Anda di halaman 1dari 81

HUBUNGAN ANSIETAS DENGAN SINDROMA DISPEPSIA PADA

TENAGA KESEHATAN DI RSU-C BMC PADANG

SKRIPSI

Ahdanul Dwi Hernanda


1710070100009

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
HUBUNGAN ANSIETAS DENGAN SINDROMA DISPEPSIA PADA
TENAGA KESEHATAN DI RSU-C BMC PADANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana pada Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah

Ahdanul Dwi Hernanda


1710070100009

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : HUBUNGAN ANSIETAS DENGAN SINDROMA DISPEPSIA PADA


TENAGA KESEHATAN DI RSU-C BMC PADANG.

Disusun Oleh
Ahdanul Dwi Hernanda
1710070100009

Telah disetujui

Padang, 15 Februari 2021

Pembimbing 1 Pembimbing 2

( dr. Rendri Bayu Hansah, Sp.PD, (dra. Sri Wahyuni, M.Pd )


FINASIM )

Penguji 1 Penguji 2

( dr. Mutiara Anissa, Sp.KJ ) (dr. Annisa Lidra Maribeth, MKM )

i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Ahdanul Dwi Hernanda

NIM : 1710070100009

Mahasiswa : Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dengan ini menyatakan bahwa.

1. Karya tulis saya ini berupa skripsi dengan judul “Hubungan Ansietas dengan
Sindroma Dispepsia pada Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC Padang” adalah
asli dan belum pernah dipublikasi atau diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik di Universitas Baiturrahmah maupun perguruan tinggi yang lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan orang lain, kecuali pembimbing dan pihak lain sepengetahuan
pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain kecuali
secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Apabila terdapat penyimpangan di dalam pernyataan ini, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena
karya tulis ini, serta sanksi lain sesuai norma dan hukum yang berlaku

Padang, 15 Februari 2020

Ahdanul Dwi Hernanda

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kehendak-Nya maka penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Ansietas dengan Sindroma

Dispepsia pada Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC Padang”. Penulisan ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar

Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah. Penulis

menyadari bahwa sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai

dengan terselesaikannya laporan hasil skripsi ini. Bersama ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Baiturrahmah yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Baiturrahmah.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah yang telah

memberikan sarana dan prasarana kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas ini dengan baik.

3. dr. Rendri Bayu Hansah, Sp.PD, FINASIM selaku pembimbing I dan maam

dra. Sri Wahyuni, M.Pd selaku pembimbing II yang telah menyediakan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. Mutiara Anissa, Sp.KJ selaku penguji I dan dr. Annisa Lidra Maribeth,

MKM selaku penguji II yang telah memberi saran, kritikan dan masukan

dalam penyelesain skripsi ini.

5. Bapak Ir. Priyanto, M.M, M.H dan Ibu dr. Helgawati, M.M selaku orangtua,

Husnathul Priyandini, S.Kg dan Ikhwanul Heriyandi selaku saudara

iii

kandung, Nofriwandi, S.Si dan Reni Aswati, S.Si selaku bibi dan paman

berserta keluarga yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini dan

dukunganya secara moral maupun material.

6. Dheanisa Nofia, S.Ked, Dinda Fortuna Kusnadi, Yohana Fachrizal, Annisaa

Reformis, Dolly Hasbi Rahman dan para sahabat kosan vikendi yang selalu

memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Serta pihak lain yang mungkin tidak dapat disebutkan satu – persatu atas

bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam

penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh

penulis. Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat

membangun kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata, saya berharap kepada Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Padang, 15 Februari 2021

Ahdanul Dwi Hernanda

iv

ABSTRAK

HUBUNGAN ANSIETAS DENGAN SINDROMA DISPEPSIA


PADA TENAGA KESEHATAN DI RSU-C BMC PADANG

AHDANUL DWI HERNANDA

Latar belakang : Sindroma dispepsia merupakan sekumpulan gejala seperti mual,


muntah, kembung, rasa cepat kenyang, perut terasa penuh, sendawa, dan nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium. Sindroma dispepsia dapat dipicu oleh berbagai
faktor termasuk gangguan psikologi termasuk ansietas. Pemeriksaan pada pasien
dispepsia yang tidak ditemukan sebab organik timbulnya keluhan dapat disebabkan
oleh masalah psikologis yang jika tidak digali secara tepat akan mengakibatkan
timbulnya penyakit berulang pada pasien.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan ansietas dengan kejadian sindroma
dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan
di RSU-C BMC Padang dengan 60 sampel menggunakan simple random sampling.
Analisa data univariat dan bivariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase dan pengolahan data menggunakan komputerisasi program statistik.
Hasil : derajat kecemasan terbanyak adalah Kecemasan minimal yaitu 25 orang
(41,7%), karakteristik usia terbanyak adalah 21-55 tahun yaitu 58 orang (96,7%),
karakteristik jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 50 orang (83,3%),
karakteristik pekerjaan terbanyak yaitu perawat sebanyak 49 orang (81,7%),
distribusi frekuensi responden yang memiliki riwayat keluarga yaitu 46 orang
(76,7%), terdapat hubungan antara ansietas dengan kejadian sindroma dispepsia
dimana didapatkan nilai p melalui uji chi-square yaitu 0,000 dan uji kruskal wallis
dengan nilai p 0,001.
Kesimpulan : derajat kecemasan terbanyak adalah kecemasan minimal, berusia 21-
55 tahun, berjenis kelamin perempuan, bekerja sebagai perawat, memiliki riwayat
keluarga penderita sindroma dispepsia, dan didapatkan hubungan antara ansietas
dengan sindroma dispepsia.

Kata Kunci : dispepsia, ansietas, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat keluarga

v

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN ANXIETY AND DYSPEPSIA


SYNDROME ON HEALTH WORKER IN RSU-C BMC
PADANG

AHDANUL DWI HERNANDA

Background : Dyspepsia syndrome is a series of symptoms such as nausea,


regurgitate, bloating, feeling full quickly, stomach feeling full, burping, and pain or
discomfort in the epigastrium. Dyspepsia syndrome can be caused by many factors
including psychological interference such as anxiety. Examination on dyspepsia
patient where no organic cause were found can be caused by psychological
problems, which, if this is not being drilled appropriately can lead the disease to be
recurred.
Objective : To determine the relation of anxiety and dyspepsia syndrome on health
worker at RSU-C BMC Padang.
Methods : The type of research used is analytic with a cross-sectional approach.
The affordable population in this study were all health workers at RSU-C BMC
Padang pandemic with 60 samples using simple random sampling. Univariate and
bivariate data analysis is presented in the form of frequency distribution and
percentage and data processing using the computerized Statistic program.
Results : the highest degree of anxiety was minimal anxiety with 25 people
(41.7%), the most age characteristic was 21-55 years old, namely 58 people
(96,7%), the most gender characteristic was female, namely 50 people (83.3%), the
most occupation was nurse, namely 49 people (81.7%), total respondent with family
history suffered from dyspepsia syndrome namely 46 people (76.7%), there is a
relationship between anxiety and dyspepsia syndrome based on chi-square test, the
p value was 0.000 and kruskal wallis test with p value of 0.001.
Conclusion : the highest degree of anxiety is minimal anxiety, aged 21-55 years
old, female, working as a nurse, having the family history with dyspepsia syndrome,
and there is a relationship between anxiety and dyspepsia syndrome.

Keywords : dyspepsia, anxiety, occupation, gender, family history

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...........................................................i


PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
ABSTRAK .........................................................................................................v
ABSTRACT .....................................................................................................vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................4
1.4.1 Praktisi ........................................................................................4
1.4.2 Masyarakat ..................................................................................4
1.4.3 Tenaga Kesehatan .......................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Sindroma Dispepsia...............................................................................5
2.1.1 Definisi ........................................................................................5
2.1.2 Epidemiologi ...............................................................................5
2.1.3 Etiologi ........................................................................................6
2.1.4 Patogenesis ..................................................................................7
2.1.5 Gejala Klinis ..............................................................................10
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang .............................................................11
2.1.7 Tata Laksana .............................................................................11
2.1.8 Prognosis ...................................................................................14
2.2 Ansietas ...............................................................................................15
2.2.1 Definisi ......................................................................................15
2.2.2 Etiologi ......................................................................................15
2.2.3 Manifestasi Klinis .....................................................................16
2.2.4 Diagnosis ...................................................................................16
2.3 Hubungan Ansietas dengan Sindroma Dispepsia ................................17
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESIS......................................................................................................22
3.1 Kerangka Teori .....................................................................................22
3.2 Kerangka Konsep .................................................................................23
3.3 Hipotesis...............................................................................................24
BAB IV METODE PENELITIAN.................................................................25
4.1 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................25
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................25

vii
4.2.1 Tempat Penelitian.......................................................................25
4.2.2 Waktu Penelitian.........................................................................25
4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................25
4.4 Populasi dan Sampel.............................................................................25
4.4.1 Populasi Target….......................................................................25
4.4.2 Populasi Terjangkau...................................................................25
4.4.3 Sampel........................................................................................26
4.4.4 Cara Sampling.............................................................................26
4.4.5 Besar Sampel..............................................................................27
4.5 Variabel Penelitian ...............................................................................27
4.5.1 Variabel Bebas............................................................................27
4.5.2 Variabel Terikat..........................................................................27
4.6 Definisi Operasional.............................................................................28
4.7 Cara Pengumpulan Data .......................................................................30
4.7.1 Alat.............................................................................................30
4.7.2 Jenis Data....................................................................................30
4.7.3 Cara Kerja...................................................................................30
4.8 Alur Penelitian .....................................................................................31
4.9 Analisis Data.........................................................................................31
4.9.1 Pengolahan Data.........................................................................31
4.9.2 Analisis Data...............................................................................32
4.10 Etika Penelitian ..................................................................................33
BAB V HASIL PENELITIAN.........................................................................34
5.1 Analisis Univariat.................................................................................34
5.1.1 Angka Kejadian Ansietas pada Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC
Padang.........................................................................................34
5.1.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia..................... 35
5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin...... 35
5.1.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan............. 36
5.1.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Keluarga.36
5.2 Analisis Bivariat...................................................................................37
5.2.1 Hubungan Ansietas dengan Sindroma Dispepsia pada Tenaga
Kesehatan di RSU-C BMC Padang..............................................37
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................39
6.1 Angka Kejadian Ansietas......................................................................39
6.2 Karakteristik Usia.................................................................................39
6.3 Karakteristik Jenis Kelamin..................................................................40
6.4 Karakteristik Pekerjaan.........................................................................41
6.5 Karakteristik Riwayat Keluarga............................................................41
6.6 Hubungan Ansietas dengan Sindroma Dispepsia..................................42
BAB VII PENUTUP.........................................................................................44
7.1 Kesimpulan...........................................................................................44
7.2 Saran.....................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.. ....................................................................................45
LAMPIRAN 1 TIME SCHEDULE................................................................50
LAMPIRAN 2 SURAT IZIN PENGAMBILAN DATA...............................51
LAMPIRAN 3 KUESIONER GAD-7.............................................................52
LAMPIRAN 4 DUMMY TABLE...................................................................54

viii
LAMPIRAN 5 MASTER TABLE..................................................................57
LAMPIRAN 6 HASIL OLAH DATA............................................................59
LAMPIRAN 7 KETERANGAN LULUS KAJI ETIK..................................62
LAMPIRAN 8 PERMOHONAN IZIN PENELITIAN.................................63
LAMPIRAN 9 IZIN PENELITIAN...............................................................64
LAMPIRAN 10 DOKUMENTASI.................................................................65
LAMPIRAN 11 BIODATA PENULIS...........................................................67

