WA ODE MARSELA
NIM. 1810066
i
ii
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
References : 29 (2017-2021).
Keywords: Knowledge, Perception, Parenting Patterns, Income, Malnutrition
Status
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ‘’Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Kurang
Baduta Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Puskesmas Dana Kecamatan
Waotupe Kabupaten Muna’’.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada salah satu perguruan tinggi
yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan(STIK) Tamalatea Makassar. Penghargaan,
rasa hormat dan ucapan terima kasih banyak yang terdalam penulis haturkan
kepada kedua orang tua, Almarhum bapak La Ode Kadimun Harusu dan
Ibunda Asrida Tomasa akan cinta kasih, doa, dukungan semangat dan materi
yang tak ternilai yang selalu diberikan kepada penulis.
4. Dr. Muhammad Rifai, M.Pd. selaku Ketua LPPM STIK Tamalatea Makassar
sekaligus pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk senantiasa
memberikan arahan sampai pada tahap akhir penyusunan skripsi ini
vi
5. Prof.Dr.Ir.H.Jalil Genisa,M.S selaku pembimbing I, Dr.Ir.Asrijun
Juhanto,M.Kes selaku pembimbing II, Akmal Novrian Syahruddin,
S.K.M.,M.Kes selaku penguji I, Dr.Zakaria,S.T.P.,M.Kes selaku penguji II
dan Dr.Rahmawati,S.K.M., MSi selaku penguji III yang telah meluangkan
waktu dan banyak memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi
ini.
7. Kepada seluruh dosen dan pegawai STIK Tamalatea Makassar yang telah
memberikan ilmunya selama perkuliahan berlangsung, sehingga kami bisa
sampai ditahap penyusunan skripsi ini
8. Untuk teman-teman yang tidak sempat saya tuliskan namanya satu persatu
telah meluangkan waktunya dalam mendengarkan keluhan penulis selama
proses penyusunan skripsi ini dan selalu memberikan support untuk melewati
setiap rintangan yang dihadapi
Penulis persembahkan tugas akhir ini meskipun masih memiliki kekurangan, oleh
karena itu kritik, saran atau masukan dari pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan dan karya yang lebih baik kedepannya.
Wa Ode Marsela
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
viii
G. Kerangka Konsep ......................................................................... 37
I. Hipotesis ....................................................................................... 39
B. Pembahasan .................................................................................. 52
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................. 62
LAMPIRAN .................................................................................................. 65
ix
DAFTAR TABEL
x
4.10 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Kurang Di
Puskesmas Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna
Tahun 2022 51
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Meneliti dari Puskesmas Dana Kota Raha
Lampiran 9 Dokumentasi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan perbaikan perilaku Keluarga Sadar
kesehatan baduta. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan
tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk
terdapat 178 juta anak didunia yang terlalu pendek berdasarkan usia
31,2%. Prevalensi anak gizi kurang dibenua Asia sebesar 30,6% dan di Asia
1
1
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF yaitu diperkirakan sebanyak 7,8 juta
masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami gizi
adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Prevalensi gizi kurang telah
menurun secara signifikan, dari 17,9% pada tahun 2020 menjadi 16,8% pada
tahun 2021. Status gizi yang dilaporkan di Sulawesi Selatan tahun 2019 sebesar
12.762 baduta, pada tahun 2020 turun sebanyak 8.654 baduta dan pada tahun
2021 menjadi 9.485 baduta. Membaiknya status gizi pada baduta tampak pada
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna pada tahun
2019 jumlah laki-laki yang mengalami gizi kurang sebanyak 2.126 orang.
pada tahun 2020 jumlah laki-laki yang mengalami gizi kurang sebanyak 2.204
orang dan pada tahun 2021 jumlah laki-laki yang mengalami gizi kurang
anak sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai investasi bangsa yang utama
2
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa
(Nursalam, 2017).
Masalah gizi pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
keluarganya, baik jumlah maupun gizinya. Masalah gizi juga disebabkan oleh
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan kembang dengan sebaik-
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor
makanan yang baik harus di tanamkan sejak dini, karena hal ini sangat
2017).
Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak baduta masih menjadi
masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara
langsung disebabkan oleh asupan yang kurang dan tingginya penyakit infeksi.
Hal ini berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang
3
tidak memadai, gangguan akses makanan, perawatan ibu yang tidak adekuat
serta kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan yang baik
untuk anak usia penyapihan. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi
bilamana kondisi tubuh memperoleh kecukupan zat gizi yang digunakan secara
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi
dari makanan yang dimakan. Dimana tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi
masalah kesehatan dan gizi, anak umur 2-5 tahun termasuk dalam golongan
mudah menderita kelainan gizi karena pada saat ini mereka sedang mengalami
proses pertumbuhan yang relatif pesat dan memerlukan zat-zat gizi dalam
jumlah yang relatif besar. Persoalan ini akan mudah dipahami ketika
memiliki anak penderita gizi buruk. Mengetahui informasi ini sangat penting
penyebab langsung dari penyakit infeksi, pokok masalah gizi kurang dari
4
karakteristik ibu baduta yaitu berupa umur ibu, pendidikan, pekerjaan,
pemberian ASI dan MP-ASI, dan jumlah anak. Pola asuh anak sangat erat
tahun. Masa anak usia 1-5 tahun adalah masa dimana anak masih sangat
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai
(Aritonang, I. 2017).
fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa
sampai anak menjadi dewasa. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar
rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Fitri, KR. 2017).
akar masalah gizi buruk dan kurang, yaitu adanya fakta bahwa kasus gizi buruk
dan kurang tidak selalu terjadi pada keluarga miskin atau yang tinggal di
yang tidak rawan gizi atau lingkungan yang baik selalu ditemukan bayi, baduta,
dan anak dengan keadaan gizi baik. Secara epidemiologis kasus gizi buruk dan
5
gizi untuk pencegahan primer, pengendalian, dan penanganan penyakit terkait
banyak anak baduta yang mengalami gizi kurang. Hal ini dikarenakan
dengan pola asuh ibu yang kurang baik ditambah dengan persepsi mengenai
gizi yang kebanyakan ibu beranggapan bahwa pada dasarnya anaknya akan
penghasilan yang cukup. Dengan uraian diatas, tentu menjadi perhatian bagi
Kabupaten Muna tahun 2020 jumlah baduta sebanyak 298 orang dan yang
baduta yang mengalami gizi kurang sebanyak 6 orang serta pada bulan Januari
s/d April 2022 jumlah baduta mengalami gizi kurang sebanyak 5 orang (Rekam
Medik, 2022).
Berdasarkan uraian diatas, maka hal inilah yang mendasari peneliti untuk
6
B. Rumusan Masalah
Muna?
Kabupaten Muna?
Muna?
Kabupaten Muna?
Kabupaten Muna?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
7
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Praktis
kesehatan.
8
b. Sebagai suatu wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki
di bidang pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
menambah wawasan dalam hal yang berkenaan dengan status gizi baduta
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok anak usia 0 – 24 bulan sebagai periode kritis. Pada masa ini
anak memerlukan asupan zat gizi seimbang baik dari segi jumlah, maupun
kualitasnya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal (Soeparmanto
(Aritonang, I. 2017).
Pertumbuhan paling cepat terjadi pada masa janin, usia 0-12 bulan dan masa
pubertas. Sedangkan tumbuh kembang yang dapat dengan mudah diamati pada
usia 0-24 bulan. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola
Berat badan merupakan gambaran dari massa tubuh, massa tubuh sangat
peka dalam waktu yang singkat. Perubahan tersebut secara langsung tergantung
oleh adanya penyakit infeksi dan nafsu makan. Pada anak yang mempunyai
status kesehatan dan nafsu makan yang baik, maka pertambahan berat badan
akan mengikuti sesuai dengan usianya. Akan tetapi, apabila anak mempunyai
status kesehatan yang tidak baik maka pertumbuhan akan terhambat. Oleh
karena itu berat badan mempunyai sifat labil dan digunakan sebagai salah satu
indikator status gizi yang menggambarkan keadaan saat ini (Almatsier, 2017).
10
10
Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan. Pada keadaan
zat gizi dalam waktu yang singkat. Dampak pada tinggi badan akibat
keadaan gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan pada usia sekolah
2018).
1. Definisi
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan
sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi atau dieksresikan sebagai
zat sisa. Dalam saluran pencernaan, makanan yang masuk melalui mulut
dipecah menjadi senyawa kimia yang lebih sederhana dan disebut zat gizi
dalam makanan terdiri dari enam macam yaitu karbohidrat, lemak, protein,
mineral, vitamin, dan air. Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
Anak yang tidak mendapatkan gizi cukup dan seimbang pada masa
mengandung zat gizi mikro (zat tenaga, zat pembangun, lemak) atau
11
ketidakseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan protein dengan
dapat dibagi atas Kurang Energi Protein (KEP) ringan dan Kurang Energi
Protein (KEP) berat. Kurang energy protein ringan disebut pula gizi ringan,
selain terdapat gangguan pertumbuhan juga terdapat gejala klinis yang khas
gizi itu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok zat
gizi pemberi energy disebut zat gizi energitika (karbohidrat, lemak, dan
protein), dan zat gizi sebagai pengatur reaksi biokimia dalam tubuh atau zat
gizi stimulansia yaitu vitamin. Secara umum penilaian status gizi dapat
a. Pemeriksaan Biokimia
diuji, seperti darah, urin, dan tinja, dan jaringan tubuh seperti hati,otot,
12
gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut,
mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelanjar tiroid.
c. Pemeriksaan Biofisik
d. Pengukuran Antropometri
secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu kurang
dalam menilai status gizi anak baduta adalah berat badan menurut umur
13
makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, berat badan merupakan
maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu
cara pengukuran status gizi. Dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak
lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk. Baku yang digunakan adalah
Tabel 2.1
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Indeks Status gizi Ambang batas
Berat Badan Gizi Lebih > +2SD
Menurut Gizi Baik > -2SD sampai +2SD
Umur (BB/U) Gizi Kurang > -2SD sampai -3SD
Gizi Buruk < -3SD
Sumber : (Kemenkes, 2020).
14
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
gizi terhadap tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang relative
lingkungan yang tidak baik, kemiskinann dan akibat tidak sehat yang
menahun.
Tabel 2.2
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indeks Status gizi Ambang batas
Sangat Pendek < -3SD
Tinggi Badan
Pendek -3 SD sampai <-2SD
Menurut
Normal -2SD Sampai 2SD
Umur (TB/U)
Tinggi >2SD
Sumber : (Kemenkes, 2020).
Adalah penelitian status gizi dengan melihat jumlah jenis zat gizi yang
dikonsumsi.
b. Statistik Vital
15
umum, angka keseluruhan dan kematian akibat penyebab tertentu dan
c. Faktor Ekologi
4. Gizi Baduta
terhadap pertumbuhan dan keadaan tubuh, serta beberapa perilaku pada saat
remaja dan dewasa kelak. Karena itu, sejak usia baduta orang tua harus
yang sehat dan produktif. Setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan
memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak
diperlukan oleh anak baduta agar dapat tumbuh kembang optimal, yaitu :
16
a. Kalori/Energi
konsumsi energy yang dibutuhkan oleh tubuh si kecil agar dapat tumbuh
kembang optimal.
Tabel 2.3
Angka Kecukupan Energy Rata-Rata Yang Dianjurkan
(Per Anak Per Hari)
Umur Energi
0 - 6 Bulan 550 kkal
7 - 12 Bulan 800 kkal
1 – 3 Tahun 1.250 kkal
4 - 6 Tahun 1.750 kkal
Sumber: (Kemenkes, 2020).
b. Protein
berbagai struktur organ tubuh seperti tulang, otot, gigi, dan lain-lain.
Selain itu, protein juga berperan dalam proses pembentukan enzim dan
Tabel 2.4
Angka kecukupan protein rata-rata dianjurkan
(Per Anak Per Hari)
Umur Protein
0 - 6 Bulan 12 kkal
7 - 12 Bulan 15 kkal
1 – 3 Tahun 23 kkal
4 - 6 Tahun 32 kkal
Sumber: (Kemenkes, 2020).
17
c. Lemak
d. Vitamin
Berbagai faktor penyebab langsung dari gizi kurang atau buruk pada
baduta adalah :
b. Penyakit Infeksi
18
infeksi terutama diare dan ISPA, selain menurunkan ketahanan tubuh
Pola asuh anak yang tidak memadai misalnya dapat dilihat dari
tambahan bagi baduta. Pemberian ASI dan makanan tambahan ini sangat
maupun menyediakan asupan gizi yang cukup untuk anak sehingga anak
Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang dapat dengan
individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (Aritonang, I. 2017).
d. Faktor Ibu
dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung status gizi dipengaruhi oleh masukan zat gizi dan secara tidak
19
ikut menentukan keadaan gizi anak. Karakteristik ibu antara lain tingkat
pendidikan ibu, pengetahuan gizi, dan pekerjaan ibu. bekerja. Dari data
tersebut terlihat bahwa presentase wanita bekerja lebih banyak dari pada
wanita tidak bekerja. Dengan bekerja maka semakin sedikit pula waktu
e. Faktor Baduta
untuk memenuhi kebutuhan makan. Dampak gizi kurang dan buruk pada
kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Tujuan
20
dengan status kesehatan, status kesehatan dengan status gizi dan
kelengkapan imunisasi dengan status gizi pada baduta usia 0-2 tahun dan
1. Definisi
pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu (Putu, 2017).
a. Penyebab langsung
tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik
tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.
Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu:
21
2) Pola pengasuhan, yaitu kemampuan keluarga untuk menyediakan
Pada tahap ini Sri menjelaskan bahwa tidak ada tanda-tanda khusus
yang dapat dilihat dengan jelas, hanya saja berat badan anak hanya
22
b. Kurang energi protein sedang
Pada tahap ini, berat badan anak hanya mencapai 70% dari berat
badan normal. Selain itu, ada yang bisa dilihat dengan jelas yaitu wajah
konsentrasi kurang.
Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali atau
bisa disebut dengan maramus. Tanda pada masa ini adalah berat badan
anak hanya mencapai 60% atau kurang dari berat badan normal. Selain
marasmus ada juga yang disebut kwashiorkor, selain berat badan ada
beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat antara lain kaki
1) Marasmus
23
b) Wajah seperti orangtua
c) Kulit keriput
2) Kwashiorkor
3) Marasmus-Kwashiorkor
24
bisu, tuli, dan keterbelakangan mental yang tidak dapat diperbaiki lagi
adalah akibat lanjut dari kekurangan zat yodium dalam makanan sehari-hari.
Selain itu kekurangan gizi akan menurunkan kecerdasan dan daya pikir
a. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering
dirumah.
25
e. Berikan makanan pendamping ASI, (bubur, buah-buahan, biskuit dsb)
1. Umur
status gizi baduta, faktor umur kehamilan ibu ini secara langsung
Dalam penelitian ini umur kehamilan ibu <20 dan >35 tahun memiliki
prosentasi kejadian gizi kurang lebih besar dibanding dengan status gizi
normal. Tetapi berdasarkan hasil analisis yang dilakukan antara umur ibu
dengan status gizi tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini bisa
terjadi karena faktor lain yaitu faktor pengetahuan ibu, dimana pada
penelitian ini umur ibu masih tergolong umur kehamilan muda, bisa
sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, jadi umur ibu
mengenai gizi, baik ibu pada saat hamil maupun pasca melahirkan
2. Pengetahuan
diharapkan status gizi ibu dan badutanya baik, sebab gangguan gizi adalah
26
karena kurangnya pengetahuan tentang gizi. Ibu yang cukup pengetahuan
Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi maka anak baduta kecil
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
(Notoatmodjo, S, 2018).
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
27
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
a. Tahu (Know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan
b. Memahami (Komprehension)
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
28
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
e. Sintesis (Synthesis)
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
f. Kreatif
gagasan maupun karya nyata yang belum pernah ada, dalam bentuk baru
29
dapat mempengaruhi status gizi seseorang tersebut. Pengetahuan gizi ibu
yang kurang dapat menjadi salah satu penentu status gizi baduta karena
menentukan sikap atau perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan
dikonsumsi oleh baduta serta pola makan terkait jumlah, jenis dan frekuensi
2018).
3. Paritas
ibu dengan status gizi. Dalam penelitian ini paritas tidak menunjukkan ada
subyek yang dilakukan untuk penelitian adalah dari keluarga yang memiliki
jamkesmas, dimana keluarga ini memang dari segi ekonomi masih di bawah
terjadinya kasus gizi kurang pada baduta, tetapi karena faktor lain, yaitu
faktor sosial ekonomi yang secara tidak langsung mempengaruhi status gizi
melahirkan anak ke-4 atau lebih. Anak dengan urutan paritas yang lebih
30
Bahaya yang mungkin beresiko terhadap seorang anak timbul apabila terjadi
4. Pendidikan
pendidikan ibu yang tinggi tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang
fisik/sosial dan status pekerjaan ibu, ibu yang bekerja (terutama diluar
rumah) tidak mempunyai waktu yang cukup seperti ibu yang tidak bekerja
yang ada di tempat penelitian cukup baik namun dengan pendidikan yang
31
makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan
ada demikian juga sebaliknya Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar
5. Pekerjaan
anak terutama anak baduta, padahal masa depan kesehatan anak dipengaruhi
oleh pengasuhan dan keadaan gizi sejak usia bayi sampai nak berusia 5
tahun merupakan usia penting. Karena pada umur tersebut anak belum dapat
pengasuh atau anggota keluarga yang lain untuk dirawat dan diberi
32
diterima. Peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung
yang lebih rendah, kualitas pangan diutamakan pada pangan padat energi
E. Penelitian Terdahulu
33
Mojoanyar Kabupaten baduta yaitu
Mojokerto sebanyak 26 orang
(63%), sebagian
besar memiliki sikap
negatif tentang gizi
baduta yaitu
sebanyak 23 orang
(56%), dan sebagian
besar status gizi
baduta kurang yaitu
sebanyak 26 orang
(63%). Hasil
Spearman’s rho test
menunjukkan ada
hubungan
pengetahuan ibu
tentang status gizi
baduta di Desa Jabon
Kecamatan
Mojoanyar
Kabupaten
Mojokerto. pada
nilai p (0,007) < α
(0,05) dan hasil Chi
square test
menunjukkan ada
hubungan
pengetahuan dan
sikap ibu tentang
status gizi baduta di
Desa Jabon
Kecamatan
Mojoanyar
Kabupaten
Mojokerto. pada
nilai p (0,000) < α
(0,05).
3 Hubungan Hasilnya terdapat Melly Anida 2018
Pengetahuan Ibu, hubungan
Sikap dan Perilaku pengetahuan gizi ibu
terhadap Status Gizi (p=0,000), sikap gizi
Baduta pada ibu (p=0,000), dan
Komunitas Nelayan di perilaku gizi ibu
Kota Karang Raya (p=0,01) terhadap
Teluk Betung Timur status gizi baduta.
Bandar Lampung Sikap gizi ibu
34
merupakan faktor
yang paling
berpengaruh
terhadap status gizi
baduta (OR=0,161).
4 Hubungan Perilaku Uji korelasi dengan Suciati 2019
Ibu Dengan Status menggunakan uji Ningsih (dkk)
Gizi Kurang Anak Spearman Rho pada
Usia Toddler ibu didapatkan nilai
signifikasi (p) =
0,003 dengan derajat
kemaknaan α ≤ 0,05
maka H1 diterima
artinya ada hubungan
tindakan ibu dalam
pemberian nutrisi
dengan status gizi
kurang anak usia
toddler di Desa
Sumurgung
Kabupaten Tuban.
35
F. Kerangka Teori
1. Kalori
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
Umur
Status
Baduta Pengetahuan
Gizi
Paritas
Lingkar Antropometri
Kepala
Pendidikan
Berat Badan
Gigi
Pekerjaan
Penyakit Infeksi
Faktor Ibu
36
G. Kerangka Konsep
Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak baduta masih menjadi
masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara
yang tidak adekuat serta kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pemberian
makanan yang baik untuk anak usia penyapihan. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi bilamana kondisi tubuh memperoleh kecukupan zat gizi
banyaknya energi dan protein dari makanan yang dimakan. Dimana tubuh
37
2. Bagan Kerangka Konsep
Independen Dependen
Umur
Pengetahuan
Status Gizi
Paritas Kurang
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur Kriteria Objektif
Penelitian
38
Pengetahuan Pengetahuan yang Kuesioner Baik : Jika responden
dimaksud dalam mendapatkan skor
penelitian ini adalah ≥50% dari seluruh
segala sesuatu yang pertanyaan.
diketahui oleh ibu
mengenai status gizi Kurang : Jika
kurang responden mendapatkan
skor <50% dari seluruh
pertanyaan
Sumber : Arikunto
(2018).
Paritas Paritas adalah jumlah Kuesioner Primipara : Jika ibu
anak yang hidup atau melahirkan 1 Kali
jumlah kehamilan yang
menghasilkan janin Multipara : Jika ibu
yang mampu hidup melahirkan 2-3 Kali
diluar rahim
Pendidikan Pendidikan adalah Kuesioner Tinggi : Jika
usaha sadar untuk berpendidikan SMA-
menyiapkan peserta Perguruan Tinggi.
didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, Rendah : Jika
dan atau latihan bagi berpendidikan SD-SMP
peranannya di masa
yang akan datang.
Pekerjaan Pekerja adalah setiap Kuesioner Bekerja : Jika ibu
orang yang bekerja bekerja diluar rumah.
dengan menerima upah
dan imbalan dalam Tidak Bekerja : Jika ibu
bentuk lain. bekerja sebagai IRT.
I. Hipotesis
39
c. Tidak ada hubungan paritas dengan status gizi kurang baduta di
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Cross Sectional Study adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen, pada satu saat,
Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat satu waktu bersamaan namun
mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Muna.
2. Waktu penelitian
1. Populasi
orang.
41
41
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian dari
n= N
1+N (d)2
n= 298
1+298 (0,1)2
n= 298
1+298(0,01)
n= 298
3,98
n = 74,87
sampel dengan mengambil data untuk mengkaji status gizi anak dengan
1. Kriteria Inklusi
42
c. Bersedia akan diwawancarai / mengisi kuesioner
2. Kriteria Eksklusi
E. Instrumen Penelitian
peneliti menurut variabel yang akan diteliti dan berdasarkan tinjauan literatur.
yakni memeriksa setiap kuesioner yang telah diisi mengenai kebenaran data
2. Pengkodean (coding)
setiap jawaban.
3. Entri data
43
4. Tabulasi (Tabulating)
penelitian.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
dengan uji Chi Square dan hasil tersebut akan diolah untuk menentukan
2018).
44
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua baduta yang berada di
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Persentase
Umur Frekuensi
(%)
<20 dan >35 Tahun 34 45,3
20-35 Tahun 41 54,7
Jumlah 75 100,0
Sumber : Data Primer 2022
sampel, yang berumur <20 dan >35 tahun sebanyak 34 orang (45,3%) dan
45
45
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 41 54,7
Kurang 34 45,3
Jumlah 75 100,0
Sumber : Data Primer 2022
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Paritas
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Paritas Frekuensi Persentase (%)
Primipara 36 48,0
Multipara 39 52,0
Jumlah 75 100,0
Sumber : Data Primer 2022
46
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 40 53,3
Rendah 35 46,7
Jumlah 75 100,0
Sumber : Data Primer 2022
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Bekerja 34 45,3
Tidak Bekerja 41 54,7
Jumlah 75 100,0
Sumber : Data Primer 2022
sampel, yang bekerja sebanyak 34 orang (45,3%) dan tidak bekerja sebanyak
41 orang (54,7%).
47
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Kurang
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Status Gizi Kurang Frekuensi Persentase (%)
Ya 32 42,7
Tidak 43 57,3
Jumlah 75 100,0
Sumber : Data Primer 2022
sampel, ibu yang memiliki baduta gizi kurang sebanyak 32 orang (42,7%) dan
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.7
Hubungan Umur Ibu Dengan Status Gizi Kurang
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Status Gizi Kurang
Jumlah Nilai p
Umur Ibu Ya Tidak
f % f % n %
<20 dan >35 Tahun 29 85,3 5 14,7 34 100
0,000
20-35 Tahun 3 7,3 38 92,7 41 100
Jumlah 32 42,7 43 57,3 75 100
Sumber : Data Primer 2022
sampel, responden dengan umur <20 dan >35 tahun sebanyak 34 orang,
terdapat 29 orang (85,3%) ibu memiliki baduta gizi kurang dan 5 orang
(14,7%) tidak mengalami gizi kurang. Sedangkan responden dengan umur 20-
48
35 tahun sebanyak 41 orang, terdapat 3 orang (7,3%) ibu memiliki baduta gizi
ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan umur
Tabel 4.8
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Kurang
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Status Gizi Kurang
Jumlah Nilai p
Pengetahuan Ibu Ya Tidak
f % f % n %
Baik 4 9,8 37 90,2 41 100
0,000
Kurang Baik 28 82,4 6 17,6 34 100
Jumlah 32 42,7 43 57,3 75 100
Sumber : Data Primer 2022
(9,8%) memiliki baduta gizi kurang dan 37 orang (90,2%) tidak memiliki
orang, terdapat 28 orang (82,4%) memiliki baduta gizi kurang dan 6 orang
49
Tabel 4.9
Hubungan Paritas Ibu Dengan Status Gizi Kurang
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Status Gizi Kurang
Jumlah Nilai p
Paritas Ibu Ya Tidak
f % f % n %
Primipara 22 61,1 14 38,9 36 100
0,002
Multipara 10 25,6 29 74,4 39 100
Jumlah 32 42,7 43 57,3 75 100
Sumber : Data Primer 2022
(61,1%) memiliki baduta gizi kurang dan 14 orang (38,9%) tidak mengalami
(25,6%) memiliki baduta gizi kurang dan 29 orang (74,4%) tidak mengalami
gizi kurang.
ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan paritas
50
Tabel 4.10
Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Kurang
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Status Gizi Kurang
Jumlah Nilai p
Pendidikan Ibu Ya Tidak
f % f % n %
Tinggi 2 5,0 38 95,0 40 100
0,000
Rendah 30 85,7 5 14,3 35 100
Jumlah 32 42,7 43 57,3 75 100
Sumber : Data Primer 2022
(5,0%) memiliki baduta gizi kurang dan 38 orang (95,0%) tidak mengalami
terdapat 30 orang (85,7%) memiliki baduta gizi kurang dan 5 orang (14,3%)
51
Tabel 4.11
Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Kurang
Di Puskesmas Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna
Tahun 2022
Status Gizi Kurang
Jumlah Nilai p
Pekerjaan Ibu Ya Tidak
f % f % n %
Bekerja 26 76,5 8 23,5 34 100
0,000
Tidak Bekerja 6 14,6 35 85,4 41 100
Jumlah 32 42,7 43 57,3 75 100
Sumber : Data Primer 2022
memiliki baduta gizi kurang dan 8 orang (23,5%) tidak mengalami gizi kurang.
memiliki baduta gizi kurang dan 35 orang (85,4%) tidak mengalami gizi
kurang
B. Pembahasan
sebagai sampel, responden dengan umur <20 dan >35 tahun sebanyak 34
orang, terdapat 29 orang (85,3%) ibu memiliki baduta gizi kurang dan 5
52
umur 20-35 tahun sebanyak 41 orang, terdapat 3 orang (7,3%) ibu memiliki
baduta gizi kurang dan 38 orang (92,7%) tidak mengalami gizi kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Rinawati (2020)
orang dengan umur <20 dan >35 tahun mengalami gizi kurang dengan nilai
status gizi baduta, faktor umur kehamilan ibu ini secara langsung
Dalam penelitian ini umur kehamilan ibu <20 dan >35 tahun memiliki
prosentasi kejadian gizi kurang lebih besar dibanding dengan status gizi
normal. Tetapi berdasarkan hasil analisis yang dilakukan antara umur ibu
dengan status gizi tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini bisa
terjadi karena faktor lain yaitu faktor pengetahuan ibu, dimana pada
penelitian ini umur ibu masih tergolong umur kehamilan muda, bisa
sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, jadi umur ibu
53
mengenai gizi, baik ibu pada saat hamil maupun pasca melahirkan
4 orang (9,8%) memiliki baduta gizi kurang dan 37 orang (90,2%) tidak
diterima
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
54
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
(Notoatmodjo, S, 2018).
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
22 orang (61,1%) memiliki baduta gizi kurang dan 14 orang (38,9%) tidak
55
Dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan ρ=0,002<dari
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Farnita (2018)
orang ibu dengan paritas multipara mengalami gizi kurang pada badutanya
ibu dengan status gizi. Dalam penelitian ini paritas tidak menunjukkan ada
subyek yang dilakukan untuk penelitian adalah dari keluarga yang memiliki
jamkesmas, dimana keluarga ini memang dari segi ekonomi masih di bawah
terjadinya kasus gizi kurang pada baduta, tetapi karena faktor lain, yaitu
faktor sosial ekonomi yang secara tidak langsung mempengaruhi status gizi
melahirkan anak ke-4 atau lebih. Anak dengan urutan paritas yang lebih
56
Bahaya yang mungkin beresiko terhadap seorang anak timbul apabila terjadi
orang (5,0%) memiliki baduta gizi kurang dan 38 orang (95,0%) tidak
orang, terdapat 30 orang (85,7%) memiliki baduta gizi kurang dan 5 orang
pendidikan ibu yang tinggi tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang
fisik/sosial dan status pekerjaan ibu, ibu yang bekerja (terutama diluar
57
rumah) tidak mempunyai waktu yang cukup seperti ibu yang tidak bekerja
yang ada di tempat penelitian cukup baik namun dengan pendidikan yang
makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan
ada demikian juga sebaliknya Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar
58
5. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Kurang Pada Baduta
(76,5%) memiliki baduta gizi kurang dan 8 orang (23,5%) tidak mengalami
orang (14,6%) memiliki baduta gizi kurang dan 35 orang (85,4%) tidak
terdapat 41 orang ibu yang bekerja mengalami gizi kurang pada badutanya
anak terutama anak baduta, padahal masa depan kesehatan anak dipengaruhi
oleh pengasuhan dan keadaan gizi sejak usia bayi sampai nak berusia 5
tahun merupakan usia penting. Karena pada umur tersebut anak belum dapat
pengasuh atau anggota keluarga lain untuk dirawat dan diberi konsumsi
makanan yang baik. Selain itu pekerjaan seseorang dapat dipengaruhi oleh
59
tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka, kesempatan
yang lebih rendah, kualitas pangan diutamakan pada pangan padat energi
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan signifikan antara umur ibu dengan status gizi kurang pada
baduta dengan nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa dominan umur
ibu berusia <20 dan >35 tahun memiliki baduta mengalami gizi kurang
2. Ada hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi kurang
pada baduta dengan nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa dominan
3. Ada hubungan signifikan antara paritas dengan status gizi kurang pada
baduta dengan nilai p=0,002. Hal ini menunjukkan bahwa dominan ibu
4. Ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan status gizi kurang pada
baduta dengan nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa dominan ibu
5. Ada hubungan signifikan antara pekerjaan dengan status gizi kurang pada
baduta dengan nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa dominan ibu
61
61
bekerja memiliki baduta mengalami gizi kurang dibandingkan ibu yang
tidak bekerja.
B. Saran
pemberian makan balita, zat gizi yang terkandung dalam makanan, asupan
2. Ibu lebih rutin mencari informasi tentang pemenuhan zat gizi balita, manfaat
62
DAFTAR PUSTAKA
Amarita. 2018. Analisis Studi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya
karya Nasional Pangan dan Gizi VII
Arsita, 2017. Kesehatan Ibu dan Anak Berbasis Millenium Development Goals.
Jakarta: EGC.
Dedi Alamsyah, dkk. 2017. Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Pada Baduta 12-59 Tahun. Jurnal Vokasi Kesehatan Volume 1 Nomor 5
Fitri, KR. 2017. Faktor Risiko Underweight Baduta Umur 7-59 Bulan.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas. ISSN 1858-1196
I Gusti, ATS. 2018. Gambaran Status Gizi Pada Anak TK di Wilayah Kerja UPT
Kesmas Blahbatuh II Kabupaten Gianyar Tahun 2015. E-Jurnal Medika
Volume 6 Nomor 6
Lilis, Fauziah. 2017. Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang Pada Baduta Usia 24-
59 Bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jurnal Ilmiah Kedokteran Volume
4 Nomor 3.
Merryana, A. 2018. Pola Makan Pada Baduta Dengan Status Gizi Kurang di
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Tengah. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan Volume 16 Nomor 2
63
Nursalam. 2017. Ilmu Perilaku Masyarakat. Jakarta: EGC
Nina, DL. 2018. Analisis Determinan Gizi Kurang Pada Baduta di Kulon Progo
Yogyakarta. Indonesian Journal Nursing Practices Volume 1 Nomor 1
Desember 2018.
Nurul Isnaini. 2018. Hubungan Antara Pola Asuh, Pola Makan dan Penyakit
Infeksi Terhadap Kejadian Gizi Buruk Pada Baduta di Kabupaten Magetan
(Jurnal pdf).
Ursula, DM. 2018. Aspek Sosial Ekonomi dan Kaitannya Dengan Masalah Gizi
Kurang di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan
Pangan Volume 2 (3).
Wiko, S. 2017. Faktor Demografi dan Risiko Gizi Buruk dan Gizi Kurang.
Makara Kesehatan Volume 16 Nomor 2
WHO. 2021. Prevalensi Kejadian Status Gizi Kurang di Dunia dan Negara
Berkembang.
64
L
65
LAMPIRAN I
Nama :
Alamat :
Nim : 1810066
merugikan bagi saya dan keluarga pasien, sehingga pertanyaan yang akan saya
Responden
66
LAMPIRAN II
KUESIONER PENELITIAN
1. Nama :
2. Alamat :
3. No. Tlp :
7. Paritas :
b. Jumlah Keguguran :
B. Identitas Baduta
1. Nama :
2. TTL :
3. Umur :
4. Berat Badan :
5. Tinggi Badan :
67
C. Pengetahuan
No Pertanyaan Ya Tidak
Menurut ibu gizi kurang adalah baduta yang tidak sesuai √
1
umur dengan berat badan maupun tinggi badannya
Pemberian makanan baduta gizi kurang sebaiknya √
2
disesuaikan dengan Usia dan kebutuhan gizi baduta
Penderita gizi kurang sebaiknya diberikan makanan terdiri √
3
atas karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air
Baduta gizi kurang mendapatkan energi dari 3 jenis zat gizi, √
4
yaitu karbohidrat, protein dan vitamin
Baduta yang mengalami gizi kurang sebaiknya dilakukan √
5 pemberian makanan yang banyak mengandung kalsium dan
glukosa
√
√
7
X
8
9 √
X
10
√
11
X
12
√
13
√
14
√
15
68
Lampiran 3 Hasil Olah Data
Frequency Table
Umur
Pengetahuan
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
69
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Status Gizi Kurang 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%
Ya Tidak Total
Umur <20 dan >35 Tahun Count 29 5 34
Expected Count 14.5 19.5 34.0
% within Umur 85.3% 14.7% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 90.6% 11.6% 45.3%
% of Total 38.7% 6.7% 45.3%
20-35 Tahun Count 3 38 41
Expected Count 17.5 23.5 41.0
% within Umur 7.3% 92.7% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 9.4% 88.4% 54.7%
% of Total 4.0% 50.7% 54.7%
Total Count 32 43 75
Expected Count 32.0 43.0 75.0
% within Umur 42.7% 57.3% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 42.7% 57.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 46.200a 1 .000
Continuity Correctionb 43.067 1 .000
Likelihood Ratio 52.493 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 45.584 1 .000
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,51.
b. Computed only for a 2x2 table
70
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Status Gizi
75 100.0% 0 .0% 75 100.0%
Kurang
Ya Tidak Total
Pengetahuan Baik Count 4 37 41
Expected Count 17.5 23.5 41.0
% within Pengetahuan 9.8% 90.2% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 12.5% 86.0% 54.7%
% of Total 5.3% 49.3% 54.7%
Kurang Count 28 6 34
Expected Count 14.5 19.5 34.0
% within Pengetahuan 82.4% 17.6% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 87.5% 14.0% 45.3%
% of Total 37.3% 8.0% 45.3%
Total Count 32 43 75
Expected Count 32.0 43.0 75.0
% within Pengetahuan 42.7% 57.3% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 42.7% 57.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 40.044a 1 .000
Continuity Correctionb 37.132 1 .000
Likelihood Ratio 44.450 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 39.510 1 .000
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,51.
b. Computed only for a 2x2 table
71
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Paritas * Status Gizi Kurang 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%
Ya Tidak Total
Paritas Primipara Count 22 14 36
Expected Count 15.4 20.6 36.0
% within Paritas 61.1% 38.9% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 68.8% 32.6% 48.0%
% of Total 29.3% 18.7% 48.0%
Multipara Count 10 29 39
Expected Count 16.6 22.4 39.0
% within Paritas 25.6% 74.4% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 31.2% 67.4% 52.0%
% of Total 13.3% 38.7% 52.0%
Total Count 32 43 75
Expected Count 32.0 43.0 75.0
% within Paritas 42.7% 57.3% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 42.7% 57.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.628a 1 .002
Continuity Correctionb 8.233 1 .004
Likelihood Ratio 9.836 1 .002
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.500 1 .002
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,36.
b. Computed only for a 2x2 table
72
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Status Gizi
75 100.0% 0 .0% 75 100.0%
Kurang
Ya Tidak Total
Pendidikan Tinggi Count 2 38 40
Expected Count 17.1 22.9 40.0
% within Pendidikan 5.0% 95.0% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 6.2% 88.4% 53.3%
% of Total 2.7% 50.7% 53.3%
Rendah Count 30 5 35
Expected Count 14.9 20.1 35.0
% within Pendidikan 85.7% 14.3% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 93.8% 11.6% 46.7%
% of Total 40.0% 6.7% 46.7%
Total Count 32 43 75
Expected Count 32.0 43.0 75.0
% within Pendidikan 42.7% 57.3% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 42.7% 57.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 49.713a 1 .000
Continuity Correctionb 46.468 1 .000
Likelihood Ratio 57.764 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 49.050 1 .000
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,93.
b. Computed only for a 2x2 table
73
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan * Status Gizi
75 100.0% 0 .0% 75 100.0%
Kurang
Ya Tidak Total
Pekerjaan Bekerja Count 26 8 34
Expected Count 14.5 19.5 34.0
% within Pekerjaan 76.5% 23.5% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 81.2% 18.6% 45.3%
% of Total 34.7% 10.7% 45.3%
Tidak Bekerja Count 6 35 41
Expected Count 17.5 23.5 41.0
% within Pekerjaan 14.6% 85.4% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 18.8% 81.4% 54.7%
% of Total 8.0% 46.7% 54.7%
Total Count 32 43 75
Expected Count 32.0 43.0 75.0
% within Pekerjaan 42.7% 57.3% 100.0%
% within Status Gizi Kurang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 42.7% 57.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 29.053a 1 .000
Continuity Correctionb 26.580 1 .000
Likelihood Ratio 31.115 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 28.666 1 .000
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,51.
b. Computed only for a 2x2 table
74
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian dari STIK Tamalatea Makassar
75
Surat izin Penelitian Badan Kesatuan Bangasa Dan Politik
76
Surat izin Penelitian Di Puskesmas Dana
77
Saat pengisian kuisioner
78
Saat mengukur berat badan
79