Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

Pendirian Praktik Mandiri Keperawwatan Pelayanan


Home Care Pendamping Lansia

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktik Mandiri Keperawatan

Dosen Pengampu: Roselina Tambunan, S.Kep., M.Kep., Ners., Sp. Kom

Di Susun Oleh:
Kelompok I
1. Adventila Art Tivani (1420121114)
2. Devi Virgandari (1420121124)
3. Fhenty Hariyanty B (1420121147)
4. Kristianus (1420121134)
5. Ratno Deby (1420121112)
6. Trifonia Afridiana (1420121119)
7. Yosua Febriyanto (1420121132)

POGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Proposal yang Praktik mandiri
“Rawat Luka Bakar”

Dalam penyelesaian Proposal ini, banyak dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya.

Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan


kepada penulis, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan dan kemampuan
penulis sendiri. Oleh karena itu sangatlah penulis harapkan saran dan kritik dari
semua pihak khususnya para pembaca.

Harapan penulis semoga proposal ini bermanfaat khususnya bagi penulis


sendiri, umumnya bagi pembaca.

Bandung, 09 Agustus 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................6
C. Sasaran.........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
A. Definisi.........................................................................................................................7
B. Etiologi.......................................................................................................................10
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................................10
D. Patofisiologi................................................................................................................11
E. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................12
F. Penatalaksanaan........................................................................................................12
G. Komplikasi..................................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalsasi ini, banyak sekali tenaga kesehatan khususnya
perawat yang menggunakan peluang usaha mandiri. Salah satunya adalah
membangun Home Care. Menurut Departemen kesehatan (2002) home care
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan terhadap individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan kesehatan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit. Sebagai pelindungnya sudah terdapat Undang Undang No. 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan, sebelumnya Penturan dalam membangan
suatu usaha keperawatan mandiri mengacu pada Peraturan Mentri Kesehatan
dan Undang-Undang No. 36 Tentang Kesehatan.
Di era modern ini juga perawatan terhadap lansia merupakan trend
terbaru, yaitu dimana banyak sekali lansia yang membutuhkan perawatan
dalam kebutuhan dasar maupun kebutuhan khususnya. Definisi Lansia
Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencana usia 6
tahun ke atas. Lebih lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai
seseorang yang telah berusia lanjut dan telah terjadi perubahan-perubahan
dalam sistem tubuhnya. Pendirian home care secara umum bertujuan untuk
meningkan kualitas hidup usia lanjut, sedangkan rehabilitar yaitu pencegahan
sekunder dan tertiter yaitu pengobatan kronik penderita keganasan/penyakit
lainya serta menghambat laju penyakit dan menghambat timbulnya
keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga penderita dapat
mempertahankan otonominya selama mungkin.
Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang sangat traumatis yang
dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Di Australia, lebih
dari 10.000 orang dirawat di rumah sakit setiap tahun karena luka bakar yang
parah dan melepuh. Bahkan menurut WHO, terjadi 180.000 kematian setiap
tahun terkait luka bakar dan pada tahun 2004, hampir 11 juta orang di seluruh
dunia mengalami luka bakar parah dan memerlukan perawatan medis (Wang
et al., 2018 dalam Jainurakhma., J, 2021).
Luka bakar biasanya disebabkan oleh gesekan, panas, radiasi, bahan
kimia atau sumber listrik, tetapi hampir sebagian besar luka bakar disebabkan
oleh panas dari cairan yang panas atau api. Perbedaan luka bakar dengan luka
lainnya terletak pada dampak dari luka bakar yang berhubungan langsung
dengan luasnya respons inflamasi terhadap luka. Semakin besar dan dalam
luka bakar yang ditimbulkan, semakin buruk keparahan peradangannya (The
Committee On Trauma, 2018; Jeschke et al., 2020 dalam Jainurakhma., J,
2021).
Luka bakar hampir memengaruhi setiap sistem organ dalam tubuh
yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas secara signifikan, tetapi dengan
pemberian awal prinsip-prinsip dasar resusitasi trauma yang baik dan
penerapan tindakan yang tepat dapat meminimalkan dampaknya. Prinsip
prinsip utama manajemen luka bakar di antaranya adalah mempertahankan
jalan napas setelah menghirup asap yang mengakibatkan edema sekunder,
mengidentifikasi dan mengelola cedera mekanis, mempertahankan normalitas
hemodinamik, mengontrol suhu, dan mengeluarkan pasien dari lingkungan
yang semakin membahayakan (The Committe On Trauma, 2018 dalam
Jainurakhma., J, 2021).
Oleh karena itu dengan dibuatnya homecare lansia agar memudahkan
para lansia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga jika lansia
tersebut butuh perawatan khusus seperti perawatan luka, ketika keluarganya
sibuk bekerja sehingga tidak bisa merawatnya dengan benar dan maksimal.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka bakar sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan konteks layanan keperawatan
b. Mahasiswa mampu menerapkan perawatan luka bakar

C. Sasaran
Masyarakat yang menjadi sasaran bidik adalah penderita luka bakar pada
lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
1. Lansia
a. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Menua bukanlah penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahun tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh (Kholifah, 2016). Menurut Nugroho
(dalam Kholifah 2016) menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal,
hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani,
2017).
b. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (dalam Khushariyadi,
2012), ada empat tahapan yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) : 45- 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : 60- 75 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : 75- 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : >90 tahun

13
Menurut Alm. Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (dalam
Khushariyadi, 2012), guru besar Universitas Gajah Mada Fakultas
Kedokteran, periodisasi biologis perkembangan manusia di bagi menjadi:
1) Masa bayi (0-1 tahun)
2) Masa prasekolah (usia 1 -6 tahun)
3) Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
4) Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
5) Masa setengah umur, presenium (usia 40-65 tahun)
6) Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun)

Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (dalam khushariyadi, 2012), psikologi


dari Universitas Indonesia Kedewasaan :
1) Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
2) Fase vertalitas (usia 40-50 tahun)
3) Fase presenium (usia 55-65 tahun)
4) Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)

c. Ciri ciri Lansia


Menurut Soejono 2000, dalam Ratnawati (2017) mengatakan
bahwa pada tahap lansia, individu mengalami banyak perubahan baik
secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai
memutih, muncul kerutan diwajah, ketajaman panca indra menurun, serta
terjadi kemunduran daya tahan tubuh. Dimasa ini lansia juga harus
berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta
perpisahan dengan orang yang dicintai. Maka dari itu, dibutuhkan
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi
perubahan di usia lanjut secara bijak.

13
d. Karakteristik Lansia
Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI
(2018), karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut
ini :
1) Jenis kelamin
Lansia lebih di dominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan.
2) Status perkawinan
Penduduk lansia di tilik dari status perkawinan nya sebagian besar
berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%.

3) Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan
perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur <15 tahun dan
>65 tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka
tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus di
tanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia
non produktif.

4) Kondisi Kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi
indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin rendah angka kesakitan
menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

e. Kebutuhan Dasar Lansia


Menurut Rizki (2019), kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan
manusia pada umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan makan,
perlindungan perawatan, kesehatan dan kebutuhan sosial dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam

13
keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi
sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Kebutuhan utama, yaitu :
a) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,
pakaian, perumahan/tempat berteduh.
b) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai.
c) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan.
d) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta
status yang jelas.
e) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan hubungan
dengan orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman- teman
dan organisasi sosial.
2) Kebutuhan Sekunder, yaitu :
a) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan
pengetahuan
d) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat
dan Negara atau Pemerintah
e) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal- hal
yang tidak diketahui/diluar kehidupan termasuk kematian.

f. Tipe tipe Lansia


1) Tipe Arif Bijaksana
Tipe ini di dasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak
pengalaman, kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman mempunyai kesibukan, memiliki kerendahan hati,
sederhana, dermawan dan dapat menjadi panutan.

13
2) Tipe Mandiri
Tipe mandiri yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi
undangan.
3). Tipe Tidak Puas
Tipe tidak puas terjadi karena konflik lahir batin menentang proses
penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe Pasrah
Tipe pasrah ialah menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe Bingung
Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh.

g. Perubahan Psikologi dan Fisiologis Pada Lanjut Usia


1) Perubahan Fisiologis
Proses penuaan mengakibatkan perubahan dari aspek fisiologis pada
sistem tubuh seseorang (Setiyawan, 2013) yaitu:
a) Sistem Kardiovaskuler
Penurunan curah jantung, berkurangnya kemampuan dalam
merespon stres, tekanan darah meningkat.
b) Sistem Pernapasan
Meningkatkan volume sisa paru seperti penurunan kekuatan otot,
ketahanan dan kapasitas vital paru serta menurunnya pertukaran gas.
c) Sistem Integumen
Penurunan lemak di lapisan kulit bagian subkutan, cairan interstisial,
otot, aktivitas kelenjar, reseptor sensori yang mengakibatkan
penurunan perlindungan terhadap trauma, paparan sinar matahari,
suhu ekstrim, berkurangnya sekresi alami minyak dan keringat, serta
kerapuhan pada pembuluh darah kapiler.

13
d) Sistem Reproduksi
Perempuan: penyempitan dan berkurangnya elastisitas vagina diikuti
dengan penurunan sekresi cairan vagina.
Laki-laki: penurunan produksi cairan sperma
Perempuan dan laki-laki: respon terhadap seksualnya mengalami
perlambatan.
e) Sistem Muskuloskeletal
Hilangnya kepadatan tulang, hilangnya kekuatan dan ukuran otot,
kemerosotan sendi pada tulang rawan.
f) Sistem Genitourinari
Perempuan: kelemahan pada otot perineum, ketidakstabilan otot
detrusor (mendorong terjadinya inkontinensia) dan disfungsi saluran
kemih (inkontinensia).
g) Sistem Pencernaan
Penurunan kemampuan untuk membau, perasa, menurunnya
produksi air liur, kesulitan menelan makanan, pengosongan
esophagus dan lambung yang tertunda dan gangguan mortilitas usus.
h) Sistem Saraf
Berkurangnya kecepatan konduksi saraf, meningkatkan rasa bingung
terhadap penyakit fisik yang diderita dan berkurangnya sirkulasi
serebral (pingsan, kehilangan keseimbangan).
i) Panca indra
Penglihatan: berkurangnya kemapuan untuk fokus pada suatu objek,
tidak mampu untuk mentolerir silau, kesulitan beradaptasi dengan
perubahan intensitas cahaya serta penurunan kemampuan dalam
membedakan warna.
Pendengaran: penurunan kemampuan dalam mendengarkan suara
yang berfrekuensi tinggi dan penipisan membran timpani.
Pengecap dan penghidu: menurunnya kemampuan untuk merasakan
makanan atau minuman dan mencium bau.

13
b. Perubahan Fisiologis
Perubahan kognitif pada lansia(Nursalam & Fallis, 2016), diantaranya:
1) Fungsi Memori
Memori jangka pendek dapat memburuk seiring dengan
bertambahnya usia, namun tidak demikian dengan memori jangka
panjang. Seseorang yang tidak mengalami gangguan mental tidak
menunjukkan penurunan fungsi memori yang berhubungan dengan
usia, namun ada pengecualian bagi lansia. Lansia mengalami
hambatan ketika mengingat hari, waktu dan tempat, hal ini dikaitkan
dengan faktor sosial atau kesehatan misalnya: stres, kelelahan dan
penyakit, selain itu dapat dipengaruhi oleh perubahan fisik secara
normal terkait prosespenuaan seperti: penurunan aliran darah ke
otak.
2) Fungsi Intelektual
Kemampuan dalam memecahkan suatu masalah, cenderung menurun
secara bertahap dimulai dari usia muda hingga dewasa tua.
3) Kemampuan Belajar
Kemampuan seseorang untuk belajar berlangsung sepanjang hidup,
meskipun hal ini sangat dipengaruhi oleh kepentingan, kegiatan,
motivasi, kesehatan dan pengalaman. Kemampuan untuk belajar
tidak berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, studi telah
menunjukkan bahwa beberapa aspek belajar dapat berubah karena
usia misalnya penurunan kinerja seseorang saat menegerjakan tugas
atau pekerjaan.
4) Adaptasi Dengan Penuaan
a) Kehilangan dan Kesedihan
Ketika seseorang mencapai usia 60 sampai 70-an, mereka
mengalami banyak kerugian dan kehilangan yang terjadi dalam
hidupnya. Hal ini diperburuk dengan datangnya proses penuaan,
yang menyebabkan lamanya masa kehilangan atau berkabung dan
cenderung mengakibatkan lansia depresi.

13
b) Menjaga Identitas Diri
Konsep-diri dan gambaran diri mampu tetap stabil dari waktu ke
waktu. Penyesuaian psikologis seperti menjaga hubungan baik
dengan keluarga, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol serta
tidak mengalami depresi merupakan cara yang tepat untuk
mempertahankan identitas diri seseorang.
c) Gangguan psikososial
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, meningkat pula
risiko terhadap tekanan emosional dikemudian hari. Faktor risiko
psikososial yang mengakibatkan orang tua mengalami gangguan
mental yaitu hilangnya peran sosial, kemandirian diri, kematian
teman atau kerabat yang dicintai, status kesehatan yang menurun,
isolasi diri, masalah keuangan serta penurunan fungsi kognitif.

 Demensia
Setengah dari gangguan ini adalah alzeimer yang ditandai
dengan onset yang berbahaya dan gangguan kognitif
secaraprogresif.

 Delirium
Faktor-faktor yang telah diidentifikasi dan menyebabkan
delirium pada orang tua yaitu: penyakit otak struktural,
gangguan penglihatan dan pendengaran, penyakit kronis, stres
akut dan bertambahnya usia yang berhubungan dengan
farmakokinetik dan farmakodinamik karena konsumsi obat
obatan.

 Depresi
Depresi pada lansia dipengaruhi oleh penyakit fisik, kecacatan
fisik, gangguan kognitif dan kehilangaan pasangan. Status
kesehatan yang menurun dan faktor ekonomi merupakan faktor
risiko yang dapat mempengaruhi orang tua untuk bunuh diri.

13
Depresi dapat diobati dengan obat-obatan psikotropika atau
terapi electroconvulsive.

 Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan biasanya dialami oleh seseorang di
pertengahan usia dewasa, tapi beberapa ada yang muncul
setelah usia 60 tahun. Kerapuhan sistem saraf otonom pada
lansia, mungkin menjadi salah satu faktor berkembangannya
kecemasan setelah stres.

 Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian jarang terjadi pada populasi lanjut usia.
Insiden gangguan kepribadian pada individu yang berusia 65
tahun kurang dari 5 persen.

2. Luka Bakar
a. Pengertian
Luka bakar adalah salah satu jenis kasus emergency penyeba
b mortalitas dan morbiditas. Penyebab luka bakar tidak hanya karena
api melainkan bisa karena arus listrik, bahan kimia atau kilatan petir
yang mengenai mukosa dan jaringan dalam. Luka bakar akan merusa
k pertahanan primer kulit yang berfungsi melindungi tubuh dari koto
ran dan infeksi, selain itu rusaknya pembuluh darah mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan elektrolit, suhu tubuh, gangguan pernafasa
n dan fungsi saraf. Prinsip utama penanganan luka bakar adalah resu
sitasi cairan untuk meminimalkan dampak kekurangan cairan akibat
dari proses evaporasi. Poin yang menjadi perhatian dalam penangana
n luka bakar adalah manajemen airway dan inflamasi yang mungkin
terjadi dan mengakibatkan syok sepsis. Penanganan terhadap luka ba
kar harus disesuaikan dengan derajat luka yang mengenai kulit. Luka
bakar dikategorikan berdasarkan dalamnya kerusakan terhadap lapis
an kulit (ANZBA, 2016 dalam Making., A, M., dkk. 2022).

13
Luka Bakar adalah Suatu trauma yang disebabkan oleh
panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Anan., K, A. 2019).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal hingga fase lanjut (Lumbantoruan, Fitriany and
Martini, 2017 dalam Jainurakhma., J, 2021).
Terbakar adalah salah satu cedera yang paling menyebabkan
nyeri intensif yang disebabkan langsung oleh kerusakan jaringan
langsung tetapi juga disebabkan oleh stimulasi inflamasi dan
hiperalgesia (sensitivitas terhadap rangsang nyeri). Reaksi
peradangan dari luka bakar termasuk pengeluaran histamine.
bradikinin. dan prostaglandin, substansi yang peka dan menstimulasi
akhir saraf perifer dan memproduksi nyeri tambahan (Connor
Ballard, 2009 dalam Jainurakhma., J, 2021).

b. Derajat Luka Bakar


1) Superficial (derajat I)
Luka bakar tingkat pertama. Hanya bagian atau lapisan atas
kulit yang terbakar. Kulit berubah menjadi merah, kering, dan
membengkak. Bagian kulit yang terbakar dapat mengelupas dan
sakit sekali. Biasanya perawatan luka bakar pada tingkat ini tidak
membutuhkan seorang dokter, kecuali kulit yang terbakar cukup
luas. Luka bakar tingkat pertama biasanya sembuh dalam waktu
5-6 hari dan jarang meninggalkan bekas (Anan., K, A. 2019).
a) Luka hanya mengenai lapisan epidermis;
b) Warna luka pink cerah sampai merah (eritema ringan
sampai berat);
c) Edema minimal; d. Warna kulit pucat jika ditekan;

13
d) idak ada blister: Kulit hangat dan kering:
e) Nyeri.
2) Partial Thickness (derajat II)
Luka bakar tingkat kedua. Dua lapisan kulit atas terbakar.
Luka bakar tingkat kedua dapat membahayakan nyawa seseorang
apabila lebih dari setengah badan terbakar. Apabila hanya sedikit
kulit yang terbakar, korban masih dapat dirawat tanpa bantuan
seorang dokter. Namun, apabila kulit yang terbakar lebih dari
3cm² atau bila kulit melepuh atau luka terdapat di bagian tangan,
wajah, dan selangkangan maka harus dibawa ke dokter (Anan., K,
A. 2019).
a) Mengenai epidermis dan dermis;
b) Luka tampak merah dan melepuh;
c) Terdapat blister dan edema;
d) Sensitif terhadap udara dingin;
e) Penyembuhan luka untuk Superficial partial
f) thickness adalah 14 21 hari sedangkan Deep partial
thickness adalah 21-28 hari. Hal ini dapat bervariasi
tergantung dari tingkat kedalaman dan ada tidaknya infeksi.
3) Full Thickness (derajat III)
Luka bakar tingkat ketiga. Ketiga lapisan atas kulit
terbakar, dapat merusak jaringan otot, urat saraf, tulang, atau
lemak di bawah kulit. Pada luka bakar tingkat ketiga, kulit
berubah menjadi merah, putih, berlilin, atau hitam hangus.
Apabila urat sarafnya terbakar, korban mungkin tidak akan
merasa sakit. Daerah tubuh yang terbakar mengeluarkan cairan
bening Korban harus segera dibawa ke dokter. Perawatan dari
ahli kulit atau bedah plastik dibutuhkan. karena luka ini akan
meninggalkan bekas pada kulit (Anan., K, A. 2019).
a) Mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan bahkan
permukaan otot, sarah dan pembuluh darah;

13
b) Warna luka bervariasi dari putih, merah sampai coklat
kehitaman;
c) Tidak ada blister; d. Permukaan luka kering dengan tekstur
kasar dan keras;
d) Terdapat edema;
e) Jarang terjadi nyeri;
f) Memungkinkan terjadinya scar hipertropik dan kontraktur
jika tidak dilakukan tindakanpreventif

B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar,
beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan
sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang
terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.
Faktor yang mempengaruhi beratnya luka bakar antara lain :
1. Keluasan luka bakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, ginjal, jantung, dll.
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi

C. Manifestasi Klinis
Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada lukabaka
r sesuai dengan kerusakannya :

13
1. Luka Bakar Derajat I: Luka bakar superfisial yang membakar lapisan luar
kulit.Tanda dan gejalanya adalah:Kerusakan pada lapisana luar kulit,
Kulit mengering, berwarna merah dan terasa sakit, Kulit menjadi pucat
atau menjadi putih saat ditekan, Luka ini akan sembuh selama tiga
hingga enam hari tanpa bekas.
2. Luka Bakar Derajat II: Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat
vesikel dan edema subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat
nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Luka Bakar Grade III: Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada
nyeri, luka merah keputihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering,
lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skingraf.
4. Luka Bakar Derajat IV: Luka bakar ini adalahlevel terburuk yang bisa
diserita seseorang.Luka ini harus segera diberikan
pertolongandarurat.Tanda dan gejalanya adalah:Kerusakan menembus
dua lapisan kulit, bersama dengan lapisan lemak dan otot. Pada luka
bakar ketiga dan keempat tulang juga bisa rusak, Tanpa rasa sakit,
Perubahan warna dari luka bakar menjadi putih, abu-abu atau hitam,
Kekeringan luka bakar. Penyembuhan dilakukan dengan oeperasidan
rawat inap.(Zen Santosa, 2019 dalam Merdiati.,D., dkk, 2022).

D. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa
faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam
tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan
elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstra vaskuler

13
melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air,
klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan
dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak
dan Gallo, 1996 dalam Ledoh., O, O. 2019). Menurunnya volume intra
vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi
Glomerulus) akan menurun sehingga haluaran urine meningkat. Jika resitasi
cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal
dan apabila resitasi cairan adekuat, maka cairan interstisial dapat ditarik
kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang mendukung dan dapat dilakukan pad
a pasiendengan luka bakar menurut Emergency Nurse Association (2013), yai
tu:

1. Pemeriksaan analisis gas darah melalui pengambilan darah arteri.


2. Pemeriksaan tingkat karboksihemoglobin.
3. Hemoglobin dan hematokrit.
4. Pemeriksaan darah lengkap.
5. Komponen metabolik dasar.
6. Pemeriksaan EKG.
7. Foto x-ray dada (rontgen dada).
8. Computed tomography pada bagian tulang yang mengalamideformitas.

F. Penatalaksanaan
1. Apabila pakaian korban terbakar, gunakan selimut. handuk, atau seprai te
bal untuk mematikan api. Pastikanbahwa korban tidak memiliki risiko me
nderita luka bakar yang lebih parah dengan mematikan api, membilas bah
an bahan kimia yang telah mengakibatkan kebakaran, dll
2. Segera cari bantuan kesehatan.
3. Periksa pernapasan dan saluran pernapasan korban. Apabila dibutuhkan, b
erikan napas bantuan

13
4. Perhatikan tanda-tanda kejutan karena dapat berakibat fatal. Lihat bagian
mengenai kejutan untuk keterangan lebihlanjut
5. Hentikan pendarahan
6. Sambil menunggu bantuan datang, pindahkan korban ke tempat perawata
n
7. Singkirkan benda-benda yang menahan panas, seperti pakaian atau perhia
san. Gunakan gunting untuk memotong sekeliling pakaian yang dapat den
gan mudah dilepas, tetapi jangan memindahkan pakaian yang melekat pad
a luka baka
8. Dinginkan luka dengan air bersih. Jika memungkinkan, biarkan luka di ba
wah air yang mengalir selama mungkin sampai benar-benar dingin
9. Tutupi luka yang sudah dingin dengan kasa atau kain basah yang bersih. J
angan menggunakan kapas atau kain berbulu j) Angkat bagian tubuh terlu
kayang
10. Apabila korban sadar dan haus, beri mereka banyak air minum hangat. Ai
r membantu menggantikan cairan yang hilang

G. Komplikasi
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial ( luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari
gagal napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomi segera).
2. Awal
a) Infeksi ( waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10%
organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
b) Ulkus akibat stres ( ulkus cerling) ( cegah dengan antasida, broker H2
atau inhibitor pompa proton profilaksis)
c) Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan
insulin, dekstrosa

13
BAB III
DESKRIPSI PRAKTIK MANDIRI KEPERAWATAN

Plank Praktek

Klinik Centre Sinkawang


13
A. Nama dan Alamat
Nama : Klinik Singkawang Center
Alamat : Jalan Naram No. 46, Sungai Kali Kecamatan Singkawang Utara
B. Ruang Lingkup
Klinik Singkawang Center memberikan layanan perawatan luka bakar
pada pasien lansia, dengan metode modern dressing yaitu metode perawatan
dengan menggunakan konsep moist atau lembab untuk mendukung proses
penyembuhan luka bakar lebih cepat dan lebih baik secara alamiah.
Pelayanan yang kami berikan dapat menyejukkan, bisa memberikan
manfaat, bisa memberikan rasa tenang, bisa memberikan rasa gembira,
bermanfaat untuk sesama, sebagai mediasi antar sesama, sehingga kita
menjadi seperti setangkai bunga yang begitu indah dan memberikan inspirasi
nalar dalam rangka mewujudkan suasana ketenangan hidup. Karena
pelayanan yang kami berikan tidak hanya berfokus pada perawatan fisik saja
akan tetapi senantiasa memberikan semangat menuju kesejahteraan spiritual.

13
16

13
16

Jenis Layanan
1. Memberikan assessment, monitoring, reassessment pada perawatan
luka pasien lansia
2. Memberikan perawatan luka bakar pasien lansia dengan metode
modern dressing
3. Promosi kesehatan, edukasi dan prevensi kesehatan
4. Bimbingan konseling pasien
5. Kami merawat pasien pada: hari Senin-Sabtu pada jam 08.00-16.00
WIB dengan kunjungan.

C. Visi
Memberikan perawatan luka bakar pada lansia dengan metode modern
kepada pasien sebagai upaya untuk membantu menghindari terjadinya
komplikasi serta mewujudkan masyarakat sehat dan mandiri.

D. Misi
1. Memberikan layanan secara komprehensif dan berkelanjutan
khususnya perawatan luka bakar pada lansia
2. Meningkatkan pengetahuan pasien yang mengalami luka bakar pada
lansia melalui edukasi yang tepat tentang perawatan luka bakar agar
segera sembuh/tidak komplikasi.
3. Menumbuhkan semangat hidup pasien yang mempunyai luka bakar
kronis agar tetap optimis dalam menjalani perawatan.
4. Secara konsisten selalu mengutamakan mutu dalam pelayanan yang
optimal dan profesional, sehingga tercapai kepuasaan pelayanan
kepada pelanggan

E. Dasar Hukum
1. UU Kesehatan No 36 th 2009 tentang kesehatan BAB V mengenai
tenaga Kesehatan

13
16

2. UU Keperawatan No 38 th 2014 tentang keperawatan BAB IV


mengenai registrasi, ijin praktek dan registrasi ulang. BAB V mengenai
praktek keperawatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI no HK.02.02/MENKES/148/I/2010
tentang ijin dan penyelenggaraan praktek perawat
4. Keputusan dewan pengurus pusat PPNI No
011/DPP.PPNI/SK/K.S/III/2017 tentang Pedoman praktek keperawatan
mandiri
Berdasarkan dasar hukum tersebut di atas, kami sebagai tenaga
kesehatan khususnya bidang keperawatan, akan menyelenggarakan praktik
mandiri keperawatan (Nursing Center) sesuai kewenangan yang berlaku serta
meningkatkan pelayanan dan derajat kesehatan di masyarakat.

13
16

13
16

F. Struktur Organisasi

Kepala Koordinator
Ns. Devi Virgandari S.Kep., M.kep

Wakil Kepala Koordinator


Ns. Ratno Deby S.Kep

Bidang Pelayanan Bidang Pemasaran Bidang Perlengkapan

1. Ns. Adventila Art Tivani S.Kep 1. Ns. Fhenty Hariyanty B S.Kep Ns. Kristianus S.Kep
2. Ns.Trifonia Afridiana S.Kep 2. Ns. Yosua Febriyanto S.Kep

13
16

13
19

G. Susunan Tugas Operasional


1. Penanggung Jawab Klinik
a. Bertanggung jawab atas semua kegiatan klinik
b. Bertanggung jawab terhadap perawatan luka bakar
c. Berperan serta melayani
d. Memberikan pelimpahan / penjelasan kerja pada bawahannya
2. Wakil Penanggung Jawab Klinik
a. Bertanggung jawab membantu/menerima pelimpahan tugas yang
diberikan Penanggung Jawab Klinik
b. Berperan serta melayani klien
3. Bidang Pelayanan
a. Bertanggung jawab melakukan Asuhan Keperawatan
b. Memberikan Pelayanan sesuai SOP
4. Bidang Administrasi dan Pemasaran
a. Bertanggung jawab atas keuangan klinik
b. Melayani pendaftaran psien
c. Melakukan penyuluhan mengenai Herbal Care pada warga-warga
5. Bidang perlengkapan
a. Bertangung jawab atas perlengkapan yang dibutuhkan klinik
H. Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Penanggung Jawab Klinik :Ns. Devi Virgandari S.Kep., M.kep
2. Struktur Organisasi
Penanggung Jawab : Ns. Devi Virgandari S.Kep., M.kep
a. Sekretaris : Ns. Ratno Deby S.Kep
b. Bidang Pelayanan :
1. Ns. Adventila Art Tivani S.Kep
2. Ns. Trifonia Afridiana S.Kep
c.Bidang Administrasi :
1. Ns. FhentyHaryanty B S.Kep
19

2. Ns. Yosua Febriyanto S.Kep

d. Bidang perlengkapan : Ns. Kristianus S.Kep

No Nama Jabatan
1. dr. Alexander Sp. PD Pelindung
2. Ns. Devi Virgandari S.Kep., M.kep Penanggung jawab
3. Ns. Ratno Deby S.Kep Kepala nursing center
4. Ns. Adventila Art Tivani S.Kep Pelaksana
5. Ns. Trifonia Afridiana S.Kep Pelaksana
6. Ns. Fhenty Hariyanty B S.Kep Pelaksana
7. Ns. Yosua Febriyanto S.Kep Pelaksana
8. Ns. Kristianus S.Kep Pelaksana
9. Azizah, Apt Apoteker
10. Longan, SE Tata Usaha / Administrasi
11. Jirayut Cleaning Service

I. Teknik Operasional
Senin-Sabtu : 08.00-16.00
Istirahat : 11.30-13.00
Hari Minggu dan Libur Nasional tutup.
19

J. Denah Lokasi Klinik Singkawang Centre


K. Alur Pendaftaran

Pendaftaran & Administrasi

Konsultasi

Pemeriksaan

Perawatan Luka Bakar

Pengambilan Obat Pulang

L. Anggaran Biaya
Sarana & Prasarana
1. Tempat
- Sewa lahan rumah 20 x 10 m @ 20.000.000/tahun
Sewa selama 2 tahun : 40.000.000,-
- Reparasi tempat : 15.000.000,-
2. Alat Kesehatan
a. Alat Kesehatan Umum :
- Alat TTV @ 399.000,-/set
3 set : 1.197.000,-
- Timbangan Berat Badan @119.000,-/buah
2 buah : 238.000,-
b. Ruangan Perawatan ...... :
- Woundcare set @220.000,-/set
10 set : 2.200.000,-
3. Perlengkapan
- Lemari Alat Kesehatan @1.500.000/buah
2 buah : 3.000.000,-
- Tempat Tidur @2.500.000,-/buah
4 buah : 10.000.000,-
- Kursi Staff / Karyawan @200.000,-/buah
14 Buah :2.800.000,-
- Kursi Pasien @ 50.000,-/buah (isi 6)
6 buah : 300.000,-
- Meja @500.000,-/buah
@ 3 buah : 1.500.000,-
- Toilet tool set : 2.000.000,-
- Alat kebersihan : 1.000.000,-
- Lain – lain : 2.300.000,-
4. Pengadaan Obat Obatan : 5.000.000,-
5. Publikasi
- Pembuatan plang papan nama : 1.000.000,-
- Pembuatan Flyer / Brosur : 300.000,-
- Pembuatan website @ 100.000/bulan
Selama 1 tahun = 12 bulan : 1.200.000,-
TOTAL : 89.035.000,-

Proyeksi Pengeluaran Bulanan

1. Dokter Umum : Rp. 4.500.000,-


2. 6 Orang Perawat Ners : Rp. 21.000.000 (3.500.000,-)

3. Farmasi : Rp. 2.500.000,-


4. Administrasi : Rp. 2.000.000,-
5. Cleaning Service : Rp. 1.300.000,- +

Total Pengeluaran Bulanan : Rp. 31.300.000,-


M. Tarif Pelayanan
Biaya yang dikenakan pada pasien

1. Pendaftaran : Rp. 15.000,-


2. Konsultasi : Rp. 50.000,-
3. Perawatan ...... : Rp. 150.000,-
4. Obat - obatan : Rp. 155.000,-+
Rp. 370.000,-

N. Aspek Pasar, Analisis Pasar dan Pemasaran


1. Aspek Pasar
Perkembangan perawatan luka bakar berkembang dengan sangat
pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka bakar yang
berkembang saat ini adalah perawatan luka bakar dengan
menggunakan prinsip moisture balance atau dikenal dengan istilah
modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern dan
obat khusus penyembuhan luka bakar pada lansia.
2. Analsis Pasar
Jasa yang kami berikan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat banyak. Keunggulan Klinik Singkawang Center
adalah pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
professional dan memiliki keahlian khusus. Dengan semakin
meningkatnya penggunaan jasa pelayanan kesehatan di daerah kami
khususnya sekitar Klinik Singkawang Center bukan tidak mungkin
klinik kami akan semakin berkembang untuk kedepannya. Sehingga
kami simpulkan klinik ini layak untuk di buka.
3. Pemasaran
Pemasaran klinik kami melalui media – media cetak, elektronik,
brosur, iklan.
O. Aspek Sosial
Diharapkan dengan keberadaan Klinik Singkawang Center di wilayah Jalan
Naram No. 46, Sungai Kali Kecamatan Singkawang Utara dapat membantu
meminimalkan serta menyembuhkan luka bakar pada lansia dengan

24
perawatan luka moderen maupun gangguan kecemasan pada pasien sehingga
pasien tetap merasakan rileks ketika berobat di klinik kami.
P. Proses Pelayanan
Proses pelayanan yang kami berikan,sebagai berikut :
1. Kontrak pasien dengan pihak jasa perawatan luka bakar pada lansia
,melalui :
Kontrak langsung atau bertemu langsung di klinik jasa perawatan
Klinik Singkawang Center kami.
2. Pelaksanaan
a. Melakukan registrasi di tempat pendaftaran.
b. Melakukan perawatan luka bakar pada lansia.
Q. Penutup
Demikian proposal ini kami buat dengan proses pemikiran dan
keyakinan yang matang dimana kami telah siap untuk membuka lahan
praktik mandiri keperawatan sebagai wadah pelayanan keperawatam
langsung ke masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas derajat
kesehatan klien masyarakat
Proposal ini kami buat dengan harapan Departemen Kesehatan
Jawa Barat memberikan izin kepada kami untuk membuka praktik mandiri
keperawatan dimana kami telah mempunyai STR dan SIP serta telah
mempunyai planning dalam melakukan tindakan keperawatan yang dapat
menjadi pertimbangan untuk memberikan izin tersebut.

24
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringannya
yang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi
(misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang
rendah ( Moenadjat, 2011). Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami
oleh manusia dibandingkan dengan luka lain.
Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber panas
ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya.
Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab
terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan meledaknya
kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak,
tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainya (Azhari, 2012)
Saat ini telah berkembang perawatan luka bakar dengan teknik modern
dressing di beberapa rumah sakit dengan mempertahankan kelembaban luka
menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan
pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami. Karena pada dasarnya sel
dapat hidup dilingkungan yang lembab dan basah yang disebut 3 modern
wound dressing/ moist wound dressing.

B. Saran
Bagi perawat harus dapat melakukan perawatan yang tepat sesuai dengan
perkembangan teknik moist wound healling, memahami produk produk balutan
yang lembab tersebut dengan baik dan perawat juga harus memahami prinsip
teknik modern.

24
14

DINAS KESEHATAN KOTA SINGKAWANG


SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT (SIPP)
Nomor : 01/08/2022

Yang bertanda tangan dibawah ini, Pejabat Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota Bandung memberikan izin praktik kepada :

Nama : Ns. Devi Virgandari S.Kep., M.kep


Tempat-Tanggal Lahir : Singkawang, 11 Januari 1986
Alamat : Jalan Naram No. 46 Sungai Kali Kecamatan
Singkawang Utara

Untuk bekerja sebagai perawat di Klinik Singkawang Center Jalan


Naram No. 46 ,Sungai Kali Kecamatan Singkawang Utara

Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) ini berlaku sampai dengan tanggal
10 Agustus 2027.

Dikeluarkan di Bandung
Pada tanggal 10 Agustus 2022
Pejabat Pemerinta Kota Singkawang
Pas Foto

(dr. Alexander, Sp. PD)


Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
2. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Bandung ; dan
3. Pertinggal
14

SURAT TANDA REGISTRASI


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Diberikan Kepada :
K13030

Dengan ini dinyatakan telah lulus registrasi perawat dan berhak melaksanakan praktik
mandri keperawatan dengan nilai yang sangat memuaskan

Ketua PPNI Jawa Barat Ketua PPNI Pusat

Hendy Hananta Putra ,M.Kep Florentina Yenny Setyawardani,M.Kep

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Prof.dr. Irwan Hadiyanto M.Kes


14

Lampiran Surat Keterangan Lingkungan Setempat

SURAT KETERANGAN

No : 123/xxxxx/
Perihal : Surat Permohona Ijin
Tanggal : 10 Agustus 2022

Yang bertandatangan dibawah ini Ketua RW 15 Kelurahan Gandasari


menyatakan memberikan izin kepada :

Nama : Ns. Devi Virgandari S.Kep., M.kep


NIP : K13030
Tempat Tanggal Lahir: Singkawang, 11 Januari 1986

Untuk mendirikan atau membuat lahan Pratik Keperawatan Mandiri di


lingkungan RW 15 Kelurahan Gandasari.

Surat ini kami buat berdasarkan persetujuan masyarakat sekitar.

Gandasari 10 Agustus 2022


Ketua RW.02

Tembusan :
1. Walikota Bandung
2. Camat Bojong Soreang
14

3. Kelurahan Gandasari

STANDAR OPERASISONAL PROSEDUR (SOP)


PERAWATAN LUKA BAKAR

Persiapan Alat :

A. Alat dan Bahan Steril


1. Bak Instrumen 1 buah
2. Pinset Anatomi 1 buah
3. Pinset Chirurgis 1 buah
4. Gunting 1 buah
5. Heandschoon 1 pasang
6. Kasa, deppers
7. Korentang dalam tempatnya

B. Alat dan Bahan tidak steril


1. Skort
2. Bengkok
3. Handschoon tidak steril
4. Tempat sampah
5. Plester
6. Gunting Verbant

C. Obat
1. Antiseptik
2. Analgesik
3. Tulle
14

4. Cairan Isotonik

Persiapan Perawatan Lingkungan


1. Mengatur lingkungan dengan nyaman
2. Mempersiapkan alat-alat dan mendekatkan pasien
3. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
4. Menjelaskan maksud dan tujuan
5. Memberitahu pasien bahwa pasien perlu diberikan obat Analgesik untuk
mencegah sakit saat dilakukan perawatan lukanya kurang lebih 30 menit
sebelum dilakukan perawatan

Pelaksanaan Prosedur
1. Perawat memakai skort dan masker
2. Perawat mencuci tangan dan memakai handschoon tidak steril
3. Mendekatkan alat-alat ke pasien
4. Membasahi balutan luka bakar dengan cairan isotonis
5. Membuka balutan luka bakar perlahan-lahan, jika masih terdapat
perlengketan, pada luka basahi kembali dengan cairan isotonis
6. Buang kassa kotor pada tempatnya ( Bengkok atau kresek tempat sampah )
7. Melepas sarung tangan kotor dan mengganti dengan sarung tangan steril
8. Mengkajikan kondisi luka bakar
9. Membersihkan luka bakar dengan cairan isotonis
10. Mengeringkan luka bakar dengan kassa steril
11. Jika luka bakar kotor, berikan kompres metronidasole infus
12. Diberikan beberapa saat ( kurang lebih 5-10 menit )
13. Bersihkan dengan ciaran isotonis sampai bersih
14. Membersihkan luka bakar dengan kassa steril
15. Jika luka bakar sudah bersih tutup kembali luka dengan tulle dan tutup dengan
kassa steril serta difiksasi
14

16. Merapihkan tempat tidur dan merapihkan pasien


17. Mencuci alat, merapihkan dan menyimpan kembali alat-alat dan bahan pada
tempatnya
18. Mempersiapkan alat rawat luka bakar set untuk disteril
19. Perawat mencuci tangan
20. Perawat mendokumentasikan tindakan perawatan luka bakar dan menjelaskan
kondisi luka bakar pada catatan keperawatan

Evaluasi
Pasien :

1. Luka bakar terawat dengan aseptik


2. Pasien tidak kesakitan
3. Pasien mengatakan puas dengan perawatan yang dilakukan
Lingkungan :

Seketsel dikembalikan ketempat semula

1. Lingkungan kembali rapih, tidak terdapat kassa tercecer diruang perawatan


Peralatan dan Bahan :

1. Alat dan bahan dikembalikan ketempat semula


2. Peralatan siap dikirim ke CSSD untuk disterilka

DAFTAR PUSTAKA
14

Making., A, M., dkk. (2022). Perawatan Luka dan Terapi Komplementer. Bandung:
Media Sains Indonesia.
Anan., K, A. (2019). Penanganan Kedaruratan Kesehatan Akibat Bencana. Malang:
Media Nusa Kreative.
Jainurakhma., J., dkk.(2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita
Menulis.
Ledoh., O, O. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn A.N Dengan Combutio Diruang
Asoka Rsud Prof Dr W.Z Yohanes Kupang. Diakses tanggal 09-08-2022 pkl
12.52.
Merdiati.,D., dkk, (2022). Ilmu Keperawatan Medikal Bedah dan Gawat Darurat.
Bandung: Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai