Anda di halaman 1dari 54

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTORIK


KASAR BAYI USIA 6-24 BULAN DI KLINIK BABY SMILE
KABUPATEN KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak

Oleh
RIADINI WAHYU UTAMI
S021308064

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2015 to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya yang tidak bisa ternilai. Shalawat dan salam kita
ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para
pengikutnya. Tesis dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Motorik Kasar di Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar” ini dapat tersusun atas
bantuan berbagai pihak dan instansi terkait baik secara moril maupun materiil. Untuk
itu, perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan pembimbing II
4. Ir. Ruben Dharmawan, dr, PhD selaku pembimbing I atas bimbingan, masukan,
pengarahan dan motivasi bagi penulis
5. Keluarga tercinta, khususnya anakku, suami dan kedua orang tua yang selalu
memberikan dukungan serta doa yang tulus kepada penulis
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan
serta membantu dalam penyelesaian Tesis ini.
Sebagai buah karya manusia, penulis menyadari tulisan ini tidak luput dari
segala kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap adanya masukan serta saran yang
membangun demi perbaikan karya ini.

Surakarta, November 2015


Penulis

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Buah kerja keras dengan kumpulan semangat, tawa serta air mata ini
kupersembahkan untuk:
Harta paling berharga dalam hidupku, anakku Haidar Adhyastha Fawwaz.
Terimakasih karena selalu memberikan semangat agar bunda segera
menyelesaikan Tesis ini. Semoga kelak Dhyas lebih hebat dari bunda dan ayah
ya…
Suamiku tercinta, Hananto Wibowo yang tak pernah absen dalam
mengingatkanku walau kita terpisah oleh jarak.
Untuk uti, kakung di Kebumen dan uti, kakung di Jogja, terimakasih telah ikut
merawat Dhyas selama proses sekolah s2 ini. Do’a dan harapan dari kalian tetap
akan selalu Qpinta…
KeluargaQ: Om Awan terimaksih lho sudah ikut momong Dhyas. Semoga
sukses dan semakin berkembang!; Pakdhe Wegig, Budhe Aan dan semuanya.
Luv u all…

Qpersembahkan karya tulis ini untuk kalian. Terimakasih telah menemaniku 

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Riadini Wahyu Utami. S021308064. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 6-24 Bulan di Klinik Baby Smile
Kabupaten Karanganyar. Pembimbing I: Ruben Dharmawan, Pembimbing II: Bhisma
Murti. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang: Upaya kesehatan anak sejak di dalam kandungan diperlukan agar
kualitas hidup anak mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental,
emosional maupun sosial. Banyak faktor yang mempengaruhi proses perkembangan
motorik, selain faktor genetik terdapat faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan
mengoptimalkan potensi genetik yang dipunyai seorang anak. Penelitian ini bertujuan
menganalisis hubungan pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis kelamin, ASI (Air
Susu Ibu) eksklusif, riwayat penyakit infeksi, dan status gizi dengan perkembangan
motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.
Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional
dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah anak balita usia 6-24
bulan di Klinik Baby Smile Karanganyar sebanyak 100 responden pada bulan Agustus
2015. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik ganda.
Hasil: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik antara ASI
eksklusif (OR=33,77; CI 95% 5,35-213,18; p<0,001) dan status gizi (OR=7,03; CI 95%
1,19-41,70; p=0,032) dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan. Ada
hubungan antara pendidikan ibu (OR=0,31; CI 95% 0,03-4,00; p=0,373), pendapatan
keluarga (OR=7,56; CI 95% 0,18-313,73; p=0,287), jenis kelamin anak balita
(OR=0,52; CI 95% 0,15-1,72; p=0,281), dan riwayat penyakit infeksi (OR=3,07; CI
95% 0,93-10,10; p=0,065) dengan perkembangan motorik kasar anak balita usia 6 – 24
bulan namun tidak signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Bayi yang mendapat ASI eksklusif dan berstatus gizi baik mempunyai
perkembangan motorik kasar normal. Pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis
kelamin anak dan riwayat penyakit infeksi tidak berpengaruh tehadap perkembangan
motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.

Kata kunci: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, ASI eksklusif, status gizi,
perkembangan motorik kasar.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Riadini Wahyu Utami. S021308064. 2015. The Factors Affecting Gross Motor
Development of 6-24 Months Babies at Baby Smile Clinic Karanganyar. Supervisor I:
Ruben Dharmawan, Supervisor II: Bhisma Murti. Master of Public Health, Post
graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Background: The improving of children’s health since inside the womb is needed in
order to make the life quality of children can grow well physically, mentally,
emotionally, and socially. Many factors affect the motor development; beside genetic
factors, there are environmental factors. Environmental factors will optimize the
genetic potential which belongs to a child. This research aimed to analyze the
relationship between maternal education, family income, the sex of baby, exclusive
breastfeeding, history of infectious diseases, nutritional status and gross motor
development of infants aged 6-24 months.
Subjects and Methods: This study was an observational quantitative study with cross
sectional approach. The subjects were 100 children under the age of 6-24 months at the
clinic Baby Smile Karanganyar in August 2015. The analysis used was multiple logistic
of regression analysis.
Results: This study explains that there were positive and statistically significant effects
among exclusive breastfeeding (OR = 33.77; 95% CI 5.35 to 213.18; p <0.001) and
gross motor development of 6-24 months babies, the nutritional status of children and
motor development of 6-24 months babies (OR = 7.03; 95% CI 1.19 to 41.70; p=0.032).
There was a relationship between maternal education (OR = 0.31; 95% CI 0.03 to 4.00;
p = 0.373), family income (OR = 7.56; 95% CI 0.18 to 313.73; p = 0,287), sex of under
five years children (OR = 0.52; 95% CI 0.15 to 1.72; p = 0.281), history of infectious
disease (OR = 3.07; 95% CI 0.93 to 10, 10; p = 0.065) and gross motor development of
6-24 months babies, but not statistically significant.
Conclusion: The babies who are exclusively breastfed and good nutritional status have
normal gross motor development of 6-24 months babies. The maternal education, family
income, sex of children and a history of infectious disease did not affect gross motor
development of 6-24 months babies.

Keywords: Maternal educations, family income, exclusive breastfeeding, nutrition


status, gross motor development.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................... v
ABSTRACT.......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan .............................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 6
B. Penelitian yang Relevan................................................................................... 14
C. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 15
D. Hipotesis .......................................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 15
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 17
B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................... 17
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 17
D. Variabel Penelitian........................................................................................... 18
E. Definisi Operasional ........................................................................................ 18
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 19
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 21
commit to user

viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 36
LAMPIRAN

commit to user

ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks 14
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.2 Analisis Bivariat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Motorik 23
Kasar dengan Uji Chi Square
Tabel 4.3 Analisis Bivariat Pendapatan Keluarga dengan Perkembangan 23
Dengan Uji Chi Square
Tabel 4.4 Analisis Bivariat Jenis Kelamin Bayi dengan Perkembangan 24
Dengan Uji Chi Square
Tabel 4.5 Analisis Bivariat Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan 24
Motorik Kasar dengan Uji Chi Square
Tabel 4.6 Analisis Bivariat Riwayat Penyakit Infeksi dengan Perkembangan 24
Motorik Kasar dengan Uji Chi Square
Tabel 4.7 Analisis Bivariat Status Gizi dengan Perkembangan Motorik 25
Kasar dengan Uji Chi Square
Tabel 4.8 Analisis Bivariat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Motorik 25
Kasar dengan Uji Chi Square

commit to user

x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin studi pendahuluan


Lampiran 2. Surat ijin penelitian
Lampiran 3. Surat permohonan menjadi responden
Lampiran 4. Surat persetujuan menjadi responden
Lampiran 5. Kuesioner data responden
Lampiran 6. Lembar DDST

commit to user

xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu
yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk
menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir selamat. Upaya kesehatan yang
dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama
kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik
fisik, mental, emosional maupun sosial (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan saraf dan otot. Perkembangan motorik merupakan
kemampuan gerak seorang anak yang merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem tubuh yang dikontrol oleh otak
(Marimbi, 2010). Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin,
antara lain dengan menggunakan KMS untuk memantau pertumbuhan atau dengan
KKA (Kartu Kembang Anak) untuk memantau perkembangannya, dengan
demikian setiap ada penyimpangan tumbuh kembang dapat segera diketahui
(Soetjiningsih, 2012).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses perkembangan motorik, selain
faktor genetik terdapat faktor lingkungan. Dilihat dari faktor genetik, jenis kelamin
mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan bayi, dalam hal ini bayi laki-
laki lebih aktif daripada bayi perempuan. Bayi laki-laki lebih awal dalam
kemampuan mengangkat kepala, duduk dan berdiri tanpa dibantu oleh orang lain
bila dibandingkan dengan bayi perempuan (Piek, 2006; June, 2010). Menurut
Campbell (1999), salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
meningkatnya kadar testosterone pada bayi laki-laki bila dibandingkan dengan bayi
commit
perempuan. Faktor lingkungan yang to user dalam perkembangan motorik
berpengaruh

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

anak antara lain adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, ASI eksklusif, riwayat
penyakit infeksi dan status gizi. Faktor lingkungan akan mengoptimalkan potensi
genetik yang dipunyai seorang anak.
Soetjiningsih (2012), berpendapat bahwa bayi laki-laki lebih sering sakit bila
dibandingkan dengan bayi perempuan. Dalam penelitian Litmann (2013),
menyatakan bahwa terdapat korelasi antara riwayat kesakitan bayi dengan
kesehatan bayi di masa yang akan datang. Bayi yang mempunyai riwayat berat lahir
kurang dari 2500 gram dan lahir dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu lebih
banyak terserang infeksi dan gangguan sistem pernafasan pada usia 4 bulan dan
seterusnya. Riskesdas (2007), menyebutkan bahwa prevalensi penyakit tertinggi
pada balita adalah ISPA yakni lebih dari 35% dan diare adalah penyakit kedua yang
sering diderita oleh balita yaitu 16,7%. Dampak yang terjadi pada bayi dengan
ISPA dan bayi yang mengalami kejadian diare berulang adalah sama yakni
kehilangan cairan dan elektrolit. Selain itu, absorpsi mikronutrien juga terganggu
sehingga ada penurunan berat badan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, nilai
OR 18, 947 yang menunjukkan bahwa bayi yang memiliki riwayat penyakit ISPA
dan diare berpeluang 18, 947 kali mengalami tumbuh kembang yang tidak sesuai
dengan usianya dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit ISPA dan
diare (Astuti, 2011; Tregoning, 2010; WHO, 2002).
Pada masa perkembangan bayi, nutrisi menjadi kebutuhan pokok untuk
proses tumbuh kembang. Nutrisi awal yang didapat oleh bayi adalah ASI (Air Susu
Ibu). Pemberian ASI secara eksklusif tentu membawa banyak manfaat bagi
kesehatan bayi karena ASI adalah satu-satunya makanan yang dapat diserap
sempurna oleh usus bayi sehingga kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi (Apriadji,
2014). Berbagai nutrien diantaranya taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang
seperti DHA, AA, omega 3 dan omega 6 di dalam ASI dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan otak, sehingga pemberian ASI secara eksklusif
dapat mempengaruhi perkembangan bayi secara keseluruhan termasuk
perkembangan motorik bayi (Yum, 2007; Roesli, 2000). Penyapihan dini bayi dari
ASI pada sumber nutrisi yang tidak memadai seperti susu sapi yang tidak cocok
dan tidak bersih dapat menyebabkan kekurangan protein dan kekurangan gizi pada
commit
bayi (Santrock, 2011). Kekurangan gizito user
pada usia dibawah 2 tahun akan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

menyebabkan sel otak berkurang 15-20% sehingga anak kelak dikemudian hari
mempunyai kualitas otak sekitar 80-85% (Sari, 2012).
Setelah melewati enam bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dan makanan keluarga setelah bayi berusia 12 bulan.
Pendapatan keluarga berkaitan erat dengan pemenuhan nutrisi bayi. Keluarga
dengan pendapatan tinggi dapat membeli semua jenis makanan yang dibutuhkan
oleh bayi dan ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung dapat mendapatkan
banyak informasi mengenai nutrisi bayi. Hal ini berdampak pada pada status gizi
bayi. Status gizi yang buruk akan mengganggu proses perkembangan bayi (Solihin
dan Faisal, 2013; Lindawati, 2013). Hasil penelitian Hasiroh (2010), menunjukkan
bahwa terdapat kaitan antara kurang gizi pada anak usia dini dengan perkembangan
motorik, salah satunya tercermin dalam keadaan marasmus dan kwashiorkor yang
berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan nilai IQ. Bila kondisi tersebut
dibiarkan terus menerus akan berakibat pada penurunan asupan mikro/
makronutrien yang berlanjut pada gangguan neurotransmitter, gangguan pemusatan
perhatian dan penurunan integrasi sensori sehingga perkembangan motorik
terganggu.
Perkembangan motorik bayi pada tahun-tahun pertama kehidupan begitu pesat,
dan yang berperan utama dalam pengasuhan bayi adalah ibu. Ibu mempunyai
kedekatan yang lebih dalam terhadapa anak karena ibu yang melahirkan dan
menyusui. Pola pengasuhan yang diterapkan oleh ibu terhadap anak bergantung
pada pendidikan dan pengalaman ibu. Ibu yang memiliki tinggi akan mudah
menerima sumber informasi (Apriastuti, 3013; Trimanto, 2008). Sesuai dengan
teori Grossman (1970) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang cenderung
meningkatkan kesadaran akan status kesehatan sehingga demand terhadap layanan
kesehatan juga besar. Pencarian informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak pun semakin sering terjadi sehingga ibu yang berpendidikan
tinggi cenderung lebih sering menstimulasi anaknya.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan motorik
kasar bayi usia 6-24 bulan?”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
kasar bayi usia 6-24 bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan ibu dengan perkembangan
motorik bayi usia 6-24 bulan.
b. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan orangtua dengan perkembangan
motorik bayi usia 6-24 bulan.
c. Untuk menganalisis pengaruh jenis kelamin dengan perkembangan motorik
bayi usia 6-24 bulan.
d. Untuk menganalisis pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik bayi usia 6-24 bulan.
e. Untuk menganalisis pengaruh riwayat penyakit infeksi dengan
perkembangan motorik bayi usia 6-24 bulan.
f. Untuk menganalisis pengaruh status gizi dengan perkembangan motorik
bayi usia 6-24 bulan.

D. MANFAAT
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang berharga bagi
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik bayi seperti pemberian ASI eksklusif, status gizi, jenis
kelamin, riwayat kesehatan bayi, pendidikan ibu, dan sosial ekonomi.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

2. Manfaat teoritis
a. Bagi tenaga kesehatan
Membantu memberi informasi kepada tenaga kesehatan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi.
b. Bagi ibu yang memiliki bayi
Memberikan masukan kepada ibu yang memiliki bayi untuk memperhatikan
status gizi yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Perkembangan motorik bayi
a. Perkembangan motorik pada bayi
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan bayi dan semakin
matangnya fungsi syaraf di otak perkembangan motorik adalah gerakan-gerakan
tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat.
Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot
yang rumit. Ketrampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot
dan bagian badan yang terkait yaitu ketrampilan motorik kasar dan motorik
halus (Dewi, 2012; Desmita, 2006).
Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan
ketrampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan otot-otot
besar bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar. Sesuai dengan pendapat
(Darrah et.al, 1998 dan Piek, 2006), kemampuan gerak dasar dibagi menjadi
empat kategori yaitu lokomotor, nonlokomotor, manipulatif, dan koordinasi.
Kemampuan lokomotor adalah kemampuan yang digunakan untuk
memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain, contoh gerakan antara
lain adalah lompat, berjalan, berlari. Kemampuan nonlokomotor adalah gerak
berpijak tetap atau dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai,
gerak nonlokomotor seperti menenkuk, meregang, meliuk, bergoyang.
Kemampuan manipulatif adalah kemampuan gerak menggunakan alat sebagai
objek. Kemampuan gerak ini dikembangkan ketika anak sedang menguasai
beberapa objek. Contoh gerak manipulatif antara lain menendang, melempar,
menangkap, memukul.
b. Tahapan perkembangan motorik kasar bayi
Perkembangan bayi usia 0-2 tahun sangat pesat. Pada tahap ini bayi sedang
mengembangkan ikatan cinta dan kepercayaan dengan orangtua serta orang lain.
Cara orangtua berpelukan dan bermain akan memberikan dasar bagaimana bayi
berinteraksi dengan orang lain.commit to user
Pada tahun pertama, bayi belajar untuk fokus

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

pada keinginannya untuk menjangkau dan menjelajah serta mempelajari apa ada
yang disekitarnya (Brazelton, 1979, Winnicot, 1960). Seperti dijelaskan oleh
Marimbi (2010) dan Wisconsin (2008), kemampuan bayi 6 bulan umumnya
adalah duduk tanpa dibantu, tengkurap dan membalikkan badannya sendiri. Pada
saat ini bayi mulai berlatih merangkak untuk meraih benda atau mendekati
seseorang.
Saat usia bayi menginjak 9 bulan, bayi sudah dapat memposisikan dirinya
untuk duduk tanpa bantuan dan bayi mulai belajar berdiri sendiri dengan
berpegangan pada sofa, dinding atau orangtua. Pada tahapan ini bayi kerap jatuh,
namun bayi berusaha untuk berdiri kembali. Bersamaan dengan itu bayi sudah
merangkak, mengeksplor area disekitarnya (Barroso et. al, 2010; Campbell et.
al, 2002).
Memasuki usia 12 bulan, bayi sudah semakin stabil dalam memposisikan
dirinya. Bayi dapat bergerak memutar dalam kondisi duduk. Beberapa bayi
sudah mampu berjalan bahkan tanpa berpegangan dan tetap menjaga
keseimbangan. Umumnya usia ini bayi sudah dapat bergerak dari posisi duduk
ke berdiri dengan berlutut hingga akhirnya bayi berdiri (Dewi, 2012; Egeland
and Farber, 1984).
Kemampuan motorik kasar bayi usia 12-18 bulan adalah mampu berjalan
mengeksplorasi rumah seta sekeliling rumah, bayi juga dapat menyusun 2-3
kotak. Sedangkan bayi usia 18-24 bulan bayi umumnya memiliji kemampuan
untuk naik turun tangga, menyusun 6 kotak dan menunjukmata dan hidungnya.
c. Penilaian perkembangan motorik bayi
DDST (Denver Development Screening Test) merupakan salah satu
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak sejak lahir sampai 6
tahun. DDST memiliki prosedur yang sederhana dan cepat. Formulir DDST
berfungsi untuk meng-skrining beberapa masalah perkembangan anak antara
lain personal sosial, bahasa, motorik halus dan motorik kasar. Di dalam formulir
DDST, hal itu disebut dengan sektor perkembangan. Terdapat tiga kode
penilaian dalam tiap item/ kotak tugas perkembangan ini yaitu lulus (P=
Passed), gagal (F= Failed), menolak (M), atau anak tidak dapat kesempatan
commit toProsedur
melakukan tugas (NO= No Opportunity. user pertama pelaksanaan skrining
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

