Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL

LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN KUALITAS TIDUR

DENGAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA

Penilitian Keperawatan Komunitas

MIFTAHUL JANNAH MN

BP. 1611311004

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020

PROPOSAL

1
LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN KUALITAS TIDUR

DENGAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA

Penilitian Keperawatan Komunitas

MIFTAHUL JANNAH MN

1611311004

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020

PROPOSAL

2
LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN KUALITAS TIDUR
DENGAN TEKANAN DARAH REMAJA

Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperwatan (Skep)
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

Oleh
MIFTAHUL JANNAH MN
BP. 1611311004

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
PERSETUJUAN PROPOSAL

3
Proposal ini telah disetujui
Tanggal 17 Juni 2020
Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Acc via Whatsapp Acc Via Whatsapp

Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J Agus Sri Banowo, S.Kp, M.PH
NIP. 19821213 200812 1 005 NIP. 196910 06199503 1 001

Mengetahui :

Ketua Prodi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

Acc via Whatsapp

Ns. Yanti Puspita Sari. S.Kep, M.Kep


NIP. 198200806 201404 2 001

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

4
LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN KUALITAS TIDUR
DENGAN TEKANAN DARAH REMAJA

Nama : MIFTAHUL JANNAH MN

BP : 1611311004

Proposal ini telah disetujui dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas pada tanggal

Panitia Penguji

1. Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J (…………….)

2. Agus Sri Banowo, S.Kp, M.PH (.…………...)

KATA PENGANTAR

5
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam dikirimkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillahirobbil’alamin dengan nikmat dan
hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Literatur
Review : Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Remaja”.

Terimakasih yang sebensar-besarnya saya ucapkan kepada Bapak Ns. Feri


Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J dan Bapak Agus Sri Banowo, S.Kp, M.PH sebagai
pembimbing saya yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing saya
dalam menyusun proposal ini. Terimakasih yang tak hingga juga disampaikan kepada
pembimbing akademik saya, Ibu Dr. dr Susmiati,, M.Biomed yang telah banyak
memberikan motivasi, nasehat, dan bimbingan selama saya mengikuti perkuliahan di
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya juga mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ibu Hema Malini, S.Kp,MN,Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Andalas.
2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku ketua Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
3. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
proposal ini.
4. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
5. Orang tua dan keluarga yang selama ini memberikan dukungan dan do’a
tulus kepada penulis dalam seluruh tahapan proses penyusunan proposal
ini.
6. Keluarga besar angkatan A 2016 Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas dalam kekompakan, semangat, dan kebersamaan yang diberikan
kepada penulis dalam penulisan proposal ini.

6
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Maka saran
dan kritikan yang kontruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan proposal ini.

Padang, 21 Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam

7
Halaman Persyaratan Gelar

Persetujuan Proposal

Penetapan Panitia Penguji

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja
B. Konsep Tekanan Darah
C. Konsep Hipertensi
D. Konsep Kualitas Tidur
E. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
B. Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Langkah Literature Review
F. Pengumpula Data dan Pengolahan Data
G. Analisis Data
H. Alur Review Jurnal

8
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwan Kegiatan Penelitian

Lampiran 2. Kartu Bimbingan Proposal

9
Lampiran 3. Curriculum Vitae

BAB I

PENDAHULUAN

10
A. Latar Belakang Penilitian

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap

pembuluh darah, tekanan darah terjadi dapat dipengaruhi volume darah dan

elastisitas pembuluh darah. Hasil pengukuran tekanan darah ada dua angka

yaitu sistolik dan diastolik.Tekanan sistolik adalah tekanan pada arteri ketika

jantung memompa darah melalui pembuluh darah, sedangkan diastolik adalah

tekanan di arteri saat jantung berelaksasi diantara dua denyutan atau kontraksi

(Rahmadani, 2017). Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain

dikenal sebagai hipertensi dan hipotensi. Hipertensi telah menjadi penyakit

yang menjadi perhatian di banyak negara di dunia, karena hipertensi

seringkali menjadi penyakit tidak menular nomor satu di banyak negara

(Febby & Prayitno, 2013).

Hipertensi atau darah tinggi adalah peningkatan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dalam selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Riskesdes, 2013). Komplikasi pembuluh darah yang

disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung coroner, infark

(kerusakan jaringan) jantung, stroke dan gagal jantung. Menurut World

Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjuk sekitar 1,13 Miliar orang

di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang didunia terdiagnosis

hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,

11
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang akan meninggal

akibar hipertensi dan komplikasinya. Di Indonesia, menurut hasil survei Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa prevalensi sebanyak 25,8%,

tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan 30,8%,

sedangkan prevalensi hipertensi di Sumatera Barat sebanyak 22,6%. Hal ini

berarti angka prevalensi penderita hipertensi di Sumatera Barat sudah hamper

mendekati angka nasional. Ini mengindikasikan bahwa penyakit hipertensi di

Sumatera Barat merupakan penyakit yang perlu diperhatian.

Hipertensi tidak hanya menyerang di usia tua saja, tetapi remaja juga

mengalaminya. Hal ini terbukti antara tahun 1988 dan 1999, prehipertensi dan

hipertensi diperkirakan meningkat secara nyata pada anak-anak dan remaja

sebesar 2,3 dan 1%. Prevalensi hipertensi remaja di seluruh dunia sekitar 15-

20% populasi. Berdasarkan data hasil pencatatan dan pelaporan Riskesdas

Depkes RI tahun 2018 prevalensi hipertensi remaja sekitar 14,8%.

Penyebab hipertensi menurut Ardiansyah (2012) dibagi menjadi dua

yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder atau

hipertensi non esensial. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan

kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang gerak, kurang istirahat, dan pola

makan. Penyebab ini mencapai 90% yang terjadi pada penderita hipertensi

12
(Kemenkes, 2014). Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain jenis

kelamin, genetik, usia, lingkungan, sistem saraf otonom, merokok, konsumsi

garam berlebihan, alkohol, obesitas, kurang kualitas tidur, kurang aktivitas

fisik, dan stres (Fuad, 2012).

Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial diketahui

penyebabnya sekitar 5-10%.Beberapa gelaja atau penyakit yang dapat

menyebabkan penyakit hipertensi adalah coarctation aorta (penyempitan

aorta kongenital), penyakit ginjal, gangguan kontrasepsi hormonal (estrogen),

gangguan endokrin, stres, kehamilan, luka bakar, peningkatan volume

intravaskuler dan merokok (Kemenkes, 2014). Dampak penyakit hipertensi

pada kalangan remaja diantaranya dapat menyebabkan komplikasi dengan

mata, jantung, ginjal, dan pembuluh darah di otak yang dapat berakibat fatal,

yaitu kematian (Kozier, Erb, Berman & Synder, 2004).

Remaja adalah suatu tahap tumbuh kembang dari masa anak-anak ke

tahap yang selanjutnya.Pada masa remaja banyak mengalami perubahan

penting yaitu dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai

perkembangan biologis, serta adanya fungsi dan tuntutan baik dalam

lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial (Sapuat et al, 2017).

Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang

dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan agar tubuh dapat berfungsi secara

normal. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,

13
kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar untuk

mempertahankan hidupnya secara fisik yaitu kebutuhan akan makanan,

minuman, tempat tinggal, seks, udara, istirahat dan tidur (Potter & Perry,

2005).Tidur adalah suatu kebutuhan fisiologis yang memiliki pengaruh

terhadap kualitas dan keseimbangan hidup. Seseorang yang mengalami

gangguan dalam siklus tidur, maka fungsi fisiologis tubuh yang lain juga

dapat terganggu atau berubah. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-

bangun individual yang normal dapat mempengaruhi kesehatan seseorang

(Potter & Perry 2005).

Gangguan tidur pada remaja dipengaruhi berbagai faktor, baik medis

maupun non-medis sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang

(Yaqin, 2016). Pada remaja terdapat perubahan dramatis dalam pola tidur,

termasuk berkurangnya durasi tidur, tertundanya waktu tidur, kualitas tidur

pada remaja juga cenderung berkurang, karena remaja mempunyai aktivitas

sosial yang sangat padat dan masalah-masalah yang dihadapi, seperti akses

internet, jadwal sekolah yang padat, kegiatan ekstra diluar sekolah,

peningkatan konsumsi kafein, faktor stres yang dialami, dan hal ini dapat

mempengaruhi kualitas tidur pada remaja (Sapuat et al, 2017).

Kualitas tidur yang buruk merupakan faktor resiko terjadinya masalah

fisik dan masalah psikologis. Masalah fisik yang dapat ditimbulkan antara lain

peningkatan kadar glukosa darah dan merupakan factor resiko terjadinya

14
gangguan kardiovaskular seperti peningkatan tekanan darah baik pada anak-

anak, remaja, maupun dewasa (Potter & Perry, 2010). Masalah psikologis

yang dapat ditimbulkan antara lain penurunan konsentrasi belajar, stress,

gangguan memori dan menurunnya prestasi akademik.

Menurut Shipp Eva (2019) dalam hasil penelitian jurnal Influence of

Work on Elevated Blood Pressure in Hispanic Adolescents in South Texas,

didapat bahwa 628 siswa diteliti selama 1 tahun pada siswa yang terdaftar

pada program pendidikan migran (MEP) di kabupaten Hidalgo, Texas dapat

disimpulkan bahwan 29% dari peserta mengalami peningkatan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah terjadi karena penyakit kronis, obesitas, jam kerja

yang panjang dan stress akibat jam belajar yang padat, harus berpartisipasi

pada kegiatan sekolah setelah jam belajar mengajar selesai termasuk tim

olahraga.

Menurut Noliya Marda (2018) dalam hasil penelitian jurnal Hubungan

Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja di SMA Muhammadiyah

3 Palembang didapat hasil analisa hubungan kualitas tidur dengan tekanan

darah pada remaja bahwa dari total 65 responden yang ada terdapat sebagian

responden yang memiliki kualitas tidur yang baik dengan tekanan darah yang

normal yaitu 4 responden (14,8%) dan sebagian responden yang memiliki

kualitas tidur yang buruk dan tekanan darah normal yaitu 4 responden

(10,5%). Sementara itu sebagian kecil 23 responden (85,2%) memiliki

15
kualitas tidur yang baik dengan tekanan darah tidak normal, dan sebagian

besar 34 responden (89,5%) yang memiliki kualitas tidur yang buruk dengan

tekanan darah tidak normal.

Menurut B Luthfi (2017) dalam hasil penelitian jurnal Hubungan

Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pelajar Kelas 2 SMA Negeri 10

Padang didapat bahwa jumlah responden yang memiliki kualitas tidur yang

buruk sebagak 106 orang (69,3%) dan kualitas tidur yang baik 47 orang

(30,7%). Jumlah responden yang mengalami peningkatan sistolik (≥120

mmHg) yaitu sebanyak 21 orang (13,72%) dan peningkatan diastolic (≥80

mmHg) yaitu sebanyak 4 orang (2.61%). Jadi dapat disimpulkan terdapat

hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada pelajar kelas 2 di SMA

Negeri 10 Padang.

Menurut Lomantow Indriani (2016) dalam hasil penelitian jurnal

Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja di Desa

Tombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat peneliti mendapatkan data

yaitu sebanyak 42 responden (52,5%) mengalami kualitas tidur sangat buruk

dan 38 responden (47,5%) mengalami kualitas tidur sangat baik dengan

dengan tekanan darah hipotensi sebanyak 32 responden (40,0%), tekanan

darah normal sebanyak 38 responden (47,5%) dan tekanan darah prehipertensi

sebanyak 10 responden (12,5%). Maka dapat disimpulkan sebagian besar

remaja di desa Tombasian Atas mengalami kualitas tidur yang buruk, tekanan

16
darah pada remajasebagian besar normal dan terdapat hubungan kualitas tidur

dengan tekanan darah pada remaja di Desan Tombasian Atas Kecamatan

Kawangkoan Barat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan

literature review penelitian terbaru tentang hubungan kualitas tidur dengan

tekanan darah pada remaja. Literature review merupakan penelitian yang

mengkaji dan meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang

didapat di dalam tubuh literature berorientasi akademik (academic-oriented

literature), serta merumuskan konstribusi teoritis dan metodiologisnya untuk

topic tertentu (Cooper dan Taylor, Farisi., 2010). Dimana jurnal dicari,

dikumpulkan dan disaring dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi

yang sudah ditentukan.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah

ada hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah siswa remaja ?

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja.

2. Tujuan Khusus

17
a. Mengetahui kualitas tidur siswa remaja.

b. Mengetahui tingkat tekanan darah remaja.

c. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah

siswa remaja.

d. Mengetahui karakteristik responden dalam penelitian.

e. Untuk mengetahui desain intervensi : durasi, frekuensi, lokasi

penelitian.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, pengembangan pengetahuan instuti dan profesi

keperawatan untuk upaya pencegahan terjadinya peningkatan tekanan

darah atau hipertensi bagi remaja.

2. Bagi Peneliti

Merupakan bahan masukan untuk melakukan identifikasi

hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah sehingga menjadi acuan

untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang

gambaran hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

19
1. Defisini Remaja

Remaja berasal dari kata latin yaitu adolensense yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensense mempunyai arti yang

lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, social dan

fisik (Hurlock, 1992).Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat

yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan

dewasa atau tua.Remaja adalah mereka yang berada pada rentang usia 10

sampai 19 tahun (WHO, 2015). Sementara itu, menurut Peraturan Mentri

nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10

sampai 18 tahun. Sedangkan menenurut Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10 sampai

dengan 24 tahun serta belum menikah. Menurut Menteri Kesehatan RI

tahun 2010, batas usia remaja antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat

ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut

juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan

perubahan fisik (Pratiwi, 2012).Remaja pada tahap tersebut mengalami

perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola

perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja

(Hurlock, 2011).

20
Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari

masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yaitu antara usia 12-13 tahun

hingga usia 20-an, perubahan yang terjadi termasuk drastic pada semua

aspek perkembangannya itu meliputi perkembangan fisik, kognitif,

kepribadian, dan social (Gunarsa, 2006).

Remaja disebut juga “pubertas” yang nama berasal dari Bahasa latin

yang berarti “usia menjadi orang” suatu periode dimana anak dipersiapkan

untuk menjadi individu yang dapatt melaksanakan tugas biologis berupa

melanjutkan keturunannya atau berkembang biak (Gunarso, 2007).

2. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk

mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun

tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Harlock dalam Ali

adalah berusaha :

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlainan jenis.

4) Mencapai kemandirian emosional.

21
5) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

6) Memahami dan menginternalisasikan orang-orang dewasa dan

orang tua.

7) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang

diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan

perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan

percapaian fase kofnitif akan sangat membantu kemampuan dalam

melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat

memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan

kemampuan kreatif remaja.Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh

perkembangan kognitifnya.

Depkes RI (2007) mengelompokkan tahapan remaja menjadi 3 (tiga)

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Remaja Awal (10-13 tahun)

a. Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada

meningkatnya kesadaran diri (self consciousness).

22
b. Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah

berubah-ubah emosinya sepertu mudah marah, mudah

tersinggung, atau agresif.

c. Menyatakan kebebasan berdampak eksperimen dalam

berpakaian, berdandan trendi, dan lain-lain.

d. Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan

lingkungannya.

e. Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan

dengan mode sebayanya..

f. Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya

geng/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan

teman sebayanya.

g. Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangannya sendiri

dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai

buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit dan bertoleransi

dan sulit berkompromi.

2) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)

a. Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar,

dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

b. Belajar berfikir independen dan menutuskan sendiri berdampak

menolak mencapur tangan orang lain termasuk orang tua.

23
c. Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa

nyaman berdampak pada gaya baju, gaya rambut, sikap dan

pendapat berubah-ubah.

d. Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun

beresiko yang berdampak mulai bereksperimen dengan rokok,

alcohol, seks bebas, dan mungkin NAPZA.

e. Tidak lagi berfokus pada diri sendiri yang berdampak pada

lebih bersosialisasi dan tidak pemalu.

f. Membangun nilai, norma, dan moralitas yang berdampak pada

mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

g. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas yang

berdampak pada ingin banyak mengahabiskan waktu untuk

berkumpul dengan teman-teman.

h. Mulai membina hubungan dengan lawan jenis yang berdampak

pada berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

i. Mulai berfikir secara abstrak mulai berhipotesa yang berdampk

pada mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin

mendiskusikan atau berdebat.

3) Remaja Akhir (17-19 tahun)

24
a. Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah social politik

termasuk agama.

b. Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan, dan hubungan diluar

stress keluarga yang berdampak pad mulai dari belajar

mengatasi, dihadapi, dan sulit berkumpul dengan keluarga.

c. Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun

emosional yang berdampak pada kecemasan dan

ketidakpastian masa depan yang merusak keyakinan diri

sendiri.

d. Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan

jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan

banyak menyita waktu.

e. Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung

mengemukakan pngalaman yang berbeda dengan orang tuanya.

f. Hamper siap menjadi orang dewasa yang berdampak mulai

ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

B. Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya (dorongan) darah ke arteri saat darah

dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmer, 2008). Tekanan

25
darah juga didefinisikan sebagai kekuatan lateral pada dinding arteri oleh

darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Potter & Perry, 2010)

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap

pembuluh darah, tekanan darah terjadi dapat dipengaruhi volume darah

dan elastisitas pembuluh darah.Hasil pengukuran tekanan darah ada dua

angka yaitu tekanan darah sistolik dan diastolic.Tekanan sistolik adalah

tekanan pada arteri ketika jantung memompa darah melalui pembuluh

darah, sedangkan diastolic adalah tekanan di arteri saat jantung berelaksasi

diantara dua denyutan atau kontraksi (Rahmadani, 2017).

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding

pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan

denyut jantung.Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri

besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun sampai ke

arteriol. Akhirnya ketika mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian rendah

sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh ini dan

mendorong darah keluar. Di dalam vena tekanan darah ini bahkan lebih

rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena besar yang mendekati

jantung terdapat gaya isap (suction), yakni tekanan negative (bukan

positif), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika ruangan-ruangan

di dalamnya relaksasi.

2. Fisiologi Tekanan Darah

26
Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karna adanya perubahan

tekanan. Darah memakai gaya gravitasi dan mengalir pada daerah yang

tekanannya tinggi ke daerah yang tekannya rendah. Kontraksi jantung

mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta.Puncak dari tekanan

maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik.Saat ventrikel relaks

darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastol atau

minimum.Tekanan darah menggambarkan interaksi curah jantung,

tahanan vaskuler perifer, volume darah, vaskositas darah dan elastisitas

arteri (Guyton & Hall, 2006).

Dua penentu tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung

resistensi perifer total.Curah jantung merupakan volume darah yang

dipompa oleh tiap ventrikel permenit dan dipengaruhi oleh volume

sekuncup (volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per detik) dan

frekuensi jantung.Resistensi merupakan ukuran hambatan terhadap aliran

darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi antara cairan

yang mengalir dan dinding pembuluh darah yang stasioner.Resistensi

bergantung pada tiga faktor yaitu, viskositas (kekentalan) darah, panjang

pembuluh dan jari-jari pembuluh. Tekanan arteri rata-rata secara konstan

dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan

mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan curah

jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan

27
darah ke normal. Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan

terus menerus yaitu, sinus karotis dan baroreseptor lengkung aorta

(Sherwood,

2001).

A. Pengaturan sirkulasi secara normal

Pengaturan sirkulasi secara hormonal berarti pengaturan oleh zat-zat yang

disekresi atau yang diabsorbsi ke dalam cairan tubuh seperti hormon dan

ion.Beberapa zat ini dibentuk oleh kelenjar khusus dan dibawa didalam

darah ke seluruh tubuh.Zat lainnya dibentuk didaerah jaringan setempat

dan hanya menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat. Menurut Guyton &

Hall (2006) faktor-faktor hormonal terpenting yang mempengaruhi fungsi

sirkulasi diantaranya sebagai berikut :

1) Zat vasokontriktor

a) Norepinefrin dan epinefrin

Norepinefrin adalah hormon vasokonstriktor yang amat kuat

sedangkan epinefrin tidak begitu kuat. Ketika sistem saraf simpatis

dirangsang sebagian besar atau seluruh tubuh selama terjadi stres

atau olahraga, ujung saraf simpatis pada ujung ujung jaringan akan

melepaskan norepinefrin yang merangsang jantung dan

mengkonstriksi vena serta arteriol. Selain itu saraf simpatis untuk

medula adrenal juga menyebabkan kelenjar ini menyekresi

28
norepinefrin dan epinefrin kedalam darah. Hormon-hormon

tersebut kemudian bersirkulasi ke seluruh tubuh dan menyebabkan

stimulus yang hampir sama dengan stimulus simpatis langsung

terhadap sirkulasi dengan efek tidak langsung.

b) Angiostensin II

Pengaruh angiotensin II adalah untuk mengkonstriksi arteri kecil

dengan kuat.Angiotensin II dihasilkan dari aktivasi

angiotensinogen yang dihasilkan oleh hepar yang berada di plasma

darah. Jika terjadi stimulasi pengeluaran renin, suatu protein yang

dihasilkan oleh sel jukstagromerular pada ginjal, angiotensinogen

yang berada diplasma akan diubah menjadi angintensin I.

