WIDIA SYAFITRI
61117125
NPM : 61117125
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Widia Syafitri
NPM 61117125
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi...……………………………………..……… 15
Tabel 2.2 Makanan yang Tidak Boleh di Konsumsi Hipertensi.…………….. 21
Tabel 2.3 Penelitian Terkait……………………….…………………………... 40
Tabel 3.1 Definisi Operasional………………………………………………... 50
DAFTAR SINGKATAN
HMG-coA : 5-hidroksi-3-metilglurit-coA
PTU : Prophylthiouracil
Lampiran 1 SK Pembimbing
Lampiran 3 Kuesioner
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah
kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya (Kemenkes
RI,2019). Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang
paling umum dan paling banyak terjadi di masyarakat sehingga menyita
perhatian nasional dan global saat ini (Kemenkes RI,2019) . Menurut WHO
pada tahun 2015 sedikitnya 893 juta kasus hipertensi dan di perkirakan pada
tahun 2025 menjadi 1,15 milyar atau sekitar 29% dari total penduduk dunia.
Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara mencapai 36% (WHO,2013). Kejadian
hipertensi pada umur 18 tahun ke atas di Indonesia mengalami peningkatan
dari hasil penelitian Riskesdas 2013 yaitu 25,8% menjadi 34,1% pada tahun
2018, dengan predisposisi perbandingan wanita dengan laki-laki adalah
31,9% banding 31,3% (Riskesdas, 2018). Jumlah kasus hipertensi di Kota
Batam pada tahun 2018 yaitu sebanyak 36.405 orang dan mengalami
peningkatan di tahun 2019 yaitu mencapai 71.587 orang dengan jumlah
wanita lebih banyak yaitu 41.279 orang disbanding pria yaitu 30.305 orang
(Dinkes Kota Batam, 2018).
Penderita hipertensi cenderung pada wanita di banding pria (Kemenkes,
2013). Terutama usia 15-49 tahun, pada usia ini disebut wanita usia subur.
Wanita Usia Subur (WUS) memiliki resiko lebih tinggi mengalami hipertensi
karena WUS kurang memperhatikan kesehatan, gaya hidup yang tidak sehat
seperti penggunaan obat-obat hormonal salah satunya yaitu penggunaan
kontrasepsi hormonal (Yeni, 2010).
Pemakaian kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan kejadian hipertensi
(Everett, 2008). Pemakaian kontrasepsi hormonal mengandung hormon
estrogen dan progesteron yang menyebabkan laju hipertropi jantung dan
respon presor angiotensin II meningkat dengan melibatkan jalur Renin
Angiotensin System. Pengeluaran hormon tersebut menyebabkan korteks
adrenal mensekresi hormon aldosteron yang meningkatkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal sehingga volume intravaskuler meningkat
(Fikriana, 2018).
Indonesia merupakan negara dengan penduduk tertinggi keempat di dunia
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Jayani, 2019). Menurut data
Kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 penduduk
Indonesia berjumlah 255,5 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia rata-rata 1,49% per tahun. Mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah berupaya untuk mengurangi jumlah pertumbuhan penduduk
melalui program Keluarga Berencana (KB) (BKKBN, 2017). BKKBN Kepri
sudah berhasil menekan angka kelahiran dari 2,5% menjadi 2,3%
(BKKBN,2017).
Salah satu bentuk dukungan dari program Keluarga Berencana adalah
pelayanan kontrasepsi, pelayanan kontrasepsi terdiri dari beberapa metode
dengan salah satu metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah
kehamilan yaitu kontrasepsi hormonal. Penggunaan kontrasepsi oral pada
tingkat wanita yang menikah umur 15-45 tahun di Amerika sekitar 16% dan
Inggris 28%. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2016, didapati dari semua wanita
usia subur yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebesar 13,46%.
Persentasi pengguna suntik sebanyak 51,55%, pil sebanyak 25,06%
(BKKBN,2016). Berdasarkan data tersebut penggunaan kontrasepsi oral/pil
KB banyak digunakan masyarakat Indonesia setelah metode kontrasepsi
suntikan.
Ali Baziad (2008) mengatakan bahwa semua jenis kontrasepsi hormonal
menjadi kontraindikasi dalam arti setelah menghentikan kontrasepsi pil
biasanya tekanan darah akan normal kembali. Akan tetapi, apabila hal ini
tidak terjadi maka perlu diberi obat antihipertensi dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa WUS menggunakan kontrasepsi dalam jangka waktu
yang lama akan meningkatkan tekanan darahnya dan ketika berhenti memakai
kontrasepsi hormonal akan membuat tekanan darahnya kembali normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Hyejin Park (2013) mengenai Association
Between Oral Contraseptive Use and Risk of Hypertension and
Prehypertension in A Cross Sectional Study of Korean Women diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara kontrasepsi oral dan hipertensi pada wanita
korea dengan p=<0,001 dan memiliki nilai OR=1,96. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Kaunang, Kepel, dan Malonda (2015) tentang hubungan
antara penggunaan kontrasepsi pil dan hipertensi pada wanita usia subur
mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi
pil dan hipertensi pada wanita usia subur. Hipertensi terjadi sampai 2-3 kali
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi pil.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang,
Batu Ampar, Kota Batam. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Batam
tahun 2019 wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang termasuk penggunaan
kotrasepsi hormonal tertinggi di Kota Batam terutama kontrasepsi berupa pil
dengan prevalensi 36,9% dan kontrasepsi berupa suntikan yaitu 51,2%.
Tingginya penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi pada wanita. Hal ini juga sejalan dengan angka kasus hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang yaitu ada 2.963 orang dengan
perbandingan pria dan wanita yaitu 1:2.
Berdasarkan permasalah yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kontrasepsi Hormonal terhadap
Resiko Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Sekuang .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pengaruh penggunaan kontrasepsi
hormonal terhadap hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Sekuang ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kontrasepsi
hormonal terhadap hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Sekuang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribsi frekuensi hipertensi pada wanita usia subur di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan kontrasepsi hormonal
pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang.
c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Sekuang.
D. Manfaat Penelitian
1. Dalam keilmuan
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu . Meningkatkan
dan menambah referensi bidang kedokteran khususnya mengenai pengaruh
penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi pada wanita usia subur
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu kedokteran dan informasi serta pengetahuan mengenai
pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi pada wanita
usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang.
3. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan pengetahuan bagi
tenaga kesehatan puskesmas untuk lebih mengetahui pengaruh kontrasepsi
hormonal dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Sekuang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
dari 120 mmHg dan tekana darah diastolik lebih dari 80 mmHg dengan dua
kali pengukuran dalam selang waktu lima menit ketika cukup istirahat/tenang.
Tekanan darah meningkat dalam jangka waktu yang lama (persisten).
Hipertensi yang tidak di deteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) (Kemenkes, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, sekitar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. penderita hipertensi meningkat setiap tahun,
diperkirakan tahun 2025 terdapat 1,5 miliar orang yang menderita hipertensi,
dan di perkirakan setiap tahun 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2017
mengatakan faktor resiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di
dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs), tiga factor
resiko pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik,
peningkatan kadar gula, sedangkan pada wanita yaitu peningkatan tekanan
darah sistolik,peningkatan kadar gula darah, IMT tinggi. Hipertensi menjadi
masalah utama bagi kita semua,tidak hanya Indonesia tapi juga dunia, karena
hipertensi menjadi salah faktor resiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal,
diabetes, store (Kemenkes RI, 2019).
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 >160 >100
Sumber: JNC 7 (Join National on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, 2007)
Menurut The Sevent Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC7), klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terdiri dari:
a. Primer(hipertensi yang tidak dapat diketahui penyebabnya)
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi primer paling banyak diderita masyarakat,
sekitar 90% kasus hipertensi yang ada merupakan hipertensi primer
(Ridwan,2002). Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat
mengkonsumsi garam cukup tinggi, lebih dari 6.8 gram setiap hari, serta
karena faktor genetik (Junaid, 2001).
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan gangguan pembuluh
darah atau organ tubuh tertentu.5-10 %. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh penyakit ginjal dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau
pemakaiaan obat tertentu (mis pil KB) (Junaidi, 2010).
Beberapa penyebab hipertensi sekunder:
1) Penyakit ginjal
a) Stenosis arteri renal
b) Pielonefritis
c) Glomerulonephritis
d) Tumor ginjal
e) Penyakit ginjal polikista (biasanya penyakit turunan)
f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2) Kelainan hormonal
a) Hiperaldosteronisme
b) Sindrom cushing
c) Feokromositoma
3) Obat-obatan
a) Pil KB
b) Kortikosteroid
c) Siklosporin
d) Kokain
e) Penyalahgunaan alkohol
f) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4) Penyebab lainnya
a) Koartosio aorta
b) Preeklamsia pada kehamilan
c) Porferia intermeiten akut
d) Keracunan timbal akut (Ridwan,2012)
3. Faktor resiko hipertensi
a. Faktor genetik: merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu timbulnya
hipertensi, terutama hipertensi pada hipertensi primer. Jika salah satu
anggota menderita hipertensi, ada 25% kemungkinan orang tersebut
terkena hipertensi. Apabila kedua orang tua menderita hipertensi,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi naik 60%.
b. Jenis kelamin: hipertensi sering dijumpai oleh perempuan dibandingkan
dengan laki-laki, sebesar 5,8% pada laki-laki sedangkan pada perempuan
sebesar 27,5%, hipertensi banyak ditemukan pada wanita usia diatas 55
tahun sebaliknya hipertensi banyak ditemukan pada pria usia paruh baya
atau dewasa muda (Junaidi,2010)
c. Pemakaian kontrasepsi, yang memiliki kandungan ostrogen dan
progesterone yang berlebihan
d. Stress berat dan tidak terkendali
e. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang
berlemak,mengkonsumsi garam yang berlebihan,konsumsi alkohol yang
berlebihan, merokok, kurangnya aktivitas fisik (Junaidi,2010).
5. Gejala hipertensi
Hipertensi atau biasa disebut pembunuh diam-diam karena hipertensi sering
tidak disadari kehadirannya dan ummnya tidak menimbulkan gejala yang jelas.
Gejala seperti sakit kepala, pendarahan dari hidung, wajah kemerahan dan
kelelahan, sering dikaitkan dengan gejala hipertensi padahal tidak selalu
seseorang yang merasakan gejala tersebut dikatakan menderita hipertensi.
Hipertensi sering hadir tanpa gejala, tetapi tanda dan gejala umum pada
hipertensi adalah:
a. Mual dan muntah
b. Sakit kepala
c. Gelisah dan sesak napas
d. Pandangan menjadi kabur
e. Wajah merah dan mudah marah
f. Tengkuk terasa pegal atau berat
g. Susah tidur (Junaidi, 2010)
6. Patofisiologi hipertensi
Renin
Angiotensin I
Angiontensin I Converting
Enzyme (ACE)
Angiotensin II
Stimulasi sekresi
↑ sekresi hormone
aldosterone dan
ADH rasa haus
korteks adrenal
mengentalkan
↑Meningkatnya
konsentrasi Nacl di
pembuluh darah
Menarik cairan
intraseluler→ekstras
eluler
Di encerkan dengan↑
volume ekstraselular
↑ volume darah
↑ volume darah
↑tekanan darah
↑tekanan darah
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua kategori :
a. Pengobatan non-farmakologis
Merupakan pengobatan yang tidak menggunakan obat-obatan yang
diterapkan pada hipertensi, melainkan melalui pencegahan dengan
metode pola hidup sehat dan bahan-bahan alami :
1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
disarankan menurunkan berat badan sampai bata ideal dengan jalan
membatasi makan dan mengurangi makanan berlemak
2) Mengurangi konsumsi garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup)
3) Mengurangi konsumsi kopi dan alkohol
4) Olahraga ringan secara teratur. Penderita hipertensi essensial tidak
perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya tetap
terkendali
5) Berhenti merokok
6) Mengontrol stress
Selain itu penderita hipertensi harus mengkonsumsi makan-
makanan yang bergizi, dengan cara meningkatkan asupan makanan
nabati, khususnya makanan yang mengandung kalium, karbohidrat
kompleks, serat, kalsium, magnesium, vitamin C, dan asam lemak
esensial. Smentra itu mengurangi mengkonsumsi makanan dengan
lemak jenuh dan karbohidrat sederhana untuk tetap menjaga tekanan
darah tetap normal (Junaidi,2010)
Makanan yang boleh dikonsumsi penderita hipertensi :
1) Seledri
2) Bawang putih
3) Bawang bombai
4) Kacang-kacangan
5) Minyak yang mengandung asam lemak esensial
6) Ikan air dingin seperti salmon, tenggiri
7) Sayuran berdaun hijau (yang kaya magnesium dan kalsium)
8) Jeruk sitrus dan Jambu (Junaidi 2010)
Tabel 2.2 Makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita hipertensi
No. Jenis makanan Contoh
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh Otak, ginjal, paru, minyak kelapa
2. Makanan olahan menggunakan Biscuit, craker, keripik, dan
garam natrium makanan kering yang asin
3. Makanan dam minuman dalam Sarden, sosis, korned, sayuran serta
kaleng buah buahan dalam kaleng, serta
soft drink
4. Makanan yang diawetkan Dendeng, asinan buah/sayur, abon,
ikan asin, dan selai kacang
5. Susu full cream Mentega, margarine, keju
mayonnaise, daging merah
(sapi/kambing), kuning telur dan
kulit ayam
6. Bumbu masakan Terasi, saus tomat, saus sambal,
dan tauco serta bumbu penyebab
lainnya yang mengandung garam
natrium
7. Alkohol Durian dan tape merupakan
makanan yang mengandung
alkohol
Sumber : modifikasi data Kurniawan A (2002), RIDWAN,(2012)
b. Pengobatan Farmakologis
1) Golongan diuretik
Diuretik membantu menurunkan tekanan darah dengan cara
membuang air dan garam sehingga mengurangi volume air didalam
tubuh. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan
pembuluh darah. Sementara itu perlu diingat bahwa diuretik
menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
dianjurkan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Obat
diuretik sangat efektif diberikan pada penderita kulit hitam, tua,
orang gemuk, penderita gagal jantung, atau gagal ginjal menahun.
Macam-macam obat diuretik:
a) Tiazid
Obat pertama yang diberikan untuk pengobatan hipertensi,
obat tiazid adalah benroflumetiazid, klorotiazid, klortalidon,
hidroklorotiazid (HCT), indapamid, metiklotiazid, metolazon,
politiazid. Dosis yang dianjurkan 20-50 mg, diberikan
sebanyak 1 hingga 2 kali sehari. Dosis tinggi bisa
meningkatkan kadar gula darah, kolestrol dan asam urat
b) Loop
Terdiri dari bumetamid, asam etakrinik, furosemide, dan
torsemid. Loop lebih efektif dari tiazid. Efek samping loop
menimbulkan dehidrasi atau kurang cairan.
2) Penghambat adrenergik
a) Alfa-bloker , menjadi pilihan pada penderita hipertensi dengan
DM
b) Beta-bloker, contoh obat beta-bloker : acebutolol, atenolol,
betaxolol, carteolol, propranolol, timolol, labetolol. Efek
sampingnya mudah lelah, keringat dingin pada telapak, sulit
tidur (insomnia), cemas, peningkatan denyut jantung, impotensi,
hipoglikemia, serta meningkatkan lemak
c) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)
Efek samping ACE-Inhibitor sangat kecil seperti batuk
kering, meningkatnya kadar kalium dalam darah (hiperkalemi).
Contoh obat-obatannya adalah captopril, enalapril, fosinopril,
ramipril, lisinopril, benazepril.
d) Angiotensin II Receptor Blocker (ARB). Obat-obatan ARB
adalah candesartan, eprosartan, candesartan, eprosartan,
losartan, olmesartan, telmisartan dan valsartan. Efek samping
penggunaan ARB adalah pusing, hidung tersumbat, sakit pada
kaki dan punggung, diare, serta sulit tidur.
e) Antagonis kalsium. Obat-obatnya adalah amlodipine, diltiazem,
felodipin, isradipin, nicardipin, nifedipin dan verapamil.
f) Vasodilator yang lansung bekerja pada saraf pusat adalah
clonidine, guanabenz, guanadrel, guanfacin, metildopa,
reserpine.
g) Vasodilator lain, contohnya adalah fenoldopam, hidralasin,
minoxidil. (Junaidi, 2010)
8. Komplikasi Hipertensi
Menurut Irwan (2016) komplikasi hipertensi berdasarkan target organ:
a. Serebrovaskular: Stroke, Transient Ischemic Attacks, Demensia
Vaskuler, Enselopati
b. Mata: Retinopati Hipertensif
c. Kardiovaskuler: Penyakit jantung Hipertensif, Disfungsi atau Hipertropi
Ventrikel Kiri, Penyakit Jantung Koroner, disfungsi baik sistolik
maupun diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart failure)
d. Ginjal: Nefropati Hipertensi, Albuminuria, penyakit ginjal kronis
Pertumbuhan
penduduk yang tinggi
Berdampak pada
perekonomian dan
kesejahteraan negara
Pemakaiaan
kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal
Estrogen Progesterone
Kadar LDL
Retensi elektrolit meningkat dan HDL
meningkat menurun
hipervolemi
Curah jantung
meningkat
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Teori
G.Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja adalah suatu rumusan masalah hipotesis dengan tujuan untuk
membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul.
Biasanya menggunakan rumusan pernyataan “jika…, maka…,” (Notoadmodjo,
2012).
Hipotesa Kerja penelitian ini adalah “Jika menggunakan kontrasepsi
hormonal, maka beresiko terjadi hipertensi”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan konsep
yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoadmojo,2018).
(+) kontrasepsi
hormonal
Hipertensi (case)
(+) kontrasepsi
Tidak hipertensi hormonal
(control)
2
z ×p ( 1− p )
n=
d2
n = jumlah sampel yang di butuhkan
z = skor z pada kepercayaan 95% = 1,96
p = maksimum estimasi = 0,5
d = alpa (0,1) atau sampling error = 10%
bedasarkan rumus maka :
sebanyak 96.
2010).
F. Variabel Peneitian
1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen, sehingga variabel independen
disebut juga variabel yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2012). Variabel
independen dari penelitian ini adalah pemakaian kontrasepsi hormonal.
2. Variabel Dependen
G. Definisi Operasional