Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “A” USIA 36 TAHUN NIFAS DENGAN


PREKLAMPSIA RINGAN DISERTAI ANEMIA SEDANG DI RSUD
KABUPATEN TANGERANG

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Nilai PKK III
Program Studi Diploma III Kebidanan

NAMA : Batari Alawiyah


NIM : 19116001

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “A” USIA 36 TAHUN NIFAS DENGAN


PREKLAMPSIA RINGAN DISERTAI ANEMIA SEDANG DI RSUD KABUPATEN
TANGERANG

Oleh
Nama : Batari Alawiyah
NIM : 1911600

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

(Rini Sartika, S.ST.,Keb. M.Keb)


DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................
1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................
LEMBAR
PERSETUJUAN.....................................................................................................3
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................
5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.1.2 Tujuan........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1 Kehamilan.....................................................................................................................
2.1.1 Anemia pada Ibu Hamil...........................................................................................
2.1.2 Pengertian dan Jenis – Jenis Anemia.....................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................
3............................................................................................................................................
3.1.2 Kunjungan ANC II (Kunjungan Rumah)...............................................................
3.1.2 Kunjungan ANC III..................................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................
5.1
Saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang dita
ndai dengan tekanan darah tinggi. Kondisi ini biasanya terjadi ketika usia kehamil
an mencapai 20 minggu. Oleh karena itu, ibu hamil harus waspada dan tetap menj
aga kesehatan tubuh agar tidak terjadi komplikasi. Kematian Ibu masih menjadi m
asalah di berbagai dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data survei terakhir An
gka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 305/100.000 Kelahiran Hidup (SUPA
S 2020). Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia terjadi akibat hipertensi/p
re eklamsia/ eklamsia, perdarahan, dan infeksi.
Hipertensi dalam kehamilan menempati urutan pertama penyebab kematian di
Indonesia sebesar 33% (SRS Litbangkes, 2020). Secara global preeklamsia juga m
asih merupakan suatu masalah, 10% ibu hamil diseluruh dunia mengalami preekla
msia, dan menjadi penyebab 76.000 kematian ibu dan 500.000 kematian bayi setia
p tahunnya. Berdasarkan penelitian Badan Pembangunan Internasional Amerika S
erikat (USAID) pada tahun 2020, sebanyak 99% kematian ibu hamil berkaitan den
gan negara dengan pendapatan ekonomi rendah dan sedang.
Perhatian terhadap besarnya dampak preeklamsi sebagai bentuk sense of urgen
cy mendorong upaya penanganan preeklamsia secara serius. Oleh karena itu, pada
momen Peringatan Hari Preeklamsia Sedunia, pemerintah menganjurkan untuk m
emeriksakan kehamilan minimal 6x selama masa kehamilan dan melakukan detek
si dini faktor preeklamsi/eklamsi sebagai bentuk pencegahan kematian ibu akibat
preeklampsia.
Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2020, Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan suatu
negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal karena sebab yang dapat
dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. 99% dari semua kematian ibu
terjadi di negara berkembang. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu target di bawah.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah untuk mengurangi rasio
kematian ibu bersalin global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran,
dengan tidak ada negara yang memiliki angka kematian ibu lebih dari dua kali
rata-rata global. Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah
kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari
semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan
darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari
persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2020).

Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari
target Sustainable Development Goals SDGs tahun 2015, meskipun jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi
ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu
yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan
lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan
perdarahan postpartum. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu
hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil
yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu tua 35
tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun).
Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai
adalah menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup
pada SDKI 2019 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020
(Kemenkes, 2020).

WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil di seluruh dunia yang


mengalami anemia sebesar 41, 8%. Prevalensi di antara ibu hamil bervariasi dari
31% di Amerika Selatan hingga 64% di Asia bagian selatan. Gabungan Asia
selatan dan Tenggara turut menyumbang hingga 58% total penduduk yang
mengalami anemia di negara berkembang. Di Amerika Utara, Eropa dan Australia
jarang di jumpai anemia karena defisiensi zat besi selama kehamilan. Bahkan di
AS hanya terdapat sekitar 5% anak kecil dan 5-10 % wanita dalam usia produktif
yang menderita anemia karena defisiensi zat besi (WHO, 2020).

Di Indonesia angka anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi. Berdasarkan
hasil data Riskesdas 2020, presentase anemia pada ibu hamil yang mengalami
peningkatan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016 sampai tahun 2020.
Pada Riskesdas tahun 2016 sebesar 37,15% sedangkan hasil Riskesdas 2020 telah
mencapai 48,9% sehingga dapat disimpulkan selama 5 tahun terakhir masalah
anemia pada ibu hamil telah meningkat sebesar 11,8%. Dari data tahun 2018,
jumlah ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun
sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%,
dan usia 45-54 tahun sebesar 24%. Prevalensi anemia dan risiko kurang energi
kronis pada perempuan usia subur sangat mempengaruhi kondisi kesehatan anak
pada saat dilahirkan termasuk berpotensi terjadinya berat badan lahir rendah
(Kemenkes RI, 2020).

Jumlah kematian ibu di RSUD Kabupaten Tangerang pada tahun 2020 adalah
sebanyak 44 kasus dan terjadi kenaikan 1 kasus dibandingkan pada tahun 2017.
Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Tangerang tercatat, pada tahun 2018
sebanyak 47 ibu yang meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2019, jumlah
tersebut mengalami peningkatan dengan 51 ibu yang meninggal dunia. Penyebab
kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetric langsung dan tidak
langsung. Kematian obsterik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan
antara lain perdarahan 28%, infeksi 11% dan eklampsi 24,5%, partus lama 5,2%.
Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang
sudah ada sebelum kehamilan/persalinan sebesar 5 – 10 % antara lain anemia,
kurang energi kronik (KEK) (Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2020).

Dari hasil survei pendahuluan Tingginya angka kejadian anemia pada ibu
hamil ini di RSUD kabupaten tangerang tahun 2022 yang menunjukan angka 77
orang (8,8%) yang menderita anemia ringan dan 2 orang (0,3%) yang mengalami
anemia berat dari 875 ibu hamil, dan juga dampak yang sering terjadi akibat
anemia yaitu, perdarahan 23 orang (29,1%), BBLR 17 orang (21,5%), kematian 4
orang (5%). Indikator kesehatan untuk kejadian anemia di Puskesmas mauk
adalah 10 % dari jumlah sasaran ibu hamil. Meskipun angka kejadian anemia di
RSUD Kabupaten Tangerang lebih rendah dari indikator yang ditetapkan, tetapi
kejadian anemia pada ibu hamil di RSUD Kabupaten Tangerang masih cukup
tinggi dan harus cepat ditangani. Saat memasuki trimester III, ibu hamil
membutuhkan banyak nutrisi untuk menyiapkan persalinan. Nutrisi tersebut juga
bermanfaat dalam mengatasi beban yang kian berat namun juga menyiapkan
energi yang akan digunakan buat persalinan kelak. Oleh sebab itu pemenuhan
tablet Fe selama hamil sangat mempengaruhi kualitas bayi yang akan dilahirkan
dan akan berdampak juga terhadap keselamatan ibu.

Faktor-faktor penyebab utama anemia adalah gizi dan infeksi. Faktor gizi yang
berkontribusi terhadap anemia adalah kekurangan zat besi. Hal ini karena
konsumsi makanan yang monoton, dan kaya akan zat yang dapat menghambat
penyerapan zat besi sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dengan
baik. Faktor yang mengakibatkan semakin meningkatnya angka anemia pada ibu
hamil antara lain yaitu umur ibu hamil, paritas, tingkat pendidikan. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya gravida,
umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet
Fe (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Keadaan anemia akan menyebabkan ibu mengalami banyak gangguan seperti


mudah pusing, pingsan, mudah keguguran atau mengalami proses melahirkan
yang berlangsung lama akibat kontraksi yang tidak maksimal serta perdarahan
setelah persalinan. Kondisi anemia pada ibu hamil akan menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, lahir prematur dan lahir dengan cacat bawaan.
Untuk mencegah anemia dianjurkan memperbanyak konsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi, asam folat, juga vitamin B seperti hati, daging,
kuning telur, ikan teri, susu. Kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah,
edamame, sayuran berwarna hijau seperti bayam serta katuk. Selain itu baik
mengkonsumsi makanan yang memudahkan penyerapan zat besi, misalnya
vitamin C dalam bahan alami. Menghindari makanan/minuman yang menghambat
penyerapan zat besi seperti kopi serta teh (Muliarini, 2019).

1.1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam asuhan kebidanan maka
penyusun merumuskan masalah bagaimana “asuhan kebidanan pada ibu nifas ny. “A”
usia 36 tahun kehamilan 37 minggu dengan Preklampsia ringan disertai Anemia sedang
di RSUD kabupaten tangerang?”

1.1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktikkan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan kasus Pre Eklampsia Berat (PEB) dengan
penerapan manajemen asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.

b. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengakajian data subjektif kepada Ny. “M” dengan kasus Pre
Eklampsia Ringan.
2) Melakukan pengkajian data objektif kepada Ny. “M” dengan kasus Pre Ekl
ampsia Ringan.
3) Menentukan analisa terhadap masalah pada Ny. “M” dengan kasus Pre Ek
lampsia Ringan.
4) Menentukan Penatalaksanaan terhadap kasus pada Ny “M” dengan Pre Ekl
ampsia Ringan.

1.1.3 Manfaat Penulisan


a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan laporan ini dapat memperluas dan menambah wawasan


ilmu pengetahuan mahasiswa khususnya tentang ibu hamil dengan riwayat
Pre Eklampsi Berat dan diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan
kebidanan berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan.
b. Bagi Pasien
Diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan tentang keseha
tan sehingga pasien dapat mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang s
edang dialami.

c. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan


Laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
peningkatan pemberian asuhan kebidanan pada Pre eclampsia berat.
d. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi institusi pend
idikan terutama prodi kebidanan untuk pengembangan ke dalam proses belaja
r mengajar serta sebagai suatu cara meningkatkan kemampuan mahasiswa dal
am melakukan asuhan kebidanan di lingkungan keluarga dan masyarakat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Klinis


a. Persalinan

Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Yulizawati, 2019).

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan


perubahan pada serviks (membuka dan menipis) kemudian berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum masuk tahap inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.(Mutmainnah et al., 2018).
b. Tujuan Asuhan Persalinan

Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan


yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Melalui pendekatan ini maka
setiap intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan Normal (APN)
harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (Yulizawati, 2019).
c. Tanda-tanda Persalinan
1. Kontraksi (His)

Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan


dari pinggang ke paha.Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon
oksitosin yang secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran janin.
Ada 2 macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan
kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak
terlalu sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan
kekuatan kontraksi. Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil
merasakan kenceng-kenceng makin sering, waktunya semakin lama, dan
makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut.(Mutmainnah
et al., 2018).
2. Pembukaan Serviks, dimana Primigravida >1,8cm dan Multigravida 2,2cm

Pembukaan biasanya nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan


panggul saat kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat
melunaknya rahim. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan, bidan
biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
(Mutmainnah et al., 2018).
3. Pecahnya Ketuban dan Keluarnya Bloody Show

Keluarnya bloody show lendir darah terjadi karena pada saat menjelang
persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim akibat
terpisahnya membran selaput yang menegelilingi janin dan cairan ketuban
mulai memisah dari dinding rahim.

Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban


(korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai
bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari
trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan cairan
ketuban dan terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air pipisnya.
Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan dunia luar
dan membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk. Karena itulah harus
segera dilakukan penanganan dan dalam waktu kurang dari 24 jam bayi
harus lahir apabila belum lahir dalam waktu kurang dari 24 jam maka
dilakukan penangana selanjutnya misalnya caesar (Mutmainnah et al.,
2018).
d. Tahapan Persalinan
1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan


diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung
kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan
pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam.
Rata-rata durasi total kala I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3
jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam. Proses
membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu :
a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali
dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang
menghasilkan perubahan serviks.
b) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm.
2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2
jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (Yulizawati, 2019).
2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala


II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasakan tekanan pada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his
dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan
presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota
badan bayi (Mutmainnah et al., 2018).
3. Kala III (Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta


lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di
atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri. Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak
rahim dengan cara dorso kranial untuk membantu pengeluaran plasenta.
Plasenta diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak
menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder
(Mutmainnah et al., 2018).

4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)

Kala IV persalinan berlangsung kira - kira dua jam setelah plasenta


lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika
homeostasis berlangsung dengan baik Pada kala ini dilakukan observasi
terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim, tinggi
fundus uteri, kandung kemih, dan perdarahan selama 2 jam pertama.
Selain itu juga dilakukan penjahitan luka episiotomy jika ada laserasi.
Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama
bayinya (Mutmainnah et al., 2018).
e. Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan

Status gizi ibu memegang peranan yang sangat penting selama


proses persalinan berlangsung. Status gizi ibu bersalin yang tidak baik akan
mempengaruhi upaya mengejan pada saat ibu akan melahirkan. Ibu
cenderung kurang bertenaga dan mudah lelah, sehingga upaya mengejan ibu
untuk melahirkan janin tidak efektif. Dibutuhkan tenaga dan ketahanan fisik
ibu dalam proses pengeluaran janin, selain teknik mengejan yang benar.
Bayi di dalam kandungan untuk tumbuh dan berkembang memerlukan
asupan gizi yang diperoleh dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Jika
status gizi ibu hamil kurang baik maka asupan gizi untuk janin dalam
kandungannya juga kurang sehingga dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan janin dan mengakibatkan terjadinya abortus (Arisandi et al.,
2018).

Pendidikan berpengaruh terhadap kejadian komplikasi persalinan


ibu. Bahwa Faktor pendidikan sangat berperan penting dalam menjaga
kesehatan seseorang karena terkait pengetahuan yang dimiliki. Semakin
rendah tingkat pendidikan ibu semakin tinggi angka kejadian komplikasi
berupa anemia, hipertensi, dan perdarahan (Saidah & Yusup, 2019).
Riwayat Kehamilan ibu bersalin yang meliputi Jarak Kehamilan,
Riwayat Penyakit, dan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) dengan komplikasi
persalinan ibu yang bersalin di RS. Wanita dengan jarak kelahiran <2 tahun
mempunyai risiko dua kali lebih besar mengalami kematian dibandingkan
jarak kelahiran yang lebih lama, melalui pemeriksaan kehamilan dapat
dideteksi risiko kehamilan dan persalinan yang mungkin timbul pada ibu
secara dini sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat. Dengan
demikian kunjungan pemeriksaan secara lengkap menjadi hal yang sangat
penting bagi ibu hamil. Jika ibu tidak rutin memeriksakan kehamilannya
maka petugas kesehatan tidak dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya
komplikasi pada ibu. Komplikasi persalinan yang dialami oleh ibu akan
berpengaruh terhadap keselamatan jiwa ibu dan bayi (Saidah & Yusup,
2018).
2.2 Teori Kasus
a. Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit komplikasi kehamilan yang memiliki


trias gejala, yaitu : hipertensi, proteinuri dan edema. Gejala tersebut timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas, trias preeklamsia dapat juga
disertai konvulsi sampai koma. Tanda – tanda kelainan pada vascular atau
hipertensi sebelumnya tidak ditunjukan pada pasien preeklamsia (Situmorang
et all, 2020).

Preeklamsia dapat dideteksi ketika kehamilan ≤ 34 minggu dan


ditemukan tekanan darah sistol < 160 mmHg dan tekana darah diastol < 110
mmHg maka pasien memiliki komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia,
selanjutnya dilakuakan evaluasi janin termasuk evaluasi ultrasonografi
pertumbuhan janin dan perkiraan volume cairan ketuban saat masuk,
velosimetri Doppler arteri umbilikalis, pemantauan detak jantung janin, dan
evaluasi klinis kriteria janin (Le et all, 2019)

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai


dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho 2017).
b. Faktor yang mempengaruhi Preeklampsia

Faktor usia pada kehamilan dengan usia lanjut menjadi salah satu
menjadi faktor resiko terjadinya komplikasi kehamilan, contohnya seperti
diabetesmelitus gestasional, preeklampsia, plasenta previa, operaasi caesar,
prematur, BBLR, dan kematian pada ibu (Ogawan, 2017). Usia yang dapat
menimbulkan preeklampsia adalah usia < 20 dan > 35 tahun karena ada
perubahan struktural dan fungsional dari tubuh yang terjadi pada pembuluh
darah perifer yang bertanggung jawab dalam perubahan tekanan darah (Gustri,
2018).

Faktor primigravida sering dialami strees dalam menghadapi persalinan


sehingga strees emosi yang terjadi menyebabkan pelepasan
corticotropicreleasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian
menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol akan merespon tubuh untuk
meningkatkan simpatis dalan meningkatkan curah jantung untuk
mempertahankan tekanan darah, hipertensi terjadi apabila adanya penigkatan
curah jantung dan resistensi perifer total (Nur dan Arifuddin, 2017).

Faktor Indek Masa Tubuh (IMT) sangat berpengaruh pada preeklampsia


dimana ibu hamil dengan obesitas atau IMT 25 kg/m2 hal ini dapat terjadi
karena peningkatan kadar adiponektin yang dapat menekan ekspresi molekul
adhesi pada sel endhotelial vaskular dan sitokin (Sutrimah, 2018).
c. Patofisiologis
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan
akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa
preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang
mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi
endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2018).
d. Klasifikasi
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat dengan kriteria sebagai berikut: Menurut Icemi dan Wahyu
(2018) yang pertama Hipertensi gestasional, Hipertensi menghilang setelah 3
bulan pasca persalinan atau kehamilan dengam tanda-tanda preeklamsia namun
tanpa proteinuria. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg
ditemukan pertama kali sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain
preeklamsia seperti dispepsia atau trombositopenia. Kedua, Sindrom
preeklamsia dan eklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai proteinuria, sedangkan eklamsia merupakan preeklamsia
yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma. TD sistolik ≥140 mmHg
atau TD diastolik ≥90 mmHg dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam. Ketiga,
hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia Preeklamsia yang terjadi
pada ibu hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil. Keempat,
Hipertensi kronik (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg) yang telah
didiagnosissebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum
mencapai usia kehamilan 20 minggu.
e. Komplikasi
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung,
kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Natiqotul, 2018).
f. Tanda Dan Gejala PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Preeklampsia diklasifikasikan sebagai berat jika pasien mempunyai satu


dari tanda-tanda atau gejala-gejala berikut :

1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau diastolik 110 mmHg atau
lebih, pada sekurang-kurangnya dua pemeriksaan dengan interval 6 jam, dan
pasien dalam keadaan tirah baring

2) Proteinuria 5 gram atau lebih dalam urine 24 jam (3+ atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif)

3) Oliguria (500 ml atau kurang dalam 24 jam )

4) Gangguan otak atau visual

5) Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas

6) Edema paru atau sianosis Hemolisis, tes-tes fungsi hati yang meningkat, dan
jumlah trombosit yang menurun (Hemolysis, Elevated Liver function test,
and Low Platelet counts (sindrom HELLP)).

g. Faktor Resiko PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Menurut Nugroho (2019), faktor resiko pre-eklamsia berat adalah :

1) Riwayat Preeklampsia

2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat


(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko
terjadinya Preeklampsia

3) Kegemukan atau Obesitas

4) Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang


mempunyai bayi kembar atau lebih.

5) Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,


diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis
atau lupus.

h. Penanganan Umum pada Preeklamsi

1. Cara memberi MGSO4

a) Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang


atau kejang berulang

b) Sambal menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam


sesuai prosedur. Syarat pemberian MgSO4 :

1) Tersedia Ca Glukonas 10 %

2) Ada reflex patella

3) Jumlah urine minimal 0,5 ml / kg BB/jam

4) Pernapasan >16 kali/menit

2. Cara pemberian dosis awal

a) Ambil 4 g larutan MgSO4 ( 10 ml ;arutan MgSO4 40 % ) dan larutkan


dengan 10 ml aquades.

b) Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit.

c) Jika akses intravena sulit, berikan masing – masing 5 g MgSO4 ( 12,5 ml


larutan MgSO4 40% ) IM di bokong kiri dan kanan.

3. Cara pemberian Dosis Rumatan

Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam


500 ml larutan ringer laktat atau ringer asetat, lalu berikan secara IV
dengan kecepatan 28 tetes per menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24
jam setelah persalinan dan kejang berakhir (bila eklampsia).

a) Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam , meliputi tekanan darah, frekuensi


nadi, frekuensi pernafasan, reflex patella, dan jumlah urin.

b) Bila frekuensi pernafasan <16 x/ menit, dan tidak didapatkan reflex


patella, dan terdapat oliguria ( produksi urine <0,5 ml/kg BB/jam),
segera hentikan pemberian MgSO4.

c) Jika terjadi fepresi nafas, berikan Ca glukonas 1 g IV ( 10 ml larutan


10%) bolus dalam 10 menit.

d) Selama ibu dengan preeklampsia dan eclampsia dirujuk, pantau dan


nilai adanya perburukan preeklampsia bila terjadi eklampsia, lakukan
penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali
MgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian
MgSO4 ulangan masihterdapat kejang, dapat dipertimbangkan
pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.

3.1 SOAP Bayi Baru Lahir


SUBJEKTIF : -

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis, menangis kuat, tonus otot aktif,
warna kulit kemerahan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : Detak jantung : 120 k
ali/menit, Respirasi : 40 kali/menit, Suhu : 36,5°C. Hasil pemeriksaan antropometri :
BB : 2.640 gram, PB : 50 cm, Lingkar kepala : 30 cm, Lingkar dada : 31 cm. Hasil
pemeriksaan fisik : Kepala : terdapat ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil, terdapa
t garis sutura sagitalis, lamboidea, dan coronaria, tidak ada caput succedaneum, cep
al hematoma, hidrosefalus, tidak ada anasefali dan mikrosefali. Mata : kanan dan ki
ri simetris, sklera tidak ikterik, tidak strabismus. Telinga : kanan dan kiri simetris,
masing – masing terdapat lubang, tidak ada pengeluaran serumen. Hidung : simetris,
bersih, terdapat septum, terdapat dua buah lubang. Mulut : tidak ada labio skisis, ti
dak ada labio palato skisis. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening d
an kelenjar thyroid. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada. Ekstremitas ata
s : kanan dan kiri simetris, jari – jari lengkap, tidak ada polidaktili, tidak ada sindakt
ili. Abdomen : tali pusat bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi, tidak ada omfalokel.
Anogenitalia : jenis kelamin laki – laki terdapat penis ± 2,5 cm, terdapat dua buah t
estis yang ditutupi skrotum, terdapat lubang uretra, terdapat labia mayor dan labia
minor, terdapat clitoris, terdapat lubang vagina, terdapat lubang uretra. Ekstremitas
bawah : kaki kanan dan kiri simetris, jari – jari lengkap, gerakan aktif, tidak ada fra
ktur. Punggung : tidak ada spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil be
rambut. Anus : terdapat lubang anus, tidak ada atresia ani, dan belum ada pengeluar
an mekonium. Kulit : berwarna kemerahan, tidak ada ruam, tidak ada pembengkaka
n, tidak ada tanda – tanda infeksi, tidak ada lanugo, terdapat vernik kaseosa. Reflek
rooting (+), reflek sucking (+), reflek swallowing (+), reflek moro (+), reflek graspi
ng (+), reflek Babinski (+).

ANALISA :
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam, keadaan bayi baik saat ini.

PENATALAKSANAAN :
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, sudah dilakukan.
2) Mengeringkan dan menghangatkan bayi, sudah dilakukan. 3) Membungkus ta
li pusat dengan kasa kering, sudah dilakukan. 4) Menyuntikkan vitamin K1 0,5
ml IM di paha luar kiri bayi, sudah dilakukan. 5) Memberikan salep mata chlora
mphenicol 0,1 % pada bayi, sudah dilakukan. 6) Memakaikan baju dan bedong b
ayi, sudah dilakukan. 7) Rawat gabung ibu dan bayi. 8) Memberikan imunisasi
HB 0 dengan dosis 0,5 ml IM di antolateral paha kanan bayi. 9) memindahkan b
ayi ke ruang Perina 10) Pendokumentasian.

3.2 SOAP Nifas 2 Jam Postpartum


SUBJEKTIF :
Ny. A usia 36 tahun mengatakan telah melahirkan spontan pukul 23.45 WIB pada t
anggal 09 Juni 2022, jenis kelamin perempuan, BB : 2.640 gram, PB : 50 cm, ketub
an jernih tidak bercampur mekonium, ibu mengalami PEB saat persalinan, ibu mera
sa senang atas kelahiran bayi nya. Ibu sudah makan satu kali dengan nasi, lauk, dan
sayur, minum ± 2 botol air mineral 600 ml dan teh manis. Ibu sudah buang air kecil.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, kesadaran : Compos Mentis, keadaan emosional : stabil, Has
il pemeriksaan tanda – tanda vital : Tekanan Darah : 130/95 mmHg, Nadi : 90 kali/
menit, Respirasi : 20 kali/menit, Suhu : 36,0 °C. Hasil pemeriksaan fisik : kepala : r
ambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe. Muka : tidak oedema, tidak a
da cloasma gravidarum. Mata : kanan dan kiri palpebra : tidak oedema, konjungtiva
: tidak anemis, sklera : tidak ikterik, reflek pupil mengecil saat terkena cahaya. Teli
nga : kanan dan kiri bersih, tidak ada pengeluaran serum. Hidung : bersih, tidak ada
polip. Mulut dan gigi : bersih, tidak bau, tidak stomatitis, tidak ada caries. Leher : ti
dak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening. Ekstermitas atas
: kanan dan kiri simetris, tidak oedema, tidak ada varises. Payudara : kanan dan kiri
simetris, puting susu : menonjol kanan dan kiri, areola hiperpigmentasi, benjolan : t
idak ada kanan dan kiri, rasa nyeri tekan, pengeluaran colostrum : belum ada. Axill
a : kanan dan kiri tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Abdomen : tidak ada luka bek
as operasi, tidak ada striae, terdapat linea alba. Dilakukan palpasi abdomen, TFU :
2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kososng. Ekstermitas ba
wah : kanan dan kiri simetris, tidak oedema, tidak ada varises, reflek patela kanan d
an kiri +/+. Anogenitalia : tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada pembesaran ke
lenjar bartholini dan kelenjar skene, terdapat lokia rubra, terdapat luka jahitan perin
eum, perdarahan ± 10 cc.

ANALISA :
Ny. A usia 36 tahun P3A0 2 jam postpartum dengan riwayat PEB, keadaan ibu baik
saat ini.

PENATALAKSANAAN :
1) Informed consent. 2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui. 3)
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, ibu mau melakukan. 4) Memberitahu
ibu cara perawatan luka perineum : cebok setelah pipis menggunakan air biasa
saja janagn air hangat, dibasuh dari arah depan ke belakang, ibu mengetahui. 5)
Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas, ibu mengetahui. 6) Menganjurkan i
bu untuk cukup istirahat, sudah dilakukan. 7) Menganjurkan ibu untuk makan
makanan yang mengandung banyak protein seperti putih telur, ikan gabus, susu
kurma, susu almond, serta sayuran dan buah yang tinggi serat seperti papaya.
8) Memberitahu ibu untuk tidak menahan buang air kecil, ibu mengetahui. 9)
Memberikan ibu terapi obat Amoxillin 500 mg (3x1), mefenamic acid 500 mg
(3x1), tablet Fe 185 mg (1x1), ibu mau meminumnya. 10) Merencanakan pemi
ndahan ke ruang perawatan Aster, sudah dilakukan. 11) Pendokumentasian.

2.1.1 Konsep Anemia


2.1.2 Pengertian

a. Anemia

Suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit)
yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh
(Proverawati, 2018). Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan
perubahan fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan
kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami
perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 -
30 %, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin
untuk membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih
banyak darah untuk berbagi dengan bayinya Tubuh memerlukan darah hingga
30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil (Noverstiti, 2020).

b. Jenis-jenis Anemia

Menurut Prawirohardjo (2021),anemia dapat di golongkan Menjadi


Menurut Prawirohardjo (2021),anemia dapat di golongkan menjadi:

1) Anemia defisiensi besi (Fe) yaitu anemia disebabkan kekurangan zat besi.

2) Anemia megaloblastik yaitu anemia disebabkan kekurangan asam folat.

3) Anemia hipoplastik yaitu anemia disebabkan karena hipofungsi sumsum


tulang.

4) Anemia hemolitik yaitu anemia disebabkan karena penghancuran seldarah


merah yang lebih cepat dari pembuatannnya.

3. Faktor Penyebab Anemia pada Ibu Hamil

Faktor dan penyebab yang berhubungan dengan anemia terjadi secara


berurutan dari faktor yang paling jauh adalah politik, ekonomi, ekologi, iklim,
dan geografi yang mempengaruhi pendidikan, kesejahteraan (pekerjaan dan
kondisi ekonomi), dan norma budaya dan perilaku. Tingkat pendidikan
seseorang sangat bergantung pada kebijakan politik di negaranya, kondisi
ekonominya dan keadaan geografi yang memungkinkannya dapat menjangkau
tempat pendidikan. Kesejahteraan juga bergantung pada kebijakan politik,
kondisi ekonomi, ekologi, iklim, dan geografi. Sedangkan norma budaya dan
perilaku juga dipengaruhi oleh politik, ekonomi, ekologi, iklim, dan geografi.

Pendidikan, kesejahteraan, norma budaya dan perilaku dapat


menyebabkan kerentanan fisiologis wanita dan anak, hamil usia muda, paritas,
dan jarak kehamilan pendek. Kerentanan fisiologis wanita terdapat pada usia
reproduksi, yaitu saat wanita mengalami haid dan saat hamil. Ibu hamil
cenderung mengalami anemia pada usia kehamilan tertentu. Kemudian
berbagai akses yang dibutuhkan juga menjadi faktor risiko yang berhubungan
dengan anemia. Faktor risiko tersebut antara lain, akses sumber makanan
bergizi termasuk kepatuhan minum tablet besi, akses sumber makanan
fortifikasi, akses pelayanan kesehatan (misal: suplementasi tablet besi dan
penanganan kecacingan), akses pengetahuan dan pendidikan tentang anemia,
akses air bersih, sanitasi, dan kelambu anti nyamuk.

4. faktor-faktor penyebab anemia pada ibu hamil sebagai berikut:

1. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari tidak mengandung zat besi dalam


jumlah yang mencukupi kebutuhan.

2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, misalnya karena masa remaja,
ibu hamil, menderita penyakit.

3. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh, misalnya karena perdarahan


(akibat kecelakaan, melahirkan, dan sebagainya) (Dinkes Popinsi Jawa
Timur, 2020).

5. Akibat Anemia pada Ibu Hamil

Akibat anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus


prematurus, partus lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum karena
atonia uteri, syok, infeksi intrapartum maupun postpartum.Anemia yang sangat
berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
Akibat anemia terhadap janin dapat menyebabkan terjadinya kematian janin
intrauterin, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi sampai kematian perinatal.(Manuaba IB,2020).

6. Tanda dan Gejala Anemia

Tanda dan gejala anemia yang dirasakan oleh penderita, antara lain:
keletihan, mengantuk, pusing, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan kurang,
perubahan dalam kesukaan makanan, perubahan mood, dan perubahan
kebiasaan tidur (Varney, 2017). Pemeriksaan klinis untuk mendeteksi anemia
defisiensi besi dilakukan dengan pemeriksaan inspeksi yang meliputi organ
mata, kuku, bibir, dan lidah. Apabila dalam pemeriksaan fisik target organ
banyak mengalami perubahan sesuai dengan tanda-tanda klinis anemia gizi
besi, maka ada petunjuk bahwa kemungkinan besar anak tersebut menderita
anemia gizi besi. Sedangkan untuk penilaian status besi di laboratorium
dilakukan melalui pemeriksaan darah seperti hemoglobin (Hb) dan hematokrit
(Ht), sementara uji defisiensi zat besi melalui pemeriksaan feritin serum,
kejenuhan transferin, dan protoporfirin eritrosit (Arisman,2020).

Gejala umum anemia menurut (Hematologi Klinik Ringkas. 2021)


Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena


adalah sebagai berikut:

a. Gejala khas masing-masing anemia

1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis

2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

3) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali

4) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi

b. Gejala akibat penyakit dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut, misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat sehingga
akan menimbulkan gejala seperti: pembesaran parotis dan telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami.

3.1 Kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah

3.1.1 Definisi Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah


Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah diukur dari ketepatan jumlah
tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet tambah darah,
frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet tambah
darah merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulagi
anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Tablet tambah darah merupakan cara
efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus
dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2020).

3.1.2 Hal Yang Di Perhatikan Konsumsi Tablet Tambah Darah

Menurut Depkes RI (2019) ada beberapa hal yang harus diperhatikan


dalam konsumsi TTD yaitu:

a) Tablet tambah darah diminum menggunakan air putih. , kopi, atau susu tidak
boleh dikonsumsi bersama TTD karena menyebabkan penurunanpenyerapan
zat besi dalam tubuh sehingga mengurangi manfaat dari tablet tersebut.

b) Tablet tambah darah dapat menimbulkan efek samping seperti mual, nyeri
abdomen, konstipasi, dan tinja berwarna hitam.

c) Minum tablet Fe pada saat makan atau segera sesudah makan dapat
mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan
jumlah zat besi yang diabsorpsi. Demikian pula banyak makanan yang 13
berinteraksi dengan zat besi bila mineral ini diminum dalam waktu dua jam.
Menurut Bothwell (2020).

d) Untuk mengurangi gejala efek samping TTD dapat diminum setelah makan
malam atau sebelum tidur.

e) Tablet tambah darah harus disimpan di tempat kering, aman, dan terhindar
dari matahari langsung. Tablet tambah darah yang mengalami perubahan
warna tidak boleh dikonsumsi.

f) Terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukkan tanda yang


normal karena mengonsumsi TTD. Warna hitam pada tinja disebabkan
adanya sisa Fe yang tidak digunakan oleh tubuh.

g) Meminta bantuan anggota keluarga misalnya suami untuk memonitor dan


mengingatkan sasaran dalam mengonsumsi TTD.

h) Untuk mengetahui apakah sasaran mengonsumsi TTD, petugas dapat melihat


perkembangan kesehatan sasaran melalui tanda klinis.Untuk megetahui
dampak pemberian TTD petugas perlu melakukan pemeriksaan Hb secara
berkala.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.3 SOAP Persalinan


1. Hari, Tanggal : Kamis, 09 Juni 2022. Pukul : 21.00 WIB
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. S
Umur : 36 Tahun Umur : 39 Tahun
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat Rumah : Jayanti Rt.13/14
Telp. : 087779142781

KALA I
SUBJEKTIF :
Ny. A usia 36 tahun datang ke RSUD Kab. Tangerang bersama suami pada
tanggal 09 Juni 2022, pukul 21.00 WIB rujukan dari Klinik A dengan indikasi t
ekanan darah tinggi. Ibu mengeluh mules sejak semalam jam 01.00 WIB, kelua
r lendir darah (+), gerakan janin (+). HPHT : 10 September 2021, TP : 17 Juni
2022. Riwayat menstruasi : ibu mengatakan haid pertama usia 14 tahun, siklus
menstruasi 28 hari, lamanya 7 hari, banyaknya 2 kali ganti pembalut, konsisten
si encer sedikit gumpalan, disminore : iya, saat hari pertama datangnya menstru
asi. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu : Ibu mengatakan pern
ah melahirkan anak pertama tahun 2011 secara spontan jenis kelamin laki – lak
i BB : 2.800 gram ditolong oleh bidan dan tidak ada komplikasi saat persalinan,
anak kedua tahun 2016 secara spontan jenis kelamin perempuan BB : 2.700 gr
am persalinan ditolong oleh bidan dan tidak ada komplikasi saat persalinan. Ibu
mengatakan ini kehamilan ketiga ± 39 minggu dan tidak pernah keguguran. Ri
wayat imunisasi TT : 1 kali pada usia kehamilan 20 minggu. Riwayat kontrase
psi : ibu mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan sebelum hamil ini. Riway
at perkawinan : ibu mengatakan menikah satu kali, pada usia 25 tahun dengan s
uami usia 27 tahun, lamanya 12 tahun, status perkawinan : sah. Riwayat penya
kit keturunan : riwayat penyakit sistemik : asma, jantung, diabetes mellitus, hip
ertensi : tidak ada, riwayat kembar : tidak ada. Kebiasaan sehari – hari : Person
al hygiene : 2 kali sehari. Pola makan : ibu mengatakan makan 3 kali sehari den
gan menu nasi, tahu tempe, sayur dan minum ± 10 gelas perhari. Pola eliminasi
: ibu mengatakan BAK ± 6 kali sehari dan BAB ± 1 kali kali sehari terakhir tad
i malam. Pola istirahat : ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan malam ± 8 ja
m. Psikososial : ibu mengatakan tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, i
bu tidak mengkonsumsi jamu dan obat – obatan kecuali resep dokter. Ibu meng
atakan senang atas kehamilannya dan suami mendukung kehamilan ini. Riwaya
t vaksinasi COVID-19 : 1 dan 2 lengkap (sinovac).

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, kesadaran : Compos Mentis, keadaan emosional : sta
bil, tinggi badan : 158 cm, berat badan sekarang : 62 kg dan berat badan sebelu
m hamil : 52 kg, lingkar lengan atas (LILA) : 27 cm. Hasil pemeriksaan tanda –
tanda vital : Tekanan Darah : 180/100 mmHg, Nadi : 100 kali/menit, Respirasi :
21 kali/menit, Suhu : 36,5 °C. Hasil pemeriksaan fisik : kepala : rambut hitam,
bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe. Muka : tidak oedema, tidak ada cloasm
a gravidarum. Mata : kanan dan kiri palpebra : tidak oedema, konjungtiva : tida
k anemis, sklera : tidak ikterik, reflek pupil mengecil saat terkena cahaya. Telin
ga : kanan dan kiri bersih, tidak ada pengeluaran serum. Hidung : bersih, tidak
ada polip. Mulut dan gigi : bersih, tidak bau, tidak stomatitis, tidak ada caries.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening. Ek
stermitas atas : kanan dan kiri simetris, tidak oedema, tidak ada varises. Payuda
ra : kanan dan kiri simetris, puting susu : menonjol kanan dan kiri, areola hiper
pigmentasi, benjolan : tidak ada kanan dan kiri, rasa nyeri tekan : tidak ada, pen
geluaran colostrum : belum ada. Axilla : kanan dan kiri tidak ada benjolan dan
nyeri tekan. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae, terdapat l
inea alba. Dilakukan palpasi abdomen, TFU : 28 cm. Leopold I : teraba bulat lu
nak tidak melenting (bokong), Leopold II : kanan : teraba memanjang keras sep
erti papan (punggung), kiri : teraba bagian kecil kecil janin (ekstremitas), Leop
old III : teraba bagian bulat keras melenting (kepala) (sudah masuk PAP), Leop
old IV : 3/5 bagian sudah masuk PAP. Auskultasi : DJJ : 151 kali/menit punctu
m maksimum berada disatu tempat kanan bawah pusat ibu His : 3 kali dalam 1
0 menit lamanya 50 detik, relaksasi (+). TBJ : (28-11) x 155 = 2.635 gram. Eks
termitas bawah : kanan dan kiri simetris, tidak oedema, tidak ada varises, reflek
patela kanan dan kiri +/+. Anogenitalia : tidak oedema, tidak ada varises, tidak
ada pengeluaran cairan abnormal, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan
kelenjar skene, dan pada anus tidak ada pembesaran hemoroid. VT : dinding va
gina kiri kanan tidak ada benjolan, portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, ketuban
utuh, presentasi kepala UUK kanan atas, penurunan kepala hodge III, molase : t
idak ada. Pemeriksaan penunjang : Hasil swab antigen : negatif (-), Protein urin
e : +++.

ANALISA :
Ny. A usia 36 tahun G3P2A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif den
gan pre eklampsia berat, keadaan ibu dan janin baik saat ini.

PENATALAKSANAAN :
1) Informed consent, ibu sudah menyetujui. 2) Memberitahu ibu hasil pemer
iksaan bahwa pembukaan sudah 5 cm, keadaan ibu dan janin baik saat ini, ibu
mengetahui. 3) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf, sudah dilaku
kan. 4) Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, ibu mel
akukannya. 5) Menganjurkan ibu makan dan minum disela his, ibu melakukann
ya. 6) Mengajarkan ibu teknik meneran pada saat nanti ada rasa ingin meneran.
7) Menjelaskan pada ibu untuk perencanaan terapi MgSO4 untuk mencegah kej
ang atau kejang berulang. Ibu mengerti. 8) Persiapan oksigenasi, sudah dilakuk
an. 9) Melakukan pemberian dosis awal 4 gr larutan MgSO4 (10 ml larutan Mg
SO4 40%) dan larutan dengan 10 ml aquades selama 20 menit, secara langsung
kedalam vena dengan teknik bolus. Ibu bersedia. 10) Melanjutkan pemberian d
osis rumatan 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) yang dilarutkan dalam 5
00 ml larutan ringer laktat / ringer asetat, diberikan secara IV dengan kecepatan
28 tetes / menit selama 6 jam, sudah dilakukan. 11) Menyiapkan alat untuk me
nolong partus, sudah dilakukan. 8) Merencanakan pemeriksaan ulang pukul 01.
00 WIB kecuali ada indikasi. 9) Pendokumentasian.

KALA II
Pukul : 23.40 WIB
SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan mules semakin sering dan sudah tidak tahan ingin meneran
keluar lendir darah, keluar air – air rembes dari vagina ibu.
OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis, Keadaan emosional : sta
bil. Hasil pemeriksaan TTV : TD : 150/100 mmHg, N : 100 kali/menit, RR : 20
kali/menit, S : 36,0°C. DJJ : 150 kali/menit punctum maksimum berada disatu t
empat kanan bawah pusat ibu. His : 5 kali dalam 10 menit lamanya 60 detik, re
laksasi (+).VT : dinding vagina kiri kanan tidak ada benjolan, portio tidak terab
a, pembukaan 10 cm, presentasi kepala UUK kanan atas, penurunan kepala hod
ge IV, molase : tidak ada.

ANALISA :
Ny. A usia 36 tahun G3P2A0 hamil usia 39 minggu partus kala II dengan PE
B, keadaan ibu dan janin baik saat ini.

PENATALAKSANAAN :
1) Informed consent, ibu menyetujui. 2) Memberitahu ibu bahwa pembukaan s
udah lengkap, ibu mengetahui. 3) Menyiapkan ibu posisi litotomi, sudah dilaku
kan. 4) Memimpin ibu meneran yang baik, sudah dilakukan. 5) Melakukan bim
bingan meneran saat ada his, yaitu meneran tanpa suara seperti BAB yang kera
s, memuji ibu bila meneran dengan baik, memantau DJJ dan memberi minum ji
ka tidak ada his, sudah dilakukan. 6) Menolong persalinan dengan 60 langkah
APN, sudah dilakukan. 7) Pukul 23.45 WIB bayi lahir spontan, menangis kuat,
tonus otot aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin laki - laki, BB : 2.645 gram, PB
: 50 cm, anus (+), cacat (-), apgar score : 9) dilakukan mengeringkan, memoto
ng tali pusat, mengganti handuk 10) Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, sudah d
ilakukan.

KALA III
SUBJEKTIF : ibu mengatakan masih terasa mules.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis, keadaan emosional : sta
bil. TFU : sepusat, tidak ada janin kedua, kontraksi baik, kandung kemih koso
ng, perdarahan ± 100 cc, tali pusat tampak didepan vulva, ada semburan darah
tiba – tiba, plasenta belum lahir.

ANALISA :
Ny. S usia 37 tahun P3A0 partus kala III, keadaan ibu baik saat ini.

Penatalaksanaan :
1) Informed consent, sudah dilakukan. 2) Informed consent pemasangan kb I
UD, sudah dilakukan. 3) Memastikan tidak ada janin kedua, sudah dilakukan.
4) melakukan manajemen aktif kala III yaitu : injeksi oksitosin 10 IU IM di 1/
3 paha distal lateral kanan atas, melakukan peregangan tali pusat terkendali, m
elahirkan plasenta setelah ada tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu fundus b
erbentuk globuler, tali pusat memanjang, ada semburan darah tiba – tiba dan si
ngkat. 5) Mengeluarkan plasenta dengan teknik dorso kranial, sudah dilakukan.
6) Melakukan massase fundus uteri selama 15 detik searah jarum jam, sudah
dilakukan. 7) Melakukan penilaian plasenta : selaput amnion-carion utuh, kotil
edon lengkap, diameter 24 cm, tebal 2,5 cm, insersio tali pusat sentralis, panja
ng tali pusat 30 cm, berat 500 gram, sudah dilakukan. 8) Pengeluaran darah 10
0 cc. 9) Melakukan pemasangan kb IUD Copper T 380 A, sudah dilakukan. 1
0) Pendokumentasian.

KALA IV
SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan merasa lelah dan juga senang atas kelahiran bayinya.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis, keadaan emosional : stabil.
Hasil pemeriksaan TTV : TD : 130/98 mmHg, N : 90 kali/menit, RR : 20 kali/
menit, S : 36,5°C. Hasil pemeriksaan fisik : TFU : 2 jari dibawah sepusat, kont
raksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 30 cc, terdapat laserasi perin
eum dari mukosa vagina, kulit perineum, dan otot perineum, keadaan ibu baik
saat ini.
ANALISA :
Ny. A usia 36 tahun P3A0 partus kala IV dengan ruptur perineum derajat II, k
eadaan ibu baik saat ini.

PENATALAKSANAAN :
1) Informed consent, sudah dilakukan. 2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
sudah dilakukan. 3) Memenuhi hidrasi ibu, sudah dilakukan. 4) Melakukan
penjahitan pada perineum ibu dengan teknik jelujur pada bagian otot perin
eum dan dengan teknik subkutis pada kulit perineum, sudah dilakukan. 5)
Mengobservasi keadaan umum, TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, per
darahan, setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 ja
m kedua, sudah dilakukan. 6) Membersihkan dan merapikan ibu dengan m
emakaikan pakaian yang bersih, pembalut, celana dalam, dan mengganti k
ain dengan yang bersih, sudah dilakukan. 7) Mengajarkan ibu dan keluarga
untuk massase uterus jika rahim ibu lembek, jika rahim ibu keras berarti b
aik dan jika tidak bisa terjadi perdarahan, ibu dan keluarga mengerti. 8) M
enganjurkan ibu untuk istirahat, ibu melakukannya. 9) Mengucapkan sela
mat kepada ibu dan keluarga. 10) Pendokumentasian.

3.4 SOAP Bayi Baru Lahir


SUBJEKTIF : -

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis, menangis kuat, tonus otot
aktif, warna kulit kemerahan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : Detak jan
tung : 120 kali/menit, Respirasi : 40 kali/menit, Suhu : 36,5°C. Hasil pemerik
saan antropometri : BB : 2.640 gram, PB : 50 cm, Lingkar kepala : 30 cm, Li
ngkar dada : 31 cm. Hasil pemeriksaan fisik : Kepala : terdapat ubun-ubun be
sar dan ubun-ubun kecil, terdapat garis sutura sagitalis, lamboidea, dan coron
aria, tidak ada caput succedaneum, cepal hematoma, hidrosefalus, tidak ada a
nasefali dan mikrosefali. Mata : kanan dan kiri simetris, sklera tidak ikterik, ti
dak strabismus. Telinga : kanan dan kiri simetris, masing – masing terdapat l
ubang, tidak ada pengeluaran serumen. Hidung : simetris, bersih, terdapat sep
tum, terdapat dua buah lubang. Mulut : tidak ada labio skisis, tidak ada labio
palato skisis. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan kele
njar thyroid. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada. Ekstremitas atas :
kanan dan kiri simetris, jari – jari lengkap, tidak ada polidaktili, tidak ada sin
daktili. Abdomen : tali pusat bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi, tidak ada
omfalokel. Anogenitalia : jenis kelamin laki – laki terdapat penis ± 2,5 cm, te
rdapat dua buah testis yang ditutupi skrotum, terdapat lubang uretra, terdapat
labia mayor dan labia minor, terdapat clitoris, terdapat lubang vagina, terdapa
t lubang uretra. Ekstremitas bawah : kaki kanan dan kiri simetris, jari – jari le
ngkap, gerakan aktif, tidak ada fraktur. Punggung : tidak ada spina bifida, pe
mbengkakan, lesung atau bercak kecil berambut. Anus : terdapat lubang anus,
tidak ada atresia ani, dan belum ada pengeluaran mekonium. Kulit : berwarna
kemerahan, tidak ada ruam, tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda – tanda
infeksi, tidak ada lanugo, terdapat vernik kaseosa. Reflek rooting (+), reflek s
ucking (+), reflek swallowing (+), reflek moro (+), reflek grasping (+), reflek
Babinski (+).

ANALISA :
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam, keadaan bayi baik s
aat ini.

PENATALAKSANAAN :
2) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, sudah dilak
ukan. 2) Mengeringkan dan menghangatkan bayi, sudah dilakukan. 3) Me
mbungkus tali pusat dengan kasa kering, sudah dilakukan. 4) Menyuntikk
an vitamin K1 0,5 ml IM di paha luar kiri bayi, sudah dilakukan. 5) Mem
berikan salep mata chloramphenicol 0,1 % pada bayi, sudah dilakukan. 6)
Memakaikan baju dan bedong bayi, sudah dilakukan. 7) Rawat gabung ib
u dan bayi. 8) Memberikan imunisasi HB 0 dengan dosis 0,5 ml IM di ant
olateral paha kanan bayi. 9) memindahkan bayi ke ruang Perina 10) Pend
okumentasian.

3.5 SOAP Nifas 2 Jam Postpartum


SUBJEKTIF :
Ny. A usia 36 tahun mengatakan telah melahirkan spontan pukul 23.45 WI
B pada tanggal 09 Juni 2022, jenis kelamin perempuan, BB : 2.640 gram, P
B : 50 cm, ketuban jernih tidak bercampur mekonium, ibu mengalami PEB
saat persalinan, ibu merasa senang atas kelahiran bayi nya. Ibu sudah maka
n satu kali dengan nasi, lauk, dan sayur, minum ± 2 botol air mineral 600 m
l dan teh manis. Ibu sudah buang air kecil.

OBJEKTIF :
Keadaan umum : baik, kesadaran : Compos Mentis, keadaan emosional : st
abil, Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital : Tekanan Darah : 130/95 mmH
g, Nadi : 90 kali/menit, Respirasi : 20 kali/menit, Suhu : 36,0 °C. Hasil pe
meriksaan fisik : kepala : rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ket
ombe. Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum. Mata : kanan
dan kiri palpebra : tidak oedema, konjungtiva : tidak anemis, sklera : tidak
ikterik, reflek pupil mengecil saat terkena cahaya. Telinga : kanan dan kiri
bersih, tidak ada pengeluaran serum. Hidung : bersih, tidak ada polip. Mul
ut dan gigi : bersih, tidak bau, tidak stomatitis, tidak ada caries. Leher : tid
ak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening. Eksterm
itas atas : kanan dan kiri simetris, tidak oedema, tidak ada varises. Payudar
a : kanan dan kiri simetris, puting susu : menonjol kanan dan kiri, areola hi
perpigmentasi, benjolan : tidak ada kanan dan kiri, rasa nyeri tekan, pengel
uaran colostrum : belum ada. Axilla : kanan dan kiri tidak ada benjolan da
n nyeri tekan. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae, ter
dapat linea alba. Dilakukan palpasi abdomen, TFU : 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kososng. Ekstermitas bawah : kanan
dan kiri simetris, tidak oedema, tidak ada varises, reflek patela kanan dan k
iri +/+. Anogenitalia : tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada pembesar
an kelenjar bartholini dan kelenjar skene, terdapat lokia rubra, terdapat luk
a jahitan perineum, perdarahan ± 10 cc.

ANALISA :
Ny. A usia 36 tahun P3A0 2 jam postpartum dengan riwayat PEB, keadaan
ibu baik saat ini.

PENATALAKSANAAN :
2) Informed consent. 2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu meng
etahui. 3) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, ibu mau melakuka
n. 4) Memberitahu ibu cara perawatan luka perineum : cebok setelah p
ipis menggunakan air biasa saja janagn air hangat, dibasuh dari arah de
pan ke belakang, ibu mengetahui. 5) Memberitahu ibu tanda bahaya m
asa nifas, ibu mengetahui. 6) Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat,
sudah dilakukan. 7) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang me
ngandung banyak protein seperti putih telur, ikan gabus, susu kurma, s
usu almond, serta sayuran dan buah yang tinggi serat seperti papaya.
8) Memberitahu ibu untuk tidak menahan buang air kecil, ibu mengeta
hui. 9) Memberikan ibu terapi obat Amoxillin 500 mg (3x1), mefenam
ic acid 500 mg (3x1), tablet Fe 185 mg (1x1), ibu mau meminumnya.
10) Merencanakan pemindahan ke ruang perawatan Aster, sudah dilak
ukan. 11) Pendokumentasian.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, G3P2A0, dengan


anemia ringan di RSUD Kabupaten Tangerang pada Juni 2022, asuhan kebidanan
yang telah diberikan kepada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan.

Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan


sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester
I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi
yaitu anemia defisiensi besi. (Prawirohardjo, 2018). sesuai dengan kasus yang
didapatkan oleh penulis di mana kadar Hb Ny. A G3P2A0 pada trimester II hanya
10,2 gram/ dl, kurang dari 10,5 gram/ dl (pemeriksaan tanggal 09 Juni 2022).
kehamilan trimester III, kadar hemoglobin dalam darah Ny. A 10,6 gram/ dl. Hal
ini menunjukkan bahwa Ny.”A” G3P2A0 mengalami anemia. Anemia dapat
menyebabkan tanda dan gejala letih, sering mengantuk, pusing, lemah, nyeri
kepala, luka pada lidah, kulit pucat, membran mukosa pucat (misal, konjungtiva),
bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah (Rukiyah, 2020).

Pada kunjungan ANC pertama pada tanggal 24 november 2021, penulis


tidak menemukan tanda dan gejala anemia dari data subjektif di mana ibu
mengatakan tidak ada keluhan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun, pada
pemeriksaan objektif ditemukan tanda-tanda anemia pada Ny. A, di mana
konjungtiva ibu sedikit pucat dan pada pemeriksaan penunjang (pemeriksaan
kadar Hb) yang dilakukan pada tanggal 24 November 2021 didapatkan hasil kadar
hemoglobin ibu 10,2 gr/dl. Berdasarkan kadar Hb ibu yaitu 10,2 gram/dl, penulis
mengkategorikan anemia yang dialami ibu adalah anemia ringan. Penggolongan
ini sesuai dengan tinjauan teori yang menyatakan bahwa Hb 11 gr% untuk yang
tidak anemia, Hb 9 – 10 g% anemia ringan, Hb 7 – 8 g% anemia sedang, dan Hb
<7 g% anemia berat. Hal ini menunjukkan bahwa Ny. A mengalami anemia
ringan (Manuaba, 2019).

Selanjutnya, pada kunjungan ANC ke tiga pada tanggal 24 januari 2022


ditemukan keluhan bahwa ibu pusing dan lelah. Selain itu, ibu juga mengatakan
bahwa ia tidak meminum vitamin (tablet Fe) yang telah diberikan secara teratur.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan ulang laboratorium dan didapatkan kadar HB
ibu 10,6 gr/dl. Kadar HB ibu mengalami peningkatan dari pemeriksaan
sebelumnya, namun masih dikategorikan ke dalam kadar HB yang rendah.
Peningkatan yang cukup rendah ini, menurut penulis disebabkan karena ibu yang
tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk meminum tablet Fe secara
teratur. Selain itu, juga didukung oleh konsumsi makanan sehari-hari ibu yang
tidak sesuai dengan kebutuhannya selama hamil. Ibu mengatakan bahwa ia tidak
suka mengonsumsi sayuran dan hanya memakannya dalam jumlah yang sedikit.
Berdasarkan pengakuan Ny. A ini, penulis mengkategorikan anemia yang
dialaminya sebagai anemia defisiensi besi. Pengkategorian ini penulis dapatkan
berdasarkan tinjauan teori yang menyatakan bahwa anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe (Prawirohardjo, 2018).

Pemenuhan kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari konsumsi makanan


seperti hati, daging, telur, beras, sayuran hijau (bayam, kangkung, daun papaya,
dan daun singkong). Pada kasus Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan bila tidak
segera ditangani akan terjadi anemia sedang tetapi dalam kasus ini tidak
ditemukan terjadinya diagnosa potensial. Pada tinjauan kasus menunjukkan
bahwa kadar Hb ibu mengalami peningkatan di mana pada pemeriksaan
laboratoriun yang pertama tanggal 24 November 2021, kadar Hb ibu 10,2 gr/dl
dan mengalami peningkatan pada 24 januari 2022 menjadi 10,6 gr/dl.

Antisipasi yang telah dilakukan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia


ringan adalah pemeberian terapi yaitu tablet Fe dengan dosis 2 kali 1 tablet per
hari dan vitamin C dengan dosis 2 kali 1 dalam sehari. Selain itu, ibu juga
diberikan konseling untuk mengonsumsi makanan yang bergizi serta dapat
meningkatkan kadar Hb ibu. Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pemberian Fe
selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia. Pemantauan
konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar
karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum
tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, dan
Astarina, 2017).

Pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teori di mana, seorang ibu
hamil diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia yang dialami
oleh ibu serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain tablet Fe, di
Puskesmas Mauk, Ny. A yang mengalami anemia ringan juga diberikan vitamin
C. Vitamin C diberikan kepada Ny. A bertujuan untuk mempercepat penyerapan
zat besi dalam tubuh ibu sehingga diharapkan kadar Hb ibu dapat meningkat.
Selain itu, ibu juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama makanan yang mengandu
ng tinggi zat besi.

Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu tidak lagi menga
lami anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2 gram/dl menjadi
minimal 11 gram/dl. Namun, hal itu tidak dapat terwujud dikarenakan ibu tidak m
ematuhi anjuran dari tenaga kesehatan untuk meminum tablet Fe dan vitamin C se
cara teratur. Meskipun kadar Hb ibu mengalami peningkatan, namun masih dikate
gorikan anemia ringan di mana pada pemeriksaan ulang yang dilakukan tanggal 1
Februari 22, kadar Hb ibu hanya meningkat sebesar 0,4 gram/ dl yaitu menjadi 10,
6 gram/ dl. Dan ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian
preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini pro
gram nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat u
ntuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2021).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan Anemia ringan yang dilakukan
kepada Ny. A di puskesmas mauk didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Ny. A usia 29 tahun G3P2A0 hamil 39 minggu telah memeriksa
kehamilan jam 10.30 WIB pada tanggal 24 november 2021.
2. Ny. A datang dengan hasil pemeriksaan Hb 10,2 dl/gr, keadaan ibu dan
janin baik.
3. Ny. A ibu di berikan tablet FE 2 kali 1 hari.
4. Ny. A dianjurkan kunjungan ulang pada tanggal 24 desember 2021.

5.1 SARAN
Diharapkan Ny. A dapat menerapkan asuhan yang telah diberikan dan
disarankan untuk mengejar HB agar dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Walyani, Siwi Elisabeth, Th. Endang Purwoastuti. 2018. Konsep dan


Asuhan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Amellia, Sylvi Wafda Nur. 2019. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks


Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Maryunani, Anik & Nata Wijaya. 2019. Asuhan Kegawatdaruratan


Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Prawihardjo. 2019. Askeb Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.


Yogyakarta

WHO. 2018
LAMPIRAN
LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Batari Alawiyah

NIM : 19116001

JUDUL KASUS : ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. “A” USIA
36 TAHUN USIA KEHAMILAN 37 MINGGU DENGAN ANEMIA RINGAN PADA
TRIMESTER III DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

NO HARI/ MATERI CATATAN TTD


TANGGAL KONSULTASI DARI PEMBIMBING PEMBIMB
ING
1. Jumat / 28- KONSULTASI MENCARI KASUS
01-2022 KASUS KE CI YANG NORMAL
LAHAN
2. Selasa / 8-02- KONSULTASI ACC JUDUL KASUS
2022 JUDUL KE DOSEN
PEMBIMBING
3. Minggu / KONSULTASI ACC JUDUL KASUS
13- 02-2022 JUDUL KASUS KE
CI LAHAN
4. Jumat / 4 – REVISI laporan Revisi
03 – 2022 kasus individu

Anda mungkin juga menyukai