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh Stress Terhadap Respon HPA Axis yang Mengakibatkan
peningkatan Asam Lambung.............................................................20
Gambar 3.1 Kerangka Teori ..................................................................................22
Gambar 3.2 Kerangka Konsep...............................................................................23

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia berdasarkan Kriteria Rome ...................................6


Tabel 4.1 Definisi Operasional.............................................................................28
Tabel 5.1Angka Kejadian Ansietas pada Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC
Padang...................................................................................................34
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia...............................35
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin................35
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan.......................36
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Keluarga..........36
Tabel 5.6 Hubungan Ansietas dengan Kejadian Sindroma Dispepsia pada Tenaga
Kesehatan di RSU-C BMC Padang dalam Masa Pandemi COVID-
19...........................................................................................................37
Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik Hubungan Ansietas dengan Sindroma Dispepsia....37
Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik Kruskal Wallis..........................................................38

xi
DAFTAR ISTILAH

ACTH = Adenocorticotropic Hormone


CRH = Corticotropin-releasing Hormone
HPA Axis = Hypothalamic Pituritary Adrenal Axis
IL-6 = Interleukin-6
IL-8 = Interleukin-8
IL-10 = Interleukin-10
IL-12 = Interleukin-12
NSAID = Non-steroid Anti Inflammation Drugs
PPI = Proton Pump Inhibitor
USG = Ultrasonography
WHO = World Health Organization
PTSD = Post-Traumatic Stress Disorder

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia secara terminologi merupakan sekumpulan gejala (sindroma) seperti

mual, muntah, kembung, rasa cepat kenyang, perut terasa penuh, sendawa, dan

nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium.1 Penderita dispepsia di seluruh dunia

terdapat kurang lebih 15-40%, dan mengenai sekitar 25% populasi dunia.3 Menurut

pustaka Negara Barat didapatkan tingkat kejadian dispepsia berkisar antara 7-41%,

tetapi hanya sekitar 10-20% penderita yang mencari pertolongan medis sedangkan

sisanya memilih mengobati sendiri dengan obat-obatan yang dijual bebas di

pasaran.1 Prevalensi dispepsia di Asia berkisar antara 8-30%. Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2011 mencatatkan dispepsia berada di

peringkat kelima dari sepuluh penyakit terbanyak di tahun 2010.2

Angka prevalensi dispepsia yang beragam menunjukkan perbedaan

epidemiologi setiap wilayah4. Beberapa penelitian terkait sebelumnya yang

dilakukan di beberapa negara di Asia juga menunjukkan tingkat insiden yang cukup

tinggi.3 China mencatatkan prevalensi 69% dari 782 pasien, Korea 70% dari 476

pasien, dan Malaysia mencatatkan prevalensi 62% dari 210 pasien yang diperiksa.

Indonesia masih belum didapatkan angka prevalensi secara menyeluruh, namun

beberapa provinsi dan kabupaten telah mencatatkan prevalensinya masing-masing.4

Sindroma dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik intrinsik

maupun ekstrinsik. Beberapa penyebab yang dapat memicu timbulnya sindroma

dispepsia yaitu faktor diet, sekresi asam lambung, dan infeksi Helicobacter pylori.1

Dismotilitas gastrointestinal, disfungsi autonom, aktivitas mioelektrik lambung,

1
hormonal, dan psikologis juga dapat dikategorikan sebagai pemicu timbulnya

sindroma dispepsia.1 Pasien dengan sindroma dispepsia tanpa sebab organik

memiliki tingkat ansietas lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyakit

gastrointestinal lainnya.5

Faktor psikologis yang seperti ansietas dan depresi sering dikaitkan dengan

terjadinya sindroma dispepsia.7 Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan

adanya hubungan antara insiden ansietas terhadap kejadian sindroma dispepsia.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dita Nelvita Sari dkk., dengan judul

“Hubungan Ansietas dan Depresi dengan Derajat Dispepsia Fungsional di RSUP

Dr. M. Djamil Padang Periode Agustus 2013 hingga Januari 2014” menyimpulkan

bahwa ansietas memiliki hubungan yang berarti dengan terjadinya dispepsia

fungsional.7 Serta dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Depresi, Ansietas,

dan Stres dengan Kejadian Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Tahun Pertama di

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sebelum dan Sesudah Ujian Blok” oleh

Muhammad Husnul Ikhsan dkk., tahun 2019 juga menunjukkan hubungan yang

berarti antara sindroma dispepsia dan ansietas dengan insiden ansietas sedang

sebesar 34%.15 Mengetahui bagaimana peranan faktor psikologis seperti ansietas

memiliki peranan yang cukup penting untuk memberikan pengobatan yang adekuat

bagi pasien. Tidak diketahuinya faktor psikologis dapat menyebabkan risiko

penyakit berulang bagi penderita sindroma dispepsia walaupun telah diberikan

pengobatan medikamentosa.15

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap

hubungan ansietas dengan sindroma dispepsia tenaga kesehatan di RSU BMC

Padang.

2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan ansietas dengan kejadian sindroma dispepsia pada

tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara ansietas dengan sindroma dispepsia pada

tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian ansietas pasien sindroma dispepsia pada tenaga

kesehatan di RSU-C BMC Padang.

2. Mengetahui distribusi frekuensi usia dengan kejadian sindroma dispepsia pada

tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin dengan kejadian sindroma

dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

4. Mengetahui distribusi frekuensi pekerjaan dengan kejadian sindroma

dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

5. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat keluarga dengan kejadian sindroma

dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

6. Mengetahui hubungan ansietas dengan kejadian sindroma dispepsia pada

tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan terhadap sindroma dispepsia bagi penulis.

1.4.2 Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih

lanjut ataupun dengan topik lain yang berhubungan.

1.4.3 Masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang

hubungan ansietas dengan kejadian sindroma dispepsia, dan dapat dijadikan dasar

dalam pemberian edukasi kepada masyarakat sehingga dapat dilakukan upaya

untuk menghindari terjadinya sindroma dispepsia akibat ansietas.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sindroma Dispepsia


2.1.1 Definisi

Menurut konsensus Rome III, dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak

nyaman di bagian atas abdomen. Sindroma dispepsia merupakan adanya satu atau

lebih keluhan rasa penuh setelah makan, nyeri ulu hati dan rasa terbakar di

epigastrium dan dapat disebabkan oleh penyebab struktural maupun nonstruktural

atau dispepsia fungsional.1 Sindroma dispepsia yang tidak disebabkan oleh

penyebab struktural ataupun penyakit lainnya dan jika tidak memperhatikan kondisi

psikologis pasien, akan menyebabkan pasien mendapat pengobatan yang tidak

adekuat dan beresiko mengalami kekambuhan.17

2.1.2 Epidemiologi

Kejadian dispepsia di seluruh dunia ada dalam rentangan 5-40% dari populasi

dan sekitar 60% diantaranya mengalami sindroma dispepsia tanpa sebab organik.17

Beberapa penelitian yang dilakukan di sejumlah negara di Asia seperti Indonesia,

China, Hong kong, Korea, dan Malaysia menunjukkan bahwa 43 sampai 79,5%

pasien dengan dispepsia memiliki dispepsia fungsional. Dispepsia mempengaruhi

hingga 40% orang dewasa dan didiagnosis sebagai dispepsia nonulcer fungsional.6

Indonesia menurut World Health Organization (WHO) menempati urutan

ketiga jumlah penderita dispepsia terbanyak di dunia setelah Amerika dengan

jumlah kasus mencapai 450 kasus (Depkes RI, tahun 2011), dan dispepsia termasuk

dalam sepuluh besar penyakit rawat inap.2,19 Tahun 2012, Sumatera Barat

mencatatkan angka kejadian 1,9% kejadian dispepsia. Angka ini menempati urutan

5
pertama penyakit gastrointestinal dan urutan keempat dari semua penyakit yang

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.8 Dispepsia menjadi

masalah yang cukup serius di kota padang pada tahun 2017 dengan jumlah kasus

mencapai 17.879 kasus.15

2.1.3 Etiologi

Kriteria Rome membagi etiologi sindroma dispepsia atas beberapa kelompok

sebagai berikut1:

Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia menurut Kriteria Rome

Penyebab Dispepsia

Esofagogastroduodenal Tukak peptik, gastritis, tumor, dsb.

Obat-obatan NSAID, teofilin, antibiotik, dsb.

Pankreas Pankreatitis, Malignancy

Penyakit sistemik Penyakit tiroid, gagal ginjal, jantung koroner,

diabetes melitus, dsb.

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel

syndrome

6
2.1.4 Patogenesis

Berbagai macam proses patofisiologi yang dapat menimbulkan keluhan

dispepsia dan kemungkinan yang berhubungan dengan penyebab sindroma

dispepsia, diantaranya :

1) Sekresi Asam Lambung

Pasien dengan kasus sindroma dispepsia tanpa sebab organik umumnya

memiliki sekresi asam lambung yang normal, baik sekresi basal maupun

dengan stimulasi pentagastrin. Adanya peningkatan sensitivitas mukosa

lambung terhadap asam akan menimbulkan rasa tidak enak di perut.1

Peningkatan sensitivitas mukosa lambung yang terjadi akan membuat

lambung sulit untuk adaptasi dalam sekresi asam lambung, dan jika

berlangsung lama, proses ini akan mengiritasi dinding mukosa lambung

akibat sawar mukosa lambung yang terganggu dan kuatnya konsentrasi asam

dari HCl dan pepsinogen dalam lambung.1,2,18

2) Helicobacter pylori (Hp)

Peran dari infeksi Helicobacter pylori pada sindroma dispepsia tanpa

sebab organik masih menimbulkan kontroversi. Hal ini dikarenakan bahwa

dalam beberapa penelitian sekitar 50% kasus diantaranya tidak memiliki

perbedaan kekerapan Helicobacter pylori yang bermakna dengan kelompok

yang sehat.1,18

3) Dismotilitas Gastrointestinal

Dismotilitas gastrointestinal merupakan suatu proses perlambatan

pengosongan lambung. Perlambatan pengosongan lambung berhubungan

7
dengan adanya keluhan dispepsia diantaranya mual, muntah, dan rasa penuh

di abdomen dan dialami pada 23% kasus dispepsia non ulkus. Kasus yang

memanifestasikan keluhan nyeri, sendawa dan penurunan berat badan

ditemukan hipersensitivitas terhadap distensi lambung menunjukkan angka

35%. Kasus yang memanifestasikan rasa cepat kenyang, dan penurunan berat

badan dilaporkan pada 40% kasus. Beberapa penyebab manifestasi diatas

akhirnya mendasari pembagian sub-grup dispepsia tanpa sebab organik

menjadi tipe motilitas, tipe seperti ulkus dan tipe campuran.1,18

Deteksi terdapat atau tidaknya dismotilitas gastrointestinal nantinya akan

mempengaruhi prognosis, dan terapi mengingat adanya penggunaan obat

prokinetik.1,18

4) Disfungsi Autonom

Terganggunya fungsi persyarafan vagal berperan dalam hipersensitivitas

gastrointestinal, dan terdapatnya neuropati vagal diduga berperan dalam

kegagalan relaksasi proksimal lambung dengan manifestasi rasa cepat

kenyang. Disfungsi diatas dapat memicu timbulnya dispepsia tanpa sebab

organik.1,18

5) Gangguan Relaksasi Fundus

Proses akomodasi lambung ketika makanan dicerna melibatkan proses

relaksasi fundus dan korpus gaster, terjadinya gangguan pada saat relaksasi

fundus akan menyebabkan manifestasi klinis berupa rasa cepat kenyang.

Dalam 40% kasus yang dilaporkan, penderita sindroma dispepsia mengalami

penurunan kapasitas dalam relaksasi fundus.1

8
6) Aktivitas Mioelektrik Lambung

Aktivitas mioelektrik lambung seperti takigastria dan bradigastria yang

menunjukkan aktivitas disritmia lambung ditemukan pada 40% kasus yang

terjadi, namun disritmia ini bersifat tidak konsisten dan cenderung sulit untuk

dikaitkan dengan proses terapi.1

7) Hormonal

Adanya penurunan kadar hormon motilin mengakibatkan gangguan

motilitas antroduodenal. Hormon progesteron, estradiol dan prolaktin dapat

menurunkan kontraktilitas otot polos sehingga memperlambat waktu

pergerakan gastrointestinal, hal ini telah dibuktikan dalam beberapa

penelitian. Suatu dugaan menjelaskan bahwa pengaruh hormon

kolesistokinin dan sekretin berpengaruh terhadap terjadinya dispepsia

fungsional. Namun, belum ada peran hormonal yang jelas dalam patofisiologi

terjadinya dispepsia fungsional.1

8) Faktor Diet

Kasus dispepsia fungsional biasanya dicetuskan oleh perubahan pola

makan dimana penderitanya mengurangi porsi makannya, atau hanya mampu

makan dalam porsi kecil. Intoleransi terhadap makanan dilaporkan lebih

sering terjadi.1 Pola makan yang kurang baik akan mencetuskan dispepsia

karena lambung yang kosong lama, ketika makanan masuk akan

menyebabkan peregangan di perut dan menimbulkan refleks enterik dinding

lambung dan peningkatan hormon gastrin dan selanjutnya stimulasi sel

9
parietal akan meningkatkan sekresi HCl yang akan menimbulkan gangguan

mukosa lambung dan terjadilah dispepsia.1,

9) Psikologis

Faktor psikosomatik juga harus dinilai pada kasus sindroma dispepsia.

Dilaporkan bahwa ada penurunan kontraktilitas lambung setelah diawali oleh

rangsangan stres sentral. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap

pengaruh depresi, ansietas dan stres psikologikal dengan dispepsia

fungsional. Salah satu penelitian yang berjudul “The Effect of Psychological

Stress on Mucosal IL-6 and Helicobacter pylori Activity in Functional

Dyspepsia” oleh Eryati Darwin, dkk (2016) menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan stres psikologis dengan terjadinya dispepsia fungsional. Menurut

penelitiannya, menjelaskan bahwa seorang penderita dispepsia fungsional

dengan stres psikologis menunjukkan pro-inflammatory cytokine (IL-6) dan

menunjukkan keterlibatan peningkatan jumlah aktivitas Helicobacter

pylori.1,17

2.1.5 Gejala Klinis

Gejala klinis yang dapat terjadi pada sindroma dispepsia merupakan

manifestasi dari berbagai etiologi yang mungkin dapat menyebabkan seseorang

menderita dispepsia fungsional. Secara umum gejala yang mungkin dirasakan oleh

penderita sindroma dispepsia yaitu rasa tidak nyaman di abdomen, mual yang dapat

dipicu oleh penundaan pengosongan lambung, muntah, rasa cepat kenyang dan rasa

perut penuh akibat dismotilitas lambung. Gejala lain yang mungkin terjadi yaitu

gangguan mood dan depresi.1,4,7,21

10
Kriteria Rome III membagi sindroma dispepsia atas dua kelompok, yaitu

kelompok Post-prandial Distress Syndrome dengan gejala pasien merasakan

kesulitan menghabiskan makanan dalam porsi normal akibat rasa cepat kenyang

saat makan dan Epigastric Pain Syndrome dengan gejala klinisnya keluhan rasa

nyeri yang berpusat di epigastrium disertai rasa terbakar yang hilang timbul, rasa

tersebut tidak berpindah atau terasa di bagian perut lainnya atau di dada.1,20

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sindroma dispepsia dilakukan dengan tujuan

menyingkirkan kemungkinan penyebab organik lain. Beberapa pemeriksaan yang

bisa dilakukan seperti pemeriksaan radiologi yaitu barium meal, endoskopi USG,

dan USG. Endoskopi merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk

menyingkirkan kemungkinan penyebab organik atau biokmia lainnya. Pemeriksaan

laboratorium juga dapat dilakukan seperti fungsi tiroid, gula darah, dll. pemeriksaan

status psikologi juga mungkin dilakukan untuk membantu menentukan apakah

pasien mengalami stres atau gangguan psikologi lainnya yang mungkin

mencetuskan penyakit pada pasien.1, 7, 17

Beberapa pemeriksaan lain juga dapat dilakukan untuk menentukan

patofisiologi dari dispepsia fungsional. Pemeriksaan manometri dapat dilakukan

untuk menilai apakah pada fase III Migrating Motor Complex terdapat gangguan.

Tingkat sekresi asam lambung juga dapat dinilai melalui pemeriksaan pH-metri.

Skintigrafi, elektrogastrografi, dan penggunaan pellet radioopak dapat dilakukan

untuk menghitung waktu pengosongan lambung, Helicobacter Pylori, dll.1

11
2.1.7. Tatalaksana

Sindroma dispepsia merupakan suatu penyakit yang belum atau tidak

diketahui penyebab organiknya. Oleh karena itu, komunikasi antara dokter dan

pasien menjadi sangat krusial dalam penatalaksanaan. Jelaskan bahwa tidak ada

keadaan serius yang mungkin mengancam pasien seperti kanker atau lainnya.

Berikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialaminya, mungkin juga

untuk diberi penjelasan mengenai hal yang memicu timbulnya penyakit pasien.

Pelajari latar belakang psikologi pasien, mengingat bahwa faktor psikologi juga

dapat mencetuskan sindroma dispepsia.1,4,7

Selain edukasi dan pendekatan psikologi, terapi medika mentosa juga dapat

diberikan pada penderita sindroma dispepsia, obat-obatan yang dapat diberikan

diantaranya:

1. Antasida

Antasida merupakan obat yang digunakan untuk menetralkan asam

lambung dan merupakan obat paling umum digunakan pada dispepsia.1

2. Inhibitor Reseptor H2

Merupakan golongan obat yang berfungsi menghambat produksi asam

lambung melalui reseptor histamin. Contohnya yaitu ranitidin, simetidin, dan

famotidin. Manfaat obat golongan ini yaitu menghilangkan rasa nyeri di ulu

hati, namun tidak menghilangkan keluhan umum lain. Obat ini memiliki efek

samping yang kecil dan tidak mengganggu fungsi obat-obatan lainnya.1,23

3. Metoklopramid

Metoklopramid merupakan obat golongan antagonis reseptor dopamin

D2 dan antagonis reseptor serotonin (5-HT3) yang cukup dapat mengurangi

12
keluhan sindroma dispepsia namun dapat menimbulkan efek samping gejala

ekstrapiramidal, seperti parkinsonisme. Namun obat ini tidak lebih unggul

dari domperidon yang juga antagonis dopamin D2 namun tidak menimbulkan

efek samping gejala ekstrapiramidal karena tidak menembus sawar otak.1,24

4. Obat Golongan Prokinetik

Obat prokinetik merupakan obat yang dapat meningkatkan peristaltik

dan mempercepat pengosongan lambung melalui rangsangan serotonin,

dopamin, asetilkolin, dan motilin. Betanechol, metoklopramid, domperidon,

dan cisapride termasuk obat-obatan prokinetik. Namun obat ini tidak

memperbaiki kondisi pasien secara keseluruhan. Dalam beberapa penelitian,

obat ini dapat meningkatkan motilitas namun tidak menghilangkan gejala

atau keluhan yang dirasakan pasien.1,25

5. Agonist Motilin

Pemberian obat ini dapat mempercepat pengosongan lambung, namun

tidak menghilangkan keluhan dispepsia pasien. Obat yang dapat diberikan

yaitu eritromisin dengan jalur pemberian intra vena.1,26

6. Penghambat Pompa Proton

Obat ini bekerja menghambat sekresi asam lambung dengan cara

menghambat sistem pompa proton dari sel parietal lambung. Lansoprazole,

omeprazole, dan pantoprazole termasuk kedalam obat-obatan PPI. Respon

terbaik obat ini ditemeukan pada dispepsia fungsional tipe ulkus atau tipe

refluks.1,22,27

13
7. Obat lainnya

Dalam beberapa laporan kasus, pemberian obat antipsikotik trisiklik

dosis rendah dapat menurunkan rasa nyeri di abdomen dan keluhan umum

lainnya. Contoh obat antipsikotik trisiklik dosis rendah yaitu amitriptilin.1

Pemberian fedotoksin yang bekerja sebagai kappa-opioid agonis dapat

menurunkan tingkat hipersensitivitas lambung dan menurunkan keluhan

sindroma dispepsia. Pemberian sumatriptan (golongan agonis 5-HT1) dapat

memperbaiki tingkat akomodasi lambung dan memperbaiki keluhan rasa

cepat kenyang pasien setelah makan.1 Sebuah studi di Jepang menunjukkan

penggunaan obat golongan agonis 5-HT1 mengalami perbaikan gejala yang

signifikan dibandingkan dengan penggunaan plasebo.16

8. Psikoterapi

Penatalaksanaan psikologi pasien dispepsia secara umum mencakup

hubungan dokter dan pasien, perubahan gaya hidup seperti diet kopi,

pemberian psikofarmakoterapi golongan anti depresan. Jenis psikoterapi

jangka pendek yang dapat dilakukan pada pasien sindroma dispepsia meliputi

terapi kognitif dan terapi perilaku.1,22,28

2.1.8. Prognosis

Sindroma dispepsia yang ditegakkan diagnosisnya secara tepat dan mengikuti

sistem perujukan yang baik, lebih cenderung mendapatkan prognosis yang baik.1

14
2.2. Ansietas

2.2.1 Definisi

Ansietas merupakan sebuah respons subyektif yang ditimbulkan akibat stres

dimana penderitanya mengalami rasa keprihatinan, kesulitan, dan ketakutan akibat

ancaman yang nyata maupun yang dirasakannya.30 Ansietas (kecemasan) adalah

perasaan kekhawatiran yang tidak jelas, menyebar dan kadang tidak memiliki objek

spesifik. Ansietas berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan rasa tidak

berdaya sehingga kondisi ini bisa membahayakan keamanan seseorang9. Ansietas

dapat timbul tanpa disadari oleh seseorang. Hal ini ditandai dengan kumpulan

gejala seperti rasa lelah, sulit beristirahat, sulit berkonsentrasi dan ketegangan yang

dirasakannya meningkat10

2.2.2 Etiologi

Secara umum ansietas dapat disebabkan oleh faktor genetik, penyakit fisik

dan gangguan neroniokimiawi.14 Ansietas dapat dipicu oleh stres. Sumber stres

seperti suatu keadaan, situasi maupun objek yang dapat memicu ansietas disebut

sebagai stressor. Ansietas merupakan suatu masalah psikologis yang dapat

mencetuskan atau dapat dialami oleh pasien dengan disfungsi fisik.12 Penyakit yang

mengancam jiwa, kondisi keluarga, beban pekerjaan, dan kondisi ekonomi mampu

meningkatkan faktor risiko ansietas dan gangguan psikologi lainnya.9

15
2.2.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala ansietas dapat dikelompokkan atas dua, yaitu komponen

psikis dan komponen fisik. Komponen psikis yang dapat dirujuk sebagai tanda dan

gejala ansietas yaitu rasa khawatir dan rasa cemas. Tanda dan gejala ansietas yang

dapat muncul pada komponen fisik yaitu nafas cepat, jantung berdebar dan keluhan

lambung.13

Ansietas bisa bermanifestasi klinis seperti rasa sangat lelah (fatigue), sulit

beristirahat, konsentrasi terganggu, mudah terangsang terhadap rangsangan,

peningkatan ketegangan, dan memungkinkan pasien kehilangan kontrol atas

dirinya.10 Kondisi lain yang mungkin menunjukkan bahwa seseorang terkena

ansietas yaitu berperilaku agresif baik secara fisik maupun verbal (agitasi),

irritability dan sulit tidur. Kondisi ansietas apabila tidak ditangani dengan

mekanisme koping yang baik, maka akan memperburuk manifestasi klinis pasien

hingga pasien bisa mengalami serangan panik, fobia, hingga gangguan obsesif-

kompulsif.11

2.2.4 Diagnosis

Penegakan diagnosis ansietas dapat dilakukan melalui anamnesis, observasi

perilaku, dan dapat juga didukung dengan kuisioner tentang ansietas. Beberapa

jenis kuisioner yang bisa digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis

ansietas diantaranya kuisioner Depression, Anxiety, Stress Scale 42 (DASS 42)

yang dikeluarkan oleh Psychology Foundation Australia, kuisioner ini mampu

membedakan gejala yang dialami pasien apakah termasuk ansietas, depresi, atau

stres. Kuesioner Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) mampu

mengklasifikasikan tingkat ansietas yang dialami termasuk kategori kecemasan

16
minimal, kecemasan ringan, kecemasan sedang atau kecemasan berat.11,30

Kuesioner GAD-7 diciptakan untuk memberikan suatu tolak ukur untuk

menentukan tingkatan kecemasan secara umum. Penggunaan kuesioner GAD-7

telah digunakan pada kebanyakan fasilitas kesehatan primer dengan prevalensi

sekitar 8%. Pentingnya mengetahui adanya kemungkinan kecemasan pada pasien

dengan gangguan somatik sangat penting bagi tenaga kesehatan terutama pada

fasilitas kesehatan primer, karena secara ekonomis dan terapi dapat menentukan

terapi yang harus dilakukan tanpa membuang biaya untuk terapi yang seharusnya

tidak dilakukan. Penelitian untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas

kuesioner GAD-7 bahasa Indonesia telah dilakukan di Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, dengan hasil uji membuktikan bahwa kuesioner GAD-7

hasil adaptasi bahasa Indonesia terbukti valid dan reliabel. Kuesioner GAD-7

memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 84,4%.38,39

2.3 Hubungan Ansietas dengan Sindroma Dispepsia

Ansietas dan gangguan psikologi lainnya menjadi penyebab yang cukup

banyak mengakibatkan sindroma dispepsia. Dilaporkan bahwa sekitar 35% pasien

sindroma dispepsia tanpa gangguan organik mengalami gangguan psikologi dan

menunjukkan komorbiditas tiga kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

tidak mengalami gangguan psikologi. Tidak ditemukannya bukti organik lain yang

menyebabkan dispepsia menimbulkan pertanyaan apakah faktor psikologi dapat

menimbulkan sindroma dispepsia. Penelitian serupa telah dilakukan untuk

membuktikan bahwa peran ansietas dan gangguan psikologi lainnya memiliki

hubungan terhadap insiden sindroma dispepsia.21

17
Peningkatan aktivitas kadar kortisol, IL-6, IL-8, dan Helicobacter Pylori juga

sering dihubungkan dengan terjadinya stres psikologis, ansietas, dan lainnya.

Menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter

Pylori tahun 2014, prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada pasien dispepsia

tanpa gangguan organik sebanyak 20-40%. Helicobacter Pylori diperkirakan

mampu meningkatkan kadar mediator inflamasi seperti IL-6 dan IL-8 yang dapat

menimbulkan gejala sindroma dispepsia. IL-8 merupakan sitokin kemotaksis di

mukosa lambung yang teraktivasi akibat aktivitas Helicobacter Pylori. Peningkatan

kadar kortisol plasma juga bisa dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran IL-8

namun pengeluaran IL-8 berbanding terbalik dengan kadar kortisol plasma.29,31

Penelitian lainnya yang menghubungkan antara efek stres psikologi dengan

aktivitas IL-6 dan Helicobacter Pylori juga menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara keduanya. Ditemukan bahwa jumlah Helicobacter Pylori lebih

banyak pada pasien dispepsia tanpa gangguan organik dengan stres psikologi

dibandingkan dengan pasien tanpa stres psikologi. Peningkatan aktivitas

Helicobacter Pylori lebih sering menstimulasi IL-12 dibandingkan IL-6 ataupun

IL-10. Lemahnya stimulasi pada IL-6 dan IL-10 bisa dikarenakan rendahnya

aktivitas endotoksin dari lipopolisakarida-nya. Gambaran histopatologi mukosa

lambung pasien dengan stres psikologi juga didapatkan lebih parah dibandingkan

pasien tanpa stres psikologi.17

Stres psikologis yang dapat ditimbulkan akibat ansietas akan mengaktivasi

Hypotalamic-Pituitary-Adrenal Axis (HPA Axis) yang nantinya mengaktifkan

sistem imun atau sistem inflamasi dan sebagai sumbu utama respon stres. Proses

ini akan ditandai dengan aktivasi IL-1, IL-6 dan IL-8. Proses ini juga akan mengatur

18
respons stres melalui neurotransmitter seperti serotonin dan kortisol. Kadar kortisol

yang dijumpai pada beberapa penelitian menunjukkan kadar kortisol penderita

dispepsia dengan gangguan stres dan ansietas lebih tinggi dibandingkan pasien

tanpa gangguan yang sama meskipun perbedaan yang ditemukan tidak signifikan.29

HPA axis sebagai respon stres teraktivasi melalui neuron yang akan menghasilkan

hormon CRH, yang akan merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan

ACTH. Kondisi yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan daya tahan

tubuh.32

Brain-gut axis atau sistem komunikasi dua arah antara otak dan usus menjadi

hal penting dalam patofisiologi sindroma dispepsia akibat ansietas. Brain-gut axis

menggambarkan komponen penting dari sistem interoseptif kompleks yang akan

mempertahankan homeostasis antara tubuh dan otak. Kesalahan fungsi dari gut-

brain akan memanifestasikan gejala-gejala dispepsia seperti nyeri viseral, rasa

cepat kenyang, dan lainnya. Pada seseorang yang sakit, kegagalan penyampaian

sinyal pada sistem perifer (seperti rangsangan yang berpotensi merusak jaringan,

infeksi, dan inflamasi) dan sentral (homeostasis) dapat mengakibatkan perburukan

gejala dispepsia, penurunan nafsu makan secara signifikan dan kehilangan berat

badan.5, 31

19
Gambar 2.1 Pengaruh Stress Terhadap Respon HPA Axis yang Mengakibatkan
peningkatan Asam Lambung. 32 (sumber : Kelly JR, Kennedy PJ,
Cryan JF, Dinan TG, Clarke G and Hyland NP. Breaking down the
barriers: the gut microbiome, intestinal permeability and stress-
related psychiatric disorders. Front Cell Neurosci. (2015). 9:392.
doi: 10.3389/fncel.2015.00392)

Fungsi otak pada pasien sindroma dispepsia tanpa gangguan organik dengan

komorbid ansietas berbeda dengan pasien tanpa komorbid. Penelitian yang

dilakukan oleh Liu et al. menggambarkan peningkatan glukometabolisme otak pada

pasien dengan komorbid. Pasien dengan komorbid ansietas juga menunjukkan

tingkat aktivitas midcingulate korteks lebih rendah daripada pasien tanpa komorbid.

Kedua indikator ini menyimpulkan bahwa pasien dengan sindroma dispepsia bukan

hanya disebabkan kelainan respons otak terhadap rangsangan nyeri viseral, namun

juga kelainan aktivitas otak pada saat istirahat.31

Faktor kebiasaan, juga dapat menjadi pemicu timbulnya kecemasan pada

seseorang. Pada anak-anak dan dewasa, hal ini bisa didapatkan melalui berbagai

macam hal seperti ancaman melalui kata-kata, pengalaman masa lalu, dan lainnya.

Timbulnya kecemasan juga dapat dipicu oleh bagaimana hubungan orang tua

20
dengan anak, cara orang tua memberikan perhatian pada anak. Kecemasan yang

dialami oleh orang tua yang berdampak pada terlalu terlibatnya orang tua dan

berkurangnya rasa percaya pada anak, juga dapat menimbulkan kecemasan pada

anak untuk bertindak. Sebab lainnya yang dapat memicu kecemasan yaitu adanya

kejadian traumatis yang terjadi pada dirinya yang bisa menimbulkan kecemasan.

Terjadinya suatu insiden atau pengalaman traumatis dapat memicu kecemasan yang

dapat berujung timbulnya PTSD (post traumatic stress disorder). Pengaruh lain

yang dapat memicu timbulnya kecemasan yaitu pengaruh hubungan dengan rekan

atau lingkungan, seperti teman dekat, hubungan percintaan ataupun juga bagaimana

rekannya menolak atau menerima kondisi dirinya. Jadi, selain faktor biologis yang

dapat berpengaruh pada timbulnya kecemasan, faktor lingkungan serta keluarga

juga berisiko untuk menimbulkan adanya kecemasan pada seseorang.37

21
BAB III
KERANGKA TEORI,KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Aktivasi HPA Axis


Ansietas

CRF
Hiperaktivitas Peningkatan Respon
Helicobacter Inflamasi (IL-6, IL-
ACTH Pylori 8)
­
Peningkatan Manifestasi Klinis
asam lambung Dispepsia
Endoskopi
Pemeriksaan USG

Tidak Ada Pemeriksaan


Penyebab Organik
Laboratorium

Dispepsia
Fungsional

Terapi

Medikamentosa Psikoterapi

Gambar 3.1 Kerangka Teori


Keterangan :
: menyebabkan

: terdiri dari

22
3.2 Kerangka Konsep

Ansietas

Gangguan organik
Gangguan Usia
esofagogastroduodenal Sindroma Dispepsia Jenis Kelamin
Obat-obatan Pekerjaan
Penyakit hepatobilier Riwayat Keluarga
Penyakit sistemik

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

23
3.3 Hipotesis

Ho : Tidak terdapat hubungan antara ansietas dengan sindroma

dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

Ha : Terdapat hubungan antara ansietas dengan sindroma dispepsia

pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang.

24
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan merupakan bagian ilmu

penyakit dalam dan ilmu kedokteran jiwa.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU-C BMC Padang.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 – Januari 2021.

4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis analitik

dengan desain penelitian cross sectional.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi target

Populasi target pada penelitian ini adalah tenaga kesehatan di RSU-C BMC

Padang.

4.4.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah tenaga kesehatan di RSU-C

BMC yang bertugas dalam masa pandemi COVID-19 dan memenuhi kriteria

sindroma dispepsia.

25
4.4.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan di RSU-C BMC yang

menderita dispepsia dan memenuhi kriteria :

Kriteria Inklusi

1. Semua Tenaga kesehatan (dokter dan perawat) di RSU-C BMC Padang

Kriteria Eksklusi

1. Tenaga kesehatan di RSU-C BMC yang tidak memenuhi kriteria sindroma

dispepsia.

2. Responden memiliki gangguan jiwa berat (psikotik).

3. Responden yang menggunakan obat-obatan antipsikotik seperti

benzodiazepin, alprazolam, diazepam, risperidon, clobazam, dan estazolam.

4.4.4 Cara Sampling

Pemilihan subyek pada penelitian ini secara acak dengan metode yang

digunakan yaitu metode simple random sampling yang dipilih dengan random

number generator.

26
4.4.5 Besar Sampel

Untuk menentukan sampel minimal dengan jenis penelitian analitik

korelatif dapat digunakan rumus sebagai berikut :


0
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛 = +3
1+𝑟
0,5 ln
1−𝑟
0
(1,64 + 1,28)
𝑛 = +3
1 + 0,4
0,5 ln
1 − 0,4

𝑛 = 54

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal


Za = Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah (1,64)
Zb = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% (1,28)
r = Korelasi minimal yang dianggap bermakna ditetapkan sebesar 0,4

Jadi, jumlah sampel minimal yang didapatkan pada penelitian ini sebanyak

54 sampel. Peneliti menentukan total sampel yang digunakan sebanyak 60 sampel

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini meliputi ansietas, usia, jenis kelamin, dan

pekerjaan.

4.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah sindroma dispepsia.

27
4.6 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1. Kejadian Tenaga Kuesioner Kuesioner 1. Bukan Nominal
Dispepsia kesehatan yang (Kriteria Dispepsia
memenuhi Rome III) 2. Dispepsia
kriteria
sindroma
dispepsia

2. Ansietas Tingkat Kuesioner Kuesioner Skor GAD- Ordinal


ansietas atau GAD-7 7
kecemasan -Kecemasan
yang terjadi Minimal :
pada pasien 0-4
yang menjadi -Kecemasan
responden Ringan: 5-9
-Kecemasan
Sedang: 10-
14
-Kecemasan
Berat: ³ 14

3. Pekerjaan Kelompok Kuesioner Kuesioner - Dokter Nominal


pekerjaan yang - Perawat
dilakukan
responden
sebagai tenaga
kesehatan di
RSU-C BMC
Padang

4. Usia Usia Kuesioner Kuesioner - <21 tahun Interval


dinyatakan - 21-55
dalam tahun tahun
dan diukur - > 55 tahun
sejak lahir
hingga
sekarang

28
5. Jenis Jenis kelamin Kuesioner Kuesioner -Laki-laki Nominal
Kelamin responden -Perempuan
dalam
penelitian.

6. Riwayat Apakah Kuesioner Kuesioner - Ya Nominal


keluarga keluarga - Tidak
responden
memiliki
penyakit yang
sama

29
4.7 Cara Pengumpulan Data

4.7.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Generalized

Anxiety Disorder Assessment (GAD-7).

4.7.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang

didapatkan melalui proses pengisian kuesioner.

4.7.3 Cara Kerja

Langkah kerja diawali dengan survei populasi yang dilakukan langsung ke

RSU-C BMC Padang. Selanjutnya ditentukan jumlah sampel minimal untuk

penelitian. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi selanjutnya akan diberikan

tautan pengisian kuesioner Generalizes Anxiety Disorder Assessment (GAD-7)

untuk melihat hubungan ansietas dengan kejadian sindroma dispepsia.

30
4.8 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Kriteria Inklusi Pengambilan Data Kriteria


Melalui Kuesioner Eksklusi

Sampel

Analisis dan Pengolahan


Data

Hasil Penelitian

Penyajian

Pembahasan

Gambar 4.1 Alur Penelitian

4.9 Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

a. Editing Data
Memeriksa kembali data yang diperoleh apakah telah sesuai dengan kriteria

inklusi termasuk kelengkapan dan kejelasan data yang diperoleh.

b. Coding Data
Data yang sudah terkumpul lalu diberi kode angka di setiap variabel yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini berguna untuk

memudahkan proses analisis data.

31
c. Entry Data
Data yang telah diberi kode lalu dimasukkan untuk dianalisis dengan

komputer.

d. Cleaning Data
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk mencegah

kemungkinan adanya kekurangan data atau kesalahan dalam pengkodean

data.

e. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis selanjutnya akan disajikan dalam

tabel yang berisikan variabel yang diteliti.

4.9.2 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang digunakan untuk

mengetahui bagaimana distribusi dan persentase ansietas, usia, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan terhadap kejadian sindroma dispepsia pada

tenaga kesehatan di RSU BMC Padang.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dipergunakan untuk mencari hubungan antara dua

variabel, yaitu tingkat ansietas dan riwayat keluarga dengan kejadian

sindroma dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU BMC Padang. Analisis

ini menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square).

32
4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengutamakan etika-etika penelitian

sebagai berikut:

1. Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearence dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah.

2. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan izin penelitian dari RSU

BMC Padang.

3. Subyek penelitian terlebih dahulu diberikan informed consent dan diberikan

penjelasan mengenai maksud, tujuan, dan manfaat dari penelitian yang

dilakukan.

4. Subyek berhak menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian tanpa

konsekuensi apa pun.

5. Data yang dimiliki pasien dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian

dan dijamin kerahasiaannya.

6. Semua biaya yang dikeluarkan selama penelitian ditanggung oleh peneliti.

33
BAB V
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan ansietas dengan sindroma dispepsia pada 60 responden yang telah

mengisi kuesioner dan dipilih dengan metode simple random sampling, maka

peneliti dapat menguraikan hasil penelitian melalui paparan berikut :

5.1 Analisis Univariat


5.1.1 Angka Kejadian Ansietas pada Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC
Padang dalam Masa Pandemi COVID-19
Tabel 5.1 Angka Kejadian Ansietas pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang
dalam masa pandemi COVID-19
Frekuensi (f) %
Kecemasan Minimal 25 41.7
Kecemasan Ringan 10 16.7
Kecemasan Sedang 19 31.7
Kecemasan Berat 6 10.0
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, dari 60 responden yang terpilih diperoleh angka

kejadian kecemasan minimal sebanyak 25 orang (41,7%), kecemasan ringan

sebanyak 10 orang (16,7%), kecemasan sedang sebanyak 19 orang (31,7) dan

kecemasan berat sebanyak 6 orang (10,0%).

34
5.1.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia


Frekuensi (f) %
<21 Tahun 0 0
21-55 Tahun 58 96.7
>55 Tahun 2 3.3
Total 60 100.0

Tabel 5.2 menjelaskan bahwa distribusi frekuensi usia responden terbanyak

adalah usia 21-55 tahun dengan jumlah 58 Orang (96,7%) diikuti usia >55 tahun 2

orang (3,3%) dan <21 tahun 0 orang.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin


Frekuensi (f) %
Laki-laki 10 16.7
Perempuan 50 83.3
Total 60 100.0

Tabel 5.3 menjelasakan distribusi frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah

perempuan sebanyak 50 orang (83,3%) dan diikuti laki-laki sebanyak 10 orang

(16,7%).

35
5.1.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan


Frekuensi (f) %
Dokter 11 18.3
Perawat 49 81.7
Total 60 100.0

Tabel 5.4 menyimpulkan bahwa dari 60 responden, 49 orang (81,7%)

diantaranya bekerja sebagai perawat dan 11 orang (18,3%) lainnya bekerja sebagai

dokter.

5.1.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Keluarga

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Keluarga


Frekuensi (f) %
Ya 46 76.7
Tidak 14 23.3
Total 60 100.0

Tabel 5.5 menjelaskan tentang bagaimana distribusi frekuensi riwayat

keluarga dengan kejadian sindroma dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C

BMC Padang, dari 60 total responden, 46 orang (76,7%) memiliki riwayat keluarga

penderita dispepsia dan 14 lainnya (23,3%) tidak memiliki riwayat keluarga.

36
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Ansietas dengan Kejadian Sindroma Dispepsia pada
Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC Padang dalam Masa Pandemi
COVID-19
Hasil penelitian Hubungan Ansietas dengan Kejadian Sindroma dispepsia

pada Tenaga Kesehatan di RSU-C BMC Padang dalam Masa Pandemi COVID-19

diuraikan sebagai berikut:

Tabel 5.6 Hubungan Ansietas dengan Kejadian Sindroma dispepsia pada Tenaga
Kesehatan di RSU-C BMC Padang dalam Masa Pandemi COVID-19
DISPEPSIA
Total
Tidak Ya
Kecemasan Minimal 11 14 25
ANSIETAS
Kecemasan Ringan 8 2 10
Kecemasan Sedang 2 17 19
Kecemasan Berat 0 6 6
Total 21 39 60

Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik Hubungan Ansietas dengan Sindroma dispepsia
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 18.024a 3 .000
Likelihood Ratio 20.602 3 .000
N of Valid Cases 60

Tabel 5.6 dan 5.7 menjelaskan bagaimana distribusi kejadian ansietas

dengan terjadinya sindroma dispepsia serta apakah terdapat hubungan diantara

keduanya. Penjelasan mengenai tabel ini dimulai dengan kategori responden yang

tidak mengalami sindroma dispepsia, distribusi yang didapat yaitu kategori

kecemasan berat 0 orang, kecemasan minimal 11 orang, kecemasan ringan 8 orang

dan kecemasan sedang 2 orang. Kategori ansietas yang mengalami kejadian

sindroma dispepsia didapatkan distribusinya yaitu kecemasan berat 6 orang,

kecemasan minimal 14 orang, kecemasan ringan 2 orang dan kecemasan sedang 17

37
orang. Kategori ansietas secara keseluruhan baik menderita sindroma dispepsia

maupun tidak mengalami sindroma dispepsia juga dijelaskan dalam tabel 5.6

dimana untuk kategori kecemasan berat dengan total 6 orang, kecemasan minimal

25 orang, kecemasan ringan 10 orang dan kecemasan sedang 19 orang. Hasil

distribusi yang dipaparkan dalam tabel 5.6 selanjutnya diolah melalui uji statistik

chi-square untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keduanya. Hasil uji chi-

square yang didapatkan yaitu nilai p 0,000 dan nilai likelihood ratio 0,000, namun

hasil yang didapatkan tidak memenuhi kriteria uji chi-square dan selanjutnya

dilakukan uji alternatif menggunakan uji Kruskal Wallis.

Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik Kruskal Wallis


Ansietas N Mean Rank p-Value
Dispepsia Kecemasan Minimal 25 33.20
Kecemasan Ringan 10 44.00
Kecemasan Sedang 19 23.16 0,001
Kecemasan Berat 6 20.00
Total 60

Uji Kruskal Wallis ini digunakan sebagai uji alternatif karena tidak

terpenuhinya syarat uji chi-square yang digunakan. Hasil p-value yang didapat

yaitu sebesar 0,001 yang bernilai lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu hasil ini dapat

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ansietas dengan kejadian sindroma

dispepsia.

38
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Angka kejadian Ansietas

Penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil angka kejadian kecemasan

pada penderita sindroma dispepsia terbanyak pada kategori kecemasan minimal

sebanyak 25 orang (41,7%) dan paling sedikit pada kategori kecemasan berat

sebanyak 6 orang (10,0%). Kategori kecemasan ringan dan sedang masing-masing

memperoleh hasil 10 orang (16,7%) dan 19 orang (31,7%). Hal ini menunjukkan

keberagaman distribusi kejadian ansietas yang cukup banyak.

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitra

Edni Wari, et al (2020) yang mendapatkan hasil untuk kategori kecemasan

terbanyak ada pada kategori tidak ada kecemasan (55,2%) dan paling sedikit pada

kecemasan sedang (8,6%).34 Perbedaan yang didapatkan dapat disebabkan oleh

kriteria responden seperti usia, pekerjan, dan lainnya. Banyaknya tingkat

kecemasan minimal yang didapatkan pada penelitian ini dapat disebabkan karena

latar belakang tenaga kesehatan yang berbeda-beda seperti faktor kebiasaan, trauma

masa lalu ataupun hal lainnya yang dapat memicu ada atau tidaknya kecemasan

pada dirinya.37

6.2 Karakteristik Usia

Penelitian ini mendapatkan hasil usia terbanyak penderita sindroma dispepsia

pada rentangan usia 21-55 tahun sebanyak 58 orang (96,7%). Penelitian yang

dilakukan oleh Lina Purnamasari tentang Faktor Risiko, Klasifikasi dan Terapi

Sindrom Dispepsia (2017) menyebutkan bahwa dalam suatu studi tentang sindroma

dispepsia yang diakibatkan masalah psikologis ada dalam rata-rata usia 35,81 ±

14,81 tahun sebanyak 100 orang.35 Hal ini menunjukkan bahwa dalam rentang usia

39
yang diteliti dalam penelitian ini atau pun dalam penelitian terkait sama-sama

menunjukkan hasil tertinggi pada rentangan usia yang sama. Hal yang dapat

berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian dalam kategori terkait dalam

penelitian ini yaitu jumlah tenaga medis yang bekerja di RSU-C BMC Padang

secara mayoritas berada dalam kategori 21-55 tahun. Faktor usia juga harus

mendapat perhatian lebih pada pasien dengan sindroma dispepsia karena penurunan

kemampuan fisik pada orang dewasa dan lanjut usia dapat memperburuk kondisi

pasien karena gagal mengkompensasi tanda dan gejala yang dialami pasien.

6.3 Karakteristik Jenis Kelamin

Distribusi jenis kelamin yang didapatkan pada penelitian ini untuk responden

adalah 50 orang perempuan (83,3%) dan 10 orang laki-laki (16,7%). Hasil yang

didapatkan ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Husnul

Ikhsan, et al (2020) tentang Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan

Kejadian Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Tahun Pertama di Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Sebelum dan Sesudah Ujian Blok. Penelitian yang

dilakukannya menunjukkan hasil distribusi penderita sindroma dispepsia yang

memenuhi kriteria yaitu perempuan (68%) lebih banyak daripada laki-laki (32%).

Tingginya prevalensi dispepsia pada perempuan juga dapat disebabkan oleh

pengaruh hormon estrogen yang berperan dalam kontrol fungsi motorik dan sensori

saluran pencernaan baik secara langsung maupun tidak langsung pada imun,

endokrin, dll. Hormon sex wanita pada fase luteal berpengaruh dalam perlambatan

pengosongan lambung dan motilitasnya sebagaimana salah satu tanda dari

sindroma dispepsia. Perbedaan antara hormon sex wanita dan pria yaitu ditemukan

40
dalam suatu penelitian oleh Chen et.al bahwa estradiol (E2) dan campuran E2 serta

progesteron menghambat pengosongan lambung sedangkan testosteron tidak.36

6.4 Karakteristik Pekerjaan

Distribusi frekuensi pekerjaan pada responden penelitian ini berjumlah 49

orang (81,7%) perawat dan dokter 11 orang (18,3%). Tingginya distribusi

pekerjaan perawat pada penelitian ini dapat disebabkan oleh lebih banyaknya

jumlah perawat dibandingkan dokter di RSU-C BMC Padang. Secara keseluruhan

RSU-C BMC Padang memiliki jumlah perawat ... orang dan dokter sebanyak ...

orang.

6.5 Karakteristik Riwayat Keluarga

Pada penelitian ini ditemukan beberapa responden yang memiliki riwayat

keluarga penderita sindroma dispepsia. Data yang didapatkan secara keseluruhan

responden yang memiliki riwayat keluarga sebanyak 46 orang (76,7%). Hasil yang

didapatkan dalam penelitian ini sama dan berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan Lina Purnamasari tentang Faktor Risiko, Klasifikasi dan Terapi Sindrom

Dispepsia, di dalam penelitiannya Lina menyebutkan bahwa prevalensi dispepsia

lebih tinggi terjadi pada penderita dengan riwayat keluarga.35 Riwayat keluarga

juga dijadikan sebagai salah satu gejala dan tanda alarm (red flags) bagi sindroma

dispepsia. Pentingnya riwayat keluarga diketahui dalam anamnesis pasien sindroma

dispepsia karena pasien dengan riwayat keluarga memiliki risiko lebih tinggi

menderita penyakit serupa, dalam sebuah penelitian di jepang ditemukan bahwa

terdapat polimorfisme genetik yang ditemukan dalam tiga gen yaitu TRPV1,regio

genom pri-mri25 dan SCN10A yang dikaitkan dengan terjadinya dispepsia tanpa

penyebab organik.31

41
6.6 Hubungan Ansietas dan Sindroma Dispepsia

Jumlah responden yang menderita sindroma dispepsia pada penelitian ini

berjumlah 39 orang dengan pembagian tingkat kecemasan berdasarkan kuesioner

GAD-7, kecemasan minimal sebanyak 14 orang, kecemasan ringan 2 orang,

kecemasan sedang 17 orang dan kecemasan berat 6 orang. Uji statistik dilakukan

dengan metode chi-square pada kedua variabel dan didapatkan nilai p sebesar 0,000

dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang mengartikan bahwa terdapat

hubungan diantara kedua variabel. Hasil penelitian yang didapatkan ini sama

dengan beberapa penelitian yang serupa. Penelitian yang dilakukan oleh Dita

Nelvita Sari et al (2017) tentang Hubungan Ansietas dan Depresi dengan Derajat

Dispepsia Fungsional di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Agustus 2013 hingga

Januari 2014, dimana dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara ansietas dengan derajat dispepsia fungsional (p<0,05).7 Hasil

serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Muhammad Husnul Ikhsan,

et al (2020) tentang Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Kejadian

Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Tahun Pertama di Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Sebelum dan Sesudah Ujian Blok, didapatkan hasil nilai

p<0,05 yang mengartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ansietas

dengan kejadian sindroma dispepsia.15 Hasil yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara ansietas dengan sindroma dispepsia menguatkan teori bahwa

pengaruh psikologi dapat memicu timbulnya sindroma dispepsia. Penggunaan

kuesioner untuk menentukan tingkat kecemasan tidak dapat digunakan sebagai

penegakan diagnosis ansietas melainkan hanya sebagai screening bagi penderita

ansietas.

42
Hasil dari uji statistik yang didapatkan menguatkan bagaimana patofisiologi

yang diakibatkan ansietas dapat menimbulkan sindroma dispepsia. HPA Axis dan

brain-gut axis yang teraktivasi akibat ansietas akan menimbulkan tanda-tanda

sindroma dispepsia. Responden dalam penelitian ini merupakan tenaga kesehatan

yang tetap melakukan kegiatan dalam masa pandemi, hal tersebut dapat menjadi

salah satu faktor yang dapat menimbulkan ansietas dan bermanifestasi atas

timbulnya tanda sindroma dispepsia. Faktor risiko yang dialami sehingga

menimbulkan kecemasan akan mengaktivasi Hypotalamic-Pituitary-Adrenal Axis

(HPA Axis) dimana hasil akhirnya akan mengeluarkan hormon CRH dan akan

merangsang keluarnya hormon ACTH dan mengakibatkan penurunan daya tahan

tubuh. Daya tahan tubuh yang menurun akan mengganggu fungsi dari brain-gut

axis dan akan memanifestasikan gejala-gejala dispepsia. Selain faktor biologis yang

mampu menimbulkan ansietas, faktor kebiasaan seseorang juga dapat berpengaruh

terhadap timbulnya kecemasan. Kejadian traumatis, pengalaman masa kecil,

hubungan dengan orang tua hingga hubungan dengan rekan dan lingkungan luar

juga dapat berpengaruh atas timbulnya kecemasan pada seseorang 5,29,31,32,37

43
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan ansietas dengan sindroma
dispepsia pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Angka kejadian ansietas terbanyak pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC
Padang adalah kecemasan sedang.
2. Distribusi Frekuensi usia terbanyak adalah 21-55 tahun.
3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin terbanyak adalah perempuan.
4. Distribusi Frekuensi pekerjaan terbanyak adalah perawat, sehubungan dengan
lebih banyaknya jumlah perawat dibandingkan dokter di RSU-C BMC Padang.
5. Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga terbanyak adalah memiliki riwayat
keluarga penderita sindroma dispepsia.
6. Terdapat hubungan antara ansietas dengan sindroma dispepsia pada tenaga
kesehatan di RSU-C BMC Padang.

7.2 Saran
1. Perlu diberikan edukasi kepada penderita sindroma dispepsia mengingat
penyebab sindroma dispepsia bukan hanya melalui penyakit organik namun
juga dapat disebabkan oleh penyebab psikologis, edukasi yang dapat diberikan
seperti pengenalan oleh pihak rumah sakit tentang manajemen cemas dan
manajemen stres pada tenaga kesehatan.
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk dapat menambah sampel yang
lebih banyak agar dapat meningkatkan reliabilitas penelitian.
3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan instrumen
kuesioner ansietas yang berbeda untuk menambah referensi dalam penelitian
ini.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, W. Sudoyo A, Simadibrata M, Setiyohadi B, Fahrial Syam


A. Imu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing;
2014
2. Putri I, Widyatuti W. Stres dan Gejala Dispepsia Fungsional pada Remaja.
Jurnal Keperawatan Jiwa. 2019;7(2):203.
3. Muya Y, Murni A, Herman R. Karakteristik Penderita Dispepsia Fungsional
yang Mengalami Kekambuhan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Djamil Padang, Sumatera Barat Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas
[Internet]. 2015;4(2). Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id
4. Putri I, Widyatuti W. Stres dan gejala dispepsia fungsional pada remaja.
Jurnal Keperawatan Jiwa. 2019;7(2):203-214.
5. Siversten, Otilia. Psychological Profile in Patients with Pathologic
Gastroscopic Findings andFunctional Dyspepsia: A Pilot Study. (2017).
6. Chaidir R, Maulina H. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Sindrom
Dispepsia Fungsional Pada Mahasiswa Semester Akhir Prodi S1
Keperawatan di Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Stikes Yarsi Sumbar
Bukittinggi . 2015 Jul 1;2(2).
7. Sari D, Murni A, Edison E. Hubungan Ansietas dan Depresi dengan Derajat
Dispepsia Fungsional di RSUP Dr M Djamil Padang Periode Agustus 2013
hingga Januari 2014. Jurnal Kesehatan Andalas [Internet]. 2017 [cited 11
May 2020];6(1):117. Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id
8. Prasetyo Muhammad E, Widya Murni A, Sulastri D, Miro S. Hubungan
Derajat Keasaman Cairan Lambung dengan Derajat Dispepsia pada Pasien
Dispepsia Fungsional. Jurnal Kesehatan Andalas [Internet]. 2016 [cited 11
May 2020];5(2). Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id
9. Bilqis A, Yaunin Y, Darwin E. Hubungan Tingkat Ansietas dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Andalas
Angkatan 2015-2016. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7(3):319.

45
10. Pasaribu, Jesika. Hubungan Tingkat Stres Dan Ansietas Terhadap
Mekanisme Koping Penderita Kanker. Jurnal Mutiara Ners 3.1 (2020): 28-
36.
11. Apriady T, Yanis A, Yulistini Y. Prevalensi Ansietas Menjelang Ujian Tulis
pada Mahasiswa Kedokteran Fk Unand Tahap Akademik. Jurnal Kesehatan
Andalas [Internet]. 2016;5(3):666-670. Available from:
http://jurnal.fk.unand.ac.id
12. Mawaddah N, Mujiadi M, SA R. Penerapan Model Komunikasi Terapeutik
Peplau Pada Pasien Penyakit Fisik dengan Ansietas. Indonesian Journal for
Health Sciences. 2020;4(1):16.
13. Livana, P. H., Budi Anna Keliat, and Yossie Susanti Eka Putri. "Penurunan
Tingkat Ansietas Klien Penyakit Fisik Dengan Terapi Generalis Ansietas
Di Rumah Sakit Umum Bogor." Jurnal Keperawatan 8.2 (2016): 64-73.
14. Luana, N. A., et al. Kecemasan pada penderita penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia. Media medika
indonesiana 46.3 (2012): 151-156.
15. Husnul Ikhsan M, Widya Murni A, Rustam E. Hubungan Depresi, Ansietas,
dan Stres dengan Kejadian Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Tahun
Pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sebelum dan Sesudah
Ujian Blok. Jurnal Kesehatan Andalas [Internet]. 2020;9(1S). Available
from: http://jurnal.fk.unand.ac.id
16. IKHSAN, Muhammad Husnul; MURNI, Arina Widya; RUSTAM, Erlina
Rustam. Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Kejadian Sindrom
Dispepsia pada Mahasiswa Tahun Pertama di Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Sebelum dan Sesudah Ujian Blok. Jurnal Kesehatan
Andalas, 2020, 9.1S.
17. Darwin E, W. Murni A, E. Nurdin A. The E ect of Psychological Stress on
Mucosal IL-6 and Helicobacter pylori Activity in Functional Dyspepsia.
Acta Med Indones - Indones J Intern Med. 2017;Vol 49(2):99-104.
18. Syam, Ari F., et al. National consensus on management of dyspepsia and
helicobacter pylori infection. Acta Medica Indonesiana 49.3 (2017): 279.

46
19. Fithriyana, Rinda. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dispepsia Pada Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang
Kota. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat 2.2 (2018): 43-53.
20. Hantoro, Ibnu F., and Ari F. Syam. Measurement of Health-Related Quality
of Life in Patients with Functional Dyspepsia. Acta Med Indonesia. (2018):
14.
21. Eko Cahyanto M, Ratnasari N, Siswanto A. Symptoms of depression and
quality of life in functional dyspepsia patients. J Med Sci. 2014;46(2):88-
93.
22. Dorofeyev A, Rudenko N, Kugler T. Functional dyspepsia. Different
mechanisms, comprehensive treatment. GASTROENTEROLOGY.
2017;51(3):209-212.
23. Srikandi, N., Mukaddas, A., & Faustine, I.. Profil Penggunaan Obat Pada
Pasien Dispepsia Di RSU Anutapura Palu: Drug Use Profile Of Dyspepsia
Patients In Anutapura General Hospital Palu. Jurnal Farmasi Galenika
(Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal). (2017). 3(2), 126 - 131.
https://doi.org/10.22487/j24428744.0.v0.i0.8772.
24. Faizah, Nurul. Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) Dalam
Menangani Kecemasan Penderita Ekstrapiramidal Sindrom Mahasiswa
UIN Sunan Ampel Surabaya. JURNAL TRANSFORMATIF (ISLAMIC
STUDIES) 2.1 (2018): 47-59.
25. Rusli, Bambang Hernowo. Refluks Gastroesofageal pada Anak. Maranatha
Journal of Medicine and Health 9.2 (2012).
26. Firmansyah, Mohammad Adi, Dadang Makmun, and Murdani Abdullah.
Role of Digestive Tract Hormone in Functional Dyspepsia. Indonesian
Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy 14.1
(2013): 39-43.
27. Musnelina, L, Gede Agung AR, Dewa. 2019. Profil Kesesuaian Terapi
Obat Dispepsia Terhadap Formularium PadaPasien Rawat Jalan Rumah
Sakit Tk. IV Cijantung Jakarta, Jakarta Timur, Periode Januari –Desember
2016. Saintech Farma. 12.2. (2019) :111-117.

47
28. Soo, Shelly et al. WITHDRAWN: Psychological Interventions for Non-
ulver Dyspepsia. The Cochrane database of systematic reviews. vol 2011.2.
29. Murni, Arina Widya, et al. Analyzing Determinant Factors for
Pathophysiology of Functional Dyspepsia Based on Plasma Cortisol Levels,
IL-6 and IL-8 Expressions and H. pylori Activity. Acta Medica
Indonesiana 50.1 (2018): 38.
30. Masdar, Huriatul, et al. Depresi, Ansietas dan Stres serta Hubungannya
dengan Obesitas pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 12.4 (2016):
138-143.
31. Tominaga K, Kusunoki H. Functional Dyspepsia. Singapore: Springer
Nature Singapore Pte Ltd.; 2018.
32. Widya Murni A. Kadar Kortisol Plasma pada Pasien Dispepsia Fungsional
dengan Gangguan Psikosomatik. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.
2020;7(1).
33. Kelly JR, Kennedy PJ, Cryan JF, Dinan TG, Clarke G and Hyland NP.
Breaking Down the Barriers: The Gut Microbiome, Intestinal Permeability
and Stress-related Psychiatric Disorders. Front. Cell. Neurosci. 9:392.
(2015). doi: 10.3389/fncel.2015.00392
34. Wari, F. E., Ferilia Adiesti, & Farida Yuliani. (2020). Kecemasan Bidan
dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan pada Masa Pandemi COVID-19
. Hospital Majapahit (JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK
KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO), 12(2), 77-86.
https://doi.org/10.5281/zenodo.4275132
35. Purnamasari, L., 2017. Faktor Risiko, Klasifikasi dan Terapi Sindrom
Dispepsia. CDK-259, [online] 44(12). Available at:
<http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/691> [Accessed
28 December 2020].
36. Kim, Y. and Kim, N., 2020. Functional Dyspepsia: A Narrative Review
With a Focus on Sex-Gender Differences. Journal of
Neurogastroenterology and Motility, [online] 26(3), pp.322-334. Available
at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7329152/> [Accessed
17 January 2021].

48
37. Silverman, W. and Field, A., 2011. Anxiety disorders in children and

adolescents. Cambridge, Angleterre: Cambridge University Press, pp.227-

346.

38. Jordan, P., Shedden-Mora, M. and Löwe, B., 2017. Psychometric analysis

of the Generalized Anxiety Disorder scale (GAD-7) in primary care using

modern item response theory. PLOS ONE, 12(8), p.e0182162.

39. Larasari, A., 2015. Uji validitas, uji reliabilitas, dan uji diagnostik instrumen

Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7) versi bahasa Indonesia pada

pasien epilepsi dewasa. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

[online].Available.at:.<http://152.118.24.168/detail?id=20424638&lokasi=

lokal> [Accessed 6 March 2021].

49
Lampiran 1

TIME SCHEDULE PROPOSAL/SKRIPSI


PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

TIME SCHEDULE PROPOSAL/SKRIPSI


BULAN
NO KEGIATAN
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
PENGESAHAN
1.
JUDUL
PEMBUATAN
2.
PROPOSAL
3. UJIAN PROPOSAL
REVISI &
4. MELAKUKAN
PENELITIAN
5. UJIAN SKRIPSI
REVISI SKRIPSI &
6. MEMPERBANYAK
SKRIPSI

50
Lampiran 2

Surat Izin Pengambilan Data Awal

51
Lampiran 3

Kuesioner Generalized Anxiety Disorder Assessment (GAD-7)

Nama :
Skor :
Dalam 2 minggu ini apakah anda Tidak Kurang Satu Hampir
merasakan hal-hal : sama dari satu minggu setiap
sekali minggu hari
(0) (1) (2) (3)
1. Merasa gugup, cemas atau
gelisah
2. Tidak dapat menghentikan atau
mengendalikan rasa khawatir
3. Khawatir berlebihan tentang
berbagai hal
4. Sulit untuk merasa rileks
5. Gelisah hingga sulit untuk duduk
diam
6. Menjadi mudah jengkel atau
marah
7. Merasa khawatir sesuatu yang
buruk akan terjadi

Tingkat kecemasan
dikategorikan:
1. Kecemasan minimal: 0 - 4
2. Kecemasan ringan: 5 - 9
3. Kecemasan sedang: 10 - 14
4. Kecemasan berat: ≥14

52
Hubungan Ansietas dengan Sindroma Dispepsia pada Tenaga Kesehatan di RSU-
C BMC Padang dalam Masa Pandemi COVID-19

Nama:
Jenis kelamin
• Laki-laki
• Perempuan
Pekerjaan
• Dokter
• Perawat
Usia anda
• <21 tahun
• 21-55 tahun
• >55 tahun

• Apakah dalam 2 minggu ini anda mengalami satu dari keluhan berikut ; rasa
cepat kenyang, nyeri di bagian ulu hati, rasa terbakar di perut bagian atas?
• Ya
• Tidak
• Apakah anda memiliki riwayat keluarga penderita maag?
• Ada
• Tidak ada
• Apakah anda pernah atau sedang mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik
seperti benzodiazepin, alprazolam, diazepam, risperidon, clobazam, dan
estazolam
• Ya
• Tidak

53
Lampiran 4

Dummy Table

1. Univariat
Tabel 1. Distribusi Ansietas pada tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang dalam
masa pandemi COVID-19.
Ansietas Jumlah (n) Persentase (%)

Kecemasan Minimal

Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang

Kecemasan Berat

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

<21 tahun

21-55 tahun
> 55 tahun

54
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki

Perempuan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

Dokter

Perawat

55
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)

Ada

Tidak Ada

2. Bivariat

Tabel 6. Hubungan Antara Ansietas dengan Kejadian Sindroma Dispepsia pada

tenaga kesehatan di RSU-C BMC Padang dalam masa pandemi COVID-

19.

Sindroma Dispepsia
Faktor Nilai p-value
n %

Ansietas

Kecemasan Minimal

Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang

Kecemasan Berat

56
Lampiran 5. Master Table

Jenis Riwayat
NO Dispepsia Pekerjaan Usia Kategori GAD-7
Kelamin Keluarga
1 Ya DOKTER L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
2 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
3 Ya DOKTER P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Minimal
4 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
5 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
6 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
7 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
8 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
9 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Berat
10 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
11 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
12 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Berat
13 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
14 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Ringan
15 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
16 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
17 Ya DOKTER L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
18 Ya DOKTER P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
19 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Minimal
20 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
21 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Berat
22 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
23 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Berat
24 Ya DOKTER P >55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
25 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
26 Ya DOKTER P >55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
27 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
28 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
29 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
30 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
31 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Sedang
32 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
33 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
34 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
35 Ya PERAWAT L 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
36 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Sedang
37 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
38 Ya DOKTER P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
39 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang

57
40 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Berat
41 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Berat
42 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
43 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
44 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Minimal
45 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Minimal
46 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
47 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
48 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Ringan
49 Tidak DOKTER P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Minimal
50 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Sedang
51 Ya PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Ringan
52 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Ringan
53 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Ringan
54 Tidak DOKTER P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Ringan
55 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Ringan
56 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Ringan
57 Tidak DOKTER P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Sedang
58 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Ya Kecemasan Ringan
59 Tidak PERAWAT P 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Ringan
60 Tidak DOKTER L 21-55 Tahun Tidak Kecemasan Minimal

58
Lampiran 6. Hasil Olah data

Kecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kecemasan Minimal 25 41.7 41.7 41.7
Kecemasan Ringan 10 16.7 16.7 58.3
Kecemasan Sedang 19 31.7 31.7 90.0
Kecemasan Berat 6 10.0 10.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >55 Tahun 2 3.3 3.3 3.3
21-55 Tahun 58 96.7 96.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 10 16.7 16.7 16.7
P 50 83.3 83.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DOKTER 11 18.3 18.3 18.3
PERAWAT 49 81.7 81.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Riwayat keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 14 23.3 23.3 23.3
Ya 46 76.7 76.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

59
Kecemasan * Dispepsia Crosstabulation
Count
Dispepsia
Ya Tidak Total
Kecemasan Kecemasan Minimal 14 11 25
Kecemasan Ringan 2 8 10
Kecemasan Sedang 17 2 19
Kecemasan Berat 6 0 6
Total 39 21 60
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 18.024 3 .000
Likelihood Ratio 20.602 3 .000
Linear-by-Linear
7.901 1 .005
Association
N of Valid Cases 60

a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,10.

KRUSKAL WALLIS
Ranks
Kecemasan N Mean Rank
Dispepsia Kecemasan Minimal 25 33.20
Kecemasan Ringan 10 44.00
Kecemasan Sedang 19 23.16
Kecemasan Berat 6 20.00
Total 60

60
Test Statisticsa,b
Dispepsia
Chi-Square 17.724
df 3
Asymp. Sig. .001

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Kecemasan

61
Lampiran 7. Keterangan Lulus Kaji Etik

62
Lampiran 8. Permohonan Izin Penelitian

63
Lampiran 9. Izin Penelitian

64
Lampiran 10. Dokumentasi

65
66
Lampiran 11. Biodata Penulis

Data Pribadi

Nama : Ahdanul Dwi Hernanda

Panggilan : Danul

NPM : 1710070100009

Tempat Tanggal Lahir : Padang, 21 September 1998

No. Telp/Hp : 082284560707

Agama : Islam

Asal SMA : SMAN 10 Padang

Fakultas/ Program Studi : Fakultas Kedokteran / Pendidikan Dokter

Alamat : Jl. Apel Raya No.58 Perumnas Belimbing Kec.

Kuranji, Kel. Kuranji, Kota Padang, Sumatera

Barat

Email : hernandaade7@gmail.com

Riwayat Pendidikan

• 2004-2010 : SDIT Adzkia Padang

• 2010-2013 : SMPN 8 Padang

• 2013-2016 : SMAN 10 Padang

• 2017-Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Riwayat Organisasi

• 2017-2018 : Koordinator Divisi MIT DPM FK Unbrah

• 2018-2019 : Wakil Koordinator Divisi MIT DPM FK Unbrah

• 2019-2020 : Koordinator Divisi Administrasi DPM FK Unbrah

67

Anda mungkin juga menyukai