Kemudian angiotensin I diubah oleh Aldosterone Coverting

Enzyme (ACE) menjadi angitensin II. Angiotensin II secara

normal bekerja secara bersamaan pada banyak arteriol tubuh untuk

meningkatkan resistensi perifer total yang akan meningkatkan

tekanan arteri. Selain itu angitensin II merangsang korteks adrenal

melepaskan aldosteron, suatu hormon yang menyebabkan retensi

atrium pada tubulus distal dan tubulus kolektivus yang akan

menyebabkan peningkatan osmolalitas sehingga terjadi absorbsi

H2O yang akan meningkatkan volume CES. Hal tersebut akan

29
meningkatkan curah jantung dan menyebabkan peningkatan

tekanan darah.

c) Vasopressin

Disebut juga hormone antidiuretic yang dibentuk di nulkeus

supraotik pada hipotalamus otak yang kemudian diangkat dibawah

melalui aksin saraf ke hipofisis posterior tempat zar tersebut

berada yang akhirnya disekresi kedalam darah.Zat ini merupakan

vasokonstriktor yang kuat dibandingkan dengan angiotensin II.

Vasopressin memiliki fungsi utama meningkatkan reabsorbsi air

dari tubulus renal kembali ke dalam darah, dan karena itu akan

membantu mengatur volume cairan tubuh. Jika vasopressin

meningkat karna suatu hal, maka terjadi peningkatan reabsorbsi

H2O yang akan menyebabkan peningkatan volume plasma yang

akan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah

meningkat.

d) Endotelin

Endotelin terdapat di sel-sel endotel diseluruh atau sebagian besar

pembuluh darah.Endotelin berupa peptide besar yang terdiri atas

21 asam amino dan merupakan vasokonstriktor yang kuat dalam

pembuluh darah yang rusak.

2) Zat vasodilator

30
a) Bradykinin

Bradykinin menyebabkan dilatasi kuat arteriol dan peningkatan

permeabilitas kapiler.

b) Histamine

Histamine memiliki efek vasodilator kuat terhadap arterior dan

seperti bradykinin, memiliki kemampuan untuk meningkatkan

permeabilitas kapiler dengan hebat, sehingga timbul kebocoran

cairan dan protein plasma kedalam jaringan.

B. Pengaturan sirkulasi oleh saraf

Sistem saraf yang mengatur sirkulasi adalah sistem saraf ototnom

yaitu sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis.Serabut seraburt

saraf vasomotor simpatis meninggalkan medulla spinalis thorak satu

atau dua saraf spinal lumbal pertama (T1-L3) yang masuk kedalam

rantai spinalis yang berada ditiap sisi korpus vertebra.Serabut ini

menuju sirkulasi dua jalan, yaitu melalui saraf simpatis spesifik yang

mempersyarafi pembuluh darah organ biserta interna dan jantung serta

serabut saraf lainnya mempersyarafi pembuluh darah perifer.Inervasi

arteri kecil dan arteriol menyebabkan rangsangan simpatis untuk

meningkatkan tekanan aliran darah yang menurunkan laju aliran darah

yang melalui jaringan.Sedangkan inervasi pembuluh darah besar

31
terutama vena, memungkinkan rangsangan simpatis untuk

menurunkan volume pembuluh darah.Hal ini dapat mendorong darah

masuk ke jantung dan dengan demikian berperan penting dalam

pengaturna pompa jantung.Inervasi serabut saraf simpatis juga

mempersyarafi jantung secara langsung yang jika terangsang dapat

meningkatkan aktivitas jantung dan menambah kekuatan serta volume

pompa jantung (Guyton & Hall, 2006).

C. System pengaturan vasomotor

Aktifitas reflex spinal mempengaruhi tekanan darah, akan

tetapi kendali utama tekanan daah dipengaruhi oleh neuron di medulla

oblongata yang disebut sebagai pusat vasomotor. Menurut Ganog

(2008), neuron memperantai peningkatan pelepasan implus simpatis

ke pembuluh darah dan jantung berproyeksi ke neuron praganglion

simpatis dalam kolumna grisea intermediolateralis di medulla spinalis.

Akson dari badan ini sel berjalan ke dorsal dna medial kemudian turun

dalam kolumna lateralis medulla spinalis ke intermedilateralis yang

jika terstimulusi akan mengeksitasi glutamate. Implus yang mencapai

medulla mempengaruhi denyut jantung melalui pelepasan implus

vagus ke jantung.Bila pelepasan implus vasokonstriktor arteriol

meningkat, konstriksi arteriol dan tekanan darah juga

meningkat.Frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup meningkat

32
akibat aktifitas saraf simpatis yang menuju jantung dan curah jantung

meningkat.Sebaliknya, penurunan pelepasan impuls vasomotor

menimbulkan vasodilatasi, penurunan tekanan darah dan peningkatan

simpanan darah dalam cadangan vena akibat stimulasi persyarafan

vagus jantung.

D. Baroreseptor

Baroreseptor adalah reseptor regang di dinding jantung dan

pembuluh darah. Reseptor sinus karotikus dan arkus aorta memantau

sirkulasi arteri.Reseptor juga terletak di dinding atrium kanan dan kiri

pada tempat vena cava superior dan inferior serna vena pulmonalis,

juga sirkulasi paru. Reflex baroreseptor dimulai oleh ragangan struktur

temopatnya berada sehingga baroreseptor tersebut melepaskan implus

dengan kecepatan tinggi ketika tekanan dalam struktur ini meningkat

(Ganong, 2018).

Peningkatan tekanan arteri tersebut akan meregangkan

baroreseptor dan menyebabkan terjalarnya umpan balik dikirim

kembali melalui system saraf otonom ke sirkulasi untuk mengurangi

tekanan arteri kembali ke nilai normal (Guyton & Hall, 2006). Jadi

peningkatan pelepasan impuls tonik saraf vasokonstriktor dan

meningkatkan persyarafan vagus jantung yang menyebabkan

33
vasodilatasi, venodilatasi, penurunan tekanan darah, bradikardia dan

penurunan curah jantung.

3. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur berdasarkan berat kolum air raksa yang harus

ditanggungnya.Tingginya dinyatakan dalam millimeter.Tekanan darah

arteri yang normal adalah 110-120 mm (sistolik) dan 65-75 mm

(diastolic).Alat untuk mengukur tekanan darah disebut sfigmomanometer,

tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset karet, yang dibalut

dengan bahan yang difiksasi disekitarnya secara merata tanpa

menimbulkan konstriksi.Sebuah pompa tangan kecil dihubungkan dengan

manset karet ini.Dengan alat ini, udara dapat dipompakan ke dalamnya,

mengembangkan manset karet tersebut dan menekan ekstremitas dan

pembuluh darah yang ada didalamnya.Bantalan udara ini juga

dihubungkan dengan sebuah manometer yang mengandung air raksa

sehingga tekanan udara didalamnya dapat dibaca sesuai skala yang ada.

Untuk mengukur tekanan darah, manset karet tadi difiksasi melingkari

lengan dan denyut pada pergelangan tangan diraba dengan satu tangan,

sementara tangan yang lain digunakan untuk mengembangkan manset

sampai suatu tekanan, dimana denyut arteri radialis tidak lagi teraba.

Sebuah stetoskop diletakkan diatas denyut arteri brakialis pada fosa kubiti

dan tekanan pada manset karet diturunkan perlahan dengan melonggarkan

34
katupnya.Ketika tekanan diturunkan, mula-mula tidar terdengar suara,

namun ketika mencapai tekanan darah sistolik terdengar suara ketukan

(tapping sound).Pada saat itu tinggi air raksa di dalam manometer harus

dicatat.Ketika tekanan manset diturunkan, suara tadi semakin keras

sampai saat tekanan darah diastolic tercapai, barulah karakter bunyi

tersebut berubah dan meredup. Penurunan tekanan manset lebih lanjut

akan menyebabkan bunyi ini menghilang sama sekali. Tekanan diastolic

dicatat pada saat karakter bunyi tersebut berubah.

C. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas

ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health

Organization) batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang

dari 130/85 mmHg.Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg

dinyatakan hipertensi.

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka

morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg

menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase

35
diastolic 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung

(Triyanto, 2014).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun

diastolic yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang

paling sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh

penyakit renal atau penyakit lain, sedangkan hipertensi malignan

merupakan hipertensi yang berat, fulminant dan sering dijumpai pada dua

tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer,2011).

2. Penyebab Hipertensi

Menurut Corwin (2000), menjelaskan bahwa hipertensi tergantung

pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral

Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variable yang

tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.Peningkatan kecepatan

denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan

hormone pada nodus SA.Peningkatan kecepatan denyut jantung yang

berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.Namun,

peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh

penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan

hipertensi (Manurung, 2018).

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

36
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam

yang berlebihan.Peningkatan pelepasan renin atau aldosterone maupun

penurunan aliran darah ke ginjal dapat merubah penanganan air dan garam

oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan

volume diastolic akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan

tekanan darah. Peningkatan preload biasanya berkaitam dengan

peningkatan tekanan sistolik (Amir dalam Manurung, 2018).

Peningkatan Total Perperial Resistance yang berlangsung lama dapat

terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol atau

respositivas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan

hormone.Kedua hal tersebut dapat menyebabkan penyempitan pembuluh

darah.Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat dan

dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorog

darah melintas ke pembuluh darah yang menyempit.Hal ini disebut

peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan

peningkatan tekanan diastolic.Apabila peningkatan afterload berlangsung

lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi

(membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen

semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah

lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi,

serat-serat otot jantung juga mulai ternganga melebihi panjang normalnya

37
yang pada ahirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume

sekuncup.

3. Komplikasi Hipertensi

Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie Mariza Putri (2013)

menyatakan bahwa komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ

sebagai berikut :

1) Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan

penyakit jantung coroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja

jantung meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

dapat lagi memompa sehingga banyak cairan yang tertahan diparu

maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas

ayau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

2) Otak

Komplikasi hipertensi pada otak menimbulkan resiko stroke, apabila

tidak diobati resiko terkenal stroke 7 kali lebih besar.

3) Ginjal

Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal,

tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan system

penyaringan didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu

38
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk

melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam tubuh.

4) Mata

Pada mata hipertensi dapat menyebabkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensu berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolic dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat

dilihat pada table 2.1

Table 2.1 Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik pada
Remaja

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prahipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg
Sumber : (Smeltzer, et al,2012)

Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada

orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasifikasi tersebut dapat

dilihat pada table 2.2.

Table 2.2 Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah pada Orang Dewasa

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥210 mmHg ≥120 mmHg

39
Sumber : (Triyanto,2014)

5. Factor Resiko Hipertensi

1) Factor resiko yang bisa diubah

a. Lingkungan (stress)

Factor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap

hipertensi. Hubungan antara stress dan hipertensi melalui saraf

simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan

meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).

b. Obesitas

Factor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah obesitas

atau kegemukan. Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki

daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan

normal (Triyanto,2014).

c. Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan

katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat

menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial

serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah

(Ardiansyah, 2012)

d. Kopi

40
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein

sebagai anti-adenosine (adesine berperan untuk mengurangi

kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek rileks)

menghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga

menstimulus system saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh

darah mengakami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan

tekanan darah (Blush,2014)

e. Kelebihan garam

WHO merekomendasikan pola asumsi garam yang dapat

mengurangi resiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4

gram sodium atau 6 gram garam) per hari. Konsumsi natrium

berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan

ekstraseluler meningkat.Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak terjadinya hipertensi (Manurung, 2018).

f. Alcohol

Banyak peniliti yang menghubungkan penggunaan alcohol dengan

hipertensi.Minum alcohol secara berlebihan yaitu 3 kali atau lebih

dalam sehari merupakan factor penyebab 7% kasus hipertensi.

41
g. Kualitas tidur

Kurang tidur secara kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan

mengakibatkan adaptasi structural system kardiovaskuler dan

meningkatkan resiko hipertensi.Ganguan dalam waktu dan durasi

tidur juga dapat menggangu irama sirkulasi dan keseimbangan

otonom, yang dapat meningkatkan dan menggangu ritme cardiac

output dan meningkatkan variabelitas tekanan darah.Kuantitas dan

kualitas tidur yang rendah memainkan peran penting dalam

peningkatan tekanan darah (Bansil, 2011).

2) Factor resiko yang tidak bisa diubah

a. Usia

Faktor usia adalah salah satu factor risiko yang berpengaruh

terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka

semakin tinggi pula risiko mendapatkan hipertensi. Insiden

hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, hal ini disebabkan

oleh perubahan alami dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh

darah, hormone serta jantung (Triyanto, 2014).

b. Genetic

Factor genetic ternyata juga memiliki peran terhadap angka

kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80%

lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada

42
heterozigot (beda telur). Riwayat kelaurga yang memiliki

hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi,

oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto,

2014).

c. Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk

menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma

yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk

mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish,

& Mayer, 2011).

D. Konsep Kualitas Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-

ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah

yang berbeda.Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf

pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan

musculoskeletal (Robinson 1993, dalam Potter).

Tidur didefinisikan sebagai status perubahan kesadaran ketika persepsi

dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur

dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran

43
yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon

terhadap stimulus eksternal.

2. Fungsi dan Tujuan Tidur

Fungsi dan tujuan tidur menurut Aspiani (2014) adalah untuk menjaga

keseimbangan mental, emosi, kesehatan, mengurangi stress pada paru,

kardiovaskuler dan endokrin.Energy yang disimpan selama tidur

diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting.

3. Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan Usia

Usia merupakan salah satu factor penentu lamanya tidur yang

dibutuhkan seseorang.

Table 2.3 Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan Usia

Tingkat Pola Tidur Normal


Perkembangan Usia
Neonates sampai dengan 3 Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari, mudah berespon terhadap
bulan stimulus, pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
Bayi Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam, usia 1 bulan sampai 1
tahun kira-kira tidur 14 jam/hari, tahap REM 20-30%.
Toddler Tidur kira-kira 10-12 jam/hari, tahap REM 25%.
Prasekolah Tidur kira-kira 11 jam pada malam hari, tahap REM 20%.
Usia sekolah Tidur 10 jam pada malam hari, tahap REM 18,5%.
Remaja Tidur 8,5 jam pada malam hari, tahap REM 20%.
Dewasa muda Tidur 7-9 jam/ hari, tahap REM 20-25%.
Usia dewasa pertengahan Tidur ± 7 jam/hari, tahap REM 20%.
Usia tua Tidur ± 6 jam/hari, tahap REM 20-25%, tahap NREM IV menurun
dan kadang-kadang absen, sering terbangun pada malam hari.
4. Gangguan Tidur pada Remaja

1) Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik

secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya

44
ditemui pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan

fisik atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.

Ada tiga jenis insomnia :

a. Insomnia inisia. Kesulitan untuk memulai tidur.

b. Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena

seringnya terjaga.

c. Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur

kembali. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi

insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat

yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari rangsangan tidur

di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (mis., membaca,

mendengarkan music), dan tidur jika benar-benar mengantuk.

2) Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat menganggu tidur atau muncuk

saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak,

beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis., tidur

berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis.,

menggigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis., mimpi

buruk), dan lainnya (mis., bruksisme).

3) Hypersomnia

45
Hypersomnia adalah kebaikan dari insomnia, yaitu tidur yang

berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan

oleh kondisi medis tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan

pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolism (mis.,

hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hypersomnia dapat digunakan

sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada

siang hari.

4) Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang

muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga

sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum

diketahui.Diduga karena kerusakan genetic system saraf pusat yang

menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM. Alternative

pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau

metilpenidase hiroklorida, atau dengan antidepresan seperti

imipramine hidroklorida.

5) Apnea saat tidur

Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas

secara periodic pada saat tidur.Kondisi ini diduga terjadi pada orang

yang mengorok dengan keras, sering terjaga dimalam hari, insomnia,

mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala dipagi hari,

46
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi

atau aritmia jantung.

5. Jenis-jenis Tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat

elektroensefalogram (EEG), elektro-oku-logram (EOG), dan

elektromiogram (EMC), diketahui ada dua jenis tidur, yaitu rapid eye

movement (REM) dan non-rapid eye movement (NREM).

1) Tidur REM (rapid eye movement)

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama

5-30 menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian

besar mimpi terjadi pada tahap ini.Selama tidur REM, otak cenderung

aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%.Pada tahap ini

individu menjadi sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan

tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan

frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur.

Table 2.4 Karakteristik Tidur REM

Mata Cepat tertutup dan terbuka


Otot-otot Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
Pernapasan Tidak teratur, kadang dengan apnea
Nadi Cepat dan ireguler
Tekanan darah Meningkat atau fluktuasi
Sekresi gaster Meningkat
Metabolism Meningkat, temperature tubuh naik
Gelombang otak EEG aktif
Siklus tidur Sulit dibangunkan

47
2) Tidur NREM (non-rapid eye movement)

Tidur NREM disebut juga dengan tidur gelombang-pendek karena

gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek

daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang

sadar.Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis

tubuh. Di samping itu, semua proses metabolic termasuk tanda-tanda

vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri

terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan

(light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep

atau delta sleep).

Table 2.5 Karakteristik Tahapan Tidur NREM

Tahap Karakteristik
Tahap I Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Individu
cenderung relaks, masih sadar dengan lingkungannya, dan
mudah dibangunkan. Normalnya, tahap ini berlangsung
beberapa menit dan merupakan 5% dari total tidur.
Tahap II Individu masuk pada tahap tidur, namun masih dapat bangun
dengan mudah. Otot mulai relaksasi. Normalnya, tahap ini
berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50%-55%
dari total tidur.
Tahap III Merupakan awal dari tidur nyenyak. Tidur dalam, relaksasi
otot menyeluruh dan individu cenderung sulit dibangunkan.
Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan
10% dari total tidur.
Tahap IV Tidur semakin dalam atau delta sleep. Individu menjadi sulit
dibangunkan sehingga membutuhkan stimulus. Terjadi
perubahan fisiologis, yakni: EEG gelombang otak melemah,
nadi dan pernapasan menurun tekanan-darah menurun, tonus
otot menurun, metabolism lambat, temperature tubuh
menurun, tahap ini merupakan 10% dari total tidur.

48
6. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur yang didapat

ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidur pada

malam hari, seperti kedalaman tidur, kemampuan untuk tetap tertidur,

kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis.Kualitas tidur merupakan

salah satu faktor yang penting bagi kesehatan.

Kualitas tidur menurut Americsan Psyhiatric Assosiation (2000) dalam

Wavy (2008) didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang

melibatkan beberapa dimensi. Pernyataan ini diperkuat oleh Lai (2005)

yang menjabarkan kualitas tidur ke dalam beberapa komponen, yaitu :

1) Kualitas tidur subjektif

Merupakan evaluasi singkat terhadap tidur seseorang tentang apakah

tidurnya sangat baik atau sangat buruk.

2) Latensi tidur

Merupakan waktu yang diperlukan individu mulai dari berangkat tidur

hingga tertidur.

3) Efisiensi tidur

Merupakan rasio persentase antara jumlah total jam tidur dibagi

dengan jumlah jam yang dihabiskan ditempat tidur.

4) Durasi tidur

49
Dihitung dari seseorang tidur sampai terbangun dipagi hari tanpa

menyebutkan terbangun pada tengah malam.

5) Gangguan tidur

Merupakan kondisi terputusnya tidur yang mana pola tidur-bangun

seseorang berubah dari pola kebiasaannya, hal ini menyebabkan

penurunan bai kapa kuantitas maupun kualitas tidur seseorang.

6) Penggunaan obat-obatan

Penggunaan obat-obatan yang mengandung sedative akan

mengindikasikan adanya masalah tidur dimana hal ini akan berefek

terhadap terganggunya tidur pada tahap REM.

7) Disfungsi siang hari

Seseorang dengan kualitas tidur yang buruk menunjukkan keadaan

mengantuk ketika beraktifitas disiang hari, kurang antusias atau

perhatian tidur sepanjang siang, depresi, mudah mengalami distress

dan penurunan kemampuan beraktifitas (Buysse et al., dalam Modjod

2007).

7. Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur

Banyak factor yang mempengaruhi kualitas tidur, diantaranya adalah

penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulant

dan alcohol, diet, merokok, medikasi, dan motivasi.

1) Penyakit

50
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat

menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan

waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.Di samping itu,

siklus bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.

2) Lingkungan

Factor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses

tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing

dapat menghambat upaya tidur.Sebagai contoh, temperature yang

tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur

seseorang.Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan

tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

3) Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur

seseorang.Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM

yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan

kembali memanjang.

4) Gaya hidup

Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya

agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

5) Stress emosional

51
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi

ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui

stimulasi system sarafsimpatis. Kondisi ini menyebabkan

berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta

seringnya terjaga saat tidur.

6) Stimulant dan alcohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang

SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.Sedangkan konsumsi

alcohol yang berlebihan dapat menggangu siklus tidur REM. Ketika

pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi

buruk.

7) Diet

Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan

seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan

dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga

di malam hari.

8) Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada

tubuh.Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah

terbangun di malam hari.

9) Medikasi

52
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta bloker

dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik

(mis., meperidine hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan

tidur NREM dan menyebabkan sering terjaga di malam hari.

10) Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga kadang dapat menutupi perasaan lelah

seseorang.Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi

untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

8. Instrumen Pengukuran Kualitas Tidur

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah instrument efektif yang

digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada orang

dewasa.PSQI dikembangkan untuk mengukur dan membedakan individu

dengan kualitas tidur yang baik dengan kualitas tidur yang buruk. Dimensi

yang mencakup dalam PSQI antara lain yaitu :

a. Kualitas tidur subjektif

b. Sleep latensi

c. Durasi tidur

d. Gangguan tidur

e. Efisiensi kebiasaan tidur

f. Penggunaan obat tidur

53
g. Disfungsi tidur pada siang hari

Dimensi tersebut dapat dinilai dalam bentuk pertanyaan dan memiliki

bobot penilaian masing-masing sesuai dengan standar baku.

Validitas penilaian PSQI sudah teruji.Instrument ini menghasil 7 skor

dengan domain atau area yang disebutkan sebelumnya.Tiap domain

nilainya berkisar antara 0 (tidak ada masalah) sampai 3 (masalah berat).

Nilai setiap komponen kemudian akan dijumlahkan menjadi skor globak

antara 0-21. Skor global ≥5 dianggap memilki gangguan tidur yang

signifikan. PSQI memiliki konsistensi internal dan koefisian reliabilitas

(Croncbach’s Alpha) 0,83 untuk 7 komponen tersebut (Magfirah,2016).

E. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah

Menurut Calhoun & Harding (2012) mengatakan bahwa jika kualitas

tidur buruk, maka akan menyebabkan peningkatan tekanan darah seseorang.

Kualitas tidur yang buruk mengakibatkan hormon pengaturan keseimbangan

tekanan darah atau hormon aldosteron tidak bekerja secara optimal, sehingga

kehilangan waktu tidur yang dapat membuat sistem saraf menjadi hiperaktif

yang kemudian mempengaruhi sistem seluruh tubuh termasuk jantung dan

pembuluh darah.

Tekanan darah dipengaruhi oleh sistem otonom, yaitu sistem simpatis

dan parasimpatis.Pada orang dengan kualitas tidur buruk, didapat peningkatan

akitivitas saraf simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis.Tekanan darah

54
juga dipengaruhi oleh hormone kortisol. Dimana hormon kortisol akan

meningkatkan gula darah apabila kualitas tidur buruk pada malam hari

sehingga hormon kortisol meningkat dan juga meningkatkan detak jantung.

55
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research).Penelitian kepustakaan atau kajian literature (literature review,

literature research) merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau

secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh

literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta

merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu

(Cooper dan Taylor., Farisi., 2010).Fokus penelitian perpustakaan adalah

menemukan berbagai teori, hokum, dalil, prinsip, atau gagasan yang

digunakan untuk menganalisis dan memecahkan pertanyaan penelitian yang

dirumuskan.Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu

penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan

pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

B. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 2 (dua) bulan yakti bulan

Mei hingga bulan Juni 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

56
Populasi pada penelitian ini adalah literatur jurnal berupa hasil

penelitian mengenai Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

Remaja yang dipublikasi di jurnal internasional dan nasional yang dpaat

diakses melalui internet terutama dalam bentuk full text. Proses penarian

jurnal dilakukan dengan cara menulis kata kunci “remaja, kualitas tidur,

tekanan darah” pada kolom pencarian di website database jurnal

pencarian. Setelah ditemukan link-link jurnal yang memiliki judul

tersebut, dilakukan proses pen-download-an bagi jurnal-jurnal yang tidak

berbayar. Strategi pencarian dilakukan dengan cara memilih link-link yang

menyediakan jurnal full text dengan ekstension file berupa pdf.

2. Sampel Penelitian

Penentuan jumlah sampel penelitian melalui inklusi dan eksklusi pada

proses identifikasi (identification), penyaringan (screening), pemenuhan

syarat (eligibility) hingga ditentukan jumlah jurnal yang akan dikaji

(inklusi jurnal). Langkah pertama yang dilakukan adalah pengumpulka

jurnal-jurnal hasil pencarian database jurnal elektronik.Jumlah dari setiap

hasil-hasil pencarian masing-masing database harus dihitung dan

ditulis.Langkah kedua adalah mengidentifikasi jurnal yang telah

dikumpulkan. Jika terdapat duplikasi (jurnal dengan judul yang sama),

maka harus disingkirkan dan diambil satu jurnal saja. Langkah ketiga

adalah melakukan screening (penyaringan) berdasarkan judul dan abstrak

57
pada hasil identifikasi jurnal. Jika terdapat jurnal yang tidak relevan

dengan pembahasan akan disingkirkan. Langkah keempat adalah proses

eligibility(pemenuhan syarat). Pada tahap ini, sudah mulai diterapkan

kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

a. Kriteria inklusi

1) Jurnal memiliki objek penelitian dampak kualitas tidur

terhadap tekanan darah pada remaja.

2) Tahun publikasi jurnal dengan rentang 2011 hinggan 2020.

Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pencarian

jurnal-jurnal penelitian pada beberapa database jurnal

internasional, nasional, dan website jurnal terkait seperti

Proquest, Science Direct, Ebsco dan Google Scholar yang

berbentuk full paper dengan format pdf serta menggunakan

desain eksperiment.

3) Pembatasan jumlah jurnal berupa pemilihan hanya satu jurnal

dengan objek spesifik kajian yang sama.

b. Kriteria ekslusi

1) Jurnal dengan objek spesifik kajian yang sama dikeluarkan dari

inklusi berdasarkan pemilihan melalui judul maupun isi jurnal.

D. Instrumen Penelitian

58
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument

dokumentasi.Instrument dokumentasi dapat memberikan informasi dan

berbagai macam sumber yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan

penelitian.Sumber dokumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu

dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh dari berbagai media

seperti laporan penelitian atau jurnal publikasi lainnya.

E. Langkah Literatur Review

1. Mengidentifikasi kata kunci tentang hubungan kualitas tidur dengan

tekanan darah pada remaja.

2. Mengidentifikasi referensi yang potensial melalui pencarian elektronik.

3. Mengambil referensi yang memiliki kriteria inklusi yang diinginkan.

4. Menyaring referensi yang relevan dan tepat.

5. Membaca referensi yang relevan dan membuat catatan.

6. Mengorganisasi referensi.

7. Menganalisis dan mengintegrasikan materi hubungan kualitas tidur

dengan tekanan darah pada remaja.

8. Menulis hasil literature review.

F. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data kuantitatif dengan cara kajian dokumen.

59
2. Reduksi dan kategori data dengan melakukan proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari data-data lapangan.

3. Display data merupakan analisa merancang deretan tabel untuk data

kuantitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang dimasukkan ke

dalam tabel tersebut.

4. Penarikan kesimpulan yang ditulis mencakup seluruh informasi-informasi

penting dalam penelitian secara garis besar. Kesimpulan tersebut harus

ditulis dalam bahasa yang mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit.

G. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara

sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti

tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain

(Arikunto,2012). Analisis jurnal hasil penelitian menggunakan metode

critical appraisal.Critical appraisal adalah gambaran umum dari semua studi

utama pada topik dan mencoba untuk mendapatkan gambaran keseluruhan

dari hasilnya (Al-Jundi et al, 2016). Aspek yang dilihat meliputi : tahun

publikasi, lokasi penelitian, desain penelitian, komponen, fasilitator, intrumen

penelitian dan hasil penelitian

H. Alur Review Jurnal .

60
Identifikasi studi dalam penelitian ini menggunakan database

elektronik dengan total 3255 jurnal tentang Tekanan Darah dan 1525 jurnal

tentang Kualitas Tidur. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi

(identification), penyaringan (screening), pemenuhan syarat (eligibility)

dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan, sehingga dapat

ditentukan jumlah-jumlah jurnal yang akan dikaji (inklusi jurnal). Pada proses

identifikasi, dilakukan pengecekan ulang hasil jurnal, proses ini menemukan

3756 artikel jurnal yang membahas tentang Tekanan Darah dan 1543 artikel

jurnal membahas tentang Kualitas Tidur.

3756 jurnal ditemukan di internet dengan kata


kunci “Tekanan Darah”

1523 Jurnal dilakukan skrining 1.098 Jurnal diekslusi

420 Jurnal full text diekslusi


425 Jurnal full text dilakukan
karena duplikasi dan tidak
asasemen kelayakan
sesuai kritetia inklusi

5 jurnal full text tentang


Tekanan Darah pada Remaja
dilakukan review

Gambar 3.1 Diagram Alur Review Jurnal Tekanan Darah pada Remaja

61
1543 jurnal ditemukan di internet dengan kata
kunci “Kualitas Tidur”

621 Jurnal dilakukan skrining 466 Jurnal diekslusi

150 Jurnal full text diekslusi


155 Jurnal full text dilakukan
karena duplikasi dan tidak
asasemen kelayakan
sesuai kritetia inklusi

5 jurnal full text tentang


Kualitas Tidur dilakukan
review

Gambar 3.2 Diagram Alur Review Jurnal Kualitas Tidur

62
DAFTAR PUSTAKA
Armilaway, H.A., Ridwan, A. 2007. Hipertensi dam Faktor Resikonya dalam Kajian
Epidemiologi. Diakses tanggal 1 Maret 2020 dari
http://ridwanamirudin.wordpress.com

Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing

Buku Pedoman Kerja Mahasiswa Mata Kuliah Praktikum Keperawatan Komunitass


III. Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas. 2018.

Brunner & Suddarth, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC.

Diah, Rika, Gamya Tri Utami, dan Riri Novayelinda. 2015. Hubungan Kualitas Tidur
dengan Tekanan Darah dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Ilmu
Keperawatan Universitas Riau. Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
2(2),

E Gangwisch, James. 2014. A Review of Evidence For The Link Between Sleep
Duration and Hypertension. American Journal of Hypertension, 27(10), 1-8.

Guyton. H. 2006. Buku Ajar Fisiologi. Jakarta : EGC

Luthfi, Mohd, Syaiful Azmi, dan Erkadius. 2017. Hubungan Kualitas Tidur dengan
Tekanan Darah pada Pelajar Kelas 2 SMA Negeri 10 Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(2), 1-6.

Lomantow, Indriani, Sedtia Rompas, dan Franly Onibala. 2016. Hubungan Kualitas
Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja Di Desa Tombasian Atas
Kecamatan Kawangkoan Barat. Jurnal Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 4(1), 1-6.

63
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Noliya, Marda, Anita Apriany, dan Puji Setya Rini. 2018. Hubungan Kualitas Tidur
dengan Tekanan Darah Remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Palembang, 9(1), 1-13.

Paciencia, Ines, Henrique Barros, and Joana Araujo. 2013. Association Between
Sleep Duration and Blood Pressure in Adolescents. Japanese Journal Society
of Hypertension, 36, 1-6.

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2009. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7.


Jakarta: Salemba Medika Poliy, D. F. & Beck, C. T. (2006). Essentials of
nursing research: Methods, appraisal, and utilization. (6 th Ed). Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins

Rinda, Tanto Hariyanto, dan Vita Maryah. 2017. Hubungan Kualitas Tidur dengan
Tekanan Darah pada Remaja Putera Di Asrama Sanggau Landungsari
Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Trubhuwana Tunggadewi
Malang, 2(2), 1-12.

Riskesdes. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian


Kesehatan RI. Jakarta

Saputra, Lyndon, 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Samarinda: Binarupa Aksara

Shipp, Eva, Sharoon P Cooper, and Luohua Jiang. 2019. Influence of Work on
Elevated Blood Pressure in Hispanic Adolescent in South Texas. Journal of
Environmentak Reseacrh and Public Health, 16, 1-12.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2 jilid 8. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC

64
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wolff, H. P. 2006. Hiperteni. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, Gramedia

65
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Nama : Miftahul Jannah MN

No. Bp : 1611311004

Judul : Literatur Review : Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah


Remaja

66
Lampiran 2. Kartu Bimbingan Proposal Penelitian

KARTU BIMBINGAN/KONSULTASI

TUGAS AKHIR/SKRIPSI

Nama : Miftahul Jannah MN

No. Bp : 1611311004

Pembimbing : Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J dan Agus Sri Banowo, S.Kp,
M.PH
Judul : Literature Review : Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Remaja

No Pertemuan Tanda Tangan


. Pembimbing
Tanggal Kegiatan/saran pembimbing I II
1 2 Januari 2020 Kontrak waktu bimbingan dan X X
pengajuan topik
2 7 Januari 2020 Bimbingan penulisan skripsi X
3 19 Januari 2020 Konsultasi BAB 1 X X
4 13 Februari 2020 Revisi BAB1 dan lanjut sampai X
BAB 4 (pak yon)
5 20 Maret 2020 Penyerahan Bab 1- BAB 4 dan X
konsultasi
6 30 Maret 2020 Revisi BAB 1-BAB 4 X
7 5 April 2020 Konsultasi metode penelitian X
8 13 Mei 2020 Penggantian pembimbing Pak
Yon menjadi Pak feri
9 19 Mei 2020 Konsultasi BAB 1 – BAB 4 X
10 21 Mei 2020 Penggantian Penelitian Skripsi X X
menjadi Literature review.
via Whatsapp
11 5 Juni 2020 Perbaikan penulisan literature X

67
review dan mengubah menjadi 3
BAB.
Via whatsapp
12 11 Juni 2020 Revisi BAB 3 dan penambahan X
alur penyaringan jurnal
Via whatsapp
13 17 Juni 2020 Acc Seminar Proposal via X
Whatsapp
14 20 Juni 2020 Acc Seminar Proposal via X
Whatsapp

Lampiran 3. Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

68
A. Biodata Pribadi
Nama : Miftahul Jannah MN
Tanggal/Tanggal Lahir : Bukittinggi, 05 Februari 1998
Agama : Islam
Daerah Asal : Kota Payakumbuh
Pekerjaan : Mahasiswa Fkep Unand
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Drs M.Nur
Nama Ibu : Nursyamsu S.Pd
Alamat : Kel. Kubugadang, Kec. Payakumbuh Barat
Email : Miflahuljannah@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
1. TK Istiqomah Kota Payakumbuh : 2003-2004
2. SD Negeri 01 Balai Nan Duo : 2004-2010
3. MTsN Kota Payakumbuh : 2010-2013
4. SMA Negeri 2 Kota Payakumbuh : 2013-2016
5. Fakultas Keperawatan UNAND : 2016-sekarang

69

Anda mungkin juga menyukai