ini membuat garis vertikal sesuai umur bayi yang akan memotong kotak-kotak
tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah dilakukan tes, dilanjutkan
dengan menghitung nilai sesuai kriteria pada masing-masing sektor, berapa
banyak untuk nilai P dan berapa banyak nilai F yang didapat. Untuk interpretasi
hasil tes skrining DDST pada sektor perkembangan motorik ini adalah dengan
melihat nilai P serta F dan bayi dikatakan: normal bila anak gagal/ menolak
tugas pada kotak di sebelah kanan garis umur, bila anak lulus, gagal/ menolak
tugas dimana garis umur berada diantara 25-75% (warna putih); waspada apabila
anak gagal atau menolak tugas pada kotak dimana garis umur berada diantara
75-90% (warna hijau) dan terlambat bila anak gagal / menolak tugas pada item
yang berada di sebelah kiri garis umur. Bila tugas-tugas yang dikerjakan berada
pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umum (area putih di dalam kotak),
maka hal ini bukan merupakan suatu keterlambatan perkembangan, karena
terdapat kontrol lebih lanjut mengenai perkembangan selanjutnya (Drotar, 2008;
Ringwalt, 2008, Dewi, 2012).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi
a. Pendidikan ibu
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan mencakup tiga ranah
antara lain ranah kognitif yang mencerminkan pemahaman, ranah afektif yang
mencerminkan sikap dan minat terhadap sesuatu dan ranah psikomotor yang
menggambarkan ketrampilan seseorang terhadap suatu hal. Perbedaan tingkat
pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan, semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan
pengetahuan dan teknologi sehingga akan meningkatkan kesejahteraan keluarga
(Bloom, 1956; Kusmiyati, 2008; Tirtarahardja, 2010). Seperti yang
dikemukakan oleh Apriastuti (2013), Trimanto (2008), dan Grossman (1970),
bahwa pendidikan seorang ibu juga berpengaruh terhadap cara asuh terhadap
anaknya dan informasi yang ibu dapat. Bila pendidikan ibu tinggi pendidikan
maka akan meningkatkan kesadaran akan status kesehatan keluarganya dan ibu
commit
cenderung lebih sering menstimulasi to user
anaknya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan


berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang dicapai dan
kemampuan yang dikembangakan. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003, jalur
pendidikan dibagi menjadi jalur formal, jalur informal dan jalur non formal.
Untuk jalur formal antara lain: a) Pendidikan dasar (9 tahun), yaitu pendidikan
yang diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk
hidup dalam bermasyarkat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan
ketrampilan dasar. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang
sederajat; b) Pendidikan menengah, yakni pendidikan yang berfungsi sebagai
lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan keatas
memepersiapakan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti SMA, MAN, SMK,
MAK atau bentuk lain yang sederajat; c) Pendidikan tinggi, pendidikan ini
merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau
kesenian. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas.
b. Pendapatan orangtua
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi.
Pendapatan adalah salah satu tolok ukur ekonomi suatu keluarga. Pendapatan
keluarga adalah pendapatan yang diperoleh suami yang bekerja dapat pula
ditambah dengan pendapatan yang diperoleh karena istri yang bekerja.
Pendapatan keluarga diukur dengan banyaknya akumulasi pendapatan keluarga,
setelah dikonversi menjadi per bulan, sehingga satuannya rupiah per bulan.
Pendapatan bulanan atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Karanganyar
adalah Rp. 1.226.000,- (Andini, 2014; Banadji, 2015; Keputusan Gubernur Jawa
commit to user
Tengah Nomor 560/ 85 Tahun 2014).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Peningkatan pendapatan rumah tangga menentukan kesejahteraan


keluarga. Keluarga dengan pendapatan cukup akan berkaitan dengan
kemampuan memberikan makanan yang bernutrisi bagi anggota keluarga
dimana makanan berdampak pada status gizi bayi sehingga secara tidak
langsung mempengaruhi perkembangan motorik bayi. Anak yang tumbuh dalam
keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara anggota
keluarga yang lain. Anak dibawah usia dua tahun merupakan usia paling rentan
terhadap perubahan keadaan gizi dan kesehatan. Jika pada masa tersebut anak
tidak mendapatkan energi dan zat gizi baik maka akan mudah mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Susanti, 2014, Susanty dan Ani,
2012; Kartika, 2002).
Pendapatan di dalam suatu keluarga juga berkontribusi dalam
perkembangan bayi. Keluarga dengan pendapatan cukup memungkinkan
orangtua memberikan alat permainan sebagai sarana stimulasi perkembangan
anak. Keluarga tersebut juga cenderung menyekolahkan anaknya pada
pendidikan usia dini yang mana secara tidak langsung anak tersebut lebih sering
berinteraksi dengan lingkungan sehingga stimulasi perkembangan terjadi, baik
interaksi fisik maupun verbal. Perkembangan bayi dapat optimal bila orangtua
atau lingkungan memberikan pengasuhan yang baik (Freitas, 2013; Briawan,
2013; Martani, 2012; Hastuti, 2009; Ernawati, 2006).
c. Jenis kelamin
Setiap bayi yang sehat mempunyai pola perkembangan yang sama, mulai
dari tengkurap, merangkak, berjalan dan seterusnya, namun faktor herediter
seperti jenis kelamin mempunyai pengaruh yang berbeda. Seperti halnya pada
remaja, perubahan sistem endokrin mempengaruhi produksi dan kinerja hormon
yang lain, pun bila ada gangguan pada sistem endokrin tersebut. Pertumbuhan
dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan
sampai waktu tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh hormon testosteron yang
lebih tinggi pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan. Bayi atau
anak laki-laki lebih tertarik pada kegiatan yang terorganisir, menjadi lebih
commit pada
agresif dan impulsif bila dibandingkan to user
bayi perempuan yang lebih senang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

pada kegiatan yang tenang dan nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa bayi laki-
laki lebih menunjukkan perannya dan punya kesenangan yang lebih terhadap
sesuatu yang menantang sehingga bayi laki- laki lebih aktif (Nurdiah, 2014;
Alexander and Wilcox, 2012; Batubara, 2010; Spinillo, 2009; Miller et al., 2006;
Alimul, 2006; Conellan et al., 2000; Campbell, 1999; Thomas et al., 1985).
d. Riwayat penyakit infeksi
Pada periode pascanatal, perkembangan motorik awal bayi adalah reflek
primitif dan reflek postural. Reflek primitif timbul sejak masa empat bulan
terakhir masa prenatal sampai empat bulan postnatal, mulai menghilang dalam
umur kurang lebih tiga bulan, diganti oleh reflek postural yang terdiri dari reflek
righting yang mulai muncul pada umur 3-9 bulan serta reflek proteksi dan
keseimbangan pada umur 6-18 bulan, dan akhirnya berkembang menjadi gerak
yang sempurna (Hutahean, 2007). Perkembangan pada masa tersebut dapat
terganggu apabila bayi menderita suatu penyakit terutama penyakit infeksi
seperti ISPA dan diare. ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
atau virus dengan gejala yang timbul antara lain hidung tersumbat atau berair,
batuk, nyeri tenggorakan dan infeksi saluran pernafasan ini timbul 14 hari. Diare
adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor antara lain makanan.
BAB lebih dari lima kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair merupakan
gejala dari diare. Diare dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan dan
absorpsi nutrisi dalam usus tidak maksimal. Kejadian diare berulang dapat
mengarah ke KEP bahkan kematian pada bayi. Bayi atau anak dapat mengalami
stress berkepanjangan akibat dari penyakitnya. Perawatan kesehatan yang
teratur, tidak saja bila bayi sakit akan menunjang perkembangan bayi
(Soetjiningsih, 2012; Hasyuti, 2011).
e. Pemberian ASI eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) eksklusif menurut WHO (World Health Organization)
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6
bulan sistem pencernaan bayi belum berfungsi dengan sempurna, dan akan
menimbulkan reaksi seperti alergi bila bayi diberikan makanan selain ASI. Para
commit toterhadap
ahli anak telah mengadakan penelitian user keunggulan ASI, antara lain:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi termasuk
kadar laktosa yang tinggi sehingga memudahkan penyerapan berbagai jenis
mineral, ASI mengandung berbagai antibodi yang dapat melindungi bayi dari
penyakit infeksi, ASI tidak mengandung beta laktoglobulin sehingga risiko
alergi pada bayi sangat kecil. Selain lebih ekonomis dan praktis, ASI dapat
menjadi perantara untuk menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi (Marimbi,
2010; Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2012).
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada akan berpengaruh
positif pada kesehatan dan status gizi bayi. Pemberian ASI secara eksklusif
mendukung pertumbuhan bayi, meningkatkan perkembangan sel otak,
perkembangan bahasa, dan perkembangan motorik bayi karena ASI
mengandung berbagai nutrien diantaranya taurin, laktosa dan asam lemak ikatan
panjang seperti DHA, AA, omega 3 dan omega 6 yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan otak, sehingga pemberian ASI secara eksklusif
dapat mempengaruhi perkembangan bayi secara keseluruhan termasuk
perkembangan motorik kasar bayi (Roesli, 2000; Yum, 2007; Olof, et al., 2013;
Mary et al., 2012).
f. Status gizi
Nutrisi memegang peranan penting pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Selama periode perkembangan prenatal, kekurangan nutrisi akan
mempengaruhi perkembangan pada implantasi ovum hingga melahirkan. Masa
pertumbuhan pada bayi membutuhkan kalori yang cukup dan terdapat kaitan
antara berat badan yang lebih serta tingginya kadar subkutan terhadap penurunan
perkembangan motorik, seperti pada kondisi marasmus dan kwashiorkor yang
berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan nilai IQ. Bila kondisi
tersebut dibiarkan terus menerus akan berakibat pada penurunan asupan mikro/
makronutrien yang berlanjut pada gangguan neurotransmitter, gangguan
pemusatan perhatian dan penurunan integrasi sensori sehingga perkembangan
motorik terganggu (Hasiroh, 2010; Marimbi, 2010; Meghan et al., 2012;
Hidayah, 2013; Solihin dan Faisal, 2013).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Salah satu indikator dalam penilaian status gizi adalah dengan


menggunakan metode penilaian antropometri. Penilaian ini relatif mudah dan
cepat serta digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Untuk membantu
dalam menginterpretasi data antropometri, pengukuran umumnya dinyatakan
sebagai suatu indeks seperti berat badan menurut umur. Umur sangat memegang
peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Ketentuan umur bayi atau anak 1 tahun adalah
12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Bila kurang dari 15 hari maka dibulatkan
kebawah, bila lebih dari sama dengan 15 hari dibulatkan ke bulan selanjutnya
(Sudiman, 2006; Supariasa, 2006; Soetjiningsih, 2012).
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan, karena berat badan dapat memberikan gambaran keadaan saat
ini. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun karena konsumsi makan yang menurun. Pada masa
bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,
edema dan adanya tumor (WHO, 1986; Woodruff dan Duffied, 2002; Onis, et
al., 2006; Mei dan Laurence, 2007; Proverawati, 2010)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan menurut Gizi buruk <-3 SD
umur (BB/U) Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak usia 0-60 bulan Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih > 2 SD

Panjang badan Sangat pendek <-3 SD


menurut umur Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
(PB/U) atau tinggi Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
badan menurut umur Tinggi >2 SD
(TB/U)
Anak usia 0-60 bulan

Berat badan menurut Sangat kurus <-3 SD


panjang badan Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
(BB/PB) atau Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
(BB/TB) Gemuk >2 SD
Anak usia 0-60 bulan

Indeks masa tubuh Sangat kurus <-3 SD


menurut umur Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
(IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak usia 0-60 bulan Gemuk >2 SD

Indeks masa tubuh Sangat kurus <-3 SD


menurut umur Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
(IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak usia 5-18 tahun Gemuk >2 SD
Obesitas

Sumber: Depkes RI, 2010

B. PENELITIAN RELEVAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Usia 12-18
Bulan Di Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin (Kartika dan Latinulu, 2002), dengan
hasil terdapat perbedaan signifikan pada antara status gizi dengan perkembangan
motorik bayi yang dilihat dari angka kecukupan konsumsi energi dan protein. Pada
keluarga miskin terdapat 6 bayi (40%) yang memiliki status gizi kurang dan
mengalami keterlambatan perkembangan motorik. Persamaan penelitian ini dengan
commit to user
penelitian yang terdahulu adalah pada variabel dependennya yakni perkembangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

motorik bayi serta adanya korelasi antara status gizi dengan perkembangan motorik
kasar bayi. Sedangkan perbedaannya adalah pada waktu, tempat dan sampel
penelitian serta pada variabel independen yaitu pemberian ASI eksklusif, jenis
kelamin, riwayat penyakit infeksi, dan pendidikan ibu.

C. KERANGKA PIKIR

Pemberian ASI eksklusif Jenis Kelamin Pendidikan ibu

Imunitas bayi Peningkatan hormone testosteron Sadar informasi


baik

Riwayat kesehatan bayi Perkembangan motorik kasar bayi Stimulasi bayi

Status Gizi Makanan bernutrisi Beli alat permainan

Pendapatan orangtua

Keterangan:
: Mempengaruhi
: Tidak diteliti

D. HIPOTESIS
Sesuai dengan pemikiran yang dikemukakan dalam landasan teori diatas maka
perumusan hipotesis yang akam diuji kebenarannya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan ibu diatas SMA berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik
kasar bayi usia 6-24 bulan.
2. Pendapatan orangtua ≥Rp.1.226.000,- berpengaruh positif terhadap
perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.
3. Bayi berjenis kelamin laki-laki berpengaruh positif terhadap perkembangan
commit to user
motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

4. Bayi yang tidak pernah menderita penyakit infeksi berpengaruh positif terhadap
perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.
5. ASI eksklusif berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik kasar bayi
usia 6-24 bulan.
6. Status gizi berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik kasar bayi usia
6-24 bulan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan
cross sectional, karena meneliti variabel bebas pendidikan ibu, pendapatan
orangtua, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, pemberian ASI eksklusif, serta
status gizi dan variabel terikat perkembangan motorik dalam satu waktu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar.
2. Waktu
1-6 Agustus 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Bayi usia 6-24 bulan di Klinik Baby Smile pada bulan Agustus 2015 yakni
sebanyak 500 bayi.
2. Sampel
Bayi usia 6-24 bulan yang datang ke Klinik Baby Smile Kabupaten
Karanganyar. Menurut Murti (2013), rasio subjek penelitian dalam analisis
multivariat adalah:
n = 15 – 20 subjek per variabel independen
sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 subjek yang datang
ke Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar serta memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
Bayi yang berusia 6-24 bulan dan sehat.
b. Kriteria eksklusi
commit
Bayi yang retardasi mental dan bayitodengan
user cacat fisik.

17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

D. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen: perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan
2. Variabel independen: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis kelamin, ASI
eksklusif, riwayat penyakit infeksi, dan status gizi.

E. Definisi Operasional
1. Pendidikan ibu
a. Definisi: Pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh ibu dari subjek
penelitian.
b. Alat ukur: Kuesioner
c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: pendidikan dasar dan menengah
(SD dan SMP) dan nilai 1: pendidikan lanjutan (SMA/SMK).
2. Pendapatan orangtua
a. Definisi: Pendapatan yang diperoleh orangtua (ayah dan ibu) subjek penelitian
dalam kurun waktu 1 bulan.
b. Alat ukur: Kuesioner
c. Skala data: Kontinu. Untuk keperluan pengolahan data maka data kontinu
diubah menjadi data nominal dikotomi dengan nilai 0: dibawah UMK
Kabupaten Karanganyar (Rp. 1.226.000,-) dan nilai 1: lebih dari sama dengan
UMK Kabupaten Karanganyar (Rp. 1.226.000,-).
3. Jenis kelamin
a. Definisi: Jenis kelamin subjek penelitian.
b. Alat ukur: Kuesioner
c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: perempuan dan nilai 1: laki-laki
4. ASI eksklusif
a. Definisi: Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun
termasuk susu formula dan air putih pada subjek penelitian.
b. Alat ukur: Kuesioner
c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: tidak ASI eksklusif dan nilai 1:
ASI eksklusif.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

5. Riwayat penyakit infeksi


a. Definisi: Riwayat subjek penelitian mengalami penyakit infeksi seperti ISPA
(batuk pilek selama 14 hari) dan diare (BAB lebih dari 4 kali dalam sehari dan
konsistensi cair) dari semenjak lahir sampai dengan saat penelitian.
b. Alat ukur: Kuesioner
c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: pernah menderita ISPA atau diare
atau keduanya dan nilai 1: tidak pernah menderita ISPA atau diare.
6. Status gizi
a. Definisi: Penilaian status gizi pada subjek penelitian dengan rumus BB/U.
b. Alat ukur: Infant baby scale
c. Skala data: Kontinu. Untuk keperluan pengolahan data, data kontinu diubah
menjadi data nominal dikotomi dengan nilai 0: status gizi abnormal dan nilai 1:
status gizi normal.
7. Perkembangan motorik
a. Definisi: Kemampuan bayi dalam menggerakkan otot tubuh seperti duduk,
merangkak, berdiri, berjalan dan berlari.
b. Alat ukur: Denver Development Screening Test II (DDST)
c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: terlambat perkembangan, dicurigai
(suspect terlambat perkembangan) dan nilai 1: normal

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Pengambilan data primer untuk mengetahui perkembangan bayi pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test)
untuk mengetahui apakah perkembangan bayi sesuai dengan usianya atau ada
keterlambatan. Untuk data mengenai pendidikan terakhir ibu, pendapatan
orangtua, jenis kelamin bayi, riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian ASI
dan status gizi diperoleh dari wawancara kepada ibu bayi secara langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah kunjungan bayi di Klinik
commit
Baby Smile Kabupaten Karanganyar to user
bulan April 2015.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar DDST II (Denver
Development Screening Test), kuesioner yang berisi tentang pernyataan
mengenai pendidikan terakhir ibu, pendapatan orangtua, jenis kelamin bayi,
riwayat penyakit infeksi, dan riwayat pemberian ASI serta infant baby scale
untuk mengukur status gizi.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Pendidikan terakhir ibu
Data ini didapat dengan wawancara langsung kepada ibu, apakah ibu sudah lulus
SMA/ sederajat atau SMP/ sederajat atau SD/ sederajat atau belum lulus SD atau
sudah lulus S1 atau Diploma.
b. Pendapatan orangtua
Data ini didapat dengan wawancara langsung kepada ibu tentang pendapatan ibu
selama sebulan atau suami selama sebulan atau ibu dan suami selama sebulan.
c. Jenis kelamin bayi
Data ini didapat dengan cara melihat pada buku KMS atau buku KIA milik bayi.
d. ASI eksklusif
Data ini didapat dengan cara wawancara langsung kepada ibu apakah setelah
bayi baru lahir sampai dengan usia enam bulan bayi pernah diberikan air putih
atau susu formula atau makanan pendamping seperti bubur, pisang, atau nasi.
e. Riwayat penyakit infeksi
Data ini didapat dari buku KIA atau menanyakan langsung kepada ibu apakah
anaknya pernah menderita batuk, sesak nafas, hidung tersumbat atau berair
dengan lama 14 hari dan diare (BAB >5 kali dalam 24 jam dan konsistensi cair)
sejak bayi baru lahir hingga penelitian ini dilakukan.
f. Status gizi
Status gizi didapat dengan rumus BB/U dimana berat badan bayi diukur dengan
menggunakan infant baby scale yang sudah dipastikan sebelumnya bahwa jarum
ada pada angka nol dan alat tersebut bebas dari pemberat seperti pengalas. Saat
bayi dilakukan penimbangan, terlebih dahulu meminimalkan atau menanggalkan
berat tambahan seperti mainan atau sepatu bayi. Untuk usia bayi didapat dari
penghitungan tanggal lahir bayi commit
hingga to user dilakukan pemeriksaan. Patokan
tanggal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

usia bayi dalam satu bulan adalah 30 hari, bila dalam penghitungan usia kurang
dari 15 hari maka dibulatkan kebawah, dan bila ≥15 hari dibulatkan
keatas.untuk penyajian status gizi dengan ambang batas Z-score.
g. Perkembangan motorik bayi
Pada lembar DDST ditarik garis vertikal sesuai usia bayi sehingga memotong
kotak-kotak tugas perkembangan formulir DDST. Setelah itu dinilai apakah bayi
dapat melewati tugas perkembangan pada sektor motorik kasar dengan kriteria
penilaian: P (Passed) atau L (Lulus) bila bayi mampu melewati tugas dan F
(Failed) atau G (Gagal) bila bayi belum mampu melakukan tugas perkembangan
dan R (refusal) atau M (Menolak) bila bayi menolak untuk melakukan tugas
perkembangan pada sektor motorik kasar. Interpretasi hasil tes skrining DDST
pada sektor perkembangan motorik kasar ini adalah dengan melihat nilai P serta
F dan bayi dikatakan: normal bila anak gagal/ menolak tugas pada kotak di
sebelah kanan garis umur, bila anak lulus, gagal/ menolak tugas dimana garis
umur berada diantara 25-75% (warna putih); waspada apabila anak gagal atau
menolak tugas pada kotak dimana garis umur berada diantara 75-90% (warna
hijau) dan terlambat bila anak gagal / menolak tugas pada item yang berada di
sebelah kiri garis umur.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan komputerisasi, dan langkah-langkah analisis
data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada
secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang
dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu,
pendapatan orangtua, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, pemberian ASI
eksklusif dan status gizi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua
variabel antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang digunakan pada
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

analisis bivariat ini dengan menggunakan uji Chi Square untuk menentukan
hubungan dua gejala atau tata jenjang dengan data berskala nominal.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Uji statistik ini menggunakan uji regresi logistik
berganda. Analisis regresi logistik berganda digunakan untuk mendapatkan nilai
odds ratio ( Exponen β) yang telah disesuaikan. Regresi logistik ganda adalah
bagian dari analisis regresi, dimana variabel dependen merupakan variabel
dikotomi. Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen yang dilihat dari besarnya r².

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar yang
terletak di jalan Kabupaten Karanganyar. Klinik ini melayani pijat bayi, terapi uap,
dan baby spa.

B. HASIL PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah 100 bayi usia 6 – 24 bulan yang datang ke
Klinik Baby Smile pada tanggal 1-6 Agustus 2015. Bayi yang datang ke klinik yang
menjadi sampel telah memenuhi kriteria inklusi.
1. Gambaran distribusi frekuensi

Tabel 4.1 Karakteristik Responden


No. Variabel N %
1 Pendidikan ibu
Pendidikan dasar 8 8
Pendidikan lanjutan 92 92
2 Pendapatan keluarga
< UMK 3 3
≥ UMK 97 97
3 Jenis kelamin
Laki-laki 56 56
Perempuan 44 44
4 ASI eksklusif
Ya 48 48
Tidak 52 52
5 Riwayat penyakit infeksi
Pernah sakit 38 38
Tidak pernah sakit 62 62
6 Status gizi
Normal 85 85
Abnormal 15 15

Tabel 4.1 Menunjukkan sebagian besar subjek penelitian memiliki latar


belakang pendidikan lanjutan dan pendapatan keluarga yang tinggi pula, sedangkan
proporsi jumlah subjek penelitian laki-laki dan perempuan hampir sama. 48 dari
100 subjek penelitian pada penelitian ini mendapat ASI eksklusif hingga 6 bulan
commit to user
dan 15 % responden memiliki status gizi kurang dan lebih. 62% subjek penelitian

23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti ISPA dan diare dari lahir hingga
penelitian dilakukan.

2. Pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar


Tabel 4.2. Analisis Bivariat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Motorik
Kasar dengan uji Chi Square
Pendidikan ibu Perkembangan Motorik Kasar Total OR p
Terlambat Normal
N % N % N %
Dasar 2 2 6 6 8 8 0,94 0,946
Lanjutan 24 24 68 68 92 92
Total 26 26 74 74 100 100
Sumber: Data Primer Agustus 2015

Berdasarkan tabel diatas, terdapat hubungan negatif antara pendidikan ibu


dan perkembangan motorik kasar balita usia 6-24 bulan meskipun secara
statistik tidak signifikan. Anak balita umur 6-24 bulan yang ibunya
berpendidikan SMA keatas memiliki kemungkinan untuk mempunyai
perkembangan motorik kasar normal 0,9 kali lebih kecil daripada pendidikan
dibawah SMA (OR= 0,94; CI 95% 0,18 – 5,00; p= 0,946). Hasil analisis tentang
hubungan variabel dengan p=0,946 mengandung arti bahwa hasil tersebut tidak
bisa diandalkan, karena peristiwa mendapat hasil seperti itu karena kemungkinan
peluang sangat besar yaitu 946 kebetulan dari 1000 peristiwa.

3. Pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik kasar


Tabel 4.3. Analisis Bivariat Pendapatan Keluarga dengan Perkembangan
Motorik Kasar dengan uji Chi Square
Perkembangan Motorik Kasar Total OR p
Pendapatan Terlambat Normal
keluarga N % N % N %
< UMK 2 2 1 1 3 3 6,08 0,103
≥ UMK 24 24 73 73 97 97
Total 26 26 74 74 100 100
Sumber: Data Primer Agustus 2015

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa pendapatan lebih dari UMK mempunyai


hubungan yang positif dengan perkembangan anak balita meski secara statistik
tidak signifikan (p=0,103). Anak balita umur 6-24 bulan yang keluarganya
mempunyai pendapatan diatas UMK memiliki kemungkinan untuk mempunyai
perkembangan motorik kasar normal 6,10 kali lebih besar daripada balita yang
pendapatan keluarganya kurang dari UMK (OR= 6,08; CI 95% 0,53 – 70,01;
p=0,103).

4. Jenis kelamin dengan perkembangan motorik kasar


Tabel 4.4. Analisis Bivariat Jenis Kelamin Bayi dengan Perkembangan Motorik
Kasar dengan uji Chi Square
Perkembangan Motorik Kasar Total OR p
Jenis kelamin Terlambat Normal
bayi N % N % N %
Perempuan 10 10 34 34 44 44 0,68 0,394
Laki-laki 17 17 39 39 56 56
Total 27 27 73 73 100 100
Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki


kecenderungan perkembangan motorik kasarnya 0,68 kali lebih kecil daripada
bayi perempuan (OR=0,68; CI 95% 0,27 – 1,67; p= 0,394).

5. Riwayat pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar


Tabel 4.5. Analisis Bivariat Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan
Motorik Kasar dengan uji Chi Square
Riwayat Perkembangan Motorik Kasar Total OR p
pemberian ASI Terlambat Normal
eksklusif N % N % N %
Ya 24 24 24 24 48 48 25,0 <0,001
Tidak 2 2 50 50 52 52
Total 26 26 74 74 100 100
Sumber: Data Primer Agustus 2015

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat hubungan positif dan signifikan secara


statistik antara pemberian ASI commit to dengan
eksklusif user perkembangan motorik kasar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bayi usia 6 – 24 bulan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki


kemungkinan perkembangan motorik kasar yang normal 25 kali lebih besar
daripada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif (OR= 25,00; CI 95% 5,45 –
114,58; p<0,001).

6. Riwayat penyakit infeksi dengan perkembangan motorik kasar


Tabel 4.6. Analisis Bivariat Riwayat Penyakit Infeksi dengan Perkembangan
Motorik Kasar dengan uji Chi Square
Riwayat Perkembangan Motorik Kasar Total OR p
penyakit Terlambat Normal
infeksi N % N % N %
Ya 17 17 21 21 38 38 4,77 0,001
Tidak 9 9 53 53 62 62
Total 26 26 74 74 100 100
Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan


signifikan secara statistik antara riwayat penyakit infeksi dan perkembangan
motorik kasar bayi usia 6 – 24 bulan. Bayi usia 6 – 24 bulan yang tidak pernah
menderita penyakit infeki seperti ISPA dan diare memiliki kemungkinan
perkembangan motorik kasarnya normal 4,77 kali lebih besar daripada bayi yang
pernah menderita ISPA atau diare sejak lahir hingga penelitian dilakukan (OR=
4,77; CI 95% 1,84 – 12,36; p=0,001).

7. Status gizi dengan perkembangan motorik kasar


Tabel 4.7. Analisis Bivariat Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar
dengan uji Chi Square
Perkembangan Motorik Kasar Total OR p
Status gizi Terlambat Normal
N % N % N %
Abnormal 7 7 8 8 15 15 3,04 0,048
Normal 19 19 66 66 85 85
Total 26 26 74 74 100 100
Sumber: Data Primer Agustus 2015
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan secara statistik antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar
commit to user
bayi usia 6 – 24 bulan. Bayi usia 6 – 24 bulan yang status gizinya normal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memiliki kemungkinan 3,04 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya


normal daripada bayi yang mempunyai status gizi kurang atau lebih (OR= 3,04;
CI 95% 0,97 – 9,46; p= 0,048).

8. Analisis multivariat
Analisis multivariat adalah kelanjutan dari analisis bivariat yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang
signifikansinya <0,05 adalah variabel pemberian ASI eksklusif dan status gizi.

Tabel 4.8. Analisis Multivariat Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perkembangan Motorik Kasar yang Normal dengan Uji Regresi Logistik
Berganda
Exp (b) CI 95%
Variabel independen Batas Batas p
OR
bawah atas
Pendidikan ibu ( ≥ SMA) 0,31 0,03 4,00 0,373
Pendapatan keluarga (≥ Rp. 1.226.000,-) 7,56 0,18 313,73 0,287
Jenis kelamin bayi (laki-laki) 0,52 0,15 1,72 0,281
ASI eksklusif 33,77 5,35 213,18 <0,001
Riwayat tidak pernah menderita penyakit infeksi 3,07 0,93 10,10 0,065
Status gizi (normal) 7,03 1,19 41,70 0,032
N observasi 100
-2log likehood 71,7
Nagelkerke R square 51,2%
Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.8 menyajikan hasil analisis regresi logistik ganda faktor-faktor


yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar yang normal pada anak balita
usia 6 – 24 bulan. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, jenis kelamin bayi, pemberian ASI eksklusif, riwayat penyakit infeksi,
dan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita usia 6-24 bulan.
Hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar anak
memiliki hubungan negatif dan pengaruh sedang, namun secara statistik tidak
signifikan (OR= 0,31; CI 95% 0,03-4,00; p= 0,373).
Anak balita yang pendapatan keluarga ≥ UMK mempunyai kemungkinan
commit to user
7,56 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya normal daripada anak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

balita yang keluarganya berpendapatan kurang dari UMK. Hubungan


pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik kasar memiliki pengaruh
positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan (OR=7,56; CI 95%
0,18-313,73; p=0,287).
Anak balita yang berjenis kelamin laki-laki memiliki kemungkinan
perkembangan motorik kasarnya normal 0,52 kali lebih kecil daripada anak
balita perempuan. Hubungan jenis kelamin anak balita dengan perkembangan
motorik kasar memiliki pengaruh negatif dan sedang namun secara statistik tidak
signifikan (OR= 0,52; CI 95% 0,15-1,72; p= 0,281).
Pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga 6 bulan memiliki kemungkinan
33,77 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya normal daripada tidak
diberikan ASI eksklusif. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik kasar memiliki pengaruh positif dan sangat kuat, secara
statistik signifikan (OR= 33,77; CI 95% 5,35-213,18; p<0,001).
Anak balita yang tidak pernah menderita penyakit infeksi memiliki
kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal 3,07 kali lebih besar
daripada anak balita yang pernah sakit. Hubungan riwayat penyakit infeksi
dengan perkembangan motorik kasar memiliki pengaruh yang kuat dan positif,
namun secara statistik tidak signifikan (OR=3,07; CI 95% 0,93-10,10; p=0,065).
Status gizi normal anak balita memiliki kemungkinan perkembangan
motorik kasarnya normal 7,03 kali lebih besar daripada anak balita yang status
gizinya kurang atau lebih. Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik
kasar memiliki pengaruh yang positif dan kuat, secara statistik signifikan
(OR=7,03; CI 95% 1,19-41,70; p= 0,032).
Nilai -2log likelihood merupakan parameter yang menunjukkan kesesuaian
antara model analisis regresi logistik dan sampel yang dianalisis, makin kecil
parameter tersebut, makin sesuai antara model dan datanya. Pada penelitian ini
nilai -2log likelihood 71,7 yang mengandung arti bahwa model ini cukup baik
untuk menggambarkan data/ hubungan variabel di dalam sampel karena nilainya
<100 sebagai batasan. Nilai Nagelkerke R square 51,2% mengandung arti
bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model (pendidikan ibu,
commitbayi,
pendapatan keluarga, jenis kelamin to user
pemberian ASI eksklusif, riwayat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyakit infeksi, dan status gizi) secara bersama mampu menjelaskan variasi di
dalam perkembangan motorik kasar bayi usia 6 – 24 bulan.

C. PEMBAHASAN
1. Hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar
anak balita usia 6-24 bulan
Pendidikan memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Perbedaan pendidikan menyebabkan perbedaan
penahaman, persepsi, dan pengetahuan kesehatan. Pendidikan seorang ibu juga
berpengaruh terhadap cara asuh terhadap anaknya. Bila pendidikan ibu tinggi
maka akan meningkatkan kesadaran akan status kesehatan keluarganya dan ibu
cenderung lebih sering menstimulasi anaknya (Trimanto, 2008 dan
Grossman,1970).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat 92 subjek
penelitian yang ibunya lulus pendidikan lanjutan dan 8 subjek dengan ibu yang
hanya lulus pendidikan dasar. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar
anak balita (OR=0,31; CI 95% 0,03-4,00; p=0,373), dengan demikian ibu yang
lulus ≥ SMA memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasar anaknya
normal yakni 0,31 kali lebih kecil daripada <SMA. Hubungan antara pendidikan
ibu dengan perkembangan motorik kasar anak balita menunjukkan bahwa
pendidikan ibu memiliki pengaruh yang negatif dan sedang terhadap
perkembangan motorik kasar anak balita, namun secara statistik tidak signifikan.
Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Carneiro et.al (2011) dalam
studinya yakni pendidikan ibu cukup berperan dalam perkembangan kognitif
dan motorik anak, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik (p>0,05).
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Apriatuti (2013) di Kabupaten
Boyolali, didapatkan hasil yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
perkembangan anak (p<0,001). Adanya perbedaan hasil tersebut adalah karena
faktor kebetulan yang besar.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik


kasar anak balita usia 6-24 bulan
Pendapatan berpengaruh dalam perkembangan bayi. Keluarga dengan
pendapatan cukup memungkinkan orangtua memberikan alat permainan sebagai
sarana stimulasi perkembangan anak. Keluarga tersebut juga cenderung
menyekolahkan anaknya pada pendidikan usia dini yang mana secara tidak
langsung anak tersebut lebih sering berinteraksi dengan lingkungan sehingga
stimulasi perkembangan terjadi, baik interaksi fisik maupun verbal
(Freitas, 2013).
Presentasi subjek penelitian yang mempunyai keluarga dengan pendapatan
lebih dari UMK dibandingkan kurang dari UMK adalah 97 dibanding 3 subjek.
Analisis hubungan antara pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik
kasar anak balita bahwa anak balita yang keluarganya mempunyai pendapatan
≥UMK memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal 7,56
kali lebih besar daripada yang kurang dari UMK. Hasil statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan kuat, namun secara statistik tidak
signifikan (OR=7,56; CI 95% 0,18-313,73; p=0,287). Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Briawan (2013), di dalam studinya dijelaskan bahwa anak
yang mempunyai keluarga dengan pendapatan kurang, perkembangan anaknya
adalah normal (p>0,05).
Berbeda dengan hasil studi yang dilakukan oleh Kartika dan Latinulu
(2002) di Kabupaten Ciomas, Bogor, dari total subjek 43 anak balita, didapat
75% sampel dari keluarga miskin mempunyai kemampuan motorik kasar yang
lambat dan 25% dari keluarga yang tidak miskin. Sebaliknya terdapat 65%
sampel dari keluarga tidak miskin memunyai perkembangan motorik kasar
normal, sedangkan dari keluarga miskin hanya 35% (OR=5,6; CI 95% 1,13-
2,06; p<0,05).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Hubungan antara jenis kelamin bayi dengan perkembangan motorik kasar


anak balita usia 6-24 bulan
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah faktor genetik, dalam hal ini jenis kelamin anak juga berperan.
Perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung
lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai
waktu tertentu (Campbell, 1999; Nurdiah, 2014). Conellan (2000), dalam
studinya mengemukakan bahwa bayi laki-laki lebih cenderung untuk bergerak
(berpindah-pindah) dibandingkan dengan bayi perempuan. Hal yang sama juga
dijelaskan oleh McIntyre dan Edwards (2009), anak laki-laki lebih banyak
menghabiskan waktu diluar rumah. Selain itu anak laki-laki lebih senang
bermain senjata mainan serta kendaraan yang banyak melibatkan gerak fisik
dibandingkan dengan anak perempuan. Lebih cepatnya perkembangan motorik
kasar anak balita laki-laki disebabkan oleh hormon testosteron yang lebih tinggi
pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan sehingga anak balita
perempuan lebih senang pada kegiatan yang tenang dan nyaman (Alexander dan
Wilcox, 2012).
Pada penelitian ini, hasil analisis hubungan antara jenis kelamin anak
balita dengan perkembangan motorik kasar didapatkan hasil terdapat hubungan
dengan kedua variabel tersebut, yaitu anak balita yang berjenis kelamin laki-laki
memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal setengah kali
lebih kecil daripada anak balita berjenis kelamin perempuan. Hasil tersebut tidak
dapat diandalkan secara statistik (OR=0,52; CI 95% 0,15-1,72; p=0,281).
Presentasi subjek anak balita yang berjenis kelamin laki-laki dibanding anak
balita berjenis kelamin perempuan adalah 56 dibanding 44 anak balita. Hasil
analisis tentang hubungan variabel dengan p=0,281 mengandung arti bahwa
hasil tersebut tidak bisa diandalkan karena peristiwa mendapat hasil seperti itu
karena kemungkinan peluang sangat besar yaitu 281 kebetulan dari 1000
peristiwa.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Hubungan antara ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar anak


balita usia 6-24 bulan
Pemberian ASI pada anak balita berpengaruh positif pada kesehatan dan
status gizi bayi. Pemberian ASI secara eksklusif mendukung pertumbuhan bayi,
meningkatkan perkembangan sel otak, perkembangan bahasa, dan
perkembangan motorik bayi karena ASI mengandung berbagai nutrien
diantaranya taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang seperti DHA, AA,
omega 3 dan omega 6 yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan otak, sehingga pemberian ASI secara eksklusif dapat
mempengaruhi perkembangan bayi secara keseluruhan termasuk perkembangan
motorik kasar bayi (Yum, 2007; Olof, et al., 2013; Mary et al., 2012).
Sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana terdapat hubungan antara ASI
eksklusif dengan perkembangan motorik kasar. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan mempunyai kemungkinan perkembangan motorik
kasarnya normal lebih besar 33,77 kali lebih besar perkembangan motorik
kasarnya daripada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Hasil tersebut
menunjukkan hubungan yang positif, kuat, dan secara statistik signifikan (OR=
33,77; CI 95% 5,35-213,18; p<0,001). Presentasi subjek bayi yang mendapat
ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif
adalah 52 dibanding 48 anak balita.
Hal yang sama dijelaskan oleh Dewey (2001) dalam studinya di Honduras.
Studi tersebut menghasilkan perbedaan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif
dan tidak. Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan penuh lebih
cepat merangkak dan berjalan pada usia 12 bulan. Hal yang sama juga dijelaskan
oleh Novita, dkk (2008), bahwa bayi yang yang mendapat ASI eksklusif selama
enam bulan penuh lebih mempunyai funsi lokomotor yang lebih baik (p=0,001).

5. Hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan perkembangan motorik


kasar anak balita usia 6-24 bulan
Hasil analisis hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan
perkembangan motorik kasar anak balita usia 6-24 bulan menunjukkan bahwa
commit
anak balita yang tidak pernah to user penyakit infeksi mempunyai
menderita
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kemungkinan 3,07 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya normal


daripada anak balita yang pernah menderita penyakit infeksi seperti ISPA atau
diare atau keduanya (OR= 3,07; CI 95% 0,93-10,10; p=0,065). Hasil tersebut
secara statistik tidak signifikan. Presentasi subjek anak balita yang tidak pernah
sakit dibandingkan dengan anak balita yang pernah sakit adalah 62 dibanding
38.
Hasyuti (2011), juga melakukan penelitian di Kabupaten Jeneponto,
Makasar pada 123 anak balita dan didapatkan hasil bahwa riwayat penyakit
infeksi seperti ISPA dan diare tidak mempunyai pengaruh dengan
perkembangan motorik kasar anak balita. Berbeda halnya dengan hasil
penelitian yang didapat oleh Tanjung (2007) yang melaporkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pada pertumbuhan dan perkembangan anaka balita
yang terkena penyakit infeksi dan tidak.
Perkembangan bayi, balita dan anak dapat terganggu apabila bayi
menderita suatu penyakit terutama penyakit infeksi seperti ISPA dan diare.
Diare dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan dan absorpsi nutrisi dalam
usus tidak maksimal. Kejadian diare berulang dapat mengarah ke KEP bahkan
kematian pada bayi (Soetjiningsih, 2012).

6. Hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak


balita usia 6-24 bulan
Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik
kasar anak balita menunjukkan bahwa anak balita usia 6-24 bulan yang status
gizinya normal memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal
7,03 kali lebih besar daripada anak balita yang status gizinya kurang atau lebih.
Hasil ini secara statistik signifikan dan menunjukkan hubungan yang positif dan
kuat (OR= 7,03; CI 95% 1,19-41,70; p=0,032). Presentasi subjek antara anak
balita yang status gizi normal dibandingkan dengan status gizi abnormal adalah
85 dibanding 15 anak balita.
Sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Ati dkk (2013) di RSUD
Tugurejo Semarang, yakni dari 50 responden didapat 66% perkembangan
motorik kasarnya normal dan sisanya memiliki perkembangan motorik kasar
commit to user
yang terlambat (p=0,000; α=0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terdapat hubungan yang positif antara status gizi dengan perkembangan motoric
kasar anak balita. Semakin baik status gizi seorang anak maka perkembangan
motorik kasarnya senderung normal.

D. KETERBATASAN
1. Penelitian ini menggunakan rumus besar sampel multvariat, sehingga
mendapatkan hasil tidak signifikan, diperlukan penggunaan rumus yang lebih
akurat. Selain itu, adanya perbedaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah karena adanya faktor kebetulan sangat besar.
2. Pemilihan subjek penelitian tidak menggunakan teknik random sehingga
populasi anak balita tidak memiliki peluang yang sama menjadi subjek
penelitian.
Dengan adanya keterbatasan penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan inspirasi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Bayi yang mendapat ASI eksklusif dan memiliki status gizi normal mempunyai
pengaruh yang positif terhadap perkembangan motorik kasar .
2. Pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis kelamin bayi, dan riwayat penyakit
infeksi tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan motorik kasar anak
balita usia 6 – 24 bulan.

B. IMPLIKASI
Implikasi praktis dari temuan penelitian ini, keterlambatan perkembangan motorik
kasar anak balita usia 6 – 24 bulan dapat terhindar bila memperhatikan ASI
eksklusif dan status gizi anak balita.

C. SARAN
1. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya bisa meneliti pengaruh status gizi ibu dan ASI eksklusif
terhadap perkembangan anak balita secara menyeluruh.
2. Bagi ibu yang memiliki bayi
Bagi ibu yang memiliki bayi agar dapat memberikan ASI secara eksklusif
selama enam bulan dan memperhatikan status gizi anaknya dimana kedua hal
tersebut berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak.

commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, G and Wilcox, T. Sex Differences in Early Infacy. Child Development Prespectives.
Volume 6 Number 4.

Alimul. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Andini, KN. 2014. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
IUD di Kelurajan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Universitas Sebelas
Maret: Karya Tulis Ilmiah.

Apriadji, WH. 2014. Buku Super Lengkap Makanan Bayi Sehat Alami. Pustaka Bunda: Jakarta.
Apriastuti, DA. 2013. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orangtua dengan
Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 4 No. 1
Astuti, R. 2011. Hubungan Antara Riwayat ISPA dan Diare dengan Tumbuh Kembang Anak
Usia 1-5 Tahun di Posyandu Desa Cetan Kabupaten Klaten. Jurnal Komunikasi
Kesehatan. Vol 2 No 02.
Ati CA, Alfiyanti D, Solekhan A. 2013. Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan
Motorik Kasar Anak Balita di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2013. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan. Vol 1, No 4.
Banadji, RM. 2015. Hubungan ingkat Pendapatan Orangtua dengan Status Gizi Balita di
Kelurahan Pungawan Kecamaan Banjarsari Surakarta. Universitas Sebelas Maret: Skripsi.
Barroso RMA, Schapiro L, Liang W, Rodrigues O, Shafir T, Kaciroti N, Jacobson SW, Lozoff
B. 2010. Motor Development in 9-Month-Old Infants in Relation to Cultural Diffrences
and Iron Status. Developmental Psychobiology.
Batubara, J. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri Volume 12
Nomor 1.
Bloom, BS, Engelhart, MD, Furst, EJ, Hill, WH, & Krathwohl, DR. 1956. Taxonomy of
educational objectives the classification of educational goals handbook I: Cognitive
domain. New York: David McKay Company, Inc.
Brazelton, TB. 1979. Four Early Stages in the Development of Mother-Infant Interaction. The
Psychoanalytic Study of the Child. Vol 34, 349-369.
Briawan, D dan Herawati, T. 2013. Peran Stimulasi Orangtua Terhadap Perkembangan Anak
Balita Keluarga Miskin. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB Volume 1 No. 1
Campbell SK, Kolobe THA, Wright BD, Linacre JM. 2002. Validity of the Test of Infant Motor
Performances for Prediction of 6-, 9- and 12-month Scores on the Alberta Infant Motor
Scale. Developmental Medicine and Child Neurology 44, 4;
commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Campbell, DW and Warren. 1999. Sex Differences in the Activity Level of Infants. Departement
of Psychology University of Manitoba Canada.
Carneiro P, Meghir C, Parey M. 2011. Maternal Education, Home Environment and the
Development of Children and Adolescents. www.ucl.ac.uk
Conellan J, Baron-Cohen S, Wheelwright S, BAtki A, Ahluwalia J. 2000. Sex differences in
Human Neonatal Social Perception. Infant Behavior & Development 23 (2000) 113–118
Dahlan, MS. 2010. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran Dan
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Darrah, J, Piper M, Watt MJ. 1998. Assesment of gross motor skills of at-risk infants: predictive
validity of the Alberta Infant Motor Scale. Developmental Medicine and Child Neurology.
Volume 40 issue 7
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.
Dewi, VNL. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dewey KG, Cohen RJ, Brown KH, Rivera LL. 2001. Effect of Exclusive Breastfeeding for Four
Versus Six Months on Maternal Nutritional Status and Infant Motor Development: Results
of Two Randomized Trials in Honduras. J. Nutritional 131(2): 262-7.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2012. Dinkes Propinsi Jawa Tengah.

Drotrar D, Stancin T, Dworkin P. 2008. Pediatic Developmental Screening: Understanding and


Selecting Screening Instruments. Journal Pediatric.

Egeland B and Farber EA. 1984. Infant –Mother Attachment: Factors elated to Its Development
and Changes over Time. Child Development Vol. 55, No. 3

Ernawati, A. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan, Tingkat
Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kabupaten Semarang
Tahun 2003. Universitas Diponegoro: Tesis.

Freitas, TC, Gabbard C, Cacola P, Montebelo, Santos. 2013. Family socioeconomic status and
the provision of motor affordances in the home. 2013 Jul-Aug;17(4):319-27. doi:
10.1590/S1413-35552013005000096. Epub 2013 Aug 1.

Grossman M (1972). On the concept of health capital and the demand for health. Journal of
Political Economy. 80: 223-255

Hasiroh, Y. 2010. Perubahan Anak Balita Gizi Buruk yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik
Medan. Universitas Sumatera Utara: Skripsi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

Hasyuti, N. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Perkembangan Motorik Kasar
Baduta Usia 6-18 Bulan di Kabupaten Jenenpoto Tahun 2011. Universitas Hasanudin:
Skripsi.

Hastuti,D. 2009. Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain dan Pengaruhnya Pada
Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, dan Moral/Karakter Anak. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen IPB Volume 2 Nomor 1.

Hidayah, F. 2013. ASI Eksklusif Sebagai Faktor Risisko Kejadian Stunting PAda Anak Usia 6-
24 Bulan di Kota Yogyakarta. Tesis: Universitas Gadjah Mada.

Hutahean, BP. 2007. Gangguan Perkembangan Neurologis Pada Bayi dengan Riwayat
Hiperbilirubinemia. Universitas Diponegoro: Tesis.
June C, Davis, Milles MS. 2010. Effects of gender on the Health an\d Development of Medically
at Risk Infants. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 39(5): 536–549.

Kartika, V dan Latinulu. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik


Anak Usia 12-18 Bulan di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin.
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1424/2945
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/85 Tahun 2014 Tetang Upah Minimum Pada 35
(Tiga Puluh Lima) Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Kusmiyati, I. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Fungsi Keluarga dengan
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus pada Anak Usia Toddler. Universitas
Indonesia: Tugas Akhir.
Lindawati. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Anak Usia
Pra Sekolah. Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76
Litmann, B and Parmele. Medical Correlates of Infant Development. Pediatrics. 61(3):470-4
Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Marry JR, Felicis MM, Wade, A et al. 2012. Support for Healthy Breastfeeding Mothers with
Healthy Term Babies. Cochrane Database System Rev.; 5: CD001141.
Martini, W. 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi
UGM Volume 39 Nomor 1.
McIntyre M and Edwards C. 2009. The Early Development of Gender Differences. Annual
Review of Anthropology 38, pp. 83-97

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Meghan S, Adair LS, Goldman BD, Borja JB, Bentley M. 2012. Infant Overweight is Associated
with Delayed Motor Development. J Pediatr. Vol. 157(1). 20–25
Mei Z and Grummer, LM. 2007. Standart Deviation of Antropometric Z-scores as a Data Quality
Assesment Tool Using the 2006 WHO Growth Standards: a Cross Country Analysis.
Bulletin of the World Health Organization 85 (6)
Miller JL, Macedonia C, Sonies BC. 2006. Sex Differences in Prenatal Oral-Motor Function and
Development. Developmental Medicine and Child Neurology; Jun 2006; 48, 6; ProQuest
Nursing & Allied Health Source pg. 46.
Murti, B. 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Novita L, Gurnida DA, Garna H. 2008. Perbandingan Fungsi Kognitif Bayi Usia 6 bulan yang
Mendapat dan Tidak Mendapat ASi Eksklusif. Universitas Padjadjaran Bandung.
Nurdiah, Muhamada A, Halida. 2014. Pengembangan Kecerdasan Gerak Tubuh Usia 5-6 Tahun
di TK Primanda Untan Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Volume 3 Nomor
5.
Olof, HJ, Inga T, Gunnlaugsson G, Fewtrell MS, Hibberd PL, Kleinman RE. 2013. Exclusive
Breastfeeding and Developmental Behavioral Status in Early Childhood. Nutrients. Vol. 5,
4414-4428.
Onis M, Onyango AW, Barghi E, Garza C, Yang H. 2006. Comparison of the World Health
Organization (WHO) Child Growth Standards and the National Center for Health
Statistics/WHO international growth reference: implications for child health programmes.
Public Health Nutrition: 9(7), 942–947
Piek, JP. 2006. Infant Motor Development. Human Kinetics: USA.

Ringwalt S. 2008. Developmental Screening and Assesment Instruments with an Emphasis on


Social and Emotional Development for Young Children Ages Birth trough Five. The
National Early Childhood Technical Assistance Center.
Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Niaga Swadaya.
Sari DW, Endang N, Purwanto, Setyo. 2012. Hubungan Antara Status Gizi dengan
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan
Banjarsari Surakarta. Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621 Vol. 5 No.2
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat Ditjen Dikti.
Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Solihin, Rindu DM, Anwar F, Sukandar D. 2013. Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan
Kognitif, dan Perkembangan Motorik pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Penelitian Gizi
dan Makanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI Volume 36 nomer 1.
Available at: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/3396/3387.
Spinillo A, Montanari L, Gardella B, Roccio M, Stronati M, Fazzi E. 2009. Infant sex, Obstetric
Risk Factors, and 2-year Neurodevelopmental Outcome Among Preterm Infants.
Developmental Medicine and Child Neurology; Jul 2009; 51, 7; ProQuest Nursing &
Allied Health Source pg. 518.
Sudiman, H. 2006. Perbandingan Status Gizi Balita dengan Indeks Antropometri Berdasar Baku
Rujukan WHO-NCHS dan Baku WHO 2005. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 34
nomor 3.
Supariasa, IGD. 2006. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Susanti, NY. 2014. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Kejadian Balita dengan Berat Badan Di
Bawah Garis Merah (BGM) di Polindes Bidan Irma Desa Sumberejo Kecamatan
Banyuputih Kabupaten Situbondo Tahun 2014.
Susanty, NM dan Margawati, A. 2012. Hubungan Derajat Stunting, Asupan Zat Gizi dan Sosial
Ekonomi Rumah Tangga dengan Perkembangan Motorik Anank Usia 24-36 Bulan di
wilayah Kerja Puskesmas Bugangan Semarang. Journal of Nutrition College Volume 1
Nomor 1.
Taufiqqurohman M.A. 2008. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF: Klaten.
Thomas JR, French KE. 1985. Gender differences across age in motor performance: A meta-
analysis. Psychological Bulletin, Vol 98(2), 1985, 260-282.
Tregoning, JS. Schwarze. 2010. Respiratory Viral Infections in InFants: Causes, Clinical
Symptoms, Virology, and Immunology. Clinical microbiology reviews. Volume 23 No 1

Trimanto, A. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluaraga, dan
Modal Sosial dengan Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Sragen. Universitas Sebelas
Maret: Tesis. Tidak dipublikasikan.

Winnicott, DW. The Theory of the Parent-Infant Relationship. The International Journal of
Psychoanalysis. 41:585-595.

Wooddruff BA and Duffield. 2002. Antropometric Assesmentof Nutritional Status in


Adolescent Populations in Humanitarian Emergencies. European Journal of Clinical
Nutrition (2002) 56, 1108–1118.

WHO. 2002. Penanganan ISPA Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang:
Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior/ Natalia Susi
Jakarta: EGC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

WHO. 1986. Use and Interprtation of Antropometric Indicators of Nutritional Status. Bulletin of
the World Health Organtation. 64 (6).

Yum, J. 2007. The Effects of Breast Milk Versus Infant Formulae on Cognitive Development.
Journal On Developmental Disabilities, Volume 13 Number 1.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai