Anda di halaman 1dari 160

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR RISIKO RENDAHNYA CAKUPAN


PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS OESAPA

Diana Theresia Tangi Bupu


1508010037

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Analisis Faktor Risiko Rendahnya Cakupan Pemberian Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa”. Berbagai pihak telah
banyak membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan kesempatan kepada


penulis untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Nusa Cendana
2. dr. S.M.J Koamessah, MMR, MMPK selaku Pimpinan Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana yang membantu
3. dr. Kresnawati W. Setiono, DTM&H, MCTM selaku Dosen Pembimbing I
yang dengan sabar menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan proposal ini
4. dr. Irene K. L. A. Davidz, Sp. A., M. Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan arahan serta masukan kepada penulis selama penyusunan
proposal ini
5. Maria Agnes Etty Dedy, S.Si, M.Kes., Apt. selaku Dosen Penguji yang
dengan sabar menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
masukan dan saran bagi penulis
6. Kedua orang tua tercinta, Alm. Bapak Kanisius Tangi Bupu dan Mama
Sarlince Haning yang selalu mendukung serta mendoakan penulis dan juga
merupakan sumber semangat bagi penulis, keluarga besar serta semua yang
penulis kasihi yang telah mendukung baik dalam hal materi maupun non-
materi

x
7. Kakak adik tersayang Ignasius Tangi Bupu, Oktaviana Angela Jami, Yurni
Thene, Renaldus Bu’u, Desmond Hurek yang menjadi sumber semangat
dan dan selalu memberikan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini
8. Sahabat seperjuangan Viany Ayal, Yosefania Markus, Diorita Seli Keba,
Vanessa Lema, Yolanda Tuto, Bima Priambada, Indri Lede, Cici Subakti,
Tesa, Carita Riwu, Hesty Dalla dan Petra Tao yang telah mendukung dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
9. Teman angkatan 2015 UGD yang telah membantu dan memberikan motivasi
kepada penulis selama penyusunan skripsi.
10. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yesus memberikan balasan atas semua kebaikan yang


diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
tentunya butuh banyak saran dan masukan agar dapat membantu menyempurnakan
karya tulis ini. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran.

Terima kasih.

Kupang, 18 Desember 2018

Penulis

xi
ANALISIS FAKTOR RISIKO RENDAHNYA CAKUPAN PEMBERIAN AIR
SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA
Diana Theresia Tangi Bupu1, Kresnawati Wahyu Setiono2, Irene K L A Davidz3,
Maria Agnes Etty Dedy4
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
2
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
3
Departemen Ilmu Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
4
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana

ABSTRAK
Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan sumber nutrisi, vitamin
dan mineral terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan pada enam bulan pertama
kehidupan. ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi namun
pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, khusunya di Puskesmas
Oesapa yaitu 12,43% pada 2016.

Tujuan. Menganalisis faktor risiko rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di


wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancangan case control study


dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling untuk kelompok
kasus yaitu 48 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan kontrol yaitu 48 ibu
yang memberikan ASI eksklusif. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan
bivariat dengan uji chi square dan Odds Ratio.

Hasil. Hasil uji analisis faktor risiko dengan rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif yaitu nilai variabel dukungan suami (OR: 4,959; p: 0,001), ketertarikan
terhadap susu formula (OR: 5,314; p: 0,000), tingkat pengetahuan ibu (OR: 2,143; p:
0,066), tingkat pendidikan terakhir ibu (OR: 1,187; p: 0,836), usia ibu (OR: 1,741; p:
0,433), pekerjaan ibu (OR: 1,000; p: 1,000), penghasilan ibu (OR: 1,533; p: 1,000),
status pernikahan ibu (OR: 0,897; p: 1,000), urutan kelahiran anak (OR: 0,833; p:
0,831), dukungan petugas kesehatan (OR: 1,000; p: 1,000).

Kesimpulan. Faktor risiko dari rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di


wilayah kerja Puskesmas Oesapa adalah dukungan suami dan ketertarikan terhadap
susu formula.

Kata Kunci: Air susu ibu eksklusif, faktor risiko, dukungan suami, susu formula

xii
LOW COVERAGE EXCLUSIVE BREASTFEEDING’S RISK FACTORS AT
OESAPA COMMUNITY HEALTH CENTER
Diana Theresia Tangi Bupu1, Kresnawati Wahyu Setiono2, Irene K L A Davidz3,
Maria Agnes Etty Dedy4
1
Medical Student of Nusa Cendana University
2
Parasitology Department, Medical Faculty of Nusa Cendana University
3
Pediatrics Department, Medical Faculty Of Nusa Cendana University
4
Public Health Department, Medical Faculty of Nusa Cendana University

ABSTRACT
Background. Exclusive Breast Feeding (EBF) is a source of nutrition, the best
vitamins and minerals for growth and development in the first six months of life.
EBF can reduce the risk of death in infants but exclusive breastfeeding in Indonesia
is still very low, especially in Oesapa community health center, which is 12,43% in
2016 .

Objective. To analyze the risk factors of the low coverage exclusive breastfeeding in
the Oesapa Community Health Center.

Methods. Case control study design with consecutive sampling for case and control
group. Samples include 48 mothers who did not give exclusive breastfeeding and
control groups include 48 mothers who gave exclusive breastfeeding. The data
analysis used were univariat and bivariat with chi square test and Odds Ratio.

Result. The results of the analysis showed the value of husband's support (OR: 4.959;
p: 0.001), interest in milk formula (OR: 5,314; p: 0,000), the level of maternal
knowledge (OR: 2.143p: 0.066), the last level of education of the mother (OR: 1,187;
p: 0,836), maternal age (OR: 1,741; p: 0,433), maternal occupation (OR: 1,000; p:
1,000), maternal income (OR: 1,533; p: 1,000), maternal marital status (OR: 0,897;
p: 1,000), child birth order ( OR: 0,833; 95 p: 0,831), health care support (OR:
1,000; p: 1,000).

Conclusion. Risk factors of the low coverage exclusive breastfeeding in Oesapa


community health center are husband’s support and interest in formula milk.

Kata Kunci: Exclusive Breast Feeding, risk factors, husband’s support, infant
formula

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI vi
HALAMAN PENGESAHAN MANUSKRIP ............................................. vii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI MANUSKRIP ............................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
ABSTRA ........................................................................................................ xii
ABSTRACT .................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI.................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 5
1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 9
2.1. Air Susu Ibu .......................................................................................... 9
2.2. Menyusui Eksklusif ............................................................................... 20
2.3. Kontraindikasi Menyusui ....................................................................... 31
2.4. Kebijakan Pemerintah Mendukung Menyusui ....................................... 33
2.5. Kerangka Teori ...................................................................................... 34
2.6. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 35
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 38
3.1. Kerangka Konsep ................................................................................... 38
3.2. Identifikasi Variabel ............................................................................... 39
3.3. Definisi Operasional .............................................................................. 40
3.4. Jenis Dan Rancangan ............................................................................ 43
3.5. Lokasi Dan Waktu ................................................................................ 43
3.6. Populasi Dan Sampel ............................................................................. 43
3.7. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi................................................................. 46

xiv
3.8. Alur Penelitian dan Cara Kerja .............................................................. 47
3.9. Analisis Data .......................................................................................... 49
3.10. Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 50
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 51
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian . ................................................................. 51
4.2. Analisis Univariat .................................................................................. 52
4.3. Analisis Bivariat ..................................................................................... 55
4.4. Analisis Multivariat ............................................................................... 75
4.5. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 75
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 77
5.1. Simpulan ............................................................................................... 77
5.2. Saran ..................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81
LAMPIRAN. .................................................................................................. 85
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 138

xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Komposisi ASI dan susu sapi ................................... 14
Tabel 3.1. Definisi Operasional .................................................................. 40
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu ... 52
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu ..... 52
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu ............................. 53
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ..................... 53
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Ibu ................. 53
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Ibu ........ 54
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami ............... 54
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran Anak ..... 54
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Ketertarikan Susu Formula 55
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan
Petugas Kesehatan ..................................................................... 55
Tabel 4.11. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian rendahnya
pemberian ASI eksklusif ........................................................... 56
Tabel 4.12. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
rendahnya pemberian ASI eksklusif ......................................... 58
Tabel 4.13. Hubungan usia ibu dengan kejadian
rendahnya pemberian ASI eksklusif .......................................... 59
Tabel 4.1.4.Hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya
pemberian ASI eksklusif ........................................................... 61
Tabel 4.15. Hubungan penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya
pemberian ASI eksklusif ........................................................... 63
Tabel 4.16. Hubungan status pernikahan ibu dengan kejadian
rendahnya pemberian ASI eksklusif .......................................... 64
Tabel 4.17. Hubungan dukungan suami dengan kejadian rendahnya
pemberian ASI eksklusif ........................................................... 66
Tabel 4.18. Hubungan urutan kelahiran anak dengan kejadian
rendahnya pemberian ASI eksklusif .......................................... 68
Tabel 4.19. Hubungan ketertarikan susu formula dengan kejadian
rendahnya pemberian ASI eksklusif .......................................... 70
Tabel 4.20. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kejadian
rendahnya pemberian ASI eksklusif ......................................... 73
Tabel 4.21. Rangkuman hasil analisis bivariat ............................................. 75

xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Kelenjar Mammae ................................................ 10
Gambar 2.2. Refleks Menyusu ................................................................ 17
Gambar 2.3. Posisi Menyusu yang Baik dan Benar ................................. 18

xvii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 34


Skema 3.1. Kerangka Konsep ...................................................................... 38
Skema 3.2. Jenis Penelitian ........................................................................... 43
Skema 3.3. Alur Penelitian ........................................................................... 47

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan ................................. 85
Lampiran 2. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian.............................. 86
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ................................................................. 87
Lampiran 4.Hasil Pengumpulan Data ........................................................... 93
Lampiran 5.Hasil Uji Analisis SPSS ............................................................ 98
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 107
Lampiran 7. Surat Penelitian......................................................................... 111
Lampiran 8. Jadwal Kegiatan dan Rencana Anggaran ................................. 121

xix
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


UNICEF : United Nation Children Funds
WHO : World Health Organization
NTT : Nusa Tenggara Timur
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
dkk : dan kawan-kawan
MP-ASI : Makanan Pendamping ASI
hCS : hormon chorionic somatomammotropin
sIgA : secretory immunoglobulin A
ARA : Asam Arakidonat
g, mg, µg : gram, milligram, microgram
PIH : prolactine-inhibiting hormone
PRH : prolactine-releasing hormone
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
IQ : Intelligence quotient
PP-ASI : Peningkatan Pemberian ASI
HbsAg : Hepatitis B surface antigen
HbIg : Hepatitis B Imunoglobulin
HIV : human immunodeficiency virus
PKU : phenylketonuria
ARV : Anti Retroviral
HTLV : Human T-lymphotropic virus
CMV : cytomegalovirus
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
ANC : Antenatal care
AKG : Angka Kecukupan Gizi
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu : Puskesmas Pembantu
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

xx
21
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan sumber nutrisi, vitamin dan

mineral terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan bayi

pada enam bulan pertama kehidupan tanpa tambahan cairan atau makanan

apapun. ASI dapat mencegah malnutrisi karena mengandung zat-zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi. Selain itu,

banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI

terhindar dari obesitas. Berdasarkan penelitian, ASI yang diberikan pada bayi

yang berusia dibawah 2 tahun memiliki dampak positif yang sangat besar,

dimana ASI berpotensial untuk mencegah lebih dari 800.000 kematian (13%

dari seluruh kematian) pada anak berusia di bawah 2 tahun di negara

berkembang. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif empat belas kali lebih

sulit terkena penyakit dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI

eksklusif, dan pemberian ASI eksklusif secara drastis mampu mengurangi

kematian akibat diare dan infeksi saluran pernafasan, yang merupakan dua

masalah utama penyebab kematian pada bayi(1,2).

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United

Nation Children Funds (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)

merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit

enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6


2

bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. ASI

eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak

terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur

tersebut. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena

mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam

jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko

kematian pada bayi(3,4). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif di

Indonesia menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan

dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan

pemberian makanan tambahan yang sesuai(4,5).

Berdasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010,

persentase pemberian ASI eksklusif untuk bayi dengan usia <6 bulan di

Indonesia dibedakan menurut umur. Hasilnya pada anak usia 0-1 bulan

presentasinya sebesar 45,4%, 2-3 bulan sebesar 38,3%, 4-5 bulan sebesar

31,0% dan secara keseluruhan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-

6 bulan sebesar 54,3% dimana Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah

satu provinsi yang mempunyai persentase ASI eksklusif di atas angka nasional

yaitu sebesar 74,4%(6). Tapi pada 2014, pola menyusui pada bayi umur 0

bulan dengan persentase 39,8% semakin menurun dengan meningkatnya

kelompok umur bayi dimana pada bayi yang berumur 5 bulan presentasi

menyusui eksklusif hanya 15,3%(4). Pada 2015, berdasarkan data yang

diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, cakupan pemberian ASI eksklusif


3

di Indonesia untuk bayi usia 0-6 bulan mengalami peningkatan menjadi 55,7%

dan NTT menempati posisi kedua sebagai provinsi dengan cakupan pemberian

ASI eksklusif tertinggi setelah Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 77,0%(7).

Hasil penelitian terbaru didapatkan bahwa pada 2016, pemberian ASI

eksklusif untuk bayi sampai usia 6 bulan di Indonesia mengalami penurunan

yang signifikan yaitu sebesar 29,5%. Persentasenya pemberian ASI eksklusif

untuk bayi sampai usia 6 bulan di NTT sebesar 38,3% dan untuk bayi 0-5

bulan sebesar 79,9%. Di Kota Kupang, pada 2016 jumlah bayi yang diberi

ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar 67,13%, yang menunjukkan bahwa

Kota Kupang memberikan peran cukup besar dalam tingginya persentase

pemberian ASI eksklusif di NTT dengan persentase tertinggi di Puskesmas

Bakunase yaitu sebesar 112,13% dan terendah di Puskesmas Oesapa yaitu

sebesar 12,43%(8).

Faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah

pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini yang membawa

risiko penyakit, terutama ketika penyakit menular tinggi dengan akses air

bersih dan sanitasi yang buruk. Pemberian susu formula sebaiknya tidak

diberikan karena susu formula sulit diterima oleh usus bayi, bahkan pemberian

susu formula atau makanan lain dapat menyebabkan luka pada usus, dan butuh

waktu berminggu-minggu bagi bayi untuk pulih. Pemberian susu formula

sering diakibatkan oleh petugas kesehatan yang tidak memiliki keterampilan

dan pelatihan yang tepat dalam mendukung praktik menyusui. Selain itu,

banyak perempuan harus kembali bekerja segera setelah melahirkan, dan


4

menghadapi sejumlah tekanan yang seringkali membuat mereka berhenti

menyusui secara eksklusif sejak dini(1).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan di Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan, didapatkan hasil bahwa keinginan, keyakinan,

dan persepsi ibu yang benar tentang kepuasan bayi saat menyusu, dan

dukungan suami serta orang tua mendorong keberhasilan pemberian ASI

eksklusif. Usia tua, ibu yang bekerja, pemberian susu formula di instansi

pelayanan kesehatan, pemberian MP-ASI menjadi faktor yang menghalangi

keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan pemberian MPASI sebagai

faktor risiko yang paling kuat dengan r = 0,710(9).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasution, dkk di wilayah kerja

Puskesmas Bungus Padang, faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif adalah pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif,

pekerjaan ibu dan kurangnya dukungan dari suami(10). Selain itu, faktor yang

turut mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih di Semarang adalah tingkat

penghasilan ibu yang cukup(11).

Banyak sekali faktor risiko yang berperan dalam keberhasilan maupun

kegagalan pemberian ASI eksklusif. Salah satu hambatan dalam pemberian

ASI eksklusif juga berasal dari ibu sendiri sebagai sumber utama pemberian

ASI eksklusif. Berdasarkan hal di atas, mengingat pentingnya ASI eksklusif

serta manfaat yang diberikan, justru pemberian ASI eksklusif pada

kenyataannya masih rendah. Hal inilah yang menyebabkan peneliti akhirnya


5

tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan persentase

jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah

khususnya di Puskesmas Oesapa dibandingkan puskesmas-puskesmas lainya

di Kota Kupang dengan judul penelitian “Analisis Faktor Risiko Rendahnya

Cakupan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Oesapa”.

1.2.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian tersebut, didapatkan pertanyaan

a. Apa saja faktor risiko yang mempengaruhi rendahnya cakupan pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa?

b. Faktor apa yang paling kuat mempengaruhi rendahnya cakupan pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa?

1.3.Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat faktor risiko

rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa pada tahun 2018.


6

1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan

rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa

b. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

c. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

d. Menganalisis hubungan usia ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa

e. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu dengan dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

f. Menganalisis hubungan penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa

g. Menganalisis hubungan status pernikahan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa
7

h. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa

i. Menganalisis hubungan urutan kelahiran anak dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

j. Menganalisis hubungan ketertarikan terhadap susu formula dengan

kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa

k. Menganalisis hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

merencanakan, melakukan dan menyusun hasil penelitian. Serta sebagai

bahan informasi dan pengetahuan berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif.

1.5.2. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi akan pentingnya ASI dan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif sehingga

dapat menambah wawasan mayarakat guna meningkatkan kualitas hidup

terkhususnya kualitas generasi penerus bangsa

1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana


8

Sebagai sumber pustaka dan bahan referensi yang dapat

memberikan tambahan informasi mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif

1.5.4. Bagi Pemerintah dan Institusi

Sebagai bahan referensi dan acuan dalam evaluasi dan penanganan

serta pertimbangan untuk pembuatan kebijakan masalah kesehatan di

NTT, terutama masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif.


9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Air Susu Ibu

2.1.1. Pembentukan Air Susu Ibu

Pembentukan Air Susu Ibu (ASI) dipengaruhi oleh lingkungan hormonal

selama kehamilan. Payudara yang mampu menghasilkan susu memiliki anyaman

duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di

lobulus. Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar mirip kantong yang

dilapisi oleh sel epitel dan menghasilkan susu yang dinamai alveolus. Susu

dibentuk oleh sel epitel dan kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu

dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting

payudara(12).

Selama kehamilan. estrogen dengan kadar tinggi mempengaruhi

perkembangan duktus, sementara progesteron merangsang pembentukan alveolus

lobulus. Perkembangan kelenjar mamaria juga dipengaruhi oleh hormon prolaktin

dan hormon chorionic somatomammotropin (hCS)(12).


10

Gambar 2.1. Anatomi Kelenjar Mammae


Sumber : Sherwood L. Introduction to Human Physiology. Ed. VIII.
Canada: Nelson Education, Ltd; 2016. 789 p

2.1.2. Komposisi ASI

ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat

cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat

yang mempunyai suhu udara panas.

1. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa dan berfungsi sebagai

salah satu sumber energi untuk otak. Di dalam usus halus laktosa akan

dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Sebagian

laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi

oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini akan

menciptakan keadaan asam dalam usus yang akan menekan pertumbuhan

kuman patogen (kuman yang menyebabkan penyakit) pada usus dan


11

meningkatkan absorpsi (penyerapan) kalsium dan fosfat. Kadar laktosa

yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang

ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun angka kejadian diare

akibat tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan

pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan

laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu

formula(13).

2. Protein

Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein

30% dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4

sampai 10 setelah melahirkan, 60:40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai

240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi perbandingan whey :

kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih

mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Selain

itu protein whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin dan

metionin dalam jumlah rendah dibanding kasein, tetapi dengan kadar

taurin lebih tinggi. Komponen utama protein whey ASI adalah alfa-

laktalbumin, sedangkan protein whey pada susu sapi adalah beta

laktoglobulin. Laktoferin, lisozim, dan sIgA merupakan bagian dari

protein whey yang berperan dalam pertahanan tubuh(14).

3. Lemak

Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi

mendapatkan kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu


12

penting sekali untuk membiarkan bayi menyusu pada satu payudara

sampai habis dan baru dipindahkan ke payudara satunya apabila bayi

masih menginginkannya. Menghentikan bayi yang sedang menyusu akan

mengurangi lemak yang didapatkan, dengan demikian bayi tidak

mendapatkan cukup energi. Kadar lemak juga dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak

omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi

banyak ditemukan dalam ASI. Selain itu, ASI juga mengandung banyak

asam lemak rantai panjang diantaranya asam arakidonat (ARA) yang

berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata(14).

4. Vitamin dan Mineral(14)

a) Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang

berperan dalam proses pembekuan darah. Kadar vitamin K dalam

ASI lebih sedikit dibandingkan dalam susu formula sehingga bayi

yang mendapat ASI berisiko untuk terjadinya perdarahan. Oleh

karena itu bayi baru lahir perlu mendapatkan suntikan vitamin K.

b) Vitamin D

ASI mengandung hanya sedikit vitamin D sehingga

dianjurkan pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan

bayi terpapar sinar matahari pagi sehingga akan mencegah bayi

menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.


13

c) Vitamin E

Fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding

sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan

terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI

adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum

dan transisi awal.

d) Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga

berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan

pertumbuhan.

e) Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin

B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.

f) Mineral

Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium

yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan

rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Zat besi

yang berasal dari ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50%.


14

2.1.3. Perbedaan Komposisi ASI dan Susu Sapi

Tabel 2.1. Perbedaan komposisi ASI dan susu sapi(14,15)

Komponen ASI Susu sapi

Air, g 88 88
Laktosa, g 6,8 5,0
Protein,
- Total 1% 4% (terlalu banyak)
- Kasein 0,5% 3% (terlalu banyak)
- Laktalbumin 0,5% 0,5%
Rasio kasein : 1:2 3:1
laktalbumin
Lemak, g 3,8 3,7
Natrium, mg 15 58
Kalium, mg 55 138
Klorida, mg 43 103
Magnesium, mg 4 12
Fosfor, mg 15 100
Vit. A, µg 53 34
Vit. D,
- Larut dalam 0,01 0,03
lemak, µg
- Larut dalam 0,80 0,15
air, µg
Vit. C, mg 3,8 1,5
Tiamin, µg 16 42
Riboflavin, µg 43 157
Asam nikotinat, µg 172 85
Pencemaran bakteri Tidak ada antibodi Mungkin ada
Zat anti infeksi leukosit Tidak aktif
laktoferin
faktor bifidus
Asam amino sistin Cukup untuk pertumbuhan otak Tidak cukup
15

Lipase untuk Ada Tidak ada


mencerna
Laktosa (gula) 7% (cukup) 3-4% (tidak cukup)
Sumber : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong ed. XXII

2.1.4. Stimulasi Laktasi

1. Pelepasan oksitosin dan ejeksi susu

Susu secara aktif diperas keluar alveolus dan masuk ke duktus lalu

menuju ke arah puting payudara oleh kontraksi sel mioepitel (sel epitel

yang mirip otot polos) yang mengelilingi setiap alveolus. Pengisapan

payudara oleh bayi merangsang ujung saraf sensorik di puting,

menimbulkan potensial aksi yang naik melalui korda spinalis ke

hipotalamus. Setelah diaktifkan, hipotalamus memicu pengeluaran

oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin kemudian merangsang

kontraksi sel mioepitel di payudara untuk menyebabkan ejeksi susu yang

hanya berlanjut selama bayi menyusu. Meskipun alveolus penuh susu,

susu tersebut tidak dapat dikeluarkan tanpa oksitosin. Namun, refleks ini

dapat terkondisi oleh rangsangan di luar isapan, misalnya tangisan bayi

dapat memicu ejeksi susu. Sebaliknya, stress psikologis dapat

menghambat ejeksi susu. Karena itu, sikap positif terhadap menyusui dan

lingkungan yang santai dapat mendukung keberhasilan proses

menyusui(12).

2. Pelepasan prolaktin dan sekresi susu

Pengisapan puting payudara ibu juga merangsang produksi

prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior dikontrol oleh dua


16

sekresi hipotalamus: prolactine inhibiting hormone (PIH) dan prolactine-

releasing hormone (PRH). Selama laktasi, setiap kali bayi mengisap

terjadi peningkatan sekresi prolaktin. Impuls-impuls aferen yang dipicu di

puting payudara oleh pengisapan dibawa oleh korda spinalis ke

hipotalamus. Refleks ini menyebabkan pelepasan prolaktin oleh hipofisis

anterior, meskipun belum jelas apakah ini disebabkan oleh inhibisi sekresi

PIH atau stimulasi PRH, atau keduanya. Prolaktin kemudian bekerja pada

epitel alveolus untuk mendorong sekresi susu untuk menggantikan susu

yang keluar(12).

Stimulasi secara bersamaan ejeksi dan produksi susu oleh isapan

memastikan bahwa kecepatan produksi susu seimbang dengan kebutuhan

bayi terhadap susu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak susu

yang keluar melalui ejeksi dan semakin banyak susu yang diproduksi

untuk pemberian berikutnya.


17

Gambar 2.2. Refleks Menyusu


Sumber : Sherwood L. Introduction to Human Physiology. Ed.
VIII. Canada: Nelson Education, Ltd; 2016. 789 p

2.1.5. Teknik Menyusui yang Baik dan Benar

Keberhasilan menyusui tidak bisa lepas dari perlekatan dan posisi

menyusui yang benar. Ada beberapa tanda yang dapat dilihat bahwa

bayi melekat secara benar pada payudara(13) :

- Dagu bayi menyentuh payudara

- Mulut terbuka lebar

- Bibir bawah bayi melengkung keluar

- Pipi bulat atau datar


18

- Sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi, lebih banyak

aerola terlihat di bagian atas mulut bayi daripada di bawahnya.

Tanda bahwa posisi benar :

- Badan bayi rapat dan menghadap ke payudara

- Kepala dan badan bayi lurus

- Dagu bayi menyentuh payudara

- Badan belakang bayi ditopang

- Ibu merasa santai dan nyaman

Gambar 2.3. Posisi Menyusui yang Baik dan Benar


Sumber : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009;II
19

2.1.6. Tanda Kecukupan ASI

Tanda kecukupan ASI harus diketahui oleh seorang ibu untuk

mencegah malnutrisi pada bayi, terutama pada bulan pertama. Tanda bahwa

bayi mendapat cukup ASI adalah(13):

1. Produksi ASI akan meningkat pada hari ke-2 sampai hari ke-4setelah

melahirkan, nampak payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan

seringkali ASI menetes dengan spontan.

2. Bayi menyusu 8-12 kali sehari, dengan perlekatan yang benar pada setiap

payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap

payudara.

3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat

menyusu, terutama pada payudara yang kedua.

4. Frekuensi buang air kecil bayi > 6 kali sehari. Kencing berwarna jernih,

tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal

urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.

5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling

tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok

bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang

BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal.

6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu

diantaranya, setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi

berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti


20

ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu

tanda bahwa bayi kurang mendapat ASI.

7. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama

menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5-7 hari, lebih-

lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi

tidak melekat dengan baik saat menyusu.

8. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir.

9. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10-14 hari setelah

lahir.

2.2. Menyusui Ekslusif

2.2.1. Definisi Menyusui Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

selama enam bulan,tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan

atau minuman lain(3). Menyusui eksklusif adalah tidak memberikan bayi

makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali

obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes. ASI perah juga diperbolehkan)(4).

2.2.2. Manfaat ASI Eksklusif

1. Untuk bayi

a) Perlindungan kesehatan bayi

Menyusu eksklusif selama 6 bulan terbukti memberikan risiko

yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi saluran
21

napas, infeksi telinga, pneumonia, infeksi saluran kemih) dan penyakit

lainnya (obesitas, diabetes, alergi, penyakit inflamasi saluran cerna,

kanker). Zat kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat dalam ASI akan

ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respons imun tubuh melawan

infeksi(14).

b) Kesehatan saluran cerna

Keuntungan lain menyusui adalah ASI lebih mudah dicerna

dibandingkan susu formula. Di dalam ASI terkandung oligosakarida yang

tidak ditemukan pada susu sapi atau sangat sedikit sekali. Oligosakarida

dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri Bifidobacteria

(bakteri baik) di dalam saluran cerna. Saluran cerna bayi yang medapat

ASI mengandung banyak bakteri Bifidobacteria dan Lactobacillus, bakteri

menguntungkan yang dapat mencegah pertumbuhan organisme yang

merugikan dan juga mempunyai efek terhadap peningkatan sistem imun

(kekebalan) tubuh(12).

Suasana asam yang terbentuk akibat masukan ASI merupakan

sinyal bagi pembentukan SIgA dan mucus pada permukaan saluran cerna.

Peningkatan kadar SIgA berkolerasi dengan peningkatan sistem

pertahanan saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan mukus yang

melapisi permukaan saluran cerna berfungsi sebagai barrier agar

mikroorganisme tidak masuk ke aliran darah. Kandungan ASI akan

melengkapi sistem imun bayi yang belum sepenuhnya matang. Selain itu,

ASI keluar langsung dari payudara sehingga selalu steril dan tidak pernah
22

terkontaminasi oleh air dan botol tercemar yang dapat menyebabkan

penyakit(16).

c) Intelegensi bayi

Menyusu dapat berpengaruh pada perkembangan intelektual anak,

karena menyusui memberikan perlekatan erat dan rasa nyaman yang

berpengaruh terhadap perkembangnan emosi anak. Beberapa publikasi

penelitian tentang efek menyusui terhadap IQ bayi memperlihatkan bahwa

bayi yang mendapat ASI mempunyai nilai IQ 3-5 kali lebih tinggi

dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Makin lama bayi

menyusu, makin besar efek positif pada IQ bayi.

d) Rasa nyaman dan hangat selama menyusui

Bayi yang menyusui dapat menikmati rasa aman, kehangatan dan

keberadaan ibunya, khususnya bila terjadi ‘kontak kulit ke kulit’ selama

menyusu. Perasaan tersebut mungkin kurang diperoleh oleh bayi yang

mendapat susu botol. Ibu sesering mungkin memberikan sentuhan kasih

sayang kepada bayinya, karena hal tersebut merupakan sumber kehangatan

dan kenyamanan.

2. Untuk Ibu(17)

a) Ibu tidak perlu membeli susu formula, tidak perlu mensterilkan botol,

menakar dan mencampurnya

b) Ibu yang ingin berat badannya kembali seperti semula dapat terbantu

karena menyusui bayi memerlukan ekstra kalori


23

c) Membantu mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena menyusui

juga merangsang uterus untuk berkontraksi kembali ke ukurannya.

Perdarahan post partum dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi

oksitosin.

d) Menyusui eksklusif selama 6 bulan juga akan meningkatkan kadar

antibodi dalam sirkulasi darah ibu sehingga mengurangi risiko terjadinya

infeksi setelah melahirkan

e) Mengurangi risiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis

pasca menopause

f) Sebagai satu cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan

tertekan sehingga kemungkinan hamil selama menyusui lebih kecil.

g) Mempererat hubungan antara ibu dan anak

3. Untuk pihak lain(17)

a) Untuk keluarga, dapat menghemat dana ratusan ribu sampai jutaan rupiah.

Mengurangi waktu yang terbuang untuk menyiapkan, mencuci dan

menghangatkan botol sebelum diberikan kepada bayi

b) Mengurangi biaya perawatan dan pengobatan akibat bayi yang diberi ASI

eksklusif lebih jarang sakit, sehingga jarang berobat ke dokter apalagi

rawat inap

c) Menurunkan anggaran negara untuk biaya penyakit yang sebenarnya dapat

dicegah, sehingga dana dapat digunakan oleh program lain


24

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

1. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI yang

benar akan menunjang keberhasilan menyusui. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Siti, didapatkan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik cenderung memberikan ASI eksklusif,

sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang cenderung tidak

memberikan ASI eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,011

sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara variabel pengetahuan ibu

dengan pemberian ASI eksklusif(17).

2. Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media massa juga

mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan

semakin besar peluang untuk memberikan ASI eksklusif. Sebaliknya akses

terhadap media berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI, dimana

semakin tinggi akses ibu pada media semakin tinggi peluang untuk tidak

memberikan ASI eksklusif. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar

manusia yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri. Semakin

tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima serta

mengembangkan pengetahuan dan tehnologi juga semakin meningkatnya


25

produktivitas serta semakin tinggi kesejahteraan keluarganya(18). Tingkat

pendidikan formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai

progresif pada diri seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru,

termasuk pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi.

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya

pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian

ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun

informal. Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi,

umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan

kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk

ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan

menjadi pengetahuan(19). Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya

ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam

keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka pengetahuannya akan

gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah(10).

3. Usia ibu(21,22)

Usia seseorang diukur dan dipandang dari segi kronologis, derajat

perkembangan anatomis dan fisiologis sama, usia reproduksi sehat atau

aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun(22).

Ibu muda pada waktu hamil dianggap kurang memperhatikan

kehamilannya termasuk kontrol kehamilan serta sulit dalam beradaptasi

secara psikologis. Pada umumnya, remaja secara fisik dan psikis mampu

untuk menyusui. Tantangan yang sering dihadapi adalah gizi kurang atau
26

perawatan pranatal yang tidak adekuat, mudah dipengaruhi ibu lain yang

tidak setuju menyusui, kesulitan dalam mengatasi kebutuhannya dan

kadang membenci bayi yang lahir akibat dari pengaruh gaya hidupnya. Ibu

remaja seringkali ingin meninggalkan bayinya untuk segera kembali

sekolah(14). Hal inilah yang menyebabkan peneliti memilih variabel usia

sebagai salah satu faktor karena sebagian besar wilayah kerja Puskesmas

Oesapa mencakup daerah kost-kostan dengan mayoritasnya adalah

mahasiswa dan mahasiswi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ika Putri didapatkan

usia responden dengan kategori <20 dan >35 tahun dengan proporsi

tertingi yaitu tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 41 responden

(59,4%) dan kategori usia 20-35 tahun proporsi yang tertinggi yaitu 59

responden (50,9%) yang memberikan ASI eksklusif dengan p value =

0,175(23).

4. Pekerjaan ibu(17,25,26)

Ibu yang tidak memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga memiliki

kemungkinan yang lebih besar dalam keberhasilan pemberian ASI

eksklusif. Waktu yang dimiliki untuk merawat bayinya lebih banyak

dibandingkan ibu yang memiliki pekerjaan tetap. Ibu yang memiliki

pekerjaan tetap menghabiskan banyak energi pada pekerjaannya sehingga

waktu dan energy untuk merawat bayinya tidak maksimal. Salah satu

kebijakan dan strategi Departemen Kesehatan RI tentang Peningkatan

Pemberian ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah mengupayakan fasilitas


27

yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan

menyediakan sarana ruang memerah ASI, menyediakan perlengkapan

untuk memerah dan menyimpan ASI, menyediakan materi penyuluhan

ASI, dan memberikan penyuluhan.

5. Penghasilan ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiki Anggrita,

didapatkan hasil responden dengan pemberian ASI eksklusif paling

banyak dijumpai pada ibu dengan penghasilan rendah dan sedang dan

tidak dijumpai pada pendapatan tinggi(26). Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Prisniade Pasaribu, dkk didapatkan hasil p = 0,705

dengan = 0,05 (p>0,05) sehingga dinyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif(27).

6. Status Pernikahan

Status pernikahan seseorang sangat berpengaruh pada kualitas

hidup yang dimiliki seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Purbadi dan

Sofiana membuktikan bahwa individu yang telah menikah akan meningkat

dalam kinerja kehidupan karena mempunyai pemikiran yang lebih matang

dan bijaksana(28). Hal yang sama mungkin juga terjadi terkait dengan peran

sebagai orang tua, bahwa menjadi orang tua meningkatkan pentingnya

para individu terhadap peran keluarga mereka dan semakin besar prioritas

yang para individu berikan kepada peran keluarga mereka ketika mereka

menikah dan/atau memiliki anak(29). Alasan inilah yang menyebabkan


28

status pernikahan ibu menjadi faktor yang berperan dalam keberhasilan

maupun kegagalan pemberian ASI eksklusif.

7. Dukungan suami

Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI

eksklusif adalah minimnya kepercayaan si ibu akan jumlah ASI bagi

anaknya. Disini dukungan suami dan keluarga terdekat sangat dibutuhkan

dalam membantu ibu menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya. Suami

harus membantu sang istri merawat bayi, memberi dukungan emosional

contohnya kasih sayang kepada istri akan sangat membantu kelancaran

keluarnya ASI. Seorang ibu yang membesarkan anak tanpa suami

memiliki kesulitan yang lebih besar, khususnya pada ibu yang masih

muda(17,31).

8. Urutan kelahiran anak

Urutan kelahiran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian di

negara berkembang, anak pertama cenderung tidak mendapatkan ASI

eksklusif akibat kurangnya perhatian dan waktu yang diberikan oleh ibu

dibandingkan dengan anak kedua, ketiga dan seterusnya(31).

9. Ketertarikan promosi susu formula

Iklan susu formula yang semakin marak di masyarakat

menyebabkan para ibu beralih dari ASI eksklusif. Iklan-iklan tersebut

mampu meyakinkan masyarakat bahwa susu formula lebih baik untuk

dikonsumsi dan menjadi pilihan apabila mereka mengalami kesulitan


29

dalam menyusui. Beberapa perusahaan bahkan memberikan susu formula

pada beberapa instansi kesehatan, petugas kesehatan dan juga para ibu

secara gratis. Berdasarkan hasil penelitian Siti Zulaikhah, responden yang

tidak tertarik terhadap promosi susu formula cenderung memberikan ASI

eksklusif, sedangkan responden yang tidak tertarik terhadap susu formula

cenderung tidak memberikan ASI eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh p

value = 0,020 sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara variabel

ketertarikan promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif(17).

10. Tenaga kesehatan

Peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam keberhasilan

pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan harus mengetahui kondisi ibu

secara lengkap mencakup apakah ibu boleh untuk menyusui anaknya,

apakah ada kontraindikasi menyusui. Anamnesis dan pemeriksaan

payudara yang teliti harus dilakukan, meliputi perencanaan ibu untuk

menyusui anaknya, riwayat menyusui sebelumnya, operasi/ tindakan

bedah lain pada payudara(14).

Dukungan para profesional di bidang kesehatan sangat dibutuhkan

bagi ibu, terutama primipara. Pendidikan tentang pentingnya menyusui

sudah harus diberikan sejak masa antenatal, yang dilakukan oleh semua

tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. Bila petugas kesehatan

menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, maka dijamin

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak, sesuai

dengan MDGs (Millenium Development Goals). Peran tenaga kesehatan di


30

ruang perawatan ibu dan bayi sangat besar, agar setiap bayi yang

dipulangkan harus menyusu(13).

11. Keadaan khusus(14)

a. Bayi kembar

Bayi kembar dapat disusui secara simultan atau terpisah sesuai

kebutuhan masing-masing bayi, atau bergantian. Ibu dengan bayi

kembar dua secara konsisten akan memproduksi jumlah ASI dua kali

lebih banyak dari jumlah ASI yang diproduksi ibu dengan bayi

tunggal.

b. Bayi prematur

ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan ASI

dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan karena

komposisi ASI secara dinamis berubah untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi baru lahir. Selain itu ASI bayi prematur mengandung lebih

banyak sistein, taurin, lipase yang meningkatkan absorbsi lemak, asam

lemak tak jenuh rantai panjang, nukleotida dan gangliosida. Komposisi

ASI bayi prematur berubah menjadi serupa ASI bayi matur dalam

waktu 3-4 minggu.

c. Hepatitis B

Ibu dengan HbsAg positif tetap boleh memberikan ASI. Tapi, bayi

sebaiknya diberikan HbIg (Hepatitis B Imunoglobulin) 0,5 ml dan

imunisasi Hepatitis B yang pertama dengan dosis 0,5 ml diberikan

sebelum 12 jam setelah lahir.


31

d. Tuberkulosis dan HIV

Ibu masih boleh menyusui bayinya walaupun mengidap penyakit

tuberkulosis dan HIV positif.

2.3. Kontraindikasi Menyusui

Beberapa kontraindikasi pemberian ASI bagi bayi adalah sebagai berikut :

1. Kondisi pada bayi

a. Galaktosemia. Penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim

galactose-1-phosphate uridyltransferase yang diperlukan untuk

mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa. Bentuk klasik bias

berakibat fatal, sedangkan bentuk ringan menyebabkan gagal

tumbuh dan membesarnya organ hati dan limpa. ASI mengandung

laktosa tinggi sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa

laktosa(14).

b. Maple syrup urine disease. Penyakit ini menyebabkan tubuh tidak

dapat mencerna jenis protein leusin, isoleusin dan valine yang

terdapat pada ASI(14).

c. Fenilketonuria. Pemberian susu khusus (tanpa fenilalanin)

dianjurkan untuk diberikan berselang-seling dengan ASI pada

penyakit ini. Adapun bayi yang menderita phenylketonuria (PKU)

boleh mendapatkan ASI dengan pengawasan yang sangat ketat

terhadap kadar fenilalanin dalam darah(32).


32

2. Kondisi pada ibu(14)

a. Ibu dengan human immunodeficiency virus (HIV) positif

- Tidak menyusui sama sekali bila pengadaan susu formula

dapat diterima, mungkin dilaksanakan, terbeli dan memenuhi

syarat AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable

dan safe).

- Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obatan Anti Retroviral

(ARV) dianjurkan menyusui ekslusif sampai bayi berumur 6

bulan dan dilanjutkan menyusui sampai umur bayi 1 tahun

bersama dengan MP-ASI yang aman.

- Bila ibu dan bayi tidak mendapat ARV, maka ASI ekslusif

diberikan dengan cara diperah dan dihangatkan kemudian

diberikan sampai usia bayi 6 bulan dilanjutkan dengan susu

formula dan MP-ASI

b. Ibu yang terinfeksi Human T-lymphotropic Virus (HTLV) tipe 1

dan 2. Virus ini menular melalui ASI dan dihubungkan dengan

beberapa keganasan dan gangguan neurologis setelah bayi dewasa.

Bila ibu terbukti positif, dan syarat AFASS dipenuhi, tidak

dianjurkan memberi ASI.

c. Ibu yang terinfeksi cytomegalovirus (CMV) dan melahirkan bayi

premature juga tidak dapat memberikan ASI.Kontraindikasi

sementara pada seorang ibu untuk memberikan ASI adalah ibu

yang menderita.
33

2.4. Kebijakan Pemerintah untuk Mendukung Keberhasilan Menyusui

Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, baik pemerintah

maupun swasta diminta menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan

Menyusui, yaitu(24) :

1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang

secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas

2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan

tersebut

3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui

dan tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir,

sampai umur 2 tahun

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah

melahirkan di ruang bersalin

5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi

medis

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI

kepada bayi baru lahir

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama

bayi 24 jam sehari

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan

terhadap lama dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
34

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di

masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika

pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Sarana Pelayanan

Kesehatan

2.5. Kerangka Teori

Faktor bayi : berat badan Faktor lingkungan :


Anatomi dan Hormon dan
lahir, usia kehamilan saat Dukungan suami/
fisiologi kelenjar refleks prolaktin
lahir, kelainan anatomi, keluarga, dukungan
mammae dan oksitosin
rooting reflex, swallowing tenaga kesehatan,
reflex, suckling reflex sumber informasi,
rawat gabung

Faktor ibu : usia, pekerjaan,


Kebijakan Pemerintah psikologi ibu, pendidikan,
penghasilan, pengetahuan,
paritas, status pernikahan

Produksi
ASI
Pemberian ASI
Eksklusif

Manfaat untuk bayi, ibu


menyusui dan pihak lain

Sumber : Teori Lawrence Green

Skema 2.1. Kerangka Teori


35

2.6. Hipotesis Penelitian

1. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan

kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa

H1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

2. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir ibu

dengan kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa

H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir ibu dengan

kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa

3. H0 : Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa

H1 : Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa

4. H0 : Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

H1 : Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa


36

5. H0 : Tidak ada hubungan antara penghasilan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

H1 : Ada hubungan antara penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa

6. H0 : Tidak ada hubungan antara status pernikahan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

H1 : Ada hubungan antara status pernikahan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

7. H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

H1 : Ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

8. H0 : Tidak ada hubungan antara urutan kelahiran anak dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa

H1 : Ada hubungan antara urutan kelahiran anak dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa
37

9. H0 : Tidak ada hubungan antara ketertarikan terhadap susu formula

dengan kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Oesapa

H1 : Ada hubungan antara ketertarikan terhadap susu formula

dengan kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Oesapa

10. H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan

dengan kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Oesapa

H1 : Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan

kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa
38

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen


1. Tingkat pengetahuan Rendahnya Cakupan
ibu mengenai ASI Pemberian ASI
Eksklusif Eksklusif
2. Tingkat pendidikan
terakhir ibu
3. Usia ibu
1. Tempat bersalin
4. Pekerjaan ibu
2. Penolong persalinan
5. Penghasilan ibu
3. Faktor psikologi ibu
6. Status pernikahan ibu
4. Kelainan bawaan pada
7. Dukungan suami
bayi yang berhubungan
8. Urutan kelahiran
dengan organ pencernaan
anak
5. Penyakit dengan
9. Ketertarikan susu
kontraindikasi pemberian
formula
ASI
10. Dukungan petugas
kesehatan
Variabel perancu

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Skema 3.1. Kerangka Konsep


39

3.2. Identifikasi Variabel

Dari kerangka konsep diatas, dapat diidentifikasikan variabel-variabel

yang berhubungan dengan penelitian yaitu :

3.2.1. Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini ialah tingkat pengetahuan ibu

mengenai ASI Eksklusif, tingkat pendidikan terakhir ibu, usia ibu, pekerjaan ibu,

penghasilan ibu, status pernikahan ibu, dukungan suami, urutan kelahiran anak,

ketertarikan terhadap susu formula, dukungan petugas kesehatan.

3.2.2. Variabel Dependen

Pada penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah rendahnya

cakupan pemberian ASI eksklusif.

3.2.3. Variabel Perancu

Variabel perancu pada penelitian ini adalah tempat bersalin, penolong

persalinan, faktor psikologi, kelainan bawaan pada bayi yang berhubungan

dengan organ pencernaan, penyakit dengan kontraindikasi pemberian ASI.


40

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Tingkat Kemampuan ibu menjawab pertanyaan Kuesioner 1. Kurang baik, jika jawaban Nominal
pengetahuan ibu yang berhubungan dengan ASI eksklusif benar > 70%
tentang ASI (Definisi, zat yang terkandung dalam 2. Baik, jika jawaban benar ≤
eksklusif ASI, manfaat ASI, penyimpanan ASI, 70%
cara memperlancar menyusui, teknik
menyusui)
Tingkat Pendidikan formal tertinggi yang pernah Kuesioner 1. Pendidikan rendah (tidak Nominal
pendidikan diikuti ibu sekolah,SD-SMP)
terakhir ibu 2. Pendidikan tinggi (SMA-
Perguruan tinggi)
Usia ibu Usia ibu pada saat persalinan yang Kuesioner 1. <20 tahun atau >35 tahun Nominal
dihitung dalam tahun 2. 20 - 35 tahun
Pekerjaan ibu Mata pencaharian atau sesuatu yang Kuesioner 1. Bekerja Nominal
dilakukan ibu untuk mendapatkan nafkah 2. Tidak bekerja
sebelum ibu menyusui
41

Penghasilan ibu Setiap tambahan kemampuan ekonomis Kuesioner 1. Kurang (Kurang dari Upah Nominal
yang diterima atau diperoleh ibu yang Minimum Provinsi yaitu < Rp.
digunakan untuk konsumsi dan keperluan 1.660.000,-)
hidup 2. Cukup (Lebih dari sama dengan
Upah Minimum Provinsi yaitu ≥
Rp. 1.660.000,-)
Status pernikahan Hubungan yang sah secara hukum Kuesioner 1. Belum menikah Nominal
ibu sebagai sepasang suami istri yang tertera 2. Menikah
dalam akta pernikahan
Dukungan suami Dorongan yang diberikan suami Kuesioner 1. Tidak mendukung Nominal
responden mengenai ASI eksklusif 2. Mendukung
meliputi pemberian nasehat serta saran
untuk pemberian ASI selama berapa
bulan
Urutan kelahiran Urutan kelahiran anak dalam keluarga Kuesioner 1. Anak pertama Nominal
anak 2. Bukan anak pertama
Ketertarikan susu Sikap responden terhadap iklan susu Kuesioner 1. Tertarik (skor > 2) Nominal
formula formula yang ditawarkan 2. Tidak tertarik (skor ≤ 2)
Dukungan petugas Dorongan yang diberikan petugas Kuesioner 1. Tidak mendukung Nominal
42

kesehatan kesehatan mengenai ASI eksklusif 2. Mendukung


(penerapan 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui)
Pemberian ASI Pemberian ASI saja selama 0-6 bulan Kuesioner 1. Tidak ASI eksklusif Nominal
eksklusif kepada bayi tanpa tambahan cairan lain, 2. ASI eksklusif
seperti susu formula, jeruk, madu, air, teh
serta tanpa tambahan makanan padat,
kecuali vitamin dan obat
43

3.4. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan

pendekatan case-control, yaitu mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit

tertentu (kasus) dan kelompok pasien tanpa kasus (kontrol) kemudian ditelusuri

faktor risikonya secara retrospektif untuk mengetahui mengapa kasus terkena

efek, sedangkan kontrol tidak(33).

Faktor Risiko (+)


Kelompok Kasus (Tidak ASI Eksklusif)

Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)


Kelompok Kontrol (ASI Eksklusif)

Faktor Risiko (-)

Skema 3.2. Jenis Penelitian

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Oesapa, Kota Kupang,

Nusa Tenggara Timur pada bulan Agustus sampai Oktober tahun 2018.

3.6. Populasi dan sampel


3.6.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan bayi berusia 7-12

bulan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa, Kupang.


44

3.6.2. Sampel
3.6.2.1. Sampel Kasus
Sampel kasus adalah ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan yang tidak

memberikan ASI eksklusif pada anaknya yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa dan bersedia ikut serta dalam penelitian

3.6.2.2. Sampel Kontrol

Sampel kontrol adalah ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan yang

memberikan ASI eksklusif pada anaknya yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa dan bersedia ikut serta dalam penelitian

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik non probability

sampling, yaitu purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian, baik kasus

maupun kontrol, dihitung menggunakan rumus sampel minimal pada desain studi

kasus kontrol yang diperkenalkan oleh Lemeshow, dkk yaitu :

{( ∝ ( ( ( }
n= (

P1 = ( P2 = (

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal

Z1 - 2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 0,05 atau 95% (1,96)

Z1 – = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)

sebesar diinginkan (untuk = 0,10 adalah 1,28)


45

P1 = proporsi terpapar pada kelompok kasus

P2 = proporsi terpapar pada kelompok kontrol

f = perkiraan proporsi drop out (10%)

Besar OR (Odds Ratio) yang dipilih adalah 0,189 untuk faktor risiko

pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Pontianak berdasarkan

penelitian yang pernah dilakukan oleh Hendrik, dkk(34).

, ,
P1 = = 0,15 P2 = (
= 0,48
( , , , ,

{( , , ( , , , ( , , ( , }
n=
( , ,

{( , √ , , , √ , , , , }
n=
( , ,

{( , √ , , √ , }
n=
( ,

( , , , ,
n=
,
( , ,
n=
,
,
n= = 43,44= 43
,

Untuk mengantisipasi sampel yang drop out maka dilakukan perkiraan jumlah

sampel tambahan yaitu :

n’ = (

n’ = (
,
46

n’ = 47,777778 dibulatkan menjadi n’ = 48

Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel kasus minimal yang

dibutuhkan adalah 48 kasus. Perbandingan kelompok kasus dan kelompok

kontrol yang digunakan dalam penelitian adalah 1 : 1. Sehingga jumlah sampel

kelompok kasus yang memungkinkan adalah 48, sedangkan jumlah sampel

kelompok kontrol sebanyak 48 dengan jumlah sampel secara keseluruhan adalah

96 sampel.

3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.7.1. Kriteria Inklusi Kasus dan Kontrol

a. Ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan.

b. Ibu yang melakukan persalinan normal.

c. Subjek penelitian berdomisili dan telah tercatat di wilayah kerja

puskesmas Oesapa.

d. Subjek penelitian bersedia untuk diteliti dengan menandatangani lembar

persetujuan penelitian.

3.7.2. Kriteria Eksklusi Kasus dan Kontrol

a. Ibu dengan kontra indikasi pemberian ASI eksklusif pada bayi yang telah

dikonfirmasi oleh hasil pemeriksaan.

b. Ibu yang dirawat pisah dengan bayi setelah persalinan atas indikasi medis.

c. Ibu yang memiliki bayi yang lahir dengan cacat bawaan yang berhubungan

dengan kelainan pada organ pencernaan.


47

3.7.3. Kriteria Drop Out Kasus dan Kontrol

a. Sampel yang terpilih namun tidak dapat mengikuti penelitian karena

berbagai alasan, misalnya sedang bepergian ke luar daerah.

b. Sampel yang telah memenuhi kriteria namun menolak untuk berpartisipasi

dalam penelitian.

3.8. Alur Penelitian dan Cara Kerja

3.8.1 Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Identifikasi subjek yang berpotensi


masuk ke dalam penelitian

Informed consent

Tidak bersedia Bersedia

Penilaian lebih lanjut

Melakukan
Tidak memenuhi Memenuhi kriteria Analisis data
pengambilan
kriteria
data

Skema 3.3. Alur Penelitian

3.8.2. Cara Kerja

A. Instrumen Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari kuesioner dan

wawancara langsung terhadap ibu. Informasi yang dibutuhkan untuk penelitian


48

berupa nama ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia ibu,

pekerjaan ibu, penghasilan ibu, pendidikan terakhir ibu, status pernikahan ibu,

ketertarikan terhadap susu formula, dukungan suami dan urutan kelahiran anak.

B. Prosedur kerja

1. Penelitian ini pertama-tama memasukkan surat izin ke Puskesmas Oesapa

untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Setelah

mendapat persetujuan dari puskesmas, melakukan informed consent

terhadap ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan akan dijadikan

responden. Setelah informed consent disetujui, peneliti mulai melakukan

pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini (nama ibu, tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia ibu, penghasilan ibu,

pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu, status pernikahan ibu, ketertarikan

terhadap susu formula, dukungan suami dan urutan kelahiran anak) ke

dalam kuesioner dan formulir pengumpulan data, setelah semua data

terkumpul dilakukan analisis.

3.9. Analisis Data

3.9.1. Identifikasi Data


Data penelitian bersumber dari data-data dinas kesehatan, puskesmas

setempat sebagai data sekunder dan data primer diperoleh dari lokasi penelitian

melalui observasi, kuesioner dan hasil wawancara dengan subjek penelitian.


49

3.9.2. Jenis Pengolahan Data

3.9.2.1. Analisis Univariat


Semua variabel dianalisis untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai

distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, yaitu

tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia ibu, status pernikahan ibu,

pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, dukungan suami dan ketertarikan ibu

terhadap susu formula.

3.9.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dgunakan untuk melihat hubungan antar variabel

independen dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai

hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan. Dalam analisis

uji statistic yang digunakan adalah uji Chy square (X2) dengan alternatifnya yaitu

uji Fisher.

Kedua uji ini menggunakan batas kemaknaan alpha = 0,05 dan 95%

tingkat kepercayaan dengan ketentuan :

1) p value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak (p value ≤ α). Uji statistik

menunjukkan adanya hubungan signifikan

2) p value > 0,05 berarti Ho diterima (p value > α). Uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan

3.9.2.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mencari hubungan antara banyak

variabel bebas dengan satu variabel terikat. Pemilihan analisis multivariat pada
50

penelitian ini yaitu analisis Regresi Logistik, karena skala pengukuran variabel

terikatnya adalah nominal.

3.10. Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan relibialitas kuesioner tidak dilakukan lagi sebab

peneliti menggunakan kuesioner dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan

peneliti yang serupa yang telah dimodifikasi namun tetap memuat inti dari

pertanyaan atau pernyataan yang ingin peneliti ketahui serta telah diuji validitas

dan relibialitasnya.

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui tentang tingkat validitas instrumen telah dilakukan

uji coba responden di Kecamatan Banyubiru oleh peneliti sebelumnya

dan dihtiung dengan rumus korelasi product moment pada taraf

kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar

dari r tabel atau probabilitas < 0,01, maka dapat dikatakan valid.

2. Uji Relibialitas

Untuk mengetahui tentang relibialitas instrumen telah dilakukan uji

coba responden di Kecamatan Banyubiru oleh peneliti sebelumnya

dan dihitung dengan rumus Cronbach’s Alpha. Jika r hitung > r tabel

maka instrument dikatakan reliabel dan jika r hitung < r tabel maka

dikatakan tidak reliabel.


51

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Pusksmas Oesapa yang

terletak di Jalan Adi Sucipto, Oesapa, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa

Tenggara Timur. Puskesmas Oesapa memiliki wilayah kerja seluas ±

15,31 km2 atau 8,49% dari luas Wilayah Kota Kupang (180,27 km2 ) yang

terdiri atas 1 kecamatan, 5 kelurahan, dan 40 posyandu. Kelurahan Oesapa

terdiri dari 14 posyandu, Kelurahan Oesapa Barat terdiri dari 7 posyandu,

Kelurahan Oesapa Selatan terdiri dari 3 posyandu, Kelurahan Lasiana

terdiri dari 8 posyandu, Kelurahan Kelapa Lima terdiri dari 8 posyandu.

Setiap posyandu terdiri atas 5 kader sehingga secara keseluruhan

pada Kelurahan Oesapa terdapat 65 kader, Kelurahan Oesapa Barat

sebanyak 35 kader, Kelurahan Oesapa Selatan sebanyak 13 kader,

Kelurahan Lasiana sebanyak 40 kader, dan Kelurahan Kelapa Lima

sebanyak 40 kader. Jumlah bayi balita yang menjadi sasaran pelayanan

berdasarkan hasil rekapitulasi bayi balita di Puskesmas Oesapa pada bulan

Agustus tahun 2018 sebanyak 3279 bayi, dengan 1721 balita laki-laki dan

1558 balita perempuan.


52

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi subjek penelitian dan distribusi proporsi kasus dan

kontrol menurut masing-masing variabel bebas (faktor risiko) yang diteliti.

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu

di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu


No Tingkat Pengetahuan Jumlah/ N (%)
Ibu Kasus Kontrol
1 Kurang baik 30 (62,5) 21 (43,8)
2 Baik 18 (37,5) 27 (56,3)
Sumber: Data Primer

4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat

dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu


No Tingkat Pendidikan Jumlah/ N (%)
Ibu Kasus Kontrol
1 Rendah 21 (43,8) 19 (39,6)
2 Tinggi 27 (56,3) 29 (60,4)
Sumber: Data Primer
53

4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan usia ibu dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu


No Usia Ibu Jumlah/ N (%)
Kasus Kontrol
1 <20 tahun atau 11 (22,9) 7 (14,6)
>35 tahun
2 20-35 tahun 37 (77,1) 41 (85,4)
Sumber: Data Primer

4.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Wilayah

Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu


No Pekerjaan Ibu Jumlah/ N (%)
Kasus Kontrol
1 Bekerja 7 (14,6) 7 (14,6)
2 Tidak bekerja 41 (85,4) 41 (85,4)
Sumber: Data Primer

4.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan penghasilan ibu dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Ibu


No Penghasilan Ibu Jumlah/ N (%)
Kasus Kontrol
1 Kurang 46 (95,8) 45 (93,8)
2 Cukup 2 (4,2) 3 (6,3)
Sumber: Data Primer
54

4.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan status pernikahan ibu dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Ibu


No Status Pernikahan Ibu Jumlah/ N (%)
Kasus Kontrol
1 Belum menikah 12 (25,0) 13 (27,1)
2 Menikah 36 (75,0) 35 (72,9)
Sumber: Data Primer

4.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami di

Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan dukungan suami dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami


No Dukungan Suami Jumlah/ N (%)
Kasus Kontrol
1 Tidak mendukung 22 (45,8) 7 (14,6)
2 Mendukung 26 (54,2) 41 (85,4)
Sumber: Data Primer

4.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran Anak di

Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan urutan kelahiran anak dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran Anak


No Urutan Kelahiran Jumlah/ N (%)
Anak Kasus Kontrol
1 Anak pertama 16 (33,3) 18 (37,5)
2 Bukan anak pertama 32 (66,7) 30 (62,5)
Sumber: Data Primer
55

4.2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Ketertarikan Susu

Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan ketertarikan susu formula dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Ketertarikan Susu Formula


No Ketertarikan Susu Jumlah/ N (%)
Formula Kasus Kontrol
1 Tertarik 29 (60,4) 11 (22,9)
2 Tidak tertarik 19 (39,6) 37 (77,1)
Sumber: Data Primer

4.2.10. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas

Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

Distribusi responden berdasarkan dukungan petugas kesehatan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas


Kesehatan
No Dukungan Petugas Jumlah/ N (%)
Kesehatan Kasus Kontrol
1 Tidak mendukung 9 (18,8) 9 (18,8)
2 Mendukung 39 (81,3) 39 (81,3)
Sumber: Data Primer

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat juga

merupakan salah satu langkah untuk melakukan seleksi terhadap variabel

yang akan masuk ke dalam analisis multivariat. Adanya hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan dengan nilai p

< 0,05.
56

4.3.1. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian rendanhnya

cakupan pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.11. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian rendahnya


cakupan pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Tingkat Kurang 30 (62,6) 21 (43,8)
pengetahuan baik 2,143 0,947 – 4,848 0,066
ibu
Baik 18 (37,5) 27 (56,3)
Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 0,066

dan OR= 2,143 dengan CI 95% = 0,947-4,848. Karena p > 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan rendahnya

pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan dari faktor tingkat pengetahuan ibu tetapi dilihat

bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan cenderung

menyusui anaknya secara eksklusif dibandingkan ibu dengan tingkat

pengetahuan yang kurang baik.

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimiliknya(35). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Arifiati yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,000)(36). Semakin

tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin banyak ibu yang

memberikan ASI eksklusif. Sesuai dengan penjelasan oleh Brown bahwa


57

kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI menjadi salah satu penghambat

keberlangsungan pemberian ASI(37).

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu melakukan penelitian,

baik ibu yang memberikan ASI eksklusif maupun tidak, masih

beranggapan bahwa ASI ibu tidak cukup/ tidak keluar sehingga ibu

memberikan makanan lain kepada bayinya yang menunjukkan bahwa ibu

yang memiliki pengetahuan rendah dan memiliki pemahaman yang kurang

baik terhadap ASI bisa menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI

kepada bayinya. Hal ini terjadi pada kedua kelompok penelitian, baik

kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Sedangkan faktanya, semakin

sering ibu menyusui maka hal tersebut membuat produksi ASI semakin

banyak, sehingga tidak ada alasan ibu untuk tidak memberikan ASI(38).

Adanya alasan dari ibu bahwa anaknya terus menangis adalah pertanda

bahwa anak belum cukup kenyang hanya dengan diberikan ASI juga

merupakan salah satu pendapat terbanyak yang peneliti temukan.

Faktanya, kondisi bayi menangis bukan hanya karena lapar, namun ada hal

lain yang bisa membuatnya menangis seperti karena keadaan tidak

nyaman, tidak aman dan karena sakit.


58

4.3.2. Hubungan pendidikan terakhir ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.12. Hubungan pendidikan terakhir ibu dengan kejadian rendahnya


pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Pendidikan Rendah 21 (43,8) 19 (39,6)
terakhir ibu 1,187 0,527-2,675 0,836
Tinggi 27 (56,3) 29 (60,4)

Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 0,836

dan OR= 1,187 dengan CI 95% = 0,527-2,675. Karena p > 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan rendahnya

pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima dan H1 ditolak.

Pendidikan adalah suatu usaha terencana untuk mewujudkan proses

belajar dan pembelajaran agar peserta didik aktif dalam mengembangkan

kemampuan dirinya yang berguna bagi dirinya maupun orang lain(39).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soraya,

dkk bahwa tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan dengan rendahnya

pemberian ASI eksklusif (p = 0,225)(42). Hasil yang dicapai setiap individu

yang menjalani pendidikan formal berbeda-beda, baik kualitas, maupun

kuantitas, sehingga akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan

kerangka berpikir, persepsi, pemahaman dan kepribadiannya. Pendidikan

formal berperan cukup penting dalam meningkatkan derajat kehidupan

masyarakat pada umumnya dan ibu menyusui pada khususnya, tetapi


59

kurangnya dukungan serta informasi yang benar terkait manfaat ASI dan

tata cara menyusui yang benar dapat menjadi faktor penghambat

pemberian ASI eksklusif meskipun ibu telah memiliki pendidikan formal

yang tinggi.(44,45)

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

sebelumnya yang dilakukan oleh Jannah yaitu bahwa ibu yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi mempunyai sikap yang tinggi dalam pemberian

ASI eksklusif (p = 0,004)(40). Tingkat pendidikan formal yang tinggi dapat

membentuk nilai-nilai progresif pada diri seseorang, terutama dalam

menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya pemberian ASI secara

eksklusif pada bayi. Namun, ibu dengan pendidikan yang tinggi sebagian

besar bekerja di luar rumah sehingga bayi akan ditinggalkan di rumah di

bawah asuhan orang kemungkinan terjadi kesalahan pemberian makanan

dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif(41).

4.3.3. Hubungan usia ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI

eksklusif

Tabel 4.13. Hubungan usia ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI
eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Usia <20 tahun 11 (29,9) 7 (14,6)
Ibu atau >35
tahun 1,741 0,611- 0,433
0,666
20-35 37 (77,1) 41 (85,4)
tahun
Sumber: Data Primer
60

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 0,433

dan OR = 1,741 dengan CI = 0,611-0,666. Karena p > 0,05 artinya tidak

ada hubungan antara usia ibu dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak hanya ibu yang

berumur <20 atau >35 tahun saja yang tidak memberikan ASI eksklusif,

akan tetapi ibu yang berusia 20-35 tahun juga berpeluang tidak

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Arifiati Nurce (p = 0,487)(36). Hasil ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah pada 2015 yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dan

pemberian ASI eksklusif (p = 0,263)(40).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soimah di Puskesmas Cilacap

pada 2015 justru menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dengan

pemberian ASI eksklusif berdasarkan usia ibu (p = 0,056). Didapatkan

hasil bahwa ibu yang berada pada usia produktif (20-35 tahun) lebih

cenderung tidak memberikan ASI eksklusif, dan ibu dengan risiko tinggi

(>35 tahun) lebih cenderung berhasil yang sependapat dengan pernyataan

bahwa ibu yang berumur kurang dari 35 tahun belum memiliki

pengetahuan yang banyak tentang ASI eksklusif, sedangkan ibu yang

berusia lebih dari 35 tahun lebih unggul dalam pengalaman pemberian ASI

eksklusif(45).
61

Menurut Roesli, usia 20-35 tahun merupakan rentang usia yang

aman untuk bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia tersebut

memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik dibandingkan ibu yang

berumur lebih dari 35 tahun(46). Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun

masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam

menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang

dilahirkan. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat

reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, dan bisa

menjadi risiko bawaan pada bayinya dan mengakibatkan kesulitan pada

kehamilan, persalinan dan nifas.

Hubungan faktor usia dengan pemberian ASI eksklusif yang tidak

bermakna juga dikarenakan faktor usia bukan menjadi satu-satunya

variabel yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI ekslusif.

Sehingga meskipun menurut usianya seorang ibu sudah siap untuk

menyusui, tetapi tidak didukung dengan faktor lainnya maka pemberian

ASI eksklusif tetap tidak diberikan.

4.3.4. Hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI

eksklusif

Tabel 4.14. Hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI
eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Pekerjaan Bekerja 7 (14,6) 7 (14,6)
ibu 1,000 0,322-3,107 1,000
Tidak 41 (85,4) 41 (85,4)
bekerja
Sumber: Data Primer
62

Hasil uji Chi-Square tidak memenuhi syarat karena ada sel dengan

frekuensi harapan < 5 dan > 20% keseluruhan sel, maka dilanjutkan dengan

uji Fisher’s exast test diperoleh nilai p-value sebesar 1,000 karena nilai p-

value (1,000) > Alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara faktor penghasilan ibu dengan rendahnya pemberian ASI

eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan

H1 ditolak.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kyi didapatkan hasil

bahwa pekerjaan seorang ibu memiliki hubungan signifikan dengan

pemberian ASI eksklusif (p = 0,010)(47). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ibu yang tidak memiliki pekerjaan lebih sering memberikan

makanan tambahan kepada bayi yang berumur di bawah 6 bulan. Hasil

yang sama juga diperoleh Arifiati yang bermakna secara statistik

(p=0,000). Berdasarkan penelitiannya, didapatkan hasil bahwa ibu yang

bekerja lebih cenderung tidak menyusui bayinya secara eksklusif

dikarenakan ibu yang memiliki pekerjaan akan cenderung sering

meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang tidak bekerja lebih

mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya(36).

Hal ini tidak sejalan dengan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa yang menyimpulkan bahwa

tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan rendahnya pemberian ASI

eksklusif. Ibu yang bekerja memiliki kemungkinan tidak memberikan ASI

eksklusif dikarenakan waktu untuk merawat bayinya lebih sedikit akibat


63

kurangnya masa cuti, dibatasi jam kerja, dan kelelahan fisik. Sebenarnya

apabila ibu bekerja masih bisa memberikan ASI eksklusif dengan cara

memompa atau dengan memerah ASI, lalu kemudian disimpan dan

diberikan pada bayinya nanti.

Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa ibu yang tidak

bekerja walaupun memiliki lebih banyak waktu bersama anaknya tapi

tidak memberikan ASI secara eksklusif. Ibu yang tidak bekerja sering

beralasan bahwa banyaknya pekerjaan rumah yang menguras waktu dan

tenaga menyebabkan ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Hal ini

membuktikan bahwa pekerjaan ibu bukan satu-satunya faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

4.3.5. Hubungan penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI

eksklusif

Tabel 4.15. Hubungan penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya


pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Penghasilan Kurang 46 (95,8) 45 (93,8)
ibu 1,533 0,245-9,614 1,000
Cukup 2 (4,2) 3 (6,3)
Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 1,000

dan OR= 1,533 dengan CI 95% = 0,245-9,614. Karena p > 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara penghasilan ibu dengan rendahnya pemberian

ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa H0

diterima dan H1 ditolak.


64

Keduanya memiliki peluang yang sama untuk tidak memberikan

ASI eksklusif, berkaitan dengan faktor pekerjaan ibu dimana ibu dengan

penghasilan tinggi cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif dan

mampu membeli susu formula, sedangkan ibu dengan penghasilan rendah

seharusnya lebih berpeluang memberikan ASI eksklusif kepada bayi, akan

tetapi dalam penelitian ini masih banyak ibu dengan penghasilan yang

kurang justru tidak memberikan ASI eksklusif. Ibu dengan penghasilan

rendah harus bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan keluarga

sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk menyusui dan memilih

makanan minuman tambahan sebagai pendamping ASI.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kyi

di Myanmar bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko

penghasilan ibu dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif (p = 0,001).

Hasil yang didapat menunjukan bahwa ibu yang memiliki pendapatan

tinggi cenderung lebih sering menyusui bayinya dibandingkan ibu dengan

pendapatan rendah (OR = 4,2)(47).

4.3.6. Hubungan status pernikahan ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.16. Hubungan status pernikahan ibu dengan kejadian rendahnya


pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Status Belum 12 (25,0) 13 (27,1)
pernikahan ibu menikah 0,897 0,360-2,234 1,000

Menikah 36 (75,0) 35 (72,9)


Sumber: Data Primer
65

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 1,000

dan OR = 0,897 dengan CI = 0,360-2,234. Karena p > 0,05 artinya tidak

ada hubungan antara usia ibu dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pailos,

dkk bahwa status pernikahan seorang ibu tidak memengaruhi pemberian

ASI eksklusif (p = 0,915)(48). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kyi, yang menunjukkan bahwa status pernikahan seorang

ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan rendahnya pemberian ASI

eksklusif (p = 0,001)(47).

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan

bahwa baik ibu yang belum ataupun sudah menikah tidak berpengaruh

dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang belum menikah kekurangan

dukungan sosial untuk melanjutkan pemberian ASI eksklusif, kurangnya

dukungan dari suami menyebabkan kegagalan ASI eksklusif dimana ibu

yang menyusui biasanya sering merasa tertekan stelah melahirkan

misalnya akbat permasalah dalam menyusui (ASI kurang, keluar hanya

sedikit).

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa walaupun ibu sudah

menikah tidak menjamin apakah ibu akan memberikan ASI eksklusif atau

tidak, sehingga disimpulkan bahwa sudah menikah atau belum menikah

tidak menjadi persoalan utama dalam hal pemberian ASI eksklusif.


66

4.3.7. Hubungan dukungan suami dengan kejadian rendahnya pemberian

ASI eksklusif

Tabel 4.17. Hubungan dukungan suami dengan kejadian rendahnya


pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Dukungan Tidak 22 (45,8) 7 (14,6)
suami mendukung 4,959 1,856-13,235 0,001

Mendukung 26 (54,2) 41 (85,4)


Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 0,001

dan OR= 4,959 dengan CI 95% = 1,856-13,235. Karena p < 0,05 artinya

ada hubungan antara faktor dukungan suami dengan rendahnya pemberian

ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa H0

diterima dan H1 ditolak. Nilai OR > 1 artinya variabel dukungan suami

merupakan faktor risiko rendahnya pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Rumiati pada 2017 bahwa dukungan suami berpengaruh pada sikap ibu

dalam memberikan ASI eksklusif (p=0,009)(49). Dukungan suami dalam

bentuk apapun akan memengaruhi keadaan emosional ibu yang kemudian

berdampak pada produksi ASI. Menurut Roesli, suami dapat berperan aktif

dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau

praktis lainnya. Keberhasilan ibu tidak lepas dari peran serta keluarga.

Semakin besar dukungan yang didapatkan ibu untuk terus menyusui

bayinya secara eksklusif maka semakin besar pula kemampuan ibu untuk

terus bertahan menyusui bayinya(46). Hal ini akan mempengaruhi


67

kelancaran refleks pengeluaran ASI, karena dipengaruhi oleh perasaan dan

emosi ibu yang tenang, tenteram dan nyaman akibat dukungan dari orang

terdekat(50).

Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa dukungan pasangan

sangat mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif. Dukungan yang

diberikan tidak hanya diberikan sewaktu bayi tersebut telah lahir, tetapi

dukungan pasangan atau suami bisa dilihat sejak bayi masih dalam

kandungan, misalnya dengan mengantar ibu saat pelayanan Antenatal care

(ANC), menyiapkan keperluan bayi bersama dengan sang ibu, mengikuti

kelas prenatal untuk belajar tentang menyusui dan bagaimana memberikan

dukungan setelah lahir kepada istri, dan memastikan bahwa istri mendapat

istirahat yang cukup(51).

Dukungan suami juga turut berperan penting dalam mengingatkan

dan memberitahukan ibu tentang informasi dalam pemberian ASI

eksklusif, menyediakan materi yang dapat memberikan pertolongan

langsung seperti pemberian uang, barang, makanan serta pelayanan, serta

yang paling penting adalah dukungan dari suami mampu membantu secara

psikologis menstabilkan emosi dan pengendalian diri ibu dengan cara

memberikan motivasi dan peranan dalam mendengarkan semua keluhan-

keluhan masalah yang sedang dihadapinya(51).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih banyaknya ibu

yang tidak memberikan ASI eksklusif meskipun mendapat dukungan

suami dalam pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 26 orang (54,2%).


68

Hal ini bisa terjadi karena faktor lainnya, misalnya ibu yang beranggapan

bahwa bayi yang rewel dan menangis diakibatkan bayi tersebut masih

lapar sehingga pemberian MP-ASI sejak bayi kurang dari 6 bulan dapat

terjadi. Kegagalan proses pemberian ASI eksklusif juga bisa disebabkan

oleh suami disebabkan karena adanya dorongan dari suami untuk

memberikan makanan pengganti ASI ketika bayi menangis yang timbul

karena sang ayah merasa kasihan melihat bayinya terus menangis dan

menyimpulkan bahwa bayi masih lapar, sehingga akhirnya meminta sang

ibu untuk memberikan susu formula sebagai pendamping ASI.

4.3.8. Hubungan urutan kelahiran anak dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.18. Hubungan urutan kelahiran anak dengan kejadian rendahnya


pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Urutan Anak 16 (33,3) 18 (37,5)
kelahiran pertama 0,833 0,361-1,926 0,831
anak
Bukan anak 18 (37,5) 30 (62,5)
pertama
Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 0,831

dan OR= 0,833 dengan CI 95% = 0,361-1,926. Karena p > 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara faktor urutan kelahiran anak dengan rendahnya

pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa urutan kelahiran anak

baik yang pertama maupun bukan tidak memiliki perbedaan yang


69

signifikan dalam hal pemberian ASI eksklusif, ini berarti pengalaman

menyusui anak sebelumnya yang dimiliki responden tidak berpengaruh

terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dlakukan oleh Lestari Andhi yang menunjukkan tidak ada

pengaruh yang signifikan urutan kelahiran anak terhadap pemberian ASI

eksklusif (p = 1,000)(45) dan dengan penelitian terdahulu oleh Pailos yang

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara faktor urutan kelahiran anak

dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,024)(48). Wanita yang baru pertama

kali menyusui biasanya selalu berfikir akan risiko dan masalah menyusui

atau penghentian menyusui di awal dibandingkan dengan wanita yang

sudah pernah menyusui sebelumnya(40).

Ibu yang memiliki anak lebih dari satu sudah memiliki pengalaman

dalam menyusui bayinya dan ibu yang memiliki pengalaman yang baik

dalam menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar

pada anak selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak

memberikan ASI ekslusif dan ternyata anaknya tetap sehat, maka untuk

anak selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus diberi ASI ekslusif.

Kemungkinan ibu yang baru memiliki anak pertama tidak mampu

memberikan ASI eksklusif disebabkan karena belum mempunyai

pengalaman dalam hal kehamilan ,persalinan, menyusui dan merawat

bayinya sehingga cenderung memberikan makanan dan minuman lain

selain ASI lebih dini, tetapi berdasarkan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara anak


70

pertama dan bukan anak pertama dalam pemberian ASI eksklusif maka

disimpulkan bahwa urutan lahir serta pengalaman seorang ibu bukan satu-

satunya faktor yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif.

4.3.9. Hubungan ketertarikan terhadap susu formula dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.19. Hubungan ketertarikan terhadap susu formula dengan kejadian


rendahnya pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Ketertarikan Tertarik 29 (60,4) 19 (39,6)
terhadap susu 5,314 2,114-12,471 0,000
formula Tidak 11 (22,9) 37 (77,1)
tertarik
Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 0,000

dan OR= 5,314 dengan CI 95% = 2,114-12,471. Karena p < 0,05 artinya

ada hubungan antara ketertarikan terhadap susu formula dengan

rendahnya pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai OR > 1 artinya faktor

ketertarikan terhadap susu formula yang diteliti merupakan faktor risiko.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa

ketertarikan susu formula berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI

eksklusif (p = 0,001)(36). Pemberian susu formula kepada bayi pada usia di

bawah 6 bulan menjadi salah satu penyebab terbanyak tidak diberikannya

ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Rendahnya cakupan

pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh promosi susu formula yang


71

sangat gencar dilakukan, sehinggga menjadi stimulus bagi ibu untuk lebih

memilih memberikan susu formula dibandingkan ASI(53).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 39

tahun 2013 pasal 6 sudah tertera bahwa pemberian susu formula pada bayi

usia 0-6 bulan hanya diberikan apabila ada indikasi medis, ibu tidak ada

atau ibu yang terpisah dari bayinya. Promosi susu formula juga tidak boleh

diiklankan secara sembarangan. Hal-hal yang berhubungan dengan

promosi dan iklan susu formula diatur dalam Permenkes No. 39 tahun

2013 Pasal 20, yang berbunyi(54) :

1. Susu formula bayi hanya dapat diiklankan oleh produsen dan/ atau

distributor pada media cetak khusus tentang Kesehatan.

2. Materi iklan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus

memuat keterangan bahwa susu formula bayi hanya dapat

diberikan atas keadaan tertentu sebagaimana dimaksud serta

keterangan bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.

3. Materi iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

memperoleh izin Menteri.

4. Tata cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dengan mengajukan surat permohonan izin kepada Menteri melalui

Direktorat Jenderal yang membidangi urusan gizi sekurang-

kurangnya 30 hari sebelum tanggal diedarkan, dengan

melampirkan:

a. Contoh media cetak khusus tentang kesehatan


72

b. Materi iklan; dan

c. Mencantumkan tanggal, bulan dan tahun terbitnya iklan.

Produsen atau distributor susu formula bayi juga dilarang

melakukan promosi susu formula bayi dan produk bayi lainnya, baik

melalui pemberian secara cuma-cuma, menjual atau menawarkan, maupun

dengan penggunaan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan, dan fasilitas

pelayanan kesehatan juga dilarang melakukan promosi susu formula bayi

dengan cara apapun(54). Semua hal tersebut sudah diatur dengan jelas pada

Permenkes, namun pada kenyataannya masih banyak ibu yang

memberikan susu formula pada anak dengan usia 0-6 bulan.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, banyak ibu yang

tertarik pada susu formula melalui iklan di televisi walaupun iklan yang

ditayangkan adalah pemberian susu formula pada bayi usia 6 bulan ke

atas. Hal ini bisa saja terjadi diakibatkan ibu yang kurang pengetahuan dan

kurang kritis dalam menanggapi iklan di televisi, ibu yang sibuk bekerja

sehingga lebih memilih susu formula dibandingkan ASI eksklusif agar

lebih praktis, dan ibu yang memang menghindari pemberian ASI eksklusif

dengan alasan kosmetik(54). Menurut pengakuan para ibu, bayi yang pernah

diberikan susu formula dengan berbagai alasan akan menjadi tidak

semangat dan terus menangis ketika kembali diberikan ASI.


73

4.3.10. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.20. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kejadian


rendahnya pemberian ASI eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Dukungan Tidak 9 (18,8) 9 (18,8)
petugas mendukung 1,000 0,359-2,787 1,000
kesehatan Mendukung 39 (81,3) 39 (81,3)
Sumber: Data Primer

Secara statistik hasil analisa uji chi square menunjukkan p = 1,000

dan OR= 1,000 dengan CI 95% = 0,359-2,787. Karena p > 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara faktor dukungan petugas kesehatan dengan

rendahnya pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan hasil penelitian, baik pada kelompok kasus maupun

kelompok kontrol mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan dalam

hal pemberian ASI eksklusif yang sama. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari Andhi, dukungan tenaga

kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian

ASI eksklusif (p = 0,513)(45). Disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif

tidak bisa berjalan apabila dukungan dari petugas kesehatan selalu

diberikan tetapi dalam diri ibu sendiri tidak ada motivasi yang turut

mendukung, maka hal ini bisa saja menjadi penyebab gagalnya pemberian

ASI eksklusif.

Peran petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,

meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui, sesuai dengan hasil


74

analisis oleh penelitian terdahulu bahwa dukungan petugas kesehatan

memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif (p =

0,015) walaupun tidak dapat dipungkiri pengetahuan dan pengalaman

sendiri maupun yang diperoleh dari berbagai sumber dapat mempengaruhi

perilaku pemberian ASI eksklusif(36).

Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa, bahwa berdasarkan informasi dari para petugas

kesehatan telah dilakukan upaya-upaya promosi kesehatan untuk

meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah tersebut, misalnya

dengan melakukan penyuluhan terkait ASI eksklusif di Posyandu dan

penjelasan mengenai pemberian MP-ASI kepada para ibu. Ibu yang sudah

memberikan MP-ASI pada usia dua atau tiga bulan menyebabkan banyak

bayi yang mengalami diare akibat kemampuan pencernaan bayi belum siap

menerima makanan tambahan(55). Penyuluhan terkait ASI eksklusif juga

biasanya dilakukan oleh petugas gizi setiap bulan Agustus tiap tahunnya,

namun nyatanya walaupun telah didukung oleh petugas kesehatan tetap

tidak memberikan hasil yang signifikan antara ibu yang memberikan ASI

eksklusif dan tidak memberikan ASI secara eksklusif.


75

Tabel 4.21. Rangkuman hasil analisis bivariat hubungan antara variabel

bebas dengan rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif

No Faktor Risiko OR 95% CI Nilai p


1 Pengetahuan ibu 2,143 0,947-4,848 0,102
2 Pendidikan terakhir ibu 1,187 0,527-2,675 0,836
3 Usia ibu 1,741 0,611-4,960 0,433
4 Pekerjaan ibu 1,000 0,322-3,107 1,000
5 Penghasilan ibu 1,533 0,245-9,614 1,000
6 Status pernikahan 0,897 0,360-2,234 1,000
7 Dukungan suami 4,956 1,856-13,235 0,001
8 Urutan kelahiran anak 0,833 0,361-1,926 0.831
9 Ketertarikan terhadap susu formula 5,134 2,114-12,471 0,000
10 Dukungan petugas kesehatan 1,000 0,359-2,787 1,000

4.4.Analisis Multivariat

Variabel yang dijadikan kandidat dalam uji regresi logistik adalah

variabel yang dalam analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Pada hasil analisis

bivariat hanya didapatkan 2 faktor yang nilai p < 0,25 yaitu ketertarikan terhadap

susu formula dan dukungan suami sehingga tidak dilanjutkan lagi ke uji regresi

logistik.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak dapat mengendalikan salah satu faktor perancu yaitu

faktor psikologi ibu sewaktu melahirkan, dimana hal ini juga berperan dalam

pemberian ASI eksklusif segera setelah bayi lahir. Keadaan psikologi ibu yang
76

harus diteliti secara retrospektif menyebabkan peneliti khawatir akan terjadi bias

sehingga faktor ini tidak diteliti.


77

BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

Hasil penelitian tentang Analisis faktor risiko rendahnya pemberian Air

Susu Ibu (ASI) Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

2. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir ibu dengan

kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa.

3. Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

5. Tidak ada hubungan antara penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

6. Tidak ada hubungan antara status pernikahan ibu dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

7. Ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian rendahnya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.


78

8. Tidak ada hubungan antara urutan kelahiran anak dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

9. Ada hubungan antara ketertarikan terhadap susu formula dengan

kejadian rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Oesapa.

10. Tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kejadian

rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Puskesmas

1. Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi

dalam melakukan perbaikan sekaligus meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan, khususnya dalam bidang gizi dan pemberian ASI eksklusif,

seperti meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan terkait manfaat

dan keuntungan pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan susu

formula, misalnya dengan pembuatan poster, leaflet dan penyuluhan

langsung ke posyandu-posyandu.

2. Perlu adanya evaluasi dan monitoring terkait kegiatan pemberian susu

formula oleh para ibu agar pemberiannya dibatasi dan tepat sasaran dalam

di wilayah kerja Puskesmas Oesapa misalnya dengan meningkatkan

kinerja dan kerja sama yamg terintegritas dengan Kelompok Pendukung

ASI di lingkungan masyarakat, di organisasi-organisasi kecil yang

berkembang di masyarakat, misalnya kelompok-kelompok arisan.


79

5.2.2. Bagi ibu dan keluarga

1. Ibu perlu aktif melakukan konsultasi selama masa kehamilan dan

memahami betul informasi terkait menyusui dan pentingnya pemberian

ASI eksklusif.

2. Perlu adanya dukungan dari keluarga terutama dukungan dari suami

dengan terus mendampingi ibu selama konsultasi kehamilan, sehingga

dapat terus memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI

eksklusif setelah kelahiran bayi.

5.2.3. Bagi Pemerintah

1. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diperlukan

adanya pengawasan atas kepatuhan kebijakan dan peraturan yang telah

dibuat mengenai promosi susu formula dan tindak tegas apabila pemberian

susu formula lebih diutamakan dibandingkan ASI eksklusif tanpa adanya

indikasi medis.

2. Adanya upaya dari pemerintah, khususnya dari Dinas Kesehatan Provinsi

NTT dan Kota Kupang serta pemerintah daerah khususunya wilayah

Oesapa terkait promosi-promosi kesehatan terutama dalam

mempromosikan ASI eksklusif guna memberikan pengetahuan dan

wawasan bagi para ibu dengan salah satu upaya yaitu mendatangkan para

peneliti yang telah mendapatkan hasil penelitian dan memaparkan secara

rinci mengenai kondisi kesehatan terkait rendahnya pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Oesapa kepada para aparat dan

masyarakat sehingga bisa di tindaklanjuti.


80

5.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini

diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat menganalisis faktor-faktor

lainnya yang belum diteliti yang mungkin dapat berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif dengan desain studi yang berbeda, instrumen

yang lebih lengkap dan jumlah sampel yang lebih banyak.


81

DAFTAR PUSTAKA

1. UNICEF,2011.Breastfeeding.http: //www.unicef.org/nutrition/index 24824.


html. [diakses 11 Mei 2018].
2. Dedi Alamsyah, Marlenywati HR. Hubungan Antara Kondisi Kesehatan
Ibu, Pelaksanaan Imd, Dan Iklan Susu Formula Dengan Pemberian Asi
Eksklusif. Pontianak: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Pontianak; 2017.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. profil Kesehatan Indonesia.
Vol. 70, Kementerian Kesehatan. 2016. 1780-1790 p.
4. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta
Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2014. 1-8 p.
5. World Health Organization. Exclusive breastfeeding for six months best for
babies everywhere [Internet]. Exclusive breastfeeding for six months best
for babies everywhere. 2011 [cited 2018 Feb 4]. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2011/breastfeeding_2011
0115/en/
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) Tahun 2010. 2010;
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta; 2016.
8. Priyono R, Kes M. EDITORIAL PROFIL KESEHATAN Penanggung
Jawab : | Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2016. 2016;
9. Kurniawan B. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Lamongan: Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan; 2013;27(4):236–40.
10. Nasution SI, Liputo NI. Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Bungus Tahun 2014. 2016;5(3):635–9.
11. Sriningsih I. Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu Dan
Pemberian Asi Eksklusif. Semarang: Keperawatan Semarang Poltekkes
Kemenkes; 2011;6(2):100–6.
12. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. Ed. VIII. Canada: Nelson
Education, Ltd; 2016. 789 p.
13. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Nutrisi dan Penyakit Metabolik.
Ed. I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
14. Suradi, Raulina dkk. Indonesia Menyusui. Ed. I. Jakarta: IDAI; 2010.
82

15. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. XXII. Jakarta; 2008.
16. Dradjat Boediman dr. SA (K). Sehat Bersama Gizi. Ed. I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2009. 2-7 p.
17. Zulaikhah S. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kecamatan Suwono Kabupaten Semarang. Semarang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNS; 2010;
18. Astuti I. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui.Jakarta:
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta; 2013;4:1–76.
19. Nur Afifah D. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian
Asi Eksklusif. Semarang; 2007;
20. Rachmawati IN. Kehamilan dan melahirkan pada remaja. 2008;1–10.
21. Amtaran N. Analisis Faktor Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir di RSUD
Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Kupang: Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana; 2017;
22. Hidajati A. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui? Jogjakarta: Flashbook;
2012.
23. Yanuarti IP. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif
Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Tahun 2016.
Jakarta Barat: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul;
2016;
24. Fikawati S. Study on Policy and Implementation of Exclusive and Early
Initiation of Breastfeeding in Indonesia. 2011;(February).
25. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta;
26. Anggrita K. HubunganKarakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas. Medan:
Fakultas Kedokteran USU; 2010;
27. Pasaribu P, Mayulu N, Malonda NSH. Hubungan Status Sosial Ekonomi
Orangtua Pemberian Asi Eksklusif Di Kota Manado. Manado: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi; 2017;1–9.
28. Mongondow KB, Warouw H. Hubungan Karakteristik Individu Dengan
Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsud Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Manado: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2010.
29. Reni Rosari JS. Pernikahan , Dukungan Domestik Penentu Konflik Studi
Pada Industri Perbankan Indonesia. Jogjakarta; 2013.
83

30. University of Oxford. Nutrition for developing countries. Second Edi. Press
OUn, editor. United States; 2003.
31. de Haan, Monique & Plug, Erik & Rosero J. Birth Order and Human
Capital Development: Evidence from Ecuador. IZA Discussion Papers
6706, editor. Institute for the Study of Labor (IZA); 2012.
32. Centers for Disease Control and Prevention. Cintraindications to
Breastfeeding or Feeding Expressed Breast Milk to Infants. U.S.
Department of Health & Human Services, editor. Atlanta; 2018.
33. Prof. Dr. Sofyan Ismael SA (K). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Ed. IV. SAGUNG SE;
34. Yovan Hendrik EP. Hubungan Pengetahuan tentang Manajemen Laktasi
pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan dengan Keberhasilan ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kakap. Vol. 6. Pontianak; 2016. 74-80 p.
35. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta;
2010.
36. Arifiati N. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Asi Ekslusif
Pada Bayi di Kelurahan Warnasari Kecamatan Citangkil Kota Cilegon.
Serang, Banten; 2017. 978-979 p.
37. Onyechi et al. The Effect of Milk Formula Advertisement on Breast
Feeding and Other Infant Feeding Practice in Lagos, Nigeria. J Trop Agric
Food, Environ Ext. 2010;9:193–9.
38. J.H. G. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. BINARUPA AKSARA;
39. Suardi M. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Salemba Medika;
2012.
40. Jannah AM. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015. Cilegon; 2016.
41. Suyatno. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Tradisional pada Usia Dini Terhadap Pertumbuhan dan Kesakitan Bayi di
Kabupaten Demak. UNDIP. Gizi Kesehatan. 2001.
42. Qatrunnada S. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif Pada Ibu Tidak Bekerja dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan.
Bogor; 2015.
43. Dermer A. If Breastfeeding so wonderful why arent’t more woman doing
it? 2001.
44. Abdullah S. Pengambilan Keputusan Pemberian ASI Eksklusif kepada Bayi
84

di Kota Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2002.


45. Sohimah, Lestari YA. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif di WIlayah Kerja Puskesmas Cilacap Tengah I
Kabupaten Cilacap tahun 2017. Kabupaten Cilacap; 2017. 125-137 p.
46. Roesli. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2009.
47. Kyi WL, Mongkolchati A, Chompikul J, Wongsawass S. Prevalence and
associated factors of exclusive breastfeeding among mothers in Pan-Ta-
Naw township , Myanmar. 2016;13(3):81–94.
48. Jara-palacios MÁ, Cornejo AC, Peláez GA, Verdesoto J, Galvis AA.
Prevalence and determinants of exclusive breastfeeding among adolescent
mothers from Quito , Ecuador : a cross-sectional study. Int Breastfeed J.
2015;(December).
49. Rumiati F. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Suami dengan
Pemberian ASI Eksklusif pada Pasangan Menikah Dini di WIlayah Kerja
Puskesmas Selo Boyolali Tahun 2017. Boyolali; 2017.
50. Kusumayanti N, Nindya TS. Hubungan dukungan suami dengan pemberian
asi eksklusif di daerah perdesaan. 2016;98–106.
51. Know DY. Help Dads to Support Moms and Breastfeeding. :2–5.
52. Arifah I, P Dr. Father ’ S Roles On The Exclusive. 2014;8(2):7–10.
53. Prasetyo DS. ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press; 2009.
54. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013
tentang Susu Formula dan Produk Bayi Lainnya. 2013.
55. Mufida L, Widyaningsih Td, Maligan Jm. Prinsip Dasar Makanan
Pendamping Air Susu Ibu ( Mp-Asi ) Untuk Bayi 6 – 24 Bulan.
2015;3(4):1646–51.
85

Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

Yang Terkasih Ibu di Puskesmas Oesapa

Salam sejahtera bagi kita semua. Perkenalkan nama saya Diana T. Tangi Bupu,
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Saat ini saya akan melakukan
penelitian tentang “ANALISIS FAKTOR RISIKO RENDAHNYA CAKUPAN PEMBERIAN
AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA”.
Penelitian ini saya buat untuk memenuhi tugas akhir saya.

Manfaat yang dapat ibu peroleh selaku subyek dari penelitian ini adalah menambah
wawasan ibu mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi rendahnya
pemberian ASI eksklusif. Berikut ini saya akan menjelaskan langkah-langkah yang akan saya
lakukan dalam penelitian ini:

1. Ibu akan diminta untuk menjadi subyek dan akan dijelaskan tentang kuesioner
penelitian dan bagaimana cara mengisi kuesioner penelitian.
2. Jika ibu bersedia menjadi responden penelitian, ibu dapat mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian yang telah
peneliti siapkan pada lampiran 2.
3. Ibu akan diminta untuk mengisi kuesioner faktor risiko rendahnya pemberian
ASI ekslusif yang sudah disediakan peneliti.

Melalui penjelasan ini, peneliti meminta persetujuan saudara-saudara untuk menjadi


subyek penelitian secara sukarela. Peneliti menjamin kerahasiaan data dari hasil penelitian ini
dengan menggunakan inisial serta saudara berhak untuk menolak ikut atau mengundurkan
diri kapanpun dalam perjalanan penelitian ini apabila merasa tidak nyaman untuk
melanjutkan penelitian ini. Peneliti menjamin bahwa hasil dari penelitian ini akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ada hal yang tidak
sesuai dengan penjelasan ini peneliti bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan dan tata
tertib yang berlaku di Universitas Nusa Cendana.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan kiranya dapat dimengerti oleh saudara-
saudara, sekian dan terimakasih.

Peneliti

Diana T. Tangi Bupu


86

Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ……………………………………………
Usia : …………. tahun
Alamat :…………………………….No.telp. ……….…….
Pekerjaan : ………………………….. Pendidikan : …………

Telah mendapat informasi secara lengkap tentang penelitian ini dan menyetujui untuk
ikut dalam penelitian “Analisis Faktor Risiko Rendahnya Cakupan Pemberian Air
Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa”.
Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan secara
sukarela dan tanpa dipungut bayaran. Saya menyadari bahwa segala informasi pada
penelitian ini adalah rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian. Saya
juga menyadari bahwa saya dapat menarik keikutsertaan saya dari penelitian ini tanpa
adanya keharusan membayar ganti rugi.

NAMA TANDA TANGAN TGL/BLN

Klien …………………………. …………………… …………………..

Saksi 1 …………………………. …………………… …………………..

Saksi 2 …………………………. …………………… …………………..

Penanggung jawab penelitian


DISETUJUI OLEH KOMISI
Nama : Diana T. Tangi Bupu ETIK PENELITIAN
Alamat : Jln. Fetor Foenay BTN-Kolhua, KESEHATAN FAKULTAS
Kelurahan Kolhua,Kecamatan KEDOKTERAN UNDANA
Maulafa, Kota Kupang Tgl……………..
Telp : 081283580672
Pendamping Medis
Pendamping Medis
Nama : dr. Trio Hardhina
Alamat : Puskesmas Oesapa
Telp. :-
87

Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR RISIKO RENDAHNYA CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

I. Data Identitas Responden


Isilah pertanyaan di bawah ini!
1. No. Responden : :
2. Nama Responden (anak) :
3. Tanggal Lahir :
4. Jenis Kelamin :
5. Usia (anak) :
6. Anak ke :
7. Jumlah anak :
8. Nama Pengisi Data :
9. Hub. Keluarga :
10. Status pernikahan : Menikah / Belum Menikah *
11. Pendidikan orangtua (ibu) :

a. Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Sarjana
12. Pekerjaan orangtua (ibu) :
a. Tidak bekerja
b. Bekerja
13. Pendapatan orangtua :
a. < Rp 1.660.000
b. ≥ Rp 1.660.000

*coret salah satu


88

II. Pemberian ASI Eksklusif


Petunjuk Pengisian
Berikan tanda ( ) pada kolom yang tersedia

Umur bayi / Bln Bln Bln ke- Bln ke- Bln ke- Bln ke-
makanan bayi ke-1 ke-2 3 4 5 6

ASI

Makanan atau
Minuman
tambahan lain
**kecuali vitamin,
mineral, obat

III. Pengetahuan Ibu


Berilah tanda (X) pada jawaban yang menurut anda paling benar
1. Apa yang dimaksud dengan ASI…
a. ASI adalah makanan yang terbaik dan alamiah untuk bayi
b. ASI adalah makanan yang keluar setelah melahirkan
c. ASI adalah makanan tambahan untuk bayi
2. ASI yang pertama disebut…
a. Kolostrum (berwarna kekuning-kuningan)
b. Mekonium
c. Yodium
3. Sampai umur berapakah bayi harus diberikan ASI…
a. 0-6 bulan dengan makanan pendamping
b. 0-4 bulan dengan makanan pendamping
c. 0-6 bulan tanpa makanan pendamping apapun
4. Manfaat pemberian ASI bagi bayi ibu adalah…
a. Menghindari risiko kanker
b. Tidak memperindah payudara
c. Menurunkan angka kesakitan
5. Salah satu manfaat pemberian ASI bagi keluarga adalah…
a.Membawa keuntungan ekonomi keluarga karena tidak perlu
membeli susu formula
b. Mencegah agar bayi tidak gampang sakit
c. Untuk menurunkan angka kematian bayi
6. Selain untuk daya tahan tubuh, protein yang terdapat dalam ASI juga
berguna sebagai…
a. Pertumbuhan rambut
b. Pertumbuhan tulang dan gigi
89

c. Pertumbuhan otak
7. Apakah manfaat ASI untuk bayi…
a. Mencegah diare
b. Bayi sering sakit
c. Bayi kurus dan tidak sehat
8. ASI mengandung kekebalan bagi bayi sampai bayi berusia…
a. 1 bulan
b. 4 bulan
c. 1 tahun
9. Apakah manfaat pemberian ASI bagi bayi dan ibu…
a. Mempererat hubungan psikologis (kasih sayang) antara ibu dan
anak
b. Bayi ingin digendong terus
c. Ibu jadi lebih leluasa merawat bayinya
10. Komposisi apa saja yang terdapat dalam ASI…
a. Vitamin dan mineral
b. Karbohidrat
c. Lemak, kolestrol, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral
11. Berapa lamakah ASI bisa disimpan di dalam lemari pendingin…
a. 1 hari
b. 6 bulan
c. 1 tahun
12. ASI bisa disimpan di udara terbuka selama…
a. 10 jam
b. 12 jam
c. 6-8 jam
13. Di bawah ini adalah tanda-tanda ASI kurang…
a. Bayi kencing kurang dari 6 kali sehari, kenaikan berat badan kurang
dari 500 gram sesudah 2 minggu kelahiran
b. Bayi tidak mau menetek
c. Bayi sering kencing lebih dari 6 kali
14. Cara mengatasi masalah kurang ASI adalah…
a. Hentikan menyusui
b. Kompres dengan air hangat dan dingin
c. Susui terus bayi karna cara ini akan merangsang produksi ASI lagi
15. Bila ibu sakit waktu menyusui, apakah yang ibu lakukan…
a. Teruskan pemberian ASI walaupun ibu sakit
b. Hentikan pemberian ASI
c. Ganti dengan susu botol atau formula
16. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan agar tujuan perawatan
payudara dapat tercapai, kecuali…
a. Lakukan perawatan payudara secara teratur
90

b. Hindari rasa cemas dan stress


c. Tidak boleh pakai BH yang terlalu ketat
17. Tujuan perawatan payudara adalah untuk…
a. Melancarkan pengeluaran ASI
b. Payudara tetap kencang
c. Payudara panjang
18. Berikut adalah cara agar ASI banyak…
a.Anjurkan ibu makan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat, protein, lemak, air dan mineral
b. Ibu hanya makan 2 kali sehari
c. Konsumsi goreng-gorengan
19. Tindakan apakah yang harus dilakukan sebelum menyusui bayi…
a. Langsung saja menyusui supaya bayi tidak menangis
b. Mengeluarkan sedikit air susu dioleskan kedaerah sekitar puting dan
sekitarnya untuk mencegah terjadinya lecet
c. Membuang terlebih dahulu air susu sebelum disusukan, takut ASI
basi
20. Dengan cara apa agar mulut bayi dapat membuka sebelum
menyusui…
a. Memasukan jari ibu terlebih dahulu
b. Langsung masukan puting ke mulut bayi
c. Menyentil pipi bayi terlebih dahulu dengan puting susu
21. Menurut Ibu, bagaimana cara melepaskan isapan bayi setelah bayi
selesai disusui…
a. Puting ibu langsung dikeluarkan dari mulut bayi
b. Memasukkan ibu jari terlebih dahulu ke dalam mulut bayi lalu
setelah itu menarik puting
c. Dagu bayi terlebih dahulu ditekan ke bawah, lalu puting ditarik
22. Setelah disusui bayi harus segera…
a. Langsung ditidurkan biar bayi tidur nyenyak
b. Disendawakan dengan cara ditepuk-tepuk punggungnya terlebih
dahulu agar tidak tersedak
c. Dibiarkan begitu saja agar bayi tidak menangis
23. Pada saat ibu menyusui bayi, sebaiknya payudara yang masuk adalah
bagian…
a. Puting saja
b. Puting dan bagian hitam
c. Setengah dari putingnya
24. Bagaimanakah posisi bayi saat menyusui…
a. Posisi bayi tengadah
b. Mulut bayi mencakup puting dan lingkar hitam payudara ibu
c. Bayi menyusui sampai air susu keluar dari mulut bayi
91

25. Bagaimanakah posisi ibu menyusui yang baik…


a. Ibu duduk/tidur senyaman mungkin
b. Biarkan ibu menyusui semaunya
c. Posisi ibu tengkurap
26. Dibawah ini cara pemberian ASI yang benar…
a. Berikan ASI semau bayi
b. Berikan ASI terjadwal
c. Berikan ASI setiap bayi mau atau tidak terjadwal
27. Menurut ibu posisi yang baik untuk menyusui adalah…
a. Posisi menggendong dibelakang
b. Posisi miring
c. Posisi telentang
28. Berikut adalah hal-hal yang harus ibu perhatikan selama menyusui
bayinya, kecuali…
a. Tataplah bayi dengan penuh kasih sayang
b. Perhatikan jangan sampai hidung tertutup payudara
c. Biarkan bayi menyembur-nyemburkan ASI
29. Bagaimana tindakan ibu bila bayi sudah berhenti menyusui, tetapi
puting masih dimulut bayi…
a. Biarkan sampai bayi benar-benar kenyang
b. Tarik puting susu dengan kuat
c. Keluarkan perlahan-lahan sambil menekan payudara atau
meletakkan jari pada ujung mulut bayi
30. Bila bayi belum menghisap apa yang harus dilakukan…
a. Ganti dengan susu botol atau susu formula
b. Susui terus bayi
c. Pompa ASI agar tidak terjadi bendungan ASI

IV. Ketertarikan terhadap susu formula


1. Apakah ibu pernah tahu tentang iklan susu formula ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, darimana ibu mendapat informasi tentang susu formula ?
a. Tenaga kesehatan
b. Sales
c. Iklan (TV, Radio, Koran, Majalah)
3. Apakah ibu tertarik dengan pemakaian susu formula saat anak berusia
0-6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
*jika ya, jawablah pertanyaan di bawah :
92

4. Apakah ibu memberikan susu formula pada anak saat berusia 0-6
bulan ?
a. Ya
b. Tidak
V. Dukungan Suami
Apakah tanggapan suami ibu terhadap pemberian ASI eksklusif ?
a. Mendukung (tetap memberikan hanya ASI)
b. Tidak mendukung (menganjurkan makanan/ minuman tambahan)
VI. Dukungan Petugas Kesehatan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda centang (√)
untuk salah satu jawaban anda.
No. Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah ibu pernah mendapat penyuluhan tentang ASI


eksklusif ?
2 Apakah petugas kesehatan mengingatkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif ?
3 Apabila ibu tidak memberikan ASI eksklusif, apakah
petugas kesehatan atau kader mendatangi rumah ibu ?
4 Apakah petugas kesehatan memberikan pelayanan yang
baik dan ramah dalam memberikan pelayanan mengenai
ASI eksklusif ?
5 Apakah ketika ibu memeriksakan kehamilan petugas
kesehatan/ bidan/ dokter menganjurkan atau
mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan setelah melahirkan ?
6 Apakah petugas kesehatan selalu memastikan bahwa bayi
ibu mendapatkan ASI eksklusif selama 0-6 bulan ?
93

Lampiran 4
HASIL PENGUMPULAN DATA

IBU YANG MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF


No Tingkat Status Urutan Dukungan
Pengetahuan Usia Penghasilan Pekerjaan Pendidikan pernikahan Ketertarikan Dukungan kelahiran petugas
Nama Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu ibu susu formula suami anak kesehatan
1 AC 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
2 YC 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2
3 YT 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2
4 MT 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1
5 LT 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2
6 AB 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2
7 AM 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2
8 PR 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1
9 ST 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2
10 OB 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
11 FM 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
12 NH 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1
13 YW 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
14 AT 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2
15 YK 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
16 SD 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2
17 EK 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2
18 DK 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2
94

19 UB 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1
20 AA 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1
21 NI 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2
22 VM 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2
23 JK 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2
24 PA 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2
25 LR 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
26 MP 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1
27 MB 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
28 ST 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
29 RB 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
30 YB 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2
31 MT 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2
32 MI 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
33 EL 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
34 KT 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1
35 AN 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2
36 AB 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2
37 DT 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2
38 AN 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2
39 YB 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2
40 MB 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2
41 FD 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1
42 MS 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
43 AD 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2
44 NA 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1
95

45 MN 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2
46 KB 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
47 MT 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2
48 SL 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2

IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

No Tingkat Status Ketertarikan Urutan Dukungan


Pengetahuan Usia Penghasilan Pekerjaan Pendidikan pernikahan susu Dukungan kelahiran petugas
Nama Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu ibu formula suami anak kesehatan
1 EU 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2
2 YT 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1
3 MT 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2
4 MK 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
5 PP 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2
6 RU 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2
7 AD 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2
8 BU 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2
9 MM 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2
10 ET 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2
11 AK 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2
12 YR 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2
13 AL 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2
14 RA 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
15 DU 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2
96

16 YS 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2
17 ME 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1
18 MP 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
19 DM 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2
20 DP 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1
21 RA 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2
22 IH 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2
23 NT 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2
24 SA 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2
25 AS 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
26 MM 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2
27 RT 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2
28 DI 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2
29 OA 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2
30 MN 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1
31 AN 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1
32 OB 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2
33 CB 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2
34 VB 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
35 IB 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2
36 HG 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1
37 SB 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2
38 OA 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2
39 YA 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1
40 VP 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2
41 SR 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2
97

42 AB 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2
43 IT 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2
44 ID 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2
45 UD 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1
46 DR 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2
47 AL 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1
48 GK 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2
98

Lampiran 5

HASIL UJI ANALISIS SPSS

ANALISIS BIVARIAT
1. Tingkat Pengetahuan Ibu

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Tingkat pengetahuan ibu

Tingkat pengetahuan ibu * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Tingkat pengetahuan ibu Kurang baik Count 30 21 51
Expected Count 25.5 25.5 51.0
% of Total 31.3% 21.9% 53.1%
Baik Count 18 27 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% of Total 18.8% 28.1% 46.9%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.388 1 .066
b
Continuity Correction 2.677 1 .102
Likelihood Ratio 3.409 1 .065
Fisher's Exact Test .101 .051
Linear-by-Linear Association 3.353 1 .067
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif
2.143 .947 4.848
(Tidak ASI Eksklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Tingkat pengetahuan ibu =
1.429 .969 2.107
Kurang baik
For cohort Tingkat pengetahuan ibu = Baik .667 .428 1.038
N of Valid Cases 96
99

2. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Pendidikan terakhir ibu

Pendidikan terakhir ibu * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Pendidikan terakhir ibu Pendidikan rendah Count 21 19 40
Expected Count 20.0 20.0 40.0
% of Total 21.9% 19.8% 41.7%
Pendidikan tinggi Count 27 29 56
Expected Count 28.0 28.0 56.0
% of Total 28.1% 30.2% 58.3%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .171 1 .679
b
Continuity Correction .043 1 .836
Likelihood Ratio .171 1 .679
Fisher's Exact Test .836 .418
Linear-by-Linear Association .170 1 .680
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI Eksklusif
1.187 .527 2.675
/ ASI Eksklusif)
For cohort Pendidikan terakhir ibu = Pendidikan rendah 1.105 .688 1.776
For cohort Pendidikan terakhir ibu = Pendidikan tinggi .931 .664 1.306
N of Valid Cases 96

3. Usia ibu

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
100

Pemberian ASI Eksklusif *


Usia ibu dalam tahun 96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.094 1 .296
b
Continuity Correction .615 1 .433
Likelihood Ratio 1.102 1 .294
Fisher's Exact Test .433 .217
Linear-by-Linear Association 1.083 1 .298
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif
1.741 .611 4.960
(Tidak ASI Eksklusif / ASI Ekslusif)
For cohort Usia ibu dalam tahun = <20 tahun
1.571 .666 3.710
atau >35 tahun
For cohort Usia ibu dalam tahun = 20-35
.902 .744 1.095
tahun
N of Valid Cases 96

4. Pekerjaan Ibu

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Ibu * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Pekerjaan Ibu Bekerja Count 7 7 14
Expected Count 7.0 7.0 14.0
% of Total 7.3% 7.3% 14.6%
Tidak Bekerja Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 42.7% 42.7% 85.4%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
101

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .000 1 1.000
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .613
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI Eksklusif /
1.000 .322 3.107
ASI Eksklusif)
For cohort Pekerjaan Ibu = Bekerja 1.000 .380 2.633
For cohort Pekerjaan Ibu = Tidak Bekerja 1.000 .848 1.180
N of Valid Cases 96

5. Penghasilan Ibu

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Penghasilan ibu

Penghasilan ibu * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Penghasilan ibu Kurang Count 46 45 91
Expected Count 45.5 45.5 91.0
% of Total 47.9% 46.9% 94.8%
Cukup Count 2 3 5
Expected Count 2.5 2.5 5.0
% of Total 2.1% 3.1% 5.2%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .211 1 .646
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .212 1 .645
Fisher's Exact Test 1.000 .500
102

Linear-by-Linear Association .209 1 .648


N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak
1.533 .245 9.614
ASI EKsklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Penghasilan ibu = Kurang 1.022 .931 1.123
For cohort Penghasilan ibu = Cukup .667 .117 3.813
N of Valid Cases 96

6. Status Pernikahan Ibu

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Status pernikahan ibu

Status pernikahan ibu * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Status pernikahan ibu Belum menikah Count 12 13 25
Expected Count 12.5 12.5 25.0
% of Total 12.5% 13.5% 26.0%
Menikah Count 36 35 71
Expected Count 35.5 35.5 71.0
% of Total 37.5% 36.5% 74.0%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .054 1 .816
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .054 1 .816
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .054 1 .817
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI
.897 .360 2.234
Eksklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Status pernikahan ibu = Belum menikah .923 .470 1.813
103

For cohort Status pernikahan ibu = Menikah 1.029 .811 1.304


N of Valid Cases 96

7. . Dukungan Suami

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 78.0% 27 22.0% 123 100.0%
Dukungan suami

Dukungan suami * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Dukungan suami Tidak mendukung Count 22 7 29
Expected Count 14.5 14.5 29.0
% of Total 22.9% 7.3% 30.2%
Mendukung Count 26 41 67
Expected Count 33.5 33.5 67.0
% of Total 27.1% 42.7% 69.8%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.117 1 .001
b
Continuity Correction 9.684 1 .002
Likelihood Ratio 11.535 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 11.001 1 .001
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI
4.956 1.856 13.235
Eksklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Dukungan suami = Tidak mendukung 3.143 1.484 6.657
For cohort Dukungan suami = Mendukung .634 .477 .843
N of Valid Cases 96
104

8. Urutan Kelahiran Anak

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Urutan kelahiran anak

Urutan kelahiran anak * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Urutan kelahiran Anak pertama Count 16 18 34
anak Expected Count 17.0 17.0 34.0
% of Total 16.7% 18.8% 35.4%
Bukan anak Count 32 30 62
pertama Expected Count 31.0 31.0 62.0
% of Total 33.3% 31.3% 64.6%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .182 1 .670
b
Continuity Correction .046 1 .831
Likelihood Ratio .182 1 .669
Fisher's Exact Test .831 .416
Linear-by-Linear Association .180 1 .671
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI
.833 .361 1.926
Eksklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Urutan kelahiran anak = Anak pertama .889 .517 1.528
For cohort Urutan kelahiran anak = Bukan anak
1.067 .793 1.435
pertama
N of Valid Cases 96

9. Ketertarikan Susu Formula

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
Ketertarikan susu formula
105

Ketertarikan susu formula * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Ketertarikan susu formula Tertarik Count 29 11 40
Expected Count 20.0 20.0 40.0
% of Total 30.2% 11.5% 41.7%
Tidak tertarik Count 19 37 56
Expected Count 28.0 28.0 56.0
% of Total 19.8% 38.5% 58.3%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.886 1 .000
b
Continuity Correction 12.386 1 .000
Likelihood Ratio 14.288 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.741 1 .000
N of Valid Cases 96

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI
5.134 2.114 12.471
Eksklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Ketertarikan susu formula = Tertarik 2.636 1.495 4.648
For cohort Ketertarikan susu formula = Tidak tertarik .514 .350 .752
N of Valid Cases 96

10. Dukungan Petugas Kesehatan

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemberian ASI Eksklusif *
Dukungan petugas 96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%
kesehatan

Dukungan petugas kesehatan * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Dukungan petugas Tidak Count 9 9 18
kesehatan mendukung Expected Count 9.0 9.0 18.0
106

% of Total 9.4% 9.4% 18.8%


Mendukung Count 39 39 78
Expected Count 39.0 39.0 78.0
% of Total 40.6% 40.6% 81.3%
Total Count 48 48 96
Expected Count 48.0 48.0 96.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian ASI Eksklusif (Tidak ASI
1.000 .359 2.787
Eksklusif / ASI Eksklusif)
For cohort Dukungan petugas kesehatan = Tidak
1.000 .435 2.300
mendukung
For cohort Dukungan petugas kesehatan =
1.000 .825 1.212
Mendukung
N of Valid Cases 96
107

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

1. Pemberian Penjelasan kepada para ibu di posyandu mengenai penelitian

2. Pengisian kuesioner bersama responden


108

3. Pengisian kuesioner bersama responden

4. Foto bersama petugas gizi Puskesmas Oesapa


109

5. Wawancara oleh rekan peneliti

6. Wawancara oleh rekan peneliti


110

7. Poster yang diberikan peneliti kepada puskesmas


111

Lampiran 7 Surat Penelitian


112
113
114
115
116
117
118
119
120
121

Lampiran 8
Jadwal Kegiatan

Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (bulan) 2018


No Uraian/Kegiatan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan
Proposal
3 Seminar Proposal
4 Persiapan Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Data
7 Penyusunan Hasil
Penelitian
8 Seminar Hasil

9 Ujian Skripsi

Rencana Anggaran
Tabel 3.3. Rencana Anggaran

No Uraian Volume Biaya Total biaya


satuan (Rp) (Rp)

1 Pengadaan proposal 4 40.000 160.000


2 Konsumsi seminar proposal 3 100.000 300.000
3 Biaya transportasi 100.000 100.000
4 Biaya souvenir bagi responden 96 20.000 1.920.000
5 Biaya lain-lain 100.000 1.000.000
Total 3.580.000
133
122

RIWAYAT HIDUP

Nama : Diana Theresia Tangi Bupu

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Kupang, 6 September 1997

Agama : Katolik

Alamat Rumah : Jln. Fetor Foenay, BTN-Kolhua, RT 22/ RW 07.

Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang,

Nusa Tenggara Timur

Alamat email : dianabupu14@gmail.com

Pendidikan Formal :

TK (2002-2003) : TKK St. Fransiskus Assisi BTN-Kolhua

SD (2003-2009) : SDK Sta. Familia Sikumana Kupang

SMP (2009-2012) : SMP Negeri 2 Kupang

SMA (2012-2015) : SMA Katolik Giovanni Kupang

Perguruan Tinggi (2015-2019) : Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana

Pengalaman Organisasi :

- Anggota Divisi Pendidikan dan Profesi BEM Fakultas Kedokteran Universitas

Nusa Cendana 2017/2018

- Anggota Divisi Dana dan Usaha Seminar Nasional ke 2 Fakultas Kedokteran

Universitas Nusa Cendana 2018


123

- Anggota Divisi Dana dan Usaha Tim Bantuan Medis Komodo Fakultas

Kedokteran Universitas Nusa Cendana 2017/2018

- Ketua Divisi Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya KMK St. Damian de

Veuster 2017/2018

- Anggota Divisi Dana dan Usaha Tim Bantuan Medis Komodo Fakultas

Kedokteran Universitas Nusa Cendana 2016/2017

- Anggota Tim Bantuan Medis Komodo Fakultas Kedokteran Universitas Nusa

Cendana 2015/2016

Penghargaan :

- Juara I Lomba Badminton Tunggal Putri Dies Natalis FK Undana 2017

- Juara II Class Speech Competition Category University Student Fortuna

Kupang 2016
ANALISIS FAKTOR RISIKO RENDAHNYA CAKUPAN PEMBERIAN
AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
OESAPA
Diana Theresia Tangi Bupu1, Kresnawati Wahyu Setiono2, Irene K L A Davidz3,
Maria Agnes Etty Dedy4
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
2
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
3
Departemen Ilmu Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana
4
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana

ABSTRAK
Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan sumber nutrisi, vitamin
dan mineral terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan pada enam bulan
pertama kehidupan. ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi
namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, khusunya di
Puskesmas Oesapa yaitu 12,43% pada 2016.

Tujuan. Menganalisis faktor risiko rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif


di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.

Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancangan case control study


dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling untuk kelompok
kasus yaitu 48 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan kontrol yaitu 48 ibu
yang memberikan ASI eksklusif. Analisis data yang dilakukan adalah univariat
dan bivariat dengan uji chi square dan Odds Ratio.

Hasil. Hasil uji analisis faktor risiko dengan rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif yaitu nilai variabel dukungan suami (OR: 4,959; p: 0,001), ketertarikan
terhadap susu formula (OR: 5,314; p: 0,000), tingkat pengetahuan ibu (OR: 2,143;
p: 0,066), tingkat pendidikan terakhir ibu (OR: 1,187; p: 0,836), usia ibu (OR:
1,741; p: 0,433), pekerjaan ibu (OR: 1,000; p: 1,000), penghasilan ibu (OR: 1,533;
p: 1,000), status pernikahan ibu (OR: 0,897; p: 1,000), urutan kelahiran anak (OR:
0,833; p: 0,831), dukungan petugas kesehatan (OR: 1,000; p: 1,000).

Kesimpulan. Faktor risiko dari rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di


wilayah kerja Puskesmas Oesapa adalah dukungan suami dan ketertarikan
terhadap susu formula.

Kata Kunci: Air susu ibu eksklusif, faktor risiko, dukungan suami, susu formula
LOW COVERAGE EXCLUSIVE BREASTFEEDING’S RISK FACTORS AT
OESAPA COMMUNITY HEALTH CENTER
Diana Theresia Tangi Bupu1, Kresnawati Wahyu Setiono2, Irene K L A Davidz3,
Maria Agnes Etty Dedy4
1
Medical Student of Nusa Cendana University
2
Parasitology Department, Medical Faculty of Nusa Cendana University
3
Pediatrics Department, Medical Faculty Of Nusa Cendana University
4
Public Health Department, Medical Faculty of Nusa Cendana University

ABSTRACT
Background. Exclusive Breast Feeding (EBF) is a source of nutrition, the best
vitamins and minerals for growth and development in the first six months of life.
EBF can reduce the risk of death in infants but exclusive breastfeeding in
Indonesia is still very low, especially in Oesapa community health center, which is
12,43% in 2016 .

Objective. To analyze the risk factors of the low coverage exclusive


breastfeeding in the Oesapa Community Health Center.

Methods. Case control study design with consecutive sampling for case and
control group. Samples include 48 mothers who did not give exclusive
breastfeeding and control groups include 48 mothers who gave exclusive
breastfeeding. The data analysis used were univariat and bivariat with chi square
test and Odds Ratio.

Result. The results of the analysis showed the value of husband's support (OR:
4.959; p: 0.001), interest in milk formula (OR: 5,314; p: 0,000), the level of
maternal knowledge (OR: 2.143p: 0.066), the last level of education of the mother
(OR: 1,187; p: 0,836), maternal age (OR: 1,741; p: 0,433), maternal occupation
(OR: 1,000; p: 1,000), maternal income (OR: 1,533; p: 1,000), maternal marital
status (OR: 0,897; p: 1,000), child birth order ( OR: 0,833; 95 p: 0,831), health
care support (OR: 1,000; p: 1,000).

Conclusion. Risk factors of the low coverage exclusive breastfeeding in Oesapa


community health center are husband’s support and interest in formula milk.

Kata Kunci: Exclusive Breast Feeding, risk factors, husband’s support, infant
formula
PENDAHULUAN Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif provinsi yang mempunyai persentase ASI
merupakan sumber nutrisi, vitamin dan eksklusif di atas angka nasional yaitu
mineral terbaik untuk pertumbuhan dan sebesar 74,4%(3). Tapi pada 2014, pola
perkembangan yang dibutuhkan bayi pada menyusui pada bayi umur 0 bulan dengan
enam bulan pertama kehidupan tanpa persentase 39,8% semakin menurun dengan
tambahan cairan atau makanan apapun. ASI meningkatnya kelompok umur bayi di mana
dapat mencegah malnutrisi karena pada bayi yang berumur 5 bulan presentasi
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan menyusui eksklusif hanya 15,3%(4). Pada
oleh tubuh bayi dan melindungi bayi 2015, berdasarkan data yang diperoleh dari
terhadap infeksi(1). Profil Kesehatan Indonesia, cakupan
Berdasarkan penelitian, ASI yang pemberian ASI eksklusif di Indonesia untuk
diberikan pada bayi yang berusia dibawah 2 bayi usia 0-6 bulan mengalami peningkatan
tahun memiliki dampak positif yang sangat menjadi 55,7% dan NTT menempati posisi
besar, di mana ASI berpotensial untuk kedua sebagai provinsi dengan cakupan
mencegah lebih dari 800.000 kematian (13% pemberian ASI eksklusif tertinggi setelah
dari seluruh kematian) pada anak berusia Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 77,0%(3).
dibawah 2 tahun di negara berkembang. Hasil penelitian terbaru didapatkan
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif bahwa pada 2016, pemberian ASI eksklusif
empat belas kali lebih sulit terkena penyakit untuk bayi sampai usia 6 bulan di Indonesia
dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan mengalami penurunan yang signifikan yaitu
ASI eksklusif, dan pemberian ASI eksklusif sebesar 29,5%, sedangkan pemberian ASI
secara drastis mampu mengurangi kematian eksklusif pada bayi 0-6 bulan mempunyai
akibat diare dan infeksi saluran pernafasan, persentase lebih tinggi yaitu sebesar 54,0%.
yang merupakan dua masalah utama Persentasenya pemberian ASI eksklusif
penyebab kematian pada bayi(1,2). untuk bayi sampai usia 6 bulan di NTT
Dalam rangka menurunkan angka sebesar 38,3% dan untuk bayi 0-5 bulan
kesakitan dan kematian anak, United Nation sebesar 79,9%. Di Kota Kupang, pada 2016
Children Funds (UNICEF) dan World jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada
Health Organization (WHO) usia 0-6 bulan sebesar 67,13%, yang
merekomendasikan sebaiknya anak hanya menunjukkan bahwa Kota Kupang
disusui air susu ibu (ASI) selama paling memberikan peran cukup besar dalam
sedikit enam bulan. Makanan padat tingginya persentase pemberian ASI
seharusnya diberikan sesudah anak berumur eksklusif di NTT dengan persentase
6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan tertinggi di Puskesmas Bakunase yaitu
sampai anak berumur 2 tahun. sebesar 112,13% dan terendah di Puskesmas
Berdasarkan laporan dari Riset Oesapa yaitu sebesar 12,43%(4).
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Banyak sekali faktor risiko yang
persentase pemberian ASI eksklusif untuk berperan dalam keberhasilan maupun
bayi dengan usia <6 bulan di Indonesia kegagalan pemberian ASI eksklusif. Salah
dibedakan menurut umur. Hasilnya pada satu hambatan dalam pemberian ASI
anak usia 0-1 bulan presentasinya sebesar eksklusif juga berasal dari ibu sendiri
45,4%, 2-3 bulan sebesar 38,3%, 4-5 bulan sebagai sumber utama pemberian ASI
sebesar 31,0% dan secara keseluruhan eksklusif. Berdasarkan hal di atas,
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi mengingat pentingnya ASI eksklusif serta
0-6 bulan sebesar 54,3% di mana Nusa manfaat yang diberikan, justru pemberian
ASI eksklusif pada kenyataannya masih maupun kontrol dilakukan dengan cara
rendah. Hal inilah yang menyebabkan purposive sampling.
peneliti akhirnya tertarik untuk meneliti Kriteria Inklusi Kasus dan Kontrol
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan a. Ibu yang memiliki bayi berusia 7-12
persentase jumlah bayi usia 0-6 bulan yang bulan.
mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah b. Ibu yang melakukan persalinan
khususnya di Puskesmas Oesapa normal.
dibandingkan puskesmas-puskesmas lainya c. Subjek penelitian berdomisili dan
di Kota Kupang dengan judul penelitian telah tercatat di wilayah kerja
“Analisis Faktor Risiko Rendahnya Cakupan puskesmas Oesapa.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di d. Subjek penelitian bersedia untuk
Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa” diteliti dengan menandatangani
Berdasarkan uraian di atas, penulis lembar persetujuan penelitian.
tertarik untuk mengetahui faktor risiko apa Kriteria Eksklusi Kasus dan Kontrol
saja yang mempengaruhi rendahnya cakupan a. Ibu dengan kontra indikasi
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja pemberian ASI eksklusif pada bayi
Puskesmas Oesapa yang telah dikonfirmasi oleh hasil
pemeriksaan.
METODE b. Ibu yang dirawat pisah dengan bayi
Penelitian ini dilaksanakan di setelah persalinan atas indikasi
wilayah kerja Puskesmas Oesapa, Kota medis.
Kupang pada bulan Agustus sampai Oktober c. Ibu yang memiliki bayi yang lahir
2018. Penelitian ini adalah jenis penelitian dengan cacat bawaan yang
studi analitik observasional dengan desain berhubungan dengan kelainan pada
studi case control. Populasi dalam penelitian organ pencernaan.
ini adalah seluruh ibu dengan bayi berusia 7- Kriteria Drop out
12 bulan di wilayah kerja Puskesmas a. Sampel yang terpilih namun tidak
Oesapa. Sampel penelitian ini dibagi dapat mengikuti penelitian karena
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus berbagai alasan, misalnya sedang
dan kelompok kontrol. bepergian ke luar daerah.
a. Sampel kasus adalah ibu yang b. Sampel yang telah memenuhi kriteria
memiliki bayi berusia 7-12 bulan namun menolak untuk berpartisipasi
yang tidak memberikan ASI dalam penelitian.
eksklusif pada anaknya yang Analisis data untuk penelitian ini
berdomisili di wilayah kerja menggunakan:
Puskesmas Oesapa dan bersedia ikut 1. Analisis univariat dilakukan untuk
serta dalam penelitian. mendapatkan gambaran umum
b. Sampel kontrol adalah ibu yang masalah penelitian dengan
memiliki bayi berusia 7-12 bulan mendeskripsikan tiap-tiap variabel
yang memberikan ASI eksklusif yang digunakan dalam penelitian ini.
pada anaknya yang berdomisili di 2. Analisis bivariat dilakukan untuk
wilayah kerja Puskesmas Oesapa dan melihat hubungan antar variabel
bersedia ikut serta dalam penelitian. tertikat dan variabel bebas dan untuk
Sampel minimal yang dibutuhkan menginterpretasikan hubungan risiko
sebanyak 48 kasus dan 48 kontrol. pada penelitian ini digunakan Odds
Penarikan sampel baik kelompok kasus Ratio (OR).
3. Analisis multivariat digunakan untuk Distribusi Responden Berdasarkan Usia
mengetahui variabel bebas yang Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa
paling berpengaruh terhadap Tabel 1.3. Distribusi Responden
rendahnya cakupan pemberian ASI Berdasarkan Usia Ibu
eksklusif. Uji statistik yang No Usia Ibu Jumlah/ N (%)
digunakan dalam penelitian ini Kasus Kontrol
adalah uji regresi logistik dengan 1 <20 atau >35 11 7 (14,6)
nilai p <0,05. tahun (22,9)
2 20-35 tahun 37 41
(77,1) (85,4)
HASIL
Analisis Univariat Distribusi Responden Berdasarkan
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja
Tingkat Pengetahuan Ibu di Wilayah Puskesmas Oesapa
Kerja Puskesmas Oesapa Tabel 1.4. Distribusi Responden
Tabel 1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu No Pekerjaan Ibu Jumlah/ N (%)
No Tingkat Jumlah/ N (%) Kasus Kontrol
Pengetahuan Kasus Kontrol 1 Bekerja 7 (14,6) 7 (14,6)
Ibu 2 Tidak bekerja 41 41
1 Kurang baik 30 21 (85,4) (85,4
(62,5) (43,8)
2 Baik 18 27 Distribusi Responden Berdasarkan
(37,5) (56,3) Penghasilan Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesapa
Tabel 1.5. Distribusi Responden
Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Penghasilan Ibu
Tingkat Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja No Penghasilan Ibu Jumlah/ N (%)
Puskesmas Oesapa Kasus Kontrol
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan 1 Kurang 46 45
Tingkat Pendidikan Ibu (95,8) (93,8)
No Tingkat Jumlah/ N (%) 2 Cukup 2 (4,2) 3 (6,3)
Pendidikan Ibu Kasus Kontrol
1 Rendah 21 19
(43,8) (39,6) Distribusi Responden Berdasarkan Status
2 Tinggi 27 29 Pernikahan Ibu di Wilayah Kerja
(56,3) (60,4) Puskesmas Oesapa
Tabel 1.6. Distribusi Responden
Berdasarkan Status Pernikahan Ibu
No Status Jumlah/ N (%)
Pernikahan Kasus Kontrol
Ibu
1 Belum 12 (25,0) 13 (27,1)
menikah
2 Menikah 36 (75,0) 35 (72,9)
Distribusi Responden Berdasarkan Distribusi Responden Berdasarkan
Dukungan Suami di Wilayah Kerja Dukungan Petugas Kesehatan di Wilayah
Puskesmas Oesapa Kerja Puskesmas Oesapa
Tabel 1.7. Distribusi Responden Tabel 1.10. Distribusi Responden
Berdasarkan Dukungan Suami Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan
No Dukungan Jumlah/ N (%) No Dukungan Jumlah/ N (%)
Suami Kasus Kontrol Petugas Kasus Kontr
1 Tidak 22 7 (14,6) Kesehatan ol
mendukung (45,8) 1 Tidak mendukung 9 (18,8) 9
2 Mendukung 26 41 (18,8)
(54,2) (85,4) 2 Mendukung 39 39
(81,3) (81,3)

Distribusi Responden Berdasarkan


Urutan Kelahiran Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesapa
Tabel 1.8. Distribusi Responden
Berdasarkan Urutan Kelahiran Anak
No Urutan Jumlah/ N (%)
Kelahiran Anak Kasus Kontrol
1 Anak pertama 16 18
(33,3) (37,5)
2 Bukan anak 32 30
pertama (66,7) (62,5)

Distribusi Responden Berdasarkan


Ketertarikan Susu Formula di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa
Tabel 1.9. Distribusi Responden
Berdasarkan Ketertarikan Susu Formula
No Ketertarikan Jumlah/ N (%)
Susu Formula Kasus Kontrol
1 Tertarik 29 11
(60,4) (22,9)
2 Tidak tertarik 19 37
(39,6) (77,1)
Analisis Bivariat
Tabel 1.11. Analisis Bivariat

Faktor Risiko Jumlah/ N (%) CI 95% p


Kasus Kontrol
Tingkat Kurang baik 30 (62,6) 21 (43,8) 0,947-4,848 0,066
Pengetahuan Baik 18 (37,5) 27 (56,3)
Ibu
Pendidikan Rendah 21 (43,8) 19 (39,6) 0,527-2,675 0,836
Terakhir Ibu Tinggi 27 (56,3) 29 (60,4)
Usia Ibu < 20 atau >35 tahun 11 (29,9) 7 (14,6) 0,611-0,666 0,433
20-35 tahun 37 (77,1) 41 (85,4)
Pekerjaan Ibu Bekerja 7 (14,6) 7 (14,6) 0,322-3,107 1,000
Tidak bekerja 41 (85,4) 41 (85,4)
Penghasilan Ibu Kurang 46 (95,8) 45 (93,8) 0,245-9,614 1,000
Cukup 2 (4,2) 3 (6,3)
Status Belum menikah 12 (25,0) 13 (27,1) 0,360-2,234 1,000
Pernikahan Ibu Menikah 36 (75,0) 35 (72,9)
Dukungan Tidak mendukung 22 (45,8) 7 (14,6) 1,856-13,235 0,001
Suami Mendukung 26 (54,2) 41 (85,4)
Urutan Anak pertama 16 (33,3) 18 (37,5) 0,361-1,926 0,831
Kelahiran Anak Bukan anak pertama 18 (37,5) 30 (62,5)
Ketertarikan Tertarik 29 (60,4) 19 (39,6) 2,114-12,471 0,000
Susu Formula Tidak tertarik 11 (22,9) 37 (77,1)
Dukungan Tidak mendukung 9 (18,8) 9 (18,8) 0,359-2,787 1,000
Petugas Mendukung 39 (81,3) 39 (81,3)
Kesehatan

PEMBAHASAN
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan
Ibu dengan Kejadian Rendahnya bahwa tidak ada hubungan yang
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif signifikan dari faktor tingkat
Secara statistik hasil analisa uji pengetahuan ibu tetapi dilihat bahwa
chi square menunjukkan p = 0,066 dan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan
OR= 2,143dengan CI 95% = 0,947- yang baik akan cenderung menyusui
4,848. Karena p > 0,05 artinya tidak anaknya secara eksklusif dibandingkan
ada hubungan antara tingkat ibu dengan tingkat pengetahuan yang
pengetahuan ibu dengan rendahnya kurang baik.
pemberian ASI eksklusif. antara Hasil penelitian ini tidak
tingkat pengetahuan ibu dengan sejalan dengan penelitian yang
rendahnya pemberian ASI eksklusif. dilakukan oleh Arifiati yang
Dari hasil penelitan ini dapat menunjukkan bahwa ada hubungan
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 antara penegetahuan ibu dengan
ditolak. pemberian ASI eksklusif (p = 0,000)(5).
Semakin tinggi tingkat pengetahuan dilakukan oleh Jannah yaitu bahwa ibu
ibu, maka semakin banyak ibu yang yang memiliki tingkat pendidikan
memberikan ASI eksklusif. Sesuai tinggi mempunyai sikap yang tinggi
dengan penjelasan oleh Brown bahwa dalam pemberian ASI eksklusif (p =
kurangnya pengetahuan ibu tentang 0,004)(8).
ASI menjadi salah satu penghambat Hasil penelitian ini sejalan
keberlangsungan pemberian ASI(6). dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan pengalaman Soraya, dkk bahwa tingkat pendidikan
peneliti sewaktu melakukan penelitian, ibu tidak berhubungan dengan
banyak ibu yang masih beranggapan rendahnya pemberian ASI eksklusif (p
bahwa ASI ibu tidak cukup/ tidak = 0,225)(9). Hasil yang dicapai setiap
keluar sehingga ibu memberikan individu yang menjalani pendidikan
makanan lain kepada bayinya yang formal berbeda-beda, baik kualitas,
menunjukkan bahwa ibu yang maupun kuantitas, sehingga akan
memiliki pengetahuan rendah dan mempengaruhi dan membentuk cara,
memiliki pemahaman yang kurang pola dan kerangka berpikir, persepsi,
baik terhadap ASI bisa menjadi pemahaman dan kepribadiannya.
penyebab ibu tidak memberikan ASI Pendidikan formal berperan cukup
kepada bayinya. . Hal ini terjadi pada penting dalam meningkatkan derajat
kedua kelompok penelitian, baik kehidupan masyarakat pada umumnya
kelompok kasus maupun kelompok dan ibu menyusui pada khususnya,
kontrol. tetapi kurangnya dukungan serta
2. Hubungan Pendidikan Terakhir informasi yang benar terkait manfaat
Ibu dengan Kejadian Rendahnya ASI dan tata cara menyusui yang benar
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi faktor penghambat
Secara statistik hasil analisa uji pemberian ASI eksklusif meskipun ibu
chi square menunjukkan p = 0,836 dan telah memiliki pendidikan formal yang
OR= 1,187 dengan CI 95% = 0,527- tinggi.(10,11)
2,675. Karena p > 0,05 artinya tidak 3. Hubungan Usia Ibu dengan
ada hubungan antara tingkat Kejadian Rendahnya Cakupan
pendidikan dengan rendahnya Pemberian ASI Eksklusif
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil Secara statistik hasil analisa
penelitan ini dapat disimpulkan bahwa uji chi square menunjukkan p = 0,433
H0 diterima dan H1 ditolak. dan OR = 1,741 dengan CI = 0,611-
Pendidikan adalah suatu usaha 0,666. Karena p > 0,05 artinya tidak
terencana untuk mewujudkan proses ada hubungan antara usia ibu dengan
belajar dan pembelajaran agar peserta rendahnya pemberian ASI eksklusif.
didik aktif dalam mengembangkan Dari hasil penelitian ini dapat
kemampuan dirinya yang berguna bagi disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
dirinya maupun orang lain(7). Hasil ditolak.
penelitian ini tidak sejalan dengan Hasil penelitian ini
penelitian yang sebelumnya yang menunjukkan bahwa tidak hanya ibu
yang berumur <20 atau >35 tahun saja tidak didukung dengan faktor lainnya
yang tidak memberikan ASI eksklusif, maka pemberian ASI eksklusif tetap
akan tetapi ibu yang berusia 20-35 tidak diberikan.
tahun juga berpeluang tidak 4. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan
memberikan ASI eksklusif kepada Kejadian Rendahnya Cakupan
bayinya. Hasil ini sejalan dengan Pemberian ASI Eksklusif
penelitian yang dilakukan oleh Arifiati Hasil uji Chi-Square tidak
Nurce (p = 0,487)(7). Hasil ini juga memenuhi syarat karena ada sel
sejalan dengan penelitian yang dengan frekuensi harapan < 5 dan >
dilakukan oleh Jannah pada 2015 yang 20% keseluruhan sel, maka
menyatakan bahwa tidak ada dilanjutkan dengan uji Fisher’s exast
hubungan yang signifikan antara usia test diperoleh nilai p-value sebesar
ibu dan pemberian ASI eksklusif (p = 1,000 karena nilai p-value (1,000) >
0,263)(10). Alpha (0,05) maka dapat disimpulkan
Menurut Roesli, usia 20-35 bahwa tidak ada hubungan antara
tahun merupakan rentang usia yang faktor penghasilan ibu dengan
aman untuk bereproduksi dan pada rendahnya pemberian ASI eksklusif.
umumnya ibu pada usia tersebut Dari hasil penelitan ini dapat
memiliki kemampuan laktasi yang disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
lebih baik dibandingkan ibu yang ditolak.
berumur lebih dari 35 tahun(13). Ibu Pada penelitian terdahulu yang
yang berumur kurang dari 20 tahun dilakukan oleh Kyi didapatkan hasil
masih belum matang dan belum siap bahwa pekerjaan seorang ibu memiliki
secara jasmani dan sosial dalam hubungan signifikan dengan
menghadapi kehamilan, persalinan pemberian ASI eksklusif (p =
serta dalam membina bayi yang 0,010)(14). Hasil penelitian
dilahirkan (Depkes RI). Umur lebih menunjukkan bahwa ibu yang tidak
dari 35 tahun dianggap berbahaya, memiliki pekerjaan lebih sering
sebab baik alat reproduksi maupun memberikan makanan tambahan
fisik ibu sudah jauh berkurang dan kepada bayi yang berumur di bawah 6
menurun, dan bisa menjadi risiko bulan (Kyi). Hasil yang sama juga
bawaan pada bayinya dan diperoleh Arifiati yang bermakna
mengakibatkan kesulitan pada secara statistik (p=0,000). Berdasarkan
kehamilan, persalinan dan nifas. penelitiannya, didapatkan hasil bahwa
Hubungan faktor usia dengan ibu yang bekerja lebih cenderung tidak
pemberian ASI eksklusif yang tidak menyusui bayinya secara eksklusif
bermakna juga dikarenakan faktor usia dikarenakan ibu yang memiliki
bukan menjadi satu-satunya variabel pekerjaan akan cenderung sering
yang berhubungan dengan perilaku meninggalkan bayinya, sedangkan ibu
pemberian ASI ekslusif. Sehingga yang tidak bekerja lebih mempunyai
meskipun menurut usianya seorang ibu kesempatan untuk menyusui
sudah siap untuk menyusui, tetapi bayinya(7).
Hal ini tidak sejalan dengan disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
hasil dari penelitian yang telah ditolak.
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Keduanya memiliki peluang
Oesapa yang menyimpulkan bahwa yang sama untuk tidak memberikan
tidak ada hubungan antara pekerjaan ASI eksklusif, berkaitan dengan faktor
ibu dengan rendahnya pemberian ASI pekerjaan ibu di mana ibu dengan
eksklusif. Ibu yang bekerja memiliki penghasilan tinggi cenderung tidak
kemungkinan tidak memberikan ASI memberikan ASI secara eksklusif dan
eksklusif dikarenakan waktu untuk mampu membeli susu formula,
merawat bayinya lebih sedikit akibat sedangkan ibu dengan penghasilan
kurangnya masa cuti, dibatasi jam rendah seharusnya lebih berpeluang
kerja, dan kelelahan fisik. Sebenarnya memberikan ASI eksklusif kepada
apabila ibu bekerja masih bisa bayi, akan tetapi dalam penelitian ini
memberikan ASI eksklusif dengan masih banyak ibu dengan penghasilan
cara memompa atau dengan memerah yang kurang justru tidak memberikan
ASI, lalu kemudian disimpan dan ASI eksklusif. Ibu dengan penghasilan
diberikan pada bayinya nanti. rendah harus bekerja di luar rumah
Pada penelitian ini juga untuk menambah penghasilan keluarga
didapatkan hasil bahwa ibu yang tidak sehingga tidak memiliki cukup waktu
bekerja walaupun memiliki lebih untuk menyusui dan memilih makanan
banyak waktu bersama anaknya tapi minuman tambahan sebagai
tidak memberikan ASI secara pendamping ASI.
eksklusif. Ibu yang tidak bekerja 6. Hubungan Status Pernikahan Ibu
sering beralasan bahwa banyaknya dengan Kejadian Rendahnya
pekerjaan rumah yang menguras waktu Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
dan tenaga menyebabkan ibu tidak Secara statistik hasil analisa
dapat memberikan ASI eksklusif. Hal uji chi square menunjukkan p = 1,000
ini membuktikan bahwa pekerjaan ibu dan OR = 0,897 dengan CI = 0,360-
bukan satu-satunya faktor yang 2,234. Karena p > 0,05 artinya tidak
mempengaruhi pemberian ASI ada hubungan antara usia ibu dengan
eksklusif. rendahnya pemberian ASI eksklusif.
5. Hubungan Penghasilan Ibu Dari hasil penelitian ini dapat
dengan Kejadian Rendahnya disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif ditolak.
Secara statistik hasil analisa uji Hasil ini sesuai dengan
chi square menunjukkan p = 1,000 dan penelitian yang telah dilakukan oleh
OR= 1,533 dengan CI 95% = 0,245- Pailos, dkk bahwa status pernikahan
9,614. Karena p > 0,05 artinya tidak seorang ibu tidak memengaruhi
ada hubungan antara penghasilan ibu pemberian ASI eksklusif (p =
dengan rendahnya pemberian ASI 0,915)(15). Hasil ini tidak sejalan
eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kyi, yang menunjukkan bahwa status
pernikahan seorang ibu memiliki faktor risiko rendahnya pemberian ASI
hubungan yang signifikan dengan eksklusif.
rendahnya pemberian ASI eksklusif (p Menurut Roesli, suami dapat
= 0,001)(14). berperan aktif dalam pemberian ASI
Berdasarkan hasil yang dengan cara memberikan dukungan
didapatkan dari penelitian ini emosional atau praktis lainnya.
menunjukkan bahwa baik ibu yang Keberhasilan ibu tidak lepas dari peran
belum ataupun sudah menikah tidak serta keluarga. Semakin besar
berpengaruh dalam pemberian ASI dukungan yang didapatkan ibu untuk
eksklusif. Ibu yang belum menikah terus menyusui bayinya secara
kekurangan dukungan sosial untuk eksklusif maka semakin besar pula
melanjutkan pemberian ASI eksklusif, kemampuan ibu untuk terus bertahan
kurangnya dukungan dari suami menyusui bayinya(13). Hal ini akan
menyebabkan kegagalan ASI eksklusif mempengaruhi kelancaran refleks
di mana ibu yang menyusui biasanya pengeluaran ASI, karena dipengaruhi
sering merasa tertekan stelah oleh perasaan dan emosi ibu yang
melahirkan misalnya akbat permasalah tenang, tenteram dan nyaman akibat
dalam menyusui (ASI kurang, keluar dukungan dari orang terdekat(16).
hanya sedikit). Hasil penelitian ini juga
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih banyaknya
membuktikan bahwa walaupun ibu ibu yang tidak memberikan ASI
sudah menikah tidak menjamin apakah eksklusif meskipun mendapat
ibu akan memberikan ASI eksklusif dukungan suami dalam pemberian ASI
atau tidak, sehingga disimpulkan eksklusif yaitu sebanyak 26 orang
bahwa sudah menikah atau belum (54,2%). Hal ini bisa terjadi karena
menikah tidak menjadi persoalan faktor lainnya, misalnya ibu yang
utama dalam hal pemberian ASI beranggapan bahwa bayi yang rewel
eksklusif. dan menangis diakibatkan bayi
7. Hubungan Dukungan Suami tersebut masih lapar sehingga
dengan Kejadian Rendahnya pemberian MP-ASI sejak bayi kurang
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif dari 6 bulan dapat terjadi. Kegagalan
Secara statistik hasil analisa uji proses pemberian ASI eksklusif juga
chi square menunjukkan p = 0,001 bisa disebabkan oleh suami disebabkan
dan OR= 4,959 dengan CI 95% = karena adanya dorongan dari suami
1,856-13,235. Karena p < 0,05 artinya untuk memberikan makanan pengganti
ada hubungan antara faktor dukungan ASI ketika bayi menangis yang timbul
suami dengan rendahnya pemberian karena sang ayah merasa kasihan
ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini melihat bayinya terus menangis dan
dapat disimpulkan bahwa H0 diterima menyimpulkan bahwa bayi masih
dan H1 ditolak. Nilai OR > 1 artinya lapar, sehingga akhirnya meminta sang
variabel dukungan suami merupakan ibu untuk memberikan susu formula
sebagai pendamping ASI.
8. Hubungan Urutan Kelahiran memiliki pengalaman yang baik dalam
Anak dengan Kejadian Rendahnya menyusui pada anak pertama maka
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif akan menyusui secara benar pada anak
Secara statistik hasil analisa uji selanjutnya. Namun jika pada anak
chi square menunjukkan p = 0,831 dan pertama ibu tidak memberikan ASI
OR= 0,833 dengan CI 95% = 0,361- ekslusif dan ternyata anaknya tetap
1,926. Karena p > 0,05 artinya tidak sehat, maka untuk anak selanjutnya ibu
ada hubungan antara faktor urutan merasa bahwa anak tidak harus diberi
kelahiran anak dengan rendahnya ASI ekslusif. Kemungkinan ibu yang
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil baru memiliki anak pertama tidak
penelitan ini dapat disimpulkan bahwa mampu memberikan ASI eksklusif
H0 ditolak dan H1 diterima. disebabkan karena belum mempunyai
Dari hasil tersebut dapat pengalaman dalam hal kehamilan
diketahui bahwa urutan kelahiran anak ,persalinan, menyusui dan merawat
baik yang pertama maupun bukan bayinya sehingga cenderung
tidak memiliki perbedaan yang memberikan makanan dan minuman
signifikan dalam hal pemberian ASI lain selain ASI lebih dini.
eksklusif, ini berarti pengalaman 9. Hubungan Ketertarikan
menyusui anak sebelumnya yang Terhadap Susu Formula dengan
dimiliki responden tidak berpengaruh Kejadian Rendahnya Cakupan
terhadap pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian ini sejalan dengan Secara statistik hasil analisa uji
penelitian yang dlakukan oleh Lestari chi square menunjukkan p = 0,000 dan
Andhi yang menunjukkan tidak ada OR= 5,314 dengan CI 95% = 2,114-
pengaruh yang signifikan urutan 12,471. Karena p < 0,05 artinya ada
kelahiran anak terhadap pemberian hubungan antara ketertarikan terhadap
ASI eksklusif (p = 1,000)(17). susu formula dengan rendahnya
Hasil penelitian ini bertolak pemberian ASI eksklusif. Dari hasil
belakang dengan penelitian terdahulu penelitan ini dapat disimpulkan bahwa
yang menunjukkan bahwa adanya H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai OR >
hubungan antara faktor urutan 1 artinya faktor ketertarikan terhadap
kelahiran anak dengan pemberian ASI susu formula yang diteliti merupakan
eksklusif (p = 0,024)(15). Wanita yang faktor risiko.
baru pertama kali menyusui biasanya Hasil penelitian ini sejalan
selalu berfikir akan risiko dan masalah dengan penelitian terdahulu bahwa
menyusui atau penghentian menyusui ketertarikan susu formula berhubungan
di awal dibandingkan dengan wanita dengan rendahnya pemberian ASI
yang sudah pernah menyusui eksklusif (p = 0,001)(7).Pemberian susu
(10)
sebelumnya . formula kepada bayi pada usia di
Ibu yang memiliki anak lebih bawah 6 bulan menjadi salah satu
dari satu sudah memiliki pengalaman penyebab terbanyak tidak
dalam menyusui bayinya dan ibu yang diberikannya ASI ekslusif di wilayah
kerja Puskesmas Oesapa. Rendahnya berdasarkan informasi dari para
cakupan pemberian ASI eksklusif petugas kesehatan telah dilakukan
disebabkan oleh promosi susu formula upaya-upaya promosi kesehatan untuk
yang sangat gencar dilakukan, meningkatkan pemberian ASI
sehinggga menjadi stimulus bagi ibu eksklusif di wilayah tersebut, misalnya
untuk lebih memilih memberikan susu dengan melakukan penyuluhan terkait
formula dibandingkan ASI(18). ASI eksklusif di Posyandu dan
10. Hubungan Dukungan Petugas penjelasan mengenai pemberian MP-
Kesehatan dengan Kejadian ASI kepada para ibu. Ibu yang sudah
Rendahnya Cakupan Pemberian memberikan MP-ASI pada usia dua
ASI Eksklusif atau tiga bulan menyebabkan banyak
Secara statistik hasil analisa uji bayi yang mengalami diare akibat
chi square menunjukkan p = 1,000 dan kemampuan pencernaan bayi belum
OR= 1,000 dengan CI 95% = 0,359- siap menerima makanan tambahan(19).
2,787. Karena p > 0,05 artinya tidak Penyuluhan terkait ASI eksklusif juga
ada hubungan antara faktor dukungan biasanya dilakukan oleh petugas gizi
petugas kesehatan dengan rendahnya setiap bulan Agustus tiap tahunnya,
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil namun nyatanya walaupun telah
penelitan ini dapat disimpulkan bahwa didukung oleh petugas kesehatan tetap
H0 ditolak dan H1 diterima. tidak memberikan hasil yang
Berdasarkan hasil penelitian, signifikan antara ibu yang memberikan
baik pada kelompok kasus maupun ASI eksklusif dan tidak memberikan
kelompok kontrol mendapatkan ASI secara eksklusif.
dukungan dari petugas kesehatan
dalam hal pemberian ASI eksklusif Simpulan
yang sama. Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian tentang
dengan penelitian yang dilakukan oleh analisis faktor risiko rendahnya
Lestari Andhi, dukungan tenaga cakupan pemberian ASI eksklusif di
kesehatan tidak memiliki pengaruh wilayah kerja Puskesmas Oesapa dapat
yang signifikan terhadap pemberian disimpulkan sebagai berikut :
ASI eksklusif (p = 0,513)(17). 1. Tidak ada hubungan antara faktor
Disimpulkan bahwa pemberian ASI tingkat pengetahuan ibu, tingkat
eksklusif tidak bisa berjalan apabila pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan
dukungan dari petugas kesehatan ibu, penghasilan ibu, status
selalu diberikan tetapi dalam diri ibu pernikahan ibu, urutan kelahiran
sendiri tidak ada motivasi yang turut anak, dan dukungan petugas
mendukung, maka hal ini bisa saja kesehatan terhadap rendahnya
menjadi penyebab gagalnya pemberian cakupan pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif. di wilayah kerja Puskesmas
Hal ini sesuai dengan fakta Oesapa.
yang terjadi di wilayah kerja 2. Ada hubungan antara faktor
Puskesmas Oesapa, bahwa dukungan suami dan ketertarikan
terhadap susu formula dengan 2. Perlu adanya dukungan dari
rendahnya cakupan pemberian ASI keluarga terutama dukungan dari
eksklusif. suami dengan terus mendampingi
ibu selama konsultasi kehamilan,
Saran sehingga dapat terus memberikan
Bagi Puskesmas dukungan kepada ibu untuk
1. Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan ASI eksklusif setelah
menjadi bahan masukan dan kelahiran bayi.
evaluasi dalam melakukan
perbaikan sekaligus meningkatkan Bagi Pemerintah
mutu pelayanan kesehatan, 1. Berdasarkan informasi yang
khususnya dalam bidang gizi dan diperoleh dari hasil penelitian ini
pemberian ASI eksklusif, seperti diperlukan adanya pengawasan
meningkatkan kegiatan-kegiatan atas kepatuhan kebijakan dan
promosi kesehatan terkait manfaat peraturan yang telah dibuat
dan keuntungan pemberian ASI mengenai promosi susu formula
eksklusif dibandingkan dengan dan tindak tegas apabila pemberian
susu formula, misalnya dengan susu formula lebih diutamakan
pembuatan poster, leaflet dan dibandingkan ASI eksklusif tanpa
penyuluhan langsung ke posyandu- adanya indikasi medis.
posyandu. 2. Adanya upaya dari pemerintah,
2. Perlu adanya evaluasi dan khususnya dari Dinas Kesehatan
monitoring terkait kegiatan Provinsi NTT dan Kota Kupang
pemberian susu formula oleh para serta pemerintah daerah
ibu agar pemberiannya dibatasi dan khususunya wilayah Oesapa terkait
tepat sasaran dalam di wilayah promosi-promosi kesehatan
kerja Puskesmas Oesapa misalnya terutama dalam mempromosikan
dengan meningkatkan kinerja dan ASI eksklusif guna memberikan
kerja sama yamg terintegritas pengetahuan dan wawasan bagi
dengan Kelompok Pendukung ASI para ibu dengan salah satu upaya
di lingkungan masyarakat, di yaitu mendatangkan para peneliti
organisasi-organisasi kecil yang yang telah mendapatkan hasil
berkembang di masyarakat, penelitian dan memaparkan secara
misalnya kelompok-kelompok rinci mengenai kondisi kesehatan
arisan. terkait rendahnya pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja
Bagi ibu dan keluarga Puskesmas Oesapa kepada para
1. Ibu perlu aktif melakukan aparat dan masyarakat sehingga
konsultasi selama masa kehamilan bisa di tindaklanjuti.
dan memahami betul informasi
terkait menyusui dan pentingnya
pemberian ASI eksklusif.
Bagi Peneliti Selanjutnya 7. Arifiati N. Analisis Faktor Yang
Berdasarkan informasi yang Mempengaruhi Pemberian Asi
diperoleh dari hasil penelitian ini Ekslusif Pada Bayi Di Kelurahan
diharapkan agar penelitian selanjutnya Warnasari Kecamatan Citangkil
dapat menganalisis faktor-faktor Kota Cilegon. Serang, Banten;
lainnya yang belum diteliti yang 2017. 978-979 P.
mungkin dapat berhubungan dengan 8. Onyechi Et Al. The Effect Of
pemberian ASI eksklusif dengan Milk Formula Advertisement On
desain studi yang berbeda, instrumen Breast Feeding And Other Infant
yang lebih lengkap dan jumlah sampel Feeding Practice In Lagos, Nigeria.
yang lebih banyak. J Trop Agric Food, Environ Ext.
2010;9:193–9.
DAFTAR PUSTAKA 9. Suardi M. Pengantar Pendidikan
Teori Dan Aplikasi. Salemba
1. Unicef,2011.Breastfeeding.Http:
Medika; 2012.
//Www.Unicef.Org/Nutrition/Index
10.Jannah Am. Faktor-Faktor Yang
s24824. Html. [Diakses 11 Mei
Berhubungan Dengan Perilaku
2018].
Pemberian Asi Eksklusif Pada
2. Dedi Alamsyah, Marlenywati Hr.
Bayi Usia 6-12 Bulan Di
Hubungan Antara Kondisi
Kelurahan Gerem Wilayah Kerja
Kesehatan Ibu, Pelaksanaan Imd,
Puskesmas Grogol Kota Cilegon
Dan Iklan Susu Formula Dengan
Tahun 2015. Cilegon; 2016.
Pemberian Asi Eksklusif.
11.Qatrunnada S. Analisis Faktor
Pontianak: Fakultas Ilmu
Yang Mempengaruhi Pemberian
Kesehatan Masyarakat Universitas
Asi Eksklusif Pada Ibu Tidak
Muhammadiyah Pontianak; 2017.
Bekerja Dan Status Gizi Bayi Usia
3. Badan Penelitian Dan
6-12 Bulan. Bogor; 2015.
Pengembangan Kesehatan
12.Abdullah S. Pengambilan
Departemen Kesehatan Ri. Riset
Keputusan Pemberian Asi
Kesehatan Dasar ( Riskesdas )
Eksklusif Kepada Bayi Di Kota
Tahun 2010. 2010;
Bogor. Bogor: Institut Pertanian
4. Kementerian Kesehatan Ri. Situasi
Bogor; 2002.
Dan Analisis Asi Eksklusif. Jakarta
13.Roesli. Mengenal Asi Eksklusif.
Selatan: Kementerian Kesehatan
Jakarta: Trubus Agriwidya; 2009.
Ri; 2014. 1-8 P.
14.Kyi Wl, Mongkolchati A,
5. Kementerian Kesehatan Republik
Chompikul J, Wongsawass S.
Indonesia. Data Dan Informasi
Prevalence And Associated Factors
Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Of Exclusive Breastfeeding
Jakarta; 2016.
Among Mothers In Pan-Ta-Naw
6. Priyono R, Kes M. Editorial Profil
Township , Myanmar.
Kesehatan Penanggung Jawab : |
2016;13(3):81–94.
Profil Kesehatan Kota Kupang
15.Jara-Palacios Má, Cornejo Ac,
Tahun 2016. 2016;
Peláez Ga, Verdesoto J, Galvis Aa.
Prevalence And Determinants Of
Exclusive Breastfeeding Among
Adolescent Mothers From Quito ,
Ecuador : A Cross-Sectional Study.
Int Breastfeed J. 2015;(December).
16.Kusumayanti N, Nindya Ts.
Hubungan Dukungan Suami
Dengan Pemberian Asi Eksklusif
Di Daerah Perdesaan. 2016;98–
106.
17.Sohimah, Lestari Ya. Analisis
Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian Air Susu Ibu (Asi)
Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cilacap Tengah I
Kabupaten Cilacap Tahun 2017.
Kabupaten Cilacap; 2017. 125-137
P.
18.Prasetyo Ds. Asi Eksklusif.
Yogyakarta: Diva Press; 2009.
19.Mufida L, Widyaningsih Td,
Maligan Jm. Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu
Ibu ( Mp-Asi ) Untuk Bayi 6 – 24
Bulan. 2015;3(4):1646–51.

Anda mungkin juga menyukai