Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PROGRAM KONTROL BERAT BADAN DAN (BERHENTI

MEROKOK) SMOKEY CESSATION DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KECAMATAN PAMULANG

OLEH :

FATIMAH

181030100037

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

S1 KEPERAWATAN

2022
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PROGRAM KONTROL BERAT BADAN DAN

(BERHENTI MEROKOK) SMOKEY CESSATION DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI DI WILAYAH KECAMATAN PAMULANG

OLEH :

FATIMAH

181030100037

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

S1 KEPERAWATAN

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Yang Berjudul :

HUBUNGAN PROGRAM KONTROL BERAT BADAN DAN (BERHENTI

MEROKOK) SMOKEY CESSATION DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KECAMATAN PAMULANG

Telah Dilakukan Ujian Sidang Skripsi Dan Perbaikan Sesuai Dengan Saran

Dewan Penguji Serta Diperiksa Oleh Tim Pembimbing Skripsi STIKes Widya

Dharma Husada Tangerang

Pamulang, Maret 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Riris Andr iati, S.Kep., M.Kep Ns. Rahayu Nawang Wulan, M.Kep

Kepala Prodi S1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani S.Kep M.kep

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fatimah

NIM : 181030100037

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 14 april 2000

Menyatakan Bahwa Kaya Ilmiah (Proposal Penelitian) Yang Berjudul “

HUBUNGAN PROGRAM KONTROL BERAT BADAN DAN (BERHENTI

MEROKOK) SMOKEY CESSATION DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KECAMATAN PAMULANG “ Kecuali Dalam Bentuk

Kutipan Yang Telah Disebutkan Sumbernya.

Demikian lah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan

ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

Tangerang, maret 2022

Yang Membuat Pernyataan

Fatimah

(181030100037)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunianya

sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “hubungan

program kontrol berat badan dan (berhenti merokok) smokey cessation dengan

kejadian hipertensi di wilayah kecamatan pamulang ” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi

tugas akhir. Dalam pembuatan proposal ini penulis menyadari bahwa masih

banyak bantuan dalam berupa bimbingan, arahan serta saran dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan. Ucapan terima kasih ini

penulis tunjukan kepada :

1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Widya Dharma Husa

Tangerang

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep, M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang sekaligus selaku

Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan memberi arahan dalam

penulisan proposal ini.

3. Drs. Hasan M.Kes. Selaku Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang

4. Siti Novi Romlah, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua II Bidang

Administrasi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

v
5. Ida Listiana, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep, M.Kes. selaku Kepala Program Studi S1

Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

7. Ns. Rahayu Nawang Wulan, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan yang baik dan benar

dalam penyusunan Proposal Penelitian

8. Bapa, Ibu, kakak , Adik serta keluarga besar yang telah mendoakan dan

mendukung yang luar biasa selama penyusunan proposal penelitian ini

9. Teman-Teman kelas 8B Keperawatan dan rekan sekalian yang saling

mendukung satu sama lain

10. Wanita moeslimah, (Desi,Tria,Rida) yang selalu support saya dalam

mengerjakan hingga menyelesaikan proposal ini.

11. Anak komplek (Nuriska,prastio,fadil,dhelvia,nike).

12. Sahabat-sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

sudah memberikan semangat dalam penyusunan proposal ini.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan proposal penelitian ini,


penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dari profesi keperawatan
khususnya

vi
Tangerang, maret 2022

Penulis

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular atau dikenal dengan new communicable diseases

merupakan penyebab utama kematian diseluh dunia. Penyakit tidak

menular membunuh lebih banyak orang setiap tahun dibandingkan dengan

gabungan semua penyebab kematian lainnya. Sebagai penyebab utama

kematian global, penyakit tidak menular bertanggung jawab untuk 38 juta

(68%) dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012. Lebih dari 40%

kematian (16 juta) merupakan kematian dini yaitu dibawah usia 70 tahun

(WHO,2018)

WHO menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu contributor

paling penting untuk penyakit jantung dan stroke yang bersama – sama

membentuk penyebab nomor satu kematian dini dan kecacatan dunia

(WHO,2018). Data world health organization (WHO) menunjukkan

bahwa hipertensi diperkirakan menyebabkan 7.5 juta kematian atau 12,8%

dari total kematian tahunan. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki

tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mmHg. Tingginmya

angka mortalitas disebabkan oleh faktor resiko utama, yaitu peningkatan

tekanan darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan

resiko terkena stroke dan penyakit jantung koroner (WHO,2017).

9
Menurut WHO (2017), Sekitar satu milyar penduduk di seluruh dunia

menderita hipertensi dimana dua pertiganya terdapat di negara – negara

berkembang. Hipertensi menyebabkan delapan juta penduduk denia

meninggal setiap tahunnya, dimana hampir 1,5 juta penduduk diantaranya

terdapat di Kawasan asia tenggara (Triyanto,2018) dalam (Dedullah et

al.,2018)

Hipertensi merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama di

masyarakat bahkan di dunia. Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus

mengalami peningkatan. Hipertensi makin meningkat seiring dengan

meningkatnya usia. Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan

oleh kelalaian individu namun dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan

masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi yang benar mengenai

suatu penyakit.

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena

termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala terlebih

dahulu (Sustain dan Alam,2004).Dari data berdasarkan WHO 2019

memberitahukan kurang lebih 1,13 juta orang di dunia yang mengalami

hipertensi, data riskesdas 2018 sebesar 34,1% masyarakat Indonesia

10
pravelensi hipertensi berdasarkan pada penduduk umur 18 tahun keatas.

Menurut data riskesdas 2018 sebesar 29,47% masyarakat Indonesia yang

terkena hipertensi terbanyak umur 18 tahun keatas di wilayah provinsi

banten. Menurut data riskesdas 2018 sebesar 27,51% masyarakat

Indonesia yang terkena hipertensi terbanyak umur 18 tahun keatas, di

wilayah kota Tangerang selatan.

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah dimana tekanan darah individu

pada atas nilai normal, peristiwa dimana pembuluh darah secara peristen

tekanannya naik. Hipertensi tak jarang diklaim menjadi pembuluh gelap

(silent killer), lantaran termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai

gejala-gejalanya (WHO, 2018). Hipertensi yang ditimbulkan lantaran

rendahnya pencerahan warga untuk memeriksakan tekanan darahnya

secara dini tanpa menunggu timbulnya gejala.

Factor sosio demografi yang mempengaruhi peristiwa hipertensi

merupakan umur, jenis kelamin, Pendidikan dan pekerjaan sebagai

akibatnya jumlah penderita bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia

juga usia belia tak jarang diikuti dengan meningkatnya penyakit

degenerative dan perkara kesehatan lain (phihartono, 2019).

Penyebab hipertensi lainnya seperti gaya hidup yang mencangkup berat

badan yang dianggap sangat mempengaruhi meningkatnya angka kejadian

11
hipertensi. Kasus berat badan telah menjadi masalah epidemi bagi semua

dunia, khususnya bagi negara Indonesia. Kegemukan atau obesitas

merupakan salah satu factor resiko yang sering dijumpai penyakit

hipertensi. Menurunkan berat badan secara berlebihan itu sangatlah tidak

baik. Berkurangnya berat badan berefek dalam penurunan salah satunya

tekanan darah.

Orang dengan berat badan berlebih berisiko besar terhadap serangan

banyak sekali penyakit utama degenerative atau nonfiksi yang salah

satunya adalah hipertensi. Dengan pertimbangan orang yang kegemukan

mempunyai risiko besar untuk berbagai penyakit. Dengan itu perlu

adanaya mengontrol berat badan untuk mencegah berbagai macam

penyakit.

Faktor resiko terjadi hipertensi diantaranya adalah usia, jenis kelamin,

keturunan, obesitas, merokok (WHO,1996). Factor resiko hipertensi ada

yang dapat diperbaiki dan ada yang tidak dapat diperbaiki. Factor yang

tidak dapat diperbaiki adalah usia, jenis kelamin dan keturunan sedangkan

factor yang dapat diperbaiki adalah obesitas, pola makan, merokok dan

konsumsi alcohol (Syahrini dkk.,2012).

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi merupakan factor resiko yang

cukup besar untuk seseorang akan menderita hipertensi dimasa yang akan

12
datang ( WHO, 1996). Seseorang yang memiliki riwayat hipertensi dalam

keluarganya memiliki resiko 9,2 kali menderita hipertensi dibandingkan

yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi (widyartha dkk.,

2018).

Saat ini merokok merupakan suatu pandangan yang sangat tidak asing

lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi

perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi

perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Hal ini sebenarnya

telah diketahui oleh masyarakat, bahwa merokok itu sangat menggangu

kesehatan. Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah

nasional (Setiyanto, 2013).

Pada ahli kesehatan termasuk World health organization (WHO) telah

lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak menimbulkan

dampak negatif, terlebih bagi anak-anak dan masa depannya. Rokok

mengandung 400 zat kimia dengan 200 jenis diantaranya bersifat

karsiogenik (dapat menyebabkan kanker), bahan racun ini didapatkan pada

asap pertama yaitu asap rokok yang terhiap langsung masuk ke paru- paru

bagi perokok maupun asap samping yaitu asap rokok yang dihasilkan oleh

ujung rokok yang terbakar, misalnya karbon monoksida, benzopiren dan

amoniak (KPAI / Komisi perlindungan anak indonesia, 2013).

13
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2013

Kementrian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi prokok di

Indonesia tahun 2013 laki – laki sebanyak 68,8%, perempuan 6,9%, dan

total prevalensi di Indonesia sebanyak 36,3%. Hasil ringkasan Riskesdas

menyebutkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun ke atas

meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Pada tahun 2007 usia 15-19

tahun sebanyak 36,3%, usia 20-24 tahun 16,3%, usia 25-29 tahun

sebanyak 4,4% dan usia >30 tahun sebanyak 3,2%. Jumlah perokok aktif

yang meningkat ini didominasikan oleh remaja dan anak- anak. Sejak

2011 hingga saat ini terjadi peningkatan perokok aktif di kalangan remaja

dan anak- anak, yaitu dari 5% menjadi 17%(Depkes, 2013).

Factor resiko merokok merupakan masalah yang sering ditemui, penelitian

yang dilakukan oleh setyanda, dkk (2015) di kota padang menyebutkan

bahwa kebiasaan merokok pada laki- laki usia 36-65 tahun ada hubungan

dengan kejadian hipertensi dengan nilai (p=0,003). Penelitian lain juga

yang dilakukan di rumkit ramelan Surabaya tahun 2015 menyebutkan

bahwa perilaku merokok pada TNI memiliki nilai OR yang bermakna

terhadap hipertensi (Oktavia dan Martini, 2016).

Merokok merupakan salah satu masalah di masyarakat yang tidak hanya

menyebabkan kerugian dari segi ekonomi dan kesehatan namun juga dapat

menyebabkan kematian. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila

digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu. Merokok

14
didefnisikan menjadi aktifitas membakar tembakau yang lalu dihisap

asapnya, baik eksklusif memakai rokok juga memakai pipa. Merokok

adalah norma yang membahayakan kesehatan lantaran bisa memicu aneka

macam macam penyakit sampai bisa menyebabkan kematian.

Merokok merupakan masalah global yang sangat berbahaya bagi

kesehatan, secara global di tahun 2015 sebanyak 942 juta laki- laki dan

175 juta perempuan usia 15 tahun keatas mengkonsumsi rokok. Tiga

negara dengan konsumsi rokok paling besar adalah China, India, Indonesia

dan jumlah korban yang meninggal karena penyakit akibat tembakau di

Indonesia lebih dari 225.700 orang. Masalah konsumsi rokok di Indonesia

sangat memperihatinkan dimana terdapat 469.000 orang anak usia 10-14

tahun dan 53.248.000 orang usia 15 tahun ke atas yang mengkonsumsi

tembakau setiap hari di Indonesia di tahun 2015 (Drope dkk.,2018).

Seorang peneliti jantung terkemuka di Mayo Clinic bernama Doktor Grace

M. Roth, bahwa rokok dapat berarti hidup atau mati bagi penderita

penyakit jantung. Tekanan darah untuk orang dewasa normal yang sehat

rata – rata 120 sistolis. Penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic

memperlihatkan, tekanan darah akan meningkat setelah merokok. Tekanan

darah orang yang normal meningkat 21 sistolis setelah mengisap 2 batang

rokok, 56 orang penderita hipertensi mengkami kenaikan sampai 31

sistolis. (Ernest Caldwell,2009).

15
Selama masih merokok, tembakau akan menjadi musuh yang mengancam

kesehatan. Akan menyerang dengan berbagai cara. Jika tidak menyerang

secara langsung melalui penyakit jantung atau kanker, akan mencari jalan

dengan cara menghalangi kesembuhan penyakit – penyakit yang di derita.

(Ernest Caldwell,2009).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik ingin

melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan

Program Kontrol Berat Badan Dan (Berhenti Merokok) Smokey Cessation

Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Pamulang.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah yaitu adakah hubungan Program Kontrol Berat Badan Dan

(Berhenti Merokok) Smokey Cessation Dengan Kejadian Hipertensi Di

Wilayah Pamulang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mengenai

hubungan program kontrol berat badan dan smoke cessation

dengan kejadian hipertensi.

2. Tujuan Khusus

16
a. Mengidentifikasi kontrol berat badan pada hipertensi

b. Mengidentifikasi smoke cessation pada hipertensi

c. Mengidentifikasi hipertensi

d. Adakah hubungan control berat badan dengan

hipertensi

e. Adakah hubungan smokey cessation dengan hipertensi

f. Adakah multivariat program control berat badan,

somkey cessation, dan hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi,

sumber, data dan juga informasi

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan perawat yang

dijadikan dasar dalam mengembangkan dan juga memperkarya

literatur yang berkaitan dengan program control berat badan dan

smoke cessation dengan hipertensi

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini bagi masyarakat dapat memberikan

informasi, menambah pengetahuan yang dari tidak tahu hingga

menjadi tahu, memberikan pemahaman mengenai program control

berat badan dan smoke cessation dengan hipertensi.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep teori

1. Hipertensi

a. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang

persisten (Nurarif,2013).Hipertensi adalah keadaan tekanan

darah meningkat melebihi batas nomal (>120/80 mmHg).

Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan

kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)dari

pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah

(Hamzah PK,2015).Organisasi Kesehatan Dunia (WHO,2014)

memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90

mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan

sebagai hipertensi.

Didukung oleh Infodatin (2017) hipertensi merupakan

meningkatan tekanan darah arteri yang persisten diatas 140/90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup Istirahat atau tenang. Hipertensi

atau tekanan darah adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu


lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang

(Kemenkes,2014).

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang

dinyatakan mengalami peningkatan tekanan darah di atas batas

normal.seseorang dinyatakan mengalami penyakit hipertensi

bila tekanan sistolik mencapai di atas 140 mmHg dan tekanan

diastolik di atas 90 mmHg (Junaidi,2010).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di

pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat

terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika

dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ

lain, terutama organ – organ vital seperti jantung dan ginjal

(kemenkes RI, 2013).

b. Klasifikasi hipertensi.

Berdasarkan penyebab hipertansi menurut Nurarif (2013)

dibagi menjadi 2 golongan :

1. Hipertensi primer (esensial).

Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena

tidak diketahui Penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi


yaitu: genetik, lingkungan, Hiperaktifitas saraf simpatis

sistem renin,angiotensin dan peningkatan Na+Ca

intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko adalah

obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia

2. Hipertensi sekunder

Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen,penyakit ginjal,

sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.

2.1 Tabel klasifikasi hipertensi menurut Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.

Klasifikasi Sistolik Diastolik

Optimal <120 Dan < 80

Normal 120-129 Dan/ atau 80-84

Normal tinggi 130-139 Dan/ atau 84-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/ atau 90-99

Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/ atau 100-109

Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan/ atau ≥ 110

Hipertensi sistol ≥ 140 Dan/ atau < 90

terisolasi

(Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler

Indonesia, 2015). Dalam (Apriyani Puji Hastuti,M.Kep).

c. Penyebab hipertensi.
Banyak penyebab terjadinya hipertensi seperti usia, jenis kelamin,

genetika (Riwayat Genetik), Obesitas, Stres, minum alkohol,

merokok, komplikasi penyakit lainnya dan asupan kafein. Faktor

penyebab hipertensi sangat umum menjadi kebiasan atau gaya

hidup masyarakat Medan. Meminum alkohol seperti tuak

merupakan kebiasaan penduduk di Medan. Selain itu, tingginya

penduduk yang merokok dapat menyebabkan tingginya angka

kejadian penderita hipertensi (Anisa et al., 2014).

d. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri

besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung

di paksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal

dan kaku karena arteriosklirosis (Triyanto, 2014).

Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada

saat

terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk


sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau

hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi

bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi

jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume

darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat (Triyanto, 2014).

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun. Penyesuain terhadap faktor-

faktor tersebut dilaksankan oleh perubahan di dalam fungsi

ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang

mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan

fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui

beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangya volume darah dan mengembalikan tekanan darah

ke normal (Triyanto, 2014).

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf

otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan

tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh

terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di daerah


tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah

yang lebih banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh

ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh

melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin

(noradrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

Faktor stress merupakan satu faktor pencetus terjadinya

peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone

epinefrin dan norepinefrin (Triyanto, 2014).

e. Tanda dan gejala

Tahap awal hipertensi biasanya ditandai dengan asimtomatik,

hanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan

darah pada awalnya sementara tetapi pada akhirnya menjadi

permanen. Gejala yang muncul sepertisakit kepala di tengkuk dan

leher, dapat muncul saat terbangun yang berkurang selama siang

hari. Gejala lain yaitu nokturia, bingung, mual, muntah dan

gangguan penglihatan (Lemone, et al., 2015).

Gejala hipertensi Biasanya orang yang menderita hipertensi akan

mengalami sakit kepala, pusing yang sering dirasakan akibat

tekanan darahnyanaik melebihi normal. Wajah akan menjadi

kemerahan, pada sebagian orang akan mengalami detak jantung

yang berdebar-debar. Orang yang menderita tekanan darah tinggi


akan mengalami gejala seperti pandangan mata menjadi kabur atau

tidak jelas, sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi, mudah

mengalami kelelahan saat melakukan aktifitas, sering terjadi

pendarahan di hidung atau mimisan. Gejala hipertensi yang parah

dapat menyebabkan seseorang mengalami vertigo. Orang yang

mempunyai tekanan darah yang tinggi biasanya akan sensitive dan

mudah marah terhadap hal-hal yang sepele dan tidak disukainya.

Beberapa gejala tersebut adalah gejala-gejala yang umum yang

dialami penderita hipertensi, oleh karena itu dianjurkan untuk

berkonsultasi pada dokter untuk pemeriksaan tekanan darah (Anies,

2018).

f. Faktor – faktor hipertensi

Penyakit hipertensi ini mempunyai 2 faktor resiko diantaranya dari

internal dan dari eksternal. Faktor internal ini merupakan faktor

yang tidak dapat diubah seperti genetik (keturunan), usia, ras dan

gender. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor dari lingkungan

atau faktor yang dapat diubah seperti kelebihan berat badan, sering

merokok, minum alkohol, serta sedikitnya aktivitas untuk

berolahraga (Setyanda et al., 2015).

Menurut (Situmorang, 2015) bahwa ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu usia lanjut, adanya

riwayat hipertensi dalam keluarga, kelebihan berat badan yang


diikuti dengan kurangnya berolahraga. Fenomena ini disebabkan

karena gaya hidup masyarakat di dunia, seperti semakin mudahnya

memperoleh makanan siap saji yang menjadikan seseorang kurang

dalam memakan. sayur-sayuran segar serta kurang konsumsi serat,

kemudian tingginya konsumsi garam, gula, lemak dan kalori.

