 43
Missing 0
Mean 1.28
Std. Deviation .454
Minimum 1
Maximum 2

Kecemasan pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kecemasan rendah 31 72.1 72.1 72.1
Kecemasan sedang 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
11

Statistics
Kualitas hidup pasien
N Valid 43
Missing 0
Mean 1.44
Std. Deviation .502
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 62

Kualitas hidup pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 24 55.8 55.8 55.8
Tidak baik 19 44.2 44.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
11

Analisa Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kecemasan pasien * Kualitas
43 100.0 0 .0% 43 100.0
hidup pasien
% %

Kecemasan pasien * Kualitas hidup pasien Crosstabulation

Kualitas hidup pasien

Baik Tidak baik Total


Kecemasa Kecemasa Count 23 8 31
n pasien n rendah
Expected 17.3 13.7 31.0
Count 74.2% 25.8% 100.0%
% within Kecemasan pasien 95.8% 42.1% 72.1%

% within Kualitas hidup pasien


Kecemasa Count 1 11 12
n sedang 6.7 5.3 12.0
Expected
Count 8.3% 91.7% 100.0%
% within Kecemasan pasien 4.2% 57.9% 27.9%

% within Kualitas hidup pasien


Total Count 24 19 43
Expected Count 24.0 19.0 43.0
% within Kecemasan pasien 55.8% 44.2% 100.0%
% within Kualitas hidup pasien 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 15.216a 1 .000
Continuity Correction b
12.662 1 .000
Likelihood Ratio 16.740 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.862 1 .000
N of Valid Casesb 43
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,30.
b. Computed only for a 2x2 table
11

Uji Statistik Tabel Bantu Karakteristik Pasien dihubungkan dengan


Kecemasan dan Kualitas Hidup

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia pasien * Kecemasan 43 100.0 0 .0% 43 100.0
Usia pasien * Kualitas Hidup 43 % 0 .0% 43 %
Jenis Kelamin * Kecemasan 43 100.0 0 .0% 43 100.0
Jenis Kelamin * Kualitas % %
Hidup 43 100.0 0 .0% 43 100.0
Pendidikan pasien * % %
Kecemasan 43 0 .0% 43
Pendidikan pasien * Kualitas 100.0 100.0
Hidup % %
43 0 .0% 43
Pekerjaan pasien *
Kecemasan 100.0 100.0
43 % 0 .0% 43 %
Pekerjaan pasien * Kualitas
Hidup
43 100.0 0 .0% 43 100.0
Merokok * Kecemasan
Merokok * Kualitas Hidup 43 % 0 .0% 43 %
Derajat PPOK * Kecemasan 43 0 .0% 43
Derajat PPOK * Kualitas 100.0 100.0
43 % 0 .0% 43 %
Hidup
Lama didiagnosa PPOK * 43 0 .0% 43
Kecemasan 100.0 100.0
Lama didiagnosa PPOK * % %
43 0 .0% 43
Kualitas Hidup
100.0 100.0
43 % 0 .0% 43 %
100.0 100.0
% %
100.0 100.0
% %

100.0 100.0
% %

100.0 100.0
% %

100.0 100.0
% %

Lama didiagnosa PPOK * Kualitas Hidup

Crosstab
Kualitas Hidup
Total
Baik Tidak baik
Count 3 36
Lama
Lama didiagnosa PPOK% within Lama didiagnosa PPOK Count 50.0% 50.0%100.0%
% within Lama didiagnosa PPOK Count 21 1637
% within Lama didiagnosa PPOK 56.8% 43.2%100.0%
Baru 24 1943
55.8% 44.2%100.0%
Total
11

Chi-Square Tests
Exact Exact
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Sig. (2- Sig. (1-
sided) sided)
Pearson Chi-Square .096a 1 .757
Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .095 1 .758
Fisher's Exact Test 1.00 .547
Linear-by-Linear Association 0
.093 1 .760
N of Valid Casesb
43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,65.
b. Computed only for a 2x2 table

Lama didiagnosa PPOK * Kecemasan

Crosstab

Kecemasan
Kecemasan Kecemasan
rendah sedang Total
Lama Lama Count 4 2 6
didiagnosa % within Lama didiagnosa PPOK 66.7% 33.3% 100.0%
PPOK
Baru Count 27 10 37
% within Lama didiagnosa PPOK 73.0% 27.0% 100.0%
Total Count 31 12 43
% within Lama didiagnosa PPOK 72.1% 27.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact
Value df Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .102a 1 .749
Continuity Correctionb
.00 1 1.000
0
1 .753
Likelihood Ratio .09
9
Fisher's Exact Test 1.00 .545
1 .752 0
Linear-by-Linear Association
.100
N of Valid Cases b
43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,67.
b. Computed only for a 2x2 table
11

Derajat PPOK * Kualitas


Hidup Crosstab

Kualitas Hidup

Baik Tidak baik Total


Derajat derajat 1 Count 12 0 12
PPOK
% within Derajat PPOK 100.0% .0% 100.0%
derajat 2 Count 11 6 17
% within Derajat PPOK 64.7% 35.3% 100.0%
derajat 3 Count 1 13 14
% within Derajat PPOK 7.1% 92.9% 100.0%
Total Count 24 19 43
% within Derajat PPOK 55.8% 44.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 23.493a 2 .000
Likelihood Ratio 29.749 2 .000
Linear-by-Linear Association 22.443 1 .000
N of Valid Cases 43

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,30.

Derajat PPOK * Kecemasan

Crosstab
Kecemasan
Kecemasan Kecemasan
rendah sedang Total
Derajat derajat Count 12 0 12
PPOK ringan
% within Derajat PPOK 100.0% .0% 100.0%
derajat Count 13 4 17
sedang
% within Derajat PPOK 76.5% 23.5% 100.0%
derajat Count 6 8 14
berat
% within Derajat PPOK 42.9% 57.1% 100.0%
Total Count 31 12 43
% within Derajat PPOK 72.1% 27.9% 100.0%
12

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 10.755a 2 .005
Likelihood Ratio 13.247 2 .001
Linear-by-Linear Association 10.378 1 .001
N of Valid Cases 43
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,35.

Merokok * Kualitas
Hidup Crosstab

Kualitas Hidup
Baik Tidak baik Total
Merokok Ada Count 22 15 37
% within Merokok 59.5% 40.5% 100.0%
Tidak ada Count 2 4 6
% within Merokok 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 24 19 43
% within Merokok 55.8% 44.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.429a 1 .232
Continuity Correction b
.566 1 .452
Likelihood Ratio 1.429 1 .232
Fisher's Exact Test .380 .226
Linear-by-Linear Association 1.396 1 .237
N of Valid Cases b
43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,65.
b. Computed only for a 2x2 table
12

Merokok * Kecemasan
Crosstab
Kecemasan
Kecemasan Kecemasa
rendah n sedang Total
Merokok Ada Count 28 9 37
% within Merokok 75.7% 24.3% 100.0%
Tidak ada Count 3 3 6
% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 31 12 43
% within Merokok 72.1% 27.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact Sig. (1-
Value df Sig. (2- Sig. (2- sided)
sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.692a 1 .193
Continuity Correctionb .656 1 .418
Likelihood Ratio 1.546 1 .214
Fisher's Exact Test .325 .204
Linear-by-Linear Association 1.652 1 .199
N of Valid Cases b
43

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,67.
Computed only for a 2x2 table

Pekerjaan pasien * Kualitas Hidup


Crosstab

Kualitas Hidup

Baik Tidak baik Total


Pekerjaa Tidak Count 1 2 3
n pasien bekerja
% within Pekerjaan pasien 33.3% 66.7% 100.0%
Bekerja Count 23 17 40
% within Pekerjaan pasien 57.5% 42.5% 100.0%
Total Count 24 19 43
% within Pekerjaan pasien 55.8% 44.2% 100.0%
12

Chi-Square Tests
Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df Sig. (2- (2- sided) sided)
sided)
Pearson Chi-Square .661a 1 .416
Continuity Correction b
.044 1 .833
Likelihood Ratio .660 1 .416
Fisher's Exact Test .575 .411
Linear-by-Linear Association .646 1 .422
N of Valid Casesb
43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
b. Computed only for a 2x2 table

Pekerjaan pasien * Kecemasan


Crosstab
Kecemasan
Kecemasan Kecemasan
rendah sedang Total
Pekerjaan Tidak Count 2 1 3
pasien bekerj % within Pekerjaan pasien 66.7% 33.3% 100.0%
a
Bekerja Count 29 11 40
% within Pekerjaan pasien 72.5% 27.5% 100.0%
Total Count 31 12 43
% within Pekerjaan pasien 72.1% 27.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact Sig. (1-
Value df Sig. (2- Sig. (2- sided)
sided) sided)
Pearson Chi-Square .047a 1 .828
Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .046 1 .831
Fisher's Exact Test 1.00 .636
0
Linear-by-Linear Association .046 1 .830
N of Valid Cases b
43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,84.
b. Computed only for a 2x2 table
12

Pendidikan pasien * Kualitas


Hidup Crosstab

Kualitas Hidup

Baik Tidak baik Total


Pendidikan SD & SMP Count 18 18 36
pasien
% within Pendidikan pasien 50.0% 50.0% 100.0%
SMA Count 3 1 4
% within Pendidikan pasien 75.0% 25.0% 100.0%
Perguruan tinggi Count 3 0 3
% within Pendidikan pasien 100.0% .0% 100.0%
Total Count 24 19 43
% within Pendidikan pasien 55.8% 44.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.465a 2 .177
Likelihood Ratio 4.623 2 .099
Linear-by-Linear Association 3.385 1 .066
N of Valid Cases 43

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.

Pendidikan pasien * Kecemasan


Crosstab

Kecemasan
Kecemasan Kecemasan
rendah sedang Total
Pendidikan SD & SMP Count 24 12 36
pasien
% within Pendidikan pasien 66.7% 33.3% 100.0%
SMA Count 4 0 4
% within Pendidikan pasien 100.0% .0% 100.0%
Perguruan Count 3 0 3
tinggi
% within Pendidikan pasien 100.0% .0% 100.0%
Total Count 31 12 43
% within Pendidikan pasien 72.1% 27.9% 100.0%
12

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.237a 2 .198
Likelihood Ratio 5.089 2 .079
Linear-by-Linear Association 2.765 1 .096
N of Valid Cases 43
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,84.

Jenis Kelamin * Kualitas


Hidup Crosstab

Kualitas Hidup

Baik Tidak baik Total


Jenis Kelamin Laki-laki Count 24 16 40
% within Jenis Kelamin 60.0% 40.0% 100.0%
Perempuan Count 0 3 3
% within Jenis Kelamin .0% 100.0% 100.0%
Total Count 24 19 43
% within Jenis Kelamin 55.8% 44.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.074a 1 .044
Continuity Correction b
2.004 1 .157
Likelihood Ratio 5.187 1 .023
Fisher's Exact Test .079 .079
Linear-by-Linear Association 3.979 1 .046
N of Valid Cases b
43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
b. Computed only for a 2x2 table
12

Jenis Kelamin *
Kecemasan Crosstab
Kecemasan
Kecemasan Kecemasa
rendah n sedang Total
Jenis Laki-laki Count 30 10 40
Kelami
% within Jenis Kelamin 75.0% 25.0% 100.0%
n
Perempuan Count 1 2 3
% within Jenis Kelamin 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 31 12 43
% within Jenis Kelamin 72.1% 27.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact
Value df (2- sided) (2- sided) Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.408a 1 .121
Continuity Correctionb .782 1 .376
Likelihood Ratio 2.112 1 .146
Fisher's Exact Test .184 .184
Linear-by-Linear Association 2.352 1 .125
N of Valid Cases b
43

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,84.
Computed only for a 2x2 table

Usia pasien * Kualitas Hidup

Usia pasien * Kualitas Hidup Crosstabulation

Kualitas Hidup

Baik Tidak baik Total


Usia pasien ≤ 40 tahun Count 11 1 12
% within Usia pasien 91.7% 8.3% 100.0%
% within Kualitas Hidup 45.8% 5.3% 27.9%
>40 tahun Count 13 18 31
% within Usia pasien 41.9% 58.1% 100.0%
% within Kualitas Hidup 54.2% 94.7% 72.1%
Total Count 24 19 43
% within Usia pasien 55.8% 44.2% 100.0%
% within Kualitas Hidup 100.0% 100.0% 100.0%
12

Chi-Square Tests

Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df Asymp. Sig. (2-sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.676a 1 .003


Continuity Correction b
6.776 1 .009

Likelihood Ratio 9.979 1 .002

Fisher's Exact Test .005 .003

Linear-by-Linear Association 8.474 1 .004

N of Valid Casesb 43

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,30.

b. Computed only for a 2x2 table

Usia pasien * Kecemasan

Usia pasien * Kecemasan Crosstabulation

Kecemasan
Kecemasan Kecemasa
rendah n sedang Total
Usia ≤ 40 tahun Count 11 1 12
pasien
% within Usia pasien 91.7% 8.3% 100.0%
% within Kecemasan 35.5% 8.3% 27.9%
>40 tahun Count 20 11 31
% within Usia pasien 64.5% 35.5% 100.0%
% within Kecemasan 64.5% 91.7% 72.1%
Total Count 31 12 43

% within Usia pasien 72.1% 27.9% 100.0%

% within Kecemasan 100.0% 100.0% 100.0%


12

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.170a 1 .075
Continuity Correction b
1.964 1 .161
Likelihood Ratio 3.710 1 .054
Fisher's Exact Test .130 .075
Linear-by-Linear Association 3.096 1 .078
N of Valid Casesb
43
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,35.
b. Computed only for a 2x2 table

Uji Statistik Tabel Bantu Variabel Kecemasan tentang Proses Penyakit

Kecemasan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 18 41.9 41.9 41.9
sedikit mengganggu saya 20 46.5 46.5 88.4
cukup mengganggu saya 5 11.6 11.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 11 25.6 25.6 25.6
sedikit mengganggu saya 20 46.5 46.5 72.1
cukup mengganggu saya 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 1 2.3 2.3 2.3
sedikit mengganggu saya 11 25.6 25.6 27.9
cukup mengganggu saya 25 58.1 58.1 86.0
banyak mengganggu saya 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
12

Kecemasan 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 23 53.5 53.5 53.5
sedikit mengganggu saya 17 39.5 39.5 93.0
cukup mengganggu saya 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 40 93.0 93.0 93.0
sedikit mengganggu saya 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 37 86. 86. 86.0
0 0
sedikit mengganggu saya 6 100.0
14. 14.
Total 43 0 0
100. 100.
0 0

Kecemasan 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 5 11.6 11.6 11.6
sedikit mengganggu saya 16 37.2 37.2 48.8
cukup mengganggu saya 14 32.6 32.6 81.4
banyak mengganggu saya 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 2 4.7 4.7 4.7
sedikit mengganggu saya 19 44.2 44.2 48.8
cukup mengganggu saya 21 48.8 48.8 97.7
banyak mengganggu saya 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
12

Kecemasan 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 42 97.7 97.7 97.7
sedikit mengganggu saya 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 22 51.2 51.2 51.2
sedikit mengganggu saya 20 46.5 46.5 97.7
cukup mengganggu saya 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedikit mengganggu saya 11 25. 25.6 25.6
6
cukup mengganggu saya 18 41.9 67.4
41.
banyak mengganggu saya 14 32.6 100.0
9
Total 43 100.0
32.
6
100.
0

Kecemasan 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 39 90.7 90.7 90.7
sedikit mengganggu saya 4 9.3 9.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 42 97.7 97.7 97.7
sedikit mengganggu saya 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

Kecemasan 14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 30 69.8 69.8 69.8
sedikit mengganggu saya 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
13

Kecemasan 15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedikit mengganggu saya 28 65. 65. 65.1
1 1
cukup mengganggu saya 15 100.0
34. 34.
Total 43 9 9
100. 100.
0 0

Uji Statistik Tabel Bantu Variable Kualitas Hidup Pasien PPOK

A. Domain Gejala
pertanyaan 1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid hampir setiap hari dalam seminggu 23 53.5 53.5 53.5
beberapa hari dalam seminggu 11 25.6 25.6 79.1
hanya ada jika infeksi dada 8 18.6 18.6 97.7
tidak sama sekali 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid hampir setiap hari dalam seminggu 7 16.3 16.3 16.3
beberapa hari dalam seminggu 14 32.6 32.6 48.8
hanya ada jika infeksi dada 18 41.9 41.9 90.7
tidak sama sekali 4 9.3 9.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid kebanyakan hari 20 46.5 46.5 46.5
beberapa hari 20 46.5 46.5 93.0
tidak sama sekali 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
13

pertanyaan 4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid hampir setiap hari dalam seminggu 6 14.0 14.0 14.0
beberapa hari dalam seminggu 10 23.3 23.3 37.2
beberapa hari 10 23.3 23.3 60.5
hanya ada jika infeksi dada 16 37.2 37.2 97.7
tidak sama sekali 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 5
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid 3 kali atau lebih 24 55.8 55.8 55.8
1 atau 2 kali 19 44.2 44.2 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 6
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid beberapa hari 31 72.1 72.1 72.1
hampir setiap hari 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 7
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid tidak 20 46.5 46.5 46.5
ya 23 53.5 53.5 100.0
Total 43 100.0 100.0

B. DomainAktivitas
pertanyaan 9 A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 100. 100. 100.0
0 0
13

pertanyaan 9 B
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 37 86.0 86.0 86.0
ya 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 9 C
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 22 51.2 51.2 51.2
ya 21 48.8 48.8 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 9 D
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 9 20.9 20.9 20.9
ya 34 79.1 79.1 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 9 E
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 1 2.3 2.3 2.3
ya 42 97.7 97.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 12 A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 43 100. 100. 100.0
0 0

pertanyaan 12 B
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 43 100. 100. 100.0
0 0
13

pertanyaan 12 C
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 81.4 81.4 81.4
ya 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 12 D
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 26 60.5 60.5 60.5
ya 17 39.5 39.5 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 12 E
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 17 39.5 39.5 39.5
ya 26 60.5 60.5 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 12 F
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 7 16.3 16.3 16.3
ya 36 83.7 83.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 12 G
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 6 14.0 14.0 14.0
ya 37 86.0 86.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 12 H
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 3 7.0 7.0 7.0
ya 40 93.0 93.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
13

C. Domain Dampak
pertanyaan 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid menyebabkan banyak
masalah atau merupakan
17 39.5 39.5 39.5
masalah terpenting yang
saya alami
menyebabkan sedikit
22 51.2 51.2 90.7
masalah
tidak menyebabkan masalah 4 9.3 9.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 10 A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 24 55.8 55.8 55.8
ya 19 44.2 44.2 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 10 B
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 25 58.1 58.1 58.1
ya 18 41.9 41.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 10 C
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 28 65.1 65.1 65.1
ya 15 34.9 34.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 10 D
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 26 60.5 60.5 60.5
ya 17 39.5 39.5 100.0
Total 43 100.0 100.0
13

pertanyaan 10 E
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 1 2.3 2.3 2.3
ya 42 97.7 97.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 10 F
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 37 86.0 86.0 86.0
ya 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 11 A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 22 51.2 51.2 51.2
ya 21 48.8 48.8 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 11 B
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 19 44.2 44.2 44.2
ya 24 55.8 55.8 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 11 C
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 10 23.3 23.3 23.3
ya 33 76.7 76.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 11 D
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 32 74.4 74.4 74.4
ya 11 25.6 25.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
13

pertanyaan 11 E
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 41 95.3 95.3 95.3
ya 2 4.7 4.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 11 F
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 1 2.3 2.3 2.3
ya 42 97.7 97.7 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 11 G
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 42 97.7 97.7 97.7
ya 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 13 A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 21 48.8 48.8 48.8
ya 22 51.2 51.2 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 13 B
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 36 83.7 83.7 83.7
ya 7 16.3 16.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 13 C
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 32 74.4 74.4 74.4
ya 11 25.6 25.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
13

pertanyaan 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 14 32.6 32.6 32.6
ya 29 67.4 67.4 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 13 E
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 42 97.7 97.7 97.7
ya 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

pertanyaan 14
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid tidak menghalangi saya
3 7.0 7.0 7.0
melakukan apapun yang saya
inginkan
menghalangi saya melakukan
25 58.1 58.1 65.1
satu atau dua hal yang saya
inginkan
menghalangi saya
melakukan sebagian besar 15 34.9 34.9 100.0
hal yang saya inginkan
Total 43 100.0 100.0
Lampiran 11
Tabel Bantu Karakteristik Pasien dihubungkan dengan Kecemasan dan
Kualitas Hidup

Kecemasan Kualitas Hidup


Karakteristik Rendah Sedang Baik Tidak baik
f % f % f % f %
1. Usia
a. ≤40 tahun 11 91,7 1 8,3 11 91,7 1 8,3
b. >40 tahun 20 64,5 11 35,5 13 41,9 8 58,1
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 30 75 10 25 24 60 16 40
b. Perempuan 1 33,3 2 66,7 0 0 3 100
3. Pendidikan
a. SD dan SMP 24 66,7 12 33,3 18 50 18 50
b. SMA 4 100 0 0 3 75 1 25
c. PT 3 100 0 0 3 100 0 0
4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja 2 66,7 1 33,3 1 33,3 2 66,7
b. Bekerja 29 72,5 11 27,5 23 57,5 17 42,5
5. Merokok
a. Ada 28 75,7 9 24,3 22 59,5 15 40,5
b. Tidak ada 3 50 3 50 2 33,3 4 66,7
6. Prediksi derajat PPOK
a. Pred derajat ringan 12 100 0 0 12 100 0 0
b. Pred derajat sedang 13 76,5 4 23,5 11 64,7 6 35,3
c. Pred derajat berat 6 42,9 8 57,1 1 7,1 13 92,9
7. Lama didiagnosa
PPOK
a. Lama 4 66,7 2 33,3 3 50 3 50
b. Baru 27 73 10 27 21 56,8 16 43,2

138
13

Tabel Bantu Kualitas Hidup Pasien PPOK

A. Domain Gejala
1 2 3 4
Pertanyaan 1
“Batuk?” 23 53,5 11 25,6 8 18,6 1 2,3

1 2 3 4
Pertanyaan 2
“Berdahak atau
berlendir?” 7 16,3 14 32,6 18 41,9 4 9,3

1 2 3
Pertanyaan 3 f % f % f %
“Sesak napas?” 20 46,5 20 46,5 3 7

1 2 3 4 5
Pertanyaan 4 f % f % f % f % f %
“Serangan bengek?” 6 14 10 23,3 10 23,3 16 37,2 1 2,3

1 2 3
Pertanyaan 5 f % f % f %
“Banyaknya alami
masalah pernapasa 24 55,8 19 44,2 0 0
pada tahun lalu?”

1 2 3 4
Pertanyaan 6 f % f % f % f %
“Hari yang
menyenagkan dengan
sedikit gangguan 0 0 31 72,1 12 27,9 0 0
pernapasan?”

1 1
Pertanyaan 7
“Bengek memburuk
pagi hari?” 20 46,5 23 53,5
14

B. Domain Aktivitas
0 1
Pertanyaan 9
Pilihan a 43 100 0 0
Pilihan b 37 86 6 14
Pilihan c 22 51,2 21 48,8
Pilihan d 9 20,9 34 79,1
Pilihan e 1 2,3 42 97,7
“Kegiatan yang membuat terengah-engah?”

f 0 % f 1 %
Pertanyaan 12
Piilihan a 43 100 0 0
Pilihan b 43 100 0 0
Pilihan c 35 81,4 8 18,6
Pilihan d 26 60,5 17 39,5
Pilihan e 17 39,5 26 60,5
Pilihan f 7 16,3 36 83,7
Pilihan g 6 14 37 86
Pilihan h 3 7 40 93
“Bagaimana kegiatan sehari-hari dipengaruhi oleh pernapasan?”

C. Domain Dampak
1 2 3
f % f % f %
Pertanyaan 8 17 39,5 22 51,2 4 9,3
“Menilai kesulitas pernapasan?”

0 1
Pertanyaan 10 f % f %
Pilihan a 24 55,8 19 44,2
Pilihan b 25 58,1 18 41,9
Pilihan c 28 65,1 15 34,9
Pilihan d 26 60,5 17 39,5
Pilihan e 1 2,3 42 97,7
Pilihan f 37 86 6 14
“Tentang batuk dan sesak napas?”
14

0 1
Pertanyaan 11
Pilihan a 22 51,2 21 48,8
Pilihan b 19 44,2 24 55,8
Pilihan c 10 23,3 33 76,7
Pilihan d 32 74,4 11 25,6
Pilihan e 41 95,3 2 4,7
Pilihan f 1 2,3 42 97,7
Pilihan g 42 97,7 1 2,3
“Efek lain yang mungkin timbul karna kesulitas bernapas?”

0 1
Pertanyaan 13
f % f %
Pilihan a 21 48,8 22 51,2
Pilihan b 36 83,7 7 16,3
Pilihan c 32 74,4 11 25,6
Pilihan d 14 32,6 29 67,4
Pilihan e 42 97,7 1 2,3
“Bagaimana masalah pernapasan mempengaruhi kehidupan sehari-hari?”

1 2 3 4
f % f%f%f %
Pertanyaan 143 7 2558,11534,90 0
“Bagaimana masalah pernapasan mempengaruih pasien?”
14

Tabel Bantu Variabel Kecemasan tentang Proses Penyakit

0 1 2 3
No Pertanyaan
f %%%% f f f
1 Perasaan goyang pada tungkai 18 41,9 20 46,5 5 11,6 0 0
2 Tidak mampu merasa tenang 11 25,6 20 46,5 12 27,9 0 0
3Takut akan terjadi sesuatu yang buruk
1 2,3 11 25,6 25 58,1 6 14

Pusing atau kepala terasa ringan


Jantung berdebar 23 53,51739,5370 0
Mudahterombang-ambing 40 9337000 0
Merasa ngeri atau takut 37 86614000 0
Gelisah 5 11,61637,21432,68 18,6
Merasakan goyang 2 4,71944,22148,81 2,3
Takut kehilangan kontrol 42 97,712,3000 0
Sulit bernapas 22 51,22046,512,30 0
Hati menjadi ciut 0 01125,61841,914 32,6
Pingsan 39 90,749,3000 0
Muka terlihat berwarna merah 42 97,712,3000 0
Berkeringat panas atau dingin 30 69,81330,2000 0
0 02865,11534,90 0
143

Lampiran 12

CURICULUM VITAE

Nama : Fitria Ananda Putri

Tempat/Tgl lahir : Sicincin, 22 Maret 1994

Agama : Islam

Negeri Asal : Pariaman

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Imrial, S.Sos

Nama Ibu : Sri Zarnetti, S. Pd

Alamat : Perumahan BSD I, Blok B.20 Pasir Kandang,


Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kec. Koto Tangah, Padang

Riwayat Pendidikan

a. TK Lenggogeni tahun 2000-2001

b. SDN 22 Lubuk Minturun, Padang tahun 2001-2007

c. SMPN 13 Padang tahun 2007-2009

d. SMAN 8 Padang tahun 2009-2012

e. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang 2012-sekarang

Anda mungkin juga menyukai