Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PRETERM


NY. R UMUR 34 TAHUN G2P1A0Ah1 DENGAN HIPERTIROID DAN
COVID REAKTIF IgG
Di UPF KIA PUSKESMAS KETAPANG 1

DI SUSUN OLEH :

DEVI RIYANI NIM : 18.11.401.01.0757


DEWI PURNAMASARI NIM : 18.11.401.01.0758
ELIS KISKA NIM : 18.11.401.01.0763
ISRAWATY PULUHALAWA NIM : 18.11.401.01.0768
MEGAWATI NIM : 18.11.401.01.0772
MITA MARIANI NIM : 18.11.401.01.0775
NESHA DESYA P NIM : 18.11.401.01.0777
TETA KURNIAWASIH NIM : 18.11.401.01.0792

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH KOTIM

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PRETERM
NY. R UMUR 34 TAHUN G2P1A0Ah1 DENGAN HIPERTIROID DAN
COVID REAKTIF IgG
Di UPF KIA PUSKESMAS KETAPANG 1

Mengetahui,

Pembimbing Akademik ( CT ) Pembimbing Klinik (CI )

( Nana Maryana,SST.,M.Keb ) ( Nurita, S.Tr.Keb )


NIDN: 11.15119.201 Nip: 19780302.200604.2007

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan Tuhan Yang Maha Esa tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
laporan kasus ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan kasus sebagai tugas dari Kampus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Pretrem Ny. R Umur 34 Tahun G2P1A0Ah1 Dengan Hipertiroid Dan Covid Reaktif
IgG”. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. UPF KIA Puskesmas Ketapang 1 Sampit sehingga kami bisa membuat laporan kasus ini.
2. Pembimbing Akademik Ibu Nana Maryana S,ST.,M.Keb yang telah membimbing kami dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Pembimbing Lahan Ibu Nurita, S.Tr.,Keb yang telah membimbing kami dalam pelaksanaan
PKK II B di Puskesmas UPF KIA Ketapang I Sampit.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus
inidisebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Sampit, 7 Maret 2021,

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Laporan Kasus ............................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Persalinan Preterm ............................................................................. 4
B. Epidemiologi Persalinan Preterm.......................................................................... 4
C. Penyebab Persalinan Preterm ............................................................................. 5
D. Dampak Persalinan Preterm ............................................................................. 6
E. Mekanisme Terjadinya Persalinan Preterm........................................................... 6
F. Definisi Hipertiroid ............................................................................. 8
G. Pengobatan Hipertiroid ............................................................................. 9
H. Persalinan dengan Covid Reaktif IgG................................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................
BAB V PENUTUP .............................................................................
A. Simpulan .............................................................................
B. Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi
berdasarkan SDKI tahun 2012 (359 per 100.000 kelahiran hidup), kemudian melalui Survei
Angka Sensus (SUPAS) terakhir pada tahun 2015 didapatkan bahwa AKI mengalami
penurunan menjadi 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup, hasil ini memperlihatkan
angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs yang harus dicapai yaitu
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Indonesia,
2018).
Jumlah kematian ibu di DIY pada tahun 2017 sebesar 34 kasus, namun kembali naik
menjadi 36 kasus pada tahun 2018 (Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
DIY, 2018). Tingginya angka kematian ibu ini terjadi karena beberapa penyebab langsung
yaitu, perdarahan (30,5%), hipertensi dalam kehamilan (16,6%), TBC (11,1%), Jantung
(11,1%), kanker (8,3%), hipertiroid (5,5%), dan sisanya disebabkan oleh sepsis, asma,
emboli, dan gagal ginjal masing-masing sebesar (2,7%) (Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Dinas Kesehatan DIY, 2018).
Provinsi Kalimantan Tengah tidak luput dari resiko naiknya angka kematian ibu
melahirkan. Puskesmas tumbang miri, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan
Tengah menjadi salah satu pusat playanan kesehatan yang mencatat peningkatan angka
kematian ibu dan bayi diwilayah tersebut dalam tiga tahun terakhir, akibat komplikasi
perdarahan dalam persalinan AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan
masa kehamilan persalinan dan nifas. Hasil survey demografi dan kesehatan Gunung Mas
tahun 2016 menyabutkan bahwa AKI 2016 sebesar 223 per 100,000 kelahiraan hidup.
Penyebab terbanyak kematian ibu adalah komplikasi dalam persalinan, seperti
perdarahan dan kelahiran yang sulit. Tinggi angka kematian ibu juga cukup banyak
dipengaruhi oleh tingkat pemahaman setempat yang masih menganal peran dukun bersalin
untuk membantu proses persalinan dirumah. Sulitnya akses jalan dan transportasi juga
berperan dalam penanganan kegawat daruratan proses persalinan. Dr.rusni memberi contoh

5
lain di mana persalinan yang di tolong dirumah pasien oleh tenagga kesehatan,menjalani
perdarahan.
Data di UPF KIA Puskesmas Ketapang 1 di dapatkan dari bulan Januari sampai
Agustus tahun 2020 pasien umum yang melahirkan sebanyak 4 pasien, pasien jampersal
sebanyak 106 pasien, sedangkan untuk pasien BPJS sebanyak 149 pasien. Total keseluruhan
sebanyak 259 pasien.
Persalina preterm adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan yang kurang
dari 37 minggu lengkap atau 259 hari gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 24 minggu sampai
kurang dari 37 minggu atau 259 hari gestasi, dihitung dari haid pertama hari terakhir (WHO,
2009).
Hipertiroidisme merupakan suatu sindrom klinik akibat meningkatnya sekresihormon
tiroid didalam sirkulasi baik tiroksin (T4), triyodotironin (T3) atau kedua-duanya.Sekitar
90% dari hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Grave, struma nodosa toksik baiksoliter
maupun multipel dan adenoma toksik. Penyakit Grave pada umumnya ditemukan padausia
muda yaitu antara 20 sampai 40 tahun, sedang hipertiroidisme akibat struma nodosatoksik
ditemukan pada usia yang lebih tua yaitu antara 40 sampai 60 tahun. Oleh karena penyakit
Grave umumnya ditemukan pada masa subur, maka hampir selalu hipertiroidismedalam
kehamilan adalah hipertiroidisme Grave, walaupun dapat pula disebabkan karenatumor
trofoblas, molahidatidosa, dan struma ovarii. Prevalensi hipertiroidisme di Indonesia belum
diketahui. Di Eropa berkisar antara 1 sampai 2 % dari semua penduduk dewasa.
Hipertiroidisme lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan ratio 5:1.
Hipertiroidisme jarang ditemukan pada wanita hamil.
Kekerapannya diperkirakan 2 : 1000 dari semua kehamilan,namun bila
tidakterkontrol dapat menimbulkan krisis tiroid, persalinan prematur, abortus dan kematian
janin.Diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan sulit ditegakkan karena kehamilan itu
sendirimenyebabkan perubahan-perubahan fisiologik yang menyerupai keadaan
hipertiroidisme. Namun deteksi dini untuk mengetahui adanya hipertiroidisme pada wanita
hamil sangatlah penting, karena kehamilan itu sendiri merupakan suatu stres bagi ibu apalagi
bila disertaidengan keadaan hipertiroidisme. Pengelolaan penderita hipertiroidisme dalam

6
kehamilan memerlukan perhatian khusus, oleh karena baik keadaan hipertiroidismenya
maupun pengobatan yang diberikan dapat memberi pengaruh buruk terhadap ibu dan janin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan oleh penulis maka penulis
merumuskan masalah tentang bagaimana Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis Pada Ny.
R Umur 34 Tahun G2p1a0ah1 Dengan Hipertiroid Dan Covid Reaktif IgG Di UPF KIA
Puskesmas Ketapang 1.

C. Tujuan Laporan Kasus


1. Tujuan Umum
Menambah keterampilan dan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Persalinan
Patologis di UPF KIA Puskesmas Ketapang 1.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian kebidanan berupa wawancara yang bersifat data subyektif
dan data objektif yang dapat dilihat dan di ukur kebenarannya.
b. Menegakan diagnosa kebidanan dari masalah masalah yang di angkat dari hasil
wawancara.
c. Melakukan perencanaan kebidanan yang terdiri dari tujuan/kriteria hasil intervensi
serta rasionalisasinya.
d. Melaksanakan segala rencana tindakan dalam implementasi kebidanan.
e. Mampu dalam mengevaluasi tindakan kebidanan pada asuhan kebidanan persalinan
patologis.

D. Manfaat
Setelah melakukan studi kasus, diharapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis
a. Dapat menambah pengetahuan khususnya dalam kasus asuhan kebidanan persalinan
patologis.
b. Dapat meningkatkan ketrampilan dalam asuhan kebidanan persalinan patologis.

7
c. Memberikan pengalaman secara langsung bagaimana dalam proses pemberian asuhan
kebidanan persalinan patologis.
2. Institusi Pendidikan
Agar meningkatkan pengetahuan dalam proses pembelajaran baik teori maupun praktek.
3. Lahan Praktek
Sebagai bahan dalam memberikan masukan dan evaluasi dalam pelayanan asuhan
kebidanan persalinan patologis.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Persalinan Preterm


Persalina preterm adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan yang kurang
dari 37 minggu lengkap atau 259 hari gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 24 minggu sampai
kurang dari 37 minggu atau 259 hari gestasi, dihitung dari haid pertama hari terakhir (WHO,
2009).
Definisi persalinan preterm lainnya yaitu munculnya kontraksi uterus dengan
intensitas dan frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks
sebelum memasuki usia gestasi yang matang, antara 20 sampai 37 minggu (Ross, 2009).
Berdasarkan The American Academy of Pediatrics and the Americans College of
Obstetricians, indikator yang sering dipakai untuk mengetahui awal terjadinya persalinan
adalah kontraksi uterus dengan frekuensi paling sedikit 4 kali setiap 20 menit atau 8 kali
dalam 60 menit dan disertai perubahan serviks yang progresif, dilatasi serviks > 1 cm dan
penipisan ≥ 80% (Cunningham et al, 2010).

B. Epidemiologi Persalinan Preterm


Angka kejadian persalinan preterm berbeda-beda pada berbagai negara tergantung
populasi. Angka kejadian persalinan preterm di Amerika Serikat berkisar antara 12-13%,
Afrika 11,9%, Asia 9,1%, Australia 6,4% dan Eropa 6,2%. Pengetahuan tentang faktor
risiko dan mekanisme persalinan preterm terus dipelajari, namun angka kejadian persalinan
preterm cenderung meningkat, di Amerika Serikat dari 9,5% pada tahun 1981 menjadi
12,7% pada tahun 2005 (Hamilton,2005).
Di Indonesia sendiri angka kejadian persalinan preterm belum dapat dipastikan
jumlahnya namun berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) . Departemen
Kesehatan tahun 2007, proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai

9
11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan preterm.
Angka kejadian persalinan preterm di beberapa rumah sakit pemerintah di Indonesia
beberapa tahun terakhir bervariasi antara 3-9%, di RS Hasan Sadikin Bandung pada tahun
1998-2000 sebesar 8,2%, di RS Sanglah Denpasar tahun 2001 - 2003, persalinan preterm
sebesar 8,3% dari seluruh persalinan (Udiarta,2004).
C. Penyebab Persalinan Preterm
Persalinan preterm terjadi oleh karena berbagai mekanisme, termasuk infeksi,
inflamasi, iskemi atau perdarahan uteroplasenta, peregangan uterus yang berlebihan, stres,
dan berbagai macam proses imunologi (Romero, 2005). Berbagai penelitian dilakukan untuk
mencari faktor-faktor risiko persalinan preterm, namun adanya faktor risiko tersebut tidak
selalu menyebabkan terjadinya persalinan preterm, bahkan sebagian persalinan preterm yang
terjadi spontan tidak mempunyai faktor risiko yang jelas (Goldenberg, 2005).
Beberapa faktor risiko yang diketahui meningkatkan kejadian persalinan
preterm yaitu (Smith, et al ) :
1. Faktor psiko-sosio demografik antara lainn :
a. sosial, ekonomi dan pendidikan rendah
b. status perkawinan
c. usia ibu (< 16 tahun atau > 35 tahun)
d. ras dan etnis
e. status gizi
f. perilaku ibu
g. stres.
2. Faktor ibu
a. Riwayat kehamilan sebelumnya (persalinan prematur, abortus, interval kehamilan)
b. Inkompetensi serviks
c. Kelainan uterus
d. Kelainan medis pada ibu (hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan
hipertiroid)
e. Peregangan uterus yang berlebihan (kehamilan kembar, polihidramnion)
f. Perdarahan pervaginam ( plasenta previa atau solusio plasenta)
3. Faktor infeksi

10
a. Infeksi intra uterin antara lain melalui Ascenden dari vagina dan servik; hematogen
melewati plasenta; Iatrogenic akibat prosedur invasif; penyebaran melalui saluran
telur.
b. Infeksi ekstra uterin seperti pielonefritis, bakteriuria asimptomatis, pneumonia,
periodontitis, dan infeksi virus (varicella,malaria)
c. Infeksi Genital seperti Bakterial vaginosis dan Chlamydia trachomatis
4. Faktor genetik dan biologi.

D. Dampak Persalinan Preterm


Persalinan preterm merupakan masalah serius di bidang obstetri. 70% kasus
kematian perinatal/neonatal disebabkan oleh persalinan preterm (Hole dan Tressler, 2001).
Di Amerika Serikat 54% kematian bayi preterm terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32
minggu. Berbagai usaha telah dilakukan dalam mempertahankan kelangsungan hidup bayi
lahir prematur, terutama difokuskan bagi bayi yang lahir setelah 28 minggu, dimana angka
kelangsungan hidup akan meningkat hingga 95% pada umur kehamilan 28 minggu
(perempuan) dan 30 minggu (laki-laki) atau berat badan lahir diatas 1000 g (Cunningham
dkk, 2010).
Bayi yang lahir preterm sering mendapat risiko yang berkaitan dengan imaturitas
sistem organnnya. Komplikasi yang sering timbul pada bayi yang lahir sangat preterm
adalah sindroma gawat nafas atau respiratory distress syndrome(RDS), perdarahan otak atau
intraventricular hemorrhage (IVH),
bronchopulmonary dysplasia (BPD), patent ductus arteriosus (PDA), necrotizing
enterocolitis (NEC), sepsis, apnea, dan retinopathy of prematurity (ROP) (Iam,2002). Untuk
jangka panjang, bayi yang lahir preterm mempunyai risiko retardasi mental berat, cerebral
palsy, kejang-kejang, kebutaan, dan tuli. Di samping itu juga sering dijumpai gangguan
proses belajar, gangguan adaptasi terhadap lingkungannya, dan gangguan motoris (Iam,
2003).
Morbiditas dan mortalitas tersebut berhubungan erat dengan umur kehamilan dan
berat badan lahir. Makin besar umur kehamilannya dan berat bayinya, makin menurun angka
morbiditas dan mortalitasnya. Karena adanya morbiditas jangka pendek dan jangka panjang
tersebut di atas, maka akan dapat menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia di

11
masa yang akan datang. Selain itu perawatan bayi preterm juga membutuhkan tehnologi
kedokrteran yang canggih dan mahal. Mengingat penyulit - penyulit yang bisa terjadi,
tingginya biaya perawatan intensif bayi baru lahir dan pengelolaan penyulit jangka panjang
pada bayi yang lahir preterm tersebut, tindakan pencegahan sebelum persalinan terjadi, akan
memberikan hasil yang lebih bermanfaat dan lebih menghemat biaya dibanding dengan
apabila telah terjadi persalinan (Iam, 2003).
E. Mekanisme Terjadinya Persalinan Preterm
Persalinan pada wanita melibatkan serangkaian peristiwa yang progresif dimulai
dengan aktivasi poros Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) dan peningkatan Corticotropin
Releasing Hormone (CRH) plasenta. Hal ini menimbulkan penurunan fungsi progesteron
dan aktivasi estrogen yang kemudian akan mengaktivasi Contraction Assosiated Proteins
(CAPs) termasuk reseptor oksitosin, oksitosin dan prostaglandin. Peristiwa biologis ini akan
menyebabkan pematangan serviks, kontraksi uterus, aktivasi desidua dan membrane janin
serta pada kala dua persalinan akan meningkatkan oksitosin ibu. Terdapat suatu hipotesa
tentang persalinan preterm dan aterm yang memiliki persamaan dan pada persalinan
patologis bisa berlangsung bersama – sama dengan proses persiapan untuk persalinan
fisiologis normal, terutama pada kehamilan di atas 32 minggu.
Sebelum usia 32 minggu, dibutuhkan stimulus patologis yang lebih besar untuk
memulai persalinan. Perbedaan mendasar antara persalinan spontan aterm dan preterm
adalah aktivasi fisiologis komponen-komponen pathway tersebut pada persalinan aterm
(physiologic activation), sedangkan pada persalinan preterm berasal dari proses patologis
yang mengaktivasi salah satu atau beberapa komponen pathway tersebut (pathologic
activation) (Romero, 2009).
Hingga saat ini pemicu awal persalinan preterm spontan masih belum bisa dijelaskan
secara pasti. Berdasarkan studi epidemiologi dan patofisiologi, terdapat 4 mekanisme yang
mengatur terjadinya persalinan preterm (Handono, 2009 ; Nesin, 2007 ; Esplin, 2005),
yaitu :
1) Aktivasi dari poros hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) fetus maternal yang dicetuskan
oleh stress. Pada janin dapat sebagai respon dari keadaan intra uterine yang tidak
bersahabat seperti aliran uteroplasenta tergangggu dan hipoksia. Stres pada fetus dapat
meningkatkan sekresi CRH, yang akan merangsang ekspresi ACTH (Adrenocorticotropic

12
hormone) pada organ pituitary janin dan produksi kortisol serta androgen oleh organ
adrenal janin. Senyawa androgen pada janin kemudian diaromatisasi menjadi estrogen
oleh plasenta. Hal ini akan menyebabkan rangkaian proses biologis yang mengarah pada
jalur umum terjadinya proses persalinan,yang ditandai oleh terjadinya kontraksi uterus,
pematangan serviks dan aktivasi desidua janin (Challis, dkk.,2000).
2) Inflamasi dan infeksi.
Sumber infeksi yang telah dihubungkan dengan kelahiran preterm termasuk infeksi
intauterin (bertanggung jawab sampai 50% kelahiran preterm pada usia kehamilan < 28
minggu), infeksi sistemik maternal, bakteriuria asimtomatik, dan periodontitis maternal.
Produk-produk bakteri merangsang produksi sitokin proinflamasi ( IL-1,TNF, IL-6, dan
IL-8) oleh sel- sel desidua. Sitokinsitokin ini, kemudian merangsang produksi
prostaglandin oleh amnion dan desidua. Prostaglandin bekerja melalui reseptor spesifik.
Prostaglandin E2 (PGE2) menyebabkan kontraksi miometrium melalui pengikatan
reseptor EP-1 dan EP-3,yang menyebabkan kontraksi miometrium melalui mekanisme
peningkatan mobilisasi kalsium dan menurunkan tingkat produksi penghambat cAMP
intraseluler. Prostaglandin F2α (PGF2α) mengikat reseptor FP yang menyebabkan
kontaksi miometrium. Peningkatan prostaglandin pula dapat disebabkan oleh infeksi
intraamniotik maupun defisiensi enzim korio - desidual yang memetabolisme
prostaglandin E2 (hydroxyprostaglanin dehidrogenase). Sitokin yang diproduksi selama
infeksi dapat pula mengaktifkan ekspresi dari matriks metalloproteinase dalam serviks
dan desidua yang berperan dalam degradasi matriks ekstraseluler, pecahnya selaput
amnion, dan perubahan serviks uteri. Keseluruhan proses tersebut menstimulasi
terjadinya persalinan preterm.
3) Trombosis uteroplasental dan perdarahan desidua.
Lesi vascular dari plasenta secara umum dikaitkan dengan kelahiran preterm. Meskipun
patofisiologinya belum jelas namun trombin dicurigai memiliki peranan besar. Trombin
adalah suatu protease multifaktorial yang merangsang aktivitas kontraksi dari otot polos
vaskuler, intestinal dan miometrium. Trombin mengaktifkan sederetan reseptor yang unik
termasuk proteaseactivated receptor 1, protease-activated receptor 3 dan protease-
activated receptor 4. Reseptor-reseptor transmembran ini adalah bagian dari superfamili
protein heptahelical-G. Interaksi dengan trombin menghasilkan perubahan konfirmasi

13
yang menghasilkan pasangan G-protein dan aktivasi fosfolipase C. Aktivasi Fosfolipase
C mengawali reaksi biokimia yang berakhir pada pelepasan kalsium intraseluler dari
reticulum endoplasma. Kombinasi antara pelepasan kalsium intraseluler dan influx
kalsium ekstraseluler menyebabkan osilasi sitosolik kalsium yang mengaktivasi
kalmodulin, Myosin Light Chain Kinase (MLCK), aktin dan myosin yang menghasilkan
kontraksi uterus secara fasik. Pada perdarahan desidua, juga diasosiasikan dengan
infiltrasi desidua oleh netrofil dan merupakan sumber yang kaya akan protease dan matrik
metalloproteinase. Ini dapat menjadi dasar bagi mekanisme preterm rupture of membrane
yang selanjutnya menyebabkan persalinan preterm.
4) Peregangan uterus berlebihan.
Distensi uterus berlebihan memerankan peran kunci pada onset persalinan preterm yang
berhubungan dengan gestasional ganda, polihidramnion, dan makrosomia. Peregangan
uterus mengakibatkan ekspresi dari celah hubungan protein, seperti Conexin-43 (CX-43)
dan Conexin-26 (CX-26), seperti halnya kontraksi yang berhubungan dengan protein lain
seperti reseptor oksitosin. Peregangan dari miometrium juga meningkatkan PGHS-2 dan
PGE. Peregangan dari otot segmen bawah rahim telah menunjukan peningkatan dari IL-8
dan produksi kolagenase yang pada akhirnya akan memfasilitasi pematangan serviks. Hal
ini selanjutnya akan menstimulasi terjadinya persalinan preterm.

F. Definisi Hipertiroid
Tiroid adalah sebuah organ yang berada di leher dan berfungsi untuk melepaskan
hormon untuk mengatur fungsi metabolisme, jantung, sistem saraf, dan hal penting lainnya di
dalam tubuh seseorang. Jika terganggu, maka banyak gangguan parah yang bisa terjadi. Jika
terjadi pada ibu hamil, keguguran mungkin terjadi.
Penyakit tiroid terbagi menjadi dua, yaitu hipertiroid atau kelebihan hormon tiroid pada
tubuh dan hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid. Keduanya ditangani dengan cara yang
kontras. Selain itu, keduanya dapat menyebabkan komplikasi ketika menyerang ibu hamil,
seperti keguguran. Seorang wanita yang mengidap hipotiroid tanpa mendapat pengobatan bisa
mengalami risiko terbesar terhadap keguguran. Hal ini umumnya jika gangguan tersebut
terjadi selama trimester pertama. Walaupun penyakit yang terjadi ringan, seorang wanita
dengan hipotiroidisme yang tidak mendapat pengobatan juga berisiko keguguran.

14
Selain itu, hipertiroidisme juga dapat mengakibatkan komplikasi, seperti keguguran,
gagal jantung pada bayi, preeklamsia, bayi lahir dengan cacat, prematur, hingga kematian.
Untungnya, sebagian besar gangguan ini mudah untuk diobati. Walau begitu, kebanyakan
orang sulit untuk melihat gejala dari gangguan tiroid. Penyakit tiroid dan kehamilan sama-
sama menyebabkan wanita mengalami beberapa gangguan, seperti kelelahan, sembelit, dan
intoleransi panas. Seseorang mungkin menganggap apabila hal tersebut efek samping normal
pada kehamilan atau menandakan ada sesuatu yang salah dengan tiroid.
G. Pengobatan Hipertiroid
Levotiroksin adalah terapi pilihan jika status nutrisi iodin tidak adekuat. Wanita hamil
hipotiroid memerlukan dosis tiroksin lebih besar, dan wanita yang sudah menerima terapi
tiroksin sebelum hamil memerlukan peningkatan dosis harian, biasanya 30-50% di atas dosis
sebelum konsepsi. Pengobatan sebaiknya dimulai dengan dosis 100-150 mikrogram per hari
atau 1,7-2,0 mikrogram per kg beratbadan saat tidak hamil, dengan peningkatan dosis hingga
2,0-2,4 mikrogram per kg beratbadan saat hamil. Kadar serum fT4 dan TSH sebaiknya diukur
1 bulan setelah mulai terapi. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan kadar fT4
dan TSH normal selama kehamilan. Pengukuran TSH dianjurkan pada wanita dengan faktor
risiko gangguan fungsi tiroid, antara lain :
1) Riwayat hipo atau hipertiroid, PPT (post partum tiroiditis), atau lobektomi tiroid
2) Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
3) Wanita dengan goiter
4) Memiliki antibodi tiroid

Terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kekurangan dan kelebihan hormon tiroid :
1) Diabetes melitus tipe I
2) Penyakit autoimun lain
3) Infertilitas
4) Riwayat radiasi pada kepala dan leher
5) Riwayat keguguran atau melahirkan prematur

Pada ibu hamil, PTU masih merupakan obat pilihan utama yang direkomendasikan oleh
banyak penulis dan pedoman 2,10,12 , dianggap lebih baik karena lebih sedikit melewati
plasenta dibandingkan methimazole. Tetapi telah terbukti efektivitas kedua obat dan waktu

15
rata-rata yang diperlukan untuk normalisasi fungsi tiroid sebenarnya sama (sekitar 2 bulan),
begitu juga kemampuan melalui plasenta. Penggunaan methimazole pada ibu hamil
berhubungan dengan sindrom teratogenik ‘embriopati metimazole’ yang ditandai dengan
atresi esofagus atau koanal; anomali janin yang membutuhkan pembedahan mayor lebih
sering berkaitan dengan penggunaan methimazole, sebaliknya tidak ada data hubungan antara
anomali kongenital dengan penggunaan PTU selama kehamilan. Namun kadang methimazole
tetap harus diberikan karena satu-satunya pengobatan anti tiroid yang tersedia. Jika kondisi
hipertiroid sudah berkurang, dosis obat anti tiroid juga harus diturunkan untuk mencegah
hipotiroid pada janin.
Pada trimester ketiga, hampir 30% ibu dapat menghentikan pengobatan anti tiroid dan
mempertahankan status eutiroid. Bagi ibu menyusui, kedua jenis obat anti tiroid dinilai aman
karena konsentrasinya rendah di dalam air susu. Bayi yang menyusui ibu pengkonsumsi obat
anti tiroid memiliki perkembangan dan fungsi intelektual yang normal. Obat-obat golongan
beta bloker untuk mengurangi gejala akut hipertiroid dinilai aman dan efektif pada usia
gestasi lanjut, pernah dilaporkan memberikan efek buruk bagi janin bila diberikan pada awal
atau pertengahan gestasi. Propanolol pada kehamilan akhir dapat menyebabkan hipoglikemia
pada neonatus, apnea, dan bradikardia yang biasanya bersifat transien dan tidak lebih dari 48
jam. Propanolol sebaiknya dibatasi sesingkat mungkin dan dalam dosis rendah (10-15 mg per
hari).
Tiroidektomi subtotal dapat dilakukan saat kehamilan dan merupakan pengobatan lini
kedua penyakit Grave. Tiroidektomi sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester pertama
dan ketiga karena efek teratogenik zat anestesi, peningkatan risiko janin mati pada trimester
pertama serta peningkatan risiko persalinan preterm pada trimester ketiga. Paling optimal
dilakukan pada akhir trimester kedua meskipun tetap memiliki risiko persalinan preterm
sebesar 4,5%-5,5%. Tindakan pembedahan harus didahului oleh pengobatan intensif dengan
golongan thionamide, iodida, dan beta bloker untuk menurunkan kadar hormon tiroid agar
mengurangi risiko thyroid storm selama anestesi dan juga mengoptimalkan kondisi operasi
dengan penyusutan struma dan mengurangi perdarahan. Indikasi pembedahan adalah
dibutuhkannya obat anti tiroid dosis besar (PTU >450 mg atau methimazole >300 mg), timbul
efek samping serius penggunaan obat anti tiroid, struma yang menimbulkan gejala disfagia

16
atau obstruksi jalan napas, dan tidak dapat memenuhi terapi medis (misalnya pada pasien
gangguan jiwa).

H. Persalinan dengan Covid Reaktif IgG


Pelayanan Persalinan :
a. Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:
1) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko persalinan.
2) Kondisi ibu saat inpartu.
3) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.
a. Persalinan di RS Rujukan COVID -19 untuk ibu dengan status: suspek, probable,
dan terkonfirmasi COVID - 19 (penanganan tim multidisiplin).
b. Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status: suspek,
probable, dan terkonfirmasi COVID-19, jika terjadi kondisi RS rujukan COVID-19
penuh dan/atau terjadi kondisi emergensi. Persalinan dilakukan dengan APD yang
sesuai.
c. Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak erat (skrining awal: anamnesis,
pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit normal), rapid test non reaktif).
Persalinan di FKTP menggunakan APD yang sesuai dan dapat menggunakan
delivery chamber (penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat mencegah
transmisi COVID-19).

4) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima di semua Fasilitas
Pelayanan Kesehatan walaupun belum diketahui status COVID-19. Kecuali bila ada
kondisi yang mengharuskan dilakukan rujukan karena komplikasi obstetrik.
c. Rujukan terencana untuk :
Ibu yang memiliki risiko pada persalinan dan ibu hamil dengan status Suspek dan
Terkonfirmasi COVID-19
d. Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum taksiran persalinan atau
sebelum tanda persalinan.
e. Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan kuning (risiko rendah), ibu
hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala COVID-19 pada H-14 sebelum taksiran

17
persalinan dilakukan skrining untuk menentukan status COVID-19. Skrining dilakukan
dengan anamnesa, pemeriksaan darah NLR atau rapid test (jika tersedia fasilitas dan
sumber daya). Untuk daerah yang mempunyai kebijakan lokal dapat melakukan skrining
lebih awal.
f. Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining COVID-19 pada ibu hamil
jika ibu memiliki kontak erat dan atau gejala.
g. Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik (skrining awal: anamnesis,
pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit normal), rapid test non reaktif),
persalinan dapat dilakukan di FKTP. Persalinan di FKTP dapat menggunakan delivery
chamber tanpa melonggarkan pemakaian APD (penggunaan delivery chamber belum
terbukti dapat mencegah transmisi COVID-19).
h. Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan skrining, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa menunggu hasil skrining dengan
menggunakan APD sesuai standar.
i. Hasil skrining COVID-19 dicatat/dilampirkan di buku KIA dan dikomunikasikan ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat rencana persalinan.
j. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur, diutamakan menggunakan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

Pertolongan Persalinan :
1) RAPID TEST jika tersedia dilakukan ketika ada kunjungan untuk bersalin, jika reaktif
maka dirujuk ke RS yang telah ditetapkan untuk menangani COVID19 dan mampu
memberikan layanan maternal dan neonatal
2) RS rujukan menerapkan triage dan alur tatalaksana kasus
3) FKTP hanya persalinan normal per vaginam yang non COVID-19, nakes gunakan APD
level-2
4) FKRTL menerima rujukan untuk persalinan dengan tindakan atau perabdominal (SC)
dengan atau tanpa COVID-19, nakes gunakan APD level 3
5) IMD tidak dilakukan pada Ibu dengan status ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19

18
BAB III
TINJAUAN KASUS (SOAP)

Hari/Tanggal : 06 Februari 2021 Jam : 23.00 WIB

A. Data Subyektif

1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. R Tn. R
Umur : 34 Tahun 39 Tahun
Suku/Bangsa : Dayak Dayak
Agama : Islam Islam
Pendidikkan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat : JL. Iskandar 10 No.17 JL. Iskandar 10 No.17
No. Telp/Hp : 085820649879

2. Kunjungan Saat ini : Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang


a. Alasan masuk kamar bersalin :
Ibu mengatakan adanya tanda tanda persalinan.
b. Keluhanutama :
Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah, dan perut ibu terasa nyeri.
3. Riwayat Perkawinan :
Kawin 1 kali. Kawin pertama kali umur 30 tahun, dengan suami sekarang 4 tahun.
4. Riwayat Menstruasi
a. Umur menarche : 12 tahun f. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
b. Siklus : 28 hari g. Dismenore : Tidakada
c. Teratur/Tidak : Teratur h. Florabus : Tidakada
d. Lamanya : 7 hari i. HPHT : 17 – 09 - 2020

19
e. Sifat darah : Encer j. PT : 24 – 06 – 2021

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu G2P1A0 hidup 1


Hamil Persalinan Nifas
ke Tgl Umur Jenis Komplikasi JK BB Lahir Laktasi Komplikasi
Lahir Kehami Persalinan Ibu Bayi
lan
1. Keham - - - - - - - -
ilansa
atini

6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

N Jenis Mulai memakai Berhenti/ Ganti Cara


o Kontrasepsi
Tahun Oleh Tempat Keluhan Tahun Oleh Tempat Keluhan
1. Pil 2020 Bidan BPM Tidak - - - -
ada

7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat sistemik yang pernah/ sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang menderita penyakit menular seperti Hepatitis,
HIV/AIDS, TBC.
b. Riwayat yang pernah/ sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi,DM,Jantung,Paru dan Asma.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada keturunan kembar
d. Kebiasaan – kebiasaan
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah minum jamu – jamuan ,tidak pernah
minum – minuman keras, tidak ada pantangan minuman dan makanan saat hamil dan nifas,
tidak ada perubahan pola makan, dan ibu tidak mempunyai hewan peliharaan.

8. Riwayat hamil sekarang


a. Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 3 minggu. ANC di Dokter Kandungan
Frekuensi : Trimester I : 1 kali
Trimester II : 1 kali
Trimester III : 2 kali
b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu, pergerakan janin dalam
24 jam terakhir 10 kali
20
c. Imunisasi TT
TT 1 :Dipuskesmas
TT 2 :Dipuskesmas

9. Pola kebutuhan sehari – hari


a. Pola nutrisi
Makan Sebelum hamil Saat hamil/ 2 jam terakhir
Frekuensi : 3 x 1 hari 3 x 1 hari
Macam : Ikan dan buah Buah dan sayur
Jumlah : 1 piring Setengah piring
Keluhan : Tidak ada Agak mual
Minum : 1 gelas besar/ hari 1-2 gelas/ hari
Frekuensi : 7-8 kali/ hari 8-9 kali/ hari
Macam : Air putih Air putih dan susu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
b. Pola Eliminasi
Sebelum Hamil Saat Hamil/ 2 jam terakhir
BAB
Frekuensi : 1-2 kali/hari 1 kali/hari
Warna : Kuning kecoklatan Kuning Kecoklatan
Konsistensi : Lembek Lembek
Penyulit : Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-8 kali/ hari 5-8 kali/ hari
Warna : Kuning jernih Kuning jernih
Bau : Normal Normal
Penyulit : Tidak ada Tidak ada
c. Pola aktivitas
Sebelum Hamil Saat Hamil
Kegiatan sehari-hari : bekerja di rumah bekerja di rumah
Istirahat / Tidur : 7-8 jam / hari 7-8 jam/hari
Seksualitas : Frekuesi : 5 kali seminggu 3 kali seminggu
Keluhan : Tidakada Tidakada
d. Personal Hygiene
Sebelum Hamil Saat Hamil
Kebiasaan Mandi : 2 kali sehari 3 kali sehari
Gosok Gigi : 2 kali sehari 2 kali sehari
Ganti pakaian dalam : 2 kali sehari 3 kali sehari

10. Data Psikososial dan spiritual


a. Penerimaan ibu tentang kehamilan ini diinginkan Tidak diinginkan
b. Penerimaan ibu ,suami dan keluarga terhadap kehamilan ini : Diterima
c. Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
d. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
e. Adat/ Kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : Tidak ada

21
f. Ketaatan beribadah : Sangat taat
g. Pemecahan masalah dalam keluarga : Diskusi
h. Pengetahuan tentang kehamilan : Baik
i. Penghasilan dalam keluarga : Cukup
j. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
k. Yang menanggung biaya ANC : Suami

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran Umum : Composmentis


c. Status Emosional : Baik
d. Tinggi Badan : 145 cm Lila : 23,5 cm
Berat Badan : Sebelum hamil : 32 kg
Sekarang : 34 kg
e. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 150 / 91 mmHg
Nadi : 138 x/ menit
Pernafasan : 21 x /menit
Suhu : 37 0C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Edema wajah : Tidak ada
Cloasma Gravidarum : Tidak ada
Mata : Konjugtiva tidak anemis, Sclera tidak ikterik
Mulut : Mukosa terlihat lembat, Bersih
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tyroid
Bentuk Payudara : Simetris
Areola mammae : Hitam (pigmentasi)
Putting susu : Menonjol
Colostrum : Tidak ada
b. Abdomen
Bentuk : Normal
Bekas luka : Tidak ada
Striae Gravidarum : Tidak ada
Palpasi leopold
Leopold I : TFU 2 jari dibawah pusat ( MD : 20 cm)
Leopold II : Belum teraba
Leopold III : Belum teraba
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
Kontraksi : Tidak ada
TBJ : 1.395 gram (20 – 11 x 155)
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum bagian kiri bawah perut ibu
Frekuensi 140 x/menit
Edema : Tidak ada

22
Varices : Tidak ada
Reflkes patella : Kanan dan kiri positif
Kuku : Bersih tidak pucat
Ketuk Costavertebra : Kanan dan kiri positif
c. Genetalia Luar
Tanda Chadwich : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Bekas luka : Tidak ada
Kelenjar Bartholoni : Tidak ada
Pengeluaran : Ada pengeluaran lendir darah
d. Anus
Hemoroid : Tidak ada

e. Pemeriksaan Panggul Luar (bila perlu)


Distansia spinarum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Distansia kristarum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Boudelogue : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lingkar Panggul : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Pemeriksaan Dalam
Keadaan vagina : Normal
Arah serviks : Posterior
Pendataran serviks : Normal
Pembukaan serviks : 10 cm
Presentasi : Kepala
Posisi titik penunjuk : Ubun ubun belakang
Penurunan Kepala :1/5
Air ketuban : Negative
Keadaan panggul dalam
Promontorium : Tidak teraba
Spina isciadika : Tidak teraba
Lengkung sakrum : Teraba Cekung
Arkus pubis dan os pubis : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin : 9,2 gr/dl
2) Golongan Darah :A
3) USG :-
4) Protein Urine : - (negatif)
5) Glukosa Urine : - (negatif)

C. Assesment
1. Diagnose Kebidanan : Ny.N Umur 34 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan
20 Minggu Inpartu Kala II Fase Aktif Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri Dengan Hpertiroid dan Covid Reaktif IgG
a. Masalah : Persalinan preterm , hipertiroid dan reaktif IgG
b. Kebutuhan : Pertolongan Persalinan Preterm
2. Diagnose Potensial :

23
a. Masalah potensial : BBLR
b. Kebutuhan :
3. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri : Persiapan persalinan
b. Kolaborasi : Konseling dengan Dr.SPOG
c. Merujuk : RS. Murjani

D. Planning
Tanggal : 06 Februari 2020 Jam : 23.00 WIB

1. Menjalin Komunikasi yang efektif dan hubungan baik dengan ibu


“Komunikasi yang efektif dan hubungan baik sudah terjalin”
2. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik, yaitu :
Pembukaan           : 10 cm (lengkap)
Kontraksi uterus   : Baik ( 5 x 55 detik dalam 10 menit)
TTV    :
TD        : 150/91 mmHg
Suhu             : 37 º C
Nadi               : 136 x/menit
Respirasi         : 21 x/menit
Dan ibu sudah masuk dalam persalinan.
“  Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan "
3. Menyiapkan alat partus seperti bak instrument, klemtali pusat, gunting tali pusat, gunting tali
pusat, gunting episiotomy, setengah koher, obat-obatan seperti oxytoxin,metilergometrin,
pronagesataucygest, perlengkapan ibu dan bayi seperti selimut, pembalut, bedong,dan alat
resusitasi bayi
“ Alat partus, obat, perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan “
4. Ibu menghadirkan suami saat bersalin

24
5. Mengatur Posisi ibu M.W. Robert
6. Melakukan pertolongan persalinan sesuai langkah 60 APN :
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan
a. Ibu mempunyai keiginan untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva vagina dan spingter anal membuka.
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat obat anesensial siap digunakan. Mematahkan
ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih (APD level 2).
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau
pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali di partus set atau wadah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya
dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang. Membuang kapas atau kassa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

25
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dalam semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
11.Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.Membantu ibu berada
dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada
HIS, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13.Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak maminta
ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap 5 menit.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120
menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan meneran.
i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika
ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

26
j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belumakan terjadi segera setelah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.
18.Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepalabayi, biarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir.
19.Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang
bersih.
20.Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22.Setelah kepala melakukan putaran paksil uar, tempat kan kedua tangan di masing-masing
sisi muka bayi. Menganjur kan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23.Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian
atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24.Setelah tubuh dari , menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kearah
kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25.Menilai bayi selintas dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat

27
terlalu pendek, meletak kan bayi di tempat yang memungkin kan). Bila bayi mengalami
asfiksia, lakukan resusitasi.
26.Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-
bayi.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA III

Hari/Tanggal : 06 Februari 2020 Jam : 23.10 WIB

S : Ibu mengatakan bahagia bayinya lahir


Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules

O : Pemeriksaan umum
Bayi Lahir Spontan jam 03.15 WIB , Jenis Kelamin Perempuan, menangis kuat, kulit
kemerahan.
a. TandaTanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,80C
b. Abdomen : Fundus teraba keras, TFU setinggi pusat
Genetalia : Robekan dari mukosa sampai otot perineum (derajat 2), pengeluaran
Darah ±150 cc

A : Ny. R Umur 34 tahun P2A0 dalam Kala III

P: 27.Menjepit tali pusat menggunakan klem kira kira 3 cm dari pusat bayi.
28.Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28
29.Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat di Antara dua klem tersebut.
30.Mengeringkan bayi, menganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
31.Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32.Memberitahu kepada ibu bahwa akan disuntik
33.Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit. IM di
gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasi nya terlebih
dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan men stabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah
bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a. Apa bila tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disin feksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan servick ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disin feksiting kattinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu mau pun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletak kan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak
berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi ada nya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.

29
CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV

Hari/Tanggal : 06 Februari 2020 Jam : 23.00 WIB

S :Ibu mengatakan perut nya masih terasa mules


O : Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
a. TandaTanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,8 0C
b. Pemeriksaan Uterus
Abdomen : Fundus teraba keras, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong
Genetalia : Dilakukan penjahitan derajat 2, pengeluaran darah ± 50 cc.

A : Ny. R Umur 34 tahun P2A0 dalam Kala IV

P : 42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.


43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %
membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

30
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati
yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan dan meletakkanya kedalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kain nya bersih atau kering.
48. Melakukkan rujukkan. Tetap menggunakkan APD lengkap.
49. Mendekontaminasi daerah yang di gunakan untuk melahir kan dengan larutan klorin 0,5
% dan membilas dengan air bersih.
50. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian
dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
51. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
52. Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang) (Sarwono, 2010).

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam Kasus Ny.”R” G2P1A0 UK 20 minggu dalam inpartu kala I Ny.”R” mengalami
persalinan preterm terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, kondisi ini terjadi ketika rahim
berkontraksi mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks) sehingga membuat janin masuk
kejalan rahim.

Pada teori asuhan kebidanan kala I normal yang diberikan pada ibu yaitu :
1. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang telah
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
2. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air
besar atau kecil.
3. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara:
a. Gunakan kipas angin
b. Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.

31
c. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum.
d. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
e. Melakukan pemantauan persalinan kala I dengan menggunakan partograf yaitu penilaian,
suhu badan, denyut nadi, denyut jantung, anak, kontraksi, pembukaan serviks, penurunan
kepala janin, dll.
f. Lakukan perubahan posisi, bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan,
dan kesakitan.
g. Sarankan ibu untuk berjalan.
4. Mengajak orang untuk menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok
punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
5. Ibu diperbolehkan untuk beraktifitas sesuai dengan kemampuan/ kesanggupannya.
6. Mengajarkan ibu theknik relaksasi: ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan
nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu kontraksi.
7. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, yaitu dengan menggunakan penutup
atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa seizin dan sepengetahuan ibu.
8. Menganjurkan ibu untuk miring kiri. Di dalam tahapan persalinan Kala I pengaturan posisi
mempunyai pengaruh terhadap persalinan, seperti posisi miring kiri merupakan posisi istirahat
yang paling baik, sering dipakai untuk intervensi yang mendesak, baik digunakan untuk
mengatur kecepatan pada kala dua, memudahkan untuk istirahat diantara kontraksi selama
akhir kala satu dan pada kala dua persalinan. (Nurul Dwi Ariastuti , Edi Sucipto , Istiqomah
Dwi Andari)
9. Merangsang Putting susu ibu agar menimbulkan kontraksi.

Dalam prakteknya asuhan kebidanan yang di lakukan pada Ny.”R” adalah :


1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan janin tidak cukup bulan
(prematur), yaitu :
Pembukaan : 10 cm
Kontraksi uterus : Baik
TTV
TD : 120/90 mmHg
Suhu : 37 º C

32
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
2. Mengobservasi kemajuan persalinan dan pemantauan kondisi janin serta mencatat semua hasil
observasi pada lembar partograf kemudian memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga, diantaranya:
a. Djjtiap 30 menit
b. Kontraksi uterus tiap 30 menit
c. Tekanan darah tiap 4 jam
d. Nadi tiap 30 menit
e. Pemeriksaan dalam tiap 4 jam atau apabila ada indikasi, untukmengetahui pembukaan
serviks, penurunan kepala dan keadaan selaput ketuban dan penyusupan kepala.
d. melakukan pemeriksaan rapid antigen dan didapatkan hasilnya reaktif
3. Melakukan asuhan sayang Ibu pada kala I persalinan sesuai prosedur protokol kesehatan
covid19, seperti:
Pada teori asuhan yang dibeikan pada Kala II yaitu :
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, pembukaan lengkap dan ibu sudah masuk masa
persalinan.
2) Ibu menghadirkan suami saat bersalin untuk mendampingi ibu dan menggunakan APD
3) Mengatur posisi ibu setengah duduk dan kaki seperti dorsal recumbent atau m.w robert dan
posisi miring.
4) Melakukan pertolongan persalinan sesuai langkah 60 APN
a. Tanda gejala kala 2 : adanya dorongan meneran, perineum menonjol, anus dan vulva
membuka.
b. Siapkan alat
c. Meminta suami mendampingi ibu, pakai sarung tangan
d. Pasang kain sepertiga pada bokong, lindungi perineum, cek lilitan talipusat
e. Tunggu bayi melakukan putaran paksi luar, sanggah bahu bayi
f. Susuri badan, melakukan penilaian sepintas
g. Setelah dilakukan penilaian sepintas bayi mengalami henti nafas dan meninggal dunia.
5) Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira - kira 2-3 menit sekali. Kepala janin
telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul

33
yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin
buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat,
vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir
kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ -
1 jam. (Mander, 2012).
6) Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah dilakukan sejak semula, dengan
melakukan. Observasi (kontraksi,his, penurunan bagian terendah, pembukaan) sehingga
setiap saat keadaan ibu dan janin dapat diketahui dengan pasti. Jika kala II dibiarkan
berlangsung lama maka janin akan mengalami peningkatan hipoksia dan gawat janin.
(Ardhiyanti, Y. 2016)

Pada praktik asuhan yang dibeikan pada Kala II yaitu :


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, pembukaan lengkap dan ibu sudah masuk masa
persalinan.
2. Ibu menghadirkan suami saat bersalin untuk mendampingi ibu.
3. Mengatur posisi ibu setengah duduk dan kaki seperti dorsal recumbent atau m.w robert dan
posisi miring.
4. Melakukan pertolongan persalinan sesuai langkah 60 APN
a. Tanda gejala kala 2 : adanya dorongan meneran, perineummenonjol, anus dan vulva
membuka.
b. Siapkan alat
c. Meminta suami mendampingi ibu, pakai sarung tangan
d. Pasang kain sepertiga pada bokong, lindungi perineum, cek lilitan talipusat
e. Tunggu bayi melakukan putaran paksi luar, sanggah bahu bayi
f. Susuri badan, nilai sepintas, IMD, keringkan bayi

Pada teori dan praktik dilapanganasuhan yang diberikan pada kalla III yaitu :
1) Memberitahu ibu bahwa keadaan bayinya dalam keadaan baik
2) Melakukan manajemen aktif kala 3
a. Memakai sarung tangan

34
b. Memeriksa kembali uterus dengan meraba abdomen untuk memastikan tidak ada janin
kedua.
c. Menjelaskan dan memberitahu ibu akan di suntik agar uterus berkontraksi dengan baik.
d. Memindahkan klem 5 sampai 10 cm dari vulva
e. Melakukan PTT ( peregangan tali pusat terkendali)
f. Tangan kiri melakukan dorsokranial hingga plasenta lepas dan tangan melakukan PTT
g. Melakukan masase uterus sampai uterus berkontraksi dengan baik.
h. Evaluasi jalan lahir pada vagina dan perineum
i. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan.

Pada teori dan praktik dilahan asuhan yang diberikan pada kala IV yaitu melakukkan rujukan ke
RS Murjani Sampit.

Dapat dilihat antara teori dan praktek yang dilaksanakan di lapangan tidak terdapat kesenjangan.

BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Persalina preterm adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan yang kurang
dari 37 minggu lengkap atau 259 hari gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 24 minggu sampai
kurang dari 37 minggu atau 259 hari gestasi, dihitung dari haid pertama hari terakhir.
Persalinan preterm terjadi oleh karena berbagai mekanisme, termasuk infeksi,
inflamasi, iskemi atau perdarahan uteroplasenta, peregangan uterus yang berlebihan, stres,
dan berbagai macam proses imunologi (Romero, 2005). Berbagai penelitian dilakukan untuk
mencari faktor-faktor risiko persalinan preterm, namun adanya faktor risiko tersebut tidak
selalu menyebabkan terjadinya persalinan preterm, bahkan sebagian persalinan preterm yang
terjadi spontan tidak mempunyai faktor risiko yang jelas (Goldenberg, 2005).
Pertolongan Persalinan pasien COVID Reaktif IgG :

35
1) RAPID TEST jika tersedia dilakukan ketika ada kunjungan untuk bersalin, jika reaktif
maka dirujuk ke RS yang telah ditetapkan untuk menangani COVID19 dan mampu
memberikan layanan maternal dan neonatal
2) RS rujukan menerapkan triage dan alur tatalaksana kasus
3) FKTP hanya persalinan normal per vaginam yang non COVID-19, nakes gunakan APD
level-2
4) FKRTL menerima rujukan untuk persalinan dengan tindakan atau perabdominal (SC)
dengan atau tanpa COVID-19, nakes gunakan APD level 3
5) IMD tidak dilakukan pada Ibu dengan status ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19

5.2. Saran
1. Bagi PUSKESMAS UPF KIA KETAPANG 1
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan maupun evaluasi terhadap program
pelayanan kesehatan khususnya mengena persiapan persalinan.
2. BagiInstitusi AKBID Muhammadiyah Kotim
Laporan kasus ini diharapkan dapat sebagai bahan bacaan serta referensi tentang
persiapan partus.
3. BagiPetugaskesehatan/Bidan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap tenaga
kesehatan/Bidan.Sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan persalinan patologis.
4. BagiMahasiswa
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kebidanan dan menerapkan dalam kehidupan sehari – hari.

36
DAFTAR PUSTAKA

Google : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-devirizkia-7507-2-
11.babii.pdf
Giary Dimitry, Jurnal Penyakit Tiroid Pada Kehamilan, 2013

37

Anda mungkin juga menyukai