Hipertensi di pengaruhi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan

tidak dapat diubah menurut (Nurrahmani, 2011) :

1. Faktor yang tidak dapat diubah

a. Usia

Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

usia. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90mmHg. Hal ini pengaruh degenerasi yang terjadi pada

orang yang bertambah usia. Organisasi kesehatan dunia

menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan 45-59

tahun, lanjut usia 60-70 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, usia

sangat tua di atas 90 tahun. Selain itu pada usia

lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks

baroreseptor mulai berkurang, demikian juga halnya dengan

peran ginjal dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi

glomerulus menurun, hal ini memicu terjadinya hipertensi.

Berdasarkan usia terbanyak untuk kelompok hipertensi adalah

usia ≥55 tahun (53,3%). Usia terbanyak


untuk kelompok non hipertensi adalah < 55 tahun (83,3%).

Selanjutnya dianalis dengan uji multivariat dan didapatkan nilai

signifikansi (p=0,010), yang berarti terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara umur dengan kejadian

hipertensi. (Idha Kurniasih, dkk, 2011).

b. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi

lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar

terhadap morbiditas dan mortalitas beberapa penyakit

kardiovaskuler, sedangkan usia diatas 50 tahun hipertensi lebih

banyak terjadi pada perempuan.

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita,

namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap

sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi

sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur 45-

55 tahun. (Bianti Nuraini, 2015). Penelitian yang dilakukan di

Kelurahan Sawangan Baru Depok menunjukkan bahwa, untuk

distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin

perempuan sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan

responden yang berjenis kelamin aki-laki sebanyak 7

responden (8,0%) (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015).

Berdasarkan hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan

kejadian hipertensi didapatkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi

(p=1,000). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan

Prasetyaningrum (2014) yang mengatakan laki-laki lebih

beresiko mengalami hipertensi dibandingkan perempuan saat

usia < 45 tahun. Tetapi saat usia >65 tahun, perempuan lebih

beresiko mengalami hipertensi dibanding laki-laki setelah

wanita memasuki masa monopouse prevalensi pada wanita

akan semakin meningkat dikarenakan factor hormonal.

c. Keturunan
Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang

diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunyai

riwayat hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai

resiko besar menderita hipertensi.

c. Riwayat Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita

hipertensi.Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga. (Bianti Nuraini, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Airmadidi menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji chi

square menghasilkan nilai probabilitas 0,000 dengan tingkat

kesalahan 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi. Orang

yang mempunyai anggota keluarga hipertensi berisiko 17,71

kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak


mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi.

(Merlisa C Talumewo, 2014).

2. Faktor yang dapat diubah

a. Stres

Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak

ginjal untuk mengeluarkan adrenalin dan memacu jantung

berdenyut kuat. Akibatnya tekanan darah meningkat.

b. Berat Badan

Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya

menganggu penampiIan seseorang, tetapi juga tidak baik

kesehatan. Meraka yang memiliki berat badan lebih

cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi di banding

mereka yang kurus. Pada orang yang gemuk, jantung akan

bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat

dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang

yang gemuk terjepit kulit yang berlemak.

Pada orang yang gemuk pembakaran kalori akan bekerja

lebih karena untuk membakar kalori yang masu.

Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam

darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar,

semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah.

Pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih


keras.

c. Pengunaan Kontrasepsi Oral Pada Wanita

Peningkatan ringan tekanan darah biasa ditemukan pada

wanita yang menggunakan kontrasepsi oral terutama yang

berusia di atas 35 tahun, yang telah menggunakan

kontrasepsi selama 5 tahun, atau pada orang obese.

Hipertensi disebabkan oleh peningkatan volume plasma

akibat peningkatan aktivitas renninangiotensin-aldosteron

yang muncul ketika kontrasepsi oral digunakan. Kalainan

ini bersifat masih bisa diperbaiki, namun membutuhkan

waktu beberapa minggu setelah obat kontrsepsi tersebut

berhenti diminum.

c. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi garam hal yang tidak baik dalam tekanan darah,

tetapi kandungan natrium (Na) dalam darah dapat

mempengaruhi tekanan darah seseorang. Natrium (Na)

bersama klorida (CI) dalam garam dapur (NaCl)

sebenarnya bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah.

Namun, natrium yang masuk dalam darah secara berlebihan

dapat menahan air sehingga meningkatkan volume darah.

Meningkatnya volume darah menagkibatkan meningkatnya

tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja

jantung dalam memompa darah semakin meningkat.


e. Kebiasaan Merokok

Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila ia

melakukan aktivitas merokok setiap hari dengan jumlah

satu batang atau lebih sekurang-kurangnya selama satu

tahun. Merokok dapat salah satu faktor hipertensi melalui

mekanisme pelepasan Norepinefrin dari ujung-ujung saraf

adrenergik yang dipacu oleh nikotin.

f. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke

arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka makin mudah dalam

memperoleh suatu pekerjaan sehingga semakin banyak pula

penghasilan yang di peroleh dan menyebabkan tingkat

pengetahuan kesehatan dari seseorang tersebut tinggi

sehingga menimbulkan rasa pentingnya untuk menjaga

kesehatan. Pendidikan memiliki tingkatan yaitu :

1. Pendidikan rendah (TAMAT SD,SMP/MTS)

2. Pendidikan menangah (TAMAT SMA,SMK)

3. Pendidikan tinggi (TAMAT D3,S1,S2,S3)


g. Pekerjaan

Manisfestasi kardiovaskuler yang berkaitan dengan

paparan kerja sering dicetuskan oleh patofisiologi

bukan akibat kerja yang mendasarinya. Pada pekerja

individual sulit membuktikan faktor-faktor kerja

bertanggung jawab atas kelainan kardiovaskuler dengan

faktor-faktor kerja (WHO, 2005). Jenis pekerjaan yang

terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler adalah

pekerjaan yang tidak aktif secara fisik yang terlalu

banyak bekerja, kurang berolahraga, tidak

memperhatikan gizi yang seimbang, konsumsi lemak

tinggi dapat menimbulkan hipertensi pada pekerja. Stres

pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya

hipertensi berat.

h. Penatalaksanaan Hipertensi

Tatalaksana Hipertensi ada 3 antara lain menurut (Triyanto,

2014) yaitu :

1. Penatalaksanaan Farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

takanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah

komplikasi akibat hipertensi agar penderita bertambah kuat.

Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli

Hipertensi (Joint Commite On Detection, Evaluation and


Treatment Of High Blood Preasure, USA, 2010)

menyimpulkan bahawa obat diuretik, antagonis kalsium,

atau penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita

dan penyakit lain yang ada pada penderita (Padila, 2013

dalam Nafiah, 2018). Terapi farmakologis dilakukan

dengan pemberian obat-obatan seperti berikut (Triyanto,

2014) :

a. Golongan Diuretik

Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal

membuang garam dan air, yang akan mengurangi

volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran

pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya

kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan

tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik

sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,

kegemukan, penderita gagal ginjal jantung atau

penyakit ginjal menahun.

b. Penghambat Adrenargik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

bloker, beta bloker labetol, yang menghambat efek

sistem saraf simpatis. System saraf simpatis adalah

sistem saraf yang dengan segera akan memberikan

respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan

tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah

beta-bloker yang efektif diberikan pada penderita usia

muda, penderita yang mengalami serangan jantung.

c. ACE – inhibitor

Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia

muda, penderita gagal jantung. Angiotensin converting

enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan

penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan

arteri.

d. Angiotensin-II-Bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

e. Vasodilator

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan

terhadap obat anti- hipertesi lainnya. Antagonis


Kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif

diberikan kepada orang kulit hitam, lanjut usia, nyeri

dada, sakit kepala (migren).

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pengobatan secara nonfarmokologi atau lebih dikenal

dengan pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya

merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau

perseorangan. Pada pengobatan hipertensi tanpa obat-

obatan lebih menekankan pada perubahan pola makan

dan gaya hidup. Berikut pengobatan nonfarmakologi

menurut (Triyanto, 2014):

a. Mengurangi Konsumsi Garam

Garam dapur mengadung 40% natrium.oleh karena itu,

tindakan mengurangi garam juga merupakan usaha

mencegah sedikit natrium yang masuk kedalam tubuh.

Mengurangi konsumsi garam pada awalnya memang tarasa

sulit. Keadaan ini terjadi karena individu terbiasa dengan

makanan berasa asin selama puluhan tahun. Tentu

memerlukan usaha yang keras untuk mengurangi garam.

b. Mengendalikan Minum (Kopi Dan Alkohol)


Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan hipertensi

karena, senyawa kafein dalam kopi dapat memicu

meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada

peningkatan tekanan darah Minuman beralkohol dapat

menyebabkan hipertensi karena, bila di konsumsi dalam

jumlah yang berlebihan akan meningkatkan

tekanan darah. Pada dasarnya pada penderita hipertensi perlu

meninggalkan minuman beralkohol.

c. Mengendalikan Berat Badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk

kedalam tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak

aktivitas, penurunan 1kg berat badan dapat menyebabkan

tekanan darah turun 1 mmHg.

d. Berolah Raga Teratur

Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk

berolahraga, tetapi dianjurkan olahraga secara teratur. Bagi

penderita hipertensi semua olahgara baik dilakukan asal

tidak menyebabkan kelelahan fisik dan selain itu olahraga

ringan yang dapat sedikit meningkatkan denyut jantung dan

mengeluarkan keringat.

2. Control berat badan

a. Pengertian control berat badan


Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau

menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini bergantung

pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dan

jumlah tenaga yang digunakan. Sedikit yang dimakan dan lebih

banyak tenaga yang dikeluarkan, maka timbunan lemak akan

berkurang

b. Berat badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai

indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan

tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja,

pengukuran objektif dan dapat diulangi (Febrianti, Wahyuni, &

Dale, 2019: 19).

3. Berhenti merokok (smokey cessation)

Dalam Permenkes No. 39 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga memutuskan dalam Upaya Pengendalian Penyakit Tidak

Menular agar dilakukan kegiatan penyuluhan tentang dampak buruk

rokok dan penyelenggaraan layanan upaya berhenti merokok.

a. Merokok.

Salah satu penyebab hipertensi adalah gaya hidup, peningkatan ini

yang mengakibatkan terjadinya hipertensi salah satunya merokok.

Saat ini merokok merupakan suatu pandangan yang sangat tidak


asing lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan

kenikmatan bagi perokok, namun dapat menimbulkan dampak

buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang orang disekitarnya.

Hal ini sebenarnya telah diketahui oleh masyarakat bahwa

merokok itu sangat menganggu kesehatan. Masalah rokok pada

hakekatnya sudah menjadi masalah nasional (setiyanto,2018).

Merokok adalah kebiasaan yang dapat mengakibatkan berbagai

macam penyakit (proverawati & rahmawati, 2012). Merokok

merupakan kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan. Rokok

memiliki antidepressant yang menimbulkan efek kenyamanan pada

perokok, walaupun perilaku merokok merupakan perilaku yang

membahayakan kesehatan karena terdapat 4000 racun dalam

sebatang rokok (Roschayati, 2015).

Rokok bisa dikatakan sebagai narkoba karena adanya efek yang

mendatangkan perasaan nikmat, rasa nyaman, dan menjadikan

kecanduan (Partodihardjo, 2010). Rokok adalah hasil olahan dari

tembakau yang terbungkus dari tanaman Nicotiana Tobacum,

Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang

mengandung nikotin dan tar tanpa bahan tambahan (Heryani,

2014). Aulia (2010) rokok merupakan sumber dari berbagai

masalah kesehatan seperti kanker, jantung, gangguan pernafasan

serta bisa menjadi salah satu penyebab kematian terbesar.


b. Komponen dalam rokok

Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012), komponen zat racun

dalam rokok terdiri dari :

1. Zat Kimia

Komponen gas dalam asap rokok yaitu berupa karbon monoksida,

amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formal dehit.

Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbazol, dan kresol. Zat-zat

ini beracun, mengiritasi, dan meninmbulkan kanker (karsinogen).

2. Nikotin

Zat yang paling sering dibicarakan karena dapat meracuni saraf

tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan

pembuluh darah tepi, mengganggu kerja saraf otak dan

menyebabkan ketagihan

3. Timah hitam (Pb)

Timah hitam yang dihasilkan dari sebatang rokok sebanyak 0,5 μg.

sedangkan ambang batas bahaya timah yang masuk ke dalam tubuh

adalah 20 μg per hari.

4. Gas karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang cukup kuat

untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah.

5. Tar

Tar adalah kumpunan ribuan bahan kimia dalam komponen padat

asap rokok, dan bersifat karsinogen, pada saat muali menghisap

rokok, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat, tetapi
setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk sebuah endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, paru-paru, dan saluran

pernafasan.

c. Klasifikasi Perokok

Menurut warma dkk. (2015) tipe perokok dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Perokok ringan, perokok yang merokok <10 batang per hari.

2. Perokok sedang, perokok yang merokok 10 – 20 batang per

hari.

3. Perokok berat, perokok yang merokok lebih dari 20 batang per

hari.

B. Penelitian Terkait

Dengan pencarian judul dan beberapa kajian pustaka, menemukan

beberapa hasil yang relevan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Penelitian oleh Vicky M. Kalangie, Sarah M. Warouw, Adrian Umboh

(2016) yang berjudul : Hubungan berat badan dengan tekanan darah

pada siswa SMP di Kecamatan Pineleng. Penelitian ini menggunakan

metode analitik dengan desain potong lintang. Populasi yang diambil

ialah siswa SMP kelas 7 dan 8 yang berusia 12 – 14 tahun di 3 SMP

yang berada di Kecamatan Pineleng. Jumlah sampel 75 siswa

diperoleh dengan teknik simple random sampling. Hasil analisis

dengan uji

Chi-Square menyatakan nilai signifikansi 0,001 (< 0,005).


2. Penelitian oleh Nurvita Wikansari, Nyoman Kertia, Fatwa Sari Tetra

Dewi.(2017) yang berjudul : Determinan Perilaku Berhenti Merokok

pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Sleman. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif ini menggunakan rancangan cross-

sectional study. Subyek penelitian ini adalah seluruh penderita

hipertensi dengan memiliki riwayat merokok baik sudah berhenti

merokok maaupun masih merokok sebesar 120 responden. Sampel

merupakan total sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariat dan

multivariat mengunakan teknik chi-square dan regresi logistik.Hasil:

Penelitian ini menemukan faktor yang berhubungan dengan perilaku

berhenti merokok pada penderita hipertensi di Kabupaten Sleman

adalah pendidikan dengan PR 1,56 (95%CI= 1,111-2,274; p=0,004)

dan riwayat penyakit lain dengan PR 2,7 (95%CI= 1,209-6,031;

p=0,007).
C. KERANGKA TEORI PENELITIAN
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka konsep penelitian dalam suatu uraian

dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep

yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

permasalahan yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012)

Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang dipandang

sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya.

Sedngkan variabel terikat (Dependent variable) adalah variabel yang

dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel- variabel

bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intensitas

penggunaaan media sosial, sedangkan variabel Dependen dalam penelitian ini

adalah Kesehatan mental remaja (Nursalam, 2013)

Table 3.1 kerangka konsep.

Variabel Independent Variabel Dependen

kontrol berat badan


Hipertensi

Berhenti merokok

Keterangan:

: Variabel yang diteliti


: Mencari hubungan
B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

Table 3.2 hubungan program control berat badan dan berhenti merokok (smoke

cessation) dengan kejadian hipertensi

V Definisi Alat Hasil Ukur S

a Operasional uk k

r ur a

i l

a a

b U

e k

l u

Vari

abel

inde

pend

ent
k Merupaka Data - Kurus = <17,0 Ordinal

o n prim dan 18,5

nt Pengatura er kg/m2.

ro n berat den - Normal = >18,5-

l badan gan 25,0 kg/m2

be adalah waw - Gemuk = >25,0

ra suatu anca dan > 27,0

t proses m ra kg/m2

ba enghda men (Supariasa, 2012)

da ngkan ggu

n atau naka

menghind n

ari t i m b kues

unan ione

lemak d i r,

dalam t u dala

b u h. m

(Widiyant bent

o,2015) uk

pert

anya

an

0:
tida

1:

ya

B proses Data Ringan : 1-10 batang setiap Nominal

er untuk prim harinya.

he menghent er

nt ikan den Sedang : 11-20 batang

i kebiasaan gan setiap harinya.

m merokok. waw

er anca Berat : lebih dari

o ra 20 batang setiap

k men harinya.

o ggu

k naka

(s n

m kues

o ione

ke r,

ce dala

ss m

at bent

io uk

n) pert
anya

an

0:

tida

1:

ya

Var

iabe

Dep

end

en

Hipertensi kondisi ketika Ten 0.Ya jika sistolik > Nominal

tekanan darah sime 140 dan

berada di angka ter diastolik > 90

130/80 mmHg dan

atau lebih. steto 1.Tidak jika sistolik

skop < 140 dan

diastolik < 90

(Hanata dan

Fretag 2011)
D. KERANGKA TEORI PENELITIAN

Tabel 2.2 Kerangka Teori

Hipertensi

1. Merokok Faktor yang dapat diubah


2. Berat badan

1. Berhenti merokok

2. kontrol Berat badan

Sumber : (Febrianti, Wahyuni, & Dale, 2019: 19), (Partodihardjo, 2010),

(Nurarif,2013)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka konsep penelitian dalam suatu uraian

dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep

yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

permasalahan yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012)

Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang dipandang

sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya.

Sedngkan variabel terikat (Dependent variable) adalah variabel yang

dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel- variabel

bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intensitas

penggunaaan media sosial, sedangkan variabel Dependen dalam penelitian ini

adalah Kesehatan mental remaja (Nursalam, 2013)

Table 3.1 kerangka konsep.

Variabel Independent Variabel Dependen

kontrol berat badan


Hipertensi

Berhenti merokok

Keterangan:

: Variabel yang diteliti


: Mencari hubungan
D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

Table 3.2 hubungan program control berat badan dan berhenti merokok (smoke

cessation) dengan kejadian hipertensi

V Definisi Alat Hasil Ukur S

a Operasional uk k

r ur a

i l

a a

b U

e k

l u

Vari

abel

inde

pend

en
k Merupaka Data - Kurus = <17,0 Ordinal

o n prim dan 18,5

nt Pengatura er kg/m2.

ro n berat den - Normal = >18,5-

l badan gan 25,0 kg/m2

be adalah waw - Gemuk = >25,0

ra suatu anca dan > 27,0

t proses m ra kg/m2

ba enghda men (Supariasa, 2012)

da ngkan ggu

n atau naka

menghind n

ari t i m b kues

unan ione

lemak d i r,

dalam t u dala

b u h. m

(Widiyant bent

o,2015) uk

pert

anya

an

0:
tida

1:

ya

B proses Data Ringan : 1-10 batang setiap Nominal

er untuk prim harinya.

he menghent er

nt ikan den Sedang : 11-20 batang

i kebiasaan gan setiap harinya.

m merokok. waw

er anca Berat : lebih dari

o ra 20 batang setiap

k men harinya.

o ggu

k naka

(s n

m kues

o ione

ke r,

ce dala

ss m

at bent

io uk

n) pert
anya

an

0:

tida

1:

ya

Var

iabe

Dep

end

en

Hipertensi kondisi ketika Ten 0.Ya jika sistolik > Nominal

tekanan darah sime 140 dan

berada di angka ter diastolik > 90

130/80 mmHg dan

atau lebih. steto 1.Tidak jika sistolik

skop < 140 dan

diastolik < 90

(Hanata dan

Fretag 2011)
i. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan penelitian

yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Sujarweni,

2014). Hipotesis merupakan dugaan sementara dari 2 kemungkinan

jawaban yang disimbolkan dengan H. Dimana Ho merupakan hipotesis nol

dan Ha merupakan hipotesis alternatif (Sujarweni, 2014).

Ho : Hipotesis nol dalam penelitian ini yaitu:

Tidak ada hubungan antara intensitas penggunaan Sosial media terhadap

kesehatan mental remaja.

Ha ; Hipotesis alternatif dalam penelitian ini yaitu:

Ada hubungan antara intensitas penggunaan Sosial media terhadap

kesehatan mental remaja.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mencari

hubungan anatara variebel independent dengan variabel dependen. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisioner keseluruhan

metode dan pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara program control berat badan dan berhenti merokok (smoke cessation)

dengan penyakit hipertensi di kecamatan pamulang.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu

di Wilayah Pamulang Kota Tangerang Selatan Tepatnya di Pamulang

Barat dan Pamulang Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu pembuatan proposal sampai penelitian direncenakan akan

dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, di mulai dari bulai februari sampai

bulan juli.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan

diteliti, (Notoatmojo,2012). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri dari obyek dan subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik

tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dapat dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam

penelitian dapat dibedakan menjadi populasi Finit dan populasi In-finit.

Populasi finit merupakan suatu populasi yang jumlah anggota populasinya

secara pasti dapat diketahui, sedangkan populasi in-finit merupakan suatu

populasi yang jumlah anggota populasinya tidak dapat diketahui secara

pasti. Maka dari itu populasi in-finit adalah populasi yang digunakan

dalam penelitian ini karena population size nya tidak dapat diketahui

sebelum penelitian dilaksanakan (Supardi, 2005). Populasi dalam

penelitian ini yaitu masyarakat yang menderita hipertensi di Wilayah

Pamulang Kota Tangerang Selatan tepatnya di Pamulang Barat dan

Pamulang Timur.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dan dianggap mewakili populasi

(Notoatmojo,2012). Sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar

dan peneliti tidak mungkin untuk mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya karena ada keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut

(sugiyono, 2017). Teknik sampling dalam penelitian secara garis besar


dibedakan menjadi dua yaitu Teknik probability sampling dan Teknik non

probability sampling .

Teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan

pendekatan ilmu statistik, artinya penentuan sampel dengan teknik

statistic. Sedangkan teknik non probability sampling yaitu pengambilan

sampel penelitian secara non-random (tidak acak). Teknik sampling ini

cocok dipilih untuk populasi yang bersifat infinitive, artinya besaran

anggota populasi belum atau tidak dapat ditentukan lebih dahulu (Ibid,

2010). Adapun pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini

dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi

responden untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini, yaitu :

1) Masyarakat yang menderita hipertensi

2) Bersedia dijadikan subyek penelitian, dan

3) Dapat berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan syarat ekslusi untuk menjadi responden

sudah ada tetapi dikeluarkan karena hal tertentu. Kriteria ekslusi dalam

penelitian ini, yaitu :

1) Masyarakat yang tidak kooperatif

2) Masyarakat yang tidak menderita penyakit lainnya (komplikasi).


Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

teknik nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.

Purposive sampling merupakan pemilihan sampel yang didasarkan atas

ciri – ciri atau sifat – sifat yang di anggap mempunyai sangkut paut yang

erat dengan ciri – ciri atau sifat – sifat populasi yang telah ditetapkan oleh

peneliti dan sudah diketahui sebelumnya (Riyanto dan Hatmawan, 2020).

Dengan menggunakan metode pengambilan sampel ini dapat

mempermudah peneliti untuk mendapat data dikarenakan subjek penelitian

merupakan masyarakat yang menderita hipertensi di wilayah pamulang.

Tabel 4.1 ni

0,5 0,25

0,4 0,24

0,3 0,21

0,2 0,16

0,1 0,09

Sumber : lameshow et al. 1990 dalam priyambodo, 2019

Berikut penelitian memilih nilai P 0,5 dalam menentukan jumlah sampel.

Dalam buku lameshow (1990:2) menyatakan “choosing 0,5 for P in the

formula for sample size will always provide enough observation”.

Menggunakan nilai P 0,5 sudah cukup memenuhi persyaratan untuk

menentukan besaran sampel. Presisi (d) yang digunakan adalah 0,1/10%

berdasarkan rumus lameshow, dihasilkan perhitungan sebagai berikut :


Besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sebesar 96

responden. Alasan peneliti menggunakan rumus dari lameshow

dikarenakan populasi yang di tuju terlalu besar dengan jumlah yang

berubah- ubah.

D. INSTRUMENT DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1. Instrument penelitian

Instrument merupakan alat atau fasilitas yang dapat digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya dapat lebih mudah

dan hasil lebih baik sehingga mudah untuk diolah (Saryono,2011).

Instrument penelitian merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk

pengumpulan data (Notoadmojo, 2018). Instrument penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian sesuai dengan

masing-masing variabel, yaitu :

a) Variabel independent kontrol berat badan dan berhrenti merokok

(smoke cessation) menggunakan instrument kuesioner. Kuesioner

merupakan daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik, dimasa

responden tinggal memberikan jawaban dan tanda tertentu

(Notoadmojo, 2012).

b) Variabel dependent Hipertensi menggunakan observasi dengan

mengukur tekanan darah responden dengan menggunakan tensimeter

jarum.

2. Validitas dan Rehabilitas


a. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur relavan atau tidaknya

pengukur dan pengamatan yang sudah dilakukan pada penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Uji validitas kuesioner dilakukan dengan uji

korelasi antar skor (nilai) tiap item pada pertanyaan terhadap skor total

seluruh pertanyaan dengan menggunakan uji pearson product moment

(Notoatmodjo, 2012). Hasil uji validitas dengan menggunakan SPSS

windows versi 26.0 menunjukkan bahwa masing- masing item

pertanyaan pada variabel kontrol berat badan dan berhenti merokok

(smoke cessation) dikategorikan sebagai indicator yang valid

(Notoatmodjo S, 2018).

b. Uji rehabilitas

Dalam penelitian ini,

3. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti

yang dikumpulkan dari objek penelitiannya. Data primer dikumpulkan

dengan teknik sebagai berikut :

1) Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan berupa tanya jawab antara dua

orang atau lebih secara langsung. Wawancara dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara tatap muka antara peneliti dan responden

dengan menggunakan koesioner. Wawancara menggunakan


formulir kuesioner untuk mengetahui program kontrol berat badan,

dan formulir kuesioner berhenti merokok (smoke cessation).

2) Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan secara

langsung dengan sistematis terhadap gejala – gejala yang akan

diteliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan dengan mengukur tekanan darah

responden menggunakan tensimeter dengan langkah – langkah

sebagai berikut :

1. Responden diminta untuk duduk dikursi yang sudah disediakan

sekitar 5 menit.

2. Membalutkan bagian tengah tangan atau sekitar 3 cm dari

lekuk siku bagian dalam dengan selubung tensimeter dengan

kencang namun jangan terlalu kencang karena mempengaruhi

kualitas pembacaan terhadap tensimeter.

3. Memastikan katup pelepas udara sudah tertutup.

4. Mengatur tekanan yang tensimeter 30-40mmHg lebih tinggi

dari pembacaan sistole yang terakhir, misalnya seperti tensi

responden yang sebelumnya yaitu 120/80 mmHg maka diatur

tekanan yang akan diberi tensimeter menjadi 160 nmmHg.

5. Jika prosesnya berjalan dengan lancar, maka secara perlahan

selubung akan mengembang serta ketika sudah mencapai

tekanan yang sudah ditentukan secara perlahan selubung akan


mengempis antara 2-5 mmHg/detik. Angka tersebut akan

ditunjukkan pada layar tensimeter.

6. Mencatat angka yang ditunjukkan pada layar tensimeter serta

melakukan pengukuran sebanyak 2 kali. Apabila angka lebih

tinggi maka dinyatakan tekanan sistole dan jika rendah maka

dinyatakan tekanan diastole.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan semua data yang sudah diperoleh secara

tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian

ini diperoleh dengan menggunakan teknik studi dokumen yaitu data

kejadian hipertensi, buku – buku, jurnal – jurnal dan artikel dari

internet yang ada kaitannya dengan masalah penelitian.

4. Teknik pengumpulan data adalah awal langkah yang paling strategis

dalam suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian yaitu untuk

mendapatkan data tanpa mengetahui pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

(Sugiyono, 2016). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu

peneliti melakukan penyebar kuesioner yang akan diisi secara langsung

oleh responden yang didampingi langsung oleh peneliti.

Pengumpulan data dilaksanakan di Wilayah Pamulang dengan prosedur

sebagai berikut :

a. Mengajukan surat permohonan studi pendahuluan dan izin penelitian

di Kecamatan Pamulang untuk melakukan penelitian di Wilayah


Pamulang Kota Tangerang Selatan berdasarkan surat pengantar dari

ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

b. Melakukan pendekatan dengan responden apabila responden

menyetujui untuk menjadi responden maka peneliti akan meminta

kesediaan responden untuk menandatangi lembar persetujuan untuk

menjadi responden.

c. Responden diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang maksud dan

tujuan yang akan dilakukan dan dipersilahkan untuk bertanya apabila

ada yang belum jelas.

d. Selama melakukan intervensi, peneliti berada didekat responden untuk

mengantisipasi jika responden tidak suka dengan intervensi yang akan

dilakukan.

e. Dari intervensi yang akan dilakukan, kemudian dikumpulkan untuk

pengolahan data melalui proses tabulasi dianalisis dengan alat bantu

komputer.

E. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Pengolahan data

Menurut notoadmojo tahun 2018, menjelaskan bahwa pengolahan data

dapat dilakukan dengan komputer yang menggunakan program sistem

pengolahan data komputer. Setelah data yang diharapkan terkumpul

dari kuesioner atau angket maka dilakukan pengelolaan dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Editing data
Pada tahap ini dilakukan pengecekan isi formulir atau kuesioner,

apakah jawaban yang sudah ada di kuesioner sudah lengkap, jelas

relavan dan konsisten.

b. Koding data

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode pada setiap pertanyaan

dalam kuesioner. Kegunaan koding yaitu untuk mempermudah

pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Processing

Pada tahap ini setelah semua isi kuesioner terisi penuh dan benar,

dan juga sudah melewati perkodingan, maka langkah selanjutnya

yaitu memproses data yang dilakukan dengan cara memasukkan

kuesioner kepaket program komputer.

d. Cleaning

Tahap ini yaitu untuk membersihkan data yang merupakan

kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah

ada kesalahan atau tidak.

2. Analasis data

a. Analisis univariat

Pada Analisa univariat, data yang diperoleh dari hasil

pengumpulan data dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (notoatmodjo, 2018).

Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean digunakan

sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran

penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka dapat


menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-

maksimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2013). Analisa

univariat dalam penelitian ini yaitu program kontrol berat badan

dan berhenti merokok dengan hipertensi pada masyarakat di

wilayah pamulang dengan cara menghitung distribusi frekuensi

dan presentanse proporsi serta mendeskripsikan variabel penelitian.

b. Analisa bivariat

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diperkirakan

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa

bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk dapat menganalisi

hubungan program kontrol berat badan dan berhenti merokok

(smoke cessation) dengan penyakit hipertensi pada masyarakat di

Wilayah Pamulang.

F. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin pelaksanaan penelitian dari

pembimbing skripsi, Kaprodi Ilmu Keperawatan dan kecamatan pamulang

untuk melakukan penelitian di wilayah pamulang tepatnya di pamulang barat

dan pamulang timur. Dalam melakukan penelitian ini seorang peneliti perlu

memperhatikan etika penelitian yang berlaku dalam penelitian. Setiap

penelitian yang menggunakan subjek manusia tidak boleh bertentangan

dengan etik sehingga sangat diperlukan (Nursalam, 2016 dalam permatasari,

2019):

1. Informed consent (lembar persetujuan)


Lembar persetujuan menjadi responden diberikan kepada subjek yang

akan diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan

dilakukan. Jika bersedia untuk diteliti responden harus menandatangani

lembar persetujuan dan tetap menghormati hak – haknya.

2. Justice

Peneliti tidak akan membeda – bedakan responden, peneliti harus

memperlakukan semua responden secara adil, tidak pilih kasih dan tidak

membeda – bedakan berdasarkan ras, suku, warna kulit, agama dan

3. Anonymity (Tanpa Nama)

Prinsip ini yaitu peneliti tidak mencantumkan nama lengkap responden

tetapi hanya menggunakan inisial nama.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan akan dijamin oleh peneliti, karena kelompok data tertentu saja

akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

5. Benefit (prinsip manfaat)

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisirkan dampak yang bisa

merugikan bagi subjek. Oleh karena itu, pelaksanaan peneliti harus

mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress dan

kematian.

G. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Peneliti ini dilakukan hanya untuk mengetahui apakah ada hubungan

program kontrol berat badan dan berhenti merokok (smoke cessation)

dengan hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kota Tangerang Selatan.


2. Waktu penelitian yang singkat dan jadwal yang padat serta saat

pelaksanaan pengumpulan data atau pengisian kuesioner, beberapa

responden kesulitan untuk memahami dari pertanyaan tertera pada lembar

kuesioner.

3. Untuk variabel hipertensi, peneliti hanya melihat tekanan darah melalui

pengukuran tekanan darah itu sendiri sebagai penentu terkontrol dan tidak

terkontrol.

4. Dalam pengumpulan data kuesioner dilakukan dari rumah ke rumah

sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan

masih dalam kondisi pandemic covid-